EXPEDISI E D I S I K H U S U S D I E S N ATA L I S U N Y K E - 5 2 | M E I 2 0 1 6
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Gigih | Expedisi
SENTRA
Dies Natalis UNY (Tidak) Harus Setiap Tahun
Tidak dilibatkan dalam proses sejak awal, BEM FIS memutuskan menarik diri dalam keterlibatan rangkaian acara Dies Natalis UNY ke-52.
D
alam aksi Aliansi Mahasiswa FIS (AMF) pada tanggal 18 April lalu, Dr. Nasiwan, M.Si, selaku Ketua Pelak sana Satu kegiatan Dies Natalis Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ke-52, mengaku tidak tahu berapa anggaran untuk acara dies natalis tahun ini. “Ketua panitia hanya menga tur dan mengoordinasikan saja. Anggaran ada di masing-masing lembaga, saya tidak bisa mencampurinya,” ungkap Dosen Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum itu. Pernyataan Nasiwan tersebut menuai protes dari AMF. Namun, Nasiwan menegas kan bahwa sistem yang diberlakukan memang demikian. “Itu sistemik. Kalianlah sebagai mahasiswa yang punya kekuatan untuk meng ubah itu,” ujarnya saat seorang masa aksi me
minta agar sistem diubah menjadi lebih baik. Dalam Audiensi Uang Kuliah Tunggal (UKT) (10/5), Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd selaku Wakil Rektor (WR) II memberi penje lasan bahwa anggaran untuk dies natalis tidak murni dana universitas. Namun, juga didapat dari sponsor. “Misal dari bank yang bekerja sama dengan UNY, mereka memberi dana beberapa persen dari total dana anggaran,” jelasnya. Akan tetapi, pihak AMF menyayang kan tidak adanya transparansi dana dari pihak birokrat dan ketidaktahuan Ketua Pelaksana Satu Dies Natalis UNY ke-52 ini. Persiapan Dies Natalis Tidak Maksimal Ditemui di ruang sidang Cut Nyak Dien Fakultas Ilmu Sosial (FIS) (2/5), Priyo Utomo
selaku Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIS 2016 tidak hanya mengeluhkan mengenai tidak adanya transparansi anggaran untuk dies natalis. Namun, ia juga memandang bahwa banyak acara tahun ini yang terkesan tidak matang. “Persiap an dies natalis tahun ini kurang begitu bagus. Acara jalan sehat dan sepeda gembira pekan lalu, misalnya. Panitia meminta bantuan ke mahasiswa tidak dari jauh-jauh hari. Kebetulan, dari BEM FIS masih mengerjakan acara FIS Cup sehingga tidak ada yang membantu,” jelas Priyo. Priyo juga membandingkan acara senam bersama di acara dies natalis tahun ini dengan tahun lalu yang dituanrumahi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). “Tidak begitu banyak yang ikut,
SENTRA
Penarikan Diri BEM FIS Tidak adanya transparansi anggaran dan kurang dilibatkannya dalam proses dies natalis tahun ini merupakan alasan BEM FIS memu tuskan untuk tidak terlibat dalam rangkaian acara dies natalis. “Kami ingin dilibatkan sejak awal. Kami bahkan sama sekali belum melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan dies natalis,” ujar Priyo. Menurutnya, meli batkan mahasiswa tidak hanya menyuruh untuk melakukan program kerja yang sudah disiapkan saja, tapi juga harus dirangkul dalam segala hal yang terkait. Priyo tidak memungkiri bahwa BEM FIS kecewa dengan apa yang dilakukan panitia. Terlebih, panitia juga sempat meminta BEM FIS untuk menjalankan acara gebyar mahasiswa hanya dengan dana Rp10.000.000,00 dan dalam waktu yang mepet. “Kami langsung menyatakan tidak bersedia. Bagaimanapun, dana sebesar itu yang turunnya belum tahu kapan dan acara dies natalis juga sudah berjalan sejauh ini. Kami tentu tidak siap,” jelas Priyo. Selain masalah tidak dilibatkan sejak awal, BEM FIS juga kecewa dengan panitia yang menyuruh penggunaan dana Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Organisasi Mahasiswa (Ormawa) untuk melaksanakan kegiatan dies natalis bagi BEM FIS. “Tentu saja tidak ada yang bersedia. Memotong dana DIPA sama saja memangkas kegiatan yang telah kami susun,” ungkap Ketua BEM FIS tersebut. “Tidak masalah karena itu hak BEM FIS. Bagaimanapun, ranah kerja BEM FIS dan BEM FIK berbeda,” jelas Rahadian sebagai respons atas penarikan diri BEM FIS dalam rangkaian acara dies natalis. Bramantyo Widyawan, Kepala Departe men Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM) BEM FBS, mengaku mendukung sikap BEM FIS. “Saya sepakat dengan BEM
FIS sebagai adanya sikap mahasis “Saya sepakat dengan BEM FIS karena perlu wa yang tegas. Dies natalis harus adanya sikap mahasiswa yang tegas. Dies natalis nya melibatkan mahasiswa bukan harusnya melibatkan mahasiswa bukan malah malah mengabaikan mahasiswa,” jelas mahasiswa yang kerap disapa mengabaikan mahasiswa.” Bram tersebut. Bram juga mengungkapkan, Bramantyo Widyawan. “Banyak agenda Dies Natalis yang tidak diketahui mahasiswa. Saya pri badi sama sekali belum merasakan dampak ter, Priyo mengatakan, “Kami tetap mengawal dies natalis tahun ini.” rangkaian acara dies natalis. Namun, sikap Membandingkan dengan acara Dies kami untuk tidak terlibat adalah mutlak dan Natalis dua tahun lalu, saat dituanrumahi FBS, kami memiliki alasan yang konkret atas sikap Bram mengaku tahun ini terasa kurang meli kami tersebut.” batkan mahasiswa. “Dalam perayaan tahun emas kemarin (Dies Natalis ke-50), terasa Pelaksanaan Dies Natalis Tidak Harus sangat ramai. Semua BEM dan Himpunan Setahun Sekali Edi Purwanta menimbang pelaksanaan Mahasiswa (Hima) dilibatkan,” ungkapnya. Reuni Akbar, salah satu acara Dies Natalis Dies Natalis UNY jika dilaksanakan lima ke-50 juga diungkapkan Bram sebagai acara tahun sekali. Namun, ia kemudian menjelas paling meriah. kan bahwa pelaksanaan dies natalis setahun sekali adalah untuk melakukan evaluasi terkait prestasi mahasiswa dan kampus. “UNY adalah lembaga yang dinilai dari tahun ke tahun. Berapa prestasi mahasiswa setiap tahunnya harus dicatat,” ujar Edi Purwanta. Ia juga menambahkan bahwa catatan prestasi harus dilakukan setiap tahun. Senada dengan Edi Purwanta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. se laku Rektor UNY menuliskan, “Dies Natalis ke-52 merupakan momentum bagi UNY untuk merefleksikan apa yang diperbuat dalam perjalanan seja rahnya.” dalam sambutan rektor Dies Natalis UNY ke-52. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa dies natalis tahun ini sangat kurang persiap an, begitulah yang diungkapkan Priyo. Menu Iwan | Expedisi rutnya, tidak ada perintah yang mewajibkan “Dalam acara Reuni Akbar, setiap Orma pelaksanaan dies natalis setiap tahun. “Lebih efisien jika pelaksanaan setiap wa mengirim 3 perwakilan untuk mengarah kan alumni dari setiap jurusan yang datang. Di lima tahun atau berapa. Persiapan dibuat sana, ditampilkan pentas kolaborasi. Pentas sematang mungkin. Dibanding sekarang, tersebut dimeriahkan oleh perwakilan dari pelaksanaan setiap tahun, tapi tidak terlalu semua Hima di UNY,” jelas mahasiswa Ju berdampak bagi mahasiswa untuk apa?” rusan Pendidikan Bahasa Jerman tersebut. tambah Priyo. Priyo kembali menegaskan, “Seandainya Diungkapkan oleh Bram juga bahwa di acara dies natalis dua tahun lalu ada dua plot acara kegiatan Dies Natalis UNY prosesnya terus yang masing-masing diambil alih oleh dosen seperti ini, lalu keterlibatan mahasiswa tidak dianggap, apakah masih perlu dilaksanakan dan mahasiswa. “Sikap yang diambil oleh BEM FIS sudah setiap tahun? Bagaimanapun, anggaran ber benar. Mahasiswa pantas mencurahkan ke sumber dari mahasiswa.” kecewaan jika tidak ikut andil dalam dies Nisa’ Maulan Shofa natalis,” tutup Bram. Fahrudin, Heni, Jimal Mengaku bukan tidak mencintai almama
Pimpinan Proyek Wachid As-siddiq | Sekretaris Hanum Tirtaningrum | Bendahara Maria Purbandari | Redaktur Pelaksana Nisa Maulan | Redaktur Nisa Maulan, Fahrudin | Reporter Fahrudin, Heni, Jimal | Redaktur Foto Dwi Putri | Artistik Danang Suryo, Fahrudin, Gigih Nindia | Produksi Heni Wulandari | Iklan Maria Gracia, Meida Rahma, Moh Agung | Tim Polling Umi Zuhriyah, Iwan Dwi, Jimal Arrofiqie | Sirkulasi Erya Ananda| Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web Ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
2
EDISI KHUSUS DIES NATALIS UNY KE-52 | MEI 2016
FAKULTAS Teknik (FT) ternilai sebagai salah satu fakultas tersibuk. Fakultas pen cetak teknokrat berkompeten ini masih me miliki fasilitas yang usang. Banyak ruang kelas dengan proyektor yang kurang layak jika disebut sebagai penunjang perkuliahan. UNY yang mencanangkan diri untuk menjadi World Class University bahkan belum mampu menyediakan laboratorium di FT agar mampu mengikuti perkembangan teknologi. Jaringan internet yang disediakan bahkan masih sangat sulit diakses. Saya berharap, semua fasilitas di FT bisa lebih dioptimalkan. Bagaimanapun, lancarnya perkuliahan ditunjang oleh fasilitas yang baik
introspeksi diri pada keseluruhan bagian dari sistem bernama ‘UNY’ untuk dapat memper siapkan langkah kedepan yang lebih efektif. Namun, output dari dies natalis UNY pun harus nyata seperti terwujudnya saran-saran yang membangun baik dari mahasiswa dan kesejahteraan dari mahasiswa juga menjadi perhatian utama bagi UNY. Gigih | Expedisi
tidak seperti tahun kemarin yang di FMIPA. Mahasiswa FIS ada yang membantu saat itu. Tapi, dari panitianya terkesan selalu memberi perintah dengan mendadak seperti konsumsi dan pembagian tiket yang kurang rapi,” jelas Priyo. Hal itu juga disetujui oleh Ketua BEM Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK), Rahadiaan Eko Yudistiro. “Iya, memang semuanya serba mendadak bahkan terlihat tidak siap. Konsep acara juga serba apa adanya seakan tidak dipersiapkan dengan matang,” ungkap maha siswa Jurusan Pendidikan Olahraga tersebut.
SURAT PEMBACA
Abdurrohman Afief Mahasiswa Jurusan Kimia 2013
Dimas Ferdiyanto Mahasiswa Teknik Mesin 2013
TAK dapat dipungkiri bahwa pelaksanaan dies natalis UNY kerap dihiasi dengan kesan kemewahan dan kurangnya koordinasi antar mahasiswa dan birokrasi. Dies natalis juga terkadang dianggap tidak perlu dilakukan tiap tahun karena efektifitasnya yang tidak sebanding dengan modal. Sebenarnya apabila mendasarkan pada arti nama ‘Dies Natalis’ sendiri akan kurang sesuai apabila dilaksa nakan tiap beberapa tahun sekali. 1.Dies menjadi wahana introspeksi diri Perayaan Dies Natalis yang notabene hanya dirasakan sekali setahun dapat men jadi momentum yang sangat tepat untuk
dari masih banyaknya kekurangan yang dapat ditemui di ujung-ujung gedung UNY. Dengan mengingat hari lahir UNY diharapankan pula kita dapat lebih menghargai, lebih mengenal semangat para pendiri UNY, dan tujuan apa yang ingin dicapai oleh UNY. Yang perlu direnungkan semua pihak adalah bukan semewah apa Dies Natalis UNY itu dilaksanakan, namun, seberapa banyak perkembangan positif yang dialami UNY hingga Dies UNY berikutnya tiba. Selamat Hari Jadi ke-52, Universitas Negeri Yogyakarta.
2.Dies menjadi wujud kepedulian ter hadap institusi Dies Natalis ke-52 UNY merupakan hari di mana 52 tahun yang lalu perguruan tinggi bernama Universitas Negeri Yogyakarta memperkenalkan diri kepada masyarakat Indonesia. Dies natalis UNY yang hanya terjadi setahun sekali selayaknya menjadi wujud kepedulian kita terhadap perguruan tinggi yang telah menaungi ribuan mahasiswa untuk memperoleh pendidikan ini, terlepas
ADA beberapa kejanggalan yang kami rasa kan dalam Dies Natalis UNY ke-52 ini. Mulai dari persiapan yang tidak melibatkan maha siswa, ketidakmatangan beberapa acara yang dibuat, dan ketidaktransparanan anggaran untuk setiap rangkaian kegiatan dies natalis. Seharusnya UNY sebagai badan publik harus ada keterbukaan informasi untuk men jadi penyelenggara negara yang baik, yaitu transparan, efektif, efisien, akuntabel, dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami menarik diri untuk tidak terlibat dalam rangkaian acara Dies Natalis UNY ke-52 ini. Priyo Utomo Ketua BEM FIS 2016
EDITORIAL Refleksi yang Gagal DIES NATALIS merupakan momentum bagi universitas untuk merefleksikan apa yang telah diperbuat dan yang telah dica pai. Yang umumnya dilaksanakan setahun sekali. Dies natalis selalu menjadi ajang bagi universitas untuk menunjukkan ek sistensinya sebagai salah satu institusi pendidikan dalam negara. Seringkali juga dies natalis menjadi bahan legitimasi dalam bidang pendidikan yang amat strategis bagi keberadaan suatu institusi. Hal inilah yang menjadikan keberadaan dies natalis selalu dipertahankan dan diselenggarakan secara megah oleh tiap-tiap universitas. Dies natalis juga harusnya menjadi salah satu ajang refleksi diri bagi seluruh lapisan mahasiswa yang menimba ilmu di dalamnya. Tanpa adanya andil dari ma hasiswa, tentunya refleksi akan bersifat
kosong dan gagal dalam menyelenggarakan pendidikan dalam setahun terakhir. Sesuai apa yang dituliskan rektor dalam sambutannya, “Dies Natalis ke-52 merupakan momentum bagi UNY untuk merefleksikan apa yang diperbuat dalam perjalanan sejarahnya.” Namun, dalam pelaksanaannya masih me nimbulkan pertanyaan besar. Adanya aksi oleh Aliansi Mahasiswa FIS (AMF) pada 18 April lalu menunjuk kan mahasiswa tidak lagi dapat merasakan dampak dari dies natalis. FIS didapuk men jadi tuan rumah dalam agenda dies natalis tahun ini, tetapi mereka mengaku kecewa dengan manajemen birokrat yang masih kacau dalam menyelenggarakan agenda tahun ter sebut. Mulai dana yang tidak jelas kapan cair hingga ketidakterlibatan mahasiswa dalam dies natalis menunjukkan bahwa dies natalis
MEI 2016 | EDISI KHUSUS DIES NATALIS UNY KE-52
tahun ini belumlah siap untuk diad akan ke mbali. Bahkan, panitia inti yang terdiri dari para dosen mengaku tidak tahu mengenai dana dalam acara tahunan ini. Lalu, apakah masih relevan jika dies natalis diadakan setahun sekali? Berbagai kejanggalan mestinya harus dicari penyebab dan penyelesaiannya. Hal ini juga berlaku pada penyelenggaraan dies natalis tahun ini yang dirasa amat mengece wakan oleh mahasiswa. Mahasiswa haruslah menjadi objek utama dalam kegiatan refleksi tahunan seperti ini. Jika itu tidak dilakukan, maka pendidikan yang dilakukan oleh UNY, kampus yang dikenal sebagai universitas pendidikan, akan selalu dianggap gagal dalam segala aspek. Redaksi
3
PERSEPSI
Minat Baca dan Pendangkalan Keilmuan
U
NESCO pada tahun 2011 menya takan bahwa minat baca orang Indonesia sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan indeks membaca ma syarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Dalam artian, jika ada 1000 penduduk, maka hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca tinggi. Kemudian, pada tahun 2012 berada pada posisi 124 dari 187 negara dunia dalam penilaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM), khususnya terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan “melek huruf”. Franscis Bacon pernah memberikan gambaran tentang pengaruh buku terhadap perubahan tatanan sosial. Menurut dia, ada tiga hal yang mengubah seluruh wajah dunia dan keadaan sesuatu di muka bumi: percetakan, mesiu, dan magnet. Sementara itu, Lucian Fabre dan Hendri Jean-Martin mengutarakan penanda penting dalam gerak maju peradaban barat di era pencerahan itu adalah perpustakaan. Menurut JJ. Rizal, relasi perpustakaan dan peradaban barat terletak pada revolusi mental tentara dari kalangan kurang mem baca hingga minat beli buku dan akhirnya bersedia mendirikan perpustakaan publik dan perpustakaan pribadi. Namun, masya rakat di Indonesia tidak terlalu memberi kan apresiasi terhadap buku-buku yang tersedia. Banyaknya buku yang tersedia di perpustakaan-perpustakaan daerah, sekolah, kampus, dan buku-buku milik pribadi hanya dijadikan sebagai pajangan, hiasan ruangan yang ditata rapi atau tepatnya buku-buku yang tersedia hanya dimuseumkan. Rendahnya minat baca seseorang akan berpengaruh terhadap keilmuan yang minim pula. Kampus sebagai lembaga pendidikan diharapkan mampu mendongkrak minat baca mahasiswanya. Namun, pada kenyata annya kampus belum memberikan fasilitas
4
serta sarana dan prasarana yang mumpuni untuk meningkatkan minat baca mahasiswa. Di pihak birokrasi kampus selalu menun tut mahasiswa untuk memberikan karyanya berupa penelitian dan karya tulis ilmiah, yang mana karya-karya tersebut dijadikan juga sebagai tolak ukur kemajuan kampus. Krisis membaca berbuntut pada pedangkalan keilmuan, mereka dituntut membuat peneliti an dan karya tulis ilmiah, tapi minat bacanya masih rendah. Pada hakikatnya dengan ba nyaknya membaca maka wacana sosial akan
Repro.Danang | Expedisi
semakin banyak, dari sinilah karya-karya tersebut akan lahir. Dari hasil studi deskriptif yang dilaksa nakan Central Connecticut State University di Amerika Serikat mengungkapkan minat baca di Indonesia berada di urutan ke-60 dari 61 negara dalam hal literasi para warganya. Melihat fenomena ini, seharusnya kaum in telektual maupun dari kalangan lembaga pendidikan sadar bahwa ternyata Indonesia krisis membaca. Kampus UNY sebagai lembaga pendidi kan sangat berperan penting untuk mening katkan minat baca mahasiswa. Namun, di acara ulang tahun UNY yang ke-52 tidak ada agenda-agenda mengenai peningkatan minat
baca mahasiswa. Di buku agenda kegiatan Dies Natalis ke-52 pun tidak ada tanda-tanda agenda untuk peningkatan minat baca. Perhatian kampus terhadap minat baca mahasiswa ternyata mengalami pendangkalan. Dunia kampus hanya mementingkan kuanti tas mahasiswa tanpa memperhatikan kualitas. Politik amnesia telah menjamur di kalangan birokrasi kampus, mereka hanya mementing kan publikasi kampus untuk mengejar kuantitas mahasiswa yang banyak, sementara mereka lupa dengan meningkatkan kualitas intelek tual mahasiswa. Pada akhirnya dunia kampus hanya mencetak robot-robot yang tidak bermutu, kurang berkualitas serta manusia yang dangkal keilmuan. Di acara Dies Natalis ke-52 ini, sebagai momentum UNY untuk merefleksikan perja lanan sejarahnya, seharusnya ada perhatian atas Indonesia yang krisis membaca. Lem baga pendidikan sebagai pencetak pemimpin bangsa dan negara harus punya simpatisan melihat fenomena ini. Jangan hanya sibuk di dunia internal, akan tetapi di lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara harus ikut serta berkontribusi. Dalam tema yang diusung “Kontribusi Pendidikan dalam Memuliakan Martabat Manusia” seharusnya yang perlu diperhati kan adalah minat baca, sebab membaca dapat memberikan kesadaran sosial yang tinggi atas fenomena-fenomena sosial dan dengan memba ca pemuliaan martabat manusia akan terwujud. Namun, kenyataanya UNY di acara dies natalis tersebut belum memberikan kontribusi untuk meningkatkan minat baca mahasiswa. Apalagi fasilitas, sarana, dan prasana terkait mening katkan minat baca masih minim. Perpustakaan UNY juga belum ada pembaruan buku-buku. Ruang diskusi dan ruang baca masih minim sehingga menyebabkan pedangkalan keilmuan dan intelektual di UNY semakin marak. Fahrudin
EDISI KHUSUS DIES NATALIS KE-52 | MEI 2016