Newsletter Pariwisata Edisi 58 - Oktober 2014

Page 1

Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

Ayo, Outward Looking Menteri Pariwisata Arief Yahya Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

1


B

eginilah tampak ketika para yachter berlabuh nun di sana, di perairan Pulau Derawan, sebelah timur 足Kalimantan Timur. Bayangkan jika kelak puluhan ribu yachter setiap tahun berseliweran menikmati laut khatulistiwa 足Indonesia, dari timur hingga ke barat. Di siang atau malam hari, jika ada kegiatan yang menarik untuk dilihat atau diikuti, mereka mendarat. Juga berbelanja. Mereka datang dari berbagai bangsa dan benua.

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata

Isi Nomor ini

Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

4

Memulai Kerja Baru

Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem足punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, 足silakan kirim ke alamat di atas.

Penerbangan pun Mau Outward Looking dan Offensive

10

Melalui Radio Kita, Juga Menjangkau Dunia

12

Daerah Menindaklanjuti seraya Meningkatkan Pemasaran dan Penjualan Online

14

Hotelier Jakarta di Tengah Persaingan Pesanan Online Meningkat, Optimis di Tahun 2015 www.newsletter-pariwisataindonesia.com

2

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

17


Editorial

Public Utility dan Public Services

“O

utward looking”, ­itulah ajak­ an pertama dari Menteri Pariwisata ­Arief Yahya, pada ­pidato pertama di Kementerian ­Pariwisata, usai serah teri­ ma jabatan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu. Potensi pariwisata Indonesia yang sa­ ngat besar membutuhkan terobosan baru dalam pemasaran produknya. Selain tetap menggunakan cara konvensional, haruslah diperkuat dengan tekonologi digital paling up to date. Dan untuk melakukannya dengan kompetitif, jelas perlu melihat dan menerapkan standarstandar internasional. Melalui outward looking kita dibawa pada standar-standar di dunia yang berpusat pada 4 aspek utama, yaitu: in­ frastruktur, ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi), kesehatan, dan keber­ sihan. Ada hard infrastructure, antara lain ­sarana dan prasarana fisik seperti jalan-jalan, penerbangan, pelabuhan, ­energi ­listrik. Bersamaan itu ada soft ­infrastructure, antara lain memanfaatkan lebih luas teknologi digital, teknologi ­informasi dan komunikasi. Negeri kepulauan ini akan menjadi salah satu tujuan utama pariwisata di dunia dengan nilai kompetitif yang ting­ gi, di mana pada era sekarang, tekno­ logi digital merupakan alat yang paling efisien dan ekonomis untuk melakukan pro­mosi pariwisata dengan jangkauan cepat dan luas. Pariwisata Indonesia akan bisa mencapai target 20 juta wisman per ­tahun pada lima tahun ke depan.

Fasilitas penyediaan koneksi internet, pun kini mulai dirasa sebagai public utility dan public services. Ini di terminal 2 D keberangkatan internasional di bandara Soekarno-Hatta.

Untuk mencapai hasil yang luar biasa, perlu upaya yang luar biasa pula. Terasa kini diperlukan pemetaan prioritas­prioritas, boleh jadi menentukan ­prioritas utama terdiri dari 10, 20, atau 50 des­ tinasi. Pemeringkatannya bisa ditelaah dengan cepat. Itu untuk memprogram­ kan kegiatan yang akan secara langsung mendukung pencapaian jumlah 20 juta wisatawan mancanegara berkunjung ke Indonesia pada 2019. Jadi, pemasaran pariwisata Indonesia tidak bisa lepas dari dunia digital atau teknologi informasi, walaupun cara kon­ vensional akan tetap dikerjakan. Daerahdaerah destinasi wisata perlu memberi perhatian lebih dari sebelumnya. Dan, mengambil perbandingan-per­ bandingan yang lebih praktis kongkrit dari luar, adalah seperti memperhatikan penyediaan public utilities dan public service yang bersentuhan langsung de­ ngan kegiatan pariwisata dan wisatawan, ya wisatawan mancanegara (wisman) ya wisatawan nusantara (wisnus), de­ ngan standar tertentu untuk kebersihan, ­kesehatan, convenience, efisien. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

3


Utama

Memulai

M

Arief Yahya (kiri), Mari Elka Pangestu (tengah) dan Sapta Nirwandar (kanan) sesaat usai upacara sertijab.

4

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

elangkah kalem, Menteri Pariwisata Arief Yahya ber­ jalan memasuki Balairung, senyum tipisnya menyapu ke kiri dan kanan, di sampingnya ber­ sama (mantan) Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu, akhirnya langsung menuju ke sisi kanan ruangan, berdiri, satu standing mic di hadapannya. Di sisi lain ke kiri, Mari Pangestu dan (mantan) Wamen Parekraf Sapta Nirwandar, juga berdiri berhadapan dengan sekitar seratus hadirin. Tang­ gal 28 Oktober 2014, Menteri Pari­ wisata Kabinet Kerja, Arief Yahya di ­ruangan itu menjalani upacara serah terima jabatan dari Menteri Pariwisata (dan Ekonomi Kreatif ) Kabinet In­


Kerja Baru donesia Bersatu II. Usai terlaksananya ­prosedur sertijab, kemudian Sapta ­Nirwandar membuka sambutan. Me­ mang ­berisi ‘apa yang sudah pernah dicapai’, ­namun gayanya yang khas selalu membuat suasana ceria. Dan, ­menyemangati. ­Begitulah kemudian Mari Elka ­Pangestu, sambutannya lebih merinci lagi tentang apa yang di­ kerjakan selama ini, dan menyerahkan Aide Memoire kepada Menteri baru. Mari Pangestu menyatakan ­sangat senang telah bekerja dengan mereka yang bekerja di bidang pariwisata, yang selalu tampak bahagia, mungkin karena orang pariwisata bekerja begitu antusias untuk membuat orang lain ­bahagia.

Saat itu, pada acara sertijab terse­ but, hadir para pejabat di lingkungan Kemenparekraf, para stakeholder, serta sejumlah pengurus asosiasi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dan para wartawan media cetak, media online dan elektronik. Tempatnya, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Jakarta, Menteri Arief Yahya ketika memberi sambutan, langsung masuk pada pem­ bicaraan tentang beberapa fokus per­ hatian. Yaitu, tentang produk wisata, yang berarti destinasi wisata Indonesia. Dia mengisyaratkan diperlukan ­adanya penentuan prioritas, dalam rangka memilah prioritas yang mana dan ba­ gaimana memasarkannya. Terkait itu,

disesuaikan dengan ‘hard and soft infra­ structure’. Hard infrastructure dimaksudkan­ nya antara lain sarana dan prasarana fisik seperti jalan-jalan, penerbangan, pelabuhan, dan energi listrik. Ketika menyinggung soft infrastructure dimak­ sudkannya antara lain memanfaatkan lebih luas teknologi digital dengan teknologi informasi dan komunikasi. Menurut Menteri, dengan kenyataan Indonesia sejatinya sebuah negeri yang besar, memiliki potensi pariwisata yang demikian besar, maka jika hendak men­ capai hasil yang luar biasa, kini perlu upaya yang luar biasa pula. Bersamaan itu, untuk keseluruhan upaya-upaya, haruslah memperhatikan

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

5


Utama Menteri Arief Yahya (kiri) didampingi mantan Menteri Mari Elka Pangestu (kanan) serta mantan Menteri Pariwisata Marzuki Usman (tengah) memasuki Balairung Soesilo Soedarman tempat acara sertijab pada 28 Oktober 2014.

prinsip pemeliharaan dan pengembang­ an ekosistem. Akhirnya Menteri Arief Yahya me­ ngajak memperhatikan aspek regulasi di bidang pariwisata, dan yang terkait dengan pariwisata. Indonesia perlu mengambil langkah terobosan baru, baik dengan tetap melaksanakan pemasaran cara konven­ sional, juga dan terutama memperkuat dan meluaskan penggunaan teknologi digital. Kementerian Pariwisata dengan de­ mikian segera akan melanjutkan apa yang telah dikerjakan selama ini, dan memulai kerja baru dengan ujung target yang ‘tidak biasa’. Yaitu, hendak menca­ pai sekitar 20 juta wisman berkunjung ke negeri ini di tahun 2019. Terbayang kini bahwa untuk itu berbagai daerah destinasi di luar Jawa dan Bali, tentu­ lah perlu diperkuat pengembangan produk dan kualitas destinasinya, pe­ layanannya, penambahan aksesibilitas udara dan laut. Dan, pemasaran serta penjualan dengan perluasan informasi online. Caranya antara lain dengan memper­ hatikan (atau menyesuaikan apa yang kita punyai) dengan standar-standar yang berlaku di dunia internasional. Terasa di satu sisi memerlukan sikap dan aksi untuk ‘konsolidasi’, ­inward looking, Menteri kini menekan­kan strategi perlunya outward ­looking.

6

Perhatikan product quality dan ­benchmarking. Ayo, outward looking, begitulah inti ajakan Menteri. ***** Sapta Nirwandar ­mengungkapkan bagaimana tahun 2002 pariwisata ­Indonesia mengalami pukulan berat oleh tragedi bom Bali sehingga jumlah wisman menurun tajam. Syukurlah, berkat kerja keras bersama dalam da­ sawarsa terakhir upaya pemulihan pun memberikan hasil sehingga pariwisata Indonesia kini mulai tumbuh secara signifikan. Mari Pangestu menyatakan ­harapan bahwa menteri pariwwisata baru di ‘Kabinet Kerja’ akan memelihara dan membawa Program Pariwisata Indone­ sia ke masa depan sehingga sektor ini tetap berkembang sebagai kontributor yang signifikan bagi perekonomian negara. “Saya percaya bahwa Pak Arief Yahya dapat membawa pariwisata

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

I­ ndonesia maju terutama melalui tero­ bosan penggunaan teknologi”, kata Mari Pangestu. Menteri Arief Yahya mengatakan akan memfokuskan perhatian pada apa yang dianggap kekurangan di pihak kita, untuk mencapai target jangka pendek dari 10 juta wisatawan interna­ sional menjadi 20 juta turis. Dimaklumi bahwa selama 3 tahun terakhir rata-rata pertumbuhan jumlah wisatawan internasional ke ­Indonesia adalah 8 persen. Jadi, dibutuhkan ting­ kat pertumbuhan yang relatif jauh ­lebih tinggi. Tahun 2014 ini diyakini akan tercapai jumlah wisman sekitar ­9,3–9,5 juta orang. Pada tahun 2019 ketika tercapai 20 juta jumlah kedatang­an wisatawan internasional, pendapatan devisa dari pariwisata diperkirakan akan mencapai US$ 24 miliar. ***** Pada Kabinet Kerja dibawah Presi­ den—Wakil Presiden Joko Widodo— Jusuf Kalla, ini merupakan pertama


Arief Yahya, Mari Elka Pangestu dan Sapta Nirwandar (kiri-kanan).

kali dalam sejarah pariwisata Indone­ sia berada di bawah satu kementerian tersendiri. Sebelumnya sektor pari­ wisata selalu digabung dengan yang lain di bawah satu kementerian, den­ gan Pos dan Telekomunikasi, Seni dan Budaya, dan Ekonomi Kreatif. Sebel­ umnya lagi pariwisata diurus pada ting­ kat direktorat jenderal. Pada Kabinet Indonesia I dan II kementerian yang membidangi kepariwisataan berada di bawah koordinasi kementerian bidang ­perekonomian. Sekarang dengan Struktur Kabinet Kerja Presiden JKW, pariwisata berada di bawah koordinasi Menteri Koordi­ nator Kemaritiman. Termasuk dalam koordinasi ini adalah Kementerian Per­ hubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertambang­ an, dan Kementerian Pariwisata. Menteri Arief Yahya ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pariwisata, sebelumnya menjabat CEO pada BUMN PT Telkom Indonesia, dan terkenal sebagai ahli pemasaran.

Latar belakang dan praktik di lapangan

Arief Yahya mengingatkan salah satu kelemahan Indonesia adalah kita belum mengoptimalkan infrastruktur di bidang informasi, komunikasi, dan teknologi. The Global Competitiveness Index (GCI) yang dikeluarkan World Economic Forum mengindikasikan pe­ meringkatannya. Pada daftar GCI, tingkat daya saing Indonesia dibanding negara-negara lain di dunia berada di posisi 34 dari 144 negara. Pada daftar tersebut ada tiga sektor yang nilai skor Indonesia lemah yaitu, infrastruktur, kesiapan teknologi (infrastruktur informasi, komunikasi, dan teknologi), serta kesehatan dan higienitas. “Perbaikan infrastruktur ICT (infor­ mation, communication, technology) bisa lebih mudah dan lebih murah, di­ ban­ding perbaikan hard infrastructure se­perti perbaikan jalan,” kata dia. Dibicarakannya pada praktik di lapangan sebagai contoh adalah tiada­

nya penyediaan WIFI di bandara­bandara seluruh Indonesia. Padahal penggunaan teknologi informasi mem­ beri kemudahan dan disenangi oleh para wisatawan. Arief memberi contoh kartu ­Octopus yang diterapkan di Hongkong. ­De­ngan kartu itu, warga Hongkong mau­ pun turis bisa mnggunakannya untuk membayar tiket kereta cepat, bus, sam­ pai kapal feri, bahkan belanja di super­ market. Di Indonesia, menurut Arief Yahya, telah terbukti pengalaman di mana si­ nergi antara Telkom dan PT Kereta Api Indonesia berupa penggunaan kartu prabayar untuk commuterline telah memberi hasil peningkatan jumlah penumpang dan pendapatan perusa­ haan. Itulah beberapa pengalaman dan perbandingan. Maka pemasaran pariwisata Indo­ nesia juga tidak bisa lepas dari dunia ­digital atau teknologi informasi, walau­ pun cara konvensional akan tetap di­ kerjakan. Arief Yahya belum lama ini ­menulis sebuah buku baru berjudul ­Paradox Marketing. Dia mengulas konsep ­marketing. Salah satu kalimat bermakna mendalam dilontarkannya, ­Marketing yang Tidak Biasa, Mampu Memberi Hasil Luar Biasa. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

7


Ringkas

S

Menjual Wisata Mewah

edang berlangsung ‘Evolusi menjual wisata mewah’. Apa yang diinginkan wisatawan makmur dan bagai­ mana kita bisa memberikannya kepada mereka? Bagaimana bergesernya kini batas-batas pada penciptaan pengalaman mewah bagi wisatawan dan mendiskusikan apa pedoman yang harus diikuti dengan serius tentang ba­ gaimana menjual wisata mewah? Itu akan menjadi satu topik pembahasan di London tanggal 4 November 2014 ini, di tengah pe­ nyelenggaraan even be­ sar World Travel Mart (WTM) London, den­ gan para pembicara ahli dan sekaligus ‘praktisi’. Jadi, kalau ingin kon­ tak atau berminat mengetahui serta meluaskan bisnis men­ datangkan wisatawan mewah, mungkin boleh coba meng­ hubungi mereka. Analis Timetric, Oliver Williams, salah satu di ­antara­nya, akan memulai sesi dengan analisis konsumen kaya di selu­ ruh dunia dan perubahan apa yang mereka ­inginkan dari perjalanan dan jasa. Bisa browsing di ­Timetric.com. n

Tsunamai Aceh dan Pengembangan Pariwisata

P

rovinsi Aceh juga ‘melompat’ lagi. Satu event ‘bermakna’ akan diselenggarakan, dengan tema mengapresiasi dunia yang telah membantu ketika musibah besar tsunami menghantam kawasan itu. Satu even akan digelar dengan mengadakan acara khusus dan mengundang wakil-wakil dari 53 negara untuk datang. Disebut Malam Mengapresiasi Dunia, pada tanggal 26 Desember 2014, tepat hari sepuluh tahun telah terjadi­ nya peristiwa alam tersebut. Acaranya bervariasi, memberikan penghargaan dan ter­ ima kasih atas bantuan-bantuan selama ini, juga diadakan kegiatan Expo International. Ekspo ini menampilkan juga usaha-usaha kecil menengah, produk unggulan ­seperti kopi Aceh, dan lain-lain, pameran foto, kunjungan-kun­ jungan ke museum Tsunami, dan, dinamakan sebagai Tsunami-10K, diadakan satu acara lomba lari 10 kilome­ ter dengan jumlah peserta 5.000 orang. Yah, itu tentu satu lompatan ide dikaitkan dengan pengembangan pariwisata. Sekarang, di provinsi Aceh, infrastrukturnya termasuk yang terbaik kondisinya di seluruh Indonesia. Itu memang berkat bantuan dari banyak kalangan di dalam negeri dan dari mancanegara pasca peristiwa tsunami. n

Penerbangan Garuda ke Amsterdam–London Berfasilitas Internet dan Saluran TV

Lagi Penerbangan Langsung Jeddah–Medan, tapi Fokus Outbound Indonesia

enerbangan Garuda rute Jakarta–Amsterdam– London sejak 8 September 2014, mengoperasikan pesawat Boeing 777-300 ER berkapasitas sebanyak 314 penumpang, terdiri dari 8 kursi First Class, 38 kursi Business Class, dan 268 kursi Economy Class. Armada tersebut dilengkapi dengan layanan ‘Inflight Connectivity’ dan ‘Live TV’ bagi seluruh penumpang . Fasilitas ‘Inflight Connectivity’, memberi penumpang terhubung dengan koneksi internet, dan dengan adanya fasilitas ‘Live TV’ atau siaran televisi langsung yang terdiri dari enam channel internasional, yaitu CNN ­International, BBC World, BBC Arabic, NHK World Premium, ­Euronews, dan CNBC. Penumpang dimungkinkan untuk dapat mengakses program siaran televisi langsung. n

askapai Flynas, mulai 15 Desember 2014 membuka penerbangan dari Bandara Kualanamu, Medan ke Jeddah dua kali seminggu. Tapi yang ini berfokus hendak mengang­ kut jamaah umroh dari Medan, dan diperkirakan seat load factor-nya akan berkisar 95%. Maskapai LCC dari Arab Saudi ini menjanjikan, “Kalau Flynas semakin eksis di Kualanamu, sangat mungkin kunjungan wisman dari Eropa dan Timur Tengah makin banyak ke Indonesia khususnya ke Sumut seperti yang dinikmati Malaysia dewasa ini,” seperti kata Ketua ASITA Medan. Medan–Jeddah sudah dilayani Garuda Indonesia juga dengan rute Makassar–Medan–Jeddah pp. n

P

8

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

M


Ringkas Sosialisasi UU Pariwisata RRT

K

emenparekraf menyelenggarakan kegiatan sosialisasi mengenai UU Pariwisata RRT. “Sosialisasi ini ber­ tujuan untuk meningkatkan pemaham­an para pe­ mangku kepentingan mengenai Undang-undang Pariwisata RRT agar dapat memberikan dampak pada peningkatan kualitas pelayanan bagi wisatawan Tiongkok. Kegiatan so­ sialisasi dilangsungkan di dua tempat, yaitu di Jakarta, pada 7 Oktober 2014, dan di Bali, sebagai destinasi utama bagi wisatawan Tiongkok dilaksanakan pada 9 ­Oktober 2014,” demikian diterangkan oleh Dirjen ­Pemasaran Pariwisata, Esthy Reko Astuti. Praktis semua pemangku kepentingan pariwisata terutama yang terkait langsung dengan wisman Tiongkok, kalangan Tour Operator, travel agent, asosiasi guide, hotel, akademisi, perwakilan pemerintah dan media ramai mengikuti. Narasumber yang berkompeten didatangkan dari China National Academy, Dr. Zhan Dongmei, salah satu pakar yang terlibat dalam proses penyusunan UU Pariwisata RRT tersebut. Indonesia telah menetapkan Tiongkok sebagai salah satu pasar utama. Tahun 2014 ini periode Januari–September te­ lah tercatat 728.002 wisman dari RRT, meningkat 26,56% dibanding periode sama tahun lalu. Maka, target 1 juta

Dirjen Esthy Reko Astuty.

wisman tahun ini diyakini akan tercapai. Dan Indonesia akan menambah lagi kegiatan-kegiatan yang secara khusus mendukung strategi dan upaya guna menarik lebih banyak outbound traveler dari RRT yang tahun 2013 lalu mencapai jumlah lebih 100 juta. n

Musi Triboatton Segera Digelar

S

Musi Triboatton 2013.

elama seminggu even besar di Sungai Musi bernama Musi ­Triboatton ke-3 akan dilaksanakan pada 23–30 ­November 2014 ini. Konsistensi diterapkan Kementerian Pariwisata de­ngan terus menyemangati pemda dan masyarakat di kabupaten Empat ­Lawang, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Banyuasin dan Kota Palembang. ­Lintasan sungai yang dilewati sepanjang 523 kilometer. Sungai itu akan menjadi ajang lomba 10 tim dari dalam negeri dan 5–7 tim dari luar negeri, yakni Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Hongkong, RRT dan Korea Selatan. Tiga macam olahraga dayung dipadu di Musi Triboatton yaitu ­canoing, arung jeram, dan lomba perahu panjang atau perahu naga. Tahun lalu, diselingi juga dengan lomba perahu tradisional. Salah satu sumber daya alam yang besar potensinya bagi pengembang­ an pariwisata di Sumsel, ya itu, Sungai Musi. Masa depan pariwisata di sini akan banyak diandalkan pada kreatifitas memanfaatkan sungai, mengkombinasikannya dengan wisata budaya, kuliner dan sejarah. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

9


Aksesibilitas

K

Penerbangan pun Mau Outward Looking dan Offensive Sebentar lagi, ASAM, ASEAN Single Aviation Market, mestinya membawa implikasi positif bagi industri penerbang­an dan pariwisata kita.

alangan penerbangan na­ sional Indonesia sedang berupaya keras bersiap me­nyongsong pelaksana­ an ASAM, ASEAN Single Aviation Market, yang akan berlaku sejalan dengan kerangka ASEAN Economic Community (AEC) akhir tahun 2015 atau awal 2016. Konferensi Nasional Menghadapi ASAM, dengan serangkai­ an workshop, diselenggarakan oleh Ke­ menterian Perhubungan di Bandung, 8–9 Oktober 2014. Dari konferensi itu terungkap lagi antara lain kaitan langsung manfaat pelaksanaan ASAM bagi pariwisata ­Indonesia. Disebutlah manfaatnya: Mendorong pertumbuhan perdagan­ gan, perindustrian dan pariwisata; Men­dorong pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi hub, dengan adanya penerbangan langsung ke ne­ gara lain; Mendorong airlines nasional untuk keluar dari perspektif bisnis ­defensive dan inward looking menjadi offensive dan outward looking. Nah, ini antara lain dapat dilaksana­ kan dengan beberapa cara, yaitu: Mem­ perluas jaringan pelayanan; Mencipta­ kan hub baru atau memperkuat hub yang sudah ada; Meningkatkan kinerja dan daya saing, khususnya dalam hal kualitas pelayanan; dan bekerjasama dengan sesama airlines nasional atau dengan airlines asing. Dari sudut Indonesia, ASAM itu disikapi antara lain untuk rencana Multilateral Agreement on the Full

10

­ iberalization of Passenger Air Services, L MAFLPAS, kebebasan terbuka untuk open sky mengangkut penumpang, tetap akan dibatasi pada lima ban­ dara, yaitu Jakarta, Medan, Denpasar, Makassar dan Surabaya. Namun untuk kargo atau freight, terbuka dengan lebih banyak ban­ dara, yakni Batam, Palembang, Biak, ­Pontia­nak, Makassar, Manado, Jakarta, Surabaya, Denpasar. Menurut Direktur Angkutan Udara Kemenhub, penunjukan lima bandara untuk pelaksanaan MAFLPAS tersebut ialah, kelima bandara itu kini sudah menjadi tujuan dari hampir seluruh airlines asing yang terbang ke Indone­ sia. Juga, telah menjadi pintu masuk Indonesia yang terdiri dari wilayah timur, tengah dan barat. Kelima bandara itu pula yang paling siap dari sisi infrastruktur, mekanisme slot, keselamatan dan keamanan pener­ bangan, termasuk fasilitas penunjang. Dan, terletak di daerah dengan per­ tumbuhan ekonomi yang tinggi. Kalangan industri penerbangan, memang, mengakui bahwa ada ga­ gasan dari sebagian anggota ASEAN, yang menginginkan agar ASAM ber­ arti mem­buka penerbangan pada se­ mua bandara internasional yang ada di ­negara anggota. Ide itu akan membuat Indonesia harus membuka bandara yang jauh lebih banyak jumlahnya dibanding­ kan dengan masing-masing anggota ASEAN lain. Pihak Indonesia tentu

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

tak sependapat, maka alasan dan per­ timbangan tersebut di atas, itulah yang paling tepat bagi kepentingan nasional Indonesia. Namun bagi penerbangan charter, disebutkan dalam Roadmap ASEAN di bidang ekonomi/komersil 2010–2015, bahwa langkah-langkahnya ialah me­ liberalisasi angkutan charter pada rute internasional yang tidak dilayani air­ lines berjadwal, sedangkan yang lain­ nya dilakukan secara case by case. Adapun pungutan-pungutan biaya di bandara termasuk passenger service charge (PSC), akan disesuaikan ­dengan standar yang telah ditetapkan oleh ICAO (International Civil Aviation Or­ ganization).

Peran Maskapai Nasional

Peran operator penerbangan nasio­ nal relatif kian besar dalam menye­ diakan seat capacity pada penerbangan luar negeri. Asosiasi Perusahaan Pener­ bangan Nasional Indonesia (INACA) dalam laporan tahunannya menyebut­ kan, pada jadwal periode 27 Oktober 2013–29 Maret 2014 terlihat maskapai nasional menyediakan 44% dari kes­ eluruhan 21.624.928 seat capacity pada international direct flight to Indonesia. Rute penerbangan langsung luar negeri bagi Indonesia masih membuka peluang luas. Beberapa airlines di tahun 2013 mempersiapkan diri membuka rute penerbangan langsung tersebut, antara lain ke Filpina, beberapa kota Eropa termasuk London, Paris.


Beberapa maskapai internasional juga bersiap diri menambah ­frekuensi pener­bangan ke/dari Timur Tengah. Semua itu merupakan pilihan dari ber­ tambahnya jumlah armada pesawat, yang praktis setiap bulan kini ada saja pesawat baru didatangkan oleh operator berdasarkan kontrak pembelian jangka panjang yang telah ditandatangani se­ jak beberapa tahun lalu. Di dalam negeri sendiri, seakan satu peristiwa kebetulan bahwa tahun 2013 industri penerbangan nasional meng­ alami untuk pertama kali selama sepu­ luh tahun terakhir, tingkat pertumbuh­ an jumlah penumpang di rute dalam negeri hanyalah berkisar 6%. Padahal sebelumnya rata-rata per tahun ber­ tumbuh antara 12–20%. Selama ini pula kalangan ­maskapai penerbangan nasional mengakui ku­ rang memperhatikan perlunya terbang ke luar negeri, karena, konsentrasi pe­nerbangan di dalam negeri saja, te­ lah cukup memberikan bukan hanya ‘­kesibukan’, tetapi terutama penghasil­ an kas yang menggembirakan. Melihat keluar, outward looking, mau tak mau kini haruslah dilakukan de­

ngan mencari kemungkinan dan mem­ buka rute-rute penerbangan regional dekat, ya, tentu saja ASEAN. Dalam rangka kesiapan airlines menghadapi ASAM, salah satu workshop pada Konferensi Nasional di Bandung itu, menghadirkan empat pembicara, yakni dari Direktorat Angkutan Udara, PT Garuda Indonesia, PT Lion Airlines, dan PT Cardig Arilines, dihadiri oleh 56 peserta. Inilah antara lain kesimpulan dari workshop tersebut: 4ASAM harus dianggap sebagai pe­ luang dan negara anggota ASEAN di­ undang untuk memanfaatkan terbu­ kanya pasar ASEAN dengan adanya ASEAN Single Avitation Market. 4Liberalisasi harus dilihat sebagai inte­grasi pasar yang akan disikapi ­Indonesia dengan proses bertahap. Di bidang hak angkut penerbangan, saat ini liberalisasi disikapi Pemerintah ­Indonesia dengan membatasinya hing­ ga hak angkut kelima. 4Pertimbangan pemerintah dalam pe­rundingan mengintegrasikan pasar ASEAN di bidang angkutan udara

tidak hanya berdasarkan aspek ekono­ mi, namun juga aspek politik, sosial, pertahanan dan keamanan negara. 4ASAM harus disikapi pula dengan kesiapan, baik dari sisi pemerintah dan bisnis (pelaku usaha). Di sisi peme­ rintah, perlu menyiapkan diri dengan harmonisasi regulasi antarinstansi yang dapat mendukung kemajuan industri penerbangan sipil nasional, sedangkan dari sisi bisnis (pelaku usaha) kesiap­ an tersebut harus dilakukan masingmasing perusahaan guna efisiensi dan efektifitas perusahaan untuk dapat me­ manfaatkan pasar dan meningkatkan daya saing. 4ASAM harus disikapi dengan kerja sama intensif antara pelaku usaha dan pemerintah, bersatunya suara pelaku usaha kepada pemerintah, serta ber­ satunya suara pemerintah dan pelaku usaha dalam forum internasional. 4Sebagai tindak lanjut Konferensi Na­ sional ini, Direktorat Angkutan Udara akan membuat mapping masalahmasalah yang harus diatasi secara ber­ sama, dengan target waktu penyelesai­ an dan unit kerja yang bertanggung jawab atas penyelesaiannya. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

11


Media

P

ara pelaku pariwisata dan pe­ merintah daerah, perlu pula kini melongok lebih menda­ lam ke Radio Repubik Indo­ nesia. Setiap tahun melalui siaran Voice Of Indonesia (VOI), RRI mengadakan kuis tentang Indonesia bagi ­pendengar warga negara asing. Responnya, di­ nyatakan, luar biasa. Pemenang kuis datang dari berbagai negara di berbagai kawasan di dunia. Dari Jerman, Mesir, Bangladesh, China, Yaman, Amerika Latin dan lain-lain. Para pemenang itu warga negara dan penduduk setempat, bukan WNI yang sedang tinggal di sana. Mereka diun­ dang berkunjung ke Indonesia sebagai hadiah. Mereka dibawa jalan-jalan ke daerah yang berbeda-beda dari tahun ke tahun. VOI bekerja sama dengan beberapa stasiun RRI di daerah, yakni di Ban­ dung, Denpasar, Banjarmasin, dan Sa­marinda. Pernah juga kerja sama dengan stasiun di Jogja dan Makas­ sar namun belum diaktifkan kembali. Di keempat stasiun yang bekerja sama itu pun dilaksanakan siaran berbahasa ­Inggris. Jadi, pemerintah daerah rasanya tidak perlu ragu untuk mendistribusi­ kan berbagai macam informasi menge­ nai daerah, termasuk pariwisatanya, melalui RRI dan VOI. Sudah enam tahun sejak 1 Maret 2008, VOI mengudara tiap hari selama 24 jam dengan program-program da­ lam 8 bahasa: Indonesia, Inggris, Spa­ nyol, Perancis, Jerman, Arab, Jepang dan Mandarin. RRI World Service Voice of Indonesia tersebut merupakan siaran luar negeri RRI yang melayani pende­ ngar internasional melalui gelombang pendek dan koneksi internet. (Latar belakangnya, sejak tahun 2005, VOI menjadi lembaga penyiaran publik. Di bawah UU Penyiaran No.32/2002,

12

Melalui Radio Kita,

Dwitra Silvana Sostrodimoeljo (depan, kanan) pengusaha asal Indonesia yang memasarkan produk busana dan pariwisata Indonesia di Amerika Serikat, satu di antara penerima hadiah Bilik Sastra RRI tahun ke-4 saat menerimanya di Jakarta pada 26 Oktober 2014.

VOI menjadi stasiun penyiaran inde­ penden) Program siaran khusus di antaranya berjudul, Diplomatic Forum, Special ­Interview, Bilik Sastra, dan Interna­ tional Quiz untuk pendengar orang as­ ing. Disamping itu menyelenggarakan ja­ringan siaran reguler Exotic Indone­ sia untuk pendengar WNI dan WNA lain. Program tersebut dapat dinikmati melalui Pro 2 RRI Denpasar, Pro 4 RRI Banjarmasin, Pro 2 RRI Ban­dung, Pro 2 RRI Samarinda, dan Pro 2 RRI ­Bukittinggi. Dunia maya dan media sosial pun sudah dimasuki oleh media radio ini. Ada situsnya www.voi.co.id, akun Face­ book Voice of Indonesia, akun Twitter @ voiindonesia, YouTube Voice of Indonesia dan Google Plus (g+) Voice of Indonesia.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

Selain menggunakan pemancar SW, AM, dan FM, VOI juga disiarkan mela­ lui audio streaming dan RRI Play di ­aplikasi Android. “RRI sudah memiliki audio dan video streaming yang dapat diikuti oleh masyarakat di manapun berada,” ujar Direktur Utama RRI, Rosarita Niken Widiastuti. Lanjutnya: “Kita akan ikuti terus-menerus perkembang­ an teknologi. Terobosan-terobosan de­ngan teknologi informatika terus kita terapkan. RRI sudah menerapkan sistem digital, dan itu bukan hanya di bidang siaran saja tetapi juga pada dis­ tribusi siaran. Transmisi sudah digital. Perkembangan teknologi sangat cepat sekali. Jadi, Indonesia harus mengi­ kuti setiap perkembangan yang terjadi ­secara global.”


Juga Menjangkau Dunia

Atas: Para pemenang International Quiz 2014 mengunjungi Yogyakarta dan sekitarnya. Bawah: Dari studio Voice of Indonesia RRI Jakarta untuk dunia.

Bagi daerah-daerah yang berminat berpromosi melalui media radio di da­ lam dan keluar negeri bisa mengontak RRI terlebih dahulu sebelum mengi­ rimkan materi yang akan disiarkan baik melalui pos atau melalui surat elektron­ ik. Bentuk kerja samanya nanti adalah G to G, antarpemerintah. Karena RRI beroperasi tidak murni komersial maka biayanya pun relatif lebih terjangkau. “Materi promosi di dalam negeri bisa dikirimkan ke siaran Pro 3 RRI. Materi promosi keluar negeri bisa lang­ sung dikirimkan ke VOI di Jakarta. Tetapi karena VOI terbatas, materi bisa dikirim dulu ke Pro 3, nanti bisa lang­ sung di-link-kan dengan VOI,” Eddy Sukmana, Kepala Stasiun Luar Ne­geri RRI World Service Voice of Indonesia menjelaskan.

Dia mencontohkan, belum lama ini VOI bekerja sama dengan Pemda Batam. Materi-materi promosi me­ ngenai Batam bisa disampaikan dalam berbagai program acara. Kemasan dan format acaranya bisa dilakukan secara on air dan off air. Rosarita Niken yang saat ini men­ jabat President of AIBD General Con­ ference berharap, kerja sama antara Kementerian Pariwisata dan The Voice of Indonesia dapat terus ditingkatkan sebab jangkauannya ke seluruh dunia. Jadi, di samping menyiarkan infor­ masi dan berita yang terjadi di tanah air, juga menyiarkan program-program khusus seperti program Anak Bangsa yang menghadirkan diaspora, tenaga kerja Indonesia, para pelajar yang ber­ ada di luar negeri untuk berbagi cerita

dan motivasi. Bilik Sastra, menampil­ kan karya-karya tulis dari para peran­ tau Indonesia dalam bentuk cerpen, puisi atau esay. Dan Kampung Halaman isinya mempromosikan Indonesia. Berarti pula bahwa siarannya di­ dengarkan oleh penduduk setempat dan warga negara lain yang ingin tahu lebih banyak tentang Indonesia, bukan hanya tentang Bali yang sudah sangat dikenal. Antara RRI dan Kementerian Pari­ wisata ada jalinan kerja sama. Yang masih berjalan hingga saat ini di antaranya, program Dialog Interaktif, beberapa program promosi pariwisata, dan kini di laman RRI Play, setiap sta­ siun RRI di daerah menampilkan fotofoto ikon-ikon pariwisata daerah. Tentu saja selain melalui VOI-RRI, bahan-bahan informasi dan promosi sebenarnya juga perlu didistribusikan ke radio-radio dan televisi-televisi in­ ternasional semisal BBC, NHK, KBS, AFP, CNN dan lain-lain. Film-film pendek mengenai obyek-obyek wisata yang didistribusikan melalui lintas me­ dia di luar negeri akan sangat efektif. Adapun dimaksud dengan AsiaPacific Institute for Broadcasting Deve­ lopment (AIBD) merupakan organisasi antar-pemerintah negara-negara yang tergabung dalam United Nations Eco­ nomic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) di bidang pengembangan media elektronik. Organisasi ini didirikan tahun 1977 di bawah naungan UNESCO, tujuan­ nya untuk menciptakan lingkungan media elektronik yang hidup dan ko­ hesif di kawasan Asia-Pasifik melalui kebijakan dan pengembangan sumber daya. Anggotanya terdiri dari 26 nega­ ra, 76 afiliasi dan lebih dari 50 mitra di Asia, Pasifik, Eropa dan Amerika Utara sejak Oktober 2012. Sekretariatnya ber­ada di Kuala Lumpur, Malaysia. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

13


Fam Trip

Daerah Menindaklanjuti seraya Meningkatkan

Pemasaran dan Penjualan Online Kali ini dari Nanjing ke Bali-Lombok-Yogya

Sepuluh orang mewakili media dari Nanjing, RRT, terbang melalui Hong Kong langsung mendarat di ­Denpasar, Bali. Mereka terdiri atas: Kong Xiao Fang, Reporter and Editor Yangtse Eve­ ning Post, Meng Rui, Reporter TV Nan­ jing Broadcast System, Zhu Wei, Execu­ tive Producer 18CH, Broadcast TV Bloc, Nanjing, Shen Wen, Editor Nanjing Daily, Wang Tao, Editor Metro News­ paper, Longbin Wang, Anchorman China Jiangsu Broadcasting Corpora­ tion, Deng Qian, Journalist Modern Express Newspaper, Chen Man, Edito­ rial Director Nanjing Daily, Bao Chen, Director Photography China Jiangsu Broadcasting Corp, Li Jing, jurnalis Jin­ ling Evening Newspaper. Tujuan perjalanan ialah ke Bali, Lombok dan Yogyakarta dari tang­ gal 15 sampai19 Oktober 2014. Bisa dibayangkan betapa sibuk dan padat kegiatan mereka dari satu peninjauan on the spot obyek daya tarik wisata, ke satu obyek lain. Hari pertama seusai sarapan pagi, langsung menuju Tampak Siring, dan di Desa Batu Bulan ikut bersama wis­ man lain memenuhi tempat duduk menonton atraksi Barong Dance. Dari sana menuju Ubud dan di situ sambil makan siang menikmati pemandang­ an alam persawahan Ubud yang telah terkenal. Makan siangnya di Crispy Duck Restaurant. Lalu pergi melihatlihat Ubud Palace, rumah raja Ubud yang penuh ukiran dan arsitektur tra­

14

disional Bali, meneruskan ke Puri ­Saren yang didirikan tahun 1800–1823. Sore hari, perjalanan terus dilanjut­ kan menuju Tanah Lot. Semua ­ceria lagi sambil menikmati keindahan dan romantisme rasa yang diselipkan ­panorama matahari tenggelam di batas horizon. Setelah puas, mereka melan­ jutkan perjalanan ke pantai Jimbaran, menghabiskan waktu dengan beach dinner yang kini sudah tersohor luas di pasar wisman di Australia, Asia hingga Eropa. Esoknya setelah sarapan di hotel, langsung terbang menuju Lombok. Mendarat di sana dengan Garuda ­Indo­nesia, dari bandara langsung ke tujuan berikutnya ke Gili ­Trawangan. Nah, makan siang sudah berada di restoran di gili itu. Lalu ber­gerak ­mengeksplorasi Gili Trawangan, snor­ keling di laut dan berakhir dengan ma­ kan malam di hotel. Esoknya lagi, makan pagi lebih awal karena hendak pergi langsung me­

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

nuju Tanjung An pantai Kuta di Pulau Lombok. Di sini menyaksikan desa tradi­sional Sasak, telah tersohor juga dengan rumah berlanskap tradisional, terdiri dari bangunan yang namanya: Bale Tani, Bale Lumbung dan Bale Kodong. Sesudah itu desa lainnya lagi, Sukarare, ini desa yang terkenal meng­ hasilkan kain tenun dan songket. Puas di sini, lanjut ke Desa Banyu­ mulek. Makan siang di resto lokal. Sesudah itu terbang lagi, menuju Yog­ yakarta. Makan malam masih bersama di hotel, lalu mereka bebas menikmati program dan minat sendiri-sendiri. Di Yogya. Jelas mengunjungi Candi Borobudur pagi hari, Prambanan, dan Kota Gede di mana mereka cukup sibuk menyaksikan silver smith bekerja, dan toko-toko penjual kerajinan perak itu. Kemudian ke Museum Batik, nah, mereka pun terlibat, bukan duduk saja, tapi merasakan bagaimana pengalaman (belajar) membuat batik. Itulah keter­ libatan ‘tamu’ di sini dalam kegiatan masyarakat membatik. Menjelang malam sudah berada kem­ bali di bandara Yogyakarta, dari sana terbang ke Denpasar. Beberapa jam berada di pulau ini, usai makan malam di restoran lokal lain lagi, me­reka pun menikmati Spa Treatment selama 1–2 jam. Rampung perjalanan mereka. Tengah malam terbang pulang menuju Nanjing di negeri mereka. Esoknya atau lusanya niscaya ­masing-masing sibuk menulis, meng­edit, memproduk­ si dan menerbitkan news story di media masing-masing. Di Nanjing.


Di Tanah Lot, Bali. Kalau bisa, dalam empat hari, mengunjungi sebanyak mungkin tempat.

Bagaimana daerah memanfaatkan fam trip seperti ini?

Nanjing, ibukota Provinsi Jiangsu di timur Cina berpenduduk lebih delapan juta di antaranya sekitar 6.550.000 berdiam di perkotaan. Tahun 2013 PDB per kapita (harga saat ini) tercatat RMB 98.174 atau US $ 16.041, me­ ningkat 11 persen dari 2012. Disposable income rata-rata penduduk perkotaan sebesar RMB 36.200 atau sekitar US$ 5.915, sedangkan penduduk pedesaan mempunyai rata-rata sebesar RMB 14.513. (US$ 1 = RMB 6,12) Lokasinya 300 kilometer barat laut dari Shanghai. Jadi untuk ke Indonesia, wisatawannya bisa menempuh rute ke Shanghai atau ke Hong Kong terlebih dahulu, namun dari sudut jarak dan tentu saja ongkos tiket penerbangan, dari Hong Kong ke Indonesia jaraknya lebih dekat. Kehidupan kota itu pun dewasa ini digambarkan dinamis dengan per­ tumbuhan ekonomi perdagangan dan pembangunan kota yang relatif cepat.

Kota ini bahkan kedua terbesar seba­ gai pusat perdagangan di wilayah Cina Timur setelah Shanghai. Para reporter, penulis dan produser setelah mengikuti fam trip tadi, di ne­ gerinya akan mempopulerkan kepada masyarakat umum (konsumen) tentang daya tarik berwisata di Yogyakarta, Bali dan Lombok. Nah, para pelaku pariwisata di des­ tinasi tersebut, termasuk regulator dan fasilitator pemerintah daerah, seyogia­ nya memanfaatkan arus informasi tersebut dengan berupaya ­mendorong lagi masuknya informasi produk wisata ke masyarakat setempat. Lapor­an dan news story yang dibaca oleh masyarakat, tentulah ibarat pintu dan jendela melaluinya masyarakat melihat gambaran dari destinasi Yogya, Bali dan Lombok. Namun gambaran tentang destinasi pada tahap itu boleh jadi masih bersifat citra, dan, memben­ tuk persepsi. Atau, membangun dan meluaskan awareness. Diperlukan beri­ kutnya ialah upaya membangun dan meluaskan desire to purchase.

Pertanyaannya, siapa di antara para pelaku bisnis wisata di destinasi, yang akan mengirimkan dan ­mengedarkan ‘produk wisata yang layak jual untuk pasar Nanjing?’ Masyarakat di RRT kini sudah maju dalam penggunaan ICT. Maka, setidaknya, mengirim­ kan dengan beruntun, konsisten, penawaran paket wisata ke sasaran pengguna internet di Nanjing, akan samalah seperti sebaliknya, para opera­ tor tur di RRT sendiri yang konsisten dan ‘agresif ’ memasarkan dan menjual paket-paket wisata melalui internet ke keluar negerinya, demi mendorong ­desire to purchase alias menarik wisman membeli paket tur lalu berkunjung ke RRT. Dari sudut aksesibilitas atau peran airlines, tiga kota utama di RRT yaitu Beijing, Shanghai, Guangzhou di­ tambah Hong Kong telah dihubung­ kan dengan penerbangan reguler, dan beberapa kota secondary telah dilayani dengan penerbangan charter ­berjadwal oleh salah satu airlines nasional ­Indonesia.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

15


Fam Trip Bukankah ke Nanjing terbuka pe­ luang penerbangan charter pula? Kalau operator penerbangan belum meng­ ambil inisiatif, maka para operator akomodasi dan tur di destinasilah yang mau tak mau perlu mengambil peran. Pasar sudah dibuka. Kita menargetkan wisman keselu­ ruhan dari RRT tahun 2014 ini un­ tuk mencapai 1 juta. Delapan bulan Januari–Agustus 2014 sudah tercatat 645.483 wisatawan dari RRT, mening­ kat 27.61% dari periode sama tahun sebelumnya sejumlah 505.812. Jumlah

flight) tersebut berjumlah sekitar 2 X 586.612 = 1.173.224 seat pulang pergi Maka, kapasitas tempat duduk one way dari luar negeri, keseluruhannya bisa mengangkut 586.612 orang. Wisman dari RRT ke Indonesia se­ bagian masuk melalui penerbangan ke destinasi lain terlebih dahulu, seperti ke Malaysia, Singapura atau Filipina, di samping dengan direct flight tadi. Ada operator tur dari Tiongkok bek­ erja sama dengan salah satu airlines Indonesia, Sriwijaya Air, menyeleng­ garakan penerbangan charter dari kotakota: Hangzhou, Ningbo, Nanjing, Chengdu, Wenzhou, Zenzhou, Cagsa, Chongqing. Operasinya berdasarkan

Mereka excited saat menanti mulainya pertunjukan Barong Dance di desa Batu Bulan, Bali.

outbound traveler dari RRT per tahun kini telah di atas angka 100 juta. Dari data kapasitas penerbangan ­winter season Oktober 2013–Maret 2014 tercatat penerbangan ­langsung dari RRT ke Indonesia pulang pergi oleh maskapai penerbangan asing ber­ jumlah 297.960 seat, oleh penerbang­ an nasional pulang pergi ­berjumlah 288.652 seat. Total pulang pergi 586.612 seat. Berdasarkan data itu, ten­ tulah dalam 12 bulan setahun kalender kapasitas penerbangan langsung (direct

16

blocked charter. Cara ini menjamin pe­ sawat akan terisi penuh, dengan meng­ gunakan pesawat B737-800. Operasi sistem blocked charter itu juga diterapkan oleh Citilink dari dan ke kota-kota di Tiongkok. Menariknya, penerbangan ­charter tersebut ada yang mengambil rute Wuhan–Batam–Denpasar, ada rute Changsa–Balikpapan–Denpasar, dan Chongkin–Batam–Denpasar. Dengan kata lain, destinasi di luar Bali adalah Batam dan Balikpapan.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

Memperhatikan perilaku mereka

Ini bagian lain dari langkah sukses menggarap wisatawan RRT. Ada pene­ litian yang mengindikasikan, salah satu alasan berwisata ke luar negeri bagi mereka adalah justru rasa relaksasi dan rencana yang terbatas. Kalau sebagian besar orang Barat ­cukup sering mendalami setiap aspek dari perjalanan dan lebih memilih ­untuk sepenuhnya membenamkan diri dalam satu kota tertentu, wisatawan RRT umumnya ingin menjalani ­pengalaman wilayah yang lebih luas sebagai bagian dari paket tur yang direncanakan oleh agen perjalanan. Beberapa perbedaan dalam gaya liburan adalah kenyataan bahwa wisatawan Barat telah berpengalaman menjelajahi sendiri bepergian ke luar negeri sebelumnya sementara beper­ gian ke luar negeri relatif baru bagi wisatawan RRT. Mereka ingin belajar sebanyak yang mereka dapat dari dae­ rah yang lebih luas melalui program terstruktur sementara orang Barat akan merencanakan lebih rinci untuk ­istirahat sendiri di sesuatu kota atau destinasi. Ada satu lagi. Perbedaan besar antara wisatawan RRT dan Barat tampak pada sikap mereka terhadap ­pengeluaran uang dan jenis barang yang akhirnya mereka beli. Toko-toko suvenir adalah bisnis be­ sar di banyak negara tetapi tampaknya sebagian besar turis Barat akan mem­ beli di tempat yang murah. Wisatawan Cina sangat senang bisa mengeluarkan dompet, telah menjadi nomor satu sebagai pemboros, tetapi pembelian ­mereka sering pada barang dengan nama besar desainer seperti sepatu dan tas daripada buatan lokal produk atau barang kerajinan tra­ disional. Di Perancis, 87% dari barang yang dibeli oleh turis Cina adalah fashion item Paris. Ya, informasi dan indikasi itu tentu perlu diperhatikan. n


Bisnis Destinasi

Hotelier Jakarta di Tengah Persaingan

Pesanan Online Meningkat, Optimis di Tahun 2015

D

ata terakhir dicatat ada 219 Jalan Thamrin–Sudirman merupakan hotel berbintang di Jakarta. lokasi berbagai kantor pusat pemerin­ Tingkat Penghu­nian Ka­ tahan, kedutaan besar, korporasi na­ mar (TPK) rata-rata hotel sional dan multinasional, serta bebe­ berbintang 4 dan 5 sekitar 70% sampai rapa convention hall besar berada. 80% per tahun dalam 2 tahun terakhir. Berbagai macam akomodasi di kawasan TPK rata-rata hotel-­hotel tersebut dan sekitarnya berbintang 3 dan bujet hampir bisa dipastikan malah bisa lebih dari itu. akan dipenuhi tamu Hotelier di Jakarta merasa­ dari hari Senin sampai kan tahun lalu merupakan Kamis atau Jumat. Di tahun paling bagus di bis­ akhir pekan, tingkat nis ini. okupansinya bisa turun General Manager, Grand di kisaran 45 sampai 50 Mercure Harmoni Jakarta, persen. Engkun Kurnia menga­ Rika Rachmawati takan, “Di Jakarta, selama Suanda, Director of Sales keamanan terjamin TPK & Marketing Grand Sa­ Engkun Kurnia masih bisa di atas 70 pers­ hid Jaya Jakarta yang en. Kalau keamanan tidak terjaga TPK berlokasi di kawasan Sudirman men­ hotel pasti turun. Tapi, kalau keaman­ gatakan, ”Tahun 2012 occupancy hanya an dan stabilitas politik oke, walaupun 60%–70% in average. Tahun 2013, persaingan ketat, bisnis ini di Jakarta kami bisa mencapai rata-rata 85%. Ta­ masih menjanjikan.” hun 2014 memang drop, paling tinggi Di kawasan sepanjang dan sekitar hanya 70% makanya ha­rus dikejar

mulai dari Agustus sampai Desember nanti. Untuk tahun depan paling tidak bisa dipatok sampai dengan 85% ratarata.” Tamu-tamu yang menggunakan jasa akomodasi di Ibukota pada umumnya bertujuan bisnis atau untuk melaku­ kan pekerjaan. Rata-rata lama mengi­ nap tamu 1 sampai 2 malam atau 2–3 hari saja. Itu dilakukan baik oleh tamu ­Indonesia maupun tamu asing. Selama 2 tahun terakhir hingga pertengahan tahun 2014 angka-angka itu tidak me­ ng­alami perubahan.

Dominasi pejalan bisnis domestik

Pada kurun waktu 1980-an hingga awal 1990-an, hotel-hotel berbintang di Jakarta banyak menerima tamu­tamu dari Eropa yang bertujuan leisure, bukan untuk berbisnis. Sebab pada waktu itu banyak daerah di Indonesia belum terhubung secara langsung de­ ngan ­tujuan-tujuan internasional.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

17


Destinasi Jakarta

Tingkat Penghunian Kamar di Hotel Berbintang di DKI Jakarta 2009–2013

Misalnya, wisatawan asing yang hendak menuju Jogja mesti mendarat dahulu di Jakarta. Setelah menginap se­ malam, baru keesokan hari memulai tur overland Jawa menuju Bandung, Jogja dan seterusnya. Bisa dikatakan, ham­ pir semua hotel di Jakarta menikmati tamu-tamu dari Eropa yang hendak Sumber: diolah dari http://bps.go.id berwisata di Indonesia pada saat itu. Sekarang, wisatawan di Singapura dan Malay­ nya 35% tamu asing pada 2012 lalu. dari Eropa, Jepang, sia sempat mengalami Sejak tahun 2013 perbandingannya ­negara-negara ASEAN penurunan cukup signifi­ mulai berimbang. Tamu asing paling ­sudah bisa langsung ter­ kan, di Jakarta dampak­ banyak menginap di sini berasal dari bang ke tujuan. ­Seperti nya relatif tidak terlalu Jepang, Korea, dan Timur Tengah. warga Malaysia yang mau terasa. ­Tamu-tamu dari Timur Tengah dan ke Bandung. Kondisi bisnis perho­ Cina bertujuan leisure mulai masuk se­ Sebelum maskapai telan di Jakarta selama jak awal 2014. ­AirAsia melayani rute tahun 2013 sangat baik Hotel Indonesia Kemipinski mencatat langsung ke dan dari diban­dingkan dengan perbandingan tamu nusantara dan Bandung, mereka biasa­ ta­hun sebelumnya dan mancanegara sekitar 70 : 30 s­elama Rika Rachmawati Suanda nya menginap dulu di tahun 2014 yang sedang tahun 2012–2013. Berdasarkan kewar­ Jakarta. Sekarang pun berjalan. ­Revenue yang di­ ganegaraan, orang Indonesia mendomi­ masih ada sebagian yang melakukan­ capai pengelola hotel dari tahun 2012 nasi, diikuti oleh tamu dari Singapura, nya agar terhindar dari kemacetan di ke 2013 juga meningkat Jepang, Malaysia, dan dalam Kota Kembang terutama saat sangat bagus. Pelaku in­ Australia. akhir pekan atau masa liburan panjang, dustri ini di Ibukota me­ Tamu domestik lebih dan untuk mencari tiket pesawat yang natap tahun 2015 dengan banyak menginap dalam lebih murah. Begitu pula wisman dari optimis dan yakin kon­ grup sebab umumnya Eropa mulai memanfaatkan pener­ disi bisnis akan lebih baik datang ke Jakarta untuk bangan melalui bandara-bandara hub daripada tahun 2014 ka­ mengikuti ke­giatan atau di Singapura dan Kuala Lumpur yang rena diperkirakan situasi even. Sedangkan tamu langsung menuju ke berbagai destinasi perekonomian akan lebih ­asing lebih banyak datang wisata di Indonesia. stabil. sebagai FIT. Hoteliers di Jakarta merasakan pe­ Executive Assistant Ma­ Tamu asing dari Jepang Golly Lutfi rubahan ini semenjak peristiwa keru­ nager Sales & Marketing, cukup mendominasi sebab suhan 1998. Sebelumnya hampir se­ Sari Pan Pacific Jakarta, di kedua ruas jalan utama mua hotel memasang tarif dalam dolar. Golly Lutfi menggambarkan, “Sejak di negeri ini dan kawasan sekitarnya ber­ Namun setelah itu semua dikonversi tahun 2012, posisi tamu-tamu kami ada kantor-kantor perwakil­an korpo­ menjadi rupiah. Agar bisnis tetap ber­ belum berubah. Pertama, tamu Indo­ rasi besar Jepang. Negara Jepang masih tahan, pasar dialihkan ke pasar domes­ nesia, lalu kedua dari Jepang, kemudi­ menjadi investor utama di Indonesia. tik. Sejak tahun 2000 hingga sekarang an Singapura, Malaysia, dan Australia. Lokasi kedutaan besarnya juga berada tamu mulai berdatangan kembali, Tamu Indonesia bisa mencapai 55% di kawasan tersebut se­hingga ada pe­ tetapi yang datang lebih banyak ialah dan sisanya 45% tamu asing. Tamu rasaan comfort bagi mereka. Selain itu, business traveler, terutama pejalan bisnis Jepang bisa mencapai sekitar 20% dari kecenderungan loyalitas pelanggan dari domestik. Maka ketika global economic total tamu asing yang menginap.” Jepang terhadap suatu merk. decrease merebak kembali sehingga Tamu domestik di Grand Sahid Jaya Sari Pan Pacific Jakarta dibuka tahun membuat tingkat hunian kamar hotel mendominasi hingga 65% dan selebih­ 1976. Pada awal berdirinya, perusaha­

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014


an dari Jepang mempunyai setengah dari kepemilikan hotel. Dan tamu­tamu dari Jepang tetap percaya dengan hotel ini hingga sekarang. Hotel Indonesia yang berada tepat di jantung Ibukota adalah cagar budaya bagi Indonesia. Ini hotel bertaraf inter­ nasional pertama di Asia Tenggara yang didirikan oleh Presiden Republik Indo­ nesia pertama, Ir. Soekarno. Hotel ini sekarang dikelola oleh Kempinski. “Catatan sejarah hotel ini memi­ liki pengaruh besar. Sejarah itu sendiri menjadi daya tarik hotel kami bukan hanya bagi tamu-tamu lokal tapi juga tamu-tamu dari mancanegara. Apalagi ini kan merupakan salah satu bagian dari cagar budaya Indonesia. Hal ini sangat jelas akan menjadi unique ­selling point Hotel Indonesia Kempinski Jakarta apabila dibandingkan dengan hotel lainnya. Sebagai contoh, sampai sekarang kami menghidangkan Bubur Ayam HI yang sudah melegenda itu. Ada tamu kami yang sengaja datang untuk me­ ngenang masa lalu dengan menyan­ tap Bubur Ayam HI,” ujar Rebecca ­Leppard, Director of Public Relations Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

Pemesanan secara online meningkat

Rata-rata total production melalui ­online di hotel-hotel berbintang 4 dan

Sari Pan Pacific Jakarta dan Jl. M.H. Thamrin

Hotel Indonesia Kempinski Jakarta.

5 di Jakarta sudah mencapai 30 persen. Sebagian besar melalui situs hotel atau grup hotel, diikuti oleh pihak ketiga melalui OTA (Online Travel Agent) se­ perti Agoda dan lainnya. Ini dilakukan terutama oleh tamu-tamu asing. Sisa­ nya 70% tetap melalui jalur tradisional lewat biro perjalanan dan umumnya dilakukan oleh tamu domestik. Di kalangan hoteliers di Ibukota kini ada kecenderungan ingin meningkat­ kan performa dari lini online di tahuntahun mendatang. Bukan hanya dari pemesanan individual tetapi juga dari klien grup-grup besar maupun kecil. Meskipun performanya baru di kisaran

(Foto: http://www.kempinski.com/en/jakarta/hotel-indonesia)

30% tetapi banyak keuntungan yang telah dirasakan. Golly Lutfi melihat perbandingan antara pemesanan melalui cara tradisio­ nal dan secara online sekitar 70:30. “Itu mulai dari 2012–2013 sampai sekarang. Kami sudah mulai arahkan tamu-tamu untuk memanfaatkan web­ site hotel. Begitu mereka booking bisa langsung mendapatkan konfirmasi se­ cara instan. Ke depannya, kami ingin perban­dingannya menjadi 70 melalui online dan 30 saja yang melalui tradi­ sional. Bagi kami lebih enak yang on­ line, saving lebih banyak dalam bebe­ rapa hal. Mulai dari kertas, human error dan lain-lain,” jelasnya. Penggunaan telepon pintar dan tablet terus meningkat dan semakin banyak konsumen membeli produk-produk perjalanan dan pariwisata melalui perangkat tersebut. Secara global, pe­ masaran digital akan mengambil porsi terbesar pada tahun 2019. Peningkatan penggunaan perangkat bergerak karena tamu mengharapkan respon yang lebih cepat dari properti dan merek.

Pertumbuhan positif

www.panpacific.com/ en/.../jakarta

Diperkirakan, Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan permintaan kamar hotel yang positif, terutama di

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

19


Destinasi Jakarta Jakarta dan Bali. Permint­ grup hotel terbesar di aan kamar hotel di Jakarta dunia ini sedang mem­ diperkirakan akan te­rus bangun 71 hotel dengan positif di tahun-tahun 13.187 kamar di 34 kota, mendatang. Beberapa des­ antara lain di ­Jakarta, tinasi menerima pasokan Bandung dan sekitarnya. kamar dalam jumlah besar Beberapa merk high class selama satu tahun terakhir seperti Waldorf dan Hil­ yang pada akhirnya me­ ton diperkirakan akan Rebecca Leppard nyebabkan berkurangnya meramaikan kompetisi pendapatan per kamar. di Jakarta pada 2018. Be­ Kelebihan pasokan tersebut akan dapat lum lagi supply dari hotel-hotel bintang segera diserap dengan pe­ningkatan per­ 3 yang diperkirakan belum akan turun mintaan pariwisata yang diyakini akan hingga beberapa tahun ke depan. meningkatkan kembali tingkat peng­ Rebecca Leppard optimis prospek hunian begitupun dengan tarif kamar bisnis hospitality di tahun 2015 dan yang akan naik di sebagian besar pasar. dua tahun ke depan akan terus berkem­ Asia Tenggara memimpin di depan bang. Hal ini terjadi seiring dengan semua subregional lainnya dengan perkembangan teknologi dan era glo­ peningkatan year-on-year 9,9 persen balisasi di mana semua orang dari kedatangan traveler. Di negara-negara berbagai belahan dunia akan dengan Asia, termasuk Indonesia, pemerintah­ sa­ngat mudahnya masuk dan berkun­ nya memperluas kapasitas bandara, jung ke negara-negara lain termasuk kereta api dan pelabuhan laut sekaligus Indonesia. Tentunya hal tersebut akan meningkatkan konektivitas kota dan menjadikan semakin banyak travelers infrastruktur sebagai bagian dari upaya yang membutuhkan jasa akomodasi. untuk meningkatkan pariwisata. Khusus di Ibukota Jakarta, total Bagaimana Jakarta pasokan hotel naik sampai sekitar 30 menjadi kota bisnis? Cukupkah skycrappers dengan na­ persen. Akan ada sekitar 21 hotel baru di Jakarta tahun depan. Grup Hotel ma-nama korporasi besar nasional Accor di Indonesia mengumumkan su­ dan multinasional, tempat-tempat dah mengoperasikan 73 hotel dengan kon­vensi dan even besar, pusat-pusat 14.366 kamar di 24 kota. Salah satu perdagangan dan perbelanjaan untuk

Jumlah Tamu dan Rata-rata Lama Menginap (LoS*) di Hotel Berbintang di DKI Jakarta 2009–2013

*) Length of Stay

20

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

Sumber: diolah dari http://bps.go.id

Cukup 5 PHP (peso) pengunjung bisa melihat Manila Bay dengan bantuan teropong-teropong yang disediakan di sky bridge yang menghubungkan mal dengan side walk.

menarik lebih banyak pejalan bisnis, terutama dari luar negeri, untuk datang dan mau memperlama masa tinggalnya di Jakarta? Contoh terbaru datang dari kom­ pleks SMX Convention Center di kota baru Pasay, Manila Filipina. Mencon­ tek konsep Marina Bay Singapura, di dalam kompleks yang sangat luas itu ada sebuah convention hall besar, per­ kantoran, pusat perbelanjaan luas de­ ngan konsep open design dengan be­ berapa jembatan penyeberangan yang nyaman langsung menuju Manila Bay side walk di mana berjajar restoran dan kafe serta amusement park. Dari tengah kota ada bis, kereta, dan taksi untuk menuju ke sana. Di da­ lam kompleks itu semua tempat bisa ­dicapai dengan berjalan kaki, warga lokal juga memanfaatkannya menjadi jogging dan bicycling track. Di kawasan yang terkenal dengan nama Makati, banyak pilihan menuju perkantoran, pusat perbelanjaan, clubs, museum, galeri, ke kota tua bisa dengan berjalan kaki di pedestrian, naik taksi, bis kota, atau jeepney. Shelter-nya ­dapat dengan mudah dicapai dari pusat-pusat kegiat­ an publik. Dengan ­karakter orang Filipina yang suka bersenang-senang (having fun), kini Manila pede mempromosikan diri


Pembangunan masih terus dilakukan di kompleks SMX Convention Center. Tampak kantor-kantor perjalanan membuka kantornya di sini.

menjadi destinasi MICE. Di Jakarta dan sekitarnya, bukan tidak ada tempat seperti itu. Belum ada infrastruktur yang terintegrasi serta masih rendahnya sense of public belonging pada masyarakat Indonesia menjadikan Ibukota seakan-akan tidak pernah bisa diatur dan bersatu. Dibandingkan dengan negara tetang­ ga itu, sebenarnya Jakarta sudah mem­ punyai even-even tetap bertaraf inter­ nasional yang mampu mendatangkan banyak pengunjung. Even lokal tak terhitung lagi banyaknya. Tetapi, para pelaku bisnis hotel masih merasakan banyak program atau even yang digelar belum bisa ‘nge-blend’ dengan kegiatan pariwisata di DKI Jakarta. Dampak dari even besar seperti Jakarta Great Sale belum bisa dirasakan sepenuhnya oleh pelaku industri pariwisata, misal­nya hotel-hotel yang ada di jantung Ibu­ kota Jakarta. Keberadaan hotel-hotel berbintang pun belum dimanfaatkan secara maksimal dalam mempromosi­ kan dan menjual even besar itu. Kebijakan-kebijakan dan peraturanperaturan Pemprov DKI Jakarta seka­ rang dirasakan pebisnis hotel sejalan dan mendukung industri akomodasi. Namun diharapkan, pemda lebih intens berkomunikasi dan bekerja sama dengan para pelaku industri pariwisata

SMX Convention dan SM Mall bersebelahan letaknya.

terutama dalam mempersiapkan dan membuat sesuatu yang bisa meyakin­ kan orang dari luar, terutama dari manca­negara, untuk datang ke Jakarta dan tinggal lebih lama. Masih terjadi agen perjalanan dan operator tur di luar negeri mengeluhkan ­kebingungannya saat menjelaskan kepada klien apa saja yang bisa dilihat dan dilakukan di ­Jakarta selain berbisnis. Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Manila juga tidak steril dari kemacet­ an. Setelah lelah mengikuti even atau meeting, ada banyak cara bagi pengun­ jung di sana menuju tempat-tempat yang akan membuat santai seperti pusat perbelanjaan, side walk di mana kita bisa kapanpun berhenti untuk masuk ke sebuah restoran atau coffee shop, sekedar melihat pameran lukisan

di galeri, menonton pertunjukan, me­ nikmati musik, berjalan-jalan di taman atau di kota tuanya dan lain-lain. Jakarta sebagai kota bisnis serasa ‘terlalu serius’. Pengunjung jauh dari merasakan ‘Enjoy Jakarta’ seperti da­ lam promosinya. Bisa jadi itu pe­ nyebab lama tinggal pengunjung di Jakarta tidak lebih dari tiga hari. Bis­ nis hotel di ­Jakarta diperkirakan akan masih tumbuh positif dan memerlukan tamu yang datang berkelanjutan, atau ­Jakarta akan mengalami over supply. Pengunjung, baik lokal maupun man­ canegara, sebenarnya ingin sekali dapat menikmati kota Jakarta. Catatan khusus dari pengunjung do­ mestik, Jakarta masih menjadi ­acuan ‘digugu dan ditiru’ oleh seluruh daerah di Indonesia. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

21


Indi

TPK Menurut Klasifikasi Bintang di 27 Provinsi di Indonesia TPK (%) No.

Klasifikasi Bintang

1. 2. 3. 4. 5.

Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Seluruh Bintang

September 2013

Agustus 2014

September 2014

43,62 50,40 52,62 56,49 60,54 54,02

40,51 47,63 50,12 54,66 59,73 52,02

42,86 49,60 50,85 56,84 64,64 54,21

Perubahan Sep 2014 thd Sep 2013 (poin) -0,76 -0,80 -1,77 0,35 4,10 0,19

Perubahan Sep 2014 thd Agt 2014 (poin) 2,35 1,97 0,73 2,18 4,91 2,19 Sumber: BPS

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Internasional September 2014 Wilayah

Agustus 2014 (000 orang) 1. Kualanamu-Medan 65,3 2. Soekarno Hatta-Jakarta 452,6 3. Juanda-Surabaya 80,7 4. Ngurah Rai-Denpasar 401,5 5. Hasanuddin-Makassar 3,4 6. Lainnya 129,2 Total 1 132,7

Jumlah Penumpang September 2014 Perubahan (000 orang) (%) 67,9 3,98 511,2 12,95 97,9 21,31 374,4 -6,75 3,2 -5,88 115,1 -10,91 1 169,7 3,27

Kumulatif Jumlah Penumpang Jan-Sep 2013 Jan-Sep 2014 Perubahan (000 orang) (000 orang) (%) 644,4 637,9 -1,01 4 803,9 4 616,8 -3,89 624,8 660,2 5,67 2 566,0 3 114,0 21,36 45,3 28,7 -36,64 981,0 1 089,1 11,02 9 665,4 10 146,7 4,98 Sumber: BPS

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Domestik September 2014 Wilayah

Agustus 2014 (000 orang) 1. Kualanamu-Medan 316,7 2. Soekarno Hatta-Jakarta 1 749,1 3. Juanda-Surabaya 743,3 4. Ngurah Rai-Denpasar 458,4 5. Hasanuddin-Makassar 306,9 6. Lainnya 2 127,6 Total 5 702,0

Jumlah Penumpang September 2014 Perubahan (000 orang) (%) 262,4 -17,15 1 644,3 -5,99 604,3 -18,70 378,3 -17,47 245,3 -20,07 1 700,2 -20,09 4 834,8 -15,21

Kumulatif Jumlah Penumpang Jan-Sep 2013 Jan-Sep 2014 Perubahan (000 orang) (000 orang) (%) 2 459,6 2 364,7 -3,86 15 046,3 14 805,0 -1,60 5 360,8 5 113,8 -4,61 3 109,9 3 356,4 7,93 2 582,3 2 322,0 -10,08 12 445,9 15 394,2 23,69 41 004,8 43 356,1 5,73 Sumber: BPS

Perkembangan Penumpang Angkutan Kereta Api September 2014 Wilayah 1. Jawa a. Jabodetabek b. Non-Jabodetabek 2. Sumatera Total

Agustus 2014 (000 orang) 22 763 17 091 5 672 436 23 199

Jumlah Penumpang September 2014 Perubahan (000 orang) (%) 23 219 2,00 18 253 6,80 4 966 -12,45 374 -14,22 23 593 1,70

Kumulatif Jumlah Penumpang Jan-Sep 2013 Jan-Sep 2014 Perubahan (000 orang) (000 orang) (%) 151 244 198 319 31,13 111 563 150 729 35,11 39 681 47 590 19,93 2 892 3 631 25,55 154 136 201 950 31,02 Sumber: BPS

22

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014


kator

Jumlah Wisman Berdasarkan Pasar Utama September 2014 vs 2013 No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 AUSTRALIA 3 MALAYSIA 4 TIONGKOK 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INGGRIS 8 PERANCIS 9 JERMAN 10 AS 11 INDIA 12 TAIWAN 13 BELANDA 14 TIM-TENG 15 FILIPINA 16 RUSIA LAINNYA GRAND TOTAL

September 2014 2013 119,718 106,097 99,054 82,519 45,200 24,769 20,484 19,419 19,177 18,548 18,366 16,715 15,033 14,259 10,576 5,772 155.590 791.296

(+/–)

115,580 82,988 100,981 69,392 44,333 26,866 20,798 22,286 17,052 19,395 17,131 23,234 17,628 9,728 12,174 5,179 166.133 770.878

3.58% 27.85% -1.91% 18.92% 1.96% -7.81% -1.51% -12.86% 12.46% -4.37% 7.21% -28.06% -14.72% 46.58% -13.13% 11.45% -6,35% 2,65%

Jumlah Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–September 2014 No.

Selisih

Pasar Utama

4,138 23,109 -1,927 13,127 867 -2,097 -314 -2,867 2,125 -847 1,235 -6,519 -2,595 4,531 -1,598 593 -10.543 20.418

Jumlah Wisman menurut 19 Pintu Masuk Januari–September 2014 Pintu Masuk

2014

1 Ngurah Rai, Bali 2,757,566 2 Soekarno-Hatta, Banten 1,698,357 3 Batam, Kepri 1,032,529 4 Tanjung Uban, Kepri 244,337 5 Kualanamu, Sumut 161,687 6 Juanda, Jatim 161.788 7 Husein Sastranegara, Jabar 128,036 8 Tj. Balai Karimun, Kepri 73,753 9 Tanjung Pinang, Kepri 72,531 10 Adi Sucipto, DIY 65,633 11 BIL, NTB 54,310 12 Tanjung Priok, DKI Jakarta 48,406 13 Minangkabau, Sumbar 36,128 14 Sultan Syarif K II, Riau 18,750 15 Entikong, Kalbar 15,262 16 Sam Ratulangi, Sulut 13,202 17 Makassar, Sulsel 11,698 18 Adi Sumarmo, Jateng 10,236 19 Sepinggan, Kaltim 10,139 Pintu Lainnya 332,501 Total Wisman 6,946,849

2013

2013

(+/–)

Selisih

11.91% 5.74% 18.38% 26.56% -1.09% 2.14% 6.79% 15.68% 7.10% 7.39% -7.38% 39.75% 11.59% 7.43% 3.46% -2.99% -1,35% 8,31%

114,029 49,134 125,867 152,798 -3,907 5,116 11,197 23,844 11,528 11,130 -12,441 39,643 14,170 8,866 3,290 -2,092 -19.472 532.700

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

No

2014

1 SINGAPURA 1,071,839 957,810 2 MALAYSIA 904,400 855,266 3 AUSTRALIA 810,669 684,802 4 TIONGKOK 728,002 575,204 5 JEPANG 354,691 358,598 6 KORSEL 244,616 239,500 7 AS 176,074 164,877 8 INDIA 175,958 152,114 9 INGGRIS 173,835 162,307 10 PERANCIS 161,715 150,585 11 TAIWAN 156,024 168,465 12 TIM-TENG 139,367 99,724 13 JERMAN 136,379 122,209 14 BELANDA 128,229 119,363 15 FILIPINA 98,288 94,998 16 RUSIA 67,761 69,853 PASAR LAINNYA 1.419.002 1.438.474 GRAND TOTAL 6.946.849 6.414.149

Jumlah Wisman Bulanan Januari–September 2014

(+/-) %

Selisih

2,385,485 15.60% 1,660,526 2.28% 955,287 8.09% 237,802 2.75% 155,414 4.04% 161,521 0.17% 121,925 5.01% 77,432 -4.75% 72,736 -0.28% 57,767 13.62% 22,017 146.67% 49,638 -2.48% 29,665 21.79% 16,870 11.14% 18,019 -15.30% 14,867 -11.20% 13,235 -11.61% 13,609 -24.79% 12,955 -21.74% 337,379 -1.45% 6,414,149 8.31%

372,081 37,831 77,242 6,530 6,273 267 6,111 -3,679 -205 7,866 32,293 -1,232 6,463 1,880 -2,757 -1,665 -1,537 -3.373 -2,816 -4,878 532,700

Bulan

2014

2013

+/–

Selisih

JANUARI 753.079 614.328 22,59% 138.751 FEBRUARI 702.666 678.415 3,57% 24.251 MARET 765.607 725.316 5,55% 40.291 APRIL 726.332 646.117 12,41% 80.215 MEI 752.363 700.708 7,37% 51.655 JUNI 851.475 789.594 7,84% 61.881 JULI 777,210 717,784 8.28% 59,426 AGUSTUS 826.821 771.009 7,24% 55.812 SEPTEMBER 791.296 770.878 2,65% 20.418 JAN - SEP 6.946.849 6.414.149 8,31% 532.700 OKTOBER 719.903 NOVEMBER 807.422 DESEMBER 860.655 TOTAL 8.802.129 Sumber: BPS

Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

23


Fun Fare Street-nya Yogyakarta

Nama Jalan Malioboro di Yogyakarta itu memang sudah mendunia. Setidaknya 50 tahun sudah banyak disebut, di brosur atau di cerita-cerita penulis di dalam negeri dan di mancanegara. Salah satu sebutannya fun fare street of Yogya. Siapa yang berwisata ke kota gudeg itu tanpa menyempatkan diri berjalan-jalan di Malioboro? Suasana­nya khas, wisatawan justru berdatangan di malam hari, sambil belanja barang di toko atau di kaki lima, juga makan leseh­an di kaki lima atau emper-­emper toko yang sudah tutup, bahkan di trotoir. Nah, kadang-kadang di situlah kini timbul ide. Kese­luruhan Jalan ­Malioboro terasa sesak, pejalan kaki rasanya kurang

Volume bisnis wisata di Yogya tam­ pak sudah cukup kuat untuk mendu­ kung publikasi wisata yang dibagikan ­gratis. Hampir di setiap hotel ditemu­ kan. Salah satunya Jogja Ad ini, terbit berkala dalam bahasa Inggris. Informa­ si yang dibaca complimentary oleh wis­ man, tentu mencitrakan kota ini seba­ gai destinasi internasional. Tapi ketika tiba dan sedang menunggu bagasi di bandara, dinding ruangannya dipenuhi iklan. Iklan tentu merupakan informasi juga. Penempatannya diatur agar tam­ pak estetis dan menyejukkan.

24

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 58 n Oktober 2014

­nyaman. Ide baru ialah, bagaimana kalau tempat parkir sepeda motor, tempat makan ­leseh­an, dan lainnya diatur lebih rapih. Trotoir di ­Malioboro rasanya bisa menjadi ‘magnit’ bagi wisman untuk strolling around alias jalan-jalan santai, layaknya di pedestrian umumnya di negeri mereka. Sibuk dan padatnya suasana malam hari, sebenarnya itulah yang menjadi fun fare yang disebut-sebut wisman. Khas. Tapi jika sepanjang jalan itu ditambah sinar lampu penerang­an yang lebih benderang, rasa nyaman kian ceria ke warung-warung makan kaki lima, wisman pun tak akan ragu untuk ikut duduk bersila sambil makan malam.

Wisman dari negara maju dari ­barat atau timur, seperti di salah satu lokasi kota Frankfurt ini, psikologis mereka terbiasa dengan trotoir atau ruas pejalan kaki yang nyaman. Kendati tak harus selebar dan seluas ‘pedestrian’ yang ada di sana, namun kenyamanan menggu­ nakan pedestrian me­rupakan salah satu yang perlu diperhatikan para Pemda dan pengelola destinasi.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.