EXPEDISI EDISI KHUSUS OSPEK UNY 2015
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
Jumat (21/8), Maba FIP tengah membuat atribut sebagai persiapan Ospek di belakang gedung Museum Pendidikan Indonesia.
Khusnul | Expedisi
sentra
Maba Keluhkan Penugasan Ospek Fungsi Ospek sebagai sarana pembelajaran kampus justru dijadikan ajang untuk memberikan tugas bagi Maba UNY 2015.
A
tribut Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) yang tidak sesuai dengan esensi dari adanya Ospek masih dirasakan oleh mahasiswa baru (Maba) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 2015. Maba tidak diberitahu fungsi dan manfaat dari atribut yang akan digunakan ketika Ospek di fakultas maupun di universitas. “Saya tidak tahu fungsi dari diberikannya atribut seperti itu, setahu saya kalau
Ospek dikasih tugas seperti itu ya sudah dikerjain,” tegas Asvi, salah satu Maba 2015 jurusan Sastra Indonesia (Sasindo). Hal serupa juga dirasakan oleh Andari Setiani dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), bahwa tidak ada penjelasan dari pemandu atau panitia Ospek mengenai esensi dari setiap atribut tersebut. Di Fakultas Teknik (FT) terdapat Maba yang membuat co card sampai tiga buah. Satu untuk fakultas dan dua
untuk jurusan. Atribut yang dibuat oleh para Maba juga tidak sedikit memakan biaya. “Total dari seluruh biaya yang dikeluarkan sejauh ini hampir 100.000 rupiah untuk pembuatan co card dan beberapa penugasan yang lain,” keluh Agata Ratu, salah satu Maba FT Jurusan Tata Rias. Beberapa fakta tersebut mengungkapkan telah diabaikannya Surat Keputusan Dirjen Dikti. Menurut Surat Keputusan Dirjen Dikti no: 25/
sentra DIKTI/Kep/2014, tujuan utama kegiatan Ospek, yaitu pembinaan idealisme, sikap cinta tanah air, kepedulian terhadap lingkungan. Menanggapi hal tersebut, Presiden BEM REMA UNY, Haris Fadillah, angkat bicara, “Menurut saya tidak wajib ada
(penugasan.red), cuma belum ada rumus pasti untuk hal tersebut,“ tegas Haris. Keberatan yang dirasakan Maba terkait penugasan menjadikan imbauan BEM REMA sia-sia. Sebelumnya, BEM REMA UNY tidak mewajibkan pemakaian atribut yang terlalu berlebihan. Imbauan tersebut disampaikan kepada seluruh fakultas di UNY.
“
Menurut saya tidak wajib ada (penugasan.red), cuma belum ada rumus pasti untuk hal tersebut
“
BEM REMA sendiri telah memulai tindakan dengan menyamaratakan semua co card ketika berada di Gedung Olahraga (GOR) di isi d e xp hari pertama Ospek. Selain E | ul sn itu untuk beberapa atribut u Kh yang tidak boleh dibawa di GOR UNY telah diatur di dalam Undang-Undang Ospek Universitas yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa REMA UNY. Selain Atribut yang tidak sesuai dengan tujuan Ospek, penugasan lain yang diberikan oleh panitia Ospek juga Haris Fadillah saat diwawancarai di depan Student Cenrter UNY, Jumat memberatkan Maba. (21/8). Tugas yang diberikan oleh
panitia Ospek antara lain berupa artikel. Sebagian besar Maba 2015 merasa keberatan dengan pembuatan artikel tersebut. Hal tersebut dikarenakan para Maba masih belum banyak diberi pengetahuan mengenai tema yang diberikan untuk penugasan artikel tersebut. “Membuat artikel yang seperti itu menurut saya masih susah, malah sebagian besar jika disuruh buat artikel cuma copy paste,” tegas salah satu Maba dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS). Berbeda dengan UNY, Universitas Gajah Mada (UGM) yang telah menyelenggarakan Ospek terlebih dahulu tidak mengharuskan Maba memakai atribut yang berlebihan. Mereka hanya menggunakan satu co card untuk Ospek universitas, fakultas dan jurusan. Selain itu seragam yang dipakai oleh Maba UGM sesuai dengan tema besar yang telah ditentukan oleh Universitas. Hampir seluruh fakultas yang ada di UGM tidak memakai atribut yang berlebihan.”Dari Fakultas Hukum sendiri tidak menggunakan atribut yang terlalu susah, kami hanya memakai atribut yang sama seperti Ospek di Universitas,“ ucap Ardinda, salah satu panitia Ospek Fakultas Hukum UGM. Selain itu, di UGM sendiri telah menanamkan nilai pembelajaran selama di Ospek tersebut. Contohnya, seragam yang mereka pakai adalah baju batik. Hal tersebut disesuaikan dengan tema besar yang telah ditentukan oleh universitas. Devi Ellok Khusnul, Vathir
EDITORIAL Atribut bukan Esensi Ospek Pada dasarnya Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) adalah sebuah kegiatan pengenalan sistem akademik dan pengenalan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru di Perguruan Tinggi. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi no: 25/DIKTI/ Kep/2014. Atribut yang kemudian dijadikan penugasan dalam Ospek, tentu tidak sesuai dengan Keputusan Direktorat Jendral Parguruan Tinggi. Jika dibandingkan dengan tujuan utama kegiatan Ospek, yaitu pembinaan idealisme, sikap cinta
2
tanah air, kepedulian terhadap lingkungan sesuai latar belakang Keputusan Dirjen Dikti no: 25/DIKTI/Kep/2014. Pemberian tugas yang berlebihan sebelum atau saat Ospek, tentunya sama sekali tidak mendekati tujuan utama Ospek. Bahkan malah membuat mahasiswa tidak lagi memperhatikan tujuan dari Ospek itu sendiri. Menurut Paulo Freira, praktisi Pendidikan Brasil, tugas yang dirancang untuk tidak dapat diselesaikan akan memberikan pengaruh buruk pada kondisi psikologis peserta didik, karena pusat perhatian mereka tertuju pada penyelesaian tugas. Akan timbul
kekhawatiran akibat berbagai macam hukuman yang akan mereka terima apabila tugas tidak terselesaikan. Mereka mengerjakan tugas bukan karena tugas itu perlu dan memberikan dampak positif. Mereka mengerjakan dikarenakan takut untuk mendapat hukuman. Internalisasi nilai ketakutan tentu bukan yang diharapkan oleh panitia Ospek dalam memberikan penugasan. Mengingat fungsi co card sendiri sebagai tanda pengenal, sudah sewajarnya cukup ditujukan sebagaimana fungsinya. Redaksi
edisi khusus | Pra ospek 2015
PeRSEPSI
Eksistensi Mahasiswa
M
enjadi mahasiswa, berarti kita dituntut untuk mandiri, kritis, berilmu, bermoral dan bertang gung jawab. Kita tidak lagi menjadi se orang siswa, yang puas dengan menjalan kan rutinitas sekolah sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. Kita diharuskan menjadi dewasa. Menjadi mahasiswa dalam arti yang sesungguhnya. Sebab, konon katanya kita adalah orang-orang terpilih, terpilih karena kepandaiannya, karena ekonominya, atau bahkan karena keberuntungan. Mahasiswa banyak digembar-gem borkan sebagai agen perubahan, mes kipun semakin hari anggapan tersebut ser upa omong kosong. Pada tingkat kematangannya, mahasiswa diwajibkan secara total mengabdikan dirinya untuk menyerap ilmu dari bidang studi yang ditekuninya. Kemudia n mempertang gungjawabkannya dalam bentuk praktik baik ber upa tindakan nyata ataupun tertulis. Demi kepentingan masyarakat yang lemah dan terpinggirkan. Dengan mengemban peran tersebut, mahasiswa tidaklah cukup hanya berang kat kuliah, duduk santai di belakang meja sambil mengisi absen di kelas, menger jakan tugas kuliah, mendengarkan apa yang diajarkan dosen, setelah itu pulang. Mahasiswa juga diwajibkan tahu dan paham atas apa yang ia butuhkan. Pada
intinya mahasiswa diharuskan mandiri dan berkembang. Meminjam kalimat dari Eleanor Roosevelt, bahwa manusia berkembang melalui pengalaman hidup yang jujur dan berani. Ini berarti apa yang kita jalani sekarang adalah hal yang penting dalam proses belajar. Akan tetapi, jujur dan berani dimaksudkan agar kita tidak bisa hidup sebagai seseorang yang normalnormal saja. Sebagai kaum intelektual, mestinya kita menyadari akan eksistensi kita, yaitu sebagai mahasiswa. Belajar bukan sekadar mengejar gelar akademis, lulus dengan nilai c umlaude. Lebih dari itu, mahasiswa harus berge rak bersama rakyat untuk membangun bangsa. Paling tidak dalam lingkup yang paling mikro ada suatu kemauan untuk mengembangkan sivitas/perguruan tinggi di mana ia kuliah. Misalnya dengan ikut serta dalam organisasi kampus yang mengarah pada pembangunan bangsa. Elenor menegaskan bahwa dari sanalah karakter kita akan terbentuk. Dem ik ia n beg it u, esensi semua mahasiswa adalah sama dan tidak di bedakan. Namun pada kenyataa nnya muncul dua kelompok dalam tatanan ke hidupan mahasiswa. Di mana yang satu adalah mahasiswa berorganisasi. Dan kedua adalah mahasiswa nonorganisasi, yang hanya menjalankan “ritual” kuliah
Maba Gundah? Tenang Ada LBK
L
embaga Bimbinga n Konseling (LBK) merupakan kepanjangan tangan dari rektorat. Sebagaima na dijelaskan Istiyani Nuryati, selaku Kasubag, LBK berfungsi memberikan solusi bagi persoalan-persoalan yang dihadapi, tidak hanya oleh mahasiswa namun juga seluruh sivitas akademik. Pelayanan LBK meliputi persoalan psi kologi ringan seperti gundah, sampai konf lik sosial yang berkepanjangan. “Untuk mahasiswa yang ‘tidak ber masalah’ kami beri bimbingan, namun
apabila mulai sedikit gundah bisa kami beri konseling,” lanjut Isti. Guna memaksimalkan kinerjanya, unit yang memiliki moto “Senyum Anda adalah Kebahagiaan Kami” ini dileng kapi 5 psikolog yang merupakan dosen di UNY. LBK sebagai unit pelayanan tidak hanya memiliki program pendamping an terhadap persoala n sosial, namun juga pengembangan potensi dan karier. “Yang ingin mengembangkan minat dan bakat silakan ke sini,” anjur Isti. Selama masa Ospek, LBK juga tengah
pulang-kuliah pulang, atau sering kita sebut mahasiswa "kupu-kupu". Tulisan ini bukan bermaksud memo jokkan, memberi pandangan negatif atau bahkan menjustifikasi pihak tertentu. Tidak pula mengharuskan semua maha siswa untuk ikut dalam aktivitas orga nisasi. Pada kenyataannya, ikut dalam organisasi pun belum tentu peranannya seperti apa yang diinginkan, bahkan sama sekali tidak berkontribusi apapun terhadap masyarakat. Akan tetapi, tujuan tulisan ini adalah mengingatkan kepada mahasiswa tentang peran pokok yang diemban sebagai seorang mahasiswa. Yang dipercaya penuh oleh masyara kat. Ditunggu kontribusinya terhadap realitas sosial yang terjadi dan menjadi garda terdepan dalam menentukan arah perkembangan bangsa. Dengan cara apap un seo rang mahasiswa menjalani kehidupan masa kuliahnya, itu tidak menjadi masalah. Ini hanyalah masalah sudut pandang. Apa yang menjadi benar belum tentu keb en ara n bagi orang lain, begitu pula sebaliknya. Terp ent ing adalah kita memiliki tujuan yang sama, yaitu pembangunan bangsa. Walau kita me lakukannya dengan cara yang berbedabeda. Khusnul Khitam
infotorial
menyelenggarakan kegiatan Konseling Sebaya. “Kegiatan itu kami lakukan ber sama 7 fakultas,’’ kata Isti. Sasarannya adalah panitia Ospek yang akan berhu bungan langsung dengan mahasiswa baru. Dengan semakin gencarnya sosiali sasi, diharapkan lebih banyak mahasiswa yang mengetahui dan mempergunakan fungsi LBK. Karena selama ini, keluh Isti, LBK yang berlokasi di samping Pusat Komputer (Puskom) UNY ini belum dikenali banyak mahasiswa. Aris Setiawan Rimbawana
Pimpinan Proyek Arina Makarimal | Sekretaris Triyo Handoko | Bendahara Fara Famular | Redaktur Pelaksana Putra Ramadan | Redaktur Aris Setiawan, Devi Ellok, Khusnul Khitam | Reporter Khusnul, Vatir | Redaktur Foto Ayuningtyas Rachmasari | Artistik Ade Luqman, Andhika Widyawan, Dinda Sekar, Kustian Rudianto| Produksi Devi Ellok | Iklan Ahmad Wijayanto, Desy Nirmala, Fajar Azizi, Ghozali Saputra | Tim Polling Andi Vangeran, Ervina Nur, Khusnul Khitam, Urlik Hufum | Sirkulasi Bayu Hendrawati| Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@ yahoo.com | Web Ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
Pra Ospek 2015 | edisi Khusus
3
Khusnul | Expedisi
GALERI
Jumat (21/8), Maba PGSD sibuk membuat penugasan di belakang gedung MPI.
Ade | Expedisi
Ade | Expedisi
Jumat (21/8), .dibantu panitia, Maba FT membuat atribut Ospek di depan PKM FT.
Ade | Expedisi
Jumat (21/8), kesibukan Maba Elektronika membuat co card.
Jumat (21/8), Maba FT sedang latihan yel-yel di depan LPTK.
4
edisi khusus | Pra ospek 2015