EXPEDISI EDISI VI MARET 2015
MEMBANGUN
B U D AYA
KRITIS
UNY Salahi Aturan AMDAL Kesadaran Merawat Lingkungan Hidup Masih Rendah
SURAT PEMBACA Fasilitas UNY Belum Adil
agar UNY sebagai kampus humanis tidak sekadar kata-kata.
PENDIDIKAN seharusnya bisa dinik mati oleh siapapun tanpa memandang kelebihan atau kekurangan seseorang. Karena pada dasarnya bertujuan untuk memanusiakan manusia. Untuk itu perlu kiranya ditunjang dengan fasilitas pen didikan yang memadai. Namun yang patut disayangkan, kampus tercinta ini ternyata masih belum adil terhadap mereka yang berkebutu han khusus terkait fasilitas pendidikan yang diberikan. Dimulai dari sistem penerimaan mahasiswa berkebutuhan khusus yang tidak diakomodasi dengan baik, hingga pada fasilitas dan SDM di universitas yang belum siap. Terkait fa silitas misalnya, mahasiswa tuna netra tidak bisa berjalan dengan aman di se panjang trotoar kampus, sebab tidak ada paving block yang menuntun mereka. Ini perlu menjadi perhatian pihak kampus,
Muhibbul Khoiri Mahasiswa Teknologi Pendidikan 2013
TOM UNY Tidak Terawat SELAMA satu tahun ini saya berolahraga di Taman Olahraga Masyarakat (TOM) Universitas NegeriYogyakarta (UNY) bersama sebuah komunitas olahraga. Melihat keadaannya, TOM UNY kurang mendapat perawatan dan perhatian dari pihak universitas. Hal ini dapat dilihat dari rumput yang tidak terawat, yaitu salah satu akibatnya adalah pada musim kemarau hampir tidak ada rumput yang tumbuh dan tanah menjadi gersang se hingga banyak debu yang beterbangan. Selain itu, akses untuk memasuki TOM juga sulit karena pintu masuk utama tersembunyi sehingga kami terbiasa masuk melalui celah pagar sisi timur
EDITORIAL Green Campus Digaungkan Tapi Lupa AMDAL PEMBANGUNAN gedung yang didanai oleh Islamic Development Bank (IDB) yang direncanakan ada empat belas gedung di UNY. Dimulai dari pemba ngunan salah satu gedung di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang nyatanya telah menyalahi prosedur pembangunan, yaitu tanpa adanya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan/atau Upaya Pemantauan Lingku ngan (UPL) yang seharusnya ada, sesuai dengan Peraturan Menteri No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan yang Wajib AMDAL. Sebuah universitas memang harus memenuhi sarana dan prasarana yang diperlukan oleh mahasiswanya. Namun, untuk memenuhinya harus ada peren canaan yang baik serta mendidik. Ka takanlah, mahasiswa harus menaati aturan yang dibuat oleh universitas, universitas sendiri harus menaati aturan yang dibuat oleh negara. Hierarki yang lebih tinggi itulah yang seharusnya menjadi teladan yang patut ditiru oleh hierarki yang lebih rendah. Apalagi lembaga pendidikan yang notabene sebagai wadah yang output-nya adalah manusia berkarakter. Di samping itu, iktikad baik kepada masyarakat sekitar juga perlu ditingkatkan bilamana ada dampak yang muncul saat pembangu
2
nan dan setelah pembangunan, yaitu saat ada aktivitas di dalam gedung, UNY jangan sungkan-sungkan untuk mem beri pemberitahuan dan meminta maaf. Akibat dari pembangunan yang tak sesuai prosedur adalah terganggunya mahasiswa FBS akan kebisingan dan debu yang bertebaran saat proses pem bangunan gedung. Salah satu mahasiswa pegiat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang tidak mau disebutkan nama nya berkata bahwa pembangunan itu mengganggu diskusi-diskusi dan rapatrapat. Jelas, penggunaan tiang pancang yang digunakan pun juga terdengar hingga Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Perlu ditunggu juga, cara UNY me nyiasati ruang terbuka hijau di UNY yang akan berkurang dengan pembangu nan empat belas gedung dana IDB ini. Perlu diketahui, UNY adalah universitas yang menyuarakan pembangunan yang berpedoman Green Campus di beberapa sektor. Sebenarnya ada banyak indikator Green Campus, seperti pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan, penghematan energi, dan pengelola han limbah yang dihasilkan. Namun, yang jangan sampai hilang adalah ruang terbuka hijau di UNY. Redaksi
dekat jalan masuk utama rektorat. Pun banyak fasilitas bermain yang rusak se perti warna cat mengelupas, besi yang berkarat dan bahkan hilang. Sebagai salah satu fasilitas UNY, perlu kiranya TOM dirawat dan dikembangkan. Aulia Frenshida Rahman Mahasiswa Manajemen 2013
Presensi Online Tidak Efektif BEBERAPA waktu yang lalu mahasis wa UNY dihebohkan dengan imple mentasi sistem presensi menggunakan barcode di KTM. Namun tampaknya sistem ini tidak berjalan sesuai hara pan. Sistem ini pernah diterapkan di kelas saya pada beberapa mata kuliah. Dosen tidak membawa kertas presensi dan mengimplementasikan sistem pre sensi online tersebut. Ternyata banyak KTM yang tidak terdeteksi dan akhirnya mahasiswa harus mengetik NIM. Menanggapi hal itu, terdapat kebija kan lima belas menit pertama dialokasi kan untuk presensi. Namun pada kenya taannya waktu yang dibutuhkan lebih dari itu sehingga mengakibatkan durasi perkuliahan menjadi lebih singkat. Jelas lah sistem ini tidak terlaksana dengan efektif hingga selanjutnya sistem ini tidak lagi diterapkan dengan kata lain hanya bertahan beberapa hari saja. Jadi sebelum diberlakukan suatu sistem, khususnya sistem presensi ini, hendaklah segala sesuatunya ditata dengan baik sehingga hasilnya pun sesuai harapan. Fadhla Khanifa Pendidikan Akuntansi 2013
SEMPIL + "Memang menyalahi aturan, namun pembangunan ini merupakan syarat dari IDB sebagai tanda keseriusan UNY.” - “Oh, AMDAL bukan tanda keseriusan to, Pak?” Pimpinan Proyek Arfrian Rahmanta | Sekretaris Mariyatul Kibtiyah | Bendahara Eny Yuly D. | Redaktur Pelaksana Triana Yuniasari | Redaktur Arfrian Rahmanta, Imam Ghazali, Milda Ulya R., Muhammad Aziz D., Triana Yuniasari, Winna Wijayanti | Reporter Prima, Sulik, Triana | Redaktur Foto Imam Ghazali | Artistik Prima Abadi S., Rohmana Sulik, Ubaidillah Fatawi | Produksi Muhammad Fahrur S. | Iklan Muhammad Aziz D., Winna Wijayanti | Tim Polling Anggun Mita T.K., Hafid Mutaki, Mayta Cahyani | Sirkulasi Abdy Bani Y. | Alamat Gedung Student Center Lt. 2 Karangmalang Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline. com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.
EDISI VI | MARET 2015
SENTRA
Bangunan Sudah Jadi, AMDAL Baru Dibuat Terdapat pelanggaran prosedural pembuatan AMDAL pembangunan gedung dalam rangka meraih dana Islamic Development Bank (IDB) yang telah selesai dibangun di FBS.
P
MARET 2015 | EDISI VI
pembangunan gedung tanpa AMDAL Aminatun, M. Si., Dosen Pendidikan atau UKL-UPL adalah tindakan menya Biologi UNY yang juga merangkap se lahi aturan. Pembuatan AMDAL seha bagai anggota penyusun DELH. rusnya pada tahap perencanaan sebelum Konsekuensi yang diterima UNY dibangun, dan jika sudah dibangun dan dalam keberlanjutan pembangunan ini belum mempunyai dokumen AMDAL, adalah menunggu selesainya DELH dan pemrakarsa berarti harus menyusun AMDAL sebelum melanjutkan pemba Dokumen Evaluasi Tentang Lingkungan ngunan proyek IDB. “Saya pun menya Hidup (DELH) atau audit lingkungan. rankan agar segera diproses DELH-nya, Menurut Agus Untarno, Ketua Tim satu gedung di FBS yang sudah selesai Penyusun AMDAL dari PT. Buana dibangun itu jangan digunakan dulu dan Kalpataru Konsultan yang merupakan jangan sampai ada pembangunan gedung pihak swasta pemegang proyek penyu lagi,” ujar Agus. Ia juga menjelaskan sunan dokumen bahwa BLH Kabupaten A M DA L Pe “Memang menyalahi aturan, Sleman mengh ar us n g e mb an g a n namun pembangunan gedung ini kan sebelum AMDAL UNY Kampus merupakan syarat dari IDB seba selesai, DELH harus Karangmalang, gai tanda keseriusan UNY dalam selesai disusun terlebih DELH adalah meraih dana IDB,” dahulu, yang kemudi dokumen evalu an akan dipersentasikan asi berisi dampak setelah bangunan kepada Komisi AMDAL BLH Provinsi berdiri yang tidak diprediksi sebelumnya. DIY melalui surat pengantar dari BLH Namun, jika tidak ada prediksi awal, Kabupaten Sleman. maka yang diteliti adalah rona bangu Pramu juga melarang dilakukannya nan, yang mencakup komponen sosial, pembangunan lagi, sebelum selesainya ekonomi, budaya, kesehatan masyarakat, penyusunan AMDAL dan diterbitkannya komponen geofisika-kimiawi, lalu lintas, Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan dan biotiknya. Dalam pengembangan dari BLH Provinsi DIY. “Jika AMDAL kampus yang berjalan saat ini, UNY sedang diproses, segala bentuk pemba perlu bekerja keras dalam menyusun ngunan AMDAL dan DELH sekaligus. Sejak 2014, Menteri Lingkungan Hidup telah memperingatkan UNY untuk segera menyelesaikan DELH. “Sudah diputuskan oleh Kementerian Lingkungan Hidup bahwa gedunggedung UNY yang sudah berope rasi diberi batas penyelesaian DELH sampai September 2015,” kata Agus. Namun, Tim pen yus un DELH masih berj al an di tempat dalam penger jaan. “Tim Penyusun DELH yang dibentuk belum terlalu beker ja, karena kebanya kan anggotanya adalah dosen dan pembim bing skripsi,” kata Dr. Tien Gunawan Ariyantapa, ST. ketika diwawancarai di ruangannya (20/02). Triana | Expedisi
embangunan satu dari empat belas gedung yang dilakukan untuk me raih dana Islamic Development Bank (IDB) di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) yang selesai pada pertengahan Januari 2015 lalu, dilaksanakan tanpa adanya dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) maupun dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Peman tauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Dokumen-dokumen tersebut merupa kan salah satu syarat Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pada Agustus 2014, pembangunan satu gedung di FBS terse but sudah dimulai, padahal AMDAL baru disusun pada pertengahan November 2014, ditandai dengan pengumuman yang disosialisasikan kepada masyarakat dan para pemerhati lingkungan hidup. “Memang menyalahi aturan, namun pembangunan gedung ini merupakan syarat dari IDB sebagai tanda keseriu san UNY dalam meraih dana IDB,” ujar Gunawan Ariyantapa, ST., Kepala Bagian Umum Hukum, Tata Laksana, dan Perlengkapan UNY ketika ditemui di ruangannya, Rabu (20/02). IDB yang merupakan investor dana empat belas gedung baru di UNY mensyaratkan harus membangun satu gedung sebagai bentuk keseriusan dalam kerja sama antara UNY dan IDB. Selanjutnya, pembangunan tiga belas gedung lainnya tertunda ka rena harus menyusun AMDAL terlebih dahulu. Pembuatan AMDAL yang terlambat, menurut Gunawan, juga dikarenakan sumber dana yang digunakan dalam pembuatan AMDAL sejumlah Rp600 juta adalah dari Dinas Kebudayaan dan Teknologi (Dikti) melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2014 yang cairnya baru pada November 2014, bukan dari dana DIPA APBN 2013. Pelanggaran prosedural ini diamini oleh Pramu Haryanto, pegawai Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta yang menyatakan bahwa
3
SENTRA harus berhenti. Jika pembangunannya tidak berhenti, BLH provinsi tidak mau memproses. Jika AMDAL telah selesai dan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan telah keluar, pembangunan boleh dilanjutkan lagi,” ungkap Pramu. Satu gedung IDB yang telah dibangun di FBS nantinya akan dimasukkan ke dalam susunan AMDAL, bukan DELH. “Empat belas gedung termasuk gedung yang sudah dibangun itu mau tidak mau disebut sebagai pengembangan, sehingga masuk dalam ranah AMDAL. Karena itu, teman-teman dari tim AMDAL juga langsung menilai dampak yang telah ada pada gedung yang telah dibangun itu,” ujar Agus. Ketika ditanyai tentang sejauh mana proses pembuatan AMDAL, Agus me nyatakan sudah hampir selesai, tinggal men ungg u DELH sel es ai, set el ah itu baru diteruskan lagi penyusunan AMDAL-nya. “Sekarang proses penyu sunan AMDAL UNY untuk empat belas gedung itu telah sampai pada Kerangka Acuan Pengembangan Kampus, sudah 85%. Tapi, kita sebagai Tim Penyusun AMDAL juga tetap menunggu DELH. Saya optimis tahun 2015 ini AMDAL dan DELH selesai semua,” jelas Agus.
4
Arci | Expedisi
Dampak dari Pembangunan Tanpa AMDAL Dengan luas bangunan pengemba ngan 124.211,55 m2 seharusnya UNY melakukan proses AMDAL dahulu se belum melakukan pembangunan sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, lampiran 1 Bangunan Multisektor tentang pemba ngunan bangunan gedung dengan luas lahan lebih atau sama dengan 10.000 m2 wajib melakukan kegiatan AMDAL. Menurut Pramu, jika pihak pemra karsa pembangunan tidak mempunyai AMDAL, pasti akan diberi teguran ter lebih dahulu, dan menunggu reaksi dari pihak yang ditegur. Jika tidak ada tandatanda pembuatan AMDAL dari pihak pembangun pasti akan dikenai sanksi se suai hukum yang berlaku. “Surat edaran penyelesaian DELH dan kelengkapan dokumen pembangunan untuk instansi pemerintah itu keluar pada akhir tahun 2013, dan diberi waktu tidak selamanya lho, hanya 18 bulan setelah surat edaran itu diterima harus sudah selesai,” ujar Pramu. “AMDAL itu kan perenc an aa n awal dari konsultasi publik. Dalam
AMDAL itu terdapat analisis keselu mau membuat, sehingga nanti dalam ruhan dampak yang akan terjadi pada pembangunan itu kalau ada sesuatu geofisika kimiawi, lalu lintas, dan ke yang kurang ya diluruskan sesuai dengan sehatan masyarakatnya,” kata Pramu. aturan yang ada, tapi ini sudah ter Pengkajian yang komperhensif harus lanjur mau bagaimana lagi?” ungkap dikerjakan saat penggarapan bangunan. Sudarman. Contoh dari aspek sosialnya, kebisingan Masyarakat juga bisa mengadu ke saat pembangunan berlangsung harus BLH tentang dampak yang dirasakan jika bisa diminimalkan. Masyarakat juga keluhan tentang dampak tersebut tidak harus diperhatikan, pemrakarsa harus ditanggapi oleh pemilik gedung. “Kasus bisa merangkul masyarakat yang berada seperti itu akan kami proses, pertama di sekitar proyek pembangunan sebagai mungkin teguran secara lisan dan ter izin agar tidak membuat masyarakat tulis, kemudian jika tidak ada respons, resah, dan ada perjanjian untuk mem maka harus ditutup paksa sampai bisa berikan kompensasi jika masyarakat meminimalkan dampak bangunan,” ujar dirugikan oleh pembangunan tersebut. Ir. Didik Sulistyo Putro M. Si., Kepala Di dalam pembuatan AMDAL terda Bagian AMDAL di BLH Provinsi DIY. pat metodologi yang digunakan dalam Didik berpendapat bahwa tingkat ke mengkaji dampak atau disebut Ran sadaran merawat lingkungan hidup dari cangan Pengelolaan Lingkungan dan pihak pembangun gedung atau pemra Rancangan Pemantauan Lingkungan karsa pembangunan masih rendah, masih (RKL-RPL). Namun, pembangunan banyak yang menjadikan AMDAL itu gedung di FBS yang tidak mempunyai hanya sebagai formalitas. Bukan seba RKL-RPL, hanya berpedoman kepada gai bentuk dari partisipasi merawat dan kerangka acuan standar pembangunan melindungi lingkungan hidup. gedung secara umum. Akibatnya, proses Demikian juga Pramu yang menyesal pembangunan di FBS yang sudah di kan prosedur yang telah dibuat dengan kerjakan pada Agustus 2014 dan telah pengkajian yang lama dan telah menjadi selesai pada Januari 2015 seringkali me kebijakan Menteri Lingkungan Hidup, nimbulkan kebisingan yang mengganggu dilanggar dengan mudahnya.“Memang kegiatan di Pusat Kretivitas Mahasiswa biasanya kalau dana hibah itu dijadwal (PKM) FBS menurut pegiat PKM yang harus selesai tepat waktu. Nah, ini terkait tidak mau disebutkan namanya. “Pemba instansi pemerintah, ya tergantung juga ngunan yang didanai IDB itu melakukan kebijakan yang di atas. Kalau mereka be standar kerja yang tinggi, dari pemakaian rani ya mangga. Seharusnya kan mereka alat-alat yang modern hingga pembekalan jadi contoh yang baik dengan menaati perlengkapan keselamatan pekerja yang peraturan yang telah dibikin oleh pihak maksimal. Namun terkadang pembangu yang lebih mengerti tentang lingkungan nan juga tetap menimbulkan kebisingan,” hidup,” jelas Pramu. jelas Agus. Kepala Dukuh Karangmalang, Arfrian Rahmanta Sudarman, juga menyayangkan pem Prima, Triana bangunan gedung yang tidak sesuai pros ed ur ini. “Sosialisasi yang pernah di lak uk an pada November 2014 itu sek al ig us untuk keempat belas gedung dana IDB yang r e nc an an y a akan dibangun UNY, tapi yang satu sudah di bangun, istilah nya kan terlam bat. Bagi orang Jawa, sosialisasi ibarat kula Bangunan Laboratorium Musik dan Tari yang AMDAL-nya telat dibuat. nuwun, izin
EDISI VI | MARET 2015
POLLING
UNY Abaikan AMDAL Pembangunan terkait AMDAL ini, maka tim EXPEDISI melakukan polling terhadap responden dari mahasiswa FBS dan masyarakat Karangmalang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan angket yang ditujukan kepada mahasiswa FBS dengan empat pertanyaan dan tiga pernyataan. Sedang kan untuk masyarakat Karangmalang terdapat enam pertanyaan dan tiga per nyataan. Kami menentukan 100 sampel mahasiswa FBS dan 100 sampel masya rakat Karangmalang untuk mewakili 100% pada masing-masing kelompok responden dengan sampling error sebesar 5%. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode accidental. Hasil polling tersebut menunjuk kan bahwa di saat proses pembangunan gedung baru di FBS, mahasiswa yang merasakan pengaruh dari pembangunan gedung, seperti kebisingan atau debu bertebaran, sebanyak 52,3% responden menjawab ya, sedangkan 47,7% men jawab tidak ada pengaruh. Sebanyak 58,7% mengaku mengetahui tentang AMDAL, sedangkan 41,3% menjawab tidak tahu. Mengenai sosialisasi AMDAL di FBS, sebanyak 95,4% menjawab tidak ada sosialisasi, sedangkan 3,7% men jawab ada, dan 0,9% responden tidak menjawab. Untuk kesalahan prosedur yang dilakukan oleh UNY, 51,6% res ponden menjawab setuju, 6,3% sangat setuju, 34,7% tidak setuju, 7,4% sangat tidak setuju. Berdasarkan angket yang disebar untuk warga Karangmalang menunjuk kan 49,0% tidak mengetahui tentang AMDAL, 50,0% menjawab mengetahui AMDAL dan 1,0% tidak menjawab. Mengenai warga yang mengetahui jika gedung FBS tanpa AMDAL, 82,0% men
Adanya Sosialisasi AMDAL oleh pihak UNY kepada Masyarakat
Sulik | Expedisi
D
engan luas bangunan pengem bangan 124.211,55 m2 seha rus n ya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melakukan proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) terlebih dahulu sebelum melakukan pembangunan. Yakni se suai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memi liki Analisis Mengenai Dampak Ling kungan Hidup, lampiran 1 Bangunan Multisektor tentang pembangunan ba ngunan gedung dengan luas lahan lebih atau sama dengan 10.000 m2 wajib me lakukan kegiatan AMDAL. AMDAL bertujuan untuk menjamin bahwa pertimbangan lingkungan telah diikutsertakan dalam proses perencanaan pembuatan program dan pengambilan keputusan mengenai dampak usaha dan/ atau kegiatan. Dengan adanya AMDAL, setiap usaha dan/atau kegiatan menda patkan jaminan operasi secara berkelan jutan tanpa merusak lingkungan hidup. AMDAL berperan dalam proses pem bangunan pengelolaan lingkungan dan pengelolaan proyek yang akan dibangun. UNY sampai saat ini belum mem punyai AMDAL gedung baru FBS yang dibangun untuk meraih dana Islamic Development Bank (IDB), padahal AMDAL merupakan salah satu syarat perencanaan untuk membangun sebu ah bangunan. Namun sampai saat ini, belum terdapat AMDAL untuk salah satu proyek pada lembaga pendidikan negeri tersebut. Untuk mengetahui tanggapan dan respons dari mahasiswa, khususnya ma hasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY, dan masyarakat Karangmalang
jawab tidak, 9,0% menjawab ya, dan 9,0% responden tidak menjawab. Menge nai keterlambatan sosialisasi AMDAL, 50% menjawab ya, 37% menjawab tidak, dan 13% menjawab tidak tahu. Semen tara mengenai dampak dari pembangu nan di FBS, 32% responden menjawab ya (terkena dampak), 66% menjawab tidak, dan 2% tidak menjawab. Ditin jau dari sosialisasi AMDAL dari pihak UNY adalah sebuah hal yang penting, 47% menjawab setuju, 25% sangat se tuju, 7% tidak setuju, 11% sangat tidak setuju, dan 10% tidak menjawab. Tim Polling
Sulik | Expedisi
Mahasiswa: Diperlukannya AMDAL sebelum mendirikan bangunan
MARET 2015 | EDISI VI
5
PERSEPSI
Protes Lagu Autis
Repro. Aziz
T
epatnya pada 12 Januari 2015, pukul 07:11 ada pesan gambar masuk di grup WhatsApp juru san saya. Salah satu rekan mengirim sebuah gambar yang berisi lirik lagu. Nampak pada gambar “Lirik Autis” di sertai sampul album dengan judul “Jelas Sakit” dengan foto lima remaja putra dan tertulis “SouQy”. Tanpa berpikir lama saya mencari informasi tentang berita gambar lirik autis tersebut. Lirik lagu ini bercerita tentang se orang remaja putra yang sedang jatuh cinta kepada remaja putri di sekolahnya, namun si remaja putri sangat sibuk dengan kegiatan membaca, melukis, dan kegiatan lainnya. Si remaja putra merasa sangat kesal dengan kelakuan remaja putri tersebut dan merasa dia baikan. Karena kesal, si remaja putra itu menyebut si remaja putri autis, terbukti dari lirik lagu yang berbunyi “dasar kau autis dipanggil-panggil tak rungu, ....”. Berkarya melalui lagu menjadi kebe basan setiap individu termasuk SouQy Band. Namun berkarya bukan untuk mencederai pihak lain, bukan? Mungkin SouQy Band belum memahami perihal kondisi autis, dan sialnya SouQy Band 6
menggu nakan kata autis untuk me ngolok-olok seorang gadis yang sibuk dengan kegiat an belajarnya. Sebagai orang yang pernah be lajar tentang autis, saya pribadi sangat ke beratan dengan beredarnya lagu autis tersebut. Autisme adalah sebuah kondisi yang ditimbulkan karena ketidakseimbangan hormonal pada tubuh seseorang. Kondisi hormonal itu tidak dapat dikendalikan oleh penyandang autis. Ketidakseim bangan hormonal tersebut menjadikan penyandang autis sibuk dengan hal-hal yang disukai, namun bukan berarti pe nyandang autis sebagai manusia asosial. Kondisi seperti di atas mengharuskan penyandang autis mendapatkan pena nganan khusus seperti terapi, diet, dan pendidikan. Kebutuhan khusus tersebut tidak murah harganya. Menurut hasil penelitian etnografi yang dilakukan oleh sepuluh peneliti Sasana Integrasi dan Advokasi Difabel (Sigab) di sepuluh keluarga difabilitas tahun 2014, keluarga yang memiliki anggota keluarga difabel sangat rentan pada seluruh aspek kehidupan. Kebu tuhan khusus yang memerlukan penge luaran lebih untuk anggota difabel juga dapat memiskinkan sebuah keluarga karena harus memenuhi kebutuhan khusus tersebut. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang mau jika salah satu keluarganya menjadi penyandang autis. Bisa diba
yangkan betapa mereka harus berpikir untuk bisa memberikan pelayanan agar anggota keluarganya dapat diterima di masyarakat dengan memberikan pelaya nan khusus yang tidak murah harganya. Namun tidak sedikit pola dan bentuk diskriminasi yang justru diberikan ma syarakat. Pada 13 Januari 2015 lalu salah satu rekan saya menyampaikan peti si protes terhadap SouQy Band dan juga Nagaswara sebagai label yang me naunginya. Kemudian petisi dan ma teri petisi kembali disebarkan melalui media sosial seperti malam sebelum nya dengan bahan sederhana menolak lirik lagu dengan tagar #proteslaguautis #DifabelBukanLelucon. Beberapa tweet sengaja ditautkan pada akun @souqy_ band dan @NAGASWARA_ID, namun hanya akun Nagaswara yang merespon dan hasilnya cukup mengejutkan. Pihak Nagaswara ternyata tidak mengakui bahwa SouQy Band berada di bawah naungan label kawakan itu. Hal tersebut sempat membuat rekan-rekan bingung karena dalam laman resmi Nagaswara terpampang gambar SouQy Band yang artinya band tersebut tergabung dalam label. Namun ketika kembali ditangga pi dengan memperlihatkan link yang bersangkutan, akun resmi Nagaswara justru tidak merespons. Gerakan protes dari rekan-rekan terus bergulir hingga hari berikutnya. Selain dengan berbekal akun Twitter, banyak juga rekan-rekan yang menggu nakan media sosial lain untuk menginfor masikan kepada publik soal kejadian ini. Kasus lirik autis yang memiliki makna difabel sebagai lelucon menjadi sangat disayangkan jika video, rekaman lagu, dan lirik lagu tidak segera diberhen tikan dan dihapus. Saya berharap para pegiat seni bisa memiliki kepekaan sosial dan dapat melahirkan karya yang lebih edukatif, kreatif, humanis, dan bebas diskriminasi. Harapan kepada pengelola dapur rekaman adalah agar dapat lebih jeli dalam meloloskan karya-karya pegiat seni untuk disajikan di pasaran. Sabda Riang Utama Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa UNY 2012
EDISI VI | MARET 2015
PERSEPSI
Bencana dan Drama Media
M
eski sudah surut, pemberitaan berbagai media tentang kecela kaan pesawat QZ8501 maska pai AirAsia dan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia pada beberapa waktu lalu cukup menyita perhatian publik. Tidak sedikit di antaranya yang menuai kritik karena adanya kesalahan dalam peliputan atau kode etik yang dianggap kurang diperhatikan oleh pe warta. Kecelakaan dan bencana alam bila dilihat dengan kacamata jurnalistik memang mempunyai nilai berita yang cukup tinggi. Dikatakan oleh Santana Septian pada bukunya “Jurnalisme Kontemporer” bahwa hal tersebut di sebut Oddity yang menunjuk pada pe ristiwa yang tidak biasa terjadi yang justru akan diperhatikan segera oleh masyarakat. Oleh karenanya, para pe
Repro. Aziz
warta hampir tidak akan melewatkan momen tersebut untuk diliput. Beberapa waktu lalu, di sebuah media online terkenal muncul berita berjudul “Ki Joko Bodo: Pesawat AirAsia Masuk Portal Gaib”, sebuah liputan yang menginformasikan keadaan pesa wat dengan analisis mitologis. Media yang menampilkan pemberitaan di atas seperti tidak melakukan pemilahan in formasi yang dapat menyesatkan para pembacanya. Bila merujuk dari buku “Blur: Bagaimana Mengetahui Kebe naran di Era Banjir Informasi” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, de lapan fungsi penting jurnalisme yang relevan sungguh tidak diindahkan. Pers tidak lagi menjadi otentikator, penuntun akal, investigator, saksi, pemberdaya, agregator cerdas, penyedia forum, dan panutan. Beberapa media lain menayangkan liputan eksklusif keluarga korban yang tengah dalam suasana haru. Dengan mengekspos tangisan dan raut muka sedih, pertanyaan-pertanyaan ditujukan kepada keluarga, “Bagaimana perasa an keluarga korban?”, “Bagaimana jika pesawat tidak ditemukan?” dan banyak lagi pertanyaan yang mengaduk perasaan narasumber. Rating dalam media televisi, hits bagi media online, dan tingkat keterbacaan bagi media cetak, telah menjadi panglima dalam
liputan media. Semakin baru dan heboh sebuah berita, dianggap semakin tinggi kemampuannya menarik perhatian. Se bagaimana lazimnya, industri mensya ratkan adanya keuntungan atas semua langkah mereka. Dengan kata lain, tidak ada pilihan lain untuk para wartawan selain menyuguhkan liputan yang meng hebohkan. Langkah paling ampuh tidak lain tidak bukan adalah dengan menam bahkan bumbu drama itu tadi. Dengan tren pemberitaan seperti yang telah disebut di atas, mengharap kan peran mendidik dari media dalam jurnalisme bencana menjadi sangat sulit. Misalnya, walaupun sudah berkali-kali dihantam bencana atau kecelakaan, mitigasi belum menjadi tren dalam pem beritaan media. Media selalu saja sibuk mengejar efek dramatis dan kepedihan setelah bencana menerjang. Dalam sebuah kasus pascabencana Banjarnegara, pemberitaan soal reha bilitasi dan rekonstruksi pascabencana nyaris tak disuarakan dan tertutupi oleh berita AirAsia. Bahkan, ketika hak-hak dasar korban bencana (seperti bantuan dana dan tempat tinggal) yang belum terpenuhi nyaris tak ada beritanya di media massa. Semuanya lebih terpaku pada drama-drama baru yang lebih seksi. Seterusnya akan menjadi seperti itu bila tidak ada rasa kemanusiaan dan empati para jurnalis. Muhammad Aziz D.
INFO KAMPUS Asu Loro Akan Terkenal
KMP Siap Kerja Sama Penelitian
MALAM Apresiasi Sastra yang diadakan UKM UNSTRAT, Jumat (20/3) di SC Lantai 3 merupakan acara yang dibarengi dengan launching buku antologi sastra, berupa kumpulan nas kah drama dengan judul Asu Loro. Naskah drama ini ditulis oleh para anggota UKM UNSTRAT. Menurut Purwadmadi selaku pembicara pada malam itu, naskah drama tak memi liki makna jika tak dipentaskan, hal ini sejalan dengan yang ia tuturkan bahwasanya naskah drama merupakan naskah setengah jadi, dan setengahnya lagi adalah pementasan. Menanggapi Asu Loro, ia merasa tak asing, bahkan menga ku sebagian dari itu (ucapan Asu yang akrab di kalangann ya waktu muda, red). “Kata ‘Su’ menunjukkan keakraban. Jan gan lihat sekarang, tetapi 40 tahun ke depan Asu Loro akan terkenal,” ucapnya di akhir acara.
RABU (26/03) Keluarga Mahasiswa Pascasarjana (KMP) UNY mengadakan acara open house. Pihak-pihak yang diun dang antara lain perwakilan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (BEM Rema) UNY, BEM Rema dari berbagai fakultas di UNY, serta pegiat Unit Kegiatan Maha siswa (UKM) UNY. Acara yang dilaksanakan di Pendopo Pusat Kegiatan Ma hasiswa (PKM) lama ini bertujuan untuk mensosialisasikan program kerja KMP UNY selama setahun kepengurusan dan ingin merangkul semua BEM dan organisasi-organisasi yang ada di UNY. "Kami ingin membuka kerja sama jaringan inter nal, jika itu masalah program kerja (proker) yang sama atau tentang riset dan penelitian, kami sangat terbuka," jelas Ence Surahman, S.Pd., Ketua KMP yang terpilih periode 2015/2016.
Winna Wijayanti
Arfrian Rahmanta
MARET 2015 | EDISI VI
7
TEPI
Nasib Sepeda di Kampus Bervisi "Green and Clean" Sebagai transportasi ramah lingkungan, sepeda, oleh kampus tak disediakan tempat parkir layak. Tak sedikit mahasiswa meletakkannya di pojokan, menyempil, dan kepanasan.
P
Winna | Expedisi
ipit Eri Winarni, mahasiswa jurusan Kebijakan Pendidikan 2011 me ngatakan bahwa di kampus UNY tidak ada parkiran khusus sepeda, terasa dibedakan. “Rasanya seperti termarji nalkan,” tambahnya lagi ketika ditemui di Cafe Limuny, Rabu (5/2). Parkiran sepeda di UNY hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Fakultas Ekonomi dan di Pascasarjana. Seperti dituturkan seorang mahasiswa alumni Pendidikan Biologi 2010 yang baru wisuda 6 Desember tahun lalu, “Yang ada hanya di belakang Pascasarjana, itu pun panas. Cuma se deret dan masih kurang,” terangnya. Bahkan di Fakultas Ilmu Sosial juga demikian, Septiarani, mahasiswa jurusan Pendidikan Sosiologi 2013 mengeluhkan fasilitas sepeda di FIS kurang mema dai, karena fakultas hanya menyediakan parkir mobil dan sepeda motor. “Padahal pengguna sepeda juga punya hak yang sama,” terangnya ketika ditemui sore hari di Musala FIS, Senin (9/2). Bela Yusti Suryani dari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2010 juga menga kui hal yang sama, yaitu merasa terdiskri minasi, “Kadang dinaikkan ke atas (Teras Pusat Kegiatan Mahasiswa {PKM} FBS,
8
red.). Kalau sampai parkiran rasanya ter Sedangkan Bela tak banyak tahu menge diskriminasi, mau diparkirkan di mana?” nai staf FBS yang menggunakan sepeda Irkhas yang menga kampus, “Aku “Kalau dosen hanya satu sampai dua, belum pernah ku sejak tahun 2012 dan itu pun ada sepeda khusus buat menggunakan sepeda, staf. Tapi banyak yang cuma dirantai lihat staf pake men yat ak an soal sepeda, cuma sampai berkarat.” parkiran di FMIPA, WD III, itu pun “Cuma pas awal-awal tidak ada atapnya punya sendiri, dan mahasiswa yang pakai jadi sering kepanasan, terus baru bela sepeda sejauh ini sebegini saja.” Menge kangan ini ada atap, yaitu sekitar akhir nai sarana dan prasarana yang tersedia tahun 2014. Sedangkan di fakultas lain dan belum tersedia di kampus, Wakil susah dan jarang ditemukan (parkiran, Rektor II, Moch. Alip, tidak bisa dimintai red.), parkirnya kan kalau sepeda kadang keterangan ketika coba dijumpai pada di sini-di situ (berpindah-pindah tempat, Rabu (4/2) sehingga sumber informasi red.).” dari Birokrat belum terwakili.
Sepeda untuk Staf Telah Karatan
“Yang dis ed iak an kampus itu biasanya dipakai staf atau dosen dan tidak dipinjamkan ke mahasiswa seperti di UGM,” terang Irkhas. Juga di FIP, Pipit menjelaskan ada sekitar sepuluh orang yang menggunakan sepeda. “Kalau dosen hanya satu sampai dua, dan itu pun ada sepeda khusus buat staf. Tapi banyak yang cuma dirantai sampai berkarat.” Septi pun memahami pula soal sepeda kampus yang hanya tersedia untuk staf.
Green Campus, Tetapi Minim Lahan Hijau
Pipit yang sejak awal masuk kuliah pada 2011 menggunakan sepeda, me ngatakan bahwa wacana UNY yang mau menuju green campus terasa aneh, “Punya tujuan go green tetapi kok malah faktor pendukungnya tak diupayakan, contohnya IDB, proyek malah mengura ngi lahan hijau, saya jadi heran, katanya go green tetapi pembangunan di manamana.” Ia menambahkan kalaupun kampus diprotes mengenai persoalan ini, mereka (birokrat, red.) bakal punya alibi sendiri. Ia me ngatakan alasannya naik sepeda selain sebagai bentuk go green, juga karena jarak dekat, kalau naik motor akan me nambah kemacetan yang efeknya adalah parkiran kampus jadi padat, “Ya sudah naik sepeda saja, sedikit mengu rangi polusi juga, mas al ahn ya yang naik motor juga tambah banyak.” Men gen ai ke adaan di FBS, Wakil Dekan III, Dr. Kun Suasana parkir sepeda di FIS yang belum memiliki tempat parkir sepeda secara khusus, Jum'at (20/2). EDISI VI | MARET 2015
Winna | Expedisi
TEPI
Salah satu umbul berisi visi misi UNY mengenai Green and Clean University.
Setyaning Astuti, M.Pd., menerangkan soal penghijauan lahan itu khusus yang di parkiran mobil sehingga di sana tidak akan dibangun apa-apa. “Kelemahan kita memang terletak pada maintenance, yaitu bisa membeli tapi tidak bisa mera wat. Sehingga kita boros, selalu beli.” Ia bercerita sewaktu berkunjung ke Austria dan Jerman, ia mampir ke salah satu tempat makan franchise, di sana pem beli ketika sudah selesai makan, wadah nya mereka kembalikan lagi ke tempat semula. “Kalau kita kan biasa dilayani. Di sana kesadaran untuk menjaga keber sihan itu mulai dijaga bersama,” tambah nya lagi ketika diwawancarai di Ruang WD III FBS, seusai salat Asar. Lain halnya dengan Irkhas, menu rutnya, UNY belum memenuhi visinya sebagai green campus, “Kalau untuk disebut kampus hijau sebenarnya belum memenuhi, karena lahannya untuk me nanam juga kurang, ada pohon teta pi ditebang semua. Penggantinya apa? Sampai saat ini belum ada, lalu mau jadi hijaunya bagaimana? Kalau lahan menanam di Laboratorium Biologi itu masih kurang, apalagi di fakultas lain,” tuturnya. MARET 2015 | EDISI VI
Di FBS hanya ada beberapa mahasiswa yang m e n gg un a kan sepeda, hal ini dis eb abkan jarak yang relatif j a u h m e mb i kin kebanyakan mahasiswa meng gunakan motor. “Kalau sewaktu saya kuliah tahun 1985 ada teman saya yang naik sepeda dari Imogiri ke sini, kan belum macet. Te r u s m o t o r belum banyak, polusi belum ada, pohon di manam a n a . Ka l a u sek ar ang naik sepeda di jalan malah berbahaya, apalagi penggu na motor banyak yang terb ur uburu,” terang Kun sambil me ngenang suasa na kuliahnya di
tahun 1985.
Fasilitas Parkir Sepeda Harus Disediakan
Septi menyarankan supaya kampus menyediakan fasilitas sepeda untuk para mahasiswa agar bisa mengurangi polusi di daerah kampus. “Sebagai upaya me minimalisikan tempat, karena untuk parkir sepeda tidak terlalu memakan tempat layaknya mobil dan motor.” Se dangkan Pipit sempat berpikir, mengapa tidak dibuat kebijakan bagi mahasiswa yang ngekos di sekitar kampus untuk jalan kaki atau naik sepeda, sehingga ada pembatasan penggunaan sepeda motor? “Ya, sempat berpikir begitu meski sepintas saja,” akunya. Tetapi sejauh ini tak pernah diketahui mengenai apresiasi dari fakultas kepada pengguna sepeda. “Mungkin yang sering diributkan malah soal fasilitas, seperti tempat parkir motor,” tambahnya lagi. Begitu pula dengan Irkhas, yang menerangkan jumlah mahasiswa yang menggunakan sepeda di FMIPA sudah semakin banyak. Akan tetapi, oleh pihak fakultas dibiar kan saja, sama dengan yang Pipit tutur
kan, tak ada apresiasi. Penggunaan sepeda di lingkungan kampus ini sangat baik karena memang untuk kesehatan dan berhemat bahan bakar, Kun mengaku banyak belajar dari negara maju yang telah ia kunju ngi. “Waktu di Belanda, saya melihat seluruhnya menggunakan sepeda, dekan pun kemana-mana menggunakan sepeda. Ketika saya di Shanghai, sepeda juga banyak digunakan,” tuturnya. Ia me nyimpulkan, negara-negara maju lebih mementingkan berhemat, dan mereka hidup sederhana, itulah yang menye babkan mereka bisa maju karena tidak memboros-boroskan sesuatu. Dalam bekerja pun mereka sangat efisien. “Di sana kalau dosen bertemu mahasiswa, mahasiswa tak harus tunduk, tetapi didasarkan ada rasa kasih sayang an tara mahasiswa dan dosen sehingga mahasiswa tidak takut menyampaikan, semua fair, semua objektif,” lanjutnya. Kun merasa menggunakan sepeda itu keren dan membanggakan. Kare na dengan menggunakan sepeda bisa menunjukkan gaya hidup yang sehat dan tidak boros. Oleh karena itu perlu pembudayaan karena memang sekarang ini banyak sekali motor, sehingga untuk sementara ini parkiran diciptakan untuk yang paling dibutuhkan. Akan tetapi kalau nanti banyak yang mengguna kan sepeda, maka ruang parkir untuk sepeda akan diperluas. “Beda dengan ketika saya di Belanda, berulang-ulang ke sana, di sana disediakan parkiran sepeda, di mana-mana disediakan, budayanya memang naik sepeda, naik motor itu sedikit,” terangnya lagi sambil menge nang sewaktu ia berkunjung ke luar negeri. Menurutnya, penggunaan sepeda bisa jadi kondusif jika sudah jadi ke biasaan. Bisa dimulai dari mahasiswa. Sebab banyak alasan muncul mengenai biaya menyewa indekos, yang ngekos di dekat kampus kan mahal, dan yang murah adalah yang jauh dari kampus. Itulah alasan banyak mahasiswa yang memilih transportasi menggunakan motor. “Bagaimanapun, kebudayaan itu bisa kita hidupkan lagi, karena dulu Yogyakarta dikenal dengan kota sepeda,” tambahnya. Winna Wijayanti Sulik
9
RESENSI
Mengupas Perjalanan Hidup Tan Malaka
“I
NGATLAH bahwa dari alam ku bur suara saya akan lebih keras daripada di atas bumi”, begitulah kira-kira yang dikatakan Tan Malaka ketika ia masih hidup. Terbukti benar adanya perkataan tersebut ketika Tan Malaka telah tiada. Begitu banyak yang membicarakan dirinya, baik perjalanan hidupnya maupun pemikirannya. Tan Malaka yang ber n a m a as li Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka la hir di Nagari Pandang Gadang, Suliki, Sumatera Barat pada 2 Juni 1897. Dia terlahir dari keluarga elit lokal Minang. Walaupun dari keluarga bangsawan, ke hidupan Tan Malaka sendiri tidak jauh berbeda dengan rakyat pribumi pada umumnya. Gurunya, G. H. Horensma, menga takan bahwa Tan Malaka bukan kate gori murid yang patuh akan peraturan sekolah, namun Tan Malaka diketahui sebagai murid yang tergolong cerdas. Tan Malaka melanjutkan pendidikannya ke negeri Belanda, bangsa yang men jajah negerinya sendiri. Pengalaman mengenyam pendidikan di Belanda dan negara lainnya berpengaruh banyak pada pemikirannya, begitu juga ketika dia kembali ke Indonesia, tepatnya di Delhi, yang menurutnya: surga bagi kaum ka pitalis dan proletar bagi pribumi. Dia menyaksikan sendiri apa yang dialami oleh saudara sebangsanya. Hal tersebut membentuk pemikiran Tan Malaka. Dari contoh nyata yang dialami bangsanya sendiri, ditambah pula pemikirannya yang kekiri-kirian. Tan Malaka banyak memberikan sumbangsih tenaga, terutama pemiki rannya untuk bangsa ini. Dia menulis kan konsep berdirinya Indonesia, jauh sebelum Soekarno atau Hatta menulis kannya. Perjuangan yang dilakukannya tidak sia-sia, keluar-masuk penjara, di buang dan diasingkan, pada akhirnya semua itu membuahkan hasil. Banyak tokoh bangsa lain yang terinspirasi dari pemikirannya. Hingga pada waktunya, Indonesia dapat merdeka. Namun tidak semua hal yang diper juangkan Tan Malaka berakhir dengan penghargaan. Sebaliknya, Tan Malaka yang telah mati-matian memperjuangkan
10
Malaka, bahkan kadang menjauh dari pokok pembahasan. Hal ini dapat dira Judul Buku : Dari Balik Penjara sakan ketika bercerita soal pemikiran dan Pengasingan: Tan Malaka, penulis meloncat ke perihal menelusuri Biografi pengalaman kerja Tan Malaka, yang itu dan Jejak Sang diceritakan beberapa kali sehingga justru Revolusione Sejati membingungkan dan terjadi pengulangan Penulis : Badruddin yang mubazir. Kemungkinan penulis Penerbit : Araska Publising mencoba menghubungkan pemikirannya Tahun Terbit : Desember 2014 dengan pengalaman kerja Tan Malaka. Halaman : 272 halaman Kehidupan Tan Malaka memang se lalu menarik untuk dikupas. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, buku ini patut dipertimbangkan untuk bangsanya, harus mati di ujung bedil ten menambah wawasan soal Tan Malaka. tara republik, anak bangsanya sendiri, Seorang revolusioner yang berjuang demi pada 21 Februari 1949. Menurut peneli bangsa Indonesia, namun pada akhirnya, tian, dia dimakamkan di Selopanggung, mati di tangan anak bangsa yang dulu Kediri, Jawa Timur. ia perjuangkan. Salah satu buku yang membicarakan Tan Malaka, “Dari Balik Penjara dan Imam Ghazali Pengasingan: Menelusuri Biografi dan Jejak Sang Revolusioner Sejati” yang ditulis oleh Badruddin ini mengambil sudut pandang perjalanan hidupnya. Buku ini men coba me n g up a s keh id u pan Tan Malaka, dari masa kecil ke tika awal mengeyam pendidikan hingg a ne geri Belanda sampai pada pen gal am an nya yang di kemudian hari san gat mem e ngaruhi pemiki rannya. Namun, ada beberapa ketidak konsistenan penu lis. Seperti contoh nya, alur yang tidak runtut dalam menceri Repro. Sulik takan kisah hidup Tan
EDISI VI | MARET 2015
WACANA
Eksistensi Sastra di Dunia Digital
M
da sastrawan yang bersangkutan. Keadaan seperti inilah yang dinilai mampu membangkitkan gairah pen ciptaan karya sastra dengan memer hatikan penilaian yang dilontarkan pembaca. Penulis menemukan beberapa laman sastra di internet, salah satu nya adalah jendelasastra.com yang menyuguhkan drama, puisi, prosa, dan sastra lama. Salah satu contoh naskah drama daerah yang diunggah di laman ini adalah karya Gusmel Riyadh berjudul KAMIT. KAMIT menjadi naskah drama paling banyak dikunjungi pembaca di laman ini, yakni lebih dari lima ribu pem baca. Hal ini dapat membuktikan bahwa kehadiran era sastra digital mendapatkan perhatian tersendiri dari masyarakat pembaca sebagai bentuk apresiasi ter hadap sebuah karya sastra. Perkembangan sastra digital juga didukung oleh para pengguna media sosial internet yang rajin memamer kan karya sastra melalui akunnya. Di media sosial Facebook misalnya, penulis menemukan sebuah akun yang cukup produktif mengunggah karya sastra be rupa puisi, yakni Nadia Ummah. “Dalam bimbangku kulihat tiang rapuh tegak berdiri menantang jaman, walau tubuhnya menjadi serpihan puingpuing tak berharga, namun tetap tegar melawan usia pasir waktu yang merapat ke gerbang senja” adalah salah satu pe tikan karyanya yang menuai banyak komentar dari beberapa penikmat sastra. Tak jarang pemb aca juga turut menjadi sastrawan digital karena me
ngisi kolom komentar dengan puisi balasan. “Wajah siluet berhias sendu memanja, kembali termenung pada nanar senja, mencumbu lembayung di ujung cakrawala” merupakan tangga pan untuk puisi karya Nadia dari sebuah akun bernama Sashmita Nata Karama. Hal ini menunjukkan bahwa di era ini semua orang bisa memopulerkan karya sastranya dengan sangat mudah. Namun, adalah hal yang penting kiranya bagi sastrawan amatir dan profe sional untuk memerhatikan keterbatasan penggunaan media digital ini. Keterba tasan tersebut yakni keterbatasan ruang pada laman media sosial. Pembaca akan jenuh dengan karya sastra yang panjang sehingga mereka cenderung lebih menyu kai karya sastra yang padat dan tidak terlalu panjang. Bahkan ada pula laman media sosial yang membatasi ruang dengan batas karakter maksimal agar sebuah tulisan bisa diunggah. Penulis harus lebih kreatif dalam memanfaat kan ruang yang ada agar karyanya dapat sampai kepada pembaca dengan utuh.
Triana Yuniasari
MARET 2015 | EDISI VI
LA IK E SP AC
SP AC
E
IK
LA
N
N
enurut Sapardi Djoko Damono dalam sebuah artikel berjudul “Sastra Digital” yang dimuat di Harian Kompas tanggal 8 Januari 2015, kehadiran sastra digital di tengah ma syarakat membuat sastra semakin cair dan terbuka. Karya-karya sastra sema kin mudah diakses oleh banyak orang dan bentuknya pun lebih beragam. Hal tersebut membuktikan bahwa perkem bangan teknologi berpengaruh terhadap perkembangan dunia sastra. Kemudahan yang ditawarkan per kembangan teknologi tidak hanya di peruntukkan bagi pembaca karya sastra tetapi juga diperuntukkan bagi sastrawan amatir dan profesional yang bisa dengan mudah memopulerkan karyanya. Era sastra digital ini dinilai sangat mem bantu seorang sastrawan amatir yang belum bisa menerbitkan karyanya me lalui media cetak. Hal itu karena seleksi yang dilakukan untuk menerbitkan karya sastra secara digital tidak sesulit seleksi penerbitan cetak. Menurut Sapardi, sekarang ini sastra lebih menggunakan pendekatan terha dap selera pembaca. Hadirnya era sastra digital mampu memanjakan pembaca yang memiliki selera berbeda-beda. Pem baca dapat menikmati karya sastra sesuai selera dan kebutuhannya hanya dengan sekali klik. Penilaian terhadap sastra pun se makin mudah dilakukan berkat hadir nya era sastra digital. Kolom komentar yang disediakan memungkinkan semua orang dapat memberikan penilaiannya yang secara langsung ditujukan kepa
Repro. Sulik
11
EKSPRESPEDIA
Beda Hipster Dengan Freak freak secara keseluruhan memiliki gaya hidup dan gaya berpakaian yang sangat lah berbeda dan tidak dapat disamakan satu sama lain. Gaya hidup orang hipster cende
Repro. Sulik
rung masuk dalam kriteria gaya hidup orang ekonomi kelas menengah atas dan selalu mendengungkan prinsip anti mainstream, maka sudah pastilah gaya berpakaian mereka identik dengan style-
N LA IK
IK E
LA IK E SP AC
SP AC
E
IK
LA
N
N
SP AC
E
SP AC N LA
IK E
Milda Ulya R. Dikutip dari berbagai sumber.
LA
N LA IK E SP AC SP AC 12
style anti-mainstream atau sering mereka sebut dengan istilah limited edition. Hal itu sangat berbanding terbalik dengan gaya hidup orang freak. Mereka cende rung memiliki gaya hidup sebagaimana orang yang tersudutkan. Hal itu dikarenakan mereka seringkali menarik diri untuk bersosialisa si akibat perilaku mereka yang cenderung aneh dan jarang dapat bersosialisasi bila bukan dengan sesamanya. Kaum freak memiliki gaya berpakaian ala kadarnya dan cenderung tidak memedulikan gaya berpakaian. Berdasarkan pemaparan di atas, sudah sangat jelas bagaima na perbedaan di antara keduanya.
N
S
eiring berjalannya waktu, dunia mode membuat orang semakin getol dalam hal mengkritisi pe nampilan orang lain di sekitarnya, ter lebih pada orang-orang yang dianggap berbeda dari orang kebanyakan. Tin dakan mengkritisi penampilan seseo rang tidak jarang membuat orang yang dikritisi tersebut dikelompokkan ke dalam komunitas tertentu. Hal tersebut kemudian memicu hadirnya pengguna an beberapa istilah untuk memberikan label atas komunitas tersebut. Dua di antara beberapa istilah tersebut ialah hipster dan freak. Pelabelan seseorang dengan sebutan hipster maupun freak seringkali terjadi saat seseorang sedang dalam masa pen carian jati diri. Penggunaan dua istilah ini pun seringkali disamakan satu sama lain, sebab orang yang dilabeli dua istilah tersebut sama-sama dianggap aneh bagi orang yang berada di sekitar mereka, akibat gaya hidup dan gaya berpakaian mereka terlihat tidak biasa, bahkan cen derung aneh. Padahal antara hipster dan
EDISI VI | MARET 2015