Pertemuan II

Page 1

ASAS-ASAS HUKUM WARIS BW1

I. Asas Hukum Waris mengenai Diri Pewaris Asas terpenting yang terdapat dalam diri pewaris adalah, sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 830 BW. Pasal tersebut secara implisit mengemukakan bahwa warisan akan terbuka apabila ada yang meninggal dunia. Sehubungan

dengan

pasal

830

BW

tersebut,

maka

pasal

1334

BW

menetapkan bahwa: “Barang-barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat menjadi pokok suatu persetujuan. Tetapi tidaklah diperkenankan untuk meleps suatu warisan yang belum terbuka, ataupun meminta diperjanjikan sesuatu hak mengenai hal itu, sekalipun dengan sepakatnya orang yang nantinya akan meninggalkan warisan.� Pengecualian terhadap pasal 830 BW terdapat dalam pasal 467 dan pasal 470 BW. pasal-pasal tersebut mengatur dalam hal orang telah meninggalkan tempat untuk suatu jangka waktu tertentu (5 tahun, pasal 467 atau 10 tahun, pasal 470) dan dari padanya tidak dengar lagi kabar, sehingga orang tidak lagi mengetahui apakah ia masih hidup atau telah menggal dunia, maka yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri agar orang yang meninggalkan tempat dinyatakan “diduga� meninggal dunia (vonnis van vermoedelijke dood).

II. Asas Hukum Waris Mengenai Diri Ahli waris (pasal 836 dan 899 BW) Asas pokok berikutnya dimuat dalam pasal 836 dan 899 BW. Menurut pasal tersebut orang yang bertindak sebagai ahli waris, harus ada (sudah lahir) pada saat terbuka warisan. Asas tersebut selanjutnya harus ditafsirkan bahwa orang yang akan mewaris selain daripada ia telah ada (telah lahir), ia pun harus masih ada (masih hidup)

pada

saat

matinya

pewaris.

Karenanya

saat

kematian

dan

Dyah Ochtorina Susanti, SH., MHum. Disampaikan pada pertemuan II, mata kuliah hukum waris BW, Kamis 18 Februari 2010 di Fakultas Hukum Univ. Jember. 1

1


kelahirannya

seseorang

sangat

penting

dan

dapat

bersifat

sangat

menentukan. Saat tersebut menentukan siapa saja yang berhak mewaris dan sejak kapan hak dan berkewajiban pewaris berpindah kapada ahli waris. Disamping itu saat meninggalnya pewaris mempunyai pengaruh yang penting sekali berhubung dengan adanya ketentuan (pasal 1083 BW), bahwa tiap ahli waris (setelah diadakan pembagian dan pemecahan warisan) dianggap menerima langsung pada saat pewaris mati. jadi disini ada dikenal tindakan hukum yang berlaku surut (terugwerkende kracht). ketentuan yang demikian itu berlaku pula bagi pembeli barang warisan menurut pasal 1076 BW Bagaimana

jika

pewaris

meninggal

bersama-sama

dengan

ahli

warisnya?...... Terkait dengan hal ini, lihat pasal 831 BW (pasal 831 BW ini merupakan penjabaran yang lebih lanjut dari asas 836 BW, pasal 831 diperluas dengan ketentuan pasal 2 BW) , 894 BW.

2


SUBYEK HUKUM WARIS BW

1. PEWARIS Pasal 830 BW mengatakan bahwa :�Pewarisan hanya berlangsung karena kematian.�

2. AHLI WARIS Garis besarnya ada dua kelompok orang-orang yang disebut sebagai ahli waris, yaitu:2 I. Orang-orang

yang

oleh

Undang-Undang

(baca:

BW)

telah

ditentukan sebagai ahli waris. Adapun mereka terdiri dari: a. Golongan Pertama, terdiri dari suami atau istri yang hidup terlama ditambah anak atau anak-anak, serta sekalian keturunan anak-anak tersebut. Pasal 832, 852, 852 a BW. b. Golongan Kedua, terdiri atas ayah dan ibu (keduanya masih hidup), ayau atau ibu (salah satunya telah meninggal dunia) dan saudara/i serta keturunan saudara/i tersebut. Pasal 854, 855, 856 dan 857 BW. c. Golongan ketiga, terdiri dari atas kakek-nenek garis ibu dan kakek nenek garis ayah. Menurut pasal 853 BW, apabila si yang meninggal dunia tidak meninggalkan keturunan maupun suami atau istri maupun saudara/i, maka harta warisan DIKLOVING (dibagi dua), satu bagian untuk sekalian keluarga sedarah dalam garis bapak lurus ke atas dan satu bagian lainnya untuk sekalian keluarga sedarah dalam garis ibu lurus ke atas. d. Golongan keempat, terdiri dari sanak keluarga pewaris dalam garis menyimpang sampai derajat keenam dan derajat ketujuh karena pergantian tempat.

II.

Orang-orang yang menjadi ahli waris karena pewaris dikala hidupnya

melakukan

perbuatan-perbuatan

hukum

tertentu,

Pengelompokkan ini dibuat penulis untuk memudahkan mahasiswa dalam belajar hukum waris BW 2

3


misalnya: perbuatan hukum pengakuan anak, perbuatan hukum pengangkatan anak atau adopsi, dan perbuatan hukum lain yang disebut testamen (surat wasiat). Golongan ini terdiri dari: a.

Golongan pertama, terdiri dari suami/istri (garwa) yang hidup terlama dan anak-anak. Apabila ada di antara anak sah yang telah meninggal dunia, maka keturunan sah (cucu) dari anak sah yang telah meninggal dunia tersebut bisa tampil sebagai ahli waris menggantikan orang tuanya yang telah meninggal dunia tersebut. Hak bagian cucu mengikuti bagian orang tuanya. Seandainya orang tuanya mendapat bagian warisan setengah bagian, maka cucu yang berjumlah 2 orang, misalnya akan mendapat bagian masingmasing sebesar Âź (seperempat).

b. Golongan kedua, terdiri dari ayah, ibu dan saudara-saudara serta sekalian keturunan yang sah dari saudara-saudari sebagai ahli waris pengganti saudara-saudari tersebut jika ada diantara mereka yang telah meninggal dunia. c.

Golongan ketiga, meliputi kakek nenek garis ayah dan kakek nenek garis ibu. Pembagian warisan untuk ahli waris golongan ketiga harus dikloving terlebih dahulu. Maksudnya harta peninggalan yang ada

dibagi

dua

terlebih

dahulu.

Setengah

bagian

pertama

merupakan hak bagian kakek nenek garis ibu dan setengah bagian lainnya merupakan hak bagian kakek nenek garis ayah. Apabila kakek nenek garis ibu masih hidup maka masing-masing mereka mendapat Ÿ (seperempat) bagian. Sedangkan apabila kakek nenek garis ayah hanya kakek saja maka kakek tersebut mendapat utuh ½ (setengah) bagian. d. Golongan empat, terdiri dari saudara/i garis ibu dan saudara/i garis ayah (paman dan/atau bibi). Kekhususan golongan tiga dan empat bisa mewaris secara bersama-sama. Misalnya kakek nenek garis ayah (golongan tiga) masih ada, sedangkan kakek-nenek garis ibu sudah meninggal semuanya dan yang ada hanya seorang saudara dari ibu (golongan empat) maka saudara dari ibu yang berada pada golongan empat bisa mewaris bersama-sama dengan kakek-nenek garis ayah yang berada pada posisi golongan ketiga.

4


PERHATIKAN CATATAN: Tidak demikian halnya dengan ahli waris golongan satu, golongan dua dan golongan tiga. Selama ahli waris golongan dua dan golongan tiga. Selama ahli waris golongan satu masih ada, maka ahli waris golongan dua tidak bisa mewaris. Demikian juga selama ahli waris golongan dua masih ada, maka ahli waris golongan tiga tidak bisa tampil menjadi ahli waris. Hanya ahli waris golongan tiga dan empat yang memiliki basis hukum untuk mewaris bersamasama dalam tempo yang sama.

5


6


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.