Kalei
dos Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
11 Tahun Membangunan Perdamaian di Indonesia
11 Years Building Peace in Indonesia
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
T
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
ahun 2013 adalah What a productive year 2013 tahun has been for us! With five major yang projects and various others, we have worked to transform produktif conflict and build peace in Indonesia in every possible bagi kami! Dengan sector – from pesantrens lima program yang (Islamic boarding schools) to prisons. kami jalankan tahun ini, kami berupaya untuk mentransformasi Program Mitra Lokal Local Partners Projects Involved konflik dan Implemented membangun Aktivitas perdamaian di Activities Held Kota Indonesia di berbagai Indonesian Cities Covered sektor—dari pesantren hingga penjara. 10.150
5
6
26
169
Peserta
Participants Affected
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
Mempersiapkan Narapidana Beresiko Tinggi Kembali ke Masyarakat
S
aat Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sedang mempersiapkan diri untuk dibebaskan dari lembaga pemasyarakatan (lapas), mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk dapat berintegrasi kembali ke dalam masyarakat. Pelatihan Manajemen Konflik (CMT) dan Pelatihan Kecakapan Hidup (LST) membantu mempersiapkan para narapidana (napi) berisiko tinggi—termasuk teroris—untuk kehidupan yang lebih baik setelah penjara. Enam puluh napi berisiko tinggi di Tangerang (Banten), Cipinang (Jakarta Timur) dan Cirebon (Jawa Barat) berpartisipasi dalam CMT dan LST selama Juni-November 2013, di mana mereka menggali pemikiran-pemikiran mereka dan berbagi pengalaman melalui games, permainan peran dan diskusi. Mereka mengaku bahwa mereka sekarang mampu memecahkan masalah dengan
napi-napi lainnya dengan menganalisa akar penyebab konflik dan menggunakan cara-cara non-kekerasan untuk menemukan solusi. Mereka juga lebih optimis tentang masa depan mereka. Seorang ahli pembuat bom mengaku bahwa dalam CMT mereka diberi kesempatan untuk mencurahkan gagasan dan dihargai pendapatnya. “Bahkan kesimpulan yang diambil adalah hasil pemikiran bersama, sehingga memudahkan pemahaman tentang konflik dan pengelolaannya,” ucapnya.
Seorang napi kasus penyalahgunaan narkoba yang berusia 40 tahun mengalami pengalaman yang lebih dalam lagi. “Saya mendapat perspektif dan teman baru. Tapi yang paling penting, saya teringat tindakan kekerasan yang saya lakukan dan menyadari perasaan orang-orang yang saya sakiti dulu. Itu membuat saya tersadar bahwa sebenarnya orang-orang yang saya sakiti itu malah dulu menolong saya. Kesadaran ini sangat memukul. Ini mengajarkan saya untuk memahami perasaan orang lain dan lebih dewasa dalam berpikir. Saya tidak bisa hidup sendiri. Saya butuh dukungan dari orang-orang di sekitar. Saya harus semangat, percaya diri dan berpikiran positif. Kekerasan tidak akan membantu saya. “ CMT dan LST adalah bagian dari upaya kami memajukan pendekatan non-kekerasan di antara para WBP di Indonesia, yang didukung oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas).
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
High-Risk Prisoners Preparing for Life After Prison As prisoners are preparing themselves for their immediate release, they are in urgent need of knowledge and skills to reintegrate into society. Conflict Management Training (CMT) and Life Skills Training (LST) help prepare high-risk prisoners—including convicted terrorists—for a better life after prison. Sixty high-risk prisoners in Tangerang (Banten), Cipinang (East Jakarta) and Cirebon (West Java) participated in the CMTs and LSTs from June to November 2013, where they explored their thoughts and shared their experiences
through role-playing, games and discussions. Inmate participants reported that they are now able to solve problems among prisoners by analyzing root causes of the conflict and using non-violent means to find solutions. They are also more optimistic about their future. A convicted bomb maker said that during the training they had an opportunity to share their ideas, where their opinions were respected. “Even the conclusions at the end of the training were taken from our collective thoughts, which made it easier for us to understand conflict and how to deal with it,” he said. A 40-year old drug abuse convict had a more profound experience. “I gained a new perspective and made new friends. But most importantly, I
was reminded of my violent experience and became aware of the feelings of the people I hurt in the past. It made me think how the people I hurt actually helped me in return. The realization was devastating. I realized that I cannot hurt other people. It taught me to understand other people’s feelings. It taught me to be mature in my way of thinking. I can’t live my life alone, I need support from people around me. I need to have spirit, confidence and positive thinking. Violence will not help me.” CMT and LST are part of our initiative in promoting non-violence approach among prisoners in Indonesia, supported by Indonesia’s Directorate General of Corrections (DGC).
Festival Film Santri: Santri Menyebarkan Nilai-nilai Toleransi melalui Film Dokumenter
F
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
estival Film Santri (FFS) dibuka di Erasmus Huis, Jakarta, pada 21 Juni 2013. Program ini bertujuan memberikan ruang bagi santri untuk mengungkapkan ide-ide mereka tentang toleransi, keberagaman, perdamaian dan kearifan lokal melalui film dokumenter. FFS juga bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kita tentang dunia pemuda yang tinggal di pesantren—ide, tujuan masa depan dan proses kreatif mereka. Sebelum festival, kami mengadakan lokakarya film dokumenter kreatif di 10 pesantren yang tersebar di Jawa , Sumatera dan Sulawesi dari Februari-Maret 2013. Setelah itu, kami menerima 21 film buatan santri dan memilih 10 film yang akan diputar selama film roadshow FFS. Tiga film terpilih sebagai film terbaik, yaitu Kuda Lumping (Pesantren
Sabilul Hasanah, Banyuasin, Sumatera Selatan), Tata Cara Tante Cora (Pesantren Nadlatul Ulum, Maros, Sulawesi Selatan) dan Mimpi Sang Santri: Mujaji (Pesantren As- Shiddiqiyah, Tangerang, Banten) . Roadshow FFS menjangkau penonton di Tangerang, Lebak, Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi, Cirebon, Cilacap, Solo, Jogjakarta, Jombang, Lamongan, Banyuwangi, Lombok, Palembang, Makassar, Ambon dan Palu, dari Juli sampai November 2013. FFS mendapatkan apresiasi positif dari santri, guru dan masyarakat. “Film-film yang sarat dengan pesan-pesan positif toleransi dan menghormati perbedaan,” kata seorang penonton di Bogor, Jawa Barat. Mahasiswa di Palembang, Sumatera Selatan, mengakui bahwa menonton film-film FFS
membuat mereka merasa tertantang untuk membuat film sendiri. “Melalui film semacam ini, santri mampu meningkatkan citra Islam di tingkat internasional,” kata salah satu dari mereka. “Dilihat dari film-film mereka, Indonesia memiliki masa depan yang cerah,” ucap Yenny Wahid (Direktur The Wahid Institute) yang hadir dalam acara pembukaan FFS. FFS bisa ditonton di www.youtube.com/SFCGI, http://www.engagemedia.org/ and www. indonesiafilmcenter.com FFS merupakan bagian dari upaya kami memajukan perdamaian dan toleransi di pesantren-pesantren Indonesia, bekerja sama dengan The Wahid Institute dan P3M.
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
Pesantren Students Spread Values of Tolerance through Documentary Films Festival Film Santri (FFS) was launched at Erasmus Huis, Jakarta, on 21 June 2013. It was initiated to provide a space for santris (Islamic boarding school/pesantren students) to express their ideas about tolerance, diversity, peace and local wisdom through documentary films. It also aims to better our understanding of the world of young people living in pesantren—their ideas, future goals and creative process. Prior to the festival, we held creative documentary film workshops in 10 pesantrens around Java,
Sumatra and Sulawesi from February to March 2013. After the workshop we received 21 films and selected 10 films to be screened during the FFS roadshow. Three films were awarded as the best films: Kuda Lumping (Pesantren Sabilul Hasanah, Banyuasin, South Sumatra), Aunt Cora’s Way (Pesantren Nadlatul Ulum, Maros, South Sulawesi) and The Dream of A Santri: Mujaji (Pesantren As-Shiddiqiyah, Tangerang, Banten).
University students in Palembang, South Sumatra, admitted that watching the films made them feel challenged to make their own movies. “Through films, santris are able to improve Islam’s image at international level,” one of them said.
The roadshow brought FFS to audiences in Tangerang, Lebak, Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi, Cirebon, Cilacap, Solo, Jogjakarta, Jombang, Lamongan, Banyuwangi, Lombok, Palembang, Makassar, Ambon and Palu, from July to November 2013.
FFS films are now available online on www. youtube.com/SFCGI,
The FFS has garnered positive appreciation from santris, teachers and the public. “The films are loaded with positive messages of tolerance and respecting differences,” said a viewer in Bogor, West Java.
The FFS is part of our initiative in promoting peace and tolerance in pesantrens across Indonesia implemented alongside The Wahid Institute and P3M.
Yenny Wahid (director of The Wahid Institute) who joined the launching event said, “Judging from their films, Indonesia has a bright future ahead.”
http://www.engagemedia.org/ and www.indonesiafilmcenter.com
PENGHARGAAN UNTUK PEREMPUAN PEMIMPIN PERDAMAIAN
V Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
alentina Sagala, pendiri Institut Perempuan (organisasi perempuan pertama di Bandung), dinobatkan sebagai Role Model for Peace di N-Peace Awards 2013 pada 22 Oktober 2013 di Bangkok, Thailand.
“Bagi saya inti dari perdamaian adalah komitmen, terhadap cinta, Hak Asasi Manusia dan keadilan sosial. Saya mendedikasikan penghargaan N-Peace ini kepada mereka yang berkomitmen dalam kehidupan mereka sehari-hari, teman-teman feminis di Institut Perempuan… dan semua korban kekerasan, diskriminasi, eksploitasi dan intoleransi,” ucap Valentina. Lima perempuan yang berkontribusi besar dalam perdamaian di masing-masing negara mereka juga menerima penghargaan sebagai Role Model for Peace, yaitu: Thavachsri Charles Vijayaratnam (Sri Lanka), Masuada Karokhi (Afghanistan),
Irene Santiago (The Philippines), Shashi Kumary Adhikary (Nepal) dan Magdalena Bidau Soares (Timor-Leste). Penghargaan juga diberikan kepada Male Champion for Equality dan Emerging Peace Champion, yaitu Suprayoga Hadi (Deputi Menteri Bidang Pembangunan Daerah Khusus KPDT) dari Indonesia dan Rohaniza Usman dari Filipina. Diluncurkan pada 2011, N-Peace Awards memberi pengakuan atas upaya tak kenal lelah dari perempuan pejuang perdamaian dalam pencegahan, penyelesaian dan pemulihan konflik di 6 negara Asia
(Indonesia, Filipina, Timor-Leste, Nepal, Sri Lanka dan Afghanistan). Ajang ini juga telah mengangkat ceritacerita inspiratif dari 140 pendukung perdamaian di Asia lewat video-video di YouTube.com/NPeaceNetwork. N-Peace (Engage for Peace, Equality, Access, Community and Empowerment) Network merupakan inisiatif multi negara yang dikelola United Nations Development Programme, Asia Pacific Regional Centre (UNDP APRC), bekerjasama dengan Search for Common Ground dan the Institute for Inclusive Security, dan didukung oleh AusAID.
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
Appreciation for Asian Women Peace Leaders Valentina Sagala, the founder of Institut Perempuan (the first women organization in Bandung, was awarded Role Model for Peace at the N-Peace Awards 2013 held on 22 October 2013 in Bangkok, Thailand. “For me, the essence of peace is commitment: to love, human rights and social justice… I dedicate this N-Peace award to those who are committed in their daily lives, feminist sisters at Insitut Perempuan… and all survivors of violence, discrimination, exploitation and intolerance,” said Valentina. Five other women who demonstrate leadership in building peace in their respective countries were also honored as Role Models for Peace: Thavachsri Charles Vijayaratnam (Sri Lanka), Masuada Karokhi (Afghanistan),
Irene Santiago (The Philippines), Shashi Kumary Adhikary (Nepal) dan Magdalena Bidau Soares (TimorLeste). Suprayoga Hadi (Deputy Minister for the Development of Special Regions at the Ministry for the Development of Disadvantaged Regions) from Indonesia and Rohaniza Usman from the Philippines were also awarded Male Champion for Equality and Emerging Peace Champion at the same event. Launched in 2011, the N-Peace Awards recognize the tireless efforts of women leaders and peace builders in conflict prevention, resolution and reconciliation in 6 Asian countries (Indonesia, Sri Lanka, Timor-Leste, Nepal, Afghanistan and the Philippines). N-Peace Awards have been featuring inspiring stories of 140 peace advocates in Asia through videos on YouTube. com/NPeaceNetwork. N-Peace (Engage for Peace, Equality, Access, Community and Empowerment) is a multicountry initiative managed by UNDP Asia-Pacific Regional Centre (UNDP APRC), in partnership with Search for Common Ground, the Institute for Inclusive Security and supported by AusAID.
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
Caleg Perempuan Belajar Kepemimpinan dari Hati
P
erempuan di Indonesia masih menghadapi hambatan untuk berpartisipasi dalam politik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perdamaian dan stabilitas di negara ini. Menyambut Pemilu 2014, kami berusaha untuk meningkatkan kapasitas perempuan sebagai pemimpin dan pembangun perdamaian. Di satu sisi, melalui pelatihan kami menjangkau perempuan dari berbagai ideologi politik di berbagai tingkatan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kepemimpinan mereka. Di sisi lain, kami bekerja sama dengan partaipartai politik untuk mengembangkan kepemimpinan yang lebih beragam dengan mendukung caleg-caleg perempuan di Pemilu tingkat kabupaten, daerah dan nasional. Kami mengadakan pelatihan kepemimpinan dan resolusi konflik di Jawa Barat (di mana tingkat keterwakilan perempuannya kedua tertinggi di Indonesia), Bali dan Nusa Tenggara Barat (di mana tingkat keterwakilan perempuannya termasuk yang terendah di Indonesia). Pelatihan ini bisa diringkas dalam tiga pertanyaan singkat yang diajukan kepada para peserta dan membuat mereka tersentuh hingga hampir menangis: apa yang membuat anda bahagia, apa yang membuat hidup anda bermakna dan kemampuan apa yang anda miliki. “Pertanyaanpertanyaannya sangat mendalam dan merefleksikan apa yang harusnya jadi tujuan saya,” ucap seorang peserta. Bagi mereka, pelatihan ini adalah pengalaman yang membuka mata. “Saya mendapatkan banyak pengetahuan tentang kepemimpinan. Saya juga belajar bahwa ada banyak pilihan positif dalam resolusi konflik. Saya percaya diri bahwa sekarang saya adalah pemimpin yang lebih andal,” tutur Suryati dari PPP. Neng Supartini, seorang anggota parlemen yang pada awalnya mengaku ingin mengundurkan diri, berkata bahwa ia memiliki harapan baru akan pendekatan baru dalam kepemimpinan. Pelatihan ini juga sangat berpengaruh pada Deni Suhendra dari Partai
NasDem. “Dalam politik, sulit untuk berkata jujur karena kita bisa diasingkan. Tapi mulai sekarang, saya bersumpah untuk berkata jujur.” Pelatihan Kepemimpinan dan Resolusi Konflik adalah bagian dari upaya kami memajukan partisipasi dan kepemimpinan perempuan sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 tentang Perempuan, Perdamaian dan Keamanan. Program ini dijalankan bersama Solidaritas Perempuan dengan dana dari Uni Eropa.
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
Women Parliamentarian Candidates Learn Leadership from the Heart Women who wish to participate in politics in Indonesia still face a number of barriers, ultimately impacting lasting peace and stability in the country. Anticipating for the upcoming 2014 elections, we have been building the capacity of women candidates as leaders and peace builders. Through training and coaching we are enhancing the leadership skills of women from diverse political ideologies across multiple levels of Indonesian society whilst also working with political parties to foster more diverse leadership by supporting female candidates for district, municipal and parliamentary elections. Our leadership and conflict resolution trainings were held in West Java (where female representation is the second highest in Indonesia), Bali and West Nusa Tenggara (where female representation is among the lowest in the country). The leadership lessons were summarized in three simple questions that brought a tear to the eye of several participants: What brings
you joy? What gives your life meaning? What gifts you bring? “These are very deep questions that reflect what my goals should be,” said a participant. All in all, the training was an eye opening experience. “I gained a lot of knowledge about leadership. I also learned that there are many positive choices in conflict resolution. I’m confident that I’m now a more skillful leader,” said Suryati from the United Development Party (PPP). Neng Supartini, a current member of parliament who at first admitted to have wanted to resign, said at the end of the training that she has renewed hope in a new approach to leadership. The training also greatly affected Deni Suhendra from
the National Democrat Party (NasDem) who said, “In politics, it’s hard to speak the truth because you can be alienated. But from now on, I pledge to speak the truth.” The Leadership and Conflict Resolution Training is part of our initiative in promoting women’s participation and leadership in accordance with the UN Security Council’s Resolution 1325 on Women, Peace and Security. It is implemented alongside women’s organization, Solidaritas Perempuan, with generous funding from the European Union.
Kaleidoskop 2013 Search for Common Ground
Kepolisian Indonesia Meningkatkan Kesadaran HAM
K
epolisian Negara Republik Indonesia telah mendapatkan pengakuan internasional atas keberhasilan mereka menangkap para pelaku pengeboman di Bali dan Jakarta, seperti Dr. Azahari, Noordin M. Top dan Dulmatin. Tapi di sisi lain, mereka juga dituduh telah melakukan penembakan di luar prosedur hukum selama penggerebekan, melakukan penyiksaaan dan pelanggaran-pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) lainnya. Merespon ini, kami mengadakan pelatihan HAM dan Resolusi Konflik bagi para anggota Kepolisian dan membangun hubungan antara organisasi-organisasi HAM dengan Kepolisian. Pelatihan ini mempersenjatai para anggota Kepolisian dengan metodologi dan alat untuk meningkatkan kesadaran HAM dan kemampuan dasar dalam resolusi konflik. Seorang peserta mengaku bahwa pelatihan ini memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip HAM. “Pelatihan ini menjadi panduan bagi kami untuk lebih profesional. Inilah yang kami butuhkan untuk mengetahui hak-hak para tersangka. Bagus sekali kalau pelatihan ini bisa diadakan sekali setahun.� Pelatihan HAM dan Resolusi Konflik adalah bagian dari upaya kami memajukan prinsip-prinsip HAM dalam sektor keamanan Indonesia, yang dijalankan bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.
Search for Common Ground 2013 Kaleidoscope
Indonesian National Police Improves Human Rights Awareness Indonesian National Police has gained international recognition for their success in capturing militants involved in bombings in Bali and Jakarta, such as Dr. Azahari, Noordin M. Top and Dulmatin. On the other hand, the elite police force has also been accused of unlawful shootings of terrorist suspects during raids, committing torture and other human rights violations. In response to this, we provide Human Rights and Conflict Resolution training for Indonesian National Police officers and build relationships between human rights NGOs and the Police. The training arms Police officers with the methodology and tools to improve their human rights awareness and competence in conflict resolution. A participant said that it provided him with an understanding in Human Rights principles. “The training serves as guidance for us to be more professional. This is what we need to identify the rights that the suspects are entitled to. It will be good to have trainings like this once a year.� The Human Rights and Conflict Resolution training is part of our initiative in promoting human rights principles in Indonesia’s security sector, implemented alongside Jakarta Legal Aid Institute (LBH).
TENTANG SEARCH FOR COMMON GROUND A B O U T S E A R C H F O R CO M M O N G R O U N D
Konflik dan perbedaan adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Tapi tidak demikian dengan kekerasan. Dari 53 kantor yang tersebar di Afrika, Asia, Eropa, Timur Tengah dan Amerika Serikat, kami bekerja sama dengan 1.447 partner lokal dan 1,4 juta peserta setiap tahunnya untuk menciptakan solusi-solusi membangun terhadap konflik-konflik masa kini. Kami bekerja sama dengan semua pihak dalam konflik dan di setiap tingkatan masyarakat. Kami membantu dua pihak yang bertikai untuk bertindak atas dasar kepentingan mereka bersama untuk membangun perdamaian yang berkesinambungan.
Search for Common Ground di Indonesia Search for Common Ground adalah organisasi nirlaba internasional di bidang perdamaian. Kami telah bekerja di Indonesia sejak 2002 dengan mengajak masyarakat memilih pendekatan kerja sama daripada kekerasan, dalam menghadapi konflik. Kami mempertemukan pihak-pihak yang berseberangan dari berbagai latar belakang untuk mencari solusi berdasarkan kepentingan bersama melalui dialog, peningkatan kapasitas dan media (televisi, video, radio komik dan media sosial). Kami bekerja sama dengan masyarakat sipil (perempuan, pemuda, organisasi kemasyarakatan), pemerintah dan sektor keamanan.
Conflict and differences are inevitable. Violence is not. From 53 offices across Africa, Asia, Europe, the Middle East, and the U.S.A., we are working with 1,447 local partners and 1.4 million participants every year, creating constructive solutions to today’s conflicts. We work with all sides of a conflict and at every level of society, from top leaders to grassroots communities. We help adversaries act on their shared interests in order to build sustainable peace.
Search for Common Ground in Indonesia Search for Common Ground has been building peace in Indonesia since 2002 by transforming the way people deal with conflict: by taking cooperative approaches instead of resorting to violence. We bring together people from across dividing lines to work collaboratively to address shared interests through dialogue, capacity building and media (television, video radio, comics and social media). We collaborate with the government, civil society and security sector.
Search for Common Ground Indonesia
Jl. Cipaku II No. 7, Petogogan, Jakarta, 12170 :: Tel: (62-21) 7200964 :: Fax: (62-21) 7201034
www.sfcg.org