Buletin EXPEDISI Edisi II PKKMB UNY Agustus 2019

Page 1

EXPEDISI EDISI II PKKMB UNY | AGUSTUS 2019

MEMBANGUN

B U D AYA

Raiya | Expedisi

n Keadaan tempat duduk maba FIK saat di GOR, Kamis (22/8).

SENTRA

KRITIS

Kurangnya Kapasitas Kursi GOR, Mahasiswa FIS dan FIK Duduk Berdesak-Desakan Bertambahnya jumlah maba mengakibatkan berkurangnya kapasitas kursi GOR

K

egiatan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru) tingkat universitas tiap tahunnya dilakukan dua hari. Pada PKKMB tingkat universitas hari kedua, menampilkan acara pengenalan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang biasa disebut sebagai display UKM. Acara display UKM ini, dilaksanakan pada hari Rabu, 21/08/2019. Tujuan dari display UKM adalah mengenalkan UKM yang ada di UNY kepada mahasiswa baru. Sebenarnya pada tahun-tahun sebelumnya, PKKMB tingkat universitas yang diikuti seluruh fakultas

jenjang S1 tempat duduknya berada diatas semua. Namun karena jumlah mahasiswa baru meningkat, jadi pada tahun 2019 ini ada sedikit perubahan pembagian kursi dan tempat tiap fakultas. Teknis pembagian kursi pada saat PKKMB tingkat universitas hari pertama, dimana tribune diisi oleh semua fakultas S1, kecuali FE karena pada saat PKKMB tingkat universitas hari pertama, FE berada di lapangan GOR, bersamaan dengan Pascasarjana. Namun pada hari kedua PKKMB tingkat Universitas, area duduk FE dialihkan ke tribune semua. Karena bergabungnya FE di atas tribune, turut mengurangi

kapasitas kursi untuk FIS, FIK dan FMIPA. Adanya perubahan pembagian kursi ini, khususnya untuk FE yang pada hari kedua berada di tribune atas sebenarnya sedikit dipaksakan karena pada saat itu di tribune atas sudah tidak dapat menambah jumlah maba. Sehingga dengan bergabungnya FE di tribune atas ini berdampak oleh beberapa Fakultas, khususnya untuk FIS dan FIK dan FMIPA. Dampak dari pengurangan pembagian tempat ini, dirasakan mahasiswa baru, khususnya untuk FIS, FIK dan FMIPA. Istiana Putri


SENTRA

EDISI II PKKMB UNY AGUSTUS 2019

Raiya | Expedisi

n Beberapa maba FIK duduk di pinggir pagar tribune, Kamis (22/8).

EDITORIAL

Rifa, maba prodi PKO merasa kecewa dengan berkurangnya alokasi kursi untuk FIK. “Kalau perasaan saya sedikit kecewa mbak, maksudnya kita sudah sportif. Kemarin sudah bisa rapi kayak gitu, terus sekarang di hari PKKMB kedua akhirnya tidak rapi. Malah bisa seperti tidak muat. Kita jadi terlihat satu fakultas itu tidak kompak, tapi karena emang kita sekeluarga jadi bagaimana caranya biar kita bisa masuk semua ke dalam GOR,” jelas Istiana (21/08). Berkurangnya pembagian kursi di FIS, FIK, dan FMIPA sendiri sebenarnya juga dirasakan dari fakultas lain, yang kapasitas pembagian kursi juga mengalami pergeseran tali pembatas. “Sebenarnya dari FBS sendiri mengalami pergeseran untuk memberikan sedikit ruang untuk FIS. Bahkan beberapa fakultas disampingnya juga ikut bergeser. Namun, nyatanya pergeseran tersebut juga dirasa masih kurang.

Bahkan jalur evakuasi juga dialihkan untuk ditempati mahasiswa,” ujar Muttawakil, koor FIS. Keadaan kursi yang berdesakan juga sangat berdampak bagi kesehatan maba, hal itu dijelaskan oleh kordinator fakultas FIS Muttawakil. “karena kursi sangat berdesakan, hal itu berdampak sekali soalnya panas juga dan dua kursi itu untuk tiga orang sehingga sedikit berdesakan. Tapi tidak apalah, yang penting FIK bisa masuk semua dan acara berjalan lancar”. Terkait dengan ketimpangan kursi ini sebenarnya sudah dibahas waktu forum komunikasi sebelumnya. Namun kenyataanya masih sulit mencari jalan keluar terkait dengan bertambahnya mahasiswa baru, yang mengakibatkan membludaknya kapasitas kursi GOR yang hanya mampu menampung 5.000 mahasiswa. “Forum komunikasi antar fakultas sedikit sulit buat cari jalan tengahnya gitu lho, kalau mau ada yang dibawah itu tidak ada fakultas yang mau legowo gitu untuk dibawah, makanya forum komunikasi itu hasilnya ya keputusan terakhir diatas semua,” Ujar Joko, koor display. Namun pada akhirnya tangga-tangga untuk jalur evakuasi dan keluar terpaksa dialihkan untuk kursi mahasiswa baru. “Nah karena hal tersebut makanya kita menggunakan yang

2

"Kita jadi terlihat satu fakultas itu tidak kompak, tapi karena emang kita sekeluarga jadi bagaimana caranya biar kita bisa masuk semua ke dalam GOR,” - Istiana Efek lain yang dirasakan akibat membludaknya GOR adalah ruang gerak mahasiswa, khususnya dalam menampilkan yel-yel fakultas menjadi terbatas. “Untuk display sebenarnya dari maba mungkin hanya ruang geraknya saja yang sedikit terbatas. Tapi demi kelancaran bersama dan kelancaran kegiatan display ukm juga, kan dibawah buat display jadi mau tidak mau semua resiko harus kita ambil dulu. Misalkan ada fakultas yang di bawah memang ruang agak longgar, tapi space yang dibawah buat display ukm jadi terbatas. sehingga kita menyetujui saja untuk diatas semua tapi dikondisikan”, ujar Asyam, Koor FIK. Dewangga Putra Fatonah, Ayu, Ririn, Raiya, Mayang

SUARA MABA

GOR Kelebihan Kapasitas Kegiatan PKKMB di UNY hampir seperti ritual tahunan, untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru. Upacara PMB dan PKKMB hari pertama dan kedua dilaksanakan di GOR UNY, ini artinya GOR menjadi tempat yang krusial dalam kegiatan PKKMB. Berangkat dari hal tersebut, penambahan kuota mahasiswa baru menjadi 7754 menjadi masalah baru, ketika dihadapkan dengan kapasitas gor yang hanya sanggup menampung sebanyak 5000 lebih seperti yang disebutkan laman situs gor.uny.ac.id. Meski begitu, acara PKKMB nekat digelar di dalam GOR dengan segala resikonya. Pihak paling dirugikan dari semua ini adalah mahasiswa baru, momen yang seharusnya memberikan

pojok-pojok atas itu supaya tidak terlalu sesak, sama yang seperti ini mas, jalur keluar yang tengah itu kita kasih level lagi kayak kita kasih tempat duduk lagi. Cuma dibuat seperti tangga gitu lho mas jadi sepeti tribun kita kasih level keatas gitu,” ujar Joko, koor display.

kesan dan wawasan kampus nyatanya jadi kurang kondusif. Mahasiswa berhimpit-hipitan, parahnya FIK sampai tidak dapat masuk ke dalam GOR beberapa waktu. Mestinya pihak birokrat dan panitia sudah mempertimbangkanya. Memang tidak ada yang salah dengan penambahan kuota mahasiswa baru, atau kegiatan PKKMB di GOR. Namun ketiadaan sarana prasarana yang memadai dalam menyambut penambahan jumlah mahasiswa baru nyatanya hanya menjadikan kegiatan PKKMB menjadi tidak efektif. Seharusnya jika memang kapasitas GOR tidak memungkinkan, kegiatan PKKMB bisa di laksanakan di tempat yang lebih leluasa.

Tempat duduk untuk maba saat display kemarin desak-desakan, 2 kursi untuk 3 orang. Sempat ada yang berdiri juga.

Redaksi

Istiana Putri Rifa Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Rengganis Erlangga Pendidikan Sejarah

Sebuah disiplin kalau gak dari diri sendiri ya gak terbentuk dan gak semua langsung disiplin, jadi perlu adanya PK. Cuma bungkusan PK tiap tahun tuh sama, harusnya ada bungkusan baru. M. Thohir Yudha Pendidikan Sosiologi

Agak kecewa karena harus desakdesakan pas display. Kita sefakultas tuh jadi gak kompak, tapi karena kita sekeluarga jadi berusaha supaya bisa masuk semua.


Di Kampus Pendidikan, PK Bukan Cara Mendidik

S

dengan bentak-bentakan. Melukai psikis maba dengan dalih untuk menguatkan mental mereka juga hanya omong kosong belaka. Bukannya mental maba jadi sekuat baja, yang ada malah menjadi rapuh, karena sejak awal masuk dunia kampus maba sudah tidak bisa mempercayai lingkungannya.

Repro. Ririn | Expedisi

emarak Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) perguruan tinggi tidak pernah lepas dari berbagai persoalan, baik dari segi sistem, peraturan, pelaksanaan, hingga fasilitasnya. Siswa yang akan bertransisi menjadi mahasiswa, mau tak mau harus dihadapkan dengan rangkaian PKKMB yang diselenggarakan oleh pihak perguruan tingginya. Di Universiitas Negeri Yogyakarta ini, rangkaian acara PKKMB Universitas Negeri Yogyakarta dilaksanakan mulai tanggal 20 Agustus 2019 sampai 23 Agustus 2019. Selaras dengan namanya, Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) berfungsi sebagai tahap awal berkenalan dengan kampus yang akan menjadi tempat menimba ilmu selama beberapa tahun kedepan. Sesuai dengan fungsinya, PKKMB menjadi program tahunan yang dilaksanakan setiap awal tahun ajaran, setelah diterimanya mahasiswa baru. Namun faktanya, tidak semua hak yang seharusnya didapatkan maba terpenuhi. Seperti pengetahuan tentang kampus, fakultas, dan prodinya apakah sudah cukup dimengerti oleh maba? Bisa dilihat dari maba yang masih kesulitan mencari ruang kuliah, laboratorium, bahkan toilet terdekat. Menghadapi kenyataan ini, apakah sudah bisa disebut hak maba terpenuhi? PKKMB yang seharusnya mengayomi mahasiswa baru yang masih buta akan kehidupan kampus, malah berkamuflase menjadi ajang penindasan dan kepurapuraan oleh para panitia. Buktinya, setiap kepanitiaan PKKMB selalu memiliki divisi yang bertugas dalam hal galak-menggalaki maba. Sebut saja Pemandu Kedisiplinan(PK). Selain itu, dalam pelaksanan PKKMB, Pemandu Kedisiplinan cenderung membentakbentak dan menyalahkan maba tanpa alasan yang jelas. Saat maba melanggar tata tertib yang telah disepakati, teguran adalah suatu konsekuensi yang perlu diberikan, namun bentakan yang tak beralasan itu benar tidak perlu. Demi menegakan kedisiplinan, tidak sama

Namun, sebenarnya PK memang dipersiapkan untuk menertibkan maba dengan cara tegas, semuanya telah dipersiapkan lewat pelatihan sejak beberapa bulan sebelum PK bertugas. Kedisiplinan adalah pilihan, bukan suatu pembatasan kemerdekaan. Apa kalian pikir bisa mengubah kedisiplinan seseorang hanya dengan kurun waktu sebentar dan dengan cara paksaan? Menurut Albert Bandura, seorang Ilmuwan Psikologi dari Universitas Stanford ia menyatakan teori belajar sosial, proses eksekusi kekejaman PK dihadapan para maba, dapat menjadi suatu bentuk modelling. Maba yang merasakan dan melihat perlakuan PK kepada mereka, maka di alam sadarnya terbentuk sebuah imaji tentang PK yang seharusnya. Kemudian mereka akan merekam semua perilaku PK di alam bawah sadarnya, dan melakukan peniuran (modelling) saat tiba waktunya mereka menjadi senior. Setelah fakta diatas timbul pertanyaan lainnya, sebenarnya apakah adanya PK merupakan suatu keharusan? Ya, jika mementingkan struktur, maka PK sangat diperlukan untuk meneruskan tradisi yang sudah ada dimana maba dibentak yang katanya untuk menguatkan mental itu. Apa kualitas PKKMB akan menurun saat PK ditiadakan keberadaannya? Tentu tidak, penegakan kedisiplinan

dapat dilakukan dengan cara lain tanpa harus dengan kekerasan, seperti dengan teguran atau konsekuensi yang melatih maba untuk menjadi lebih bertanggungjawab. Maka konklusi yang didapat yaitu tidakkah keberadaan PK hanya sebatas budaya yang diturunkan dari mahasiswa zaman dahulu ke mahasiswa zaman sekarang dan seterusnya? Dengan berlandaskan asas ‘sejak dahulu juga begini’ jadi perlakuan ke maba yang buruk dinilai sebagai suatu hal yang lumrah. Seorang antropologis Amerika, Melville J. Herskovits dalam bukunya Cultural Relativism memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik. Superorganik dimaknakan sebagai hidup terus menerus secara berkesinambungan meskipun pelakunya silih berganti karena regenerasi. Lantas apa gunanya kemajuan ilmu pengetahuan jika tidak dibarengi dengan pola pikir yang lebih humanis pada praktek PK di UNY? Berbagai upaya perbaikan PKKMB agar menjadi lebih ramah dan mencapai tujuan yang diinginkan telah dilakukan. Namun masih saja ada oknum yang menyelenggarakan PKKMB sesuai dengan budaya fakultas yang mereka anut, meskipun cara-cara tersebut berorientasi pada kekerasan yang primitif dan dapat berdampak buruk bagi fisik dan psikis maba. Layaknya kita belajar menjadi generasi penerus bangsa yang tidak hanya mengikuti budaya PKKMB yang turuntemurun, seperti dulu adanya, namun juga mengkaji terlebih dahulu rangkaian kegiatan PKKMB berdasarkan tujuan. Lalu memodifikasi sesuai kebutuhan dan fungsi dari rangkaian kegiatan PPKMB itu sendiri. Kedisiplinan para maba perlu ditegakkan, namun lebih baik dipusatkan pada esensi disiplinnya. Tidak hanya bermain disiplin-disiplinan melalui keberadaan oknum PK. Arrumayang Nuansa

Pimpinan Proyek Tri Rahayu | Redaktur Pelaksana Fatonah Istikomah | Redaktur Arrumayang Nuansa, Dewangga Putra | Reporter Fatonah Istikomah, Yusrina Fitria, Raiyani Hidayah Ruida, Tri Rahayu, Arrumayang Nuansa | Redaktur Foto Steven Adi | Artistik Raiyani Hidayah Ruida, Yusrina Fitria | Produksi Rizal Alfiano, Yahya Abdullah | Iklan Vidi Mila Sukmawati, Nastiti Ajeng Priswari | Sirkulasi M.Fatahillah Akbar, Arummayang Nuansa | Alamat Gedung Student Center Lt 2 Karangmalang, Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

3

PERSEPSI

EDISI II PKKMB UNY AGUSTUS 2019


GALERI

EDISI II PKKMB UNY AGUSTUS 2019

n Kegiatan face painting saat PKKMB FBS, Kamis (22/8). Foto oleh Ayu.

IKLAN

n Orasi para ketua Hima FIP di acara PKKMB FIP, Kamis (22/8). Foto oleh Steven.

4

n Penghukuman maba FT oleh Pemandu Kedisiplinan (PK) saat PKKMB FT, Kamis (22/8). Foto oleh Rizal.

n Kamis (22/8) komunitas Dompet Mahasiswa (Domma) FMIPA sedang melakukan display saat PKKMB FMIPA. Foto oleh Raiya.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.