Edisi68

Page 1

Vol. 6 n No. 68 n Agustus 2015

Branding Mulai ‘Nancap’!

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

1


Isi Nomor ini

8 15 18 24

Menerapkan Strategi BAS-DOT-POS, Pelaku Bisnis Anthusias Lagi, kemungkinan untuk destinasi The Great Jakarta Bandung Historical Walk ‘Hitung Mundur’ Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN

Inilah antara lain pemandangan di sungai Kapuas yang mengalir dari pedalaman Kalimantan hingga bermuara di kota Pontianak. Pulau Kalimantan kaya akan sungai panjang dan lebar, siapa tak pernah dengar nama sungai Kapuas, Barito, Mahakam? Jelaslah kelak pulau ini akan ramai

Penanggungjawab: • Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara; • Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Wakil Penanggungjawab: • Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara; • Asisten Deputi Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Reporter : Benito Lopulalan Alamat : Asdep Strategi Pemasaran Pariwisata Mancanegara, Kementerian Pariwisata, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp Fax Email

: 021 383 8220 : 021 380 8612, : jurnal@indonesia.travel

Jika Anda mem­punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, s­ ilakan kirim ke alamat di atas.

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

2

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

dengan pariwisata menyusuri sungai, wisatawan menyaksikan rimba tropis dengan flora dan fauna beragam, dan kehidupan suku dayak yang menyimpan banyak cerita. Sekarang tampaknya akan terjadi percepatan pembangunan di pulau ini. Presiden RI Joko Widodo datang mengunjungi sungai Kapuas di Pontianak dan meresmikan penggelaran Karnaval Katulistiwa pada 22 Agustus 2015. Ini rasanya event karnaval terbesar dan pertama di Kalimantan. Dan, tak diragukan gaung dari kehadiran dan perhatian Presiden Jokowi ini seakan pertanda percepatan pembangunan itu akan terjadi. n


e d it o r ial

Travel Agent Lebih Cerdas, Lebih Cepat

S

etidaknya itulah kalimat pa­ling populer di inter­ nasional dewasa ini ma­ na­kala dibica­rakan ten­ tang produk dan pemasaran di dunia pariwisata. "Di masa lalu, ­bobot travel agent adalah mener­ bitkan tiket," kata Ian ­Heywood, pemimpin Travel Weekly di ­Australia. Itu tidak berlaku lagi. Konsumen menuntut lebih banyak. Pertanya­ annya sekarang, ‘nilai’ apa lagi yang agen bisa berikan kepada pelanggan? Kebutuhan konsumen ber­ ubah-ubah. Seseorang akan mendatangi agen dan me­ nyatakan akhir pekan ­depan ingin melakukan sesuatu yang menarik dan sang agen harus memberikan enam, tujuh ­hingga delapan pilihan yang ber­ beda. Menurut Travelport, satu Travel Commerce Platform global, sekitar 61% traveler di milenium ini meng­ alihkan perjalanan bisnis mereka ke liburan, yang berarti perlu mencip­ takan pilihan liburan yang fleksibel untuk berbagai keperluan. Kian banyak orang melakukan liburan dan bisnis bersama-sama. Industri perjalanan mengalami perubahan terus, teknologi me­ mainkan peran besar dalam memungkinkan banyak pilihan bagi konsumen, maka agen perjalanan harus mengikuti jika mereka ingin berbisnis berkelanjutan. Agen membutuhkan

kecepatan dan kecerdasan untuk tetap hidup. Personalisasi adalah kata kunci baru lain yang sekarang diinginkan konsu­ men ketika datang dan me­nyatakan ingin bepergian. Industri penerbangan diakui sebagai yang paling siap dan me­ mahami fenomena ini. Tren yang ‘menyibukkan’ itu akan mendorong agen meng­ hadapi apa yang klien ingin­ kan, maka diuji di situ penge­ tahuan dan keahlian yang ­up-­to­-date para agen. Nah, catatan di atas merupa­ kan sebagian gambaran bagaimana ligat-nya perubahan-perubahan yang terjadi pada lanskap bisnis pari­ wisata yang digeluti oleh travel agent dan tour operator. Lebih dari yang terjadi selama ini. Itu niscaya akan berimbas dan perlu dihadapi juga oleh pelaku bisnis di ­Indonesia. Walaupun demikian umumnya diakui bahwa Agen masih memegang peran utama dalam bisnis pariwisata ini selama mereka terus menyesuai­ kan diri dan memberi nilai-nilai apa yang diinginkan konsumen. Jadi, para agen di pasar-pasar wisatawan mancanegara kini meng­hadapi situasi demikian. Merekalah penjual riil di pasar di luar negeri, menjual produk untuk berwisata ke Indonesia. Maka para handling agent atau tour operator kita di dalam negeri, di destinasi, jelas perlu memahaminya. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

3


utama

Branding Mulai ‘Nancap’! ‘Selling’ di tangan Anda, di daerah. Ketika kegiatan penjualan dilakukan oleh para ‘pemain’ di bisnis masing-masing.

J

uli hingga Desember 2015, branding Wonderful Indonesia mulai di­ cancapkan dengan kuat ke pasar pariwisata di dunia. Telah terlaksana melalui kampanye di berba­ gai TV komersial, di Malaysia, Cina, Australia, Jepang, Korea dan Timur Tengah. Logo Wonderful Indonesia, ­ibarat bendera, telah secara sistimatis tampil di mata publik di luar negeri. Di media TV, online, cetak, digital, media luar ruang. Tentu saja logo itu didukung ­dengan penggambaran bagaimana indahnya alam di Indonesia, demikian banyak ragam etnik dan budaya, masyarakat yang sudah tradisinya bersikap ramah tamah, di mana-mana Anda akan di­ sambut senyum. Dan, ­seiring itu, di mana-mana beragam ­kuliner pun ter­ saji memberi ­pengalaman rasa yang khas mengesankan. Konsep dan strategi BAS (Branding, Advertising, Selling) untuk bagian Branding dan Advertising telah ‘ber­ bunyi’ di pasar mancanegara. Maka

4

bagian ketiga, Selling, tinggal merupa­ kan kegiatan yang utamanya ­berada di tangan para pelaku industri pariwisata. Lebih khusus lagi pada ­inbound ­tourism business. Kementerian ­Pariwisata me­ nentukan sebagai strategi pembiayaan­ nya dalam pemasaran dan promosi, mengalokasikan 50% biaya untuk ‘branding’, 30% untuk ‘advertising’, dan 20% untuk ‘selling’. Menjual produk wisata dan paketpaket wisata dan ready tour-product, menjadi bagian dari kegiatan pari­ wisata yang keseluruhannya dilaksana­ kan di daerah-daerah destinasi. Maka di situlah kekompakan pemerintah daerah sebagai ‘pemilik’ destinasi, ber­ sama dengan para pelaku bisnis pari­ wisatanya, diperlukan dinamisasi demi memproduktifkan ‘citra’ yang telah dan tengah diperluas melalui program branding dan advertising tadi. Dilihat dari praktik di lapangan tata niaga inbound tourism business, arus kegiatan pemasaran dan penjualannya tampak seperti ini:

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

TAta niaga


Bagaimana Citra itu Diluaskan Promosi Wonderful Indo­

inbound tourism

nesia tahun 2015 ini telah dan sedang ditebarkan secara si­ multan melalui TV Commer­ cials, Vignettes, TV Series, me­ lalui media yang space-nya atau spot-nya dibayar. Itu dengan menerapkan strategi POS dalam penggunaan me­ dia, yakni Paid-media, Owned media (media sendiri seperti website indonesia.travel) dan social media. Menteri Pariwisata Arief Menteri Pariwisata Arief Yahya. Yahya perihal itu memberikan penjelasan tertulis terhadap pertanyaan yang diajukan oleh media republikaonline. Iklan tersebut terdiri dari 24.000 spots, 25 TV Series, dan 6 Minggu Social Media Campaign di CNBC (Consumer News and Business Channel). Pemilihan jadwal tayangnya pun dijelaskan, 50% prime time, dan sisanya 50% pada regular time, antara pukul 06.00–23.00 waktu setempat. Periode penayangan sudah sejak 1 April sampai 31 Juli, lalu dilan­ jutkan pada kontrak berikutnya 1 Juli–31 Desember 2015. “Saya yakin, cara ini akan lebih ‘nendang’ untuk menggaet wisatawan mancanegara ke tanah air,” kata Menteri. Beberapa media utama disebutkannya: Discovery Channel, Travel and Living Channel, Asian Food Channel, Fox International, Channel News Asia, CNBC, CNN International, BBC World, Sport Channels. Di Tiongkok, televisi berbahasa mandarin, CCTV 1, CCTV 2, CCTV 7, dan CCTV 10. Di Singapura dengan iklan-iklan destinasi yang bagus, profile objek wisata Indonesia yang komplit. Pada publik Singapura dibangun rasa kedekatan baik geografis maupun psiko­ logis. Ditayangkan di Channel 5, Channel 8, Channel U. Di Malaysia, Astro TV dan TV3 Malaysia. Di Australia, National Geographic Australia, FX Australia, Channel 7 dan Channel 9. Di Jepang, TBS, TV Asahi Channel 1. Di Korea, dipromosikan di MBN dan MBS. Di Timur Tengah? Digunakan TV Al Jazeera. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

5


utama Jadi, ‘branding’ pada dasarnya mem­ bangun dan menancapkan citra Indo­ nesia yang wonderful, terbentang di geografi Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ketika dilanjutkan dengan ­kampanye advertising, tema demi tema bisa muncul, misalnya Indonesia seba­ gai destinasi yang kaya dengan tourist spot (and destination) bagi penggemar wisata alam, wisata budaya, wisata ba­ hari, petualangan, olahraga dan sete­ rusnya. Daerah destinasi dan spot turis bisa muncul satu demi satu. Maka dari kampanye iklan berarti mendekat pada kegiatan ‘selling’. Ketika kegiatan pen­ jualan dilakukan oleh para ‘pemain’ di bisnis masing-masing, di situ kemente­ rian pariwisata mendukung ‘promosi dan pelaksanaannya’ dengan menge­ rahkan 20% dari anggaran pemasaran pariwisata. ‘Advertising’ berfungsi secara lang­ sung antara lain dalam membangkit­ kan atau meningkatkan ‘demand’. Para calon wisman di negerinya dibangkit­ kan dari ‘awareness’--- yang dibangun oleh kegiatan promosi ‘branding’, --pada timbulnya minat atau ‘demand’ untuk melakukan perjalanan berkun­ jung ke Indonesia. Pada proses akhir­ nya, para pelaku yakni 3 elemen, usaha Aksesibilitas, Akomodasi/Ameniti dan Atraksi, bersama para Tour Operator/ Travel Agent, merekalah yang ‘men­ jual’ perjalanan menuju Indonesia itu. Mereka berhubungan langsung dengan konsumen alias wisatawan di pasar. Tapi pasarnya di luar negeri. Maka tour operator dan travel agent di luar negeri itu yang menjadi ujung tombak penjualan. Dengan mereka, para tour operator Indonesia bekerjasama bisnis. Juga perusahaan penerbangan atau transportasi, perhotelan atau akomo­ dasi, berperan menentukan dalam pen­ capaian hasil penjualan. Sebagian besar dari paket-paket wisata yang dijual, itinerary-nya bahkan ditentukan dan disusun bersama antara agen di dalam

6

negeri dan yang di luar negeri. Tentu di­ maklumi, pihak agen luar negeri perlu menjamin ‘kualitas’ produk yang akan dijualkannya. Juga, sekaligus mewakili penilaian dan selera konsumen di ne­ gerinya, ketika memilih objek wisata mana yang akan sesuai dengan karak­ ter serta ‘keinginan’ konsumen di pasar di negerinya. Aktifitas apa di destinasi yang akan disukai oleh k­ onsumennya. Dengan kata lain, jika dilihat sisi demi sisi, yaitu sisi ‘supply’ yang ­berada di daerah destinasi di Indonesia, dan sisi ‘demand’ yang berada di pasar tem­ pat tinggal wisman (ambil 3 The Great sebagai contoh destinasi) dapatlah dite­ gaskan gambarannya begini:

diakui, produk yang siap jual hingga dewasa ini paling banyak memang tersedia di tiga destinasi utama, yang dalam kebijakan pemasaran pariwisata nasonal ditunjukkan sebagai Great Bali, Great Jakarta dan Great Batam. Dan Menteri Pariwisata Arief Yahya mengumumkannya sesuai dengan kon­ disi objektif, di mana fakta dan data menunjukkan hampir 90% dari kese­ luruhan jumlah wisman ke Indonesia setiap tahun datang mengunjungi tiga destinasi tersebut (40 persen tujuan Bali, 28 persen tujuan Jakarta, 24 per­ sen tujuan Batam-Bintan). Hanya 10 persen kota-kota lain, termasuk Sura­ baya, Jogja, Bandung, Medan, Makasar,

Terlihat betapa setiap destinasi yang berkeinginan mendatangkan wisman, tentu harus mempunyai ‘lokasi wisata’ yang bukan hanya layak jual, tetapi jus­ tru ‘siap jual’ untuk digelar oleh para tour operator dan travel agent. Haruslah

Palembang, Manado dan lainnya.) Namun dengan kenyataan yang recognized tersebut, mestinya men­ jadi pemicu bagi daerah-daerah di ­destinasi lain untuk mengembangkan ­‘destinasi’-nya, dan ‘produk’-nya, se­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015


hingga menuju pada keadaan semakin banyak produk yang siap jual. Siap un­ tuk dijual oleh para tour operator dan travel agent di luar negeri, yang ber­ hadapan langsung dengan calon-calon wisman yang hendak berkunjung ke Indonesia. Produk yang ‘siap jual’ jadinya bisa diilustrasikan begini:

TANTANGAN di Daerah

Hampir 90% dari kese­luruhan jumlah wisman ke Indonesia setiap tahun datang mengunjungi tiga destinasi: Bali, Jakarta, dan Batam.

Tampaklah setidaknya diperlukan ke­beradaan 11 unsur di dalam desti­ nasi, yang jika dikombinasikan men­ jadi produk yang ‘siap jual’ ke wisman. Kualitas dan klasifikasi dari masingmasing unsur dan kombinasinya, akan menentukan kualitas produk dan pa­ ket wisata, sehingga akan menentukan daya jual dan harga jual. Dari sudut prakteknya, para operator tur di daerah destinasi, menjalan­kan fungsi handling agent yakni ­menangani pelaksanaan tur yang di­janjikan da­ lam produk yang dijual. Agen yang ber­kegiatan di pasar di luar negeri, ­mereka adalah real seller terhadap pasar ­wisman. Di pasar di luar negeri mata rantai niaganya dan arus wisman tergambar seperti ini:

Apa

kata Menpar ­Arief Yahya? Ka­ lau ­ihwal potensi, tidak perlu lagi ba­ nyak di­bicarakan. Ketika potensi besar tapi hasil atau ­performance masih buruk, sebenarnya, disitu adalah peluang yang besar. ­Peluangnya masih banyak. Kalau ada potensi pasti ada bisnis. Maka, menurut Arief Yahya, “­Tolong buat porto ­folio bisnisnya. Itu yang p­aling penting. Untuk pemasaran, kita akan dukung. Rule of thumb-nya adalah biaya pro­ mosi 2% dari revenue (karena belum bisa dihitung ka­ lau didasarkan pada profit). Kalau mau investasi, pilih tentunya pada yang sudah pasti dan, masa implemen­ tasinya dipastikan pula 2–3 tahun. Demikian menurut Menteri Pariwisata. Sementara ini, di lapangan praktek, tak sedikit ­daerah-derah destinasi lain di luar tiga The Great tadi, yang belum mempunyai local tour operator yang aktif. Beberapa daerah sudah mempunyai dengan kemam­ puan yang relatif terbatas. Di situ tampak tantangan­ nya: daerah destinasi memerlukan operator tur yang aktif, atau setidaknya ‘handling agent’ yang berkemam­ puan menawarkan produk wisata yang siap jual kepada para agen penjual di luar negeri. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

7


SELLING

FGD Pasar Timur Tengah II, dibuka oleh Deputi bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara, I GdePitana, lalu dipimpin oleh Sapta Nirwandar, Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata, mengenai Pasar Tim-Teng.

Menerapkan Strategi

BAS-DOT-POS, Pelaku Bisnis Anthusias

D

emi memanfaatkan sisa lima bulan tahun 2015 untuk menerapkan stra­ tegi itu, Deputi bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara mengadakan ­serangkaian Focus Group Discussion (FGD). Sebenarnrya itu juga menyongsong pelaksanaan kegiatan untuk tahun 2016. Maka dilaksanakanlah FGD dengan tema sentral Akselerasi pasarpasar utama. Ada FGD Akselerasi Pasar

8

Timteng, Pasar Malaysia dan ­Singapura dan Pasar Australia (Oceania), China, Jepang dan Korsel. Ketika untuk kedua kali ­dilaksanakan tentang pasar TimTeng, awal ­Agustus ini di Jakarta, dibahaslah di situ: ­Pembentukan paket yang harus di­ jual; Connecting dengan airlines; ­Advertising; Direct selling, travel mart apa saja yang akan dilaksanakan untuk tahun 2015–2016; Penyelenggaraan Famtrip, dan Menentukan destinasi

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

yang akan digarap. Sebagai latarbelakang, total outbound dari Timteng 2013–2014 mencapai 35 juta, namun Indonesia kebagian masih kecil yaitu sebesar 0,56% pada tahun 2014. Kunjungan wisman Timteng ke Indonesia tahun 2014 paling banyak ke destinasi Jakarta (179.296) dan Bali (11.383). Di Malaysia telah dilakukan survei. Hasilnya menunjukkan mereka lebih tertarik pada heritage, culture, family fun, shopping, wedding/honeymoon, spa & sport. Yang mereka butuhkan selama melakukan perjalanan adalah: Halal Food/ restaurant, Facilities, Open Late Night dan tulisan bahasa Arab. Justru Indonesia juga sudah mulai siap menggarap pasar Timteng ­dengan adanya restoran lokal yang sudah mem­ branding halal food di Bali Kemenpar menargetkan ­kunjungan dari sana tahun 2015 ini sedikitnya 250.000 orang maka hingga akhir tahun ini dibutuhkan 50.000 orang berkunjung. Itu dengan upaya meng­ garap pasar Arab Saudi sekitar 20 ribu, Mesir 9,5 ribu dan negara-negara Timteng lainnya. Maka dalam menerapkan kegiatan Advertising didasarkan pada karakte­ ristik kategori keluarga, akan menggu­ nakan media cetak dan eletronik pada program segmen keluarga. Adalah menggairahkan ketika diper­ tanyakan, apakah kita bisa memanfaat­ kan waktu yang tersisa untuk menyam­ but moment liburan idul Adha dan libur musim dingin (Desember) mela­ lui advertising? Adapun di aksesibbilitas, seat ­capacity penerbangan langsung dari Timur Te­ ngah ke Indonesia sudah cukup me­ madai. Dari 10 bandara internasional di Timur Tengah beroperasi ke 5 ban­ dara di Indonesia dengan total kapasi­ tas 2,7 juta seat per tahun. Ihwal perbandingan betapa ­wisman dari Tim-Teng telah jauh lebih ­banyak mengunjungi Malaysia, di FGD itu


diungkapkan adanya rencana joint ­promotion dengan 7 travel agent di ­Malaysia untuk mengadakan mini travel mart di Timteng. Nyatanya Malaysia sudah mulai melebarkan promosi ke negara-negara Timteng lainnya seperti Algeria, ­Libya, Tunisia, Mesir dan Maroko dan me­ reka juga sudah punya akses ke negaranegara tersebut. Francesca Nina Soemitro, Asdep Analisis Data Pasar Pariwisata Nusan­ tara mengungkap kemungkinan meng­ kolaborasikan paket wisata dengan frekuensi penerbangan Qatar Airways ke Indonesia, antara lain Doha–Jakarta (21 kali per minggu) dan Doha–Bali (14 kali per minggu). Heri Satyawan dari Saudi Arabia Airlines bahkan menganjurkan per­ temuan antara tour operator Indonesia dengan wholesaler di Timur Tengah. Dan, manakala menjual paket pada saat diadakan sales mission, juga perlu mendistribusikannya ke pihak airlines. Disimpulkan juga di FGD itu, agar segera disusunkan media plan pasar Timteng, yaitu memilih media yang sungguh tepat sasaran maupun jadwal pemuatan Advertising-nya. Bagaimana dengan selling? Disimpul­ kan, Tour Operator Indonesia meng­ harapkan tidak hanya satu kali perjalan­ an selling hanya untuk satu pasar. Jika bisa sales mission ke Arab Saudi akan dilakukan pada November mendatang tapi digabung dengan ke­giatan lainnya sesudah atau setelah dilangsungkannya sales mission di Arab Saudi. Kembali Heri Satyawan, Saudi ­Arabia Airlines: Musim haji bertepatan dengan waktu liburan sehingga ada pe­ luang untuk menggarap wisman pada musim haji ini. Selain itu berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, ke­ terisian seat capacity pada musim haji tetap ramai. Dia meyakinkan lagi bahwa promosi yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah melalui advertising. n

Bagaimana ‘Menjual’ ke Timur Tengah

H

asil akhir dari FGD tentang paket-paket yang sesuai un­ tuk pasar TimTeng, dirinci seperti ini : Pasar yang didekati: Saudi ­Arabia dan negara TimTeng lainnya. Jenis Paket: Honeymooners, untuk kelu­ arga dan untuk ­Single Travelers (FIT, ge­nerasi muda). Destinasi ­utamanya Jakarta– Puncak–Bandung-Bali; Long Trip Jakarta–Puncak–Bandung–Malang– Lombok; destinasi Short Trip sudah dianggap konvensional. Spot yang digemari: mall, ­tem­pat berhawa dingin, banyak pohon, entertainment dan shopping, halal food dan yang menyajikan/memiliki menu makanan timur tengah. Lama tinggal umumnya: 10–15 hari. Musim berwisata: high season: Juni–Juli, maka promosi perlu di­ mulai bulan Maret–April. Musim Libur: libur panjang pada musim haji (September ini) dan liburan sekolah. Kerja sama diperlukan antara be­ berapa pihak: berbentuk konsorsi­ um, dukungan hotel, dukungan TA/ TO, airlines. Untuk melaksanakan ­Advertising, memperhatikan karakterstik wisa­ta­ wan Timur Tengah:

Mereka lebih menyukai informasi secara verbal dan visual, terutama penjualan langsung bertatap muka. Entertainment masih menjadi salah satu pertimbangan dalam me­ nentukan destinasi wisata. Mereka cenderung mengambil last-minute decision. Dari sudut pelaksanaan D.O.T: Destination yang akan dijual ­adalah Jakarta, Jawa Barat, Bali, dan Lom­ bok. Origin atau pasarnya ialah UAE, Arab Saudi, Kuwait, Oman, ­Qatar (untuk target 250.000 di tahun 2015). Untuk target selanjutnya ada pasar potensial yakni Maroko, Tuni­ sia, Mesir, Libya. Adapun Time atau jadwal musimnya, memanfaatkan waktu sebelum dan sesudah musim Haji dan Umroh (sekitar bulan Juli tahun 2015 yang akan datang). Untuk komunikasi melalui me­ dia, dalam melaksanakan BAS, perlu menggunakan ahli bahasa agar pe­ makaian bahasanya dapat diterima oleh seluruh pasar Timur Tengah. Promosi secara mikro melalui pro­­ mosi di Travel Agent/Tour Ope­ra­tor lokal jelas diperlukan.

Selling

Untuk melaksanakan Selling, di­ fokuskan melalui 3 pasar utama, Arab

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

9


Saudi, UAE dan Qatar. Dalam me­ nentukan 5 top market, ditam­bahi dengan Oman dan Kuwait. Lalu, diperhitungkan sebagai pasar yang sedang tumbuh (emerging market), adalah Maroko, Tunisia, Libanon dan Mesir. Namun sebenarnya aktivitas selling masih dititikberatkan di wilayah Arab Saudi dan UAE berdasarkan statistik jumlah kunjungan wisman yang terbanyak datangnya adalah dari sana ke Indonesia. Untuk selling ke Arab Saudi di tahun depan 2016 telah masuk dalam rencana Kemenpar dua kali sales mission di bulan Mei dan ­November 2016, dan dua kali travel show (di ­Riyadh Travel Fair, 14–16 April 2016 & Jeddah International Travel and Tourism Exhibition, 3–5 ­Februari 2016) dan satu selling ­opportunity pada ATM (Arab Tourism Mart) di Dubai pada 25–28 April 2016. Untuk melaksanakan Famtrip, akan dialokaskan 70% bagi tour operator, 30% untuk Media (tavel writer) dan Airlines, dan hendak diselenggarakan 2 kali setahun. Di samping itu Famtrip khusus media Elektonik dan blogger akan diseleng­ garakan sekali dalam setahun. Khususnya kegiatan selling un­ tuk tahun 2015 hanya mungkin diselenggarakan bulan November berhubung sedang musim haji saat ini. Namun masih ada opportunity (tapping) menarik warga Arab Sau­ di untuk berkunjung ke Indonesia pada masa tersebut. Akhirnya disimpulkan, kegiatan selling tahun 2016 yang digagas ke Bahrain dan Mesir sebaiknya di­ganti dengan memperkuat penjualan di fokus pasar. Dan mengingat masih perlunya branding dan advertising di kawasan tersebut. n

10

Kembali, Skema Dasarnya Seperti

dicatat tadi, setiap jajaran Asdep menurut wilayah pasar manca­ negara selama Agustus–­September 2015 ini menalarkan kebijakan dan strategi na­ sional antara lain melalui FGD bersama semua unsur ­t erutamanya pelaku bisnis. Pada ­tataran praktikaliti konsep BASD O T- P O S diterjemah­ kan. Selling, ter­ gantung ter­ utama pada aksi-aksi yang di­p erankan oleh para pelaku bis­ nis. Teruta­ ma­nya tour ­o perator/tra­ vel agent, di dalam ­ne­geri khususnya di ­daerah desti­ nasi, maupun pihak di luar negeri yang ­b eraktifitas di pasar dan berhadapan langsung de­ ngan calon konsumen. Dampak dari situasi kondisi ­ekonomi di luar negeri semester I, telah meng­ indikasikan kemungkinan besar per­ tumbuhan jumlah kunjungan wisman secara nasional akan bergaris landai selama semester II. Proyeksi berikut­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

nya, setidaknya target rendah 10 juta wisman akan tercapai. (Target tinggi tahun 2015 adalah 12 juta). Namun dengan efektifnya pelaksana­ an BAS-DOT-POS mulai semester II, dan seterusnya, maka dapat dipoyek­ sikan akan terjadinya ‘­lonjakan’ dalam pertumbuhan kunjungan wisman. Tentu itu terkait dengan dorong­ an me­ningkatkan demand berkat ­efektifitas branding-­advertising-selling, yang harus di­imbangi sisi supply yaitu

pengem­bangan destinasi dan produk. Berada di tengah konteks dina­ mika saat ini, baik memperhatikan kembali skema dasar strategi bisnis dan ­pe­ngembangan destinasi pari­ wisata yang sedang diterapkan oleh ­Kementerian Pariwisata, seperti ter­ gambar di atas. n


Wisata Bahari

Sudah Riil, Mengembangkan Bisnis Life Style Domestik di Laut

Kiri-kanan: suasana dan kondisi terminal penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Terminal penumpang cukup luas bersih dan tertib. Dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet, bank/ATM, pasar swalayan mini, dan lahan parkir. Penumpang diminta memperlihatkan tiket kepada petugas yang dibantu pasukan TNI dan Polri sebelum masuk ke gedung terminal. Begitupun sebelum penumpang memasuki kapal. Para porter mengenakan seragam untuk mudah dikenali. Namun di banyak pelabuhan lain belum mengatur dan menertibkan lalu lintas penumpang turun dan naik termasuk pemeriksaan tiket dan bagasi penumpang sejak di depan pintu terminal. Selain terkesan operator angkutan bekerja sendiri, area dermaga juga sulit disterilkan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

S

eorang teman menolak ­ajakan berwisata naik kapal laut ­domestik karena dia masih ­ingat dengan jelas ­pengalaman kurang menyenangkan saat naik kapal yang dioperasikan oleh PT Pelni ke­ tika masih kanak-kanak. Kawan lain yang masih setia menggunakan trans­ portasi laut pun memberi kesan sangsi akan ada perubahan dan perbaikan di moda transportasi laut, baik di kapal­ nya maupun di terminal penumpang pelabuhan. Tetapi, seperti apakah transportasi laut untuk penumpang kita sekarang?

Transportasi penumpang laut dan life style

Direktur Utama PT Pelni, Elfien Goentro mengatakan, “Dalam ­bisnis transportasi penumpang kapal laut, ­Pelni masih dibutuhkan. Kondisi riil­

nya, masyarakat dengan rata-rata pen­ dapatan 2 juta rupiah, masih cukup banyak, terutama di Indonesia bagian timur. Kapal laut menjadi salah satu alat transporatsi pokok yang ­mereka butuhkan. Antarpulau itu tidak mung­ kin kalau tidak ada kapal laut. Sekarang jumlah pesawat juga masih terbatas. Kecuali, kalau dalam 10 tahun menda­ tang banyak bandara sudah dibangun dan jumlah pesawat semakin banyak, mungkin peta moda transportasi akan berubah. Maka dari itu, kami terus berupaya meningkatkan pelayanan. Kami pelan-pelan mulai mengubah kapal bukan hanya menjadi alat men­ capai tujuan tapi juga menjadi life style business. Ini juga yang sedang kita ting­ katkan.” Selain melakukan perbaikan-per­ baik­­an dalam perawatan berkala ­armadanya, PT Pelni juga mulai me­

ningkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan-pelatihan hospitality kepada semua kru kapal secara bergiliran selama setengah tahun ter­ akhir ini. Sampai dengan saat ini, sudah dua angkatan masing-masing diikuti oleh 40 orang kru kapal untuk melihat dan belajar langsung bagaimana pelayanan di atas kapal pesiar di Singapura. Peser­ tanya mulai dari kru operasional sam­ pai kapten kapal. Mereka diikutkan ber­layar di atas kapal pesiar. Materi pelatihan yang dipelajari mencakup semua pelayanan di kapal termasuk manajemen house keeping, front office, food and beverage dan kitchen. “Core business awal Pelni kan bukan pariwisata. Jadi dilakukan pelan-pelan. Kami tumbuhkan dulu. Target itu tidak dibebankan kepada Pelni sendiri. Pelni membantu dan menjadi bagian

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

11


Wisata Bahari dari mempromosikan pariwisata. Kami ini hanya menyediakan live on board menuju obyek wisata di destinasi. Justru dengan adanya promosi ini sehingga diharapkan akan membuat wisnus dan wisman tertarik untuk da­ tang. Mereka datang belum tentu se­ mua dengan kapal-kapal Pelni,” Elfien menambahkan. Dia akui, banyak wisatawan belum mengetahui paket-paket pesiar ini ­karena belum dipromosikan. Ada seki­ tar 250 biro perjalanan menjual tiket kapal Pelni dan mereka juga bisa ikut membantu menjualnya. Pelni akan me­ nyambut jika ada biro perjalanan wisata dari dalam dan luar negeri yang tertarik pada paket-paket yang dibuat. PT Pelni memanfaatkan dua ­unsur pariwisata yang dimilikinya, yakni aksesibilitas dan akomodasi. Sebagai akses, kapal-kapal yang digunakan bisa membawa wisatawan langsung menuju obyek-obyek wisata. Akomodasi pe­ numpang di atas kapal cukup lengkap untuk mengakomodasi kebutuhan standar wisatawan. Sedangkan mem­ bangun dan mempersiapkan atraksi merupakan bagian dari tanggung jawab pemda dan pemangku kepentingan pariwisata di destinasi. Ini menyangkut kesiapan dan ketersediaan infrastruktur serta pengemasan atraksi wisata.

Paket wisata Let’s Go Raja Ampat 2014.

Menuju paket wisata pesiar reguler

PT Pelni telah meluncurkan paket wisata pesiar sejak akhir tahun 2014 lalu. Paket pesiar ke Wakatobi dan Raja Ampat (Pianemo) menjadi awal mengemas paket yang sama ke destina­ si-destinasi wisata bahari terkenal dan eskotis di Nusantara. Tahun ini Pelni membuat paket wisata pesiar (fly and cruise) ke tujuh destinasi. Ketujuh paket wisata itu akan dilaksanakan dalam tujuh pe­ layaran. Pelayaran pertama, ‘Let’s Go

12

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

Atas: Kapal pesiar Queen Mary 2 sepanjang 345 meter singgah di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara pada 28 Februari 2015. Melihat keramaian perayaan Imlek di sekitar pelabuhan, setengah dari penumpangnya turun ke darat. Bawah: Kapal pesiar Caledonian Sky saat sandar di Pelabuh­ an Tanjung Emas, Semarang jelang akhir 2013.


Pelni Gowes Nusantara 2015 selama tujuh hari, 3–9 Juni 2015, menjelajahi kota Makassar dan Baubau di Sulawesi serta Ambon, Bandanaira dan Tual di Maluku. Event diikuti oleh komunitas sepeda dari Jakarta, Bandung dan Surabaya. Pelni memperkenalkan wisata pesiar bahari tak melulu bermain di laut dan pantai. Para peserta dan sepeda pada event ini dinaikkan di atas KM Tidar.

­ arimun Jawa’, telah dilaksanakan K pada saat liburan Lebaran lalu dan ber­ langsung selama tiga hari, 18–20 Juli 2015. ­Pelayaran berikutnya adalah pa­ ket pesiar mengunjungi Labuanbajo, NTT; Taman Nasional Takabonerate, Sulawesi Selatan dan Wakatobi, Sula­ wesi Tenggara. Lalu, pesiar ke Buna­ ken, Sulawesi Utara dan Kepulauan Togian di Teluk Tomini. Pesiar ke Raja Ampat (Wayag dan Misool) melalui Bitung, Sulawesi Utara dan Pulau Mo­ rotai, Maluku Utara. Pesiar ke Banda Naira melalui Ambon, Maluku. Pesiar ke Derawan, Kalimantan Timur. Dan pesiar ke Kepulauan Anambas. Paket-paket pesiar itu akan meng­ gunakan armada PT Pelni berkapasitas 500–1.000 pax. Kapal-kapal yang akan digunakan diantaranya KM Sangiang, KM Kelimutu, KM Tatamailau, KM Bukit Raya, dan KM Tidar. KM ­Binaiya digunakan dalam paket ‘Let’s Go Kari­un Jawa’. Paket-paket pesiar yang menggu­ nakan kapal-kapal berkapasitas 1.000, Pelni mempersiapkan sekitar 500 pax. Ini agar peserta tur tetap merasa nya­ man. Namun jika ada permintaan tam­ bahan, Pelni sudah siap. Di kapal berkapasitas 1.000, tersedia 14 bed kelas I, 40 bed kelas II dan 950

bed ekonomi. Dari 950 bed ekonomi yang disediakan untuk tur 500 bed. Jadi total yang disiapkan untuk tur ber­ jumlah 554 bed. Dari tiga paket yang telah dijalankan, peserta lebih banyak memilih paket bujet. Alasannya, bukan ­ha­nya harga paket yang terjangkau, tetapi mereka ingin merasakan yang dialami oleh penumpang kapal laut umumnya. Diperhitungkan, wisata hemat ke Raja Ampat dengan menggunakan pesawat biayanya sekitar Rp 7 juta–8 juta. Itu umumnya belum termasuk biaya boat dan akomodasi di destinasi. Paket pesiar Pelni menawarkan Rp 3 juta–4 juta, diluar biaya tiket pesawat menuju dan dari pelabuhan tempat ­kapal sandar. Paket pesiar ke Wakatobi tahun lalu diikuti oleh 75 peserta, tiga orang di­ antaranya turis asing. Paket pesiar ke Karimun Jawa tahun ini diikuti 162 orang, tujuh diantaranya wisman yang langsung datang dari Shanghai, Cina. Diantara penumpang umum, terka­ dang juga wisman menumpang di ka­ pal-kapal Pelni. Perusahaan pelayaran milik negara ini memang belum men­ data secara pasti berapa jumlah wisman yang naik ke kapal-kapalnya. Ke depan,

penumpang asing akan dihitung untuk mendapatkan jumlah sebenarnya. Paket-paket wisata pesiar Pelni me­ manfaatkan waktu paused kapal di pelabuhan-pelabuhan terdekat dengan destinasi jadi belum menjadi paket wisata reguler. Namun rencana ke sana sudah dipersiapkan. Bagaimanapun, kapal-kapal Pelni diperuntukkan melayani penumpang reguler dan mengangkut kargo/logis­ tik. PT Pelni terikat kontrak penugasan pelayaran dan Public Service Obligation (PSO) dengan Kementerian Per­ hubungan. Jadwal pelayaran dalam master schedule kapal direncanakan dan ditetapkan 2 tahun sebelumnya. Perubahan dan penyesuaian yang ter­ jadi mesti diajukan kembali ke Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Per­ hubungan.

Tantangan bisnis transportasi penumpang laut dan kapal pesiar

Kapal-kapal yang dioperasikan oleh PT Pelni pun tidak bisa bersandar di se­ mua pelabuhan. Di pelabuhan, termi­ nal penumpang dimiliki dan ­dikelola oleh PT Pelindo. Sebagai operator alat transportasi, Pelni tidak bisa mensterili­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

13


Wisata Bahari

Kiri-kanan: Di setiap lambung kapal armada PT Pelni kini diberikan slogan-slogan “Let’s Go to ...” untuk mempromosikan destinasi dan paket wisata pesiarnya. Tinggal bagaimana pemda, pelaku industri/bisnis perjalanan dan masyarakat lokal menyikapinya.

sasikan area terminal penumpang dan dermaga. Berbeda dengan kereta api, kereta dan stasiun dimiliki dan dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia. Di beberapa pelabuhan ­ketertiban sudah mulai dirasakan misalnya di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang dan Pelabuhan Soekarno Hatta, Makas­ sar. Di pelabuhan Tanjung Perak, Sura­ baya garbaranya sudah mulai diop­ erasikan selama musim mudik lebaran tahun ini. PT Pelni juga menjadi agen bagi kapal-kapal pesiar internasional yang masuk ke Indonesia. Kapal-kapal pe­ siar besar dengan panjang lebih dari 200 meter masih mengeluhkan kurang panjang dermaga dan draft, serta biayabiaya pelabuhan dan pelayanan jasa di­ pandang relatif mahal. Pada umum­nya, komponen biaya yang mesti di­bayar oleh cruise ship adalah jasa keagenan kapal, biaya-biaya yang ditetapkan port authority (dalam hal ini ialah Pelindo) dan KSOP. Pelabuhan turn round Benoa, Bali pun tak luput dari ­keluhan-keluhan ini. Di dalam APBN 2015 disiapkan dana Rp 500 miliar untuk membeli 6 kapal barang/peti kemas. Muncul ­usulan untuk menambah satu unit ka­

14

pal penumpang tahun depan. Kapalkapal itu diproyeksikan untuk me­ nyinggahi daerah-daerah yang belum dilayani seperti di kepulauan bagian selatan Papua. Gatot Harmanto, Manajer Opera­ sional PT Pelni, mengatakan, terkait dengan kedatangan kapal-kapal pesiar asing, beberapa perbaikan di pelabu­ han sudah mulai tampak. Alur di Pelabuhan Benoa, Bali kini mulai bisa dimasuki large cruise ship dengan pan­ jang lebih dari 200 meter. Pelayanan turn around di pelabuhan utama kapal-kapal pesiar yang masuk ke Indonesia ini juga semakin membaik. Bahkan beredar wacana hendak men­ jadikan Pelabuhan Tanjung Emas turn around port selain Benoa. Sementara itu Dermaga di pelabuhan Komodo seka­ rang sudah dibangun permanen. Selama Januari–Desember 2014, PT Pelni menangani 180 calls kapal pesiar dari luar negeri. Dari Januari sampai dengan Juni 2015 telah menerima 90 calls. (Jumlah calls ke Indonesia secara keseluruhan lebih dari itu, red.). Port of call terbanyak masih ke Benoa, Bali, diikuti Tanjung Emas, Semarang dan Komodo, NTT. Pada periode itu, Pelni banyak menangani kapal-kapal pesiar

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

yang datang dari Darwin, Australia dan dari Singapura. Gatot melihat, sekitar 1,5 musim pe­ layaran terakhir, cruise dari luar ­negeri mulai menyinggahi destinasi-destinasi di luar Bali. Dia contohkan, kapal pe­ siar sebesar Queen Mary 2 singgah di Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara dan separuh penumpangnya turun. Setelah itu kapal Arcadia juga sing­ gah di Bitung. Selama bulan Juni 2015, dari Singapura, MS Orion dari Linblad Expedition berpesiar bolak-balik ke Kepulauan Anambas dan Natuna serta Kumai, pintu menuju Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah. Jadi, meskipun terjadi perubahan direksi di PT Pelni pada bulan Juni 2015, Elfien menegaskan, kebijakan yang telah ditetapkan tahun ini tetap dan tidak ada perubahan. “Perubahannya, kita lakukan ini bukan sekedar promosi tetapi juga menjadi pendapatan perusahaan. Kita sinergikan juga agar perusahaan tidak merugi. Jangka menengahnya, kami tetap mendukung dengan melaksana­ kan paket-paket wisata di laut. Mu­ dah-mudahan dalam jangka waktu dua tahun ke depan, Indonesia bisa mem­ punyai little cruise sendiri,” ujarnya. n


Lagi, kemungkinan untuk destinasi

The Great Jakarta Menambah penguatan produk destinasi Jakarta? Ikon baru di kawasan Kebun Raya dan Istana Bogor, Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti.

Museum Kepresidenan Republik Indonesia Balai Kirti.

M

useum Kepresidenan RI Balai Kirti diresmikan pada 18 Oktober 2014 dan di­buka untuk umum sejak 10 November 2014. Dua bulan pertama sejak dibuka, Balai Kirti te­ lah mene­rima kunjungan sebanyak 4.525 orang. Dari Januari–Juli 2015 telah ­menerima 43.280 kunjungan, 113 orang diantara­nya turis asing. ­Lokasinya berada di lingkungan Istana Kepresidenan Bogor. Istana Bogor itu bersama dengan Kebun Raya Bogor telah menjadi ikon pariwisata Kota Hujan sejak lama. Sepanjang tahun 2014 lalu, Istana

­ ogor dikunjungi 154.443 orang, B 1.742 diantaranya pengunjung ­asing. Pengunjung yang hendak ­mengikuti tur selama 60-90 menit di dalam Istana Bogor mesti mengajukan surat pemberitahuan 7–14 hari kerja sebe­ lum tanggal kunjungan kepada Kepala Istana Kepresidenan Bogor melalui fax atau surat elektronik. Namun untuk sementara ini, kunjungan umum ke Istana Bogor ditutup. Memang, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti belum bekerja sama dengan biro perjalanan wisata maupun hotelhotel yang berada di sekitarnya. Bagi usaha perjalanan maupun hotel yang hendak mempromosikan kunjungan ke istana dan museum dipersilakan namun tidak boleh memungut biaya apapun karena kunjungan ke istana dan museum tidak dipungut biaya masuk. Dalam hal mempromosikan Istana Bo­ gor, perlu meminta izin dahulu untuk pemakaian logo dan foto-foto istana. Berlokasi di dalam kawasan Istana Kepresidenan Bogor atau yang lebih dikenal dengan Istana Bogor, museum khusus tingkat nasional Balai Kirti ini menampilkan jejak perjalanan hidup dan perjuangan para presiden yang pernah memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaannya bertujuan memberikan penghormatan dan penghargaan kepada para Presiden RI; melestarikan ide-ide, serta menge­ nali kebijakan-kebijakan dan strategi yang pernah dilakukan saat memimpin bangsa Indonesia. Diharapkan dapat menjadi rujukan historis dalam mene­ lusuri jejak perkembangan Indonesia

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

15


Enam patung perunggu Presiden Republik Indonesia berdiri di depan gedung Museum Istana Bogor lama yang tetap dipertahankan dan sekarang berada di dalam Balai Kirti.

Ruang perpustakaan di Balai Kirti. Ruang baca presiden pun ada di sini.

sebagai sebuah negara sekaligus mere­kam sejarah bangsa. Bangunan museum berlantai tiga seluas 5.800 meter per­ segi berdiri di atas tanah 3.211,6 meter persegi. ­Ba­ngunan baru dengan desain ­modern dan berdinding kaca menge­ lilingi ba­ngunan museum lama yang tetap dipertahankan. Lantai pertama Balai Kirti dinamakan ‘Galeri ­Kebangsaan’. Sebuah patung perunggu burung Garuda lengkap dengan simbol-simbol Pancasila di dadanya berdiri tegap dan ga­ gah diapit petikan teks Proklamasi seperti yang diketik oleh Sayuti Malik. Juga teks sila-sila yang menjadi dasar kehidup­ an berbangsa dan bernegara RI serta dua bendera merah putih di kiri dan kanan­nya. Di sebelah kanan dari pintu masuk, Mukadimah Undangundang Dasar 1945 mengingatkan kita kepada dasar hukum sejak pertama kali negara RI didirikan. Deretan patung pe­ runggu enam presiden RI berdiri di depan bangunan cagar budaya Museum Istana Presiden yang lama segera menarik

16

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

Ruang kosong paling kanan di deretan foto-foto Presiden RI di ruang interaktif setelah galeri terakhir memang sengaja dibuat agar pengunjung dapat mengabadikan dirinya.

perhatian para pengunjung. Kegiatan tur terhenti sejenak. Kemudian pemandu museum meng­ajak pengunjung meli­ hat ke sebuah layar raksasa. Layar datar itu menam­pilkan peta interaktif NKRI. Di sebelah kiri dari pintu masuk. Dinding kaca ditutupi tirai berwarna merah bergambar ­wajah-wajah presiden RI yang menatap peta raksasa. Pemimpin dan rakyatnya bersama-sama menatap peta NKRI. ­Serasa ber­ tanya: Apa yang bisa kita lakukan kepada lautan dan tanah yang jauh lebih besar daripada yang ditampilkan pada peta di dalam layar? Dari sana pengunjung dan pemandu naik ke lantai dua menuju ‘Galeri Kepresidenan’. Di sini enam galeri mem­ presentasikan enam Presiden RI, dua diantaranya masingmasing dilengkapi sebuah ruang audio visual mini. Di setiap ruang galeri ­diperagakan benda-benda milik presiden ­seperti pakaian, tanda-tanda jasa, tongkat komando, sampai kaca mata, pena, bahkan ada catatan-catatan garis besar pidato presiden di atas kertas. Di ­setiap galeri tersedia enam layar datar dan dilengkapi earphone. Setiap layar menampilkan materi berbeda-beda terkait dengan presiden yang dipresen­ tasikan. Kita dapat melihat dan mendengarkan kembali yang pernah dilalui dan dicatat dalam bentuk dokumentasi audio visual. ­Informasi tertulis materi pa­meran telah terse­ dia dalam dua bahasa, bahasa ­Indonesia dan Inggris, namun materi audio visual baru tersedia dalam bahasa Indonesia. Pengunjung dilarang memotret selama berada di ruang Galeri Kepresidenan. Ini untuk menjaga keamanan museum dan memelihara koleksi yang dipamerkan. Pengunjung ­dapat memuaskan mengabadikan diri di ruang-ruang interaktif sebelum dan setelah galeri. Di ruang interaktif pengunjung bisa berdiri di atas mimbar yang biasa digunakan presiden saat menyampaikan pidato dan membuat potret diri sebagai salah satu Presiden Republik Indonesia. Selain Galeri Kepresidenan, di lantai dua berada ruang


Pengunjung dapat memanfaatkan sarana audio visual untuk mendapat penjelasan lebih banyak. Materi pameran di dalam museum tidak hanya menampilkan materi fisik seperti memorabilia semata tetapi juga dokumentasi yang telah digitalisasi.

perpustakaan dan ruang baca presiden. Untuk masuk ke perpustakaan dengan suasana yang sangat nyaman ini pe­ ngunjung mesti mengajukan izin terlebih dahulu. Tidak ­semua pengunjung museum dapat memasukinya. Ruang perpustakaan dapat menampung sampai dengan 50 orang. Tampak kursi-kursi dengan meja panjang serta sofa-sofa dengan meja kopinya. Ada buku-buku yang ditulis sendiri oleh Presiden RI, buku-buku biografi presiden, dan lain-lain. Sebagian buku di sini merupakan koleksi pribadi para p ­ residen. Di lantai tiga, teras ­dengan taman di atas atap (roof top ­garden). Taman ini meng­hadap langsung ke Jalan Ir. H. Juanda, salah satu jalan utama di kota Bogor. Rencananya, teras dan taman diperuntukkan sebagai tempat istirahat ­pengunjung ­dengan menyediakan kafe dan penjualan su­ venir ­museum dimana Kementerian Pariwisata akan mem­ bantu mena­nganinya. Karena museum ini berada di dalam kawasan Istana Bo­ gor, prosedur izin kunjungannya pun menyesuaikan dengan prosedur kunjungan ke istana presiden. Pengunjung dapat memberi­tahukan waktu kunjungan melalui telepon, fax atau surat elektronik kepada pengelola museum 5–7 hari kerja sebelum tanggal kunjungan. Museum yang berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak menarik biaya apapun.

Riwayat

Ketika G.W. Baron van Imhoff ditunjuk menjadi g­ ubernur jenderal di Hindia Belada, dia merasa Batavia telah jadi daerah yang panas dan terlalu ramai. Sampai akhirnya dia me­nemukan tempat yang masih sejuk dan asri di sebuah kampung di pinggiran B ­ atavia. Gubernur Jendral ini (1745–1750) memerintahkan mem­ bangun sebuah pesanggrahan di lahan seluas ­sekitar 28,86

Pengunjung dapat mengabadikan dirinya berdiri di mimbar pidato berlatar belakang Sumpah Presiden yang diucapkannya pada saat pelantikan.

Halaman belakang dan Istana Kepresidenan Bogor dilihat dari Kebun Raya Bogor.

hektar pada tahun 1745. ­Pesanggrahan itu kemudian diberi nama Buitenzorg, artinya bebas dari masalah/kesulitan. Pesanggrahan itu akhirnya dikenal sebagai Istana ­Buitenzorg. Bangunannya pernah mengalami kerusakan parah ­semasa perang Banten (1750–1754) dan akibat gempa bumi yang melanda Bogor pada 10 Oktober 1834. Bebe­rapa kali perbaikan dan pembangunan ulang telah dilakukan se­ jak pertama kali didirikan. Saat Gubernur ­Jenderal Daendels (1808–1811) ber­ kuasa, dia memperluas ba­ngunan istana ke sayap kiri dan kanan. Tercatat 44 Gubernur ­Jenderal Belanda pernah meng­ huni Istana ­Buitenzorg. ­Jenderal Imamura mengambil alih dari Belanda ketika Jepang menduduki I­ ndonesia. Dan Pemerintah RI meng­ambil alih pada tahun 1949 dan memfungsikannya sebagai Istana Kepresidenan RI. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

17


Pengembangan Produk dan Destinasi

Bandung

Historical Walk

I

ni boleh jadi sebagai penyumbang inspirasi bagi dae­ rah-daerah lain yang berpotensi kuat untuk bisa men­ jadi destinasi yang digandrungi wisnus dan wisman. Di hari terakhir even Jawa Barat Travel Exchange pada pertengahan bulan Mei lalu, buyers dari Cina tampak ter­ gesa meninggalkan even. Mereka sudah merencanakan hen­ dak mengikuti historical walk seperti yang dilakukan oleh pemimpin negaranya tatkala menghadiri peringatan Konfe­ rensi Asia Afrika pada 24 April 2015 di Bandung. Pada saat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo bersama-sama dengan para pemimpin negara dari Asia dan ­Afrika berjalan kaki dari Hotel Savoy Homan menuju ­Gedung Merdeka, dunia seakan menyaksikan kembali per­ jalanan bersejarah (historic walk) yang pernah dilakukan oleh presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno bersama dengan para pemimpin negara-negara di Asia dan Afrika pada tahun 1955. Setelah pembangunan Jembatan Cikapundung selesai sekitar tahun 1810, H.W. Daendels bersama dengan Bupati Bandung saat itu, R.A.A. Wiranatakusumah II, berjalan kaki dari jembatan hingga ke titik yang sekarang berada per­ sis di seberang Hotel Savoy Homan. Di titik itu, Daendels menancapkan sebuah tongkat kayu dan berkata,”Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd.” (Coba usahakan, bila aku datang kembali, di tempat ini telah dibangun sebuah kota). Sejak saat itu, titik penancapan tongkat Daendels, sekarang berada persis di depan Kantor Bina Marga Jawa Ba­ rat, ditetapkan menjadi titik Nol Kilometer Kota Bandung. Dari sana, mari kita susuri pedestrian di Jalan Asia ­Afrika yang kini terasa lebih nyaman. Bukan hanya bagi warga lokal, wisatawan domestik dan asing pun tampak turut pula menikmatinya. Setelah Gedung Merdeka dan memasuki Museum Kon­ ferensi Asia Afrika, kita seberangi jalan menuju Alun-alun yang kini menjadi melting pot bagi warga Kota Kembang dan wisnus. Anak-anak tampak riang gembira sebab banyak permainan disediakan dan bisa berlarian bebas di lapangan yang kini dilapisi karet sintetis dan terlihat seperti hamparan rumput nan hijau.

18

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

Pedestrian di Jalan Asia Afrika Bandung.

Titik 0 KM Kota Bandung.

Replika para pemimpin nasional dan dunia yang hadir di peringatan KAA ke-60 pada April lalu masih menjadi daya tarik terutama bagi wisnus.


Kiri: Sel No.5 berada diantara gedung ruko yang padat. Tembok yang mengitari situs akan menjadi dinding sejarah yang menceritakan perjalanan hidup seorang Ir. Soekarno. Di bagian belakang ditempatkan patung diri Sang Proklamator, sedang merenung dan menulis. Kanan: Menara Pengawas Penjara Banceuy yang masih dapat dilihat dari Jalan Cikapundung.

Atas: Beberapa eksemplar majalah/ jurnal, sebuah pispot dan lampu templok minyak tanah me­nemani Bung Karno melewati masa tahanan di Penjara Banceuy selama se­tahun. Naskah pidato pembelaan Indonesia Menggugat yang telah dibukukan juga ditempatkan di sana.

Bawah: Properti di dalam sel diatur untuk mendekati keadaan asli sel saat ditempati Bung Karno.

Pagi atau sore, waktu yang tepat untuk da­ tang ke Alun-alun. Dari menara Mesjid Agung di sebelah selatan, kita dapat melihat lansekap kota se­telah menunai­ kan ibadah s­ halat. Di samping Kantor Pos Besar Bandung ada sebuah kompleks per­ tokoan de­ngan cat biru mendominasi. Kom­ pleks pertokoan itu du­ lunya Penjara Banceuy. Di belakang deretan pertokoan itu, ada satu situs sangat penting dalam perjalanan sejarah bangsa dan negara Indone­ sia. Situs itu berwujud sebuah bangunan mungil berukuran sekitar 2,4 x 1,8 meter persegi. Itulah sel nomor 5, bangun­ an sel penjara yang tersisa selain menara pengawas di Jalan Cikapundung. Belanda menahan Ir. Soekarno di dalam sel nomor 5 mulai dari 29 Desember 1929 sampai Desember 1930. Dari da­ lam sel itu beliau menulis naskah pidato pembelaannya yang terkenal, Indonesia Menggugat. Situs bersejarah tersebut sekarang masih dalam tahap dibenahi. Direncanakan selesai dalam beberapa bulan ke depan dan akan diresmikan oleh Presiden RI. Dari situs yang membuat bergidik karena semangat na­ sionalisme tiba-tiba saja membuncah, menyusuri kembali pedestrian di Jalan Cikapundung Timur. Perjalanan singkat historical walk penulis di tengah kota Bandung berakhir di Warung Ce’ Mar untuk mengisi perut yang sudah lapar. Konon warung makan ini telah melampaui beberapa ge­ nerasi, salah satu saksi perjalanan dinamika Paris van Java. Bandung memang destinasi wisata belanja dan kuliner no­ mor wahid di Indonesia. Diantara paket-paket wisata yang menjual atraksi belanja, biro perjalanan wisata Matahati menawarkan secara spesifik Bandung City Tour Heritage. Di dalam situsnya dijelaskan, tur kota Bandung dengan berjalan kaki, bersepeda ataupun dengan kendaraan melihat bangun­ n-bangunan landmark dan mencari tahu cerita dibalik din­ ding-dindingnya. Tur dimulai dari titik Nol KM di Jalan Asia Afrika atau dari tempat-tempat menarik lainnya. Beberapa komunitas heritage juga menyelenggarakan perjalanan-perjalanan trail menjelajahi heritage kota dan ­siapapun bisa mengikuti tur independen murah-meriah ­seperti ini. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

19


Event

Sebagian rombongan tim kesenian berpose bersama Manteri Pariwisata Arief Yahya (tengah, depan) seusai memberikan penjelasan pers mengenai program ke Inggris Raya ini.

Termasuk Pelaksanaan Branding ke Pasar Inggris Raya Ke luar negeri, tiga grup ke­ senian Indonesia akan ­mempromosikan pencitraan Wonderful Indonesia dalam pentas keliling di kota-kota besar ne­ gara bagian Inggris Raya pada Agus­ tus–September 2015 ini. Perhatikan pula, British Council se­ bagai fasilitator penyelenggaraan pro­ gram ini menargetkan liputan media di skala nasional Inggris Raya, baik cetak maupun elektronik akan besar. Citra Indonesia yang kaya sumber ­kreatif serta warisan budaya akan makin me­ luas. Branding Wonderful Indonesia akan meluas dan mendalam. Programnya bernama UK National Tour 2015—Discover Indonesia. Tiga grup kesenian Indonesia yaitu; Kande (musik rock-etnik dari Aceh), Papermoon Puppet Theatre (teater boneka kontemporer dari Jogja), dan Soerya Soemirat (sanggar tari klasik Jawa dari keraton Mangkunegaran Solo). Mereka akan pentas di gedung­gedung kesenian bergengsi di beberapa

20

kota besar di Inggris antara lain ­London, Glasgow, dan Cardiff. Maka tentulah diharapkan itu menjadi showcase seni budaya Indonesia terbesar yang pernah diselenggarakan di Britania Raya, seka­ ligus dalam rangka perayaan 70 tahun Kemerdekaan Republik I­ ndonesia. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, kegiatan itu akan berperan besar dalam mengangkat citra Indonesia sebagai negeri yang Wonderful pada masyarakat Inggris dan dunia, bukan hanya keindahan alam tetapi juga kekayaan seni budaya yang unik dan beragam rupa. “Inggris adalah salah satu pasar po­ tensial pariwisata kita, karena itu me­ nancapkan branding Wonderful Indonesia di sana sangatlah penting,” kata Menpar Arief Yahya dalam jumpa pers Kementerian Pariwisata pada Kamis (30/7), sebelum rombongan berangkat menuju Inggris. Rombongan kesenian ini akan ber­ pentas juga di kota Edinburgh. “Kota

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

festival tertua dan terbesar, Edinburgh selalu menjadi pusat perhatian dunia di masa musim panas. Ratusan ribu wisatawan mancanegara ­berkunjung ke Edinburgh untuk merayakan ke­ se­nian. Dengan demikian, ikut serta dalam Edinburgh Festival Fringe dan itu akan menjadi momen strategis da­ lam ­mengawali program UK National Tour—Discover Indonesia,” kata Rama Thaharani, produser tur Discover ­Indonesia. Program ini dihasilkan melalui kerja bersama antara Kementerian ­Pariwisata, Kementerian Pendidikan dan Kebuda­ yaan, Dinas Kebudayaan dan ­Pariwisata Provinsi Aceh, Kedutaan Besar Indo­ nesia untuk Inggris Raya, British Council, serta Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia. n

Luaskan dengan Publisitas Bagi daerah sendiri, event milik dae­rah seperti ini sesungguhnya ber­ dampak luas jika diikuti dengan upaya mempublikasikannya, di dalam negeri, terutama di luar negeri. Event ibarat mercusuar yang bisa memancarkan sinar ke mancanegara, justru sebelum dan hingga setelah event-nya berlang­ sung, ketika penyelenggara bisa mem­ publikasikannya di media-media. Jadi, bukan hanya terbatas pada sejumlah buyer atau wisatawan yang datang berkunjung di hari-hari petistiwanya tengah dilaksanakan. Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF) 2015 diprakasai Dinas Pari­ wisata dan Budaya Provinsi Nusa Teng­ gara Barat. Kali ini dilaksanakan 18 Agustus–16 September 2015 di salah


Beginilah penampilan para penari Tari Pendulang Timah yang menjadi ikon acara Festival Laskar Pelangi. Seluruh tubuh mereka dilumuri cat warna putih, sebagai simbol para pekerja tambang timah terkena kaolin, semacam tanah liat mengandung alumunium dan warna warni yang menggambarkan pelangi.

Laskar Pelangi untuk Belitung Demikian

pula di Belitung, ke­ empat kalinya menggelar Festival ‘Laskar Pelangi’ pada 27–29 Agustus 2015 di pantai Tanjung Tinggi. Me­ mang telah tampak hasil bahwa pulau penghasil timah itu kini bisa menjadi pilihan tempat wisata. Kunjungan turis asing ke Provinsi Bangka Belitung ta­ hun 2014 baru sekitar 4 ribuan orang, wisnus 300 ribuan. Tahun ini ditarget­ kan kunjungan 6 ribu wisman dan wis­ nus bertambah seratus ribuan. Khusus untuk acara ini targetnya 500 ­wisman dan 2500 wisnus hadir. Wisman ke Bangka Belitung kebanyakan datang dari Eropa dan China. Demikian menurut Gubernur Bangka Belitung. Festival Laskar Pelangi nantinya me­ nampilkan aktivitas terkait sastra dan musik terutama puisi dan jazz, juga ada pameran produk lokal. Pada 27 Agustus saat pembukaan festival, disa­

satu hotel di Kawasan Senggigi, Lom­ bok Barat, NTB. “Kegiatan LSPF ini disambut baik Menteri, karena akan memberikan peluang investasi dan akses pasar yang luas,” ujar Raseno Arya, Asdep Pengembangan Segmen Pasar Kemen­ teria Pariwisata, yang mewakili Men­ par dalam jumpa pers, Rabu (5/8), di Gedung Sapta Pesona, Jakarta. Nilai transaksi di LSPF tercatat me­ ningkat tiap tahunnya. Tahun lalu, nilai transaksi berkisar Rp 6,2 miliar. Untuk LSPF 2015, Dinas Pariwisata dan Bu­ daya Provinsi NTB mentargetkan pe­ ningkatan nilai transaksi 10–15% dari tahun sebelumnya. LSPF 2015 dijadikan bagian dari rangkaian Bulan Budaya Lombok Sum-

jikan gelaran lagu dan tarian kolosal melibatkan anggota TNI, POLRI untuk menari. Lalu keesokan harinya ada tampilan budaya lokal yakni seni melayu dengan tari-tarian fire dance, dan tari-tarian etnik. Dan puncaknya, digelar tarian ikonik Tari Pendulang Timah, bernuansa kesejarahan, ­edukasi dengan musikalitas, menceritakan kon­disi Belitung yang hingga saat ini masih terdapat banyak anak di bawah umur bekerja di tambang timah, ber­ lumur tanah mencari timah. Situasi itu masih bisa dilihat di daerah selatan

bawa, diselenggarakan dengan maksud mempopulerkan daerah Lombok dan Sumbawa sebagai penghasil mutiara berkelas internasional, menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan masyarakat terhadap mutiara Indonesia, mengge­ rakkan perekonomian rakyat. Apalagi saat ini, mutiara lokal mendapatkan saingan dari negara lain, seperti Cina. “Secara kualitas, mutiara kita terbaik. Sementara itu secara harga, ­karena pros­ esnya alami, mutiara Indonesia tentu lebih mahal dibandingkan mutiara Cina,” ujar Moh Faozal, Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi NTB. Kualitas mutiara yang tinggi ini yang menyebabkan LSPF tidak hanya dimi­ nati pembeli lokal, tapi juga dari inter­ nasional. Rencananya, pembeli dari

Belitung. Tarian ini seolah menyoroti persoalan paling rumit di wilayah itu dimana 85% anak usia sekolah justru tidak melanjutkan sekolah. Tarian ini dibawakan oleh 700 anak dari 11 sekolah tingkat SD, SMP, SMA dan 50 penari dari sanggar Belitong dengan durasi sekitar satu jam. Menurut Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Rustam Effendi, saat konferensi pers (11/08) di kantor Kementerian Pariwisata, festival ini tentu memperkuat upaya membangun destinasi wisata baru. n

be­berapa negara seperti Cina, Filipina, Australia, Singapura, dan Inggris akan menghadiri LSPF 2015. “Target kita untuk LSPF 2015, selain didatangi buyer dari luar negeri, juga di­ harapkan didatangi 2000 pengunjung,” sambung Moh. Faozal kembali. “Bulan Budaya Lombok Sumbawa” juga akan diisi oleh serangkaian acara mulai dari Mataram Carnival, Pekan Tenun Lombok Sumbawa, Pameran Ekonomi Kreatif, Dialog Budaya, ­Pentas ISI Yogyakarta, bedah buku sastra NTB dan Pertunjukan Sastra, Permainan rakyat (Gasing, Barapan Ayam, Selodor, Peresean, Workshop dan Pentas Tradisi Lisan, dan Pentas Wayang Potehi (ISI Yogyakarta); serta Pemilihan Putri NTB. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

21


Event

Mencipta Event di Daerah, Konsisten dengan Pengelolaan Berkualitas Menciptakan

event yang unik dan bisa menarik wisnus dan wisman diperlukan di daerah-daerah. ­Namun tetap diperlukan perhatian akan kuali­ tas pengelolaan. Terlebih untuk menge­ sankan bagi wisman, kerapihan jalan­ nya acara, kebersihan dan keselamatan, merupakan faktor yang dinilai. Jika baik, wisatawannya tentu akan menjadi repeaters. Ini misalnya. Gunung dijadikan target tempat kunjungan turis yang berminat pada aktivitas sport tourism melalui even dinamai Mesastila Challenge and Ultra 2015. Kegiatannya lomba lari dengan kategori 13 km, 21 km, 42 km, dan ultra 65 km, 100 km, yang akan digelar 9–11 Oktober 2015. Tepatnya tanggal 9, 10 Oktober untuk kategori 42 km, 65 km dan 100 km, sedangkan tanggal 11 Oktober untuk kategori 13km, dan 21 km. Kategori lomba 14 km, 21 km dan 65 km per­ nah diadakan tahun 2014. Tahun ini bertambah dua kategori baru yakni 42 km dan 100 km. Setelah diperkenalkannya beberapa lokasi yang masuk dalam rute lomba ini, kemudian tercatat tambahan kun­

jungan wisnus. Ke Gunung Andong yang dulunya sepi, kini tiap malam Minggu ada saja yang mendaki ratarata berjumlah 80 orang. Ke Gunung Merbabu, Merapi rata-rata 1.500-an orang pada malam libur, malahan ke­ banyakan orang asing dari Eropa, dan pengunjung domestik dari Jakarta. Rute lombanya diawali dari stasiun kereta api bersejarah Ambarawa me­ nyu­suri stasiun Jambu, Brongkol, sta­ siun Bedono dan Karang Sari. Itu un­ tuk kategori 13 km dan 21 km. Rute 42 km akan melewati Gunung Gilipe­ tung, Gunung Telemoyo, dan Gunung Andong. Pada kategori 65 km akan ditambah hingga ke Gunung Merapi dan untuk kategori 100 km diperpan­ jang lagi melewati ke Gunung Merapi. Berlari melewati gunung, sawah, rumah penduduk di malam hari yang dingin bukanlah menjadi halangan bagi pelari, justru untuk ajang seperti ini setiap trek yang susah malah makin dicari. Trek yang melewati gunung diatur waktunya hingga ketika tiba di puncak tepat saat sunrise. Jadi kala itu peserta akan berada di tengah pemandangan megah sekitar pegunungan diterangi cahaya matahari yang mulai menyem­ bul di ufuk timur. Wow, inilah daya tariknya! Diselanggarakan oleh ­F-One Sport, sport organizer yang di­ dirikan oleh pelari ultra trail ke­ namaan asal Indonesia, ­Hendra Wijaya, lomba ini hanya di­ikuti 60 orang ketika pertama kali digelarnya 5 ­tahun yang lalu. Tahun lalu telah berkembang menjadi 300 orang, dan tahun Antusias peserta lomba ultra di garis start yang dimulai pukul 22.00 dan kembali keesokan harinya di garis finish. ini ­targetnya setiap kategori

22

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

Berlari menyusuri jalan kereta, salah satu pe­ngalaman tersendiri bagi para pelari profesional maupun bagi mereka yang sekedar meramaikan suasana lomba Mesastila Challnge & Ultra.

ada 100 peserta sehingga diharapkan total hadir 500 peserta dari 25 negara. Saat ini yang sudah confirmed men­ daftar dari 10 negara. Even ini menjadi bagian mengum­ pulkan poin untuk masuk kualifikasi ke Ultra-Trail du Mont Blanc (UTMB), ultra marathon yang disebut-sebut pa­ ling sulit di Eropa. Lomba ini digelar menyusuri pengunungan Alpen seta­ hun sekali dengan lintasan tunggal yang melintasi Prancis, Italia, dan Swiss. Se­ hingga kegiatan ini menjadi incaran para pelari ultra karena biasanya untuk bisa masuk dalam UTMB harus punya 9 poin yang bisa diperoleh salah satu­ nya dengan mengikuti even ini. Menurut Isa Ismail Rauf, General Manager Mesastila Resort dalam acara konferensi pers persiapan even ini di Gedung Kemenpar, Jakarta (13/8), adanya tol Semarang–Bawen, memper­ mudahkan menuju Magelang dari dan ke Semarang sehingga waktu tempuh­ nya hanya 1 jam. Akses itulah diman­ faatkan dengan menarik pengunjung ke spot wisata di sekitarnya, wisman maupun wisnus. n


Pengembangan Destinasi

Dukungan untuk

Daerah

“O

byeknya sih bagus tapi prasarana dan sarana­ nya minim. ”Begitu­ lah komentar paling ­sering dilontarkan oleh pengunjung setelah mengunjungi tourist spots seba­ gai bagian dari obyek daya tarik wisata (ODTW), bukan hanya di kawasan yang telah menjadi destinasi wisata, tapi terutama yang belum luas dan kuat dikenal sebagai destinasi wisata. Pemerintah Pusat, untuk Bidang Per­ dagangan, Industri, dan Pariwisata pada Tahun Anggaran 2016 meng­anggarkan Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi ka­ bupaten/kota di seluruh Indonesia. Adapun DAK Subbidang Pariwisata dimaksudkan bagi pembangunan sara­ na-prasarana pariwisata dan revitalisasi/ rehabilitasi kawasan pariwisata. Itu ten­ tulah demi meningkatkan kualitas des­ tinasi pariwisata, agar pengunjung tak mengeluh, dan agar berdaya saing ke pasar nasional maupun internasional Jadi, daerah sudah terbantu. Daerah dapat mengajukan DAK untuk mem­ bangun sarana dan prasarana pariwisata dengan memilih salah satu yang paling dibutuhkan di destinasinya. Pilihan­ nya, aksesibilitas pariwisata dan ameni­ tas pariwisata. Untuk aksesibilitas pariwisata, DAK dapat digunakan membangun jalur pe­ jalan kaki/jalan setapak dan pedestrian di kawasan pariwisata; membuat ram­ bu-rambu dan petunjuk arah; mem­ bangun jembatan dan broadwalk di kawasan pariwisata; dan membangun dermaga/jetty di kawasan pariwisata perairan (laut/pantai, sungai, danau) Untuk amenitas pariwisata, ­dapat diajukan guna membangun toilet

umum dan/atau ruang ganti di lokasi obyek daya tarik wisata; gazebo/rumah panggung kecil di ruang terbuka; me­ nara pandang; pusat informasi wisata (Tourist Information Center/TIC); dive center dan pengadaan peralatannya; dan membangun gapura/gerbang/pin­ tu masuk (entrance). Untuk merevitalisasi kawasan pari­ wisata, adalah menata taman seperti membuat pergola, memasang lampu taman, dan membangun pagar pem­ batas; membangun panggung kesenian dan panggung terbuka beserta tempat bagi penonton; penyediaan peralatan yang dibutuhkan di ODTW, menata

kios-kios pedagang kaki lima, menata tempat istirahat (rest area), pusat pen­ jualan kuliner, serta tempat ibadah. Usulan tersebut dapat diajukan dan berlaku bagi semua kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Formulir Daftar Usulan Rencana Kegiatan yang telah diisi wajib ditandatangani oleh bupati/ walikota, minimal wakil bupati/wakil walikota dan dicap basah. Setiap kabupaten/kota mengajukan satu paket kegiatan antara pembangun­ an pariwisata yang mencakup pemba­ ngunan aksesibilitas pariwisata dan amenitas pariwisata atau revitalisasi kawasan pariwisata yang mencakup pe­ nataan kawasan pariwisata. Pemilihan paket kegiatan disesuaikan dengan ke­ butuhan pengembangan destinasi pari­ wisata di setiap kabupaten/kota. Bagi kabupaten/kota yang memilih paket kegiatan pembangunan ­prasarana dan sarana pariwisata haruslah me­nen­ tukan prioritas antara pembangunan amenitas atau aksesibilitas ­pariwisata. Tidak diperkenankan memilih kedua­ nya. Lahan milik pemerintah daerah de­ngan sertifikat merupakan syarat ­mutlak untuk seluruh menu DAK pada Subbidang Sarana Pariwisata. Dalam hal lahan merupakan milik masyarakat adat harus sudah ada penyerahan hak dari masyarakat adat kepada pemerin­ tah daerah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum dan tidak dalam keadaan sengketa. Formulir yang dikembalikan diserta­ kan bersama Surat Pengantar dari bu­ pati/walikota dan ditujukan kepada Menteri Keuangan, Menteri Pariwisata, dan Menteri Bappenas. Dan tidak kalah pentingnya adalah memelihara prasarana dan sarana yang telah dibangun itu agar senantiasa da­ pat dipergunakan oleh wisatawan. Pengumuman itu telah dimuat pada 24 Juli 2015 di website Kementerian Pariwisata, parekraf.go.id n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

23


Kita dan Dunia

‘Hitung Mundur’ Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN n Setelah turis ASEAN berpengalaman, seperti wisatawan Singapura, pengeluaran mereka akan tumbuh.

n Butuh kerja sama yang erat dengan sektor swasta. Menghadapi tantangan persaingan produk-produk berkualitas dan dalam menarik investasi.

Y

a, tinggal beberapa bulan lagi terbukalah berlaku­ nya kebebasan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau AEC, ASEAN Economic Community. Kita di dalam negeri telah dan sedang melakukan berbagai persiapan. Bagai­ mana di sekitar negara-negara anggota ASEAN lainnya? Kita longok salah satu yang meru­ pakan destinasi sedang bangkit. Laos. Pengembangan modal manusia, meng­ identifikasi produk pariwisata yang top, dan pemasaran serta promosi di­ gaungkan di sana sebagai bidang uta­ ma di mana pariwisatanya dipandang perlu fokus dalam mempersiapkan

Para impresario atau EO dan pemda, untuk khususnya wisata lintas batas, terbuka peluang mencipta dan menggelar event yang mampu menarik kunjungan wisman. Seperti di Batam-Bintan atau Kepri. Dukungan pemerintah bisa efektif mempromosikannya dengan konsep grand strategy BAS (Branding, Advertising, Selling), DOT (Destinasi, Originasi/ Pasar, Timing) dan menggunakan media POS (Paid, Owned, dan Social Media). Batam sudah pernah punya event ASEAN Jazz Festival.

24

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

diri menjelang peluncuran Komunitas Ekonomi ASEAN. Itu mereka canan­ gkan ketika mengadakan Simposium Menghitung Mundur Lima Bulan AEC pada Jumat 31 Juli 2015. Wakil Menteri Pariwisata, Informasi, Kebudayaan, Chaleune Warinthrasak, saat membuka acara tersebut, menya­ takan, untuk bersaing di AEC, perlu menentukan tujuan untuk menarik kunjungan wisatawan berkualitas. Itu dengan meningkatkan pemasaran dan promosi serta upaya-upaya dalam pengembangan sumber daya ­manusia (HCD, Human Capital Development). Sektor pemerintah dan swasta juga akan terus terlibat dalam pengembang­ an produk. Upaya yang dimaksudkan itu dinya­ takan sejalan dengan Rencana Strategis Pariwisata ASEAN (ATSP, ASEAN Tourism Strategic Plan) 2011–2015 dan tahap awal dari ATSP 2016–2025. Itu ditambahkan oleh perwakilan Sek­ retariat ASEAN, Eddy Kresmedi, kepada peserta symposium berjumlah lebih 70 orang. Adalah satu keharusan sektor swasta akan terlibat erat dalam memilih dan mengembangkan produk pariwisata,


serta dalam mengidentifikasi paket tiga daerah destinasi (utama) di ­negara itu untuk dipromosikan di website ­aseantourism.travel, kata Kresmedi. Dia menyatakan saat ini ATSP me­ nempatkan prioritas pada situs-situs alam, budaya, dan warisan (heritage) serta pariwisata berbasis masyarakat (CBT, community based tourism) dan pariwisata susur sungai, yang memiliki potensi yang baik di Laos. Namun, ia menunjuk tantangan seperti kebutuhan saat ini untuk ke­ bebasan visa, yang menghambat ­pariwisata intra-regional, dan isu-isu mengenai bagaimana memuluskan lalu lintas lintas-batas berkendaraan darat. HCD tetap tinggi prioritasnya pada daftar untuk dilaksanakan di tahuntahun awal ATSP 2016–2025, dan Mutual Recognition Agreement ­ASEAN (MRA) saat ini mencakup standar ­untuk karyawan pariwisata yang ­biasa dan karyawan bidang perhotelan atau hospitality. Itu ditekankan oleh ­Kresmedi. Dia mengatakan MRAs menguntung­ kan industri karena menjamin kesesuai­ an dengan standar ASEAN, mengakui keterampilan staf, dan meningkatkan kualitas keseluruhan sumber daya ma­nusia. Staf, yang mendaftar dalam sistem MRA dan menerima sertifikasi MRA, mungkin memenuhi ­persyaratan untuk bekerja di negara-negara ASEAN lainnya, tergantung pada kuota. Sementara itu, direktur salah satu agen Kel Travel, Duangmala ­Phommavong, mengingatkan, “Siswa sekolah menengah tidak melihat jalur karir di bidang pariwisata dan perho­ telan, dan tidak ada pemasaran untuk karir ini di sekolah mereka.” Dia me­ nambahkan bahwa sebagian besar lu­ lusan muda ingin menjadi ‘bos besar’, dan meng­anggap industri jasa sebagai karir berstatus rendah. Seorang spesialis dari Bank Pemba­ ngunan Asia, Steven Schipani menya­

rankan kampanye pemasaran internal melalui berbagai saluran media akan membantu menciptakan kesadaran di antara orang-orang Laos dalam berba­ gai jalur karir industri. Managing Director JOBS 108 se­ bagai panelis pada simposium itu, ­Keovisouk Dalasane setuju, menya­ takan “­Mereka perlu tahu adanya jalur karir.” Dia menambahkan, industri harus mene­mukan cara untuk memasti­ kan ­majikan dan karyawan memahami tentang MRAs dan perlu meningkat­ kan tingkat standar pelayanan untuk mencapai benchmark di ASEAN. Direktur bidang Pengembangan Pariwisata dari kementerian pariwisata­ nya selaku co-keynote speaker, Somxay Sipaseuth, mengakui bahwa Laos kekurangan tenaga kerja terampil, dan HCD bagi pemerintahnya merupa­ kan ‘tindakan prioritas’, seperti halnya pengembangan produk pariwisata dan pemasaran. Dia mencatat pengembangan pro­duk Laos mendukung ATSP ­2016–2025, yang menambahkan pada kriteria MRA dengan enam bidang baru: homestay, kota wisata yang bersih, hotel hijau, toilet umum, pariwisata berbasis masyarakat, dan spa. “Lokasi wisata alam adalah ­prioritas utama Laos, tapi kami juga sangat fokus pada produk-produk budaya dan warisan yang dipimpin oleh tiga situs Warisan Dunia UNESCO, CBT homestay dan kerajinan, dan wisata sungai.” Dia menambahkan bahwa 10 desa telah dinilai untuk melihat apakah ­sudah memenuhi standar ASEAN. Lebih lanjut dia mencatat kemitraan publik-swasta (PPP, Public Private Partnership) adalah peluang dalam pengem­ bangan produk, seperti proyek bersama antara Departemen Pendidikan dan Olahraga Laos dengan kalangan usaha real estate, dan hendak membangun satu Vientiane Grand Hotel, yang akan dioperasikan oleh swasta.

Dia menambahkan bahwa mening­ katkan produk yang ada dan pemilih­ an ‘Kota Bersih’, yang didukung oleh sponsor simposium itu, serta dengan Kerja sama Pembangunan Jerman (GIZ), akan membutuhkan kerja sama yang erat dengan sektor swasta. Dia mengatakan menghadapi tantangan termasuk pada persaingan di antara produk-produk berkualitas dan dalam menarik investasi. Ditekankannya bahwa untuk me­ ningkatkan ‘pembelanjaan’ dalam pari­ wisata, Laos perlu menerapkan standar ASEAN, menciptakan sebuah platform untuk memfasilitasi PPP dan meman­ faatkan pengalaman dan pengetahuan sektor swasta, meningkatkan kegiatan promosi, dan menambah nilai produk berbasis alam. Wakil dari Asosiasi Agen Perjalan­ an Laos selaku panelis, Saysamone Srithirath menambahkan bahwa pari­ wisata di negerinya perlu secara jelas mengidentifikasi produk yang terbaik, karena banyak yang tidak menarik bagi pengunjung. “Ada kekurangan riset pe­ masaran dan promosi,” katanya. “Kita perlu tahu apa yang wisatawan ingin­ kan, dan mempromosikan apa yang kita harus isi demi memenuhi kebutuh­ an mereka.” Manager pasar dari TripAdvisor ­ASEAN juga selaku panelis Matius Zatto berkomentar bahwa wisatawan semakin mencari pengalaman baru, dan studi menunjukkan, “Sebagian besar dipengaruhi oleh interaksi b­ udaya.” Akhirnya Zatto menambahkan bahwa dalam waktu dekat, wisatawan dari negara-negara ASEAN akan ber­ wisata lebih banyak. “Perjalanan masih tumbuh di sini, sedangkan wisatawan Barat sudah lebih berpengalaman dan ber­sedia untuk menghabiskan lebih banyak pada pariwisata. Setelah turis ­ASEAN berpengalaman, seperti wisatawan Singapura, pengeluaran mereka akan tumbuh. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

25


Indi

Jumlah Kunjungan WISMAN BERDASARKAN FOKUS PASAR JUNI 2015 vs 2014

NO.

JUNI

FOKUS PASAR

1 TIONGKOK 2 INGGRIS 3 INDIA 4 JERMAN 5 TAIWAN 6 AUSTRALIA 7 AS 8 KORSEL 9 FILIPINA 10 SINGAPURA 11 JEPANG 12 RUSIA 13 MALAYSIA 14 PERANCIS 15 BELANDA 16 THAILAND 17 HONG KONG 18 TIM-TENG PASAR LAINNYA TOTAL

2015 91,038 22,892 27,498 14,609 20,161 101,959 22,944 25,754 11,181 149,492 37,187 5,437 98,239 13,660 10,931 7,303 4,254 7,987 142,622 815,148

2014 71,887 19,233 25,027 13,644 19,412 98,758 22,894 26,283 12,143 172,431 43,082 6,305 115,419 16,338 13,642 9,131 8,212 16,498 141,136 851,475

(+/-)

SELISIH

26.64% 19.02% 9.87% 7.07% 3.86% 3.24% 0.22% -2.01% -7.92% -13.30% -13.68% -13.77% -14.88% -16.39% -19.87% -20.02% -48.20% -51.59% 1.05% -4.27%

19,151 3,659 2,471 965 749 3,201 50 -529 -962 -22,939 -5,895 -868 -17,180 -2,678 -2,711 -1,828 -3,958 -8,511 1,486 -36,327 Sumber: BPS

Jumlah Kunjungan WISMAN BULANAN 1,000,000 900,000 800,000 700,000 600,000 500,000 JAN

Jan – Jun 2015 vs 2014

NO.

FOKUS PASAR

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 TIONGKOK 4 AUSTRALIA 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INDIA 8 AS 9 INGGRIS 10 TAIWAN 11 PERANCIS 12 TIM-TENG 13 JERMAN 14 FILIPINA 15 BELANDA 16 THAILAND 17 HONG KONG 18 RUSIA PASAR LAINNYA TOTAL

JAN - JUN 2015 2014 736,508 753,357 606,478 647,957 541,551 451,802 518,575 505,652 227,957 221,615 171,680 165,012 135,431 120,069 118,367 117,766 115,948 107,206 102,896 102,891 82,825 86,747 74,181 84,594 77,395 78,613 65,853 67,370 65,378 71,618 46,620 49,679 42,476 42,587 31,322 48,169 896,376 828,818 4,657,817 4,551,522

(+/-)

SELISIH

-2.24% -6.40% 19.86% 2.56% 2.86% 4.04% 12.79% 0.51% 8.15% 0.00% -4.52% -12.31% -1.55% -2.25% -8.71% -6.16% -0.26% -34.97% 8.15% 2.34%

-16,849 -41,479 89,749 12,923 6,342 6,668 15,362 601 8,742 5 -3,922 -10,413 -1,218 -1,517 -6,240 -3,059 -111 -16,847 67,558 106,295 Sumber: BPS

26

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

MAR APR

MEI

JUN

PERTUMBUHAN WISATAWAN MANCANEGARA

Kebangsaan Soekarno- Ngurah Polonia Batam Juanda Hatta Rai U U U L+U U 1 Singapura 16,064 20,541 1,456 81,535 2,206 2 Malaysia 24,238 18,478 9,638 16,815 2,087 3 Jepang 16,862 16,747 137 1,729 471 4 Korea Selatan 7,639 12,584 180 3,859 324 5 Taiwan 5,167 13,010 246 610 755 6 Tiongkok 22,941 59,597 455 2,682 1,154 7 India 6,443 13,563 209 3,813 381 8 Philipina 3,100 3,282 79 3,229 186 9 Hongkong 2,499 451 71 323 307 10 Thailand 3,512 2,689 65 364 198 11 Australia 6,003 92,398 452 1,144 160 12 Amerika Serikat 7,834 12,218 52 1,057 492 13 Inggris 4,875 14,627 42 1,627 179 14 Belanda 4,475 5,326 236 332 140 15 Jerman 3,169 9,942 264 371 187 16 Perancis 3,203 8,962 140 508 130 17 Rusia 4,532 32 68 7 6 18 Arab Saudi 6,607 316 12 10 37 19 Mesir 274 176 13 11 5 20 Uni Emirat Arab 251 141 - - 21 21 Bahrain 22 23 - - - Lainnya 28,500 48,109 1,700 12,482 5,577 Jumlah 2015 174,319 357,712 15,479 132,569 15,004 Jumlah 2014 208,624 329,654 19,376 140,218 18,685 Pertumbuhan (%) -16.44 8.51 -20.11 -5.46 -19.70

No.

Jumlah Kunjungan WISMAN BERDASARKAN FOKUS PASAR

FEB


kator

Jumlah Kunjungan WISMAN BULANAN

JANuari – JUNI 2015

2011 – 2015

Bulan

2013 2012 2011 2014 2015 Sumber: BPS

JUL

AGT

SEP

OKT NOV

DES

2015

JANUARI 723,039 FEBRUARI 786,653 MARET 789,596 APRIL 749,882 M E I 793,499 J U N I 815,148 JAN - JUN 4,657,817 J U L I AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER GRAND TOTAL

2014 753,079 702,666 765,607 726,332 752,363 851,475 4,551,522 777,210 826,821 791,296 808,767 764,461 915,334 9,435,411

+/–

Selisih

-3.99% 11.95% 3.13% 3.24% 5.47% -4.27% 2.34%

(30,040) 83,987 23,989 23,550 41,136 (36,327) 106,295

Sumber: BPS

MENURUT PINTU MASUK DAN KEBANGSAAN – Juni 2015 vs 2014

P i n t u M a s u k Utama Sam Entikong Minang- Adi Makas- Mata- Seping- Sultan Syarif Tanjung Tanjung Adi Husein Sas- Tanjung Balai Ka­ Ratulangi kabau Sumarmo sar ram gan Priok Pinang Sucipto tranegara Uban rimun Kasim II U D U U U+L U U U L L U U L L 196 7 19 104 90 663 102 152 - 5,874 1,114 3,870 12,561 2,938 45 1,273 2,454 154 532 1,973 306 1,340 - 1,023 2,498 9,965 1,147 4,273 69 2 12 1 7 53 18 4 - 20 51 120 877 7 14 44 - 8 - 171 3 10 - 59 28 88 739 4 4 12 - 2 2 11 - 20 - 7 13 23 263 16 52 79 22 2 9 207 37 77 - 174 76 78 3,342 54 3 19 8 4 13 65 27 85 - 125 70 96 2,422 152 13 27 6 2 2 20 7 10 - 75 63 47 1,001 32 60 11 1 - 6 33 2 3 - 17 29 46 392 3 13 1 8 3 14 17 3 22 - 10 142 116 89 37 96 15 201 4 12 151 80 18 - 30 68 110 1,004 13 95 32 23 - 13 137 18 56 1 25 136 139 607 9 54 13 51 6 20 204 13 7 1 117 115 64 869 8 31 19 11 4 34 51 1 - - 31 47 62 129 2 107 3 11 6 18 142 7 11 1 5 85 43 234 3 23 1 21 2 32 89 12 1 1 20 155 45 285 30 2 2 - 1 17 3 4 - - 3 5 114 - 5,437 - 1 1 - 11 1 1 - - 2 1 27 6 - - 1 - - - 1 - 8 - - 1 1 - 1 - - - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - - 1 2 - 126 100 157 279 90 404 125 126 4,873 121 1,014 368 1,164 215 1,007 1,662 3,008 581 906 4,410 765 1,954 4,877 7,735 5,710 15,314 27,247 7,797 1,487 1,703 3,779 1,042 1,134 6,071 1,425 2,247 4,892 9,773 7,061 16,899 30,867 10,074 -32.28 -2.41 -20.40 -44.24 -20.11 -27.36 -46.32 -13.04 -0.31 -20.85 -19.13 -9.38 -11.73 -22.60 KUNJUNGAN WISMAN MELALUI PINTU MASUK LAINNYA TOTAL KUNJUNGAN WISMAN MELALUI SELURUH PINTU MASUK Sumber : Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Asdep Litbangjakpar Kemenpar) l Catatan : Data kebangsaan tahun 2015 merupakan data sementara, karena belum termasuk data kebangsaan dari pintu lainnya l Keterangan jenis pintu masuk : U (Udara), L (Laut), D (Darat)

Jumlah Kunjungan Wisman Melalui 19 Pintu Masuk Utama

2015 149,492 98,239 37,187 25,754 20,161 91,038 27,498 11,181 4,254 7,303 101,959 22,944 22,892 10,931 14,609 13,660 6,305 7,033 492 414 48 105,530 778,056

2014 172,431 115,419 43,082 26,283 19,412 71,887 25,027 12,143 8,212 9,131 98,758 22,894 19,233 13,642 13,644 16,338 -13.77 14,661 798 935 104 104,672 815,011

Pertumbuhan (%) -13.30 -14.88 -13.68 -2.01 3.86 26.64 9.87 -7.92 -48.20 -20.02 3.24 0.22 19.02 -19.87 7.07 -16.39 -52.03 -38.35 -55.72 -53.85 0.82 -4.53

37,092 36,464 815,148 851,475

1.72 -4.27

Sumber : BPS

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015

27


Prospek Baru Wisata Lintas Batas, Kalimantan

P

Sungai Kapuas yang melintas Kota Pontianak telah cukup rapih untuk diakselerasi menjadi sarana prasarana bahkan menjadi tourist spot.

28

elaku pariwisata di Kalimantan kini berpeluang mempersiapkan diri menyongsong akan ramainya cross border tourism. Pada sisi lain, juga bersiap diri membangun bisnis wisata susur sungai, sesuai dengan sumber daya alamnya yang kaya akan budaya kehidupan sungai. Program revitalisasi perbatasan Indonesia-Malaysia saat ini di ­lapangan tengah dilaksanakan. Di Kalimantan Barat, sedang dikerjakan jalan ­sepanjang 34 kilometer. Ruas jalan yang diperbaiki adalah Sajingan–Aruk (Kabupaten Sambas) 11,6 kilometer dan Balai Karangan–Entikong (Kabupaten Sanggau) 19,2 kilometer. Dan, pelabuhan darat (dry port)-nya. Di Nanga Badau (Kapuas Hulu)–Batas Serawak (Malaysia) 3,8 kilometer. Di sini berlokasi Danau Sentarum, yang berpotensi kuat menjadi obyek daya tarik wisata. Demikian juga pembangunan infrastruktur jalan di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Sambas, tepatnya di Tanjung Datu menuju Kalimantan Utara. Termasuklah meningkatkan kualitas dan kapasitas PPLB (pos peme­ riksaan lintas batas) di lima pintu perbatasan di Kalbar agar sesuai standar internasional. PPLB Entikong dirombak total, yang ini memang dinyatakan bakal memakan waktu dua tahun agar layanan dan tampilan PPLB menjadi lebih baik dan membanggakan termasuk pembangunan jalan pelintas menjadi empat jalur. Di Kapuas Hulu, fasilitas ini sudah selesai bangunannya sejak tiga tahun lalu. Pos-pos pelintas perbatasan di Kabupaten Sintang dan Sambas juga akan dirombak. Wisman masuk melalui pintu tunggal Entikong per tahun pernah men­ capai sekitar 30 ribu wisman. Kemudian menurun terus. Terakhir semester pertama ­Januari–Juni 2015 tercatat sebanyak 11.155, naik 14,28% dari 9.761 periode sama tahun2014. Selama tahun 2013 wisman 24.856 turun 4,02% dari tahun 2012 sebanyak 25.897. Tahun 2014 jumlah 22.464 ­wisman, turun 9,62% dari tahun sebelumnya. Maka bisa diharapkan, akan berlipat kali jumlahnya manakala jalan-jalan raya dan fasilitas pendukung akan berkualitas internasional yang memberi kenyamanan, dan, bertambahnya pintu masuk di Badau, tak jauh dari lokasi Danau Sentarum. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 68 agustus 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.