Buletin Expedisi Edisi V Desember 2014 - CAP + TTD = Rp2.000

Page 1

EXPEDISI EDISI V DESEMBER 2014

MEMBANGUN

B U D AYA

CAP + TTD = Rp2.000 Legalisir Dokumen Kelulusan Berbayar

KRITIS


surat pembaca Pantaskah Harga BBM Naik Sekarang?

SELASA (18/11), Pre­si­den Jo­ko­wi telah meng­etuk pa­lu akan ke­naik­an Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Ke­siap­an pe­me­rin­tah untuk me­naik­kan harga BBM se­ka­rang, me­nu­rut saya masih sangat kurang. Pe­ me­rin­tah belum mem­per­timbang­kan langkah anti­si­pa­si terhadap dampak dari ke­naik­an BBM. Harus ada pen­jelas­an detail dari Jo­ko Wi­do­do kepada ma­ sya­ra­kat tentang alasan­nya me­naik­kan harga BBM meski­pun harga BBM dunia se­ka­ra­ng sedang anjlok. Se­be­nar­nya yang paling terkena dampak ke­naik­an harga BBM ini a­da­lah ke­las me­nengah. Karena kelas menengah tidak men­dapat­kan ber­bagai ma­cam Kartu Sakti. Selain itu, harga-harga ke­ butuh­an pokok pasti juga akan naik karena efek do­mi­no ke­naik­an harga BBM. Semoga saja UKT tidak ikut naik.

Beni Suwasono Edi Mahasiswa D3-Otomotif FT

Remote Proyektor = Tongkat Lembing

SARANA dan pra­sa­ra­na pen­di­dik­an me­ ru­pa­kan salah satu pe­nun­jang ke­nya­ma­ nan da­lam proses pem­be­la­ja­ran. Namun ke­nya­ma­nan pem­be­la­ja­ran tidak se­pe­ nuh­nya kami dapatkan di fa­kul­tas kami, yakni F­I­K. Hal itu karena pro­yek­tor yang biasa di­gu­na­kan untuk me­nam­pil­kan ma­te­ri dalam per­ku­liah­an tidak di­leng­ kapi dengan re­mo­te. Se­hingga setiap kali per­ku­liah­an akan di­mulai, kami harus me­nya­la­kan pro­yek­tor dengan tongkat lembing. Cara me­nya­la­kan pro­yek­tor dengan tongkat lembing ini me­nyu­sah­kan ma­ha­ sis­wa. Itu pun mending kalau di setiap kelas terdapat tongkat lembing, ma­sa­ lah­nya adalah ter­ka­dang kami harus

editorial Legalisir Berbayar dan Kurangnya Informasi UNIVERSITAS Negeri Yogyakarta (UNY) me­mu­tus­kan lewat Surat Keputusan (SK) Rektor No. 31 Tahun 2013 tentang Pe­ru­ba­han Pe­ja­bat yang Ber­we­nang Me­le­gal­isasi Ser­ti­fi­kat Pendidik Pada Ser­ti­fi­kasi Guru Rayon 11 UNY dan Biaya Ad­mi­nistrasi Le­ ga­li­sa­si Ser­ti­fi­kat Pen­di­dik Pada Ser­ ti­fi­ka­si Guru Rayon 11 Ijazah, Akta Mengajar, dan Transkrip Nilai UNY sebesar Rp2.000 per lembar. Tidak ada­nya aliran dana yang trans­paran dan so­sial­isa­si yang kurang melalui web­site UNY, membuat be­be­rapa alumni ber­pen­da­pat bahwa ta­ri­kan da­na ter­sebut adalah pu­ngut­an liar. UNY yang me­wa­ca­na­kan on the move to The World Class University di ber­ba­gai ke­sem­pat­an, te­ru­ta­ma di muka web­site-nya, se­per­ti­nya masih harus ber­benah dalam segi ke­ter­bu­ ka­an informasi. Karena dalam web­ site-nya sendiri jarang di­laku­kan up­ date in­for­masi terkait ad­minis­tra­si untuk sivitas aka­demik UNY maupun alumni. Le­gal­isir ijazah misalnya, banyak yang meng­eluh­kan tentang tidak jelas­nya pro­se­dur, pem­bayar­an yang mahal, pe­layan­an yang kurang me­muas­kan, dan trans­pa­ran­si da­ na. Fresh graduate akan banyak mem­ butuh­kan le­gal­isir ijazah dan trans­

2

krip nilai, per­soal­an Rp2.000 yang mahal ini lebih di­ra­sa­kan oleh alumni yang jauh tempat asalnya, apalagi mereka me­nya­yang­kan tidak adanya trans­paran­si dana. Coba di­logi­ka saja, jika satu halaman Rp2.000, untuk tahun ini ijazah sendiri ada dua versi, bahasa Indonesia dan Inggris. Artinya satu ijazah bolak-balik milik seorang alumni harus mem­bayar sebesar Rp4.000 per lembar. Rata-rata fresh graduate tidak hanya mem­butuh­kan satu hingga lima lembar saja. Itu pun belum legalisir trans­krip nilai dan akta meng­ajar yang di­legal­isir lebih dari dua lembar pastinya, semua­nya untuk melamar pekerjaan atau melanjutkan ke jenjang S2. Dalam setahun UNY me­wi­su­da­kan ribuan alumni dalam empat kali wisuda, mesti banyak dana yang mengalir ke rekening rektorat untuk legalisir tersebut. Trans­pa­ran­si aliran dana yang melimpah itulah yang di­per­tanya­ kan oleh alumni dan calon alumni tentunya. Alangkah bijak­sana jika ke­je­la­san dana tersebut di­unggah ke web­site resmi UNY. Ke­ter­buka­an in­ for­masi me­la­lui web­site resmi harus segera di­la­ku­kan se­ca­ra in­ten­sif oleh UNY. Redaksi

ber­ke­li­ling ke kelas-kelas untuk mencari pin­ja­man tongkat lembing agar pro­yek­ tor­nya bisa di­nya­la­kan. Saya sebagai ma­ha­sis­wa F­I­K ber­ha­rap di­se­dia­kan re­mo­te di setiap kelas untuk me­nya­ la­kan dan me­ma­ti­kan pro­yek­tor agar kami tidak ke­su­sa­han ketika hendak meng­gu­na­kan pro­yek­tor. Wandi Prasetyo Mahasiswa PKO FIK 2013

Perpustakaan FBS Tidak Lengkap

PERPUSTAKAAN yang se­ha­rus­nya menjadi tempat per­tama untuk ma­ha­ sis­wa mencari re­feren­si buku se­pe­rti­ nya tidak di­ra­sa­kan oleh ma­ha­sis­wa di Fa­kul­tas Ba­ha­sa dan Se­ni (FBS) UNY. Hal ini karena di per­pus­ta­ka­an FBS tidak ter­dapat buku-buku tentang ma­te­ri per­ku­liah­an. Per­pus­ta­ka­an FBS se­per­ ti gu­dang pe­nyim­pan­an skripsi-skripsi yang hanya berisi ma­ha­siswa-ma­ha­siswa angkat­an atas yang memang me­mer­lu­ kan skripsi-skripsi itu untuk di­ja­di­kan re­fe­ren­si. Lantas ba­gai­ma­na dengan ma­ha­sis­wa yang masih men­ja­lan­kan per­ku­liah­an teori? Hanya se­di­kit buku di per­pus­ta­ ka­an FBS yang dapat di­gu­na­kan untuk me­nun­jang per­ku­li­ah­an. Con­toh­nya, per­pus­ta­ka­an FBS tidak me­nye­dia­kan banyak novel-novel lama yang di­bu­ tuh­kan para ma­ha­sis­wa baru ju­ru­san PBSI. Pa­da­hal tempat per­tama yang mereka datang­i ketika mencari buku yang di­bu­tuh­kan pasti per­pus­ta­ka­an karena memang belum banyak tempat yang mereka ketahui. Nuraini Azizah Mahasiswa PBSI FBS 2013

sempil + Layanan Itu Tugas Tambahan - Iya, 1 'tambah' 1 jadi Rp 2.000. Pimpinan Proyek Arfrian Rahmanta | Sekretaris Mariyatul Kibtiyah | Bendahara Eny Yuly D. | Redaktur Pelaksana Triana Yuniasari | Redaktur Anggun Mita T.K., Arfrian Rahmanta, Mariyatul Kibtiyah, Milda Ulya R., Muhammad Aziz D., Prima Abadi S, Rohmana Sulik Reporter Aziz, Imam, Kibti, Triana | Redaktur Foto Imam Ghazali | Artistik Prima Abadi S, Rohmana Sulik, Ubaidillah Fatawi | Produksi Muhammad Fahrur S. | Iklan Muhammad Aziz D., Winna Wijayanti | Tim Polling Anggun Mita T.K., Hafid Mutaki, Mayta Cahyani | Sirkulasi Abdy Bani Y. | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@ yahoo.com | Web ­ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

edisi v | DESEMBER 2014


sentra

Le­gali­sir Ber­bayar Mem­be­rat­kan Alumni UNY

K

e­b i­j ak­a n le­g a­l i­s ir ber­b a­y ar yang ter­tulis di dalam Surat Keputusan Rektor Nomor 31 Tahun 2013 tentang Perubahan Pejabat Yang Berwenang Me­le­gal­isasi Sertifikat Pendidik Pada Sertifikasi Guru Rayon 11 Universitas Negeri Yogyakarta dan Biaya Ad­mi­nis­tra­si Le­gal­isasi Ser­ti­ fi­kat Pendidik Pada Ser­ti­fi­ka­si Guru Rayon 11, Ijazah, Akta Mengajar, dan Transkip Nilai Universitas Negeri Yogyakarta, menurut alumni UNY dirasa mem­berat­kan. Di­tam­bah pula dengan tidak adanya so­sial­isasi terkait aliran dana ini. “Duh, kurang tahu, tetapi mungkin komersialisasi pendidikan,” ungkap Sitoresmi Dyah Santika, alumni Pendidikan Sejarah 2010. Ketika ditanya terkit per­timbang­ an adanya le­gal­isir berbayar ini, Dr. Moh. Alip, M.A. selaku WR II UNY mengatakan bahwa per­timbang­an me­ ne­tap­kan tarif Rp2.000 per halaman ini adalah karena layanan legalisir me­ru­pa­kan tugas tambah­an bagi staf kemahasiswaan. “Legalisir ijazah ditarik biaya Rp2.000 per­timbang­an­nya secara sederhana adalah layanan itu merupakan tugas tambahan, bukan tugas utama bagian staf ke­mahasiswa­an karena ma­ha­ siswa sudah lulus kuliah.” Menurut Alip, tugas tambahan berarti bahwa untuk mem­per­oleh layanan pasti perlu biaya, karena sudah lulus jadi harus membayar. “Tugas utama kita cuma meng­antar­kan ma­ha­siswa sampai lulus,” lanjut Alip. Alip juga menuturkan bahwa ke­ putus­an ini sebenarnya bisa menjadi per­debat­an karena ma­ha­siswa baru saja lulus kuliah. “Namun ke­putus­an ini bisa saja di­per­debat­kan karena itu masih di per­batas­an, artinya ma­ha­siswa baru saja lulus kuliah.” Sementara itu, Sitoresmi mengatakan bahwa karena ma­ha­siswa baru saja lulus kuliah itulah per­atur­an le­gal­isir ber­bayar ini jadi mem­berat­kan bagi alumni. “Iya ke­mahal­an, apalagi untuk fresh graduate, kami legal­isir banyak untuk men­daftar kerja, dulu saya legal­isir habis Rp60.000. Tapi ya mau ba­gai­mana lagi? Per­atur­an ini sudah menjadi ke­bi­ja­kan kampus.”

DESEMBER 2014 | edisi V

“Per­a tur­a n itu sejak dulu sudah ada, kalau ditanya sejak kapan saya tidak bisa men­jawab pasti­nya, setahu saya sudah ada sejak dulu. Ke­ p u t u s ­a n i n i adalah ke­putus­ an bersama, tidak diambil oleh orang per orang,” ujar Alip ketika di­ tanya mengenai waktu dan pembuat ke­bijak­ an ini. Se­men­ta­ ra itu, Rohmad Harjanto, S.T. selaku Kasubag Ke­maha­siswa­an yang juga alumni FIP UNY, meng­ata­kan bahwa SK Rektor dan ber­bagai per­atur­ an yang ada di UNY bisa dilihat melalui website kumtala.ac.id. “Kalau ingin melihat SK dan berbagai per­atur­an di UNY, sudah ter­tata rapi pada website kumtala.uny.ac.id, ada semua kok. Lagi pula tidak memakai pass­word se­hingga langsung bisa melihat­nya.” Legalisir Terlalu Mahal Sementara itu, sama halnya dengan Sitoresmi, Muflichah Estiana, alumni Bimbing­an Kon­se­ling 2010, meng­ata­ kan bahwa tarif le­gal­isir tersebut terasa mahal, “Agak ke­ma­hal­an kalau hanya untuk jasa cap dan tanda tangan.” Mucflichah juga me­nutur­kan bahwa ada pe­nambah­an tarif legal­isir untuk dua muka halaman yaitu menjadi dua kali lipat, “Sekarang bolak-balik harga­nya ber­tambah menjadi Rp4.000.” Hal itu diamini oleh Rohmad Harjanto, S.T., Kepala Sub Bagian Ke­ ma­ha­siswa­an dan Alumni. Tarif legal­isir dua muka halaman ini mulai di­ber­la­ ku­kan pada Agustus 2014 meng­ingat adanya ijazah dan akta mengajar versi

Doc.Expedisi

Pe­ne­ta­pan tarif Rp2.000 per ha­la­man untuk le­gali­sir ijazah, akta mengajar, dan trans­krip ni­lai di­ni­ lai mem­be­rat­kan a­lumni.

Wakil Rektor II UNY Dr. Moh. Alip, M.A.

baru. “Ada ijazah baru yang bolak-balik, ijazah ini berlaku mulai Agustus 2014. Yaitu edisi ba­ha­sa Inggris dan edisi ba­ ha­sa In­do­ne­sia. Ijazah itu di­ter­bit­kan oleh rek­tor­at. Tidak hanya ijazah asli tetapi juga akta meng­ajar.” Rohmad mengaku tidak menge­tahui tentang tarif legalisir sebelum­nya, “Tarif cap legalisir sebelum­nya saya tidak tahu, karena saya baru menjabat Kasubag itu per Ok­to­ber 2013.” Terkait so­sial­isa­si dari SK Rektor tentang legalisir ber­bayar ini memang sudah di­so­sial­isa­si­kan ke publik UNY itu sendiri. Rohmad Harjanto, S.T. mengatakan bahwa so­sial­isa­si di­la­ku­ kan dengan me­nempel in­for­masi terkait per­atur­an ter­sebut di loket pem­bayar­an. “Kalau sosial­isa­si, sudah saya tempel di depan loket pem­bayar­an. Saya juga men­cantum­kan per­atur­an­nya, SK nomor berapa dan tentang apa agar jelas. Kalau ada yang masih ber­pendapat ini pungli, ya silakan, ini era de­mo­krasi, yang ter­ penting legalisir ber­bayar ini benar-benar ada per­atur­an­nya, yaitu SK Rektor.”

3


sentra Kurangnya Transparansi Dana UNY. Itu kan Re­ke­ning Rek­tor­at, jadi Se­men­tara itu, Drs. Joko Insan resmi juga. Kalau tentang peng­elo­laan, Kamil selaku Kabag Ke­maha­siswa­an memang di sana sudah ada yang meng­ FBS me­mi­li­ki pen­dapat lain tentang hal atur.” ini, menurut­nya tarif Rp2.000 tersebut Ketika di­sing­gung mengenai aliran murah. “Lagi pula hanya sedikit, yaitu dana ke fa­kul­tas untuk dana o­pe­ra­sio­nal, Rp2.000. Itu pun cuma setahun sekali Sudimin mengaku tidak mengetahui­ di­perlu­kan ijazah yang nya secara pasti. legalisir. Aturan "Namun ke­putus­an ini bisa saja “Kalau dana itu dari pihak instansi di­per­debat­kan karena itu masih akan mengalir ke memang seperti itu,” di per­batas­an, artinya ma­ha­ fakultas lagi untuk tutur Joko. siswa baru saja lulus kuliah.” dana operasional Saat di­wawan­cara­i fakultas, saya belum mengenai trans­paran­si dana, Drs. Joko tahu pasti. Legalisir bukan hanya untuk Insan Kamil mengatakan bahwa dana itu, karena belum tahu persis rincian dari legalisir ini langsung di­setor­kan ke dana legalisir itu untuk apa.” rektorat dan tidak di­kelola oleh fa­kul­tas. Tetapi menurut­nya, ada ke­mungkin­ “Dana langsung ke UNY, tidak di­kelola an dana tersebut di­per­guna­kan untuk oleh fa­kul­tas. Pegawai lain, arti­nya kalau mem­biaya­i kegiatan maha­siswa. “Tapi pegawai yang membayar Negara, ada dana legalisir ke­mungkin­an memang bisa SK-nya. Dalam hal ini, dana legalisir untuk me­nambah­i dana kegiatan maha­ langsung disetor ke sana (rektorat), siswa yang di­laksana­kan oleh ormawa, karena ada hubungannya dengan alumni. ya mengambil dari dana-dana seperti Kalau pegawai dari jabatan sudah diatur itu, dan banyak ke­giat­an ma­ha­siswa pemerintah, jadi tidak ada hubungannya lain­nya yang juga mengambil dari dana disini.” tersebut,” lanjut Sudimin. Hal tersebut diamini oleh Sudimin, Sudimin mengatakan bahwa dana S.Pd., Kepala Sub Bagian Keuangan dan tersebut akan di­alir­kan sebesar 85% Akuntansi FBS, bahwa dana legalisir untuk masing-masing fakultas, sedangkan berbayar langsung di­setor­kan ke Re­ke­ sebesar 15% di­ke­lo­la oleh universitas. ning Ben­da­ha­ra UNY, “Mak­simal setiap “Jadi dari rekening rektorat nanti di­ satu bulan sekali pihak fa­kul­tas harus lapor­kan saat akhir tahun, me­nyetor­kan uang seperti ini (legalisir ber­bayar, red.) ke Rekening Bendahara

misalnya dana legalisir di FBS adalah sekian, setelah itu ada ada pem­bagian jatah. 85% untuk fakultas dan 15% untuk universitas, karena alumni adalah mahasiswa universitas juga, bukan hanya alumni fakultas.” Seorang Staf Ikatan Alumni (IKA) saat di­wa­wan­ca­rai di kantor sekre­ta­riat IKA UNY mengatakan bahwa IKA tidak terkait dengan peraturan legalisir ber­ bayar. “Kalau legalisir ber­bayar seperti itu tidak ada hubungan­nya dengan IKA,” kata seorang staf IKA yang tidak mau disebut­kan namanya. Ia menambah­kan bahwa IKA sendiri belum ber­hubung­an dengan fakultas mengenai legalisir ijazah, akta mengajar, dan transkrip nilai. “IKA juga tidak meng­infor­masi­kan legalisir berbayar, karena itu adalah urusan bagian Ke­ma­ha­sis­wa­an dan Alumni. Sedang­kan IKA sendiri hanya memberi pe­layan­an kartu, kegiatan seminar, dan dies natalis UNY,” ungkapnya. Menurut­nya, legalisir ber­bayar adalah ke­wenang­an fakultas. “IKA kegiatan­nya hanya itu saja. Kalau meng­infor­masi­kan legalisir ber­bayar adalah we­we­nang fakultas yang di­ke­ tahu­i Rektor.” Sama halnya dengan Sitoresmi sebagai alumni, Muflichah pun tidak menge­tahu­i aliran dana dari legalisir berbayar ini.“Saya tidak tahu ke mana uang­nya, mungkin untuk admin dan orang-orang yang membantu. Atau untuk membeli keperluan yang ada hubungan­nya dengan legalisir ijazah, akta mengajar, dan transkrip nilai ini.” Se­lanjut­nya, Sitoresmi berharap ada pe­nurun­an tarif legalisir. “Kalau misal gratis tidak me­mungkin­kan, ya mem­bayar tidak apa-apa tetapi jangan Rp2.000, lebih murah­lah. Kalau hanya legalisir satu lembar atau dua lembar sih tidak memberat­kan, tetapi kalau ber­lembar-lembar kan kasihan. Apalagi alumni yang asalnya dari jauh, sudah menge­luar­kan uang trans­por­tasi, uang makan, harus menginap pula, karena biasa­nya harus menunggu selama satu atau dua hari. Lagipula hanya cap dan tanda tangan.”

Prima Abadi Sulistyo Arfrian, Kibti, Triana

Doc. Istimewa

4

edisi v | DESEMBER 2014


polling

Legalisir Berbayar Memberatkan Alumni

L

egalisir ber­kas-ber­kas alumni se­perti ijazah, akta meng­ajar, dan trans­krip nilai me­ru­pa­kan ke­butuh­an bagi setiap alumni, salah satu fungsi­nya ialah untuk ke­perlu­an dalam dunia kerja. Untuk men­dapat­kan legalisir tersebut, di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), para alumni harus mem­bayar sebesar Rp2.000 per halaman, artinya, alumni harus mem­bayar Rp4.000 jika me­legalisir satu lembar berkas yang terdiri dari dua halaman. Per­atur­an ini ber­dasar­kan Surat Keputusan (SK) Rektor Nomor 31 Tahun 2013 tentang Per­ubah­an Pe­jabat Yang Ber­wenang Me­legal­isasi Sertifikat Pendidik Pada Ser­ti­fi­kasi Guru Rayon 11 Universitas Negeri Yogyakarta dan Biaya Ad­minis­ tra­si Legalisasi Ser­ti­fi­kat Pendidik pada Ser­ti­fi­kasi Guru Rayon 11, Ijazah, Akta Mengajar, dan Trans­krip Nilai Universitas Negeri Yogyakarta. Dr. Moh. Alip, M.A. selaku WR II UNY mengata­kan bahwa tugas utama pihak universitas adalah meng­antar­kan mahasiswa­nya hingga lulus. Sehingga layanan legalisir berkas alumni tersebut dianggap sebagai tugas tambahan. Akan tetapi, pe­ratur­an ter­sebut juga di­terap­kan kepada alumni yang fresh graduate, se­ hingga me­nimbul­kan per­debat­an. Karena bagi mereka yang baru saja lulus, layanan ter­sebut dianggap masih me­rupa­kan tugas dari pihak universitas. Harga Rp2.000 per halaman dinilai ter­lalu ma­hal. A­pa­lagi bagi alumni yang datang dari daerah yang jauh, mereka harus mengeluar­kan uang untuk trans­ por­tasi, untuk ke­perlu­an ma­kan, dll. Salah satu­nya ialah Sitoresmi Dyah Santika, alumni Pen­didik­an Sejarah 2010. Ia berpendapat jika memang layanan legalisir tersebut tidak mungkin digratiskan, setidaknya diturunkan harga legalisir per halamannya. Ditambah dengan per­s oal­a n mengenai aliran dana. Drs. Joko Insan Kamil selaku Kabag Ke­ma­ha­sis­wa­an FBS mengata­kan bahwa uang hasil pem­bayar­ an legalisir tersebut langsung di­setor ke rek­to­rat, tidak di­ke­lola oleh fakultas, karena ada hubungan­nya dengan ke­giat­ an alumni. Akan tetapi salah seorang staf Ikatan Alumni UNY (IKA UNY)

DESEMBER 2014 | edisi v

mengaku bahwa IKA tidak terkait dengan per­atur­an legalisir ber­bayar dan tidak mempunyai ke­giat­an yang ber­hubung­an dengan per­atur­an tersebut. Untuk menge­tahu­i tanggap­an dan respon dari maha­siswa mengenai legalisir ber­bayar ini, maka tim EXPEDISI melakukan polling ter­ hadap respon­den dari maha­siswa seluruh fakultas di UNY. Me­to­de peng­a mbil­a n sampel yang di­g una­ kan adalah me­to­de accidental, yaitu membagi­kan angket secara lang­sung kepada res­pon­den. Tek­nik peng­umpul­ an data yang di­guna­kan adalah dengan meng­guna­kan angket dengan masingmasing tiga per­tanya­an dan enam per­ nyata­an. Untuk menentukan jumlah sampel menggunakan rumus slovin, dengan meng­guna­kan sampling error 5%. Dari rumus tersebut di­per­oleh sebesar 394 sampel yang me­wa­ki­li 26.864 jumlah total ma­ha­siswa UNY per 4 Desember 2014. Ber­dasar­kan angket yang di­sebar ter­sebut me­nunjuk­kan hanya 29,7% res­pon­den yang menge­tahu­i adanya legalisir ber­bayar dan 68,2% lainnya tidak menge­tahui, 2,1% respon­den tidak men­jawab. Mengenai setuju atau tidak dengan adanya peraturan legalisir ber­ bayar, 17,7% respon­den saja yang setuju, sedang­kan 80,0% responden mengaku tidak setuju dan 2,3% responden tidak menjawab. Dengan adanya peraturan legalisir ber­bayar tersebut, 69,7% respon­ den merasa ke­berat­an, dan hanya 28,2% yang tidak merasa ke­berat­an, sedang­kan 2,1% respon­den tidak men­jawab. Mengenai minim­nya so­sial­isasi pihak biro­k rat tentang ada­n ya legalisir ber­bayar ini, 5,4% respon­ den saja yang sangat tidak setuju dengan hal itu dan 7,9% respon­ den tidak setuju. Sedang­kan 45,9% respon­den setuju dengan minim­ nya so­sial­isasi legalisir ber­bayar, bahkan 37,4% respon­den sangat setuju dengan hal tersebut, 3,4% respon­den tidak menjawab. Di­tinjau dari segi pe­ningkat­an pe­layan­an dengan ada­nya legalisir berbayar tersebut, 13,3% responden

Sulik| Expedisi

Aliran Dana Legalisir tidak transparan menyatakan sangat tidak setuju dan 55,4% responden lainnya menyatakan tidak setuju. Adapun 21,0% responden menyatakan setuju dengan meningkatnya pelayanan dengan adanya legalisir berbayar, dan 4,6% responden sangat setuju. Terkait dengan kurangnya trans­ paransi pihak biro­k rasi mengenai aliran dana dari peraturan legalisir berbayar ini, hanya 5,9% responden yang sangat tidak setuju dengan hal itu dan 10,0% responden tidak setuju. Sedangkan 50,0% reponden menyatakan setuju bahwa pihak birokrasi kurang transparan dengan aliran dana legalisir berbayar, bahkan 29,2% responden sangat setuju. Tim Polling

Adanya Aturan Legalisir Sulik| Expedisi Berbayar

5


persepsi

Krisis Etika Dunia Maya: Sebuah Krisis Kepercayaan

P

a­da mu­sim panas tiga tahun silam di Bandara Vilnius, Lithuania, telepon genggam penulis tertinggal di bus dari kota menuju bandara. Pe­ ris­ti­wa itu terjadi pada Sabtu pagi. Di se­panjang per­jalan­an pulang, penulis sudah me­ne­ri­ma bahwa te­le­pon genggam itu memang sudah tidak bisa bersama empunya. Senin siang, se­buah kabar tak ter­duga ter­kirim melalui sebuah surat elek­tronik yang mem­be­ri­tahu­kan bahwa te­le­pon genggam pe­nulis sudah di­temu­kan. Tidak hanya di­temu­kan, namun si pengirim surat elek­ tronik tersebut ber­niat akan se­ge­ra mengirim me­lalui pos. Te­le­pon genggam ter­s ebut akhir­nya sampai lagi ke tangan penulis dan masih di­guna­kan dan di­rawat dengan baik. Se­ke­l umit ce­r i­t a yang menurut hemat penulis ber­makna tidak hanya se­c a­r a teore­ tis tentang hubung­an inter­net dengan re­la­si sosial, namun juga se­ca­ ra etis ten­tang bagai­ma­ na seharus­nya inter­net di­gu­na­kan. Dari per­ spektif teore­t is, ada dua pandang­an yang ber­seberang­an dalam me­lihat hubung­an ter­ sebut. Per­tama, inter­ net ber­po­tensi mem­ Doc. Istimewa buat re­la­si so­si­al dan ke­percaya­an antar­ma­nu­sia mem­buruk karenanya, orang cenderung meng­ ganti­kan ke­hidup­an sosial­nya cukup dengan inter­net. Kedua, inter­net dapat membantu tercipta­nya re­la­si so­si­al dan ke­per­caya­an yang baik, te­ru­ta­ma dengan se­ma­kin ber­kembang­nya media so­si­al yang di­se­dia­kan oleh inter­net. Anek­dot di atas me­ru­pa­kan sa­lah sa­ tu ben­tuk nyata per­spektif kedua, bah­wa inter­net dapat mem­bantu meningkat­ nya ke­percaya­an dan re­la­si antar­ma­ nu­sia. Secara etis, hal ini sesuai dengan semangat bagai­mana seharus­nya internet 6

di­guna­kan. Namun, kondisi yang sangat ber­beda dapat kita jumpai saat melihat angka dan data yang menunjuk­kan betapa inter­net ber­dampak buruk bagi ke­hidup­an ma­nu­sia, mu­lai dari penipu­ an, tindak­an a­mo­ral, hingga tindak­an pi­da­na. Sampai titik ini, pe­nulis perlu meng­ungkap­kan sebuah per­tanya­an: apa­ kah inter­net yang ber­dampak pada krisis so­si­al atau krisis so­si­al yang mem­bentuk aktivitas dalam du­nia ma­ya se­makin mem­buruk?

Pe­nulis cen­deru­ng meng­ajukan tesis yang kedua bahwa krisis so­si­al yang ber­peran pada ke­hi­du­pan dunia ma­ya. Menurut he­mat pe­nulis, du­nia ma­ya me­ru­pa­kan cer­min nya­ta dan sem­pur­na bahwa ma­sya­ra­kat ki­ta sedang meng­ alami kri­sis so­si­al. Ke­ti­ka ada murid yang di­keluar­kan dari se­ko­lah karena meng­kri­tik gu­ru­nya me­la­lui Face­book atau ke­ti­ka se­orang karya­wan di­tun­tut se­ca­ra hu­kum oleh pi­hak per­usaha­an yang di­kritik me­la­lui Face­book. Inter­ net menangkap ke­jadi­an ini dengan sempurna, bahwa ke­percaya­an sudah

ter­gerus da­lam ma­sya­ra­kat. Sis­wa tidak percaya kepada guru­nya, karya­wan tidak percaya pada atasan­nya, seorang sudah tidak percaya pada teman­nya. Maka ketika menilik etika dunia ma­ya, sesungguh­nya ada satu hal yang men­dasar, yang harus di­li­hat dengan saksama: etika yang ter­bangun di du­ nia ma­ya a­dalah cer­min dari realitas so­si­al yang ada. Untuk mem­bangun dan mengembang­kan etika du­nia ma­ya, di­ perlu­kan se­buah ke­sungguh­an untuk mengembang­kan etika di du­nia nyata. Karena se­ca­ra alami, manusia memang harus be­re­la­ si secara lang­sung dan ber­tatap mu­ka, ma­ka re­ la­si di du­nia ma­ya yang ka­rut-ma­rut perlu di­ atasi dengan pro­ses per­ baik­an alami. Seperti hal­nya kasus Flo­rence di Yogya­kar­ta, yang ber­ akhir pada penyelesaian tatap mu­ka tra­di­si­onal dengan Sri Sultan yang se­demi­kian rupa se­hingga ma­sya­ra­kat Yogya­kar­t a memaaf­ kan Flo­rence. Dengan demi­k ian, akan ter­ bangun komuni­tas yang mampu ber­hubung­an dengan tingkat ke­ percaya­an yang tinggi, dapat meng­hargai apa yang men­jadi hak orang lain. Ter­bangun­nya ke­ percaya­an ini­lah yang akan mem­buat ter­cipta­nya re­la­si da­lam du­nia ma­ya se­makin se­hat dan ber­etika. Su­dah saat­ nya du­nia ma­ya, ter­utama di In­do­ne­sia, di­bentuk atas da­sar peng­harga­an yang tinggi dan ke­percaya­an ke­pada orang lain. Adi Cilik Pierewan, M.Si. Dosen Pendidikan Sosiologi UNY

edisi V | DESEMBER 2014


persepsi

M

am­p u­kah Susi Pudjiastuti se­b a­g ai Menteri Kelautan dan Perikanan mem­per­ba­iki birokrasi dan polemik di bidang maritim se­la­ma lima tahun men­da­tang? Lima tahun me­ru­pa­kan waktu yang cukup panjang untuk me­ning­kat­kan sektor kelautan Indonesia. Masih banyak pe­ ker­ja­an rumah yang harus di­be­na­hi oleh Susi jika ingin men­cip­ta­kan wilayah laut sebagai pusat pem­bangu­nan nasional atau marine base oriented. Visi poros maritim langsung dicanangkan oleh Jokowi sebagai Presiden Indonesia yang baru. Jokowi ingin merealisasikan agenda kampanyenya mewujudkan tol laut dan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, serta mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. Menurut Sekretaris Jendral Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan, Abdul Halim, ada empat kriteria untuk menteri kelautan jika ingin mewujudkan visi poros maritim. Empat kriteria itu antara lain memahami dan sanggup menjalankan mandat UUD 1945, menteri tersebut memiliki rekam jejak yang baik, serta memahami persoalan perempuan nelayan, dan petambak (dilansir dari rimanews.com). Sudahkah Susi

memenuhi empat kriteria tersebut? Problem di kemaritiman Indonesia sudah sangat kompleks, terabaikannya laut jelas terasa oleh Jokowi yang menyatakan bahwa kegiatan ilegal yang terjadi di wilayah perairan Indonesia mencapai tiga ratus triliun rupiah. Kesejahteraan para nelayan pun belum sepenuhnya diperhatikan. Nelayan dan masyarakat pesisir semakin terpinggirkan dan semakin diperparah dengan bertambahnya populasi penduduk di pesisir, sementara daya dukung sumber daya semakin menciut. Sangat minim tindakan yang dilakukan oleh ketiga Menteri Kelautan dan Perikanan sebelumnya untuk melepaskan masyarakat pesisir dari kemiskinan. Masalah lain adalah impor ikan yang semakin menggila dalam tiga tahun terakhir. Jika sebelumnya hanya mengimpor tepung ikan, salmon, dan beberapa produk perikanan yang tidak dapat diproduksi di Indonesia, sekarang komoditas yang diimpor termasuk produk yang bisa dikelola sendiri seperti kembung, layang, teri, dan tongkol dengan nilai lebih dari dua ratus juta dolar AS per tahun. Padahal potensi produksi perikanan Indonesia terbesar di dunia, 65 juta ton per tahun, dan baru dimanfaatkan 10,5 juta ton. Tantangan untuk Susi dalam merealisasikan Indonesia menjadi poros

Repro. Arci

Mencemaskan “Maritim“nya Susi

maritim adalah mengubah Indonesia yang masih berparadigma sentralisasi pembangunan darat menuju sentralisasi pembangunan laut. Tantangan ini didukung dengan kenyataan bahwa laut Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam yang sampai saat ini belum diolah dengan maksimal. Tak heran bila banyak pemerhati maritim yang menyebut sektor kelautan kita ibarat “Raksasa ekonomi yang masih tertidur lelap”. Susi sebagai tamatan SMP sebenarnya bukanlah orang baru di kemaritiman Indonesia. Ia dapat mengembangkan sektor kelautan dan perikanan dari Pangandaran hingga ke nasional, namun hanya dalam konteks perekonomian dan bukan dalam kepentingan politik. Tak baik meragukan sosok perempuan yang dianggap berkomitmen dalam pengembangan laut dan perikanan di Indonesia ini. Arfrian Rahmanta

INFO KAMPUS

Colour Fun di Gana Festival

Jadwal Pemilwa UNY 2014 Berubah

HIMPUN­AN Maha­siswa Bo­ga dan Bu­sa­na ( Hima Gana ) FT UNY meng­helat acara Colour Fun, Minggu (30/11) lalu, se­bagai pun­cak acara dari se­rangkai­an acara Gana Festi­val 2014. Colour Fun yang ber­langsung di ha­la­man Gedung KPLT ini men­dapat an­tu­sias­me yang baik dari ma­sya­ra­kat UNY dan umum. Ter­buk­ti dari jum­lah pem­beli ti­ket yang me­lampau­i ba­tas kuo­ta. “Pen­jual­an ti­ket su­dah kami tutup karena, sudah me­lampau­i jumlah yang di­ten­tu­kan,” ujar Hendra, Ketua Pa­ ni­tia Gana Festival 2014. Colour Fun kali ini me­nawar­kan nuansa yang ber­beda dari yang biasa­nya ber­lari sem­ba­ri me­lem­par ser­buk warna, kali ini men­jadi nuansa pes­ta. Walau­pun demi­kian, konsep ini tidak mengurangi esen­si pe­lem­pa­ran ser­buk warna.

JADWAL tahapan Pemilwa KM UNY 2014 mengalami perubahan, hal ini disampaikan oleh KPU KM UNY 2014 pada sosialisasi Pemilwa KM UNY 2014 di Aula SC Lantai 3 pada Selasa (25/11). “Sebenarnya dari WR III menginginkan tanggal 10 Desember 2014 sudah ada pemungutan suara, namun karena belum meratanya informasi tentang Pemilwa 2014, kami mengundurkan jadwalnya menjadi tanggal 17 Desember 2014,” jelas Kukuh Prasetyo, Ketua KPU KM 2014. Alasan KPU KM mengundurkan jadwal Pemilwa 2014 yaitu sosialisasi Pemilwa KM 2014 masih kurang masif, belum meratanya informasi terkait Pemilwa KM 2014 di beberapa fakultas, dan belum adanya perwakilan dari beberapa fakultas yang mendaftar sebagai calon anggota DPM KM secara independen.

Milda Ulya R.

Arfrian Rahmanta

DESEMBER 2014 | edisi V

7


tepi

Balada Kaum Gay/Lesbian

Setiap manusia tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan bisa menyangkut apa pun, termasuk orientasi seksual, yakni dengan adanya kaum homoseksual.

8

ber­s a­m a laki-laki. Pluto baru me­nya­da­ ri kalau dia menyukai se­s a­m a jenis sejak kelas 2 SD. Terkait hal ini dari ke­ra­bat ke­luar­ga­nya tidak me­nge­ta­hui, hanya ibunya yang me­ra­sa cu­ri­ga kalau Pluto pe­ nyu­ka se­sa­ma jenis, itu pun ketika Pluto mem­ba­wa pa­car­nya ke rumah saat duduk di bangku kuliah.

Lingkungan Pengaruhi Gay dan Lesbian

Pluto me­nga­ku sudah sejak lahir ia sudah men­ja­di ho­mo­ sek­su­al. Ketika pihak Layanan Bimbingan Nur Endah Januarti, Dosen Pendidikan Sosiologi saat ditemui di ruang Dosen Konseling (LBK) di­hu­bu­ngi terkait konselor yang bisa di­ta­nyai tentang gay ka­re­na pola asuh orang tua, pe­ri­la­ku­ dan lesbian di­li­hat dari sudut pandang nya ter­ha­dap ling­ku­ngan­nya dan ketika psikologi, tidak ada yang ber­kom­pe­ten ia telah me­ngi­den­ti­fi­ka­si pe­ra­nan­nya,” atau belum me­ma­ha­mi­nya. tutur Endah ke­ti­ka di­te­mui di Jurusan Di­li­hat dari faktor ling­ku­ngan Nur Pendidikan Sosiologi pada Senin tanggal Endah Januarti, M.A. selaku Dosen 1 Desember 2014. Jurusan Pendidikan Sosiologi FIS UNY Pluto sen­di­ri se­be­nar­nya telah be­ru­ mem­be­ri­kan ko­men­tar­nya. "Ke­ti­ka gay sa­ha untuk men­ja­di kaum heteroseksual atau le­sbi itu ada, ki­ta ti­dak bo­leh se­ te­ta­pi hal itu sia-sia. “Saya sudah pernah ka­dar men­justifikasi benar atau tidak men­co­ba, bahkan setiap bangun pagi benar, se­tu­ju atau tidak se­tu­ju, te­ta­pi se­la­lu ber­pi­kir kalau itu (gay, red.) pada kon­truk­si yang ter­ben­tuk pada gay akan masuk ne­ra­ka, te­ta­pi hal ter­se­but atau lesbi, gay adalah identitas. Saya me­ tidak bisa ber­pe­nga­ruh, malah tambah li­hat dulu faktor yang mem­bu­at me­re­ka depresi,” jelas Pluto. Men­de­ngar ma­sa­lah men­ja­di seorang gay atau lesbi, gay dan yang di­ha­da­pi Pluto, Endah me­nga­ta­ lesbi tidak ber­da­sar ge­ne­tik, te­ta­pi pada kan bahwa ling­ku­ngan so­si­al sangat faktor-faktor ling­ku­ngan yang ke­mu­di­an mem­pe­nga­ru­hi, mungkin laki-laki yang ia alami saat so­si­ali­sa­si, ka­re­na se­seo­ suka dengan laki-laki dia­ki­bat­kan ka­re­ rang me­nga­la­mi so­sia­li­sa­si di ke­luar­ga na ia jarang bergaul dengan pe­rem­pu­an. dan teman dewasa.” Se­dang­kan pada pe­rem­pu­an, mungkin Menurut Endah, per­b e­d a­a n ka­re­na ada trauma dengan laki-laki se­ antara gay dan lesbian dengan kaum hing­ga ia tidak me­nyu­kai laki-laki. heteroseksual ter­le­tak pada pe­ri­la­ku seksualnya. Hal ter­se­but bisa di­pe­nga­ Gay Punya Kehidupan Sosial ru­hi oleh ling­ku­ngan di se­ki­tar­nya. “Tiap Normal orang kan mem­pu­nyai do­ro­ngan seksual. Pluto yang mem­pu­nyai hobi men­de­ Per­be­da­an ter­ja­di ke­ti­ka gay dan lesbi ngar­kan musik, mem­ba­ca ba­ca­an filsafat, ber­pe­ri­la­ku seksual. Mungkin terjadi men­ja­di pe­ker­ja sosial, dan men­ja­di

Kibti | Expedisi

M

alam hari yang dingin dengan mendung me­nye­li­mu­ti langit. Bulan ber­sem­bu­nyi di balik awan hitam dan ke­mu­di­an bu­ti­ran air hujan mulai jatuh dari langit lalu menjadi deras. Tiga puluh menit kemudian tibatiba ada bunyi nada pesan dari ponsel. Satu pesan singkat dari ponsel yang ber­tu­lis­kan “Mbak maaf banget, tadi pe­sa­wat­nya delay ka­re­na cuaca buruk”. Se­ha­ri se­be­lum­nya kami telah ber­jan­ji untuk ber­te­mu. Akan tetapi, per­te­mu­an itu tidak jadi ter­lak­sa­na hingga ter­ja­di ke­se­pa­ka­tan untuk ber­te­mu esok hari. Pagi yang cerah, pukul 09.00 WIB di Garden Cafe tiba-tiba ada pesan masuk dengan gaya bahasa dan penulisan pesan singkat anak muda masa kini, “Mbak, ban motor saya terkena paku, se­ka­rang saya sudah sampai Sanata Dharma, se­ ben­tar ya, saya tambal ban dulu. Maaf telat.” Setelah sekitar 30 menit me­nung­ gu dengan di­te­ma­ni teh hangat, mun­cul­ lah sosok laki-laki be­ram­but lurus, wajah kuning langsat, dan postur tubuh tinggi dari arah pintu masuk. Ia berkemeja kotak-kotak dan me­nge­na­kan celana jeans dengan tas punggung, meng­ham­ pi­ri tem­pat­ku duduk dan mu­lai­lah per­ ca­ka­pan. Laki-laki ini ke­la­hi­ran 12 Oktober 1991. Tahun 2010 lalu ia datang jauhjauh dari Tegal untuk kuliah di UNY, me­n gam­b il kon­s en­t ra­s i di ju­r u­s an Pendidikan Luar Biasa (PLB). Kini ia tengah me­nem­puh se­mes­ter sem­bi­lan dan sedang ber­ju­ang me­nye­le­sai­kan skripsinya. Selain sibuk me­nye­le­sai­ kan skripsi, ia juga aktif pada ke­giat­an luar kampus. Ia be­ker­ja se­ba­gai pe­ker­ja sosial di be­be­ra­pa lembaga se­per­ti People Like Us (PLU) dan LSM Per­kum­pu­lan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Yogyakarta. Ia me­nga­ku pe­nyu­ka se­ sa­ma jenis atau gay, tetapi tingkah la­ ku­nya sama dengan mahasiswa atau laki-laki pada umumnya. Sebut saja ia Pluto (redaktur me­ra­ha­sia­kan nama asli na­ra­sum­ber). Pluto adalah anak te­ra­ khir dari 6 bersaudara. Awalnya Pluto tidak me­nya­da­ri jika ia adalah pe­nyu­ka se­sa­ma jenis, pada masa kecil pun Pluto hanya me­ra­sa nyaman ke­ti­ka bermain

edisi v | DESEMBER 2014


tepi aktivis adalah satu dari sekitar lima puluh se­sa­ma jenis,” tutur Pluto. mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta Tak jarang gun­ji­ngan, um­pa­tan, (UNY) yang me­nyu­kai se­sa­ma jenis. dan caci maki di­lon­tar­kan oleh temanPluto pernah me­nga­da­kan per­te­mu­ teman sekelas ke­pa­da Pluto. “Kalau gun­ an untuk Lesbian ji­ngan, um­pa­tan pernah, Gay Biseksual “Ketika gay atau lesbi itu pernah di­bi­lang banci, Tr a n s g e n d e r ada, kita tidak boleh sekadar sakit, enggak normal, (LGBT) di UNY menjustifikasi benar atau bahkan di­b i­l ang dan ter­ben­tuk­lah tidak benar" masuk ne­ra­ka,” aku grup di Whatsapp Pluto. Untuk masuk (WA) se­hing­ga yang bisa masuk adalah neraka atau tidak, Pluto ber­prin­sip orang-orang yang sudah men­j a­d i bahwa yang penting adalah ber­bu­at baik, anggota grup. ”Dulu pernah me­nga­da­ ka­re­na yang me­nen­tu­kan kita masuk kan himpunan mahasiswa sekitar lima neraka atau bukan itu ha­nya­lah Tuhan. puluh LGBT, biar me­re­ka be­ra­ni keluar Rasa sakit tentu ada, te­ta­pi Pluto tidak lalu punya grup di internet dan di WA, patah semangat. “Kadang mes­ki­pun bisa masuk lewat orang yang di­ke­nal,” sudah sering tetap ada rasa sakit hati, jelas Pluto. saya makan di tempat makan me­nge­ Se­m en­t a­r a itu, tidak semua na­kan kaos merah jambu terus banyak mahasiswa di UNY me­nge­ta­ hui ke­be­ra­da­an gay dan lesbian. Hal ini ter­buk­ ti dari lima mahasiswa yang di­ta­nya tentang ke­be­ra­da­an gay dan lesbian di UNY me­nga­ku tidak me­nge­ta­ hui­nya. “Belum pernah,” tutur Siti Rahmawati, Mahasiswa Pendidikan IPA 2013, yang me­ nga­k u belum pernah men­ de­ngar tentang ke­be­ra­da­an gay dan lesbian di UNY. Dosen Doc. Istimewa yang pernah me­nga­jar Pluto pun tidak orang yang ngomongin saya, saya dengar, me­nge­ta­hui­nya. “Kalau dosen tidak tahu, lalu me­re­ka ter­ta­wa kencang,” tutur ka­re­na aku kan tidak feminim banget, Pluto. Pluto pernah ber­ka­ta ke­pa­da te­ jadi ya biasa,” tutur Pluto. Hanya saja, man­nya untuk tidak me­li­hat­nya hanya teman sekelas Pluto telah me­nge­ta­hui dari orientasi seksual agar per­te­ma­nan kalau Pluto adalah pe­nyu­ka se­sa­ma jenis. yang sudah lama ter­ja­lin tidak kandas “Kalau kelas saya sudah tahu,” terang begitu saja. “Se­be­nar­nya ada orang yang Pluto dengan santai. tidak bisa me­ne­ri­ma saya, te­ta­pi dia Dalam ke­hi­du­pan sehari-hari, tingkah masih me­no­le­ran­si,” tambah Pluto. Ke­ti­ laku Pluto sama dengan mahasiswa ka me­li­hat kasus ini, Endah me­nga­ta­kan lainnya. “Kalau ke­hi­du­pan so­si­al saya bahwa seorang teman bisa se­ba­gai fungsi normal se­per­ti orang lain, nge-kos di kos- kontrol, misalnya dari kontrol agama kosan laki-laki ke­mu­di­an makan bareng, atau hukum. “Ketika me­re­ka ditinggal, ber­can­da­an bareng, ber­ma­in bareng dan me­re­ka malah akan ber­ka­ta ‘inilah aku’,” me­non­ton film bareng. Ke­be­tu­lan be­be­ tam­bah­nya. ra­pa orang di kos sudah tahu dan mau Du­ku­ngan moral ter­ha­dap kaum gay me­ne­ri­ma saya bahwa saya menyukai dan lesbian pun datang dari sesama mahasiswa. “Setiap orang punya hak

DESEMBER 2014 | edisi v

yang sama, saya meng­har­gai, ka­re­na tak me­nu­tup ke­mung­ki­nan kalau di kampus lain juga ada, me­re­ka di sini untuk kuliah, be­la­jar, dan me­ngem­bang­ kan ke­mam­pu­an yang me­re­ka punya. Lagi pula me­re­ka tidak mem­bu­at onar,” ucap Rahma dengan tegas.

Kaum Transgender pun Peduli

Hari Kamis, tanggal 20 November 2014 lalu, di­pe­ri­nga­ti se­ba­gai Hari Transgender Internasional. Pluto ber­ sa­ma kawan-kawannya dari PKBI mem­ pe­ri­nga­ti hari ter­se­but dengan bakti sosial (baksos) di se­bu­ah desa di Bantul. “Kita ada be­be­ra­pa ke­giat­an di an­ta­ra­ nya baksos, di situ dia­da­kan potong rambut gratis, pem­ba­gi­an sembako, cek ke­se­ha­tan gratis, dan pem­ba­gi­an baju layak pakai,” terang Nikita selaku Ketua Acara. Ke ­g i a t a ­ n baksos tersebut sangat ber­ke­san bagi warga sekitar. Adam selaku Ketua Rukun Tetangga (RT) se­t em­ pat me­nga­ta­kan bahwa ia sangat senang dengan adanya acara ini. Acara ini pun men­d a­p at­k an antusiasme ma­sya­ra­kat. “Tujuan cek ke­se­ha­tan gratis ini sangat bagus, yaitu untuk me­nge­ta­hui kesehatan warga se­ka­rang,” tam­bah­nya. Adam juga me­ ngim­bau masyarakat untuk tidak mem­per­ma­sa­lah­kan adanya kaum transgender, ka­re­na se­be­nar­nya kita semua me­mi­li­ki hak yang sama.

Mariyatul Kibtiyah Imam

9


resensi

Menjelajahi Labirin Kehidupan

S

eratus tiga puluh enam hari se­be­ lum­nya, ‘aku pergi untuk men­ca­ri ke­mung­ki­nan besar’ me­ru­pa­kan kata-kata te­ra­khir yang di­ka­ta­kan oleh Francois Rabelais se­be­lum me­ning­gal. Kata-kata itulah yang di­gu­na­kan oleh Milles Halter saat orang tuanya me­na­ nya­kan alasannya pergi ke Culver Creek, tempat ayahnya me­nim­ba ilmu se­ma­sa SMA di Alabama. Miles Halter adalah ti­pi­kal re­ma­ja pada umumnya, tanpa ke­na­ka­lan, dengan pe­ra­ngai yang sedikit ter­tu­tup, ia suka sekali dengan kata-kata te­ra­khir dari orang-orang ter­ke­nal. Ke­hi­du­pan Milles be­ru­bah se­te­lah ia benar-benar pindah ke kamar barunya di asrama Culver Creek. Se­be­lum­nya, Dad telah mem­pe­ri­ngat­kan­nya me­nge­nai la­ ra­ngan me­ro­kok dan minum mi­nu­man keras. Ia ber­te­mu dengan Chip Martin, teman se­ka­mar­nya yang biasa di­pang­gil Kolonel kapten dalam ke­lom­pok­nya, juga Alaskan Young, yang seksi, me­na­wan, dan ten­tu­nya pintar. Se­b e­l um me­m u­l ai pe­l a­j a­r an­n ya dalam tahun ajaran baru ini, Kolonel dan Alaska me­nga­jak Miles “Pudge” untuk me­la­ku­kan ke­na­ka­lan-ke­na­ka­lan yang banyak di­la­ku­kan oleh re­ma­ja. Me­ re­ka me­nga­jak Pudge untuk me­ro­kok, wa­lau­pun pada akhirnya Pudge tidak suka dengan rokok. Awal ma­sa­lah yang membuat para pembaca terjun dalam teka teki yang harus di­pe­cah­kan adalah ka­li­mat dalam salah satu buku bacaan milik Alaska me­nge­nai cara ke­lu­ar dari labirin. Wa­lau­ pun dalam buku, se­be­lum hari terakhir Alaska dan Pudge tidak ter­la­lu men­ca­ri ja­wa­ban ter­se­but, te­ta­pi pada akhirnya se­te­lah hari te­ra­khir itu Pudge sen­di­ri

Judul Buku

: Looking For

Alaska (Mencari

Alaska)

Penulis

: John Green

Penerbit

: PT. Gramedia

Pustaka Utama

Tahun Terbit

: Oktober 2014

Halaman

: 288 Halaman

10

men­ca­ri cara ke­lu­ar dari labirin. Lantas apakah labirin itu sebenarnya? John Green ber­ ha­sil mem­bu­at pem­ ba­ca terus pe­na­sa­ran dengan hari-hari yang ia buat. Pembaca tidak akan me­n e­m u­k an se­su­atu yang spesial pada hari terakhir ke­ cu­ali akhirnya orang yang di­cin­tai Pudge, Alaska Young, men­ ci­um­nya. Malam itu, Kolonel dan Pudge pergi ke kamar Alaska untuk minum-minum guna me­r a­y a­k an malam ke­me­na­ngan ke­ja­hi­lan di gudang pada waktu itu. Saat Pudge sedang asyik mem­ba­ca salah satu koleksi buku milik Alaska, ia ter­k e­ jut ka­re­na tiba-tiba Alaska meng­ham­pi­ ri­nya dan langsung men­cium­nya. Se­te­lah itu, tiba-tiba Alaska ingat kalau se­ha­rus­ nya ia me­n e­l e­p on Jake, pacarnya. Se­te­ lah se­le­sai menelepon Jake, tiba tiba Alaska Doc. Istimewa ber­ka­ta se­su­atu dan se­per­ti orang ke­bi­ ngu­ngan, ia me­min­ta teman-temannya untuk mem­ban­tu­nya keluar dari asrama malam itu juga. Satu hari se­s u­d ah­n ya, Pudge, Kolonel, dan semua siswa Culver Creek tiba-tiba dikumpulkan di aula oleh Mr. Starnes untuk me­ngu­mum­kan kematian Alaska Young. Hal ter­se­but mem­bu­at Pudge dan Kolonel terkejut. Cerita pada bagian “Sebelum” dan “Sesudah” me­mi­li­ki gam­ba­ran su­asa­na yang ber­be­da. Pada bagian “Sebelum”, suasana cen­de­rung meng­gam­bar­kan ke­ ce­ria­an-ke­ce­ria­an para re­ma­ja. Se­dang­ kan pada bagian “Sesudah”, suasananya lebih di­gam­bar­kan pada pe­nye­sa­lan-pe­ nye­sa­lan Pudge dan Kolonel, juga duka yang me­nye­li­mu­ti Culver Creek. Sa­yang­nya, novel ini me­mi­liki plot yang bisa di­bi­lang acak yang meng­

ha­rus­kan pem­ba­ca ekstra teliti ketika mem­ba­ca­nya. Kenakalan-kenakalan remaja yang di­sa­ji­kan dalam cerita ini juga se­di­kit membuat saya khawatir dengan pem­ba­ca yang masih remaja. Saya khawatir mereka akan mencoba be­be­ra­pa kejahilan-kejahilan yang ada di dalam cerita ini. Se­per­ti ke­ba­nya­kan cerita yang lainnya, akhir dari cerita ini dibuat meng­gan­tung, yaitu ketika Pudge men­ca­ri cara keluar dari labirin. John Green berhasil me­nuang­kan ide-ide kreatifnya dalam novel ini. Oleh ka­re­na itu, novel ini dapat men­ja­di salah satu bacaan yang sangat bagus untuk peng­ge­mar novel. Rohmana Sulik

edisi v | DESEMBER 2014


wacana

R

Pemerintah pusat beralasan akan me­nga­lo­ka­si­kan subsidi BBM yang selama ini di­ang­gap se­ba­gai sektor konsumtif untuk di­alih­kan pada sektor yang lebih produktif. Namun banyak pen­ da­pat dan data yang me­nya­ta­kan jika selama ini subsidi BBM telah di­gu­na­kan untuk sektor produksi. S e ­ per­ti ke­giat­an-ke­giat­an pen­ca­ri­an nafkah dan pemeliharaan ke­luar­ga, yaitu be­ ker­ja, me­ngan­tar anak ke sekolah, be­ lan­ja ke­bu­tu­han pokok, dan lain-lain. Ke­giat­an-ke­giat­an ini ber­kon­tri­bu­si dalam pem­ba­ngu­nan ekonomi, karena kegiatan-kegiatan inilah yang me­mung­ kin­kan te­na­ga kerja untuk ber­pro­duk­ si dan me­re­pro­duk­si dirinya. Tanpa adanya konsumsi BBM oleh pe­ker­ja untuk pergi ke tempat kerja, ke­giat­an produktif di tempat kerja men­ja­di tidak di­mung­kin­kan. Tanpa adanya kon­sum­si BBM untuk me­ngan­tar anak ke sekolah, proses pem­ben­tu­kan te­na­ga kerja di masa depan bisa ter­gang­gu. Tanpa adanya konsumsi BBM untuk pergi be­lan­ja ke pasar, pe­mu­li­han te­na­ga se­te­lah energi ke­lu­ar saat be­ker­ja bisa ter­gang­gu. Se­ dang­kan Presiden me­nyam­pai­kan bahwa pemerintah butuh banyak dana untuk mem­ba­ngun infrastruktur Indonesia. Dari tol laut, pembangkit listrik, hingga infrastruktur pertanian. Pe­ngu­mu­man ke­naik­an harga BBM yang ter­ke­san men­da­dak sontak me­ nga­get­kan masyarakat ka­re­na tidak di­ba­re­ngi dengan pe­naa­tan stabilitas yang baik. Kartu-kartu “Sakti” Jokowi yang di­de­ngung-de­ngung­kan saat kam­

pa­nye, sejauh ini masih belum di­dis­tri­bu­ si­kan se­ca­ra me­ra­ta. Kartu-kartu ini tak ubahnya seperti Ban­tu­an Langsung Tunai (BLT) se­ma­sa rezim Presiden SBY. Politik anggaran rezim Jokowi dengan me­to­de tambal-sulam juga harus segera di­be­na­hi. Ada beragam ruang dalam ke­kuat­an ekonomi Indonesia yang bisa di­man­fa­at­kan lebih mak­si­mal untuk di­gu­na­kan bagi pem­ba­ngu­nan da­ri­pa­da se­ka­dar me­main­kan subsidi dan harga BBM. Nasionalisasi aset negara yang strategis pun men­de­sak untuk se­ge­ra di­la­ku­kan. Sumber daya alam Indonesia yang bisa diolah, harus benar-benar di­ ber­sih­kan dari arus ke­pen­ti­ngan se­ge­lin­ tir orang pencari untung dan di­arah­kan untuk se­be­sar-be­sar­nya ke­se­jah­te­ra­an rakyat. Program-program pem­ba­ngu­nan Pemerintahan Jokowi jangan hanya jadi wa­ca­na se­ma­ta, namun perlu juga untuk se­ge­ra di­rea­li­sa­si­kan. Kesan model pem­ ba­ngu­nan saat ini oleh rezim Jokowi amat sporadis dan tidak rapi, me­ngi­ngat tidak adanya skala prioritas dalam pem­ba­ngu­ nan. Padahal dana pembangunan yang di­siap­kan oleh pemerintahan Jokowi ini be­ra­sal dari alih po­si­si subsidi BBM, yang harus diakui dam­pak­nya te­ra­sa berat bagi rakyat kecil. Anggun Mita T.K.

DESEMBER 2014 | edisi V

LA IK E SP AC

SP AC

E

IK

LA

N

N

abu (17/9) pukul 09.00 WIB, Presiden Joko Widodo (Jokowi) di­ dam­pi­ngi se­ge­nap ja­ja­ran menteri yang ter­ga­bung dalam Kabinet Kerja me­ngu­mum­kan ke­naik­an harga BBM bersubsidi se­be­sar Rp2.000 dan solar sebesar Rp 1.500. Argumen yang di­ke­ mu­ka­kan pemerintah untuk mem­per­ku­at kenaikan harga BBM ber­sub­si­di adalah bahwa pem­ba­ngu­nan saat ini masih membutuhkan dana yang sangat besar, se­hing­ga banyak alokasi APBN yang ter­se­rap untuk subsidi BBM. Maka dari itu, di­am­bil­lah ke­pu­tu­san pe­mang­ka­san dana APBN dalam pagu anggaran dari subsidi BBM untuk sektor produktif dan pem­ba­ngu­nan (be­ser­ta ja­mi­nan sosial di da­lam­nya). Ke­naik­an harga BBM bersubsidi ini me­ru­pa­kan ke­bi­ja­kan publik. Thomas Dye me­nye­but­kan bahwa kebijakan me­ ru­pa­kan pilihan pemerintah untuk me­ la­ku­kan atau tidak me­la­ku­kan se­sua­tu (whatever government chooses to do or not to do). Se­men­ta­ra itu, istilah publik dalam rang­kai­an kata ke­bi­ja­kan publik me­ngan­dung tiga ko­no­ta­si: pemerintah, masyarakat, dan umum. Ini dapat di­ li­hat dalam di­men­si subyek, obyek, dan lingkungan dari se­bu­ah ke­bi­ja­kan. Dalam dimensi subyek, ke­bi­ja­kan publik adalah ke­bi­ja­kan dari pemerintah. Maka salah satu ciri ke­bi­ja­kan adalah ”what government do or not do”. Ke­bi­ja­kan dari pemerintahlah yang dapat diangga p kebijakan yang resmi. Dengan de­mi­ki­ an mem­pu­nyai ke­we­na­ngan yang dapat me­mak­sa masyarakat untuk me­ma­tu­hi­ nya.

Doc. Istimewa

Politik Tambal Sulam Kenaikan Harga BBM

11


eksprespedia

Menabung Ari-Ari Untuk Investasi Kesehatan Doc. Istimewa

P

LA

N

LA

IK

E

IK E SP AC

SP AC

E

IK

LA

N

LA

N

SP AC

E

SP AC N LA

IK E

Muhammad Aziz D. Dikutip dari berbagai sumber.

IK

LA IK E SP AC SP AC 12

Dr. Robert Paul Lanza, M.D., salah seorang profesor yang ter­pi­lih men­ja­di 100 orang paling ber­pe­nga­ ruh di dunia tahun 2014 versi ma­ja­ lah Time adalah peneliti sel punca. Kepala dari Advanced Cell Technology di Massachusetts, Amerika Serikat ini ber­ha­sil me­ne­mu­kan ke­gu­na­an sel punca untuk ke­bu­ta­an pada manusia. "Tujuan utama kali awalnya adalah mencegah ke­bu­ta­an agar tak ber­tam­ bah parah dan men­co­ba keamanan terapi, bukan untuk me­ngem­ba­li­kan peng­li­ha­tan. Namun, hasil yang di­te­ mu­kan dari uji coba ini justru lebih baik, yaitu me­ning­kat­kan peng­li­ha­tan pada pasien buta," kata Lanza, seperti di­la­por­ kan Time, Selasa, 14 Oktober 2014.

N

Saat ini Indonesia telah me­mi­li­ki dua lem­ba­ga yang dapat men­go­lah sel punca dengan harga hanya sepersepuluh sel punca impor, pa­da­hal di­bu­tuh­kan sampai tiga serum sel punca untuk pe­nyem­bu­ han suatu penyakit, ter­gan­tung tingkat kon­di­si pe­nya­kit­nya. Kedua lembaga ter­ se­but telah dapat men­cu­ku­pi ke­bu­tu­han nasional dan akan terus me­ning­kat­kan produksinya dengan me­nam­bah pe­ra­la­ tan laboratorium baru.

N

e­pa­tah me­na­bung untuk bekal di hari tua se­per­ti­nya tidak akan pudar di­ma­kan waktu. Namun, sekarang yang bisa di­sim­pan di bank bukan hanya uang tapi juga stem cell atau sel punca yang berada pada ari-ari manusia. Sel punca ber­fung­si se­ba­gai sistem per­baik­an untuk meng­gan­ti sel-sel tubuh yang telah rusak demi ke­lang­sung­an hidup organisme. Jadi dengan me­nyim­pan sel punca, se­seo­ rang tengah me­nyim­pan sel cikal bakal bagi aneka jenis sel lain yang me­nyu­sun se­lu­ruh tubuh makhluk hidup. Pada da­sar­nya sel punca me­ru­pa­kan sel yang belum ber­di­fe­ren­sia­si dan mem­ pu­nyai potensi yang sangat tinggi untuk ber­kem­bang men­ja­di banyak jenis sel yang ber­be­da di dalam tubuh. Saat sel punca terbelah, sel yang baru mem­pu­nyai po­ten­si untuk tetap men­ja­di sel punca atau men­ja­di sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus, mi­sal­nya sel otot, sel darah merah atau sel otak.

edisi V | DESEMBER 2014


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.