EXPEDISI EDISI II JUNI 2015
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
PRESENSI ONLINE
GAGAL!
Menyelidik Kegamangan UNY Terapkan Kebijakan
surat pembaca Prioritaskan Pengembangan Perpusatakaan Keberadaan perpustakaan menjadi poin penting dalam pengembangan kegiatan akademis sebuah perguruan tinggi. Sayangnya, fasilitas perpustaka an yang dimiliki UNY dengan misi nya “on the move to the world class university”, belum bisa memenuhi harapan. Tengoklah perpustakaan pusat dan fakultas. Koleksi bukubukunya masih jauh dari memadai. Seringkali pengunjung tidak dapat menemukan referensi yang dicari. Di tengah berb agai rencana pengembangan di kampus ini, rasa nya penambahan literatur perpustaka an layak untuk dijadikan prioritas utama. Alangkah bijakn ya jika program pengembangan diprioritas kan pada fasilitas yang secara lang sung memberikan manfaat akademis bagi mahasiswa dan dosen. Jangan
sampai terjebak pada program-program yang hanya tampak keren namun tidak memberikan dampak signifikan. Mustahil jika sebuah universitas ber kelas dunia hanya memiliki perpustakaan kecil dengan koleksi buku jadul atau bahkan fotokopian. Semoga UNY segera memiliki perpustakaan berkelas inter nasional yang akan membuat kebutuhan mahasiswa dan dosen terakomodasi. Mimin Nur Aisyah, M.Sc., Ak. Dosen Prodi Akuntansi Pentingnya Sarana MCK
Brian Adi Wijaya Mahasiswa Fisika 2014
KAMAR mandi adalah prasarana yang wajib disediakan oleh kampus. Maka, penyediaan kamar mandi yang bersih dan lengkap peralatannya adalah ser vis yang harus dilakukan oleh pihak kampus. Perawatan dan penyedia an sarana seperti sabun cuci tangan
editorial Sistem Baru yang Gagal TERTANGGAL 14 April 2015 UNY mengeluarkan surat edaran nomor 03/SE/2015 tentang beban mengajar dosen dan administrasi presensi kuliah. Atas dasar surat edaran terebut, salah satu poin penting yang perlu dibenahi UNY adalah tentang presensi online untuk mahasiswa. Sebelumnya, tertanggal 14 Februari 2014 sistem ini mulai digunakan. Namun, pelaksanaannya gagal karena belum optimal. Perangkat pendukung yang kurang lengkap memicu ter hambatnya presensi online untuk mahasiswa. Di beberapa fakultas seperti FBS, presensi online belum digunakan secara berkelanjutan, hanya dosen ter tentu yang mau menggunakan presensi online. Belum adanya sosialisasi peng gunaan presensi online sistem barcode membuat banyak dosen kebingungan, sehingga banyak yang memilih meng gunakan presensi manual. Keefektifan waktu untuk presensi online juga perlu diperhatikan. Tidak dapat di pungkiri bahwa untuk presensi online mahasiswa memakan waktu kurang lebih 15 menit. Jika dibandingkan, tentu lebih efektif menggunakan presensi manual.
2
perlu dipenuhi agar warga kampus me rasa nyaman memakai kamar mandi. Namun pada praktiknya hal ini tidak dilakukan. Di kompleks laboratorium FMIPA terdapat beberapa kamar mandi. Namun, hanyasedikit yang memiliki sarana sabun tangan. Bahkan di tempat cuci tangan tidak di sediakan sabun cuci tangan. Alangkah baiknya jika penyediaan prasa rana kampus dapat dioptimalkan, terma suk sabun. Kenyamanan warga kampus dapat terganggu jika terjadi kekurangan pada sisi prasarana.
Dana yang minim juga memicu kurang optimalnya presensi online. Harapan untuk pemasangan perangkat pend ukung presensi online tiap ruang kelas sampai sekarang belum terealisasi, hanya beberapa ruang an saja yang terpasang. Begitu pula perangkat pendukung yang digunakan dari komputer bekas, jelas saja banyak yang tidak setuju jika presensi online digunakan. Jika ingin konsisten mengguna kan presensi online, UNY juga harus memikirkan kuliah praktikum seperti di FIK yang kebanyakan di luar ruang kelas. Karena pada ke nyataannya mahasiswa yang kuliah praktikum tidak ada yang mengguna kan presensi online. UNY juga belum serius dengan sistem presensi online karena banyak mahasiswa yang KTM tidak terdeteksi. Sangat disayangkan tidak adanya tindakan untuk KTM yang bermasalah. UNY belum siap dan serius dalam menjalankan sistem baru ini. Jika UNY ingin menggunakan sistem presensi online maka harus ada sosialisai penggunaan presensi online. Namun jika presensi manual sudah baik, mengapa harus diganti? Redaksi
Mekanisme Ujian Online Harus Dibenahi AMIS 4 Juni lalu, LIMUNY beralih K fungsi menjadi ruang ujian online MKU. Sepengalaman saya di semester pertama, sistem seperti itu mengundang berbagai masalah. Nilai hasil ujian online MKU tidak digunakan dalam penilaian akhir mata kuliah PAI. Begitu pula, dengan MKUsemester ini, PendidikanPancasila, karena sejak awal dosen tidak memberi arahan akan menggunakan nilai ujian online. Menurutnya, nilai hasil ujian online terlalu rendah. Memang terjadi ketidaksesuaian an tara materi dari dosen dan soal di ujian online MKU, sehingga menghasilkan nilai yang rendah. Semrawutnya sistem ujian ini harus segera ditata, dari meka nisme antrean mahasiswa di lokasi ujian yang tidak rapi dan ujiannya yang tidak sesuai dengan yang diajarkan dosen. Feri Fidianto Mahasiswa Pend. Teknik Mekatronika 2014
sempil + “Dikit-dikit pakai sosialisasi, begitu saja kok pakai sosialisasi.” - “Ukt saja banyak, masak sosialisasi dikit, Pak?”
Pimpinan Proyek Arina Makarimal | Sekretaris Triyo Handoko | Bendahara Fara Famular | Redaktur Pelaksana Putra Ramadan | Redaktur Andhika Widyawan, Arina Makarimal, Bayu Hendrawati, Ervina Nur, Ghozali Saputra, Rizka Putri | Reporter Ahmad, Arina, Ervina, Fara, Vatir | Redaktur Foto Ayuningtyas Rachmasari | Artistik Ade Luqman Hakim, Andhika Widyawan, Dinda Sekar, Kustian Rudianto| Produksi Devi Ellok | Iklan Ahmad Wijayanto, Desy Nirmala, Fajar Azizi, Ghozali Saputra | Tim Polling Andi Vangeran, Ervina Nur, Khusnul Khitam, Urlik Hufum | Sirkulasi Bayu Hendrawati| Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web Ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
edisi Ii | JUNI 2015
sentra
Presensi Online Berjalan Tanpa Sosialisasi Kebijakan setengah hati sebabkan kegagalan peralihan sistem presensi manual ke presensi online di UNY.
M
JUNI 2015 | edisi ii
3
Ahmad | Expedisi
eskipun surat edaran terkait Sistem presensi online yang membuat perkuliahan yang sedang ber beban mengajar dosen dan seharusnya sudah berjalan, sampai saat jalan menjadi kacau. Hal yang sama juga administrasi presensi kuliah ini pelaksanaannya masih diabaikan. diamini oleh Sigit Nugroho S.Or., M.Or., sudah dikeluarkan, namun presensi on Dikesampingkannya pelaksanaan sis dosen F akultasIlmuK eolahragaan. line belum dilaksanakan secara optimal. tem presensi online bukan tanpa alasan, Selain masalah waktu, kualitas alat Sikap yang kurang profesional tercermin dari segi efisiensi waktu sistem presensi dan kelengkapan alat untuk mendukung dari hal yang paling penting yakni pe online memang memangkas waktu per sistem ini masih di bawah standar. Ba nyediaan perangkat pendukung yang kuliahan. “Untuk perbandingan presensi nyak ruangan di tujuh fakultasdi UNY belum merata. Terbukti dari dikeluar online dengan presensi manual, memang belum dipasangi komputer serta scanner. kannya surat edaran no 03/SE/2015 lebih efektif presensi manual. Karena pre Ditambah lagi alat yang sudahdipasang pada 14 April 2015 yang menjelaskan sensi online justru memerlukan banyak mengalami kerusakan seperti tidak ber tentang prosedur pelaksanaan sistem waktu. Selain itu, mahasiswa baru bisa fungsinya scanner, hingga komputer presensi online menyangkut kelengkap presensi ketika sudah 15 menit masuk yang mati. Senada dengan pernyataan an perangkat pendukung untuk sistem jam kuliah. Kalau ada yang telat, mon Devry, mahasiswi FMIPAyang membe presensi online. dar-mandir di depan kelas, mengganggu narkan rusaknya perangkat pendukung. Mengenai alasan pemberlakuan perkuliahan,” ujar Ridwan Nur Wakhid, Ia menyatakan bahwa selain tidak adanya sistem presensi online, Dr. Sugeng mahasiswa Program StudiKimia. Pernya komputer di beberapa ruangan, banyak Bayu Wahyono, M.Pd., Kepala Jurusan taan yang sama juga diungkapkan oleh komputer ataupun scanner yang tidak Teknologi Pendidikan, mengatakan bah Ramli, mahasiswa Fakultas Ekonomi. berfungsi. wa sekarang ini UNY sedang menerapkan Ramli menyayangkan kegagalan pelak Sementara itu, WR II menuding bah sistem digitalisasi dalam berbagai aspek sanaan sistem ini. Program yang awalnya wa penyediaan fasilitas yang buruk di pendidikan. Maka dibuatlah sistem pre diniatkan untuk membantu proses pen UNY dikarenakan pendanaan yang mi sensi yang semula dengan sistem presensi dataan kehadiran mahasiswa, ternyata nim. Ia juga menyalahkan sikap maha manual diubah menjadi sistem presensi tidak bisa berjalan maksimal karena siswa yang terkesan kontradiktif terkait online. Menurutnya, pelaksanaan pre kurang efisien. Terlalu banyaknya wak Uang Kuliah Tunggal dengan pengadaan sensi online harus lebih komprehensif, tu yang diperlukan untuk pelaksanaan fasilitas. “Saya setuju kalau komputer bukan hanya persoalan teknis tapi juga presensi online, secara tidak langsung diperbaiki, tapi UKT kalian mau naik aspek struktur dan kul turnya. Dr. Moch. Alip, M.A., Wakil Rektor II yang ditemui di ruang ann ya pada 10 Juni 2015 lalu, menyatakan bahwa pemberlakuan sistem presensi online ini merupakan upaya dari UNY untuk mem ben ah i pen gel ol aa n dat a men gaj ar sert a data kehadiran kuli ah. Pemberlakuan ini juga syarat menaikkan akreditasi universitas. Hal tersebut tentu ber beda dengan anggapan yang berkembang saat ini bahwa pencanangan sistem presensi online untuk memperkecil ke sempatan mahasiswa Komputer yang digunakan untuk presensi online dosen di salah satu gedung perkuliahan Fakultas Bahasa dan Seni melakukan titip absen.
Ahmad | Expedisi
sentra saja dibikin susah. Ini masalah praktisi, di umumkan saja sudah selesai.,” ujar WR II tentang proses sosia lisasi sistem presensi online yang selama ini belum pasti. Pernyataan WR II tersebut sema kin mempertegas sikap UNY yang menyepele kan tahapan pemberla kuan sebuah sistem. Pentingnya sosiali sasi untuk sistem pre sensi online ini dibe narkan oleh Karlinda, mahas iswi jur us an Pendidikan Kimia. Me nurutnya, penting bagi pihak pembuat kebija kan untuk melakukan sosialisasi terkait pem berlakuan sistem pre sensi online. Baik dari sos ial is as i men gen ai peraturan maupun pro Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Pd. ketika diwawancarai diruangannya sedur pelaksanaannya. “Karena yang nantinya atau mau turun? Kalau mau UKT-nya menjalankan sistem-sistem kampus turun, uangnya dari mana? Karena untuk bukan hanya pihak pembuat sistem, perbaikan juga butuh uang. Kan itu na tapi juga mahasiswa, sehingga penting manya kontradiksi, tidak konsekuen. bagi mahasiswa untuk ikut melakukan Kalau minta fasilitas yang baik, jangan evaluasi terkait sistem yang akan dite minta biaya turun. Meskipun, selama rapkan” tuturnya. pengadaan alat-alat ini UKT belum tu Banyaknya permasalahan yang ber run, tapi kenyataannya uangnya tetap kaitandengan pelaksanaan sistem pre kurang. Kan, uangnya tidak cukup untuk sensi online, menjadi tanda ketidaksia beli komputer sebanyak itu.” WR II me pan UNYuntuk memberlakukan sistem ngatakan bahwa sistem presensi online baru. Kerusakan alat yang terjadi sejak ini merupakan terobosan baru, tetapi satu tahun lalu, sudah menjadi lampu untuk pelaksanaannya tidak bisa dalam kuning bagi UNY untuk segera me hitungan hari. ngambil tindakan perbaikan. Lambannya Jika dirunut dari awal, kegagalan sis UNY dalam menangani kegagalan sistem tem presensi online juga disebabkan pro presensi online menunjukkan kebijakan ses sosialisasi serta masa uji coba sistem yang masih setengah-setengah. Ditambah yang tidak jelas kurun waktunya. Padahal masih berjalannya sistem presensi manu untuk melaksanakan suatu sistem, masa al membuat kebijakan tersebut semakin uji coba merupakan hal yang vital. Masa diragukan. Monica Ayunda, mahasiswi uji coba ini menjadi tolok ukur suatu Pendidikan Sejarah, mengungkapkan sistem yang akan diterapkan sudah me pernyataan yang sama bahwa meskipun menuhi standar atau belum. WR II juga presensi online sudah dilakukan tetapi menyesalkan gagalnya masa uji coba. Ia mahasiswa tetap melakukan tanda tang sepakat bahwa seharusnya sistem presen an untuk presensi manual. si online perlu terlebih dahulu diuji coba Sementara itu, Kepala Jurusan di salah satu jurusan dan setelah suk Teknologi Pendidikan juga menyayang ses kemudian diperluas. Namun, ketika kan keragu-raguan penetapan sistem disinggung terkait sosialisasi presensi presensi online selama ini. “Kalau pakai online, ia menyatakan ketidaksetujuan presensi online ya jangan pakai manual. nya, “Dikit-dikit pakai sosialisasi, begitu Itu artinya secara kultural masih percaya saja kok pakai sosialisasi. Diumumkan dengan menulis, kalau masih percaya saja sudah selesai kok. Masalah sepele dengan itu dan tidak percaya dengan 4
presensi online ya ngapain dipakai,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa peng gunaan presensi online yang masih di iringi presensi manual membuat ang garan menjadi boros. Menurutnya jika memang ingin dilakukan pengalihan dari sistem presensi manual ke sistem presensi online sebaiknya UNY terlebih dahulu membenahi aspek struktur dan kulturnya. Ia mengimbau jangan sampai ketika sudah berlaku sistem presensi online tetapi sumber daya manusianya justru belum siap untuk melaksanakan sistem tersebut.
“Kalau pakai presensi online ya jangan pakai manual. Itu artinya secara kultural masih percaya dengan menulis, kalau masih percaya dengan itu dan tidak percaya dengan presensi online ya ngapain dipakai,”
Permasalahan lain muncul ketika sistem ini diterapkan untuk mata kuliah praktikum. Karena mata kuliah di UNY bukan hanya teori, melainkan juga ada praktik. Baik praktik di dalam ruangan seperti laboratorium maupun praktik di luar ruangan seperti lapangan. Pada mata kuliah praktik, sistem presensi online yang diterapkan tidak bisa disamarata kan dengan mata kuliah teori. Dilihat dari perangkat pendukung untuk sistem presensi online yang tidak memungkin kan untuk ditempatkan di luar ruangan. Hal ini berlawanan dengan pernyataan dari WR II yang menyatakan bahwa, hal tersebut bukan hambatan dalam penerapan presensi online. “Praktikum maupun teori itu sama saja, tidak perlu dibedakan. Semua mata kuliah itu sama,” tandas WR II. Pernyataan berbeda dengan WR II juga dinyatakan oleh Arvan Fetura, mahasiswa FIK, ia mengungkapkan bahwa pelaksanaan sistem presensi online di lapangan merupakan hal yang sulit. “Ya, kalau mata kuliah saya itu kan kebanyakan berupa praktik. Jadi kalau untuk presensi online, ya pasti susah apalagi realitanya tidak mungkin menempatkan komputer di lapangan,” ungkapnya. Bayu Hendrawati Ahmad, Arina, Ervina, Fara, Vatir
edisi Ii | JUNI 2015
polling
Presensi Online Tidak Layak Dipertahankan
M
ahasiswa UNY pesimis terhadap kinerja presensi online dalam menggantikan sistem presen si manual yang semula menggunakan tanda tangan. Paling tidak, itulah yang tergambar dalam jajak pendapat yang dilakukan LPMEKSPRESImelalui bu letin EXPEDISI. Dengan menggunakan metode pengambilan sampel accidental, yaitu pembagian angket secara langsung kepada responden. Jumlah sampel di tentukan menggunakan rumus slovin
dengan sampling error 5%, diperoleh sampel sebanyak 349 mahasiswa untuk mewakili dari 24.973 mahasiswa UNY yang mengambil strata 1. Angket selan jutnya disebar merata ke suluruh fakultas di UNY dengan mencantumkan enam pertanyaan dan tiga pernyataan. Hasil dari pertanyaan tentang kela yakan presensi online, terdapat 52,5% responden menjawab presensi online tidak layak lagi untuk dipertahankan dan sisanya 47,5% menjawab bahwa presensi
Andhika | Expedisi
JUNI 2015 | edisi ii
online layak dipertahankan. Hal ini dapat dipahami, sebab presensi yang bertujuan untuk mengakumulasi data kehadiran mahasiswa di setiap perkuliahan, nya tanya justru terdapat berbagai kendala dalam proses dan pelaksanaannya. Mulai dari menyita waktu belajar mahasiswa sampai ada pula alat yang sudah tidak dapat digunakan. Menanggapi hal ini mahasiswa menjawab dengan 74,9% responden membenarkan bahwa alat penunjang sistem presensi online ada yang sudah tidak dapat berfungsi. Ada pun 25,1% menjawab sistem presensi online berfungsi. Padahal presensi online ini terbilang masih baru karena belum menginjak satu tahun dan masih dalam masa percobaan. Namun, dilanjutkan dengan pernyata an terhadap kesiapan mahasiswa dan dosen dengan pergantian sistem pre sensi manual ke presensi online. Terda pat 28,3% responden menjawab setuju bahwa mahasiswa dan dosen telah siap dengan hadirnya presensi online dan 7,9% menjawab sangat setuju. Adapun 52,1% responden menjawab tidak se tuju dan 11,7% responden menjawab sangat setuju. Menanggapi hal-hal tersebut, pre sensi yang berfungsi sebagai perangkat untuk mengakumulasi kehadiran ma hasiswa merupakan komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Dengan mahasiswa hadir mengikuti per kuliahan, maka mahasiswa tidak keting galan pelajaran dan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap mata kuliah yang sedang ditempuh. Selain itu, ke hadiran mahasiswa juga dapat menjadi pertimbangan bagi dosen dalam meng evaluasi dan mengambil tindakan dalam pemberian nilai. Begitulah presensi berperan. Namun, dengan sistem presensi yang sekarang diketahui seperti itu, apakah UNYmasih tetap akan mencanangkan presensi on line nantinya? Jika demikian, berarti ti dak mengindahkan tanggapan mahasiswa dan keefektifan presensi manual. Tim Polling
5
persepsi
Sarjana Cepat Saji
D
alam rangka meningkatkan efisi ensi pendidikan, Kemristekdikti berencana mengeluarkan kebi jakan yang menghapus matakuliah wajib Skripsi untuk Strata 1. Skripsi hanya akan menjadi matakuliah pilihan bagi mahasiswa. Deng an kebijakan ini diharapkan mahasiswa S1 akan cepat lulus dan menjadi sarjana. Apakah tepat kebijakan tersebut jika nanti diterapkan? Sejatinya, mahasiswa S1 adalah calon sarjana. Istilah kerennya mahasiswa adalah intelektual muda. Sebagai intelektual muda mahasiswa hendaknya dilatih untuk da pat berpikir kritis, berpikir konseptual maupun empiris menurut kaidah berpikir il miah. Kelak ketika ia men jadi sarjana melekat dalam dirinya sebagai orang yang berilmu. Apa artinya orang berilmu? Tidak sekadar mempunyai pengetahuan yang sifatnya kognitif se mata, tetapi orang berilmu seharusnya adalah juga orang yang dapat mencari dan menemukan kebenaran ilmiah dalam bidang yang digelutinya. Salah satu cara agar orang dapat menemukan kebenaran ilmiah adalah dengan melakukan penelitian. Dengan penelitian, mahasiswa akan dapat me nerapkan metodologi penelitian yang telah dipelajarinya sekaligus memper oleh temuan baru terkait permasalahan yang diteliti. Memang untuk mahasiswa S1 dalam melakukan penelitian ilmiah masih bersifat latihan dengan bimbing an seorang atau dua orang dosen dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah tersebut. Dengan kata lain, mahasiswa yang melakukan penelitian untuk skrip sinya sebenarnya sedang berlatih tahap awal menemukan kebenaran ilmiah. Akan tetapi tahap awal ini sangat pen ting dijalani sebagai proses mencari kebenaran. Bagaimana pun kebenaran ilmiah yang dihasilkannya akan dapat menyumbang bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang spesifik sesuai bidang keahlian masing-masing. Artinya, calon sarjana tersebut sudah berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. 6
Repro. Andhika
Jika mahasiswa menyusun skripsi, maka ia akan mengalami proses akumu lasi pencarian ilmu yang telah digelutinya dan puncaknya adalah terselesaikannya skripsi tersebut. Proses ini tidak akan dialami oleh mahasiswa yang lulus tan pa skripsi. Selain itu, ada hal yang lebih penting dari sisi proses pencarian kebe naran ilmiah itu bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Pengalaman untuk berpikir fokus pada suatu perma salahan yang akan diangkat menjadi ju dul skripsi, mempertimbangkan metode yang cocok untuk meneliti masalah yang menjadi fokusnya, mengkaji teori-teori dari para ahli dan hasil penelitian orang lain terkait topik skripsinya, mengum pulkan data yang diperlukan untuk men jawab masalah yang diteliti, menganalisis data yang telah diperoleh, mengambil kesimpulan atas hasil penelitiannya, serta menuliskan hasil penelitiannya tersebut dalam bahasa ilmiah yang baik dan benar. Semua itu adalah langkah penting yang tidak akan diperoleh di dalam perkuliahan mata kuliah apa pun kecuali skripsi. Dengan kata lain, mahasiswa yang mengambil mata kuliah skripsi tengah
belajar seraya melakukan (learningby doing) sebagaimana metode yang sa ngat dianjurkan oleh bapak pendidikan progresif dari Amerika Serikat: John Dewey. Dengan belajar sambil melaku kan inilah mahasiswa akan memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna dan tahan lama sekaligus kompeten dalam bidangnya. Dari sisi pemantapan kepribadian akan diperoleh pula banyak manfaat bagi mahasiswa yang menyusun skripsi. Setidaknya selama sekitar satu se mester atau lebih, mahasiswa akan belajar untuk terbiasa sakit ke pala untuk me mikirkan terkait berbagai aspek dal am skrips i nya itu. Ia juga bel aj ar untuk berargumentasi ketika berkonsul tasi dengan dosen pemb imb ing. Ia belajar untuk me nyusun kalimat yang sesuai kaidah Bahasa Indonesia baku (berdasarkan pengalaman penulis sering mahasiswa tidak dapat menyusun kali mat dengan baik dan benar). Mahasiswa juga belajar untuk menjadi sabar, tahan uji, tidak mudah putus asa, belajar ber komunikasi dan mempertahankan pene litiannya di depan dosen penguji. Tidak heran, jika sudah selesai ujian skripsi banyak mahasiswa yang mengatakan kepada penulis:”Legarasanya. Sekarang saya bisa tidur nyenyak, Bu.” Bagaimana keadaannya jika skripsi tidak menjadi mata kuliah wajib? Ya tentu saja mahasiswa akan kehilang an pengalaman memperoleh kebenaran ilmiah dan pemantapan diri sebagaimana dinyatakan di atas. Ibarat masakan, sar jana yang lulus tanpa skripsi layaknya makanan cepat saji. Cepat memasaknya, cepat dihidangkan tetapi kurang rasa, kurang bumbu alias kurang berkualitas. Jadi, matakuliah Skripsi wajib diperta hankan sebagai matakuliah wajib agar calon sarjana dapat menjalani proses pembelajaran yang sangat berguna ini. Dr. Rukitati, M.Hum. Dosen Jurusan Filsafat & Sosiologi Pendidikan
edisi Ii | JUNI 2015
persepsi
Bermasalah, UKT Dimoratorium banyak mahasiswa mendapat UKT go longan IV dan V. UKT berlaku dengan sistem keadilan tampaknya belum bisa terealisasi. Kejanggalan terlihat pada pe netapan nominal UKT, rentang nominal UKT golongan II dengan UKT golongan III yang sangat besar. Di UNY, terkhusus Fakultas Teknik (FT) UNY golongan II mendapat UKT Rp.1.000.000 sedangkan
Andhika | Expedisi
golongan III Rp.3.500.000. Rumusan baku penentuan UKT ke pada satu mahasiswa sampai sekarang masih dipertanyakan. Bagaimana maha siswa bisa mendapatkan UKT golongan I sedangkan yang lain mendapatkan golongan II, III dan seterusnya. Sehing ga ketika mendapatkan golongan UKT tertentu, banyak orangtua mahasiswa yang merasa keberatan, karena tidak sesuai dengan keadaan ekonominya. Seolah tidak ada keterbukaan dari pihak universitas.
Transparansi penggunaan dana, me rupakan butir dari informasi keterbu kaan publik yang diatur dalam pasal 14 butir (c), laporan tentang keuangan merupakan salah satu poin dalam butir tersebut. Namun, terkadang sangat sulit untuk mendapatkan informasi terse but. Hal inilah yang menjadi budaya di UNY, baik dari pihak rektorat maupun mahasiswa. Akibatnya maha siswa sering membandingkan mahalnya UKT dengan minim nya fasilitas. Surat edaran moratorium UKT banyak mendapat respons yang kurang baik dari beberapa rektor perguruan tinggi negeri di Indonesia, termasuk UNY. Me reka beranggapan pelaksanaan UKT selama ini tidak ada masa lah. Sementara itu, momentum moratorium UKT tidak tepat karena berdekatan dengan pe laksanaan registrasi mahasiswa baru jalur SNMPTN. Sebenar nya jika Kemenristekdikti me lakukan ini jauh hari, tak akan ada alasan lagi bagi para rektor untuk mempermasalahkan waktu. Jika Kemenristekdikti tetap akan memberla kukan UKTpihak universitas harus me nurunkan UKT yang ada digolongan III, hal ini akan menimbulkan keadilan bagi mahasiswa. Mahasiswa yang benar-benar mampu bisa diikut sertakan di golongan IV atau V dengan sosialisasi yang bijak. Harus ada kebakuan untuk kriteria penggolongan UKT agar tidak terjadi kesalahan penerima golongan UKT. Arina Makarimal Fasya
JUNI 2015 | edisi ii
LA IK E SP AC
SP AC
E
IK
LA
N
N
S
ejak tahun 2013, awal diterapkan nya UangKuliah Tunggal (UKT), banyak masalah yang telah mun cul. Penetapan level UKT kepada setiap mahasiswa dinilai tidak tepat sasaran. Banyak mahasiwa terutama di Universtas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan penurun UKTdengan alasan terlalu ma hal dan tidak sesuai dengan kemampuan ekonomi orangtua. Terca tat sebanyak 900 berkas keringanan UKTtelah di seleksi oleh Badan Ekse kutif Mahasiswa (BEM) yang kemudian diproses di rektorat berdasarkan data dan fakta. Dengan adanya UKT, pihak uni versitas juga merasakan kerugiannya. Pihak uni versitas mengalami pe nurunan pemasukan, aki batnya pembangunan dan perawatan fasilitas di UNYkurang maksimal, beda halnya dengan peng gunaan uang pangkal. Untuk menindaklanjuti masalah yang timbul akibat penerapan UKT, tertanggal 20 Mei 2015 Kemen terian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi(Kemenristekdikti) mengeluarkan kebijakan baru, yaitu penghentian se mentara (moratorium) UKT. Kebijakan ini diterapkan kepada mahasiswa baru tahun akademik 2015/2016yang tertu ang dalam Surat Edaran Menristekdikti Nomor 01/M/SE/V/2015. Jika dicermati, kebijakan moratorium ini memihak ma hasiswa kelompok menengah ke bawah. Bandingkan dengan mekanisme UKT,
7
tepi
Wismor Dibongkar, Mahasiswa Tinggal di Mana? Wismor yang dirintis khusus untuk tempat tinggal mahasiswa FIK harus dibongkar dan digantikan dengan Sport Health Center.
A
ditya, mahasiswa Pendidikan Jasmani & Keolahragaan (PJKR) FIK UNY 2013, menyatakan ke beratan apabila harus pindah dari Wisma Olahraga (Wismor) yang selama ini men jadi tempat tinggalnya. Aditya mengaku belum mendapatkan tempat tinggal dan masih ingin tinggal di Wismor. “Belum dapat kost, terus di Wisma lebih dekat dari kampus,” terangnya saat ditemui di sekitar Wisma pada Senin (8/6). Wismor yang berada di sekitaran kampus UNY dan dekat dengan Fakultas IlmuKeolah ragaan (FIK) menjadi pilihan bagi bebe rapa mahasiswa FIKyang ingin tinggal lebih dekat dengan kampusnya. Wismor dapat dikatakan cukup strategis bagi mahasiswa FIK karena letaknya yang dekat dengan kampus, stadion untuk latihan, juga dengan lapangan Taman Olahraga Masyarakat (TOM), pun deng an perpustakaan sehingga memudahkan
Ahmad | Expedisi
mundur lagi, sekarang sudah 2015. Ke marin juga lihat sudah diukur-ukur,” tambahnya. Terlebih, mahasiswa juga tidak di beri arahan lebih lanjut mengenai nasib mereka selanjutnya yang terkena dampak penggusuran Wismor. “Nggak dikasih arahan, cuma dikasih peringatan beru pa tempelan tulisan batas pengemas an barang-barang sama koordinasinya Wismor,” terang Aditya. Tak hanya Aditya yang mengeluhkan dan menyatakan keberatan terhadap pembongkaran Wismor yang digantikan dengan SportHealthCenter. Doni, maha siswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) FIK UNY 2011, juga menyatakan ketidaksetujuannya atas pembangunan ini. Menurutnya, masih banyak fasilitas di sekitar FIKyang masih harus dimak simalkan penggunaannya. “Fasilitas yang ada di FIK saja belum dimaksimalkan khus usn ya oleh mahas iswa F IK, kenapa harus buat RumahSakitAtlet? Dan saya kira tidak ada manfaatnya,” terang Doni saat ditemui di lobby Wismor pada Rabu sore (10/6). Doni mengaku masih banyak hal yang bisa dimaksi malkan pengguna annya di FIK, salah satunya Wismor itu sendiri. “Kalau be nar-benar jadi, saya tetap ingin fasilitas nya dimanfaatkan dulu, di FIK kan ban yak. Pad ah al kalau teman-teman ingin mengakses la pangan atau GOR prosedurnya juga sus ah,” tamb ah Bangunan Wisma Olahraga yang rencananya akan digusur dan digantikan dengan bangunan Sport Health Center nya. Pembangunan
8
bagi mereka yang ingin mengerjakan tugas ataupun sekadar membaca. Aditya mengaku ingin tinggal di Wismor lebih lama. “Kalau boleh diperpanjang ya tetap di sini,” katanya. Pihak Wismor sendiri memberi kesempatan kepada penghuni Wismor untuk bisa tinggal hingga akhir Juni. Namun, setelah itu pun masih harus menunggu informasi lebih lanjut lagi mengenai adanya perpanjangan kon trak atau tidak. Wacana tentang peng gusuran Wismor yang akan digantikan menjadi SportHealthCenteratau Pusat KesehatanOlahraga ini sudah lama ter dengar oleh para penghuni Wismor. Na mun, sampai saat ini pun belum ada ke pastian mengenai kapan Wismor hendak dibongkar. Mahasiswa yang tinggal di Wismor pun dibuat ketar-ketir karena belum ada kepastian. “Dari dulu su dah dikatakan sampai akhir 2014. Tapi
edisi Ii | JUNI 2015
tepi yang mencari tempat tinggal di sekitar an kampus,” terang SigitNugrohosaat ditemui di ruangannya yang berada di Wismor pada hari Rabu (10/6) seusai salat asar. Wismor memang menjadi pili han untuk bertempat tinggal, khususnya bagi mahasiswa FIK, apalagi sampai sekarang masih banyak yang betah ting gal di Wismor. Bahkan dulu mahasiswa baru (maba) sempat diwajibkan untuk tinggal di Wismor selama setahun dan setelahnya bebas untuk tinggal di mana pun. Namun ternyata banyak mahasiswa yang memilih untuk menetap tinggal di Wismor karena letaknya yang bisa dibilangcukup strategis. Peran Wismor masih sangat pen ting bagi mahasiswa FIK. Selain ka mar sebagai tempat tinggal mahasiswa, sekreBEMFIKdan semua Ormawa FIK pun berada di Wismor. Apabila nantinya Wismor digantikan dengan Sport Health Center, tentu akan cukup memengaruhi aktivitas mahasiswa FIKataupun yang berkecimpung di dalam organisasi se perti BEMdan Ormawa. Banyak alasan mengapa pembangunan Sport Health Centeryang menggantikan Wismor ha rus ditinjau ulang karena banyaknya keluhan dari mahasiswa. Mahasiswa yang sudah menganggap Wismor seba gai tempat tinggal juga tempat untuk berkumpul, berinteraksi, dan belajar bersama teman-temannya, tentu akan keberatan apabila harus mencari tempat tinggal yang baru lagi. Ervina Nur Fauzia Ahmad, Arina, Bayu, Fara
dh ika |E xp ed isi
JUNI 2015 | edisi ii
Wismor penting sekali. “Kalau mau kemana-mana aksesnya enak. Dekat dengan lapangan, jadi kalau mau latih an juga enak,” terangnya. Wismor juga memiliki aturan-aturan, seperti dilarang keluar terlalu malam, dilarang merokok di kawasan Wismor, dan hal-hal yang berkaitan dengan etika. Sanksi yang dikenakan apabila melanggar pun ter bilang cukup tegas. Hal itu tentu turut membantu mahasiswa m-enjaga kondisi mereka. Fajar, selaku perwakilan maha siswa pun bertutur bahwa respons dari teman-teman adalah sebenarnya mere ka ingin tetap tinggal di sini. Sebagai koordinator Wismor, Fajar juga sempat mengirimkan surat kepada Dekan FIK. “Isinya tentang teman-teman yang ada di Wismor masih ingin tinggal lebih lama di Wismor,” terangnya. Pembangunan ini merupakan kerja sama UNYdengan IslamicDevelopment Bank (IDB). Sumarjo, M.Kes, Wakil DekanII FIK, ketika ditemui di ruang annya pada Senin (8/6), menyatakan bahwa proposal untuk pembangunan ini sudah dibuat sejak tahun 2006. Namun, hingga saat ini masih pada tahap proses pengurusan proposal tersebut meskipun sudah disurvei. Sem ent ar a itu, Sig it N ugroho, S.Or.M.Or, manajer Wismor, menga ku belum ada informasi lebih lanjut mengenai kapan pembangunan itu akan dilaksanakan karena membutuhkan waktu yang cukup lama dan memer lukan pelelangan barang-barang terle bih dahulu. “Wismor adalah rintisan yang dikhususkan untuk mahasiswa
An
port Health Center yang akan meng S gantikan Wismor memang dirasa cukup merugikan mahasiswa yang tinggal di sana. Terlebih sebenarnya UNY juga sudah mempunyai klinik. Mahasiswa yang sudah termasuk ‘angkatan tua’ pun juga mendesak agar diberi kepastian mengenai penggusuran Wismor ini. Me reka pun menyayangkan apabila sudah mau lulus namun harus mencari tempat tinggal baru lagi. “Kalau benar jadi suruh pindah ya semoga pihak asrama ngasih taunya tidak mepet, supaya bisa cari tempat tinggal,” terang Doni. Doni pun juga menyarankan apabila nantinya akan tetap dibongkar untuk SportHealthCenter, segala sesuatu ha rus dipersiapkan terlebih dahulu, jangan sampai nantinya justru terbengkalai dan tidak maksimal penggunaannya. “Kalau sudah dipersiapkan SDM ya tidak apaapa, tapi kalau belum mampu kenapa harus dibikin? Masih banyak yang perlu digarap dan butuh dimaksimalkan lagi,” tambahnya. Mahasiswa yang ada di Wismorme rasa cukup nyaman tinggal di Wismor dengan segala fasilitas seperti kasur, TV, lemari, dan Wifi yang memang me rupakan fasilitas dari UNY, mengingat letaknya yang juga dekat dari gedung kampus FIK. Gedung Wismor memang terbilang sudah cukup tua dan usang, namun menurut Doni gedung yang tua pun tidak masalah, yang terpenting bisa berkumpul bersama teman-teman. Se lain untuk bertempat tinggal, Wismor memang berperan penting untuk me nambah keakraban antarmahasiswa FIK karena letak kamar mereka yang berdekatan sehingga me mudahkan mereka untuk ber interaksi satu sama lain dan akan memberi dampak yang baik pula bagi mereka sendi ri. Doni pun mewanti-wanti, apabila nantinya akan disu ruh pindah, semoga pembe ritahuannya tidak mendadak, supaya bisa mencari tempat tinggal terlebih dahulu. Arvan, mahasiswa PJKR 2013, pun menyatakan pen dapatnya bahwa apabila pem bangunan ini tidak digunakan dengan maksimal lebih baik ti dak usah saja, “Ya kalau cuma setengah-setengah mending tidak usah,” jelasnya. Fajar, selaku ketua BEM F IK pun men gak u per an
9
resensi
Catatan Harian Eyang Dini
K
10
tidak cocok untuk memenuhi hasrat pembaca yang haus akan karya sastra yang berceritakan tentang cerita-cerita fiksi yang penuh fantasi atau imajinasi. Karena novel ini adalah pengembangan dari diary seorang Nh. Dini. Sepanjang novel tersebut tentu hanya berisi kisah Nh. Dini yang diceritakannya melalui sudut pandang pengarangnya sendiri. Sebagai pembaca di sini terkadang akan merasa seakan menjadi sebagaimana seorang cucu yang tengah didongengi oleh neneknya. Sehingga tentunya sangat membuat pembaca menjadi mudah bosan. Terutama untuk para pembaca yang berasal dari kalangan muda yang mudah bosan. Di dalam novel ini juga tidak terdapat peristiwa-peristiwa mengejutkan yang diluar dugaan, sebagaimana cerita pada novel fiktif. Hanya berisikan cerita pengalaman pribadi yang belum tentu semua orang tertarik untuk mengetahuinya. Banyak halhal sepele yang dimasukkan dalam isi novel ini yang seharusnya tidak perlu dimasukkan. Dapat dicontohkan seperti ketika seorang Dini menceritakan dirinya sedang dalam perawatan setelah operasi pencabutan gigi yang sempat membuatnya t e r k e n a Judul Buku vertigo. Diceritakan Penulis segala macam Penerbit perasaan Tahun Terbit d a n ke l u h Halaman kesahnya
selama dalam ruangan itu, hal semacam ini dirasa tidak perlu dimuat dalam novel ini terutama untuk karangan sastrawan sekelas Nh. Dini. Tetapi entah mengapa buku ini masuk dalam daftar rekomendasi di beberapa toko buku. Mungkin karena buku ini adalah karya Nh. Dini sebagai salah satu pelopor pengarang wanita tanah air, atau karena konten yang menurut kacamata penerbit memang bagus sehingga layak untuk masuk dalam daftar yang direkomandasikan. Andhika Yusuf Widyawan
Andhika | Expedisi
etika usianya yang sudah semakin senja, seorang Nh. Dini ternyata tidak menyurutkan semangat beraktivitasnya. Padahal ketika beliau mulai menginjak awal masa-masa usia lanjut atau lazim disebut dengan lansia, tubuh Nh. Dini juga mulai mengalami berbagai macam kendala sebagaimana juga para manula pada umumnya. Apalagi masalah utama yang jelas mendera orang-orang seusia itu kalau bukan masalah seputar gangguan kesehatan yang datang silih berganti atau bahkan muncul secara bersamaan. Meskipun demikian, semangat muda dari sosok Nh. Dini lah yang hingga kini tetap menyala dalam menjalankan setiap aktivitas. Kebiasaan dan kemandirian sedari muda masih dibawa hingga kini. Beliau juga masih sering untuk bepergian keluar kota guna mengikuti berbagai keperluan penting, termasuk untuk sebagai pembicara dalam suatu acara kesusastraan. Dalam novel tersebut juga diceritakan kembali awal mula seorang Nh. Dini berkecimpung dalam dunia kesusastraan. Di dalamnya dipaparkan kembali awal mula terjadinya kedekatan antara Nh. Dini dengan H.B. Jassin beserta keluarganya, yang bermula dari cerpen pertama karya Nh. Dini yang mendapat sorotan secara langsung oleh seorang H.B.Jassin. Dapat dikatakan bahwa novel ini sebagai bagian dari novel seri cerita kenangan milik Nh. Dini sebagaimana novel-novel sejenis ini yang telah ada sebelumnya oleh pengarang yang sama. Novel “Dari Ngalian ke Sendowo� ini secara garis besar berisikan cerita hidup pengarang selama di daerah Ngalian, Semarang, hingga pindah ke daerah Sendowo, Sleman, Yogyakarta. Dimasukkan pula beberapa ringkasan dari naskah-naskah yang sebelumnya telah dicetak dalam buku karangan Nh. dini lainnya seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Salah satunya adalah diselipkannya judul cerita Pendurhaka yang termuat dalam majalah Kisah yang juga disebut dalam novel seri cerita kenangan sebelumnya pula. Bisa dikatakan bahwa novel ini
: Dari Ngalian ke Sendowo : Nh. Dini : PT. Gramedia : Mei 2015 : 264 halaman
edisi Ii | JUNI 2015
wacana
Kita “Dilarang” Bermain Sepak Bola
B
eberapa hari terakhir, publik se pak bola tanah air dibuat waswas. Sanksi dari induk organisasi se pak bola dunia, FIFA, akhirnya dijatuh kan kepada induk organisasi sepak bola Indonesia, PSSI. Sanksitersebut dijatuh kan FIFA lantaran mereka menganggap PSSI sebagai otoritas tertinggi sepak bola Indonesiatelah “diobok-obok” oleh pihak ketiga, dalam hal ini Kemenpora. Publik layak cemas karena sanksi terse but memiliki dampak serius terhadap masa depan sepak bola tanah air. Dalam situs resmi AFC, terdapat tu juh sanksi yang diberikan kepada PSSI, yakni: dilarang ikut serta dalam pertan dingan kualifikasi Piala Dunia 2018 dan kualifikasi Piala Asia 2019, kejuaraan PialaAFC U-16 dan pertandingan kuali fikasi Piala AFC U-19, kejuaraan Piala AFCU-14 Wanita, kejuaraan Futsal AFC Wanita 2015, kualifikasi Futsal AFF 2016, kejuaraan Piala AFC2015, dan ter akhir, tidak mendapatkan uang pemba ngunan dari AFC dan FIFA Development Programmes. Itu pun belum termasuk beberapa kerugian lain seperti larangan ikut serta dalam pertandingan uji coba resmi bagi tim nasional, serta ancaman bahwa kompetisi sepak bola domestik kita ke depannya tidak diakui secara internasional. Sanksi tersebut seolah menjadi pu kulan telak kedua yang diterima publik sepakbola tanah air. Sebelumnya, ma syarakat juga mendapatkan kekecewaan karena kompetisi liga tempat klub ke sayangan mereka bertanding disetop oleh Kemenpora dengan cara tidak diberikan izin tanding. Kemenpora kali ini memang bisa disebut sebagai biang utama dari badai yang mendera sepak bola kita. Awalnya Kemenpora berdalih, tindakan-tindakan tersebut diambil dengan alasan PSSI tidak mengindahkan anjuran dari Badan O lahraga Prof es io nal Indonesia (BOPI) untuk tidak mengikutserta kan dua klub bermasalah yaitu Arema dan Persebaya ke dalam kompetisi liga. Namun, akhir-akhir ini mereka “merevisi” tujuan mereka yakni untuk memperbaiki institusi PSSI, karena selama ini PSSI dianggap sebagai or ganisasi yang korup, tidak transparan,
JUNI 2015 | edisi ii
dan sarang mafia. Banyak pihak yang dirugikan atas sanksi ini. Pertama masyarakat, kare na mereka tidak bisa lagi menyaksikan pertandingan-pertandingan timnas dan klub lokal kesayangan mereka. Kedua adalah klub, dengan turunnya sanksi, nasib mereka ke depannya menjadi tidak jelas karena kompetisi tempat mereka berkiprah tidak dapat diselenggarakan. Tentu, yang paling dirugikan adalah para pemain dan pelatih, pihak yang seha rusnya jadi lakon utama dalam dunia “bal-balan”. Sudah beberapa bulan nasib mereka seolah mengambang. Tim-tim tempat mereka mencari nafkah beberapa ada yang sudah dibubarkan. Contohnya Persipura yang sudah membubarkan tim untuk kompetisi 2015. Beberapa klub lain tetap menggelar latihan mes kipun ke depannya masih belum jelas. Pemain-pemain seolah menatap keti dakpastian akan masa depan mereka. Bagaimana tidak, kompetisi lah tempat mereka berkembang, menjaga performa dan memertontonkan keahlian mereka. Bila kompetisi dihentikan, mungkin ta hun ini mereka masih bisa memeroleh sebagian kecil dari gaji mereka, meski pun tidak seberapa. Namun, bagaimana selanjutnya? Lalu apa yang seharusnya dapat kita lakukan? Untuk Kemenpora, saya ya kin mereka punya tujuan mulia untuk memperbaiki sepak bola kita. Tentu akan sangat baik bila tujuan mulia tersebut di
implementasikan dengan tindakan yang tepat. Bila ingin “bersih-bersih” PSSI, tangkap saja oknum yang bersalahmela luisistem peradilan yang ada. Contohlah Italia, membereskan kasus mafia skor atau skandal Calciopoli melalui insti tusi peradilan dengan cara menangkap oknumnya, bukan melalui pembekuan organisasi. Demikian pula dengan contoh kasus terkini yaitu penangkapan oknum petinggi FIFA. Jadi yang harus dilakukan adalah “tangkap tikusnya, bukan bakar lumbungnya”. Untuk PSSI, sangat penting segera memperbaiki diri sendiri. Jauhkan in stitusi ini dari beragam kepentingan, pribadi maupun golongan, kepentingan politis maupun ekonomis semata. Upaya memperbaiki diri tersebut juga dibarengi dengan keterbukaan informasi kepada publik. Biarkan publik nanti yang menilai secara objektif. Untuk kita selaku publik pecinta sepak bola tanah air, yang harus kita lakukan adalah tetap dingin, bersa bar dan berdoa supaya kedua pihak yang berseteru – pemerintah dan PSSI – mau mendinginkan suasana, mengurangi ego dan berekonsiliasi demi satu tujuan yaitu dihentikannya sanksi FIFA. Namun jika mereka para “penggedhe-penggedhe” sudah tidak bisa kita harapkan, maka di saat itulah kita harus bergerak. Forza sepak bola Indonesia! Rizka Putri Pranandari Dinda | Expedisi
11
eksprespedia
Tren Peningkat Mood Booster
B
elakangan ini aktivitas memotret diri sendiri atau selfie banyak di gemari orang di Indonesia bahkan di dunia. Ditambah berkembangnya era digitalisasi yang sangat pesat, kebanyak an orang melakukan selfie dengan gadget atau smartphone. Kalau kita tengok sejarahnya, orang melakukan selfie masih dengan cara yang tradisional. Seperti yang dilakukan kimiawan sekaligus fotografer berna
ma Robert Cornelius asal Phildelphia, Amerika Serikat. Ialah orang pertama yang melakukan selfie dengan teknik daguerreotype pada tahun 1839 silam. Teknik tersebut adalah sebuah metode atau proses untuk membuat foto yang pertama kali dipublikasikan di dunia. La lu pada Februari 1900, Kodak meluncur kan seri produk terbarunya dengan nama KodakBrownie. Kala itu dengan produk baru tersebut masih banyak orang me lakukan selfie di depan cermin. Tahun 1960-an ukuran kamera semakin kecil dan harga semakin terjangkau. Lantas selfie semakin dikenal di kalangan masyarakat dunia. Puncaknya pada Novemberta hun2013 lalu, OxfordDictionaries menobatkan kata selfie sebagai Word Of The Year dengan de skripsinya: Selfie (plural selfies) A photographthat one has takenof oneself, typically one taken with a smartphone or webcam and shared via social media website. Begitu
lah Kamus Oxford mendeskripsikan kata selfie yang kurang lebih berarti aktivitas seseorang yang memotret dirinya sendiri, umumnya menggunakan telepon seluler atau webcam, kemudian mengunggahnya ke media sosial (medsos). Banyak orang seakan tidak mau di sebut ketinggalan zaman dengan selalu meramaikan akun medsos yang mereka punya. Salah satunya ya dengan selfie itu sendiri. Bahkan medsos khusus foto pun dibuat untuk mengunggah foto-foto termasuk foto selfie. Nuraini Larasati, mahasiswi Fakul tas Bahasa dan Seni, bertutur bahwa selfie sebenarnya mempunyai bebera pa dampak positif terhadap pelakunya. “Terkadang perempuan sangat terbangun mood booster-nya ketika ia sedang selfie. Perempuan juga bisa lebih percaya diri karena melihat hasil selfie-nya yang sa ngat menarik. Dan yang tak kalah pen ting, selfie dapat menetapkan eksistensi seseorang,” ungkapnya. Ghozali Saputra
12
N
LA
N
LA
IK
IK E
LA IK E SP AC
E
IK L
N
AN
SP AC
E
SP AC SP AC
SP AC
E
IK L
AN
SP AC
E
IK
LA
N
Repro. Ade
edisi Ii | JUNI 2015