EXPEDISI MEMBANGUN BUDAYA KRITIS
Edisi Khusus OSPEK UNY 2010
Dana Ditangguhkan, SK Terabaikan Ketika dana tak sepenuhnya turun, panitia anggap SK tak penting
EDITORIAL Kebingungan dan Ketidaktahuan Panitia
I
arat sebuah surat perintah, SK OSPEK da b ri pihak universitas adalah sebuah penguku han sah atau tidaknya acara orientasi dan pengenalan kampus. Namun, apa jadinya jika ba ik dari pihak panitia di tingkat universitas mau pun DPM sendiri tidak punya kepedulian akan SK yang sudah turun terhitung sejak 16 Juli lalu? Semestinya, ketika ada SK baik dari pihak uni versitas maupun fakultas, sosialisasi terkait hal ter sebut mesti diberikan kepada seluruh panitia dan pihak-pihak yang lain termasuk juga media. Toh dengan begitu, tidak ada ruginya bagi semua pihak yang bersangkutan. Namun yang terjadi malah seba liknya. Alih-alih disosialisasikan kepada khalayak, beberapa person dari kepanitiaan sendiri pun me rasa tidak tahu menahu akan adanya SK tersebut. Masalah bertambah semakin ruwet ketika ketua OSPEK UNY menyatakan bahwa keberadaan SK itu sendiri sebenarnya bukanlah hal yang penting. Akibat diabaikannya SK ini, terjadi bebera pa kendala dalam persiapan pelaksanaan OSPEK tahun ini. Di FIP misalnya, draft UU yang dibuat berdasarkan SK belum juga diselesaikan. Kasus se rupa terjadi di FBS. SK dan UU yang memuat halhal terkait dengan susunan panitia tidak dipahami secara mendalam sehingga pihak panitia terpaksa mengadakan perekrutan panitia secara tergesa. Beberapa kasus di atas seolah menunjukkan bahwa OSPEK adalah ajang main-main pihak pa nitia penyelenggara. SK yang seharusnya menja di satu hal paling mendasar dan mengatur secara garis besar jalannya OSPEK saja sudah tidak di indahkan, bagaimana bisa OSPEK kali ini akan berjalan dengan tanpa hambatan? Agaknya ki ta perlu bertanya secara tegas kepada pihak pa nitia: “Masih niat nggak sih mbikin OSPEK?”
Redaksi
Pimpinan Proyek| Mutayasaroh Sekretaris| Rista Cahyaningrum Bendahara| Inas Nur Rasyidah Redaktur Pelaksana| Aufannuha Ihsani, Pratina Ikhtiyarini Produksi| Indra S, Delvira Iklan| Septi Sirkulasi| Rizal Artistik| Efendi AW Redaktur Foto| Indra Safri Muzahidin, Rizal Setyo Redaktur & Reporter| Aufa, Pratina, Mutaya, Inas R, Rista, Delvira, Efendi, Azka M, Rizal, Septi, Dendi Alamat| Gedung Student Center Lt. 2 Karang Ma lang Yogyakarta 5521 Email| Lpm_Ekspresi@yahoo.com Redaksi menerima artikel, opini, dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi
2 • EXPEDISI| Edisi Khusus OSPEK UNY 2010
INFO OSPEK FBS Tidak “Profetik” Pada OSPEK UNY tahun ini, ketika semua fakultas memakai isti lah “profetik” dalam tema OSPEK mereka, FBS tampil beda dengan tanpa menggunakan kata tersebut. Tema OSPEK FBS kali ini adalah “Mewujudkan Mahasiswa Cerdas, Kreatif, dan Religius”. Ketika di temui Expedisi pada Kamis (29/7) lalu, Habibi selaku ketua panitia OSPEK FBS menjelaskan bahwa tema profetik terlalu sempit untuk diimplementasikan di FBS. “Kami sudah coba mengkaji tema pro fetik dari segala sisi, namun tema-tema tersebut tetap tidak mendu kung multikulturalisme yang ada di FBS sendiri,” paparnya. Menu rutnya, pada awalnya panitia OSPEK universitas merasa keberatan atas “pembangkangan” itu. “Tapi karena saya tidak menandatangani MOU yang berisi ketentuan ‘harus profetik’ itu, mereka tidak dapat menuntut kami selaku panitia dari fakultas,” terangnya lebih lanjut.
Aufa
Biaya Akademik dan Kemahasiswaan HIMAGANA
Himpunan Mahasiswa Boga Busana (HIMAGANA) yang meru pakan gabungan dari Jurusan Pendidikan Teknik Boga, Busana, dan Rias Kecantikan menetapkan biaya kegiatan akademik dan kemaha siswaan yang berbeda pada tiap jurusannya. Jurusan Tata Rias mene tapkan biaya sebesar Rp 260.000,00. “Inikan untuk membeli peralatan praktek yang mahal,” kata Tyas, mahasiswa Jurusan Tata Rias angka tan 2009 ketika menjaga stand. Kendati demikian, jumlah tersebut jauh lebih murah dari Jurusan Boga yang mencapai Rp 785.000,00. Dari rincian dana terlampir, biaya tersebut akan digunakan anta ra lain untuk makrab, biaya produksi busana, serta iuran Hima.
Mutaya
MABA BICARA “Saya sangat kecewa dengan pengambilan jas terutama. Masalahnya, ukuran yang disediakan tidak sesuai dengan ukuran mahasiswa. Masa’ baru jam delapan ukuran jasnya tinggal LLL dan XL. Terus juga antri sampai lantai tiga.”
Muammar Irfan N Biologi FMIPA
“Penugasannya sangat berat, sulit, membuat capek badan, dan tugastugasnya terkesan ribet. Penyediaan bahan dalam tugas juga kacau. Terkadang kehabisan bahan. OSPEK mbikin saya boros.”
Agus Frasetyo Biologi FMIPA
“Hari ini baru mau ambil jas sama ndaftar OSPEK. Persiapan buat OSPEK mepet, karena pengumumannya sudah dari tanggal 24, tapi jadwal registrasi tanggal 28-30 Juli. Jadwal ndaftar OSPEK baru tang gal 31 sampai 1. Padahal tanggal 2 OSPEK sudah mulai. Jadi siap nggak siap harus siap.”
Mini Akuntansi D3 FISE
S E N T R A
Dana Panjar dan Pengabaian SK OSPEK Dana yang dipergunakan untuk OSPEK masih berupa dana panjar sebesar 70% yang diturunkan oleh pihak rektorat. Sementara itu, bagi beberapa pi hak, SK dianggap sebagai suatu hal yang tidak perlu dipermasalahkan. Indra| EXPEDISI
A
danya dana panjar tersebut sesu ai dengan apa yang diungkapkan oleh PR II UNY. “Pada proses nya, panitia membuat proposal yang di ajukan kepada PR III lalu ke PR II un tuk dicairkan. Karena jumlah mahasis wa yang akan mengikuti OSPEK belum pasti, maka pihak rektorat hanya men cairkan dana sebesar 70%. Dana inilah yang kemudian disebut dana panjar dan disalurkan ke semua fakultas,” ungkap Sutrisna Wibawa M. Pd. Dia juga me nyebutkan bahwa anggaran yang digu nakan untuk dana OSPEK tahun ini le bih besar dibanding tahun lalu, yakni Rp 20.000,00 per hari bagi tiap mahasiswa. Masih menurut Sutrisna, bahwa kenai kan dana OSPEK juga dikarenakan ada nya protes dari panitia-panitia OSPEK tahun lalu yang mengaku bahwa dana yang turun dari rektorat sangat minim. Berbeda dengan pernyata-an Pem bantu Rektor II, A. Bachtiar Faqihuddin selaku ketua OSPEK FISE mengaku ti dak mengetahui perihal uang yang turun dari rektorat. Dia berujar bahwa uang OSPEK di FISE berasal dari pinjaman pihak fakultas sebesar 41 juta. “Dana OSPEK adalah dana yang digunakan untuk kegiatan OSPEK, di mana tiap mahasiswa mempunyai anggaran sebe sar Rp 100.000,00 yang kemudian dana tersebut dibebankan kepada fakultas se besar Rp 60.000,00 sedangkan universi tas sebesar Rp 40.000,00,” ungkapnya. Ketika panitia OSPEK universi tas ditanyai mengenai dana OSPEK yang ada, Diar Rosdayana selaku ketua OSPEK universitas mengatakan bah wa dana yang ada turun bertahap. dana akan turun seluruhnya setelah ada tanda tangan maba sebagai bukti. Dana yang turun sebesar 78 juta dari pihak univer sitas, nantinya akan dialokasikan untuk keperluan teknis di acara. Diar juga me ngatakan bahwa sampai dengan tanggal 30 Juli 2010 dana yang digunakan belum semua, masih bersisa sekitar 50 juta. Besarnya dana yang turun di tiap fakultas berbeda-beda, tergantung dari berapa jumlah mahasiswanya. Seperti di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS), dana yang turun dari rektorat sebe sar 42 juta. Untuk alokasinya, separuh
Beberapa lembar SK yang akhirnya didapat dari FBS
dari dana tersebut digunakan untuk konsumsi, berupa sarapan di pagi ha ri, tengah hari, penambahan vitamin C dan snack di siang harinya. Sepa ruhnya lagi digunakan untuk keper luan acara. Ketika ditanya mengenai kecukupan dana yang tersedia, Habibi selaku ketua panitia hanya mengata kan bahwa mau tidak mau, dana terse but harus dapat mencukupi semuanya. SK OSPEK vs Inkonsistensi Panitia Berbicara mengenai SK OSPEK, pi hak rektorat melalui perwakilan dari PR III UNY telah menetapkan SK kepani tiaan OSPEK sebagai pengukuhan dari Rektor UNY. Penurunan SK dari pihak rektorat tersebut dibenarkan oleh ketua OSPEK universitas. Diar mengatakan bahwa SK dan Tatib OSPEK 2010 me mang telah dikeluarkan pada tanggal 16 Juli 2010. Namun sayangnya, keti ka dikonfirmasi mengenai draf SK dan Tatib OSPEK, dia justru berpendapat bahwa tidak adanya SK sebenarnya ti dak menjadi masalah karena OSPEK sendiri adalah program universitas. Ketika SK dan tatib OSPEK di tanyakan pada panitia lain, Siti Novitaningrum yang berkedudukan sebagai koordinator acara OSPEK uni versitas mengaku kurang mengetahui adanya SK dan Tatib OSPEK, bahkan dia menganggap bahwa hal tersebut memang tidak ada. Hal serupa juga di ungkapkan oleh Avie Raharjo, koordi nator acara OSPEK FMIPA, yang juga mengungkapkan ketidaktahuannya. Pendapat-pendapat tersebut sa ngat kontras dengan ketua OSPEK FISE dan ketua BEM FIP. Bahkan
apabila merunut dari pernyataan PR III UNY, keberadaan SK OSPEK di UNY adalah sebagai surat sah yang mengukuhkan para panitia OSPEK. Menurut ketua OSPEK FISE, ada nya SK sangatlah penting. Dia berko mentar bahwa SK adalah komponen pengikat panitia. Terlebih lagi SK yang ada tentunya turun dari pihak-pihak yang mempercayakan penyelenggara an OSPEK kepada mahasiswa. Dita nya mengenai SK yang ada di FISE sendiri, dia mengungkapkan bahwa SK yang turun berasal dari pihak fakul tas. Dia juga mengungkapkan bahwa dengan adanya surat keputusan terse but, maka akan memudahkan jalannya OSPEK, karena SK tersebut merupakan salah satu komponen untuk menga tur adanya penyelenggaraan OSPEK. Akibat adanya pengabaian terhadap SK tersebut, maka terjadilah bebera pa kendala terkait kepanitiaan. Kasus ini setidaknya terjadi di FBS dan kepa nitiaan OSPEK di universitas. Inkon sistensi panitia terkait SK yang berisi aturan mengenai susunan panitia ter jadi di FBS sehingga diadakan lagi pe rekrutan panitia OSPEK sebanyak 20 orang. Proses perekrutan panitia ter sebut terkesan sangat tergesa, yakni hanya dalam waktu dua hari. Hal ini disampaikan oleh Habibi ketika me nanggapi kepanitiaan di fakultasnya. Kasus serupa juga terjadi di FIP. Wa laupun SK OSPEK telah turun, namun Ketua BEM FIP masih merasa resah ka rena pihaknya membutuhkan UU ten tang panitia OSPEK, tetapi belum ada draf yang mengaturnya. Ketika ditanya mengenai kendala dalam pembuatan UU tersebut, dia menyatakan bahwa pem buatan UU masih harus ada koordinasi dengan pihak DPM. Namun demikian, dia mengungkapkan pendapat pribadi nya mengenai masalah koordinasi terse but. “Dalam pembuatan UU, harusnya tidak perlu ada koordinasi,” tukasnya.
Pratina Ihtiyarini Azka, Delvira, Efendi, Rizal, Septi, Aya, Aufa
Edisi Khusus OSPEK UNY 2010 |EXPEDISI• 3
PERSEPSI
Membumikan Tema Profetik!
S
aya tidak tahu betapa hebatnya kata ini sehingga dipakai sebagai tema OSPEK dari tahun ke ta hun terhitung sejak 2008 lalu. Di FISE tahun ini, misalnya, tema OSPEK seo lah terdengar seperti judul makalah: In ternalisasi Pendidikan Profetik Melalui Kampus Inspiratif untuk Membentuk Karakter Mahasiswa yang Bernurani, Intelektual, dan Kontributif. Mengeri kan, setidaknya itu yang saya pikirkan ketika mendengarnya untuk kali per tama. Betapa tidak? Beberapa istilah serapan dipakai di sana: profetik, kon tributif, internalisasi…. Saya kemu dian membayangkan sebuah ide yang terlalu luas penjabarannya, kemudian dipakai hanya dalam waktu lima hari selama studi dan pengenalan kampus. “Jangankan kamu, wong saya aja nggak paham,” kata Hanif, ketua DPM FISE. Hmm, baiklah, saya kira kita mesti membumikan wacana ini terlebih dahu lu. Definisi dari sebuah kata dalam tema akan selalu penting untuk dibahas ka rena dengannya kita dapat menyepakati tiap makna dan tafsiran. Sehingga, se buah tema bukan lagi ide-ide luar biasa yang susah kita jangkau, namun terasa dekat, menyentuh, dan mudah dipahami. Istilah profetik pertama kali diru muskan oleh Kuntowijoyo, seorang Gu ru Besar Sejarah UGM. Ia menggagas sebuah alternatif kajian sosiologi yang selama ini banyak dipengaruhi aliran fil safat positivisme. Aliran positivisme ini menganggap bahwa sebuah gejala sosial adalah bagian dari peristiwa alam dan bukan merupakan produk kegiatan ma nusia yang bebas. Sehingga, dalam dis kursus sosiologi, aliran positivisme akan cenderung menitikberatkan permasala hannya pada masa kekinian. Sedangkan menurut Kuntowijoyo, ilmu sosial mes ti memberi ruang bagi manusia untuk menjadi penggerak transformasi sosial. Dengan begitu, ilmu sosial dapat men jadi suatu pemahaman untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Gagasan Kuntowijoyo inilah yang kemudian dina mai sebagai Ilmu Sosial Profetik (ISP). Seiring dengan berjalannya wak tu, istilah “profetik” ini kemudian ikut merambah ke ranah pendidikan. UNY sendiri menggunakan istilah ini dalam misinya membangun pendidikan berka rakter. Tiga pilar yang dirumuskan oleh Kuntowijoyo dalam ISP-nya, yaitu hu manisasi, liberasi, dan transendensi, ke mudian ikut dimasukkan dalam sebuah misi bernama pendidikan berkarakter profetik. Sampai-sampai, OSPEK yang
4 • EXPEDISI| Edisi Khusus OSPEK UNY 2010
esensinya adalah untuk mengenalkan mahasiswa baru pada lingkungan kam pus pun tak urung dijejali istilah tersebut. Sesederhana itukah apa yang di maksud Kuntowijoyo terkait humani sasi, liberasi, dan transendensi? Dalam konteks ISP, Kuntowijoyo memang me ngakui bahwa transendensi merupakan basis bagi humanisasi dan liberasi. Dua hal yang terakhir tersebut pada akhirnya akan mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu bagaim ana bentuk pembe basan dan kemanusiaan akan membawa manusia pada kesadaran transendental. Namun, bukan berarti liberasi dan humanisasi harus serta merta tunduk pada hal-hal yang sifatnya transenden tal. Agama, terlebih lagi tiap kitab su ci, amat sangat bersifat multitafsir. Di sinilah letak pertentangan mengenai profetik itu terjadi, bahwa kita akan se lalu mempertanyakan keabsahan tran sendensi ketika segala teks yang ada sangat rentan dijelajahi rasio manusia? Pertanyaan ini kiranya yang perlu dijawab sebelum OSPEK dengan tema
profetik dilangsungkan. Tentunya, pihak panitia tidak akan membikin mahasis wa baru untuk pusing-pusing bertanya: “Propetik ki opo to, Mas?”, kemudian yang ditanya hanya menjawab seke darnya dengan istilah-istilah akademis yang jauh, yang asing di telinga mereka.
Aufannuha Ihsani