Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 62

Page 1

Vol. 6 n No. 62 n Februari 2015

Fokus, Branding, Advertising, Selling

Great Kalimantan Great Batam

Great Sumatera

Great Jakarta

Great Maluku Papua Great Sulawesi

Great Surabaya

Great Bandung Great Yogyakarta Great Bali

Great batam

Great Jakarta

Great Bali

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

1


Long neck women demonstrasikan menenun kain khas Myanmar selama ATF 2015 Suku Kayan adalah subkelompok dari etnis Red Karen (Karenni), etnis minoritas Tibet-Burma di Myanmar (sebelumnya disebut Burma). Suku ini telah menetap di di Negara Bagian Kayah Myanmar sejak 739 M. Perempuan pertama kali memakai cincin di leher saat berusia lima tahun. Selama bertahun-tahun kumparan dari kuningan di leher itu diganti dengan yang lebih panjang dan lebih berat. Berat kuningan mendorong tulang leher ke bawah dan menekan tulang rusuk. Leher sebenarnya tidak menjadi lebih panjang. Tampilan yang memanjang itu terbentuk dari deformasi klavikula (klavikula/tulang selangka adalah tulang panjang yang menghubungkan lengan atas dengan batang tubuh). Tujuan mengenakan cincin di leher adalah sebagai identitas budaya. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, banyak suku Kayan melarikan diri ke wilayah perbatasan Thailand akibat konflik. Di antara kamp-kamp pengungsi itu, ada seksi khusus Long Neck, yang kemudian akhirnya menjadi situs wisata. Namun sejak 2006, sebagian wanita muda mulai menanggalkan cincin leher. Meskipun perempuan lebih tua dan beberapa gadis muda di desa-desa terpencil terus melanjutkan tradisi mengenakan cincin leher. n Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem足punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, s足 ilakan kirim ke alamat di atas.

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

2

Isi Nomor ini

4 11 14 19 25

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Kebijakan Baru, Pemasaran dan Pengembangan Destinasi Perlu Dipercepat, Memasuki ASEAN Economic Community Destinasi Wisata Tunggal, Pembangunan Pariwisata Bertanggung jawab dan Berkelanjutan di ASEAN Perlu Promosi Tepat Waktu, Ada yang Sedari Jauh Hari Turis dari Thailand Terus Berdatangan


e d it o r ial

‘K

Pelaksanaan

eterbukaan’ yang semakin terbuka merupakan roh yang akan me­ muluskan jalannya pelaksanaan program-program pemerintah kini. Di bidang pariwisata, ­secara periodik Menteri Pariwisata ­Arief Yahya berupaya menjelas­kan sejelas-jelasnya kepada masyara­ kat, baik publik luas sebagai ‘­konsumen’ pariwisata dan pe­ mangku kepentingan ­maupun publik industri dalam arti pelaku bisnis pariwisata, tentu saja antara lain mela­ lui pertemuan-­pertemuannya ­de­ngan masyarakat media. Media pun sudah dinyatakan­ nya berposisi dan berfungsi subjek dan bukan objek dalam konstelasi pembangunan dan pengembangan pariwisata. Demikianlah dinyatakannya ­Kementerian Pariwisata telah men­ dapatkan ‘jaminan’ pelaksa­naan pembangunan dari Kementerian Perhubungan, Kementerian PUPerumahan Rakyat, dan Kemen­ terian BUMN, atas apa yang dibu­ tuhkan untuk dilaksanakan pada destinasi-destinasi prioritas. Ada daftarnya, yang akan dimulai dikerjakan tahun 2015 ini hingga 2019. Setidaknya pada enam KSPN oleh Kemente­ rian Perhubungan, delapan proyek di bawah Kementerian BUMN, 29 kegiatan oleh Kementerian PU-PERA. Sementara itu usulan-usulan lainnya sedang diproses oleh Kementerian Pariwisata, antara lain KSPN yang me­ merlukan dukungan transportasi tahun 2015–2019, ­usulan dukungan tambahan lintas ­Kementerian untuk periode 2015–2019, usulan pengembangan titik labuh kapal wisata

(yacht) tahun 2015–2019, dan usulan pengembangan titik labuh kapal ekowisata sungai tahun 2015-2019. Dalam rangka koordinasi, inte­ grasi dan sinkronisasi, ­Kementerian Pariwisata tentu menyampaikan kepada kementerian lain, tentang apa saja yang diperlukan untuk memajukan pariwisata. Kemen­ terian lain yang terkait lalu me­ respons, kemudian diterimalah program-program yang akan dilaksa­nakan oleh masingmasing Kementerian untuk secara lintas sektoral mendu­ kung program ­pariwisata. Surat Menhub Nomor UM.208/24/8 PHB 2014 Tang­ gal 24 Desember 2014 kepada Kementerian Pariwisata dan satu surat lain dari Menteri BUMN, dan program yang telah dicantumkan ­dalam Renstra Kementerian PU, telah dijelaskan oleh Men­ teri Pariwisata; isinya men­cantumkan kegiatan pembangunan dan pengem­ bangan sarana prasarana yang akan langsung berkaitan dengan pemba­ngunan dan pengembangan pariwisata Indonesia yang ­tengah dijalankan oleh Kemente­ rian Pariwisata. Dengan mengetahui perkembangan itu, yang akan terkait dengan akan dilaksanakannya kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana tersebut,—di lokasi dan daerah-daerah—tentu perlu mengantisipasi. Dan, men­ dukung. Saatnya produk dan destinasi di daerah-daerah diperce­ pat pengembangannya. n

Program di Daerah

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

3


utama

Kebijakan Baru, Pemasaran dan Pengembangan Destinasi Kita mulai dari kabar gembira, ujar Menpar Arief Yahya saat membuka uraian di salah satu jumpa persnya (4/2/2015). Sebanyak 9,435 juta wisman masuk di tahun 2014, melampaui target 9,3 juta.

K

ebijakan baru, strategi dan taktik pemasaran serta pe­ ngembangan destinasi pa­ ri­­wisata kini telah mulai dijalankan. Serangkaian penjelasan yang diberikan langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya sejak akhir ta­ hun lalu telah memba­ngun pengertian yang ibaratnya sudah berbentuk square. Mantap untuk di­laksanakan. Dalam manejemen ada adagium: Ka­ lau Anda menginginkan semua, malah Anda bisa akan kehilangan semua. If you want everything, you may get nothing.

4

Jadi, perlu pilihan. Perlu fokus. Perlu mana yang utama. Maka ketika mengexercise pada data kinerja yang dicapai oleh pariwisata Indonesia selama ini, antara lain ditemukan fakta dan pola berikut: Jumlah Kunjungan Wisman Berdasarkan Pintu Masuk Secara Kumulatif 2014 Ngurah Rai = 3.731.735 wisman (39,55%) Soekarno-Hatta = 2.246.437 wisman (23,81%) Batam = 1.454.110 wisman (15,41%) Total jumlah ini = 78,77% dari keseluruhan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Tiga pintu masuk itu tertinggi ­dalam jumlah penerimaan wisman, juga ter­ tinggi dalam jumlah kapasitas pener­ bangan langsung dari luar negeri atau aksesibilitas laut (Batam). Tentu saja itu mencerminkan juga ketersediaan dan kemampuan sarana dan prasarana di masing-masing destinasi tersebut, tergolong lebih lengkap dibanding­ kan daerah destinasi lain. Tiga desti­ nasi tersebut patut dinobatkan sebagai fokus pertumbuhan atau lokomotif penarik daerah destinasi di sekitarnya untuk bergerak maju. Kebijakan baru pemasaran pariwisata Indonesia secara nasional mulai tahun 2015 lalu menen­ tukan tiga fokus dengan model klaster yang dipilih dengan beberapa kriteria disebutkan di atas. Jadi, menurut Menpar Arief Yahya, misalnya destinasi Banyuwangi, bisa bergabung dengan The Great Bali. Jika misalnya destinasi Banyuwangi hen­ dak memasarkan daerah dan produk pariwisatanya, dapat dikombinasikan bersama dengan promosi destinasi dan produk Bali. Kalau pun Banyuwangi hendak memasarkan dengan ‘branding’ khas daerahnya, maka branding itu da­ pat dikombinasikan dibawah endorse­ ment by Wonderful Indonesia. Contoh lain, Jakarta yang punya branding khas daerah dengan tagline Enjoy Jakarta, maka di bawahnya dican­ tumkan teks by Wonderful I­ ndonesia. Jadi, kebijakan baru ini menetap­ kan untuk memperkuat Wonderful ­Indonesia sebagai branding untuk kese­ luruhan destinasi Indonesia. Tiga The Great diarahkan berposisi leading da­ lam pemasaran dan promosi destinasi. Dengan strategi itu diharapkan daerahdaerah di sekelilingnya mau menerima kenyataan untuk berkombinasi dengan pintu masuk utama tersebut. Pasar yang hendak dituju pun diten­ tukan dengan prioritas-prioritas ber­ dasarkan kriteria tertentu seperti hal­ nya dalam menentukan destinasi utama tersebut tadi. Pasar utama dipilah dan


Menteri Pariwisata Arief Yahya

Lima negara tersebut dipastikan se­ bagai lima pasar utama yang disasar ta­ hun 2015 ini dan seterusnya. Jadi, strategi ini dinyatakan ­sebagai pemasaran berdasarkan destinasi priori­ tas dalam konsep 3 Greats yaitu Bali, Jakarta, Batam. Tentu saja negeri Indonesia yang luas dan kaya potensi di bidang pari­ wisata bukanlah terbatas pada tiga ‘The Great’. Dalam konsepsi pengembangan pemasaraan dan pengembangan desti­ nasi pariwisata Indonesia, dalam jangka menengah dan panjang ­pengembangan perwilayahan Indonesia akan terdiri dari 10 ‘The Great’ yang tergambar ­seperti ini:

ditentukan berdasarkan kenyataan ­objektif dari sudut ketersediaan atau kapasitas aksesibilitas langsung dari luar negeri, dan potensi yang mungkin berkembang. Terpilih lima negara yang memberi­ kan jumlah tertinggi kunjungan wis­ man berdasarkan kebangsaan, di tahun 2014 data persisnya seperti ini:

Kembali pada 3 The Great tadi, telah ditentukan sebagai produk utamanya yang akan dipasarkan, proporsinya juga sesuai kebijakan nasional terdiri atas: wisata alam 35%, wisata budaya 60%, dan obyek wisata buatan 5%. Itu ter­ diri dari: wisata bahari, wisata ekologi, wisata heritage dan religi, wisata kota dan desa, wisata MICE dan events, wisata kawasan terpadu, wisata pe­ tualangan, wisata kuliner dan belanja, dan wisata olahraga. Strategi ini mulai ­disosialisasikan ­ketika delegasi ­Indonesia mene­rang­ kannya pada acara media briefing ATF 2015 di Myanmar akhir Januari 2015. Lihat halaman 8

Jumlah Kunjungan Wisman Berdasarkan Kebangsaan 2014 Singapura = 1.519.223 wisman (16,94%) Malaysia = 1.276.105 wisman (14,23%) Australia = 1.098.383 wisman (12, 25%) Tiongkok = 959.231 wisman (10,70%) Total wisman dari lima negara asal wisman ini = 59,55% dari jumlah keseluruhan wisman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya: “Grand strategy kita adalah (mengelola) sustainable growth. Harus bertumbuh terus. Pertumbuhan kita haruslah lebih tinggi dari market. Pertumbuhan pariwisata dunia 4,7 persen, kita 7,2. Jadi, aman terhadap pasar dunia. Tapi penting memperhatikan ­kompetitor yang terdekat. Kita perlu lebih tinggi lagi. “ Ada empat fungsi dalam organisasi ­Kementerian Pariwisata kini. Di struktur

organisasi ada 1 Deputi pengembangan ­pemasaran wisata nusantara, 1 deputi Deputi pemasaran wisata mancanegara, 1 Deputi pengembangan destinasi dan ­industri pariwisata, dan 1 pengembangan kelembagaan. Strategi pemasaran antara lain ber­ konsep DOT, yakni memasarkan Destinasi ­sesuai dengan Originitas (pasar yang tepat) ­dengan memperhitungkan timing yang ­tepat ­(seasonality).

Dan trategi promosi yang sesuai dengan menerapkan proporsi BAS. Anggaran promosi tahun 2015 ini Rp 1 triliun, proporsi penggunaannya 50 persen untuk branding (Wonderful Indonesia), 30 persen melalui advertising dan 20 persen mendukung kegiatan selling. “Kalau hendak pergi mengikuti pameran, akan saya tanyakan (terlebih dulu), targetnya siapa?” ujar Menteri.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

5


utama

Dukungan Lintas Kementerian untuk Pembangunan dan Pengembangan Destinasi

P

ada sisi pengembangan desti­ nasi, dengan wajah gembira Menpar Arief Yahya juga mengumumkan bagaimana usulan-usulan yang diajukan oleh Ke­ menterian Pariwisata kepada kemente­ rian lintas sektoral, telah memperoleh respons yang cepat. Yaitu yang berke­ naan dengan apa saja yang dibutuhkan dan diharapkan, untuk bisa dilaksana­ kan di daerah-daerah destinasi yang dipandang sebagai prioritas untuk dilaksanakan. Yang jelas dibutuhkan pembangunan atau pengembangan ­sarana dan prasarana. Surat dari Menhub Nomor UM.208/24/8 PHB 2014 Tanggal 24 Desember 2014 kepada Kementerian Pariwisata, menyatakan di enam KSPN akan dilaksanakan pembangunan dan peningkatan fasilitas di tahun 2015– 2019. Yaitu terdiri atas: Peningkatan Fasilitas Dermaga Simanindo (KSPN Toba); Peningkatan Fasilitas Dermaga TN Tanjung Putting (KSPN Tanjung Putting); Pengembangan Bandara Mata­ hora (KSPN Wakatobi); Pengembang­ an Pelabuhan Labuan Bajo (KSPN Komodo); Pengembangan Pelabuhan

6

Maumere (KSPN Ende-Kelimutu); Pengembangan Fasilitas Pelabuhan di Waisai (KSPN Raja Ampat). Surat dari Menteri BUMN telah mengkonfirmasi akan ­dilaksanakannya mulai 2015 ini:delapan kegiatan du­ kungan langsung terhadap program bidang pariwisata, yaitu: Pembangun­ an fasilitas cruise ship international di Pelabuhan Kuala Tanjung (KSPN Toba dskt.); Pengerukan alur Pelabuh­an Kumai (KSPN Tanjung Puting dskt.); Peningkatan Terminal penum­pang di Pelabuhan Sorong (KSPN Raja Ampat dskt.); Peningkatan kapasitas dermaga Tanjung Priok untuk kapal pesiar dan Peningkatan Pelabuhan Sunda Kelapa (KSPN Kota Tua-Sunda

Kelapa dskt.); Pengembangan Pelabuh­ an Benoa (KSPN Kuta-Sanur-Nusa Dua); Pengembangan Pelabuhan Ce­ lukan Bawang (KSPN Menjangan-Pe­ muteran); Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Pengerukan alur Pelabuhan Tanjung Perak (KSPN Bro­ mo Tengger Semeru) dan Pengerukan alur Pelabuhan Tanjung Emas (KSPN Borobudur). Keseluruhan kegiatan itu akan dilaksanakan oleh PT Pelindo. Adapun dukungan dari ­Kementerian PU dan PERA untuk pelaksanaan di tahun 2015–2019, tercantum di da­ lam Renstra Kementerian PU: Jalan Tol Medan-Kualanamu; Pembebasan lahan untuk konstruksi HGH Suma­ tera (Palembang Indralaya, Medan

Tahun 2013 daya saing pariwisata Indonesia urutan 70 dari 140 negara di dunia. Bottom three : 3 faktor dengan urutan daya saing terendah :

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

infrastruktur pariwisata, infrastruktur ICT, kebersihan dan kesehatan

Top Three : 3 faktor dengan urutan daya saing tertinggi :

Sumberdaya alam Prioritas kepariwisataan Daya saing harga


Sumber : World Economic Forum (WEF), 2013

Binjai, Pekanbaru Kandis Dumai dan Bakauheni Terbanggi Besar); Pemba­ ngunan jalan mendukung KSPN di Bangka Belitung; Pembangunan fly over di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Banda Aceh, Kepulauan Riau, Lampung dan Sumatera Barat; Jem­ batan Musi III; Penyelesaian Jalan Tol Trans Jawa; Pembangunan Jalan Tol Non trans Jawa; Pembangunan jalan arteri sejajar JORR; Akses Dry port; Akses Bandara Juanda; Pembangunan Jalan Pantai Selatan Jawa (Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur); Pem­ bangunan Jalan lintas tengah Kaliman­ tan Nangapinoh—Tumbang—Samba (Kalimantan Barat dan Tengah); Akses Pelabuhan Pelaihari; Pembangunan Jalan Paralel perbatasan Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat, Timur dan Utara); Pembebasan lahan ­untuk konstruksi Tol Manado Bitung; Jalan Lingkar Perkotaan Pontianak; Pemba­ ngunan Jalan Palu Parigi; Pembangun­ an Jalan Mendukung KSPN Toraja; Pembangunan Manado By Pass; Pem­ bangunan Mamuju Arterial Road; Pembangunan Jalan Middle Ring Makassar; Pembangunan Jalan By Pass

Maminasata, KSPN Toraja dskt; Pem­ bangunan jalan di lintas Provinsi NTT (Labuan Bajo & poros tengah NTT); Pembangunan jalan Kota Singaraja; Pembangunan Jalan lintas NTB; Pem­ bangunan Western Ring Road Tahap II (Bali); Pembangunan mendukung Pelabuhan Arar; Pembangunan Lintas Utara Papua Barat dan Pembangunan Lingkar Halmahera. Pelaksanaan pembangunan baru atau pengembangan sarana prasarana yang segera akan menjadi kenyataan itu, tentu pula membayangkan proyeksi ke depan di mana faktor infrastruktur yang mendasar dan berkaitan langsung dengan pariwisata daerah, sebagian akan teratasi. Infrastruktur selama ini menjadi salah satu kendala yang dirasa­ kan di banyak daerah destinasi. Maka, dengan proyeksi di masingmasing daerah, dan sesuai dengan ­sumber-sumber dan potensi yang di­ miliki masing-masing daerah, ­pemda yang bersangkutan tentu perlu mengambil ­inisiatif sebagai ‘leader’ di daerah, membuat rencana bersama mengembangkan pariwisata, ­dengan perencanaan strategis berjangka 3–5 ta­

hun. Tentulah terkait langsung dengan rencana pengelolaan dan pemanfaa­ tan ­sarana dan prasarana yang diban­ gun oleh masing-masing Kementerian tersebut tadi. Sebagai satu proyeksi, manakala dilaksanakan pembangunan yang me­­­ningkatkan fasilitas dermaga di ­Simanindo, salah satu desa dan obyek wisata di pantai Pulau Samosir, Danau Toba. Itu akan memberi ‘kenyamanan’ yang wajar bagi turis saat turun atau hendak naik kapal boat. Tapi di pantai kota Parapat, tam­ pak perlu perbaikan-perbaikan der­ maga, dan itu rasanya bisa ditangani oleh pemda dan masyarakat setempat. Terbangunnya sarana prasarana yang berkualitas oleh pemerintah pusat, mestinya membawa dampak psikolo­ gis bagi masyarakat daerah untuk mau lebih maju. Dan demikianlah seterus­ nya. Lalu, pemda dan pelaku bisnis pariwisata seyogianya akan lebih ‘PD’ (percaya diri) untuk mempromosikan dan menjual wisata Danau Toba ke Malaysia, Singapura hingga ke Eropa. Mengapa? Produk dan pelayanannya di destinasi daerah semakin berkualitas. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

7


Menteri Pariwisata Arief Yahya dan para Menteri Pariwisata dan/atau yang mewakili dari kesepuluh negara anggota ASEAN dan mitra utama hadir pada jumpa pers ATF 2015

Menggarap ASEAN pun

dengan BAS

C o n t o h P e n e t r a s i Pa s a r S i n g a p u r a

P

residen Joko Widodo telah menetapkan target kepada Kementerian Pariwisata un­ tuk mendatangkan 20 juta kunjungan internasional pada 2019, dan pendapatan negara sebesar Rp 240 triliun. Selama tahun 2014 sebanyak 9,44 juta wisatawan mancanegara da­ tang ke kepulauan Nusantara. Tahun 2015 optimis akan tercapai 10 juta kunjungan internasional. Untuk men­ capai target-target tersebut, kini difor­ mulasikan tiga strategi baru mempro­ mosikan pariwisata Indonesia, yakni Branding, Advertising, dan Selling, atau disingkat BAS. Dengan BAS, Indonesia ­membagi target pencapaian 50% dari pasar wisatawan Asia Tenggara, 30% dari negara-negara Australasia (Cina, Jepang, Korea Selatan dan Australia), dan 20% dari pasar negara-negara ­Eropa atau longhaul. Perjalanan wisata intra-ASEAN berkontribusi 53% terhadap total kun­

8

jungan internasional di kawasan Asia Tenggara. Bagi pariwisata Indonesia, 40% dari total kunjungan internasio­ nal berasal dari wisman intra-ASEAN. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan,”Kami akan memperkuat brand ‘Wonderful Indonesia’ dan akan ditindaklanjuti dengan pengiklanan dan penjualan yang taktis melalui ber­ bagai macam kegiatan misalnya travel mart.”

Kenapa ASEAN?

Selain melihat pertumbuhan tren perjalanan di dalam kawasan, pertum­ buhan moda transportasi udara ber­ biaya terjangkau atau low cost carrier te­ lah sukses menghubungkan masyarakat di negara-negara di kawasan Asia Teng­ gara menuju hampir seluruh wilayah di dalam kawasan. Ketersediaan dan kesiapan armada full service dan LCC telah membuka semakin banyak dan luas keterhubungan antardaerah dan antarnegara dalam kecepatan yang tidak

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

pernah terbayangkan sebelumnya. Warga negara dan residen di Singa­ pura dan Malaysia begitu mudah bolakbalik ke berbagai tujuan di ­Indonesia baik untuk urusan pekerjaan, bisnis maupun berwisata. Begitupun sebalik­ nya. Khusus bagi Indonesia, Singapu­ ra dan Malaysia, warga negara dan residen­nya menjadi pasar bagi masingmasing negara yang menggerakan per­ ekonomian dari pergerakan manusia dan barang terutama dalam industri perjalanan dan wisata. Ketersediaan aksesibilitas langsung yang memadai, perkembangan infra­ struktur dan teknologi yang memper­ mudah perjalanan, dan mengenal kebiasaan dan budaya antarbangsa di negara-negara Asia Tenggara khusus­ nya di antara Indonesia, Malaysia dan Singapura, maka pasar perjalanan singkat (short haul) menjadi prioritas Indonesia untuk mencapai target kun­ jungan internasional 20 juta wisatawan pada tahun 2019. Meskipun demikian,


dengan media lokal dan internasional di MICC 1, Nay Pyi Taw, Myanmar.

sumber-sumber pasar lainnya seperti Asia, Australia dan Eropa bukan berarti diabaikan. Wisatawan intra-ASEAN pada ke­ nyataannya tinggal di destinasi tidaklah selama durasi wisatawan dari perjalanan jauh dari Eropa misalnya. Tetapi me­reka akan lebih banyak ­memilih menginap di hotel, menghabiskan uangnya untuk berbelanja mulai dari pusat perbelan­ jaan hingga pedagang kaki lima dan ­jajan di restoran, rumah makan hingga ke pusat penjualan oleh-oleh. Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Tazbir, menjelaskan lebih lan­ jut, “Banyak macam kegiatan promosi akan dilakukan. Sekarang ini, kita akan memperbanyak even di perbatasan dulu seperti di Batam. Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina adalah target pasar utama Asia Tenggara bagi Indo­ nesia. Disusul negara-negara Asia lain, yakni Cina, Korea Selatan, dan Jepang. Aplikasi promosinya tidak melihat apakah itu pasar ASEAN atau Ero­ pa, tetapi budgetnya mungkin akan berbeda-beda. Untuk pasar ASEAN akan lebih besar. Komposisi dan kom­ ponen budget promosi, branding—­ advertising—selling, setiap pasar sama, yakni 50:30:20.” Sekarang ini, kegiatan pemasaran pariwisata Indonesia akan difokuskan dengan promosi tiga cluster destinasi:

Busorah St. salah satu melting point warga dan wisman 24/7 di pusat Singapura. Destination marketing dan special show akan menjaring warga negara, residen, dan wisman yang berada di Singapura. Singapura tetap menjadi hub utama di kawasan Asia Tenggara.

kan industri serta SDM pariwisatanya. Sedangkan untuk mengembangkan pariwisata di kawasan Indonesia timur akan diselenggarakan even-even.

Educate the consumer

Sulaiman Shehdek Country Manager VITO Singapore

Greater Batam meliputi pintu masuk Batam dan Bintan (Kepri), Medan (Sumatera Utara), dan Padang (Suma­ tera Barat); Greater Jakarta meliputi Jakarta dan Bandung hingga ke Sema­ rang; Greater Bali meliputi Bali hingga Lombok. Di cluster Greater Batam, wisatawan asal Singapura ke Batam dan Bintan mencapai sekitar 61–67% dan 15% da­ tang dari Johor Bahru, Malaysia. Wis­ man yang datang ialah warga ­Singapura dari etnis Tionghoa, Melayu, dan India serta ekspatriat yang bekerja dan ber­ domosili di sana. Di Medan, 21% wis­ man datang dari Malaysia. Kementerian Pariwisata telah mem­ bentuk Tim Promosi Pariwisata (TPP). Selama 2015, pemerintah akan men­ dorong pemerintah di 16 destinasi yang menjadi prioritas untuk segera mem­ bangun infrastruktur dan mempersiap­

Wisman dari Singapura ke ­Indonesia sampai dengan November 2014 ter­ catat 1.326.746 atau naik 10,87% dari 2013. Capaian tersebut salah satunya disumbangkan dari kunjungan rom­ bongan anak-anak sekolah. Kunjungan dari Singapura diharapkan meningkat 20% pada tahun ini. Sulaiman Shehdek, Country Mana­ ger VITO Singapore menceritakan, susah sekali meyakinkan pihak sekolah di Singapura membawa field trip ke In­ donesia tiga tahun lalu. Sekarang, 30 hingga 40 grup field trip dari sekolahsekolah di Singapura datang ke Jogja setiap tahun. “They already trusted Indonesia. We can handle the program in Indonesia. Previously, they are very worried. Now, I can see the contribution of the increased Singaporean by double digit. In terms of the tourism, yang paling ramai ke Singa­ pore orang Indonesia dan paling ramai ke Indonesia orang Singapore. Singa­ pore tourists juga sudah tidak terganggu lagi dengan isu keamanan. Mereka sudah berani booking via ­online, tidak perlu travel agent lagi. Contohnya ke

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

9


Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Tazbir (tengah), Deputy Director for ASEAN Rita Sofia (kiri), dan Sulaiman Shehdek, Country Manager VITO Singapore (kanan), saat presentasi dan menjawab pertanyaan dari media pada sesi Briefing Media Indonesia NTOs ATF 2015.

­ andung, mereka cenderung tidak B ­harus melalui travel agent lagi seka­ rang,” Sulaiman menerangkan. Dia ingatkan pula, tipikal turis dari Singapura masih sama. Mereka akan tinggal di Indonesia paling lama 4 malam. Mereka tidak akan pergi ke 2 hingga 3 kota sekaligus dalam sekali perjalanan. Kalaupun ada kombinasi tujuan, itu hanya terjadi untuk Solo dan Jogja serta Jakarta dan Bandung. Tapi mereka tidak akan mengkombi­ nasikan tujuan Jakarta dengan Bali, atau Surabaya dengan Jakarta. Masyarakat di Singapura, terutama yang bekerja, hanya dapat jatah cuti 14 hari dalam satu tahun. Mereka menyim­ pan cuti itu untuk berwisata long haul misalnya pergi berlibur ke Korea selama 7 hari atau ke Europa selama 15 hari. Mereka akan memanfaatkan libur akhir pekan atau akhir pekan panjang dengan berwisata ke Malaysia dan I­ ndonesia. Orang Singapura sudah tahu ­branding dan image Indonesia. Yang diperlukan kini adalah destination marketing drive. Tingkat pendidikan di Singapura sudah tinggi. Mereka akan mencari informasi sebanyak-banyaknya dari semua ben­ tuk media yang ada, terutama melalui situs di internet, mengenai destinasi yang dituju sebelum pergi. Destination marketing sebagai salah satu cara mengedukasi konsumen secara langsung yang di dalamnya diisi ma­ teri-materi yang ditawarkan oleh suatu destinasi. Misalnya tajuk ­Bandung City

10

of Shopping. Maka dimuatlah semua informasi tentang perbelanjaan, tem­ pat-tempat menikmati kuliner khas Bandung, juga obyek-obyek alam yang menarik dan mesti dikunjungi saat ke Bandung seperti Tangkuban Parahu atau Kawah Putih. Tajuk Jogja City of culture, selain menampilkan Candi Borobudur dan Prambanan, perlu diinformasikan juga kepada wisatawan bisa mencicipi makanan khas Jogja seperti gudeg di mana, belanja di mana, obyek-obyek wisata alam dan budaya yang menarik di mana dan seterusnya. Destination marketing ini bukan ha­ nya menyasar warga negara Singapura, tetapi juga kepada 1,5 juta ekspatriat yang berdomisili di Singapura. Kepada mereka, penyelenggaraan special show akan lebih efektif. Dalam menjaring wisman asal Singa­ pura, promosi akan difokuskan ter­ utama ke daerah-daerah yang memiliki akses langsung dan dilayani penerbang­ an langsung. Bukan berarti mengabai­ kan daerah lain tetapi kita mesti ingat rata-rata masa tinggal short haul antara 3 sampai 4 malam. Umumnya mer­ eka akan pergi ke destinasi-destinasi ­dengan penerbangan langsung dan lama perjalanan di darat tidak lebih dari 4 jam. Selain memaksimalkan pariwisata per­batasan, kita mesti bisa memak­ simalkan kedatangan ke ketiga belas pintu yang telah dilayani penerbangan

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

langsung itu diantaranya Bandung, ­Semarang, Yogyakarta, dan Lombok. Selama tahun 2014, VITO Singapu­ ra turut membantu pemda dan indus­ tri dari Indonesia berpartisipasi dalam beberapa even besar di Singapura. Dua kali NATAS Fair (di bulan Februari dan Agustus), ADEX Dive show, dan ITB Asia pada bulan Oktober. Dari Singapura, biro perjalanan wisata dan media dikirimkan untuk hadir di travel mart dan famtrip. Para travel agent dari Singapura hadir di ­Jogja Travel Mart, Borobudur Travel Mart, Jawa Barat Travel Mart di Bandung, Majapahit Travel Mart di Jawa Timur, dan Celebes Travel Mart di Makassar ­jelang akhir tahun lalu. Bekerja sama dengan Tigerair melak­ sanakan famtrip bagi travel agent dan media ke Bandung. Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengundang pe­ rusahaan perjalanan dan media dari Singapura mengunjungi Kota Suraba­ ya dan Gunung Kelud. Dan bulan No­ vember enam orang media online dan off l ine diajak mengunjungi Semarang, Jepara dan Karimun Jawa. Destinasi-destinasi di Indonesia di­ harapkan mengalokasikan lebih ­banyak waktu dan tenaga untuk mensosiali­ sasikan pariwisata terutama kepada mereka yang berhubungan langsung dengan industri yang menjual jasa ini. Sosialisasi lebih intens masih diperlu­ kan kepada para sopir taksi, penarik becak, restoran dan lain-lain. n


Sertifikasi

Gerakan Akselerasi Sertifikasi Tenaga Kerja Pariwisata, dicanangkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya di Balairung Kementerian Pariwisata, Jakarta, pada 4 Desember 2014.

Perlu Dipercepat, Memasuki

ASEAN Economic Community

P

rapeluncuran atau soft ­opening dilaksanakan oleh Kemente­ rian Pariwisata demi mem­ percepat ­sertifikasi tenaga kerja bidang pariwisata bersiap me­ masuki persaingan terbuka antarang­ gota ­ASEAN yang segera memberla­ kukan AEC (ASEAN Economic Community) akhir tahun 2015 ini. Disebut ‘gerakan’, apalagi ­bertujuan

‘akselerasi’, diharapakan mendapat perhatian khusus dari para pemda dan stakeholders pariwisata. Memang, menurut ­Menteri, biaya rata-rata un­ tuk sertifikasi bidang pariwisata per orang sekitar Rp 1,2 juta. Anggaran yang tersedia di Kemenpar memang relatif terbatas. Tapi, bagusnya, Badan Nasional Ser­ tifikasi Profesi menyiapkan anggaran

Rp 165 miliar untuk mempercepat ser­ tifikasi kompetensi, sehingga secara ke­ seluruhan ditargetkan 120 ribu tenaga kerja terampil berbagai bidang diserti­ fikasi setiap tahun hingga tahun 2019. Itu mencakup 12 sektor prioritas, di dalamnya termasuk antara lain sektor pariwisata dan penerbangan. Khususnya bidang pariwisata, saat peluncuran gerakan tersebut Menpar Arief Yahya menguraikan beberapa kegiatan dan program. Yaitu:

4Membuat komitmen bersama de­ ngan industri untuk menggunakan dan menerapkan standar kompetensi yang sama yaitu ASEAN Common Compe­ tency Standards for Tourism ­Professionals (ACCSTP) yang telah disepakati dan diakui dalam ASEAN MRA (Mutual Recognition Agreement) for Tourism

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

11


Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Langsung pada Bidang Pariwisata

Pro­fessionals bagi industri pariwisata bidang hotel, restoran dan perjalanan wisata.

Jumlah tenaga kerja

% dari total tenaga kerja

China

22,780,000

3.00

India

22,320,000

4.90

Indonesia

3,042,500

2.70

Thailand

2,563,000

6.60

4Pemerintah bersama-sama dengan

Viet Nam

1,899,000

3.70

LSP pihak ketiga, industri perhotelan dan perjalanan melaksanakan uji kom­ petensi dan merekomendasikan indus­ tri menjadikan tempat usahanya seba­ gai Tempat Uji Kompetensi (TUK).

Philippines

1,226,500

3.20

1,447,000

2.30

4Diseminasi secara intensif mengenai program sertifikasi kompetensi tenaga kerja kepada seluruh LSP Pariwisata, industri perhotelan dan perjalanan dan Dinas Pariwisata Daerah di provinsi, kabupaten dan kota.

4Menyarankan kepada pemilik dan manajemen seluruh industri pariwisata khususnya bidang hospitality dan per­ jalanan untuk memiliki sertifikat kom­ petensi kepada karyawan sesuai dengan amanah Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 53 ­tahun 2013 tentang standar usaha hotel, bahwa untuk tahap awal hotel wajib minimal 50% karyawannya memiliki sertifikat kompetensi.

4Mengembangkan Standar Kompe­ tensi Kerja Nasional Indonesia ­(SKKNI) dan Materi Uji Kompetensi (MUK) bersama dengan LSP dan ­industri. 4Mendorong seluruh Lembaga Pen­ didikan dan Pelatihan pariwisata da­ lam menyusun kurikulum agar meng­ gunakan referensi CATC, Kurikulum Pariwisata Berbasis Kompetensi dan ACCSTP. Peluncuran gerakan itu dihadiri bersama dengan pihak Kementerian Ketenagakerjaan, BNSP (Badan Nasio­ nal Sertifikasi Profesi), berbagai asosia­ si bidang pariwisata serta pelaku pari­ wisata dari pemerintahan dan swasta. Sebelumnya, Kementerian Pariwisa­ ta dan Ekonomi Kreatif telah menun­ juk dan menetapkan 17 Lembaga Ser­ tifikasi Usaha bidang Pariwisata yang dapat segera melaksanakan sertifikasi usaha pariwisata secara independen,

12

Negara

Japan

Malaysia

881,000

6.70

Cambodia

735,000

8.90

Republic of Korea

619,000

2.50

Myanmar

338,500

1.20

Singapore

147,000

4.30

Lao PDR Brunei Darussalam

119,500

4.00

5,000

2.40

Sumber: WTTC, 2014

tidak dapat diintervensi oleh siapapun dan tidak memerlukan izin dari peme­ rintah namun tetap melaporkan pelak­ sanaan kegiatan. Ke-17 lembaga tersebut yaitu: PT. Sucofindo International Certification Service, Jakarta; PT. Sai Global Indone­ sia, Jakarta; PT. Mutu Indonesia Strate­ gis Berkelanjutan, Jakarta; PT. Sertifin­ do Wisata Utama, Semarang; PT. Karsa Bhakti Persada, Bandung; PT. Megah Tri Tunggal Mulia (National ­Hospitality Certification), Surabaya; PT. Tribina Jasa Wisata, Jakarta; PT. Graha Bina Nayaka, Jakarta; PT. El John Prima In­ donesia, Jakarta; PT. Adi Karya Wisata, Yogyakarta; PT. Indonesia ­Certification Services Management, Jakarta; PT. Ser­ tifikasi Usaha Pariwisata Indonesia, Jakarta; PT. Bhakti Mandiri Wisata In­ donesia, Yogyakarta; PT. Tuv Rheinland Indonesia, Jakarta; PT. Mutuagung Les­ tari, Jakarta; PT. Enhai Mandiri 186, Bandung; dan PT. Sertifikasi Usaha Pariwisata Nasional, Denpasar. Kemenparekraf mengumumkan pe­ne­tapan tersebut di Jakarta pada 10/9/2014. Memang masih terpusat

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

di Jawa dan Bali, maka daerah-daerah lain diharapkan berupaya ­mengadakan lembaga-lembaga serupa, demi me­ ningkatkan kualitas profesi dan ­usaha pariwisata agar merata ke semua ­daerah-daerah destinasi wisata. Kementerian Pariwisata sendiri telah sejak 2007 hingga 2014 mengeluar­ kan Sertifikasi, melalui program serti­ fikasi yang telah dilaksanakan, kepada sebanyak 64.127 tenaga kerja bidang pariwisata. Itu mencakupi antara lain bidang hotel dan restoran, spa, Biro Perjalanan Wisata, MICE, tour ­leader, Jasa Boga, maupun wisata minat khu­ sus seperti arung jeram dan selam. Jumlah tenaga kerja yang telah menda­ pat setifikat ini jauh di atas target yang ditetapkan untuk akhir 2014 sebanyak 50 ribu tenaga kerja pariwisata. Dalam hal penetapan standar kom­ petensi, sejak 1998 Indonesia men­ jadi lead country dalam ­pengembangan SDM Pariwisata ASEAN. Standar kompetensi SDM pariwisata tingkat ASEAN (ACCSTP) sebagian besar adalah standar yang diterapkan di In­ donesia. Selain itu Indonesia juga di­ tunjuk sebagai Sekretariat Regional yang memfasilitasi implementasi dari MRA (Mutual Recognition Arrange­ ment/MRA) tenaga kerja profesional pariwisata di kawasan ASEAN. Di Indonesia sendiri, penyerapan tenaga kerja pariwisata mencapai 10,18 juta orang atau 8,9% dari total jumlah perkerja nasional atau sektor pencipta tenaga kerja terbesar keempat yang ter­ catat tahun 2013. Menurut World Economic Forum (WEF), 2013, daya saing sumber daya manusia di antara anggota ASEAN, ­Indonesia berada di peringkat 61. Maka ini perlu ditingatkan lagi. Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Community (AEC) mulai berlaku efektif di akhir tahun 2015. Pariwisata ASEAN nantinya men­jadi single destination yang akan mendorong lebih banyak lagi wisatawan dari kawasan ASEAN ke Indonesia. n


Ringkas AKSESIBILITAS

Akan Tambah, ke Malaysia dan Bangladesh Tahun

2015 ini Sriwijaya Air bersiap untuk meng­ hitung dan menata perencanaan membuka rute regional lain, seperti Malaysia, dan Bangladesh. Rute tersebut dapat menyumbangkan keseimbangan pendapatan dalam ­bentuk dolar Amerika yang saat ini sedang melangit di mata ­rupiah, kata Chandra Lie, Dirutnya dalam keterangan tertulis ­kepada Tribun Jateng. Operator ­penerbangan ini sejak tahun 2014 te­ lah me­lakukan bisnis charter mengangkut wis­ man dari ­Tiongkok ber­ tujuan Bali. Tahun 2015 Sriwijaya mendatangkan 13 pesa­ wat Boeing 737-800 NG, tiga diantaranya tiba pada akhir tahun 2014. n

Maskapai Penerbangan pun Berhati-hati LCC AirAsia berbasis di Malaysia, terbesar di kawasan ini, mengakui laba bersih kuartal ketiga di tahun 2014 anjlok 85 persen terutama disebabkan oleh aspek biaya yang lebih tinggi. Laba bersih untuk kuartal yang berakhir 30 Septem­ ber adalah 5,4 juta ringgit Malaysia, sedangkan pendapatan meningkat 3,1 persen menjadi 1,32 miliar ringgit.

Thai AirAsia di Thailand membukukan kerugian k­ uartalan kedua berturut-turut, karena turbulensi situasi politik yang berlangsung di Thailand, di mana industri

pariwisata terpukul setelah terjadinya kudeta bulan Mei. AirAsia menyatakan, “Sebagian besar penerbangan lain di sekitar wilayah ini menghadapi periode yang penuh tan­ tangan dan merekam penampilan buruk”. Garuda Indonesia pada semester I tahun 2014 berhasil meraih pendapatan operasi (operating revenue) sebesar USD 1.738,4 juta, meningkat sebesar 0,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD 1.725,4 juta. Namun mengingat ekonomi belum pulih, serta Garuda dan Citilink sedang melakukan investasi be­ sar, itu juga menekan profit perusahaan, maka pada semes­ ter I tahun 2014 Garuda mengalami kerugian sebesar USD 211,7 juta. Tingkat kehati-hatian tinggi bagi maskapai ­penerbangan di dunia, ialah melalui kebijakan penghentian langsung ­operasi pada rute-rute yang mengalami rugi. Sangat di­ anjurkan pada pemda dan pemangku kepentingan pari­ wisata, ketika sekali operator membuka rute penerbangan luar negeri, agar memberi perhatian dan membuka kerja sama menarik atau mendorong jumlah penumpang pener­ bangan. n

Airlines Memang Mengharapkan Outbound Maskapai

Oman Air merintis penerbangan rute dari Muscat ke Jakarta, mulai 12 Desember 2014 tiga kali se­minggu, tetapi ­mulai Januari 2015 menjadi ­empat kali seminggu. Di­ gunakannya pesawat Airbus 330s. Memang, airlines ini ber­terus terang bahwa alasan pihaknya membuka trayek ter­sebut lantaran Indonesia adalah pasar yang potensial, ­terutama untuk rute penerbangan menuju ke kawasan Timur Tengah. Tak ada yang salah dalam hal itu. Tapi, sekalipun alasannya demikian, yakni mengharap­ kan penumpang outbound dari Indonesia, maka akan ter­ gantung pada aktivitas pelaku bisnis pariwisata inbound Indonesia, apakah mau mengoptimalkan ketersediaan aksesibilitas itu bagi upaya memasukkan turis dari Timur Tengah ke Indonesia. Potensi pasar wisatawan untuk desti­ nasi seperti Indonesia, di sana, juga lumayan besarnya. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

13


Dari Mengikuti ATF 2015:

Destinasi Wisata Tunggal,

Pembangunan Pariwisata Bertanggung jawab dan Berkelanjutan di ASEAN

A

ngka kunjungan wisatawan internasional di kawasan Asia Tenggara tahun 2014 sementara menunjukkan 97,2 juta wisatawan. Kunjungan itu tumbuh sebesar 3% dari 2013. Kunjungan wisatawan internasional ke kawasan ASEAN Plus Three (APT)— ASEAN plus Cina, Jepang dan Korea Selatan —menunjukkan 241 juta sela­ ma tahun 2014 atau meningkat 6,9% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, 66 persen dari total kunjungan berasal dari negara-negara di kawasan APT. Parjalanan intra-APT telah menjadi sumber utama pertumbuhan pariwisa­ ta di kawasan ini. Hal serupa juga ter­ jadi di kawasan Asia Tenggara. ASEAN Open Skies Agreement telah membantu mempertahankan perjalanan intra ASEAN sebagai sumber utama pertum­ buhan pariwisata dengan jumlah keda­ tangan 28,05 juta atau 53% dari total wisatawan mancanegara yang mengun­ jungi negara-negara anggota ASEAN. ASEAN Tourism Forum (ATF) ke34 dimulai pada 22 Januari 2015 di Myanmar International Convention Centre (MICC) 1 di Nay Pyi Taw, ibukota Myanmar. Para menteri pari­ wisata ASEAN dan National Tourism Organizations (NTOs) bersidang da­ lam serangkaian pertemuan sejak 22

14

Presiden Myanmar Thein Sein membuka ATF 2015 pada 26 Januari 2015 di Nay Pyi Taw, Myanmar.

sampai 26 Januari membahas berbagai isu pariwisata di wilayah ASEAN ber­ sama-sama dengan negara-negara mi­ tra utama ASEAN, Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Pertemuan ke-41 Organisasi Pari­ wisata Nasional ASEAN (NTOs) me­ nandai awal even pariwisata tahunan terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sekitar 300 delegasi termasuk menteri pariwisata dan pejabat NTOs hadir da­ lam acara yang diadakan di Myanmar untuk pertama kalinya.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

The 18th Meeting of ASEAN Tourism Ministers

Pertemuan Tingkat Tinggi ­Menteri Pariwisata ASEAN ke-18 pada 25 ­Januari 2015 di Nay Pyi Taw, Myan­ mar dipimpin oleh Menteri Hotel dan Pariwisata Myanmar, U Htay Aung. Dalam sidang itu para Menteri Pari­ wisata ASEAN mengakui kemajuankamajuan yang telah dicapai dalam mempromosikan dan memasarkan pariwisata ASEAN melalui situs di in­ ternet, pemasaran melalui media sosial,


Menteri Pariwisata Arief Yahya (duduk, nomor tiga dari kiri) berfoto bersama delegasi Indonesia saat mengunjungi stan Indonesia pada ATF 2015.

hubungan masyarakat (PR) dan kemi­ traan dengan sektor swasta dan pusatpusat ASEAN (ASEAN Center). Hasil dari pertemuan tersebut di antaranya akan melanjutkan mening­ katkan promosi melalui situs Pariwisa­ ta ASEAN (www.aseantourism.travel), situs-situs resmi pariwisata negara­negara anggota ASEAN, situs Sina ­Weibo (www.dongnanya.travel), ‘Kam­ panye Cinta’ pada Travel Channel untuk Pacific Asia Travel Association (PATA), dan kegiatan-kegiatan bertema ASEAN untuk ASEAN selama 2015–2016. ASEAN-China Center, ASEAN-Ja­ pan Center, dan ASEAN-Korea Center telah menunjukkan dukungan tanpa henti mempromosikan pariwisata di Asia Tenggara selama ini. Kegiatan yang dilakukan oleh Badan Promosi Pariwisata ASEAN (ASEAN Promo­ tional Chapters for Tourism/APCTs) di Sydney, Australia dan Mumbai, India

pada 2014 untuk mempromosikan pariwisata di negara-negara anggota ASEAN melalui partisipasinya dalam pameran industri perjalanan, festival makanan, dan acara networking dinya­ takan sukses. Organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan mengambil kesem­ patan mempromosikan kawasan ini se­ bagai destinasi tunggal. Sejumlah bro­ sur telah didistribusikan ke Amerika Serikat, Cina, dan Jepang. Sedangkan ke pasar Eropa, ASEAN telah memulai negosiasi putaran pertama untuk mem­ buka kesempatan membuat perjanjian open sky antara ASEAN dan Uni Eropa. Pembicaraan tersebut diyakini akan menimbulkan minat yang kuat dari kedua belah pihak. Sebab perjanjian keterbukaan wilayah udara akan mem­ permudah lalu lintas masyarakat dari kedua kawasan tersebut. Para menteri juga mencatat kemajuan

dalam mengembangkan produk wisata berbasis alam, termasuk pengembangan Rencana Strategis Ekowisata ASEAN, dan telah menugaskan para pejabat se­ nior untuk menyelaraskannya dengan ATSP baru 2016–2025. Dari hasil pe­ nelitian berjudul ASEAN Culture and Heritage Tourism Product Development in ASEAN Member States muncul be­ berapa rekomendasi dan para pejabat itu juga diminta untuk berkonsultasi dengan sektor swasta dan mengadakan famtrip bagi operator tur dan penulis perjalanan. Selain itu, semua menyambut baik berbagai upaya mengembangkan pro­ duk pariwisata berbasis sungai, ter­ masuk hasil dari The 3rd Experts Group Meeting on ASEAN-Japan Cruise Pro­ motion Strategy yang diselenggarakan pada 27–28 Februari 2014 lalu di Kuala Lumpur, Malaysia, dan bantuan teknis dari UNWTO mengenai pari­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

15


Menteri Arief Yahya berbincang dengan industri pariwisata peserta delegasi Indonesia. Beberapa peserta travex dari Indonesia di luar stand juga turut hadir.

wisata berbasis sungai. ASEAN juga memelopori majalah digital bulanan (e-newsletter) ASEAN Cruise News. Berbagai informasi dise­ diakan untuk memahami pasar Asia Tenggara dan beragam produk pesiar untuk memperkuat penjualan produkproduk pesiar di kawasan ini.

The 14th Meeting of ASEAN Plus Three Tourism Ministers

Terkait dengan pelaksanaan Perte­mu­ an Tingkat Tinggi Menteri Pariwisata ASEAN ke-18 (M-ATM), Pertemuan Tingkat Menteri Pariwisata ASEAN Plus Three (Cina, Jepang, dan Korsel) ke-14 diadakan menjelang pembukaan resmi ATF 2015 pada 26 Januari. Pertemuan antara ASEAN ­dengan mitra-mitra utamanya dipimpin oleh Menteri Hotel dan Pariwisata ­Myanmar, U Htay Aung, dan Wakil ­Ketua Admi­nistrasi Pariwisata ­Nasional ­China, ­Du Yili. Sebelumnya pada 24 Januari, ­telah diselenggarakan The 26th ­Meeting ASEAN Plus Three (APT) ­National Tourism Oraganisations. Pada pertemuan tersebut para menteri mendorong ketiga negara mitra utama ASEAN itu terus mendukung Kemi­ traan Konektivitas ASEAN Plus Three yang dinyatakan oleh para pemimpin negara APT pada 2012 silam dalam rangka meningkatkan konektivitas di kedua wilayah.

16

Organisasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara akan mengambil kesempatan mempromosikan kawasan ini sebagai destinasi tunggal. Beberapa hasil lainnya juga dicapai dalam pertemuan tersebut. Para Men­ teri Pariwisata ASEAN sepakat penting­ nya pengembangan kerangka kerja dan bertukar pikiran mengenai statistik pariwisata di negara-negara APT dan mencari metode-metode baru dalam statistik pariwisata. Data statistik dalam pariwisata sa­ ngat penting. Pariwisata juga memer­ lukan data-data akurat untuk melihat perkembangan industri pariwisata dan mencapai pemahaman yang lebih baik dalam pengembangan pariwisata di negara-negara APT. Namun, negara—negara anggota ASEAN masih membutuhkan uluran tangan dari tenaga-tenaga ahli dunia terutama untuk mendukung data-data spesifik yang dibutuhkan di kawasan. Untuk itu, ASEAN telah ­menjalin kerja sama dengan UNWTO dan WTTC. Sekarang ASEAN juga ­bekerja sama dengan Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Kerja sama dengan negara mi­ tra ASEAN terkait dengan pengum­ pulan dan penghitungan data statistik. Hasil-hasil dari pertemuan itu akan terus diinformasikan kepada semua pemangku kepentingan di seluruh

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

anggota ASEAN. Dan para menteri menyambut baik kemajuan yang dica­ pai dalam pelaksanaan Rencana Kerja Kerjasama Pariwisata APT.

ATF dan Pasar Perjalanan dan Pariwisata ASEAN 2015

ASEAN Tourism Forum (ATF) 2015 bertema ASEAN—Tourism Towards Peace, Prosperity and Partnership, resmi dibuka oleh Presiden Myanmar, Thein Sein, pada Senin, 26 Januari 2015 di Myanmar International Convention Center (MICC) 2, Nay Pyi Taw. Sekretaris Jenderal UNWTO ­Thaleb Rivai juga memberikan kata sambu­ tannya dalam kesempatan yang sama. Pada 27 Januari dilaksanakan ­ASEAN Tourism Conference (ATC) ­dengan tema Tourism in the ASEAN Commu­ nity 2015. Para pembicara dari bera­ gam latar belakang dan pengalaman mempresentasikan berbagai tantangan yang dihadapi serta menawarkan solusi untuk mempromosikan pariwisata di kawasan Asia Tenggara. Konferensi membahas berbagai to­ pik di antaranya Mutual Recognition Agreement on Tourism Professionals (MRA-TP), ASEAN Tourism Standards, ASEAN Open Skies Policy dan Respon­ sible Tourism Planning and Develop­ ment in Myanmar. Diskusi panelnya di­moderatori oleh Carmen Roberts, seorang travel writer dan presenter tele­ visi di kanal BBC.


Suasana travex pada ATF 2015.

Pasar pariwisata yang bersifat ­business to business (B to B) pada ATF 2015 di­ ikuti sekitar 1.000 sellers terdiri dari para pelaku bisnis perhotelan ASEAN, ope­rator tur dan agen perjalanan, ­badan pariwisata nasional, ­profesional maskapai penerbangan, pemilik res­ to­­ran, pemilik dan pengelola obyek wisata dan taman tematik, dan peru­ sahaan-perusahaan dari sektor industri lainnya. Mereka menempati 527 stan selama dua hari pada 28–29 Januari. Sekitar 300 pembeli datang dari le­ bih dari 40 negara. Mereka mengikuti sesi one-on-one appointments yang telah dijadwalkan sebelumnya untuk meng­ eksplorasi, bernegosiasi dan menanda­ tangani penawaran-penawaran baru. Tiga ratus pengunjung perdagangan lokal dan asing lainnya turut meng­ hadiri Travex ATF 2015. Diperkirakan 2.000 profesional pariwisata dari lebih

Kementerian Pariwisata membawa 13 industri pariwisata pada ATF 2015. Ketiga belas industri itu terdiri dari Aerowisata Hotels and Resorts, Bali Hai Cruises, Bhara Tours, Cocotinos Hotels and Resorts, Holiday Resort Lombok, Komaneka Resorts Ubud, Lisa Tours and Travel, Marintur Indonesia, Nusa Dua Beach Hotel and Spa, Oceano Jambuluwuk Hotels and Resorts, Pacto Ltd. Indonesia, Abbey Travelindo, dan Ramada Resort Camakila Bali.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

17


Atas: Sara Sanders, Marcel Navest, David Anthony Roberts, Tania Moerad (kiri ke kanan) dari PHRI Lombok optimis mendapat hasil bagus dari mengikuti travex ATF 2015 di Myanmar. Lima hoteliers yang mengikuti kegiatan B-to-B di antaranya Puri Mas Boutique resorts and spa, Puri Bunga Beach Cottages, Mahamaya Boutique resort, dan Villa Tiara Lombok. Bawah: Booth penerbangan. Code share Garuda Indonesia dengan Myanmar Airlines menarik minat buyers dari Myanmar.

dari 50 negara berkumpul pada even delapan hari ATF 2015.

Rencana Strategis Pariwisata ASEAN

Rencana Strategis Pariwisata ­ASEAN (ASEAN Tourism Strategic Plan/ATSP) menyatakan bahwa ASEAN harus berusaha untuk menjadi tujuan wisata berkualitas yang menawarkan penga­ laman unik dan beragam sekaligus berkomitmen melaksanakan pemba­ ngunan pariwisata yang bertanggung jawab, berkelanjutan, inklusif dan seimbang.

18

Kobkarn Wattanavrangkul, Men­ teri Pariwisata dan Olahraga Thailand, mengatakan, ”Pariwisata tidak hanya terkait dengan bisnis langsung dan layanan tetapi juga berusaha meme­ ratakan pendapatan, secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya, bagi mereka yang tidak mempunyai daya tarik atau atraksi wisata, kita bisa membeli sesuatu dari mereka. Itu­ pun akan meningkatkan pendapatan ­mereka.” “Inklusif tidak hanya minoritas. Jika kita melihat terus kepada minoritas maka kita akan kehilangan ­mayoritas.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Semua orang bisa terbang, semua orang dapat melakukan perjalanan, dan semua orang bisa berpartisipasi. Pariwisata adalah tentang menciptakan pemahaman, perdamaian dan kemi­ traan. Ya, kita melihat angka-angka kedatangan, berapa penghasilan yang kita dapatkan dari kedatangan, itu se­ mua dampak penting. Tetapi, pariwisa­ ta itu sendiri memiliki nilai-nilai yang tidak berwujud, seperti kemakmu­ ran dan perdamaian untuk membuat orang bahagia, membuat orang mau berpartisipasi,” ujar Sekretaris Jenderal dari Kementerian Pariwisata dan Bu­ daya Malaysia, Datuk Dr. Ong Hong Peng, dalam jumpa pers para Menteri Pariwisata ASEAN dengan media di Myanmar International Convention Center, Senin (26/1). Jadi, inklusif dalam kebijakan strate­ gi pariwisata ASEAN yang sedang di­ laksanakan adalah pariwisata yang set­ ara dan berkelanjutan bagi semua. Kemudahan melakukan perjalanan, pesawat terbang dan kereta yang se­ makin cepat, bukan berarti pariwisata juga mesti bergerak secepat itu. Kita mesti melihat sisi-sisi lainnya. Dari sisi praktisi, mereka menghadapi realitas seperti lingkungan, gerakan hidup hi­ jau, termasuk kemiskinan. Kemajuan pariwisata di Asia Teng­ gara bukan hanya dihitung dari berapa banyak wisatawan dari Eropa datang naik pesawat. Tetapi, berapa banyak lapangan kerja diciptakan, berapa ba­ nyak pulau-pulau yang mesti dilin­ dungi agar kegiatan pariwisata tetap berkelanjutan. Pulau-pulau kita terlalu kecil untuk mengakomodasi penduduk lokal, wisatawan domestik dan turis in­ ternasional. Masyarakat kita belum tentu semua­ nya langsung bisa menerima berbagai macam bentuk pariwisata secara tibatiba. Maka ATSP dalam jangka waktu lima tahun diyakini bisa membantu semua negara-negara anggota ASEAN membangun pariwisatanya dengan ­benar. n


Event

Perlu Promosi Tepat Waktu, Ada yang Sedari Jauh Hari

I

n Ke Festival Lembah Baliem, Agustus

ni sebenarnya merupakan ­contoh suatu even atau ‘peristiwa’ yang diharapkan dikunjungi banyak wisatawan sebaiknya diumum­ kan sedari jauh hari sebelumnya. Maka patut diacungi jempol bahwa pihak pemda di Papua telah meng­ umumkan sedari jauh hari, yaitu ­Januari 2015, akan dilaksanakannya kembali Festival Lembah Baliem yang akan diselenggarakan bulan Agustus 2015. Tapi sebaiknya segera memas­ tikan tanggalnya dan diumumkan, ke dalam dan luar negeri. Dibutuhkan waktu cukup bagi

calon wisatawan untuk menimbang, merencanakan dan me­mutuskan pergi ke Lembah Baliem. Festival itu sudah dilaksanakan 25 kali, ini termasuk prestasi yang patut diapresiasi. Untuk ke sana, akses pertama ialah melalui bandara Sentani di Jayapura. Dari sana lanjut terbang ke Wamena. Menginap di kota ini, untuk esoknya mulai menyaksikan Festival Lembah Baliem. Tapi bagaimana perkembangan mu­ takhir di sana? Penyelenggaraan (Festival Budaya Lembah Baliem) FBLB ke-26 akan

­ i­pindahkan ke Distrik Walesi pada ta­ d hun 2015 ini dari distrik Wosolimo di mana enam tahun terakhir festival itu dilaksanakan. Mengapa? Jarak yang ditempuh dari Wamena ke Wosolimo itu cukup jauh, dan, kon­ disi daerah yang kurang aman terkait masalah lokasi yang masih menjadi perdebatan ­ha­ngat di antara masyarakat ­Wosolimo. Situasi tersebut diutarakan oleh ­Bupati Kabupaten Jayawijaya, Wempi Wetipo. Di laman web resmi Kabu­ paten Jayawijaya, dikatakannya bahwa selama enam tahun penyelenggaraan

Peserta festival tampak saat bersiap-siap memasuki performance show ke tengah lapangan. Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

19


Event

Wisman menonton pagelaran di lapangan Festival Lembah Baliem dari tribun.

FBLB di Wosolimo, tidak berdampak perubahan daerah termasuk pening­ katan perekonomian masyarakat yang berada di lokasi sekitar. Selain itu, banyak masyarakat yang tidak bertanggung jawab dan cende­ rung selalu ingin menggagalkan pelak­ sanaan event ini. Dikatakannya, bahwa penyelengga­ ra­an FBLB ke-XXV tahun 2014 yang lalu adalah pesta perak dan momen yang baik. Namun kenyataannya tidak demikian, malah terjadi penu­ runan jumlah wisatawan manca­negara ­maupun lokal yang sebelumnya me­ ningkat. Tapi, kita syukuri bahwa pelaksanaannya berjalan dengan baik

20

walau dengan keterbatasan. Berdasarkan kondisi dan situasi yang ada di Wosolimo, pemerintah akan me­lakukan evaluasi secara ­menyeluruh terkait pelaksanaan FBLB. Namun diakui bahwa pemerintah akan menyelenggarakan FBLB beri­ kutnya di Distrik Walesi. Pemerintah juga berencana akan membeli lokasi sendiri dan membuat lokasi permanen berbentuk stadion bagi pelaksanaan FBLB. ­Selanjutnya akan bekerja sama de­ngan EO (Event Organizer) yang mempunyai reputasi dalam melaksana­ kan kegiatan festival. Diharapkan FBLB dapat dilaksana­ kan secara berkualitas, karena even

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

tersebut bukan even daerah namun te­ lah menjadi even internasional. Dari 40 distrik di Kabupaten Jaya­ wijaya, sebanyak 36 distrik turut mengikuti atraksi perlombaan. ­Bupati secara langsung memberikan dana pembinaan kepada setiap perwakilan peserta yang menjuarai lomba, dan akan dipergunakan untuk kegiatan pembinaan sanggar. Adapun aktrasi perlombaan yang di­ tampilkan yaitu, tari-tarian, anyaman noken, lomba karavan babi, tiup pikon, lempar sege, puradan, sikoko. Khusus untuk lempar sege para turis juga diberi kesempatan untuk meng­ikuti perlom­ baan tersebut. n


n Tur Gerhana Matahari Total 2016

P

eristiwa amat langka di bumi Hari 03: Kamis, 10 Maret 2016, ini terjadi lagi di Indonesia, di Parai Beach Resort & Spa. ­Makan yaitu gerhana matahari ­total pagi di hotel, tour mengunjungi Pan­ pada bulan Maret 2016. tai Matras, menuju ke Kampung Paket tur untuk ­menyaksikannya, ­Gedong, suatu perkampungan khusus di Bangka, kini sudah bisa dibeli pada Etnis Tionghoa yang sebagian besar satu operator tur yang jeli dan mema­ penduduknya kurang fasih berbahasa sarkannya sedari sekarang. Itinerary ­Indonesia, sebagian dari mereka hidup paketnya adalah: Hari 01 : Selasa, 08 dengan membuat makanan khas yang Maret 2016 dari Jakarta ke Pangkal­ diolah dari hasil laut, selepas itu, me­ pinang. Tiba di Bandar Udara Depati me­ngunjungi Kota Koba, lalu kem­ nikmati indahnya Pantai Remodong, Amir, Pangkalpinang, Bangka, dijem­ bali ke Pangkalpinang, makan siang di singgah di Kota Belinyu untuk makan put dan diantar ke Sea Foods ­Restaurant ­hotel. siang. Kembali ke Sungailiat, menu­ Check out dari hotel, acara berbelanja ju Pangkalpinang, diantar ke bandar di Pangkalpinang untuk makan siang. Selepas itu, field visit mengunjungi oleh-oleh, menikmati beberapa makan­ udara guna melanjutkan ­penerbangan ­Pantai Penyak, di daerah Bangka an khas Pulau Bangka, dilanjutkan kembali ke Jakarta, akhir dari tour pro­ ­Tengah untuk meninjau lokasi di ke Kota Sungailiat dengan singgah di gram ini. mana akan dilaksanakan acara melihat Kuil Buddha, check in di Parai Beach Penerbangan pilihan ialah Garuda ­Gerhana Matahari Total pada keesok­an Resort & Spa. Makan malam di Sea Indonesia, Lion Air dan Sriwijaya Air. Foods Restaurant Raja Laut, kembali ke harinya. Harga tur yang ditawarakan ­operator Sore hari, kembali ke ­Pangkalpinang, hotel, acara bebas, bermalam. tur ini terdiri atas : diantar ke hotel, makan malam di 20 up Restoran Istana Laut, Pantai Pasir Padi, 02 – 03 pax 04 – 06 pax 07 – 09 pax 10 – 14 pax 15 – 19 pax Rp 6.500.000 Rp 4.750.000 Rp 4.500.000 Rp 4.250.000 Rp 4.000.000 Rp 3.900.000 kembali ke hotel, acara bebas, ber­ malam. Hari 02: Rabu, 09 Maret 2016, di Pangkalpinang tur ke Pantai Penyak, Koba– Pangkalpinang–Sungailiat– Parai Beach Resort & Spa. Bangun pagi pukul 04.00, ­disedia­kan breakfast box, berangkat dari hotel pukul 04.45 pagi, menuju Pantai Penyak untuk melihat Gerha­ na Mata­hari Total yang akan berlangsung selama 2 menit, 10 detik. Proses terjadinya Gerhana dimulai dari pukul 06.20 sampai ber­akhirnya pada pukul 07.24.10. Peralatan sederhana untuk melihat Gerhana Matahari Total akan dibagikan serta Lokasi-lokasi terbaik untuk menyaksikan gerhana matahari total 2015. akan disiapkan snacks box dan Pelaku bisnis pariwisata sejak sekarang bisa memasarkannya, mengingat air mineral. Selepas itu, tour keterbatasan sarana dan prasarana di lokasi-lokasi tersebut pada umumnya masih terbatas.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

21


Event

Kiri: Seminar Nasional Discover Indonesia Solar Eclipse 2016 di Jakarta (16/12/2014). Kanan: Jumpa pers dan Seminar Nasional Discover Indonesia Solar Eclipe 2016 dihadiri diantaranya Wakil Walikota Palu H.A. Mulhanan Tobolotutu (tengah, berkemeja putih), CEO PATA Indonesia Chapter Poernomo Siswoprasetijo (ketiga dari kiri), Thelma Saban mewakili Kementerian Pariwisata (keempat dari kanan), Senior Manager Shipping Agency PT Pelni Buddi Santoso (kedua dari kiri).

K

n Kota Palu Fully Booked, dan Ada Referensi Pengalaman 1983

epala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Prof. Dr. Thomas Djamaluddin mengumum­ kan pada 24 April 2014, gerhana ma­ tahari total (GMT) akan kembali me­ lintasi wilayah Indonesia pada tanggal 9 Maret 2016. Fenomena alam yang terjadi sekitar 40 tahun sekali dapat disaksikan di Palembang, Sumatera ­Selatan; Kepulauan Bangka Belitung; Palangkaraya, Kalimantan Tengah; Palu, Sulawesi Tengah; dan Halmahera. Indonesia pernah dilintasi GMT pada 11 Juni 1983. Lebih istimewa lagi, GMT 2016 hanya ada di Indonesia di kawasan Asia Tenggara. PATA Indonesia Chapter (PIC) meli­ hat GMT sebagai salah satu yang da­ pat membantu meningkatkan ­potensi wisata di daerah-daerah dimana GMT bisa disaksikan. PIC bekerja sama de­ ngan Kementerian Pariwisata dan pe­ merintah daerah-pemerintah daerah mempromosikan GMT 2016 dan me­lakukan persiapan-persiapan se­ jak dua tahun sebelum peristiwa alam itu terjadi. Peristiwa alam tersebut di­ harapkan dapat membantu memper­

22

cepat pengembangan destinasi wisata di daerah-daerah dan mendatangkan lebih banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. “Setelah bertemu dengan sejum­ lah stakeholder, pihak hotel dan travel agent di Kota Palu, kami mendapat in­ formasi tingginya minat dari berbagai kalangan terhadapi fenomena GMT ini. Bahkan, hotel-hotel di Kota Palu rata-rata sudah full book. Meskipun da­ pat disaksikan dari sejumlah kota lain, mungkin hal tersebut terjadi karena GMT di Kota Palu dapat disaksikan jauh lebih lama dan lebih total. Me­ lihat pengalaman GMT tahun 1983, dimana ­pemerintah saat itu sudah mempromosikan feno­mena itu jauhjauh hari dan sukses mendatangkan banyak wisatawan, maka kita juga ingin memanfaatkan momentum se­ rupa. Diharapkan, dua tahun menjadi waktu yang cukup bagi semua pihak terkait untuk mempersiapkan diri se­ baik mungkin sehingga kita mendapat­ kan hasil maksimal melalui fenomena GMT ini,” ujar CEO PATA Indonesia Chapter, Poernomo Siswoprasetijo, pada saat jumpa pers dan Seminar Na­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

sional Discover Indonesia Solar Eclipse 2016 di Jakarta, Selasa (16/12/2014). Tiga hotel besar di Kota Palu saat ini menyatakan telah menerima kon­ firmasi pemesanan dari Jepang 55 rooms (sekitar 110 pax) dan 250 rooms (sekitar 500 pax) dari AS yang dibawa oleh Travel Quest, sebuah perusahaan perjalanan asal Amerika. Dari UK diperkirakan akan datang pemesanan 75–100 rooms (150–200 pax). Hotel-hotel berjaringan ­internasional dan nasional kini sudah beroperasi di Palu. Di antaranya, Hotel Santika, Mercure Palu, dan Swiss-Belhotel Palu. Dalam 2 tahun ke depan, Palu akan mendapat tambahan 3–4 hotel baru. Salah satu yang akan segera dibuka adalah Best Western dengan kapasitas 150 kamar. PIC masih terus menginventarisasi jumlah wisatawan GMT 2016 di ber­ bagai daerah khususnya yang dilewati GMT. Program-program dalam paket dan aktivitas lainnya masih dalam tahap perencanaan sebab ini ­berhubungan dengan lebih dari satu pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota. PIC juga sudah melakukan pembica­


raan dengan travel agent/tour operator di dalam negeri dan salah satu yang ber­ minat adalah Destination Asia dari Bali. Sedangkan operator dari luar ­negeri su­ dah memasarkan dan menjualnya sejak tahun lalu. PT Pelni juga merencanakan me­ nyiapkan beberapa armada kapalnya untuk memenuhi kebutuhan akomo­ dasi para pemburu GMT pada tanggal 9 Maret 2016 nanti. Di Bangka Belitung disiapkan ­kapal KM Lawit berkapasitas 1.000 pax, di Palu 2 kapal masing-masing KM Doron­dola berkapasitas 3.000 pax dan KM Nggapulu berkapasitas 2.000 pax, serta di Ternate juga 2 kapal, KM Doro­ londa berkapasitas 3.000 pax dan KM Lambelu berkapasitas 2.000 pax. Bagi daerah-daerah yang akan me­ nyelenggarakan kegiatan-kegiatan ke­ pa­riwisataan terkait dengan GMT 2016, pemerintah pusat berencana akan memberikan insentif untuk men­ dukungnya. Palu sebagai pusat peristiwa gerhana matahari total 2016 sedari sekarang juga melakukan berbagai persiapan. Pemkot kini tengah mensosialisasikan GMT kepada masyarakat, memper­ baiki infrastruktur, dan merancang kegiatan bersama dengan hotel dan travel agent/tour operator lokal. Denny Herliyanso, seorang foto­ grafer profesional yang menjadi salah

seorang pembicara dalam seminar itu mengingatkan beberapa hal yang men­ jadi hambatan pada saat peristiwa ger­ hana matahari total tahun 1983, agar tidak terjadi lagi di tahun 2016. Pada tahun 1983 peralatan dan per­ lengkapan seperti teleskop astronomi besar yang panjangnya bisa mencapai 2 meter, kamera tele dan perlengkapan­ nya yang dibawa oleh turis tertahan di bandara. Agar hal-hal seperti itu tidak ter­ ulang kembali, petugas ground handling di bandara mesti dibekali pengetahu­ an mengenai jenis-jenis tas kamera/ teleskop profesional. Tas-tas untuk keperluan khusus tersebut sudah diran­ cang dan dibuat untuk hand carry di pesawat. Dan tak kalah penting adalah keamanan di tempat observasi saat me­ lihat GMT harus dijaga. Denny memberikan saran-sarannya begini: Daerah-daerah yang akan dilalui fenomena GMT sebaik­nya men­ gadakan kerja sama dengan pro­ dusen kamera se­perti Canon, Nikon, dan lain-lain. Agar mereka mau mem­ buka service center di venue saat peris­ tiwa berlangsung. Itu bisa dimasukkan ke dalam fasilitas penyelenggaraan keg­ iatan oleh panitia. Astro turis seperti pemburu ger­ hana ini memerlukan ruang yang cukup. Umumnya, mereka

1 2

Kiri: astro turis pemburu gerhana di United Kingdom. Kanan: fenomena gerhana matahari total di Australia tahun 2012 menjadi atraksi spesial. (Foto-foto: Ist.)

membutuhkan ruang 1 x 1 m2 sampai 1,5 x 1,5 m2. Berlakukan peraturan baku tidak tertulis para fotografer pro­ fesional di dunia internasional, yakni siapa yang lebih dulu mendapat tempat terdepan dia berhak mendapatkannya dan tidak boleh dihalangi. Panitia penyelenggara juga mesti mempersiapkan sambungan lis­ trik dalam jumlah yang cukup dengan instalasi yang baik dan aman. Ini pasti akan sangat dibutuhkan oleh pengunjung. Sediakan foreground. Fotografer profesional akan mempersipak­ annya untuk memberi efek da­ lam foto. Jarak foreground 500 meter sampai 1 kilometer di depan fokus kamera. Di Palu sebagai tempat utama, penyelenggara bisa mempersiapkan rumah adat, perahu tradisional dan lain-lain agar foto-foto yang dihasilkan menandakan peristiwa alam itu ber­ langsung di Palu. Manfaatkan kelompok/komuni­ tas fotografi di daerah Anda ­untuk mempromosikan/menjual po­tensi astro tourism. Menurut Denny, daerah-daerah seperti Belitung timur dan Kupang, NTT sangat potensial untuk dijadikan destinasi astro tourism di Indonesia. n

3 4 5

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

23


Yang Hendak Dicapai Tahun 2015

T

elah diumumkan RKP (Rencana Kerja Pemerintah) 2015, Kementerian Pariwisata, yang berisi sasaran dan indikator yang hendak dicapai tahun 2015. Itu di­sampaikan oleh Menpar pada jumpa pers akhir ­tahun 2014 di Kementerian Pariwisata, 23 Desember 2014. Yang ­merupakan sasaran strategis dan target tahun 2015 terdiri dari:

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015, Kementerian Pariwisata SASARAN/INDIKATOR 2015

SATUAN INDIKATOR

RKP 2015

Meningkatnya kontribusi keparwisataan terhadap kualitas dan kuantitas tenaga kerja nasional. 1

Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata.

Juta orang

11,3

Persentase

40,8

Meningkatnya investasi di sektor pariwisata 1

Kontribusi investasi bidang pariwisata terhadap total investasi nasional

Meningkatnya devisa dan pengeluaran wisatawan di Indonesia 1 2

Jumlah penerimaan devisa wisatawan mancanegara Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara

US$ miliar

12,05

Rp triliun

201,5

Meningkatnya kuantitas wisatawan mancanegara ke Indonesia dan wisatawan nusantara 1 2

Jumlah wisatawan mancanegara Juta orang ke Indonesia Jumlah perjalanan Juta wisatawan nusantara perjalanan

10,06 254

Meningkatnya unit usaha sektor ekonomi kreatif 1

Kontribusi unit usaha di sektor ekonomi kreatif terhadap unit Persentase usaha nasional

9,7

Meningkatnya kualitas dan kuantitas lulusan pendidikan tinggi pariwisata 1

Jumlah lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap Orang di pasar kerja

1.490

Meningkatnya profesionalisme pelaku sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 1

Jumlah tenaga kerja pariwisata dan ekonomi kreatif yang disertifikasi

Orang

10.000

Meningkatnya kualitas konten dan jejaring pelaku di sektor ekonomi kreatif 1

Jumlah pelaku kreatif yang mengalami peningkatan kemampuan kreasi dan produksi

Orang

4,415

Dalam RPJMN tersebut dinyatakan sebagai Sasaran Pembangunan Inklusif ialah mening­ katkan usaha lokal dalam industri pariwisata dan meningkatkan jumlah tenaga kerja lokal yang tersertifikasi. Jumlah tenaga kerja lang­ sung, tidak langsung, dan ikutan sektor Pari­ wisata tahun 2013 tecatat 9,66 juta orang, tahun 2014 diperkirakan mencapai 10,32 juta orang, pertumbuhannya 6,83%. Jumlah ­lulusan pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar kerja, tahun 2013 tercatat 1.437 orang, tahun 2014 diperkirakan 1.685 orang, pertumbuhannya 17,25%. n

Sasaran dengan indikator ­untuk tahun 2015 tersebut merupakan bagian dari Rencana Pembangunan ­Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ­PARIWISATA 2015–2019, yang pada garis besarnya ditunjukkan seperti ­berikut: Sumber: Kementerian Parekraf

24

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015


BISNIS

H

ampir tak disangka turis dari Thailand pun cende­ rung menaik jumlahnya masuk ke Indonesia. Pe­ ngalaman salah satu biro perjalanan pariwisata di Bandung yang fokus di bisnis inbound telah menerima enam sampai tujuh grup dari Thailand setiap bulan. Satu grup rata-rata 20 orang. Tujuan mereka datang ada yang ke Bandung, Jogja, dan Bali. Kota Bandung berpotensi menarik wisman dari Thailand lebih banyak konon lantaran ada relasi sejarah cukup kuat. King Rama V dari Thailand per­ nah tinggal di Bandung sekitar tahun 1925–1930. Rumah yang ditinggal­ inya berada di Jalan Cipaganti. Seka­ rang dikenal dengan sebutan Bundaran Siam. Tempat berdoanya pun masih ada di Dago Pakar. Diperkirakan, berdasarkan data BPS, jumlah wisatawan dari Thailand tahun lalu berkisar 70.000, memang masih jauh di bawah jumlah wisman asal Fili­ pina yang per tahun telah mencapai sekitar 125 ribu, telah melebihi jumlah wisman asal Rusia. Namun ­wisman Thailand tampak paling banyak me­ mang bertujuan Bali, tapi lainnya tersebar ke banyak daerah termasuk Bandung hingga ke Kalimantan. Total wisman yang berkunjung ke Jawa Barat per tahun sekitar 500 ribu. Dan Bandung tetap menjadi penyum­ bang wisman terbanyak di Jawa Barat. Jumlah wisman overland pun tidak berkurang. “Selalu saya arahkan untuk menggunakan kereta terutama di rute Bandung–Jogja dan Jogja–Surabaya. Dan peminatnya terus meningkat,” ujar Herman Rukmanadi, Direktur Bhara Tours Bandung. Senada dengan keluhan biro perjalan­ an wisata lain, Herman menyarankan, kalau ada pihak-pihak yang hendak menaikkan harga tiket di obyek daya tarik wisata, hendaknya diumumkan

Turis dari Thailand

Terus Berdatangan

Rumah yang pernah ditempati raja Thailand di Jalan Cipaganti, Bandung.

Herman Rukmanadi, Direktur Bhara Tours Bandung.

beberapa waktu sebelum dinyatakan efektif berlaku. Contohnya, tiket un­ tuk masuk ke Tangkuban Parahu, dari Rp 75 ribu langsung dinaikkan Rp 300 ribu per orang untuk pengunjung ­asing tanpa sosialisasi sebelumnya. Para agen ‘kelabakan’ lantaran konsumen yakni para turis tentu tak bisa tiba-tiba di­ minta menambah ‘pembayaran’. Kon­

trak harga sudah dipastikan dan diper­ janjikan sebelumnya. Selain itu, biro perjalanan wisata dan wisatawan bisa menerima kenaikan­kenaikan harga tiket asalkan mereka se­ bagai konsumen/pelanggan ­menerima nilai tambahnya. Bagi pelaku industri wisata, seperti dinyatakan tadi, kenaik­ an harga tiket masuk juga tidak bisa secara tiba-tiba karena industri ini di­ jalankan dengan kontrak-kontrak bis­ nis yang dilakukan jauh hari sebelum konsumen/pelanggannya bepergian. Biro perjalanan wisata sangat ber­ harap, terkait dengan wisata alam dan heritage, instansi-instansi terkait ­paling tidak berkonsultasi terlebih dahulu dengan orang-orang yang berkecim­ pung di pariwisata, sehingga dicapai kebijakan-kebijakan yang win-win ­solution. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

25


Indi

10,000,000 9,000,000 8,000,000 AXIS TITLE

Jumlah Kunjungan Wisman Tahun 2001–2014

7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 Tahun

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 5,1

5,0

4,4

5,3

5,0

4,8

5,5

6,2

6,3

7,0

7,6

8,0

8,8

9,4

Sumber : BPS 2015

Jumlah Kunjungan Wisman Bulanan 2013–2014

915,334 851,475 753,079

765,607

752,363

702,666 678,415 614,328

860,655 826,821 808,767 791,296 777,210 807,422

700,708

771,009 770,878 764,461 719,903

717,784

646,117 2014 2013

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jun

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Sumber : BPS 2015

TARGET PASAR TAHUN 2019: 20 JUTA WISMAN

No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 TIONGKOK 4 AUSTRALIA 5 JEPANG 6 KORSEL 7 TAIWAN 8 FILIPINA 9 INGGRIS 10 AMERIKA SERIKAT 11 INDIA 12 TIM-TENG 13 PERANCIS 14 JERMAN 15 BELANDA 16 RUSIA LAINNYA TOTAL

2015

2019

2,000,000 1,700,000 1,300,000 1,100,000 529,000 380,000 300,000 350,000 280,000 275,000 270,000 250,000 230,000 220,000 180,000 98,000 538,000 10,000,000

3,765,000 3,200,000 2,275,000 2,095,000 985,000 700,000 555,000 580,000 510,000 504,000 465,000 560,000 400,000 366,000 339,000 181,000 2,520,000 20,000,000

Sumber: Kemenpar, 2015

26

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Catatan : 4 Kontribusi No. 1 – 5 terhadap total kunjungan wisman: 61% 4 Kontribusi No. 1 – 16 terhadap total kunjungan wisman: 87%


kator

Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk

Sumber: BPS

400.000

Perkembangan Jumlah Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk januari 2012 – Desember 2014

300.000 250.000 200.000 150.000

soekarno hatta

ngurah rai

batam

lainnya

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Nov Des

Agt

Sep Okt

Jun Jul

Feb Mar Apr Mei

Des Jan’14

Okt

Nov

Agt Sep

Apr

Mei Jun Jul

Feb

Mar

Des Jan’13

Nov

Okt

Agt Sep

Apr Mei Jun Jul

Feb

50.000

Mar

100.000 Jan’12

JUMLAH KUNJUNGAN

350.000

Sumber: BPS

27


Living Culture sebagai Magnit Mula-mula dua tiga orang saja turun ke lantai memulai tari, menyanyikan suara terdengar seperti memanggil. Warga lain menggabungkan diri menggandengkan tangan hingga bertambah banyak membentuk lingkaran dan mata rantai gandengan tangan sambung menyambung. Itu tari syukuran, disebut tari Ma’ Bugi’. Tarian syukur itu biasa dilakukan usai acara pesta nikah, memanen padi, ­setelah selesai membangun rumah, dan

28

empunya ­rumah siap hendak menempati rumahnya. Pokoknya serba menggembirakan dan suasana bersyukur, ini nama­nya Tari Ma’ Bugi’ di Tana Toraja, ­Sulawesi ­Selatan. Mereka bergabung dalam ­tarian cer­min kesetiakawanan, tak dibatasi ­hubungan keluarga atau tidak, beda agama atau tidak, laki perempuan tua atau muda, bahkan tamu yang sedang berkunjung ­datang dari kampung lain pun, serta merta menggabungkan diri dan menyam-

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 62 februari 2015

Mangasa

bung gandengan tangan menambah panjang lingkaran penari Ma’ Bugi’. Ini diperagakan saat acara Lovely ­December 2014 di kota Makale, Tana Toraja. “Ini cermin melihat kami punya ­toleransi tinggi dalam hidup ber­dam­ pingan”, kata Mangasa, lahir 1940, yang saat itu memimpin kelompoknya me­ narikan Ma’ Bugi’. Di dunia pariwisata, the living culture mengandung magnit yang menarik orang mau berwisata ­untuk menyaksikannya.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.