Buletin Expedisi Edisi Khusus IV OSPEK 2016 - Aliansi Mahasiswa FIS Lakukan Aksi Diam

Page 1

EXPEDISI EDISI KHUSUS IV OSPEK UNY 2016

MEMBANGUN

B U D AYA

KRITIS

Aksi diam Aliansi Mahasiswa FIS di taman Ki Hadjar Dewantara (Foto oleh Fahrudin | EXPEDISI)

SENTRA

Aliansi Mahasiswa FIS Lakukan Aksi Diam

A

liansi Mahasiswa FIS (AMF) kembali melaksanakan aksi pada Rabu (24/8) di taman Ki Hadjar Dewantara (KHD). Aksi tersebut adalah aksi diam dengan mem­ ba­wa beberapa spanduk yang berisi tuntutan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Sebelumnya, mereka melaksanakan aksi tolak UKT saat pelaksanaan parade Organisasi Mahasiswa (Ormawa) (22/8) di GOR UNY. Aksi tersebut diakhiri dengan penandatanganan petisi tentang penolakan sistem UKT dan pengisian form berisi pengaduan penurunan UKT yang disiapkan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FIS. Sulthoni, selaku Koordinator Lapangan (Korlap) menjelaskan bahwa aksi ini timbul

karena keresahan AMF mengenai sistem UKT dari tahun ke tahun kian tidak jelas. “Apalagi di tahun ini teman-teman mahasiswa baru (Maba) tidak diperbolehkan menurunkan (UKT) sebab ada surat yang harus Maba tanda tangani dan dibubuhi meterai,” tambah Sulthoni. Selain dari AMF, Sulthoni juga menjelaskan bahwa ide mengenai aksi ini berasal dari temanteman Himpunan Mahasiswa (Hima) FIS yang kemudian mereka kaji dan diskusikan. Pelaksanaan aksi di taman KHD tersebut juga melalui koordinasi dengan banyak pihak. “Aksi saat ini kami berkoordinasi dengan Hima-Hima yang ada di FIS. Kami juga berkoordinasi dengan DPM, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), dan panitia Ospek FIS,”

kata mahasiswa yang akrab disapa Toni itu. Toni juga melanjutkan bahwa berkat koordinasi tersebutlah AMF berhasil menggerakkan Maba untuk membubuhkan tanda tangan pada spanduk yang mereka siapkan. Selanjutnya Maba yang memiliki keluhan UKT yang tidak sesuai dipersilahkan mengisi form yang telah disiapkan oleh pihak DPM FIS. Form tersebut berisikan biodata Maba yang meliputi nama lengkap, nomor ponsel, dan jumlah UKT yang dikeluhkan. Toni menjelaskan bahwa form yang telah diisi oleh Maba akan diproses oleh DPM FIS terlebih dahulu untuk kemudian diserahkan ke pihak dekanat FIS. “Pihak dekanat nantinya yang akan menjadi jembatan antara mahasiswa


SENTRA Director Social Movement Institute, Eko Prasetyo, me­nga­ takan bahwa dalam pe­ne­ra­pannya, sistem UKT masih me­ngan­dung banyak masalah. “Ada 3 variabel yang saya jadikan masalah: Pertama mengenai pola penentuan. Pola penentuan tersebut selama data mahasiswa tidak valid maka kami tidak akan menerapkannya dengan adil. Kedua, proses penentuan, di mana penentuan harga UKT tersebut diperoleh dan ini tidak pernah diberi tahu ke mahasiswa. Yang ketiga mengenai klasifikasi di mana anak yang mendapat UKT tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3. Level tersebut tidak pernah jelas. Level tersebut di banyak tempat main-main, ini cuma 4 klasifikasi, di UNY memang 7 klasifikasi, di UGM juga 7 klasifikasi dan itu menyalahi prinsip nama UKT, tunggal di sisi-sisi apa,” tandasnya. Rabu (24/8) Penandatanganan petisi tolak ukt oleh maba FIS (Foto oleh Wachid | EXPEDISI) Eko menambahkan bahwa sistem UKT ini dirasa sangat yang memilki keluhan UKT dengan rektorat,” diskriminatif karena pendidikan ungkap Deby Hermawan, salah satu anggota harusnya untuk semua bukan ditentukan AMF, saat ditemui setelah mediasi dengan oleh klasifikasi kelas. ”Saya merasa itu pihak dekanat FIS. bermasalah sekali,” ujarnya. Ditanya tentang aksi yang di­se­ UKT yang telah dijadikan acuan pem­ ba­­yaran kuliah mahasiswa oleh UNY sejak leng­garakan di taman KHD ter­se­but, tahun 2013 merupakan sistem pembayaran Ketua BEM FIS, Priyo Utomo, me­ berdasarkan beberapa indikator yang diisi nya­takan kesepakatannya pada aksi oleh Maba dalam data ekonomi saat registrasi tersebut. ”Iya, bagus. Gerakan itu ada online. UNY sendiri menggunakan 36 in­di­ka­ karena kepedulian kami terhadap UKT,” tor untuk menentukan UKT ma­hasiswa yang tuturnya. Ia juga mengungkapkan bahwa masuk di tahun ini. Dibandingkan tahun lalu pihak BEM akan berusaha untuk me­ yang hanya berjumlah 28 indikator, maka ada ngum­pul­kan data-data yang diperlukan 8 indikator baru pada tahun ini. untuk mendukung aksi-aksi selanjutnya. Selanjutnya UKT yang telah ditetapkan “Besok kami akan aksi lagi untuk untuk Maba, oleh regulasi UNY tidak di­ menuntut data tersebut,” lanjut Priyo. per­ke­nan­kan me­la­kukan penurunan. Di Priyo juga menjelaskan bahwa dalam data ekonomi yang diisikan Maba adanya aksi tersebut untuk menyuarakan tercantum perjanjian bahwa mahasiswa baru keresahan bersama tentang UKT. yang bersangkutan tidak boleh mengajukan Menurutnya juga aksi-aksi seperti ini penurunan UKT dengan alasan apa pun masih minim kepedulian di lingkup kecuali keadaan memaksa seperti: orang UNY. “Setahu saya yang masih masif me­nyu­a­ra­kan ini adalah FIS,” “Ke depannya nanti kami bisa ungkapnya. Aksi tersebut menurut Priyo ber­ membantu rekan-rekan kami tu­juan untuk melakukan penyadaran yang keberatan tentang UKT,” bahwa isu UKT adalah isu universitas yang harus dipikirkan oleh semua tua/wali yang membiayai meninggal dunia, fakultas di UNY. “Ke depannya nanti berhenti bekerja, sakit keras/menahun, kami bisa membantu rekan-rekan kami atau kondisi yang menyebabkan tidak lagi yang keberatan tentang UKT,” jawabnya mendapatkan penghasilan sebesar yang ditulis ketika ditanya mengenai follow up dari pada saat awal. Peratururan tersebut diperkuat aksi AMF. Anas Abdul Rahim Humam, salah dengan adanya meterai di atas tanda tangan Maba. satu Maba Prodi Pendidikan Sejarah,

2

mengungkapkan apresiasinya mengenai aksi yang dilakukan AMF tersebut. “Aksi tersebut sangat positif sekali karena membantu Maba yang sekiranya mendapatkan UKT yang tinggi dan tidak sesuai,” ujarnya. Menurutnya, sistem UKT yang ada di UNY jika tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga akan sangat memberatkan. Salah satu mahasiswa yang me­nu­lis­kan namanya di form yang disediakan oleh DPM FIS, Ervi Dwi Indrastuti, mengungkapkan alasan ikut menuliskan biodatanya adalah karena ia juga ingin menurunkan UKT yang dirasa tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarganya. Wachid As-siddiq Fahrudin

editorial Aksi Nyata Melawan Sistem UKT Sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) adalah sistem pembayaran uang kuliah mahasiswa yang diatur dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) nomor 39 tahun 2016. Di UNY, sistem UKT sudah diterapkan sejak tahun 2013 sekaligus menjadi momentum awal bagi mahasiswa untuk melawan sistem baru yang dirasa kurang adil. Aksi melawan sistem UKT terjadi di mana-mana dan tak terhitung jumlahnya, seperti di UIN Sunan Kalijaga yang melibatkan mahasiswa baru (Maba), UGM, Undip, UI, dan lain-lain. Momentum semacam itu terjadi lagi kemarin (24/8) saat Aliansi Mahasiswa FIS (AMF) berinisiatif menyelenggarakan aksi nyata dengan melaksanakan aksi diam di taman KHD disertai penandatanganan petisi setelahnya. Mereka juga menghimpun keluhan UKT tinggi yang banyak dikeluhkan oleh Maba dengan membiarkan Maba menuliskan biodatanya ke dalam form yang telah disiapkan. Alhasil pihak dekanat merespons dengan bersedia menjadi jembatan antara mahasiswa yang mengeluhkan UKT dengan rektorat UNY. Banyaknya keluhan dan tingginya aksi penolakan sistem UKT harusnya dapat direspons dengan baik oleh pihak birokrat UNY. Hal ini menunjukkan bahwa sistem yang dianggap lebih adil daripada sistem sebelumnya ini penuh masalah sehingga rektorat harusnya mau untuk mengkaji ulang tentang sistem tersebut. Belum lagi tuntutan mahasiswa agar sistem UKT dibuat transparan baik dalam jumlah yang dikumpulkan maupun pengalokasian dananya. Dengan begitu, aksi yang dilakukan oleh AMF merupakan aksi menuntut reformasi sistem yang timbul dari keresahan-keresahan mahasiswa lain. Redaksi

EDISI KHUSUS OSPEK IV UNY 2016


PERSEPSI

Institusi Pendidikan Bukan Ajang Bisnis

P

endidikan adalah usaha sadar dan te­ ren­ca­na untuk mewujudkan suasana be­la­jar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Setidaknya itulah yang tercantum dalam UU RI No. 12 Tahun 2012 pasal 1 ayat 1, tentang Pendidikan Tinggi. Melalui institusi-institusi yang mewakili tiap jenjang pendidikan formallah pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan merupakan kebutuhan u­ni­ver­ sal dan berkesinambungan yang dibutuhkan semua orang dari semua kalangan, bahkan semua usia. Oleh karenanya, pendidikan bersifat dinamis dan tak lekang oleh waktu. Kita lihat saja, pendidikan (formal maupun non formal) dibutuhkan sedari usia dini. Anak masuk play group, setelahnya masuk SD hingga memenuhi kewajiban belajar 9-12 tahun. Proses pendidikan yang panjang me­li­bat­ kan banyak material dan sumber daya. Banyak orang yang melihat ini sebagai peluang yang menjanjikan. Hingga munculah istilah Edupreneur (education entrepreneurship). Pendidikan menjadi lahan basah untuk berbisnis. Kalau diperhatikan, sekarang ini bisnis pendidikan semakin menjamur dan tumbuh subur. Sudah jelas menu jualan

seperti institusi pendidikan dengan label plus, full English, kurikulum Cambridge, dan nilai-nilai plus lainnya, bahkan pendidikan luar negeri dengan mudah bisa masuk ke Indonesia. Undang-Undang Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa sebenarnya wajah pendidikan di negara ini adalah liberalis. Berbicara tentang Edupreneurship, bisnis pendidikan tidak hanya terlihat dari didirikannya lembaga dan institusi pendidikan formal dan ekstra, namun juga di dalam lembaga itu sendiri. Misalnya di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang memberlakukan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) sejak tahun 2013, berdasar Permendikbud No 55 Tahun 2013 pasal 1 ayat 3, menggantikan sistem Biaya Kuliah Tunggal (BKT), yang kemudian disubsidi pemerintah dengan dana Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). UKT dibayarkan setiap semester, tetapi tidak ada lagi pemungutan biaya untuk gedung, SOP, BOP, SPMA, biaya KKN, wisuda, dan lain-lain. Besaran UKT yang didapat berbeda setiap mahasiswa pada masing-masing perguruan tinggi tergantung pada penghasilan keluarga dan kebijakan masing-masing perguruan tinggi. Di manakah Edupreneurship bisa ambil bagian? Ketika perguruan tinggi yang ber­ sang­kutan tidak melakukan transparansi biaya

UKT, kemanakah uang tersebut mengalir, dan apa yang didapat mahasiswa dari pembayaran tersebut? Ketika seharusnya tidak ada pungutan lain selain UKT di tiap semester, misalnya kewajiban membeli buku oleh pihak universitas, atau pemungutan biaya untuk KKN, untuk Kursus Mahir Dasar (KMD) yang merupakan kegiatan wajib bagi mahasiswa prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), uang pangkal atau sumbangan wajib ketika penyambutan mahasiswa baru, dan masih banyak lagi kemungkinan lainnya. Atau ketika golongan UKT yang didapat tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga. Jika ini terjadi, ajukanlah banding dengan pihak perguruan tinggi. Atau yang lainnya, ketika sebuah perguruan tinggi memperluas cabang bisnis menggunakan uang yang dipungut dari kantong mahasiswa. Bisnis pendidikan itu tidak pernah rugi dan melahirkan banyak turunan. Seperti tenaga pendidik, buku, alat tulis, catering, jemputan, lembaga bimbingan belajar, dan lain-lain. Bahkan kini lembaga pendidikan menjadi media promosi sebuah produk berkedok sponsorship dan kerjasama berbagai macam produk. Terjadilah barter produk dan bagi pelakunya ini menggelontorkan keuntungan dan menambah pundi-pundi pendapatan. Jadi, bolehkah bisnis pendidikan? Se­ per­tinya terlambat untuk mulai memikirkan hal itu. Silvana Marsha F.

SUARA MABA Panitia Ospek sudah lumayan bagus. Lalu dari Penegak Kedisplinan (PK) ketat sekali. Para PK terlihat sangar dan memeriksa kelengkapan atribut begitu detail dari atas sampai bawah bahkan sampai hal-hal kecil seperti sepatu yang ada warna kuning sedikit saja sudah dihukum. Harapan saya, Ospek ditingkatkan lagi. Yel-yel kalau bisa yang lebih membuat semangat. Memang yang sekarang sudah bagus, tetapi terlalu panjang sehingga terkadang lupa. Ayu Arum Sari Biologi

Ospek dari hari pertama hingga hari ini saya tidak terkendala apa pun meskipun saya harus pulang-pergi Kulon Progo-Karangmalang setiap harinya. Menurut saya, kegiatan Ospek ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Pembimbing Ospek juga dengan sabar memandu para Maba. Yohanes Riski Triandika Sastra Indonesia

Saat Ospek universitas, saat akan salat, saya merasa terganggu karena di dalam GOR ada suara musik. Saya penginnya waktu salat itu tenang. Jadi, di luar salat, di dalam malah konser. Jika di fakultas belum ada keanehan. Harapannya untuk ospek fakultas lebih diperjelas lagi acara yang di dalam karena kami masih menunggu (kejelasan). Jika terjadi sesuatu di luar sana saya juga tidak tahu. Saya sebagai peserta merasa kurang koordinasi. Rachman Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Pimpinan Proyek Wachid As-siddiq | Sekretaris Hanum Tirtaningrum | Bendahara Maria Purbandari | Redaktur Pelaksana Nisa Maulan | Redaktur Silvana Marsha, Wachid As-siddiq | Reporter Fahrudin | Redaktur Foto Dwi Putri | Artistik Danang Suryo, Fahrudin, Gigih Nindia | Produksi Heni Wulandari | Iklan Maria Gracia, Meida Rahma, Moh Agung | Tim Polling Umi Zuhriyah, Iwan Dwi, Jimal Arrofiqie | Sirkulasi Erya Ananda| Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ­Ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

EDISI KHUSUS OSPEK IV UNY 2016

3


GALERI OSPEK

1

3

2

4

1. Rabu (24/8) Pengenalan Ormawa FE di halaman samping FE. (Foto oleh Fahrudin | EXPEDISI) 2. Rabu (24/8) Display Ormawa KMSI di Stage Tari FBS. (Foto oleh Putri R | EXPEDISI) 3. Rabu (24/8) Maba FMIPA mengisi list acara yang mereka ikuti di halaman FMIPA. (Foto oleh Yayan | EXPEDISI) 4. Rabu (24/8) Aksi AMF di taman KHD. (Foto oleh Fahrudin | EXPEDISI)

Kunjungi issuu.com/ekspresi untuk membaca buletin EXPEDISI secara online. Aman!

Atau datang ke rumah belajar kami di Student Center Lt.2 Sayap Timur. 4

EDISI KHUSUS OSPEK IV UNY 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.