11 minute read
Kakao
Oleh: M. Amin, SP dan Ishar, S.ST
KKualitas kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan
Advertisement
BUKU PINTAR
PENYULUH produk hilir kakao.
SYARAT TUMBUH
1. Curah Hujan; areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100 - 3.000 mm per tahun karenacurah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah
2.
3.
(black pods). Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi. Temperatur; temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30 0 Cs.d. 32 0 C (maksimum) dan 18 0 Cs.d. 21 0 C (minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 10 0 C akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur. Sinar Matahari; kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk
sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 % cahaya matahari penuh atau pada 15 % cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.
4. Tanah 4.1. Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6 - 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.
Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0 - 15 cm sebaiknya lebih dari 3%. Kadar tersebut setara dengan 1,75 % unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanah-tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me per 100 gram contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0 - 15 cm.
4.2. Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 - 40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10 - 20 persen debu. Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.
4.3. Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257 - 550 ppm berbagai kedalaman (0 - 127,5 cm), dengan persentase liat dari 10,8 - 43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata-rata 0-50 cm di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH-H 2 O (1:2,5) = 6 s/d 7; zat
organik 4 persen; K.T.K rata-rata 0-50 cm di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa ratarata 0 - 50 cm di atas 50%.
B. Jenis Tanaman Kakao
Secara skematis pengelompokan jenis kakao tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jenis Tanaman Kakao Criollo (choiced - Central American Criollos cacao) : - South American Criollos Forastero (bulk cacao): - Lower Amazone Farastero - Upper Amazone Hybrids
Trinitario
Jenis kakao yang ditanam saat ini sebagian besar adalah jenis Criollo.
PENYULUH BUKU PINTAR
C. Bagian-bagian Tanaman Kakao Akar Tanaman Kakao
Akar kakao atau cokelat adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar tunggang. Keterbatasan akar kakao untuk berkembang pada tanah yang permukaan airnya ekstrim menjadi faktor pembatas penanaman kakao didaerah pantai. Pada tanah yang drainasenya jelek dan permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang tidak dapat tumbuh lebih dari 45 cm.
Batang Tanaman Kakao
Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian 8-10 meter dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman kakao punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila tanaman tanpa pohon pelindung. Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan cabangcabang primer. Letak cabang-cabang primer itu tumbuh disebut jorguette, yang tingginya dari permukaan tanah 1-2 meter. Ketinggian jorguette yang ideal adalah 1,2 - 1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan seimbang.
Pada tanaman kakao yang diperbanyak secara vegetatif tidak didapati jorguette. Cabang-cabang primer tumbuh dari pangkal batang dekat permukaan tanah sehingga ketinggian tanaman relatif lebih rendah dari tanaman kakao asal biji. Untuk membentuk habitat yang baik, dibutuhkan seleksi cabang atau pemangkasan yang teratur. Dari batang maupun cabang acapkali tumbuh tunas-tunas air (chupon). Ditinjau dari tipe pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh ke arah atas ataupun samping. Cabang-cabang tumbuh ke arah samping disebut cabangcabang plagiotrop dan cabang-cabang yang tumbuh ke arah atas disebut cabangcabang orthotrop.
Penyerbukan buka tanaman kakao dibantu oleh serangga. Penyerbukan
biasanya berlangsung pada pagi hari, yaitu pada pukul 7.30 - 10.30. Lingkungan yang lembab, dingin, dan gelap karena tajuk sudah tumbuh rapat merupakan kondisi yang disenangi serangga tersebut.
Buah Tanaman Kakao
Buah tanaman kakao merupakan buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai 10 alur dan tebalnya 1-2 cm. Pada waktu masih muda, biji kakao menempel pada bagian kulit dalam buah, tetapi bila buah kakao telah matang maka biji kakao terlepas dari kulit buah. Buah kakao demikian akan berbunyi bila digoncang.
Jumlah bunga tanaman kakao yang menjadi buah sampai matang dan jumlah biji di dalam buah serta berat biji merupakan faktor-faktor yang menentukan produksi. Buah kakao muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (buah pentil).
Didalam setiap buah kakao terdapat 30-50 biji, bergantung pada jenis tanaman. Sedangkan berat kering atau satu biji kakao yang ideal 1+0,1 gram. Beberapa jenis tanaman kakao menghasilkan buah yang banyak tetapi bijinya kecil, dan sebaliknya. Perubahan warna kulit tongkong dapat dijadikan tanda kematangan buah. Terdapat buah kakao yang berwarna hijau tua, hijau muda, atau merah pada waktu muda, tetapi akan berwarna kuning bila telah matang.
SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO 5. Pembersihan Lahan dan Pengolahan Tanah
Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi bila baru dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang. Pembersihan areal sering juga diakhiri dengan tahap pengolahan tanah. Pengolahan tanah umumnya dilaksanakan dengan cara mekanis khususnya pada areal yang dibuka untuk penanaman kakao cukup luas.
5.2. Jarak Tanam Kakao
Jarak tanam erat kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam, dan kesuburan areal. Ditinjau dari segi produksinya, jarak tanam 3x3 m, 4x2 m, dan 3,5x2,5 m adalah sama, walaupun pertautan tajuk mebutuhkan waktu lebih lama bila dibandingkan dengan jarak tanam 3x3 m. Karena itu, pilihan jarak tanam optimum bergantung pada bahan tanam dan kejagurannya (besarnya pohon), jenis tanah, dan iklim areal yang dikehendaki.
5.3. Pola Tanam Kakao
Pola tanam erat kaitannya dengan keoptumuman jumlah pohon per ha, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan kerugian yang timbul pada nilai kesuburan tanah serta biaya pemeliharaan. Ada empat pola tanam yang dianjurkan, diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi empat. Pada pola tanam ini, seluruh areal ditanami menurut jarak tanam yang ditetapkan. Pohon pelindung berada tepat pada pertemuna diagonal empat pohon kakao. Pola tanam kakao segi empat, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon pelindung terletak di antara dua gawangan dan dua barisan yang membentuk segi tiga sama sisi. Pola tanam, kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. Pada pola tanam ini, pohon kakao dipisahkan oleh dua kali jarak tanam yang telah ditetapkan dengan beberapa barisan pohon kakao berikutnya. Dengan demikian, terdapat ruang di antara barisan kakao yang bisa dimanfaatkan sebagai jalan untuk pemeliharaan. Pola tanam kakao berpagar ganda, pohon pelindung segi empat.
PENYULUH BUKU PINTAR
5.4. Pemeliharaan Tanaman Kakao
a. Pemangkasan pohon pelindung tetap dilakukan agar dapat berfungsi untuk jangka waktu yang lama. Pemangkasan dilakukan terhadap cabang – cabang yang tumbuh rendahan lemah. Pohon dipangkas sehingga cabang terendah akan berjarak lebih dari 1 m dari tajuk tanaman cokelat. b. Penyiangan pada tanaman kakao adalah untuk mencegah persaingan c.
d.
e. dalam penyerapan air dan unsur hara dan mencegah hama dan penyakit. Penyiangan harus dilakukan secara rutin, minimal satu bulan sekali yaitu dengan menggunakan cangkul, koret, atau dicabut dengan tangan. Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan. Pemupukan pada tanaman kakao yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 cm – 50 cm (untuk umur 2 – 10 bulan) dan 50 cm– 75 cm (untuk umur 14 – 20 bulan) dari batang utama. Untuk tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 cm – 75 cm dri batang utama. Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm. Banyaknya pupuk yang dibutuhkan setiap tahun untuk lahan seluas 1 ha. Penyiraman tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat lembab. Penyiraman pohon kakao dilakukan pada tanaman muda, terutama tanaman yang tidak diberi pohon pelindung. Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida dalam dua tahap, pertama
bertujuan untuk mencegah sebelum diketahui ada hama yang benar–benar menyerang dengan kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha pemberantasan hama, di mana jenis dan kadar pestisida yang digunakan juga ditingkatkan. Contoh pestisida yang digunakan untuk pemberantasan hama dan penyakit, yaitu Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil (Nudrin 24 WSC/Lannate 20L), dan Fenitron (Karbation 50 EC). Hama yang sering menyerang tanaman kakao antara lain adalah belalang (Valanga Nigricornis), ulat jengkal (Hypsidra talaka Walker.), kutu putih (Planoccos lilaci), penghisap buah (Helopeltis sp.), dan penggerek batang (Zeuzera sp.). Insektisida yang sering digunakan untuk pemberantasan belalang, ulat jengkal, dan kutu putih antara lain adalah Decis, Cupraycide, Lebaycide, Coesar, dan Atabron. Penghisap buah dapat diberantas dengan Lebaycide,
Cupraycide, dan Decis.
Penyakit yang sering ditemukan dalam budidaya kakao, yaitu penyakit jamur upas dan jamur akar. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Oncobasidium thebromae. Selain itu, juga sering dijumpai penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytoptera sp.
6. Panen Kakao
Buah kakao bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah kakao matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan nbuah di kebun – kebun yang mengusahakan kakao, yakni :
Kelas kematangan A+, kuning tua pada seluruh permukaan buah Kelas A, kuning pada seluruh permukaan buah Kelas B, kuning pada alur buah dan punggung alur buah Kelas C, kuning pada alur buah
7. PASCA PANEN TANAMAN KAKAO 7.1. Fermentasi
Tujuan dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi, seperti warna keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji, dan untuk melepaskan pulp. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu berlubang. Selama fermentasi, biji
PENYULUH BUKU PINTAR
beserta pulpnya mengalami penurunan berat sampai 25%.
7.2. Perendaman dan Pencucian
Perendaman berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Dengan demikian, proses pengeringan menjadi lebih cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian yang bertujuan untuk mengurangi sisa – sisa pulp yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada biji. Apabila biji masih ada sisa pulp, bijiakan mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan juga akan memperlambat proses pengeringan.
7.3. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai pada kondisi kadar air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi cendawan. Pengeringan biji kakao dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2 - 3 hari, tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7 – 8 %. Dengan pengeringan buatan, pengeringan biji kakao berlangsung pada temperatur 65 o C – 68 o C.
7.4. Penyortiran / Pengelompokan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya: a. Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90 – 100 butir biji b. Mutu B : dalam 100 g biji terdapat 100 – 110 butir biji c. Mutu C : dalam 100 g biji terdapat 110 – 120 butir biji
7.5. Penyimpanan
Biji kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg biji cokelat kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering, dan memiliki lubang pergantian udara. Penyimpanan di gudang sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap 3 bulan harus diperiksa untuk melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang. Sebaiknya, biji kakao bisa segera dijual dan diangkut dengan menggunakan truk atau sebagainya.