4 minute read
Jagung
Oleh : Fenti Ferawati, SP, M.Si dan Ir. Elviwirda, M.Si.
PProduksi jagung di Provinsi Aceh antara 3-5 ton/ha dan rendahnya produksi ini disebabkan oleh pengelolaan tanaman yang masih terbatas.Teknologi pengelolaan tanaman jagung yang diunggulkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah pengelolaan tanaman terpadu (PTT) yaitu suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.
Advertisement
PENYULUH BUKU PINTAR
A. Komponen Teknologi Dasar
1.
2. Varietas Unggul Baru(VUB) ; terbagi atas hibrida dan komposit. VUB hibrida adalah Bima-4, Bima-5, Bima6, Bima-15, Bima-19, dan Bima-20. Sedangkan VUB Komposit adalah Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning-1 dan Srikandi Putih-1. Benih bermutu/berlabel dan perlakuan benih ; benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%) dan berlabel. Perlakuan benih
3.
4.
(seed treatment) dilakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif metalaksil. Perlakuan benih dengan metalaksil bertujuan untuk mencegah penyakit bulai. Populasi dan cara tanam : populasi tanaman sekitar 66.600 - 75.000 tanaman/ha dan benih ditanam dengan jarak tanam 70-75 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 75 cm x 40 cm (2 biji per lubang). Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah Rekomendasi pemupukan N, P, dan K tanaman jagung mengacu pada salah satu teknik berikut ini : » Takaran dan waktu pemberian pupuk N berdasarkan kebutuhan tanaman dan diberikan 2 kali: 7 - 10
HST dan 30 - 35 HST. » BWD (bagan warna daun) digunakan pada 40 - 45 HST untuk mendeteksi kecukupan N bagi tanaman. » Pemberian pupuk P dan K pada lahan kering mengacu pada PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering).
Rekomendasi pemupukan jagung per Ha adalah Urea 300 kg, SP-36 150 kg, KCl 75 kg.
B. Komponen Teknologi Pilihan
1.
2.
3. Penyiapan lahan ; penyiapan lahan Tanpa Olah Tanah (TOT) atau Tanam dengan Olah Tanah Minimum (TOM), baik di lahan kering ataupun di lahan sawah dapat diterapkan tergantung dari kondisi fisik lahan. Lahan yang ditumbuhi sisa-sisa tanaman atau gulma dapat disemprot dengan herbisida golongan paraquat ataupun jenis Glyphosat, tergantung dari kondisi gulma di lokasi tersebut. Satu minggu sesudah disemprot, benih sudah dapat ditugal. Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi ; pada lahan kering saluran drainase diperlukan untuk pengaliran air, terutama pada musim hujan, karena tanaman jagung peka terhadap kelebihan air. Pada lahan sawah saluran irigasi diperlukan untuk memudahkan pengaturan air. Pembuatan saluran irigasi untuk setiap dua baris tanaman lebih efisien dibanding setiap baris tanaman. Saluran irigasi dibuat pada saat penyiangan pertama. Pemberian bahan organik ; pupuk organik terdiri atas bahan organik sisa tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus) yang telah mengalami proses pelapukan. Pupuk organik dapat diaplikasikan sebagai penutup lubang tanam benih dengan takaran 2-3 ton/ha. 4. Pembumbunan ; bertujuan untuk memberikan lingkungan akar yang lebih baik, agar tanaman tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah. Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran atau setelah pemupukan kedua (35 HST) yang bersamaan dengan penyiangan kedua secara mekanis. 5. Pengendalian gulma ; penyiangan pertama dilakukan dengan menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur (jika ada gulma). Sedangkan penyiangan kedua dengan menggunakan mesin pembuat alur, cangkul atau herbisida paraquat dengan takaran 1-2 liter per hektar dan dilakukan pada saat tanaman berumur 30-35 hari setelah tanam. Sementara periode kritis tanaman jagung terhadap gulma yaitu pada dua bulan pertama. 6. Pengendalian Hama dan Penyakit
a. Hama Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis )
Tanaman inangnya adalah jagung, sorgum, terong, Amaranthus sp., Panicium sp. Gejala adanya lubang gerekan pada batang dengan kotoran menutupi lubang gerekan dengan siklus hidup sekitar satu bulan.
PENYULUH BUKU PINTAR
Gambar 1. Ulat Penggerek Batang Jagung
b.
Pengendalian terpadu dengan komponen terpadu meliputi: pergiliran tanaman, tanaman serempak, sanitasi inang liar, pemangkasan bunga jantan 25 %, pemberian biopesisida dipel (Basillus Thuringiensis ) dan aplikasi insektisida .
Hama Penggerek tongkol (Helikoverpa Armigera)
Gejalanya : Adanya lubang-lubang melintang pada daun tanaman stadia vegetatif. Rambut tongkol jagung terpotong, Ujung ujung tongkol ada bekas gerekan dan sering kali ada larvanya dan penyebabnya adalah Helikoverpa armigera (Hbn).
Pengendalian terpadu:
Komponen Pengendalian terpadu meliputi : menanam varietas jagung yang kelobotnya menutup tongkol rapat dan menggunakan musuh alami seperti : parasit telur Trichogramma sp, parasit telur larva muda Eriborus sp., Tachinid, cendawan Entomophaga Metharhizium, Nuklear Polyhidrosis Virus ( NPV ) dan Penyemprotan Insektisida pada ambang kerusakan 3 tongkol/50 tanaman.
c. Penyakit Bulai (Peronoscleropora spp)
Tanaman inangnya adalah : jagung, sorgum, tebu, dan Beberapa jenis rumputan. Gejala adanya Khlorose sebagian atau keseluruh helaian daun. Pada permukaan yang khlorase tampak ada masa tangkai konidia berupa tepung putih.
Jika tanaman terinfeksi awal terjadi khlorose berat dan dapat
Gambar 2. Ulat Penggerek Tongkol Jagung
mati atau tumbuh kerdil. Dapat juga tongkol tidak tumbuh sempurna dan sering tidak terbentuk biji atau bijinya jarang. Komponen pengendalian untuk PHT meliputi: menggunakan varietas tahan bulai, tanam serempak, periode bebas tanaman jagung dan aplikasi fungisida berbahan aktif metalaksil melalui biji .
d. Penyakit busuk tongkol
Disebabkan cendawan Fusarium verticillioides. Gejala yang terlihat tongkol jagung berwarna merah atau merah kecoklatan dan busuk. Pengendalian dilakukan dengan pergiliran tanaman, membakar bagian tanaman yang terserang dan menanam varietas yang tahan.
Gambar 3. Tongkol jagung Busuk Gambar 4.Tongkol Jagung Siap Panen
7. Panen Tepat Waktu dan Pengeringan Segera » Panen dilakukan jika kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras, dan telah terbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji. » Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur, atau dianginanginkan jika kondisi hujan » Tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur. » Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air biji + 20%) dengan alat pemipil.
Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14%. Jika cuaca hujan, pengeringan menggunakan mesin pengering. Tidak dianjurkan menyimpan jagung pada kadar air biji >14% dalam karung untuk waktu lebih dari satu bulan.