Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi 60

Page 1

Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

Memajukan Wisata Kota Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

1


Isi Nomor ini

4 7 9

12 15

Mengembangkan dan Mengelola Wisata Kota Koordinasi VITO di 13 Negara Memasuki Strategi Pencapaian Target 20 Juta Wisman Tahun 2019

Kali Ciliwung Dijadikan Ekowisata Dari Bir Pletok dan Kerak Telor sampai Steak dan Wine

“Bandung kita, tanggung jawab kita”.

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman. Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­ punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, ­silakan kirim ke alamat di atas.

2

“Terima kasih telah menjaga keasrian taman dengan cinta”.

M

asyarakat, selain perlu diberikan informasi, dan hiburan, juga edukasi. Salah satu cara yang diintensifkan dalam hal mengedukasi kebersihan, keindah­ an dan kerapihan, di taman-taman publik kota Bandung dewasa ini, dilancarkan dengan cara pesan tulisan yang dipampang pada ­jarak setiap beberapa meter. Ada

“Gerakan buang sampah di kantong sendiri”.

t­ ercantum Gerakan Buang Sampah di Kantong Sendiri, ada Terima kasih telah menjaga keasrian taman dengan cinta. Setiap taman publik di kota ini ada yang sudah, sedang, dan akan disediakan fasilitas Wi-fi. Di setiap papan pengumuman ihwal ­Wi-fi itu, di samapingnya dipasang pe­ san tertulis lagi, Bandung Kita Tanggungjawab Kita. n

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014


Editorial

Salah satu jalan raya di Kota Padang.

D

alam lima tahun ke depan, Pariwisata Indonesia praktis akan serba berlipat dua kali dari keadaan tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman ditarget­ kan menjadi 20 juta pada tahun 2019, (wisnus menjadi 275 juta), kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional akan menjadi 8% pada tahun itu, de­ visa yang dihasilkan sebesar ekivalen dengan Rp 240 triliun, dan mencipta­ kan 13 juta lapangan kerja, serta daya saing pariwisata Indonesia akan naik berada di peringkat 30 besar dunia. Jumlah fasilitas bebas visa kepada wisman akan ditingkatkan, saat ini fasilitas bebas visa baru kepada 15 neg­ ara dan baru saja diumumkan penam­ bahannya pada lima negara (Thailand memberikan kepada 56 negara dan Malaysia kepada 164 negara). Jadi, target negara itu merupakan tanggung jawab bersama, dan untuk mewujudkannya, Menteri Pariwisata Arief Yahya menggunakan kata “perlu gotong royong dari semua pihak.” Kaitkanlah kegotongroyongan de­

Pemerintah, Investor, Komunitas Pariwisata ngan satu aspek praktis namun ber­ makna dan berdampak luas dalam hal mengefektifkan nilai budaya, ke dalam salah satu jenis wisata yang dikem­ bangkan terus, yakni wisata budaya. Pemerintah daerah diminta mem­ ba­ngun gedung-gedung pemerintahan yang menampilkan desain arsitek­ tur tradisional berbudaya lokal. Itu mengan­dung langkah melestarikan dan mengembangkan desain arsitektur tradisional seraya berfungsi daya tarik wisata. Pemda sebaiknya membuat semacam perda, mengendorse arsitektur lokal

diangkat menjadi ciri dan citra khas, terutama bangunan pemerintah yang terkait dengan wisata. Dimaklumi, di Provinsi Sumatera Barat memang su­ dah di bawah perda, sehingga hampir semua bangunan di sana tampak dari luar menampilkan ‘ciri khas tanduk minangkabau menjulang di ujungujung atapnya’. Di Bali, selain dari de­ pan dan di sudut-sudut bangunan ci­ tra candi ­bentar dan patung Bali selalu tampak menyambut tamu, bangunan­bangunan tak akan boleh melebihi tinggi pohon kelapa dengan nyiurnya yang melambai. Desain arsitektur secara tidak lang­ sung mempunyai pengaruh ­terhadap pariwisata. Maka perlu ­mendapat per­ hatian pemerintah daerah. ­Pemerintah harus mengendorse kebijakan berkaitan bangunan-bangunan, Menteri Arief Yahya mengingatkan perbandingan pada kota-kota besar di negara lain, di Paris, Beijing, Seoul. Semua pihak memang harus bekerja sama, pemerintah, investor dan komu­ nitas pariwisata. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

3


Utama

Mengembangkan dan

M

enteri Pariwisata Arief Yahya memberikan fokusfokus perhatian bagaimana pariwisata Indonesia kini mengembangkan upaya dalam me­ ningkatkan jumlah kunjungan ­wisman. Atau, meluaskan pasar. Menteri pada beberapa ­kesempatan menjelaskan, keunggulan culture akan dikembangkan dalam wisata heritage dan religi; wisata kuliner dan belanja; dan wisata kota dan desa. Adapun nature akan dikembangkan dengan produk wisata bahari, wisata ekologi, dan wisata petualangan. Porsi pengembangan nature sekitar 35%, Culture merupakan ­keunggulan dalam pariwisata kita, porsi pe­ngem­ bang­an sebesar 60%, dan untuk pe­ ngembang­an ODTW manmade di­ kem­­­­bangkan sebagai wisata MICE dan Event, wisata olahraga, dan wisata ka­ wasan terpadu (integrated resort) porsi­ nya sebesar 5%. Menpar menjelaskan, dari hasil sur­ vey PES (passenger exit survey) 2013 yang dilakukan Pusdatin Kemenpar, ada lima besar produk wisata sebagai penarik kunjungan wisman ke Indo­ nesia yakni; wisman yang melakukan wisata belanja dan kuliner (80%), wisata religi dan heritage (80%), wisata bahari (35%), wisata MICE (25%), dan wisata olah raga (5%).

4

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014


Mengelola Wisata Kota

“Kita merencanakan jumlah fasilitas bebas visa kepada wisman akan kita tingkatkan. Saat ini Indonesia mem­ berikan fasilitas bebas visa kepada 15 negara, sedangkan Thailand sebanyak 56 negara dan Malaysia sebanyak 164 negara,” kata Menpar Arief Yahya. Maka, ketika fasilitas BVKS itu me­ luas, setidaknya terbayang bahwa para ekspatriat di negara tetangga pun akan kian banyak yang merasa setiap saat mudah terbang berkunjung berwisata ke Indonsia. Mereka dari beberapa kota di ASEAN dan Asia dapat lang­ sung terbang ke destitnasi di daerah. Maka, peran pemerintah daerah ber­ sama stakeholders pariwisatanya tahuntahun mendatang ini tampak amat sangat diperlukan bahkan ikut menen­ tukan berhasilnya akselerasi peningkat­ an jumlah wisman. Nah, wisata kota atau perkotaan, merupakan salah satu yang sungguh perlu dikembangkan oleh beberapa kota besar. Terutama kota-kota yang bukan saja telah banyak frekuensi penerbangan dalam negeri melalui bandaranya, terlebih lagi yang telah dihubungkan oleh penerbangan lang­ sung dari luar negeri. Manakala wisata kota tersedia secara reguler setiap hari, di satu sisi akan men­ jadi layanan publik bagi masyarakat ­Indonesia sendiri, di sisi lain bisa dijadi­

kan salah satu ‘daya penjual’ ke pasar wisman. Tak diragukan jika informasi ketersediaan fasilitas wisata kota itu misalnya disebut-sebut di setiap pener­ bangan saat hendak mendarat, efeknya akan menggerakkan orang untuk men­ coba berwisata kota. Dan berwisata itu tentu membawa dampak ganda lainnya bagi masyarakat. Atau bahkan, wisata kota dipromo­ sikan setiap kali ikut pameran atau setiap kali ada kesempatan melakukan promosi pariwisata di luar negeri. Wisata kota di banyak kota besar di negara yang telah lebih maju, pada umumnya disediakan dan ­dioperasikan oleh perusahaan swasta. Di satu sisi itu mencerminkan, bahwa volume wisa­ tawan ke kota tersebut telah ­mencapai jumlah sedemikian rupa, sehing­ga mampu menghidupkan bisnis bis wi­ sata kota. Pada sisi lainnya itu mencer­ minkan pula, bahwa wisata perkotaan telah menjadi ‘mode’ bagi wisnus dan wisman di negeri mereka, dan mampu serta mau membayar. Di tengah kota Frankfurt, berwisata kota di atas bis berdurasi sekitar 40 menit, per orang membayar tiket Euro 10 atau sekitar Rp 150 ribu. Lagi pula, bis wisata kota tampak sebagai dasar bagi upaya mengenalkan kota bagi wisatawan pengunjung. Tur yang lebih mendalam, meluas, atau

detail, akan menjadi bisnis lebih ­lanjut bagi para operator tur, yang bisa mem­ bagi-bagi rute atau obyek yang hendak dikunjungi: tur museum, tur kota tua, tur kuliner, tur belanja, dan seterusnya.

Surabaya Surabaya memulai city tour bus per­ tama di Indonesia. House of Sampoerna (HOS) meluncurkan Surabaya Heritage Track (SHT) pada bulan Juni 2009. Beroperasi setiap hari Selasa–Minggu. Ada tiga jadwal tur yang bisa ­dipilih, pukul 09.00, 13.00 dan 15.00. Tur ber­ awal dan berakhir di kompleks House of Sampoerna. Wisata keliling kota ­Surabaya ini pada hari-hari libur pe­ ngunjungnya bisa mencapai 800 orang per hari.

Jembatan Merah, Surabaya.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

5


Utama

Dua rute tur reg­ ulernya adalah short tour setiap hari Se­ lasa–Kamis berdurasi 1,5 jam dan long tour setiap hari Jumat–Minggu selama 1,5 hingga 2 jam perjalanan. Selain tur reguler, sejak tahun 2010 diciptakan lagi paket tur dengan tujuh tema berbeda selama setahun. Misal­ nya, saat perayaan Imlek wisatawan bisa mengikuti Lunar Trek, dimana kita bisa mengenali kehidupan etnis ­Tionghoa di Surabaya. Ada tour of the museum selama ­bulan Mei dan masa liburan sekolah bulan Juni–Juli. Selama bulan puasa bisa mengikuti Trek Ngabuburit. Peserta tur dibawa mendatangi mesjid-mesjid dan para trekker bisa sekalian membeli ma­ kanan berbuka puasa. Khusus tur ini dilakukan pada sore hari mulai pukul 15.00. Selama bulan November diada­ kan heroic tour. Di akhir tahun, year-end tour diisi dengan berbagai kegiatan berbeda-beda seperti tur berkunjung ke pabrik-pabrik tua yang masih bertahan hidup. Ada juga rute ekskursi sekali, ­turun dari bis berjalan kaki melewati loronglorong kota di tengah jaringan jalan raya. Di sana kita akan mendapati ­bangunan-bangunan lama dengan ­kisah-kisah kota yang menakjubkan!

Solo Di Solo baru satu unit bis wisata kota beroperasi sejak 1 April 2011. Dinas Perhubungan Kota Solo sepenuhnya mengelola bis yang dinamai ­Werkudara, tapi hanya pada Sabtu–Minggu dan hari-hari libur saja, dengan tiga pilihan jadwal trip, pukul 09.00, 12.00 dan 15.00. Harga tiketnya Rp 20.000 per orang. Berjumlah 52 tempat duduk di dek bawah dan atas, dek bawahnya dilengkapi pendingin udara sedangkan dek atasnya setengah terbuka.

Kebun Binatang Solo, Jurug.

Dengan kecepatan rata-rata 30 km/ jam, setiap kali trip menempuh jarak 27 km beerdurasi 2 sampai 2,5 jam perjalanan. Bis akan berhenti di depan patung Slamet Riyadi, Gladak selama 10 menit dan di halte depan Kebun Bi­ natang Solo, Jurug. Di sini penumpang diatur berganti tempat, yang duduk di dek bawah pindah ke dek atas dan se­ baliknya. Tur keliling kota Solo berawal dan berakhir di halaman kantor Dinas Perhubungan Kota Solo di Manahan. Tiga orang kru bertugas di setiap per­ jalanan bis, mereka pegawai Dinas Per­ hubungan. Cara mereka memberikan pelayanan pun tidak mengecewakan.

Jakarta

Gedung cerutu, Surabaya.

6

Di Jakarta pun akhirnya ­Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turun tangan. Sejak Januari 2014, Pemprov DKI mengoperasikan sekaligus lima unit bis wisata kota setiap hari mulai dari pukul 09.00-19.00 tanpa memungut bayaran. Jarak keberangkatan antar­

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

bis 15 sampai 20 menit. Dek atasnya berkapasitas 41 kursi dan di bawahnya 19 kursi, semua berpendingin udara. Di beberapa halte bis umum di­ pampang penanda dengan gambar bis bertingkat dan tulisan city tour di bawahnya. Salah satunya di depan pusat perbelanjaan Sarinah di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Siapapun dapat menunggu bis wisata ini di haltehalte dengan penanda tersebut. Tur kota ini dimulai dari de­ pan gedung Sarinah di jalan Tham­ rin. Terus ke Bundaran HI—Mu­ seum Nasional—Harmoni—Jalan ­Veteran—Pecenongan—Gedung Kese­nian Jakarta—Pasar Baru—Istana Merdeka di Jalan Merdeka Utara— Gereja Katedral—Mesjid Istiqlal— Monas—Balai Kota Jakarta—, lalu kembali ke Sarinah. Durasinya sekitar 50 menit. Tetapi, saat lalu lintas padat waktu tempuhnya bisa mencapai seki­ tar 60 menit. Bis yang diberi nama Jakarta Sight Seeing City Tour ini disebut Mpok Siti. Empat orang kru mengawaki setiap kali perjalanan, Mpok Siti, pengemudi, seorang pemandu berada di bagian de­ pan dan seorang asisten dan seorang polisi pariwisata bertugas di pintu. Mereka akan menyapa dan tampak siap membantu penumpang. Peman­ du menerangkan sejarah dan kisah di titik-titik tertentu. Informasi mengenai keliling kota Jakarta dengan city tour bus ini bisa diunduh dari akun Twitter @CityTourJakarta.

Bandung Yang terbaru adanya di Kota ­ andung. Bis double decker ­dinamai B Bandros, juga adalah nama satu makan­ an tradisional yang digemari banyak orang, dimaksudkan untuk menying­ kat Bandung Tour on Bus. Berpenampilan unik, cara kerja para guide di atas bis juga rada unik. Kisah dan sejarah kota yang serius disam­


Koordinasi VITO di 13 Negara Menteri Pariwisata Arief Yahya didampingi Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty memberi penjelasan kepada pers.

K

ementerian Pariwisata meng­ adakan rapat koordinasi di Jakarta dengan seluruh country manager VITO (Visit ­Indonesia Tourism Officer) sehari penuh pada 1 Desember 2014. Mereka terdiri dari VITO sebagai berikut :

paikan secara santai ditambah dengan guyonan khas orang Bandung. Sepanjang jalan tak henti-henti ber­ suara sebagai tour guide. Lagu Halohalo Bandung wajib dinyanyikan men­ jelang akhir tur. Memberi kesan kota Bandung yang penuh semangat dan keriangan. Dimulai bulan Juli 2014, beroperasi­ nya setiap hari Sabtu sampai Kamis pu­ kul 8.00-16.00, berangkat setiap jam. Di dek atas yang terbuka penuh den­ gan 14 seat mengakomodasi 26 sampai 28 orang dan dek bawah bisa menam­ pung 15–17 orang. Durasi perjalanan rata-rata sekitar 45 menit. Ini satu eksperimen agaknya, tanpa biaya, tapi diserahkan kepada wisatawan untuk memberikan donasi. Maka tiap orang tampak rela merogoh kantong rata-rata Rp 5–10 ribu. Rutenya bermula dan berakhir di depan Taman Kandaga Bunga di Jalan Citarum, tak jauh dari belakang ­Gedung Sate. Dari situ melintasi Jalan Diponegoro, Jalan Trunojoyo, Jalan Ir

H Juanda atau Dago, Jalan Merdeka, Jalan Lembong, Jalan Tamblong, Jalan Asia Afrika, alun-alun kota, Jalan Ban­ ceuy, Jalan Cikapundung, Jalan Braga, Jalan Sunda dan kembali lagi ke Jalan Citarum. Seperti juga di Surabaya, Solo,

J­ akarta, ini memang bukan alat trans­ portasi umum massal. Dimaksudkan khusus untuk wisata, maka keamanan dan kenyamanan pun diutamakan. Mulai dari akses informasi, petunjuk, penampilan bis, pelayanan selama per­ jalanan tur hingga pengalaman yang diperoleh oleh pelancong/wisatawan. Keberadaannya juga difungsikan men­ jadi branding kota.

Kota Lainnya?

Paris van Java, Bandung.

Kota besar lain yang agaknya me­ merlukan semacam bis tur kota ini, bisa disebut seperti: Yogyakarta, Sema­ rang, Makassar. Adapun kota Denpasar, beruntung telah menjadi bagian dari Bali sebagai destinasi prima. Volume kunjungan wisatawan telah mampu menghidup­ kan bisnis wisata kota yang dilaksana­ kan oleh para operator tur dan perse­ waan mobil. Lagipula, wisata Bali lebih didominasi oleh jenis wisata alam, bu­ daya, dan pedesaan. Jadi tak perlu meng­andalkan khusus wisata kota. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

7


Australia: Ms. Allison Roberts Brown, Rusia: Ms. Helene Lloyd, RRT, dari Guangzhou dan Beijing: Ms. Cynthia Zhou dan Ms. Judy Hu, Korea Selatan: Ms. Cherry Kim, Jepang: Mr. Tadahiko Narita dan Ms. Naomi Takahashi, Jerman: Mrs. Dorothea Hohn, Perancis: Mr. C ­ larice ­Lasemillante, Belanda: Mrs. ­Susan van Egmond, India: Mr. Sanjay Sondhi dan Ms. Shelly Chandhok, Malaysia: Mr. Mohd. Shafie Obed, Singapura: Mr. Sulaiman Shehdek, Inggris: Mr. Richard Hume, Timur Tengah: Ms. Nour Aridi.

Suasana paparan dan diskusi bersama Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, berdialog dan berdiskusi dengan para mana­ger VITO, setelah Dirjen Pema­ sar­an Pariwisata, Esthy Reko Astuty, membuka resmi dan memberikan catat­ an-catatan bagi para manager VITO untuk membahas rencana pemasaran dan promosi di luar negeri sehubungan dengan target baru yang telah ditetap­ kan oleh pemerintah, yaitu menuju pada tercapainya jumlah kunjungan wisman 20 juta pada tahun 2019. Direktur Regional WTO untuk Asia Pasifik, Mr. Xu Jing dari Madrid dan Prof. Wiendu Nuryanti Phd dari ­Jakarta memberikan ‘pembekalan me­ ngenai kepariwisataan mutakhir’ di dunia dan di Indonesia. Diskusi Menteri Pariwisata dengan para peserta VITO Country Manager Meeting itu dilakukan terbuka, dan para wartawan pun dapat ­mendengar paparan satu demi satu dan tanya jawab, serta pandangan-pandangan Menteri yang membawa para ‘pemasar’ pariwisata Indonesia di luar negeri itu, agar merencanakan dengan kritis dan serba ‘terukur’ atas semua upaya pema­ saran pariwisata Indonesia. Harus dengan menentukan prioritas­prioritas yang tajam, dan yakin, target 20 juta wisman di tahun 2019 akan bisa dicapai. n

8

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014


Utama Menteri Pariwisata Arief Yahya memberi tanggapan diskusi.

Memasuki Strategi Pencapaian

Target 20 Juta Wisman Tahun 2019

R

apat Koordinasi Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata diselenggarakan di Jakarta sehari setelah pertemuan jajaran Ditjen Pemasaran Pariwisata dengan segenap VITO dari 13 negara. Selain semua VITO ikut serta, rakor ini dihadiri oleh para dinas pariwisata dari berbagai daerah, asosiasi usaha bidang pariwisata, pemangku kepen­ tingan dan unsur-unsur pelaku bisnis pariwisata juga. Tema rakor ini jelas: Strategi Pen­ capaian Target Kunjungan 20 Juta ­Wisman Tahun 2019. Menteri Pariwisata Arief Yahya ­aktif mengikuti proses diskusi dan tanya jawab lalu kemudian memberi­ kan tanggapannya. Malam hari datang

kembali dan memberikan lagi arahanarahan pada para peserta khususnya bagi jajaran kementerian pariwisata bersama para VITO. Di pagi hari, Dirjen Pemasaran Pari­ wisata, Esthy Reko Astuty, meng­ uraikan target-target dan visi misi Kabinet Kerja. Pada ujungnya dinyata­ kan ­bahwa kita sesungguhnya sedang membangun peningkatan daya saing pariwisata Indonesia. Secara organisasi pariwisata kini di­ urus oleh satu Kementerian Pariwisata yang fokus, mencerminkan ­Pemerintah memang memandang pariwisata pen­ ting perannya. Tapi ini juga satu ke­ percayaan. Pariwisata haruslah diurus dengan cara bergotong royong. Me­ ngandung sikap dan pelaksanaan pe­ masaran yang bertanggung jawab.

Strategi apa dan pasar mana yang di­ tuju dan sumber-sumber yang diopti­ malkan. Semuanya harus terukur selalu secara kuantitaip dan kualitatip. Gambaran mengenai pariwisata mu­ takhir di dunia diuraikan oleh pem­ bicara tamu dari UNWTO, Direktur Program Regional Asia Pasifik, Xu Jing. Dia membawakan keynote speech. Intinya, tiga fokus yang diprogramkan oleh organisasi pariwisata dunia itu: travel facilitation, connectivity and sustainability. Dunia semakin memahami dan meyakini, kata dia, Tourism is more than just foreign exchange. Lalu, lebih spesifik lagi bagi ­Indonesia, peran dan manfaat pariwisata semakin memberi arti lebih besar berkat potensi wisata dalam negeri, ­domestic tourism, berdasarkan kenyataan luasnya ­negeri,

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

9


Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty menyampaikan pidato pembukaan dan catatan untuk dibahas Rakor.

indahnya negeri, dan jumlah penduduk yang demikian besar. ­Indonesia, segera masuk dalam program ­sustainable tou­rism ­observatory pada program ­UNWTO. Wakil Indonesia pada bidang kode etik pariwisata dunia di WTO, Gede Ardika, —pernah Menteri Pariwisata RI—, memberikan uraian tentang implementasi kode etik kepariwisataan dunia di Indonesia. Indonesia negara pertama yang di dunia yang memasuk­ kan kode etik dunia tersebeut ke dalam

UU di dalam negeri. Dari perspektif kegiatan bisnis, ­Aries Nugroho, General Manager perusahaan PR dan Advertising, Ogilvy, mengurai­ kan aspek Marketing Communication/ PR-ing dalam pemasaran. Asosiasi perhotelan dan agen per­ jalanan dan operator tur, memberikan paparan. Peserta dari praktisi bisnis pariwisata lalu memberikan juga kri­ tikan dan masukan dalam kerangka pusat tema rapat: Strategi Pencapaian Target 20 Juta Wisman Tahun 2019.

Menteri mengarahkan: Menteri Pariwisata Arief Yahya mem­berikan pandangannya, bahwa da­lam program kerja, masalah-masalah dan fokus yang hendak dikerjakan ada­ lah dengan kategorisasi dan proporsi seperi ini: 40% ihwal infrastruktur, 30% marketing, 20% regulasi, dan 10% destinasi. Beberapa sudah dimulai. Memberi­ kan visa free pada lima negara pasar wisman yang utama, atau yang segera hendak dipacu peningkatan jumlah

Ringkas Tambah Ratusan Pesawat

I

ndustri pariwisata mestinya meng­ ikuti pergerakan maskapai pener­ bangan, seperti adagium niaga menga­ takan: the trade follows the ship. Satu contoh operator yang menambah armada pesawat dalam jumlah besar adalah Lion Air. Baru saja memesan 40 unit pesawat ATR-600 series dari produsennya di Italia, itu merupakan bagian dari total pembelian 100 unit pesawat turboprop dari ATR. Dari jumlah itu, 42 unit sudah di­ terima dan sisanya akan datang tiap bulan hingga 2015. Pesawat yang su­

10

dah datang dipakai 30 unit di Indone­ sia, 11 unit di Malindo Air di Malaysia, dan 1 unit di Thai Lion di Thailand. Armada pesawatnya yang lain yang te­ lah dipesan, sebagian sudah tiba dan dioperasikan, antara lain 230 pesawat tipe Boeing 737 MAX dan Boeing 737900ER, dan 234 unit pesawat Airbus. Sriwijaya Air yang juga pesawatnya bertambah terus, sebagian sudah di­ operasikan selain ke timur Indonesia, juga ke RRT untuk rute ke Bali, dan ke Malaysia untuk rute Medan, Suma­ tera Utara. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

Penerbangan

M

askapai Lion Air segera akan melakukan penerbangan malam hari dari Bandara Internasional Hang Nadim Ba­tam yang kini beroperasi 24 jam. Mulai 4 ­November 2014 bandara Batam itu mulai operasional 24 jam secara permanen. Lion Air merespon dan ingin memi­ liki jadwal terbang malam hari. Bandara Hang Nadim letaknya strategis untuk melayani penerbangan baik transit maupun langsung ke luar negeri ter­ utama Asia. Landas pacunya mencapai 4,025 kilometer juga mampu didarati


wismannya ke Indonesia. Akan di­ susul dengan third country visa free, dan dibarengi dengan optimalisasi penggu­ naan E-technology. Betul, ini sungguh memerlukan dukungan semua pihak, harus kita kerjakan bersama, katanya ketika menyebutkan lagi target untuk mencapai jumlah 20 juta wisman di ta­ hun kelima masa kerja Kabinet Kerja. Kementerian Pariwisata ini pada ­da­sarnya adalah Customer Service, ujar Menteri. Customer-nya siapa? Publik sebagai personal, sebagai bisnis, ­sebagai pemerintahan, dan dunia interna­ sional. Marketing memang terdiri dari 4 P (Product, Place, Price, Promotion). Kita fokus pada ‘promotion’-nya. Dalam promosi itu kita perlu menggencarkan ‘branding’. Menteri mengingatkan lagi bahwa dalam pemasaran yang mengakselerasi

pencapaian, bisa dimulai tahun 2015 dengan target setidaknya 10 juta wis­ man berkunjung ke Indonesia. Meng­ ajak semua pihak berupaya bersama untuk mencapai rata-rata kunjungan sejuta wisman per bulan . Ada perubahan yang perlu dilaku­ kan, yaitu dalam hal optimalisasi peng­ gunaan E-technology, antara lain akan perlu dibuat layanan news digital, TV digital, dan seterusnya. Biayanya relatif tak besar, dalam keadaan keterbatasan anggaran pun bisa memililih banyak pikiran dan cara kreatif. Dan, setiap program perlu menen­ tukan prioritas-prioritas. Dicontohkan

Memasarkan Produk Langsung Hitung Penjualan Roomnights

Malam Hari semua jenis pesawat yang dioperasikan maskapai penerbangan ­nasional. Ihwal keinginan terbang malam hari memang sudah jadi tuntutan bagi ­industri penerbangan, tapi sesungguh­ nya juga pihak bandara pun mulai merasakan ke­perluannya. Padatnya lalu lintas udara di siang hari telah membebani bandara melebihi kapasi­ tas. Semen­tara itu operator penerbang­ an nasional menambah terus jumlah armada pesawat. Para operator berselo­ roh, untuk tempat parkir pesawat pun mereka akan menghadapi masalah. n

jika memberi prioritas pada tiga desti­ nasi utama, dan bisa menyebutkan ka­ takanlah Great Jakarta, Great Bali, dan Great Batam. Destinasi atau produk-produk wisata yang berada di sekitar masing-masing prioritas itu, mestilah rela untuk dikait­ kan pada pemasaran dan penjualan destinasi dan produk masing-masing dari tiga prioritas tersebut. Misalnya, daerah atau destinasi atau produk dari Banyuwangi, misalnya, perlu rela ­untuk di-endorse oleh dan pada desti­ nasi Bali. Endorsment oleh nama besar bagi yang belum besar dalam praktek bisnis memberikan hasil positif, dan, cenderung mempercepat hasil. n

O

perator hotel internasional, ­Accor menandatangani kerja sama de­ ngan Garuda Indonesia cabang Malay­ sia untuk Garuda Indonesia Golf Challenge 2014–2015. Le­wat kerja sama ini para pegolf akan tinggal di hotel yang dikelola Accor. GIGC tahun ini punya lima babak kualifikasi dan satu final. Diperkirakan 600 pegolf yang berpartisipasi. Artinya, ada ke­ butuhan tiket pulang-pergi Malaysia– Indonesia menggunakan Garuda dan

jika diasumsikan rata-rata lama mengi­ nap per orang tiga malam, maka akan digunakan 1.800 room nights pada hote-hotel Accor tersebut. Turnamen ini lebih ber­ sifat pariwisata daripada kompetisi. Pesertanya ada­ lah pegolf amatir, paling banyak dari Malaysia, yang memang ingin menikmati permainan sambil jalan-jalan. Jadi, menyelenggarakan even, juga bisa di­ hitung ‘keuntungan’ dari roomnighhts yang akan terjual. n

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

11


Kali Ciliwung Dijadikan Ekowisata Ada ide terobosan dan akselerasi

L

ebih dari 1.100 tentara disiap­ kan untuk membantu peme­ rintah kota Jakarta demi mem­ bersihkan sungai Ciliwung. Markas komando militer akan me­ ngerahkan 1.155 tentara, dan sekitar 2.000 warga akan dikerahkan memban­ tu. Gubernur DKI, Basuki ­Tjahaya Purnama, menjelaskan bahwa setelah sungai itu bersih, pemerintah kota akan mengembangkannya sebagai tu­ juan ekowisata. “Kami akan membangun dermaga sepanjang sungai dan pengadaan pe­ rahu sehingga orang dapat berwisata atau melakukan perjalanan di sungai. Kami juga akan mengembangkan trek joging sepanjang Ciliwung, seperti di KBT di Jakarta Timur. Proyek-proyek

12

ini akan dimasukkan dalam anggaran 2015 kota,” katanya. Tentu saja luma­ yan banyak media mengutipnya. Pembangunan itu sudah dapat di­ realisasikan tahun depan dengan menggunakan anggaran Rp100 miliar dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2015. Gubernur Basuki ‘Ahok’ Tjahaya Purnama menyatakan, rencana mem­ bangun dermaga-dermaga di sungai Ciliwung itu untuk persinggahan perahu-perahu kecil. Agar hidup kem­ bali lalu lintas air menggunakan Sungai ­Ciliwung. “Kira-kira setahun kerja sepanjang Ciliwung bisa bikin jogging track, bikin dermaga, beli perahu, segala macam.” kata dia di Balai Kota, Jumat (28/11). Adalah bagus bahwa sejak beberapa tahun telah muncul kesadaran ­sebagian masyarakat tentang kebersihan, dan, pe­ manfaatan Sungai Ciliwung di ­Jakarta.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

Gerakan Ciliwung Bersih pernah hidup, mencakup kelompok-kelompok lokal yang lebih kecil, mereka ingin membuat program untuk menghidup­ kan kembali sungai, yang pinggirnya ditempati oleh penghuni liar. Pimpinan gerakan itu pun mengakui bahwa: “Citra umum pariwisata seba­ gai sesuatu yang menyenangkan dan bersih. Dengan cara ini, kami berharap kita bisa mendidik mereka, dan bah­ wa mereka akan menjadi lebih sadar dan terlibat dalam upaya kami untuk menghidupkan kembali sungai.” Diharapkan orang-orang akan me­ ngerti bahwa mereka tidak bisa hanya mengandalkan LSM lokal atau peme­ rintah kota untuk menghidupkan kem­ bali dan melestarikan sungai. Dibutuh­ kan setiap warga penduduk di kota ikut bersama mencapai tujuan itu. Program tersebut diharapkan men­jadi proyek percontohan yang bisa kelak ditiru.


Tempat-tempat menarik yang teratur akan menghidupkan kembali sungai. Sungai Ciliwung bisa menjadi salah satu atraksi wisata utama di ibukota. Mereka berharap proyek ekowisata Sungai Ciliwung akan sepopuler car free day (di jalan umum ibukota, yang diadakan pada hari Minggu). Orang tak akan lagi melihat ­sungai sebagai bagian belakang rumah di mana warga dapat membuang sampah. ­Harusnya justru menjadi halaman ­depan, harus memberikan kontribusi ­untuk kesejahteraan warga . “Kita mau beresin sungai Ciliwung. Gubernur ‘Ahok’ ingin Ciliwung bisa dirapikan secara maksimal. Menurut­ nya sudah ada kesepakatan kerjasama antara TNI dengan Kementerian Peker­ jaan Umum dan juga Dinas PU. “Kita harapkan 2016 Ciliwung jadi tempat eco tourism. Kita pengen keroyok bareng. Supaya Ciliwung benar-benar ditata rapi dan orang nggak buang sampah sembarangan,” terangnya. Sebelumnya lagi, tahun 2010, sebuah penelitian dilakukan oleh peneliti IPB (Institut Pertanian Bogor). Hasil­ nya, dinyatakan Ciliwung merupakan ­sungai terpanjang melewati Jakarta, ibu kota Indonesia. Ini memiliki peran penting dan sejarah kepada masyarakat Jakarta serta lansekap kota. Saat ini, selain sungai, ada banyak masalah yang terkait dengan perubah­ an penggunaan lahan, kebersihan, ba­ haya banjir dan polusi air. Maka tujuan penelitian itu adalah untuk membuat rencana ekowisata perkotaan.

Model pengembangan koridor Cili­ wung itu, dengan mengembangkan daerah menjadi ekowisata perkotaan. Kita bisa membagi itu menjadi zona alam ekowisata, zona alam ekowisata setengah dan zona dukungan ekowisata. Hasilnya adalah area program pemba­ ngunan yang mengacu pada ekowisata. Prinsip masyarakat; seperti renovasi fisik, konstruksi fasilitas dan pengem­ bangan infrastruktur pariwisata, kon­ servasi flora dan fauna, sistem utilitas hijau dan partisipasi masyarakat. Gubernur DKI kini mempercepat se­ mua wacana-wacana tersebut. Ini mem­ bayangkan beberapa tahun lagi Jakarta akan mendapat peluang memasarkan dan menjual wisata kota, lebih dari apa yang selama ini ada. Bahkan bebe­rapa tahun terakhir, nyaris tidak ada. Ihwal kesadaran perlunya kebersih­ an dan kerapihan sugai-sungai, lalu manfaatnya bisa berfungsi jalur trans­ portasi, dan, menghidupkan pariwisata kota. Syukurnya, ide tentang sungai tampak telah menjalar beberapa tahun terakhir ini di beberapa kota. Surabaya, contoh­nya, sudah berhasil membersih­ kan Kali Brantas itu juga dengan men­ jalin kerja bersama polri-tni, seperti untuk Ciliwung sekarang rencananya Pemprov mengajak bersama tni-ad membersihkannya. Kota Shenshen di RRT, saat ini telah menjadi salah satu kota metropolitan di RRT, konon dibangun dari tanah rata menjadi kota megapolitan masa kini, pertama kali dengan bantuan sekitar 200 ribu tentara nasional RRT. n

“Kita mau beresin sungai Ciliwung.” Gubernur ‘Ahok’ ingin Ciliwung bisa dirapikan secara maksimal. Menurutnya, sudah ada kesepakatan kerja sama antara TNI dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan juga Dinas PU. “Kita harapkan 2016 Ciliwung jadi tempat eco tourism. Kita pengen keroyok bareng. Supaya Ciliwung benar-benar ditata rapi dan orang nggak buang sampah sembarangan,” terangnya.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

13


Bisnis

‘Model’ Destinasi Tumbuh Sendiri

S

epanjang pantai pesisir Tan­ jung Setia sampai ke pantai Krui, di Lampung, semakin banyak bidang tanah yang dibeli oleh warga asing, hendak mem­ bangun rumah pribadi atau unit usaha penginapan. Berkebangsaan Perancis, AS, dan lainnya tampak bertambah. Penduduk juga tampak mengalami kemajuan dalam kehidupan seharihari. Diperhitungkan usaha penginap­ an sudah berkisar 20 unit dan yang bersifat unit pribadi seki­ tar 10. Ukuran terbesar meng­operasikan 14 ­kamar, kapasitas penuhnya me­ nampung 37 orang. Di Krui malah sekitar 40 unit penginapan sudah terse­ dia, sebagian milik ang­ gota masyarakat. Di Tanjung Setia hingga pantai Krui, dalam seta­ hun kini diperkirakan te­ lah dikunjungi oleh sekitar 20.000 ­wisman. Sedang­ kan tiga tahun yang lalu diperkirakan sekitar 10 ribu orang. Hampir se­ luruh wisman ke sini ter­ diri dari surfer, datang dari jarak jauh, Australia, Jerman, Portugis, Perancis, Amerika, Kanada, dan Jepang walau­ pun jumlahnya paling sedikit. Menarik diperhatikan, para surfer itu jauh-jauh membawa papan surfing naik mobil dari bandara Lampung padahal memakan waktu 5–6 jam perjalanan, sementara kalau dari kota Bandar Lam­ pung yang berjarak sekitar 278 KM, ke Tanjung Setia ditempuh 4–5 jam. Sebagian mulai memanfaatkan pe­ nerbangan dari bandara Lampung ke bandara kecil di Krui. Pesawat Susi

14

Air berkapasitas 12 penumpang, ter­ bang ke Krui, lokasinya bersebelahan ­dengan pantai Tanjung Setia. Tapi 2 kali seminggu saja, setiap hari Selasa dan Jumat. Jadi, hingga sekarang prak­ tis hanya wisman yang berunjung ke sini, dan gejalanya akan meningkat terus jumlahnya. Menurut mereka yang mengusaha­ kan unit penginapan di Tanjung Setia, minat wisnus dari Bandar Lampung bahkan dari Jakarta,sudah mulai ingin

ke pantai itu. Mereka memperhitung­ kan jika saja penerbangan frekuensinya 4 kali seminggu, diyakini wisnus ada yang mampu dan berminat. Wisnus biasanya non-surfers. Pener­ bangan 4 kali per minggu akan me­ narik wisnus di hari-hari akhir pekan. Kecuali surfing dan diving, aktivitas lain belum dapat dilahirkan dan itulah yang dewasa ini sedang dipikirkan oleh masyarakat usaha. Apa kreatifitas untuk bisa menambah kegiatan pariwisata di luar menyelam dan berselancar? Ada warga asing yang membuka

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

restoran sejak Februari 2014, ada usaha bar dan toko papan selancar. Tampak mereka membawa gaya usaha di Bali, ternyata memang sudah berpengala­ man pernah buka usaha di sana. Maka masyarakat setempat memper­ kirakan, pariwisata di Tanjung Setia dan Krui, tahun depan akan bertam­ bah marak. Unit usaha Gym pun ­sudah timbul. Lebih menarik lagi memperhatikan inisiatif dan pengembangan lokasi ini nyaris sepenuhnya diinisia­ si oleh pe­ngusaha pengina­ pan, sementara pemda­-nya terasa masih ‘canggung’ berbicara me­majukan pariwisata. Tanjung Setia dan Krui tadinya berada di satu kabu­paten Lampung Barat, belum lama ini di­ mekarkan menjadi dua kabuten. Alhasil, jajaran pemda kabupaten yang baru seakan perlu ‘­belajar’ berhadapan, bersentuhan dan berkoordinasi de­ngan para pelaku bisnis pari­ wisata. Kebersihan ­lingkungan di sepanjang pantai Tanjung Setia dikelola melalui iuran masyarakat, di­ laksanakan oleh para usahawan pari­ wisata setempat. Bagusnya, failitas jaringan WiFi sudah disediakan sejak sebelum terjadinya pemekaran. Dengan kata lain, pemda setempat dan para masyarakat yang berusaha di bidang pariwisata, kini memiliki peluang untuk mengelola kawasan ini sebagai destinasi wisata internasional. Potensinya bisa menampung puluhan ribu hingga seratusan ribu wisman dan wisnus. n


Pemasaran Destinasi

Dari Bir Pletok dan Kerak Telor sampai Steak dan Wine

B

erwisata ke kawasan lama atau kota tua tidak melulu hanya untuk melihat-lihat warisan heritage dan belajar sejarah bangsa di museum-museum­ nya. Ada wisata yang tidak kalah me­ narik dan seru dan yang pasti disukai banyak orang. Wisata kuliner yang bisa dinikmati semua kalangan di satu ­tempat. Kawasan Kota Tua Jakarta ­meliputi area seluas lebih dari 800 hektar. Pusat kawasan berada di sekitar ­Taman ­Fatahillah dan Museum Sejarah ­Jakarta. Kawasan perniagaan Glodok dan Mangga Dua juga termasuk dalam kawasan lama Ibukota. Di kawasan tersebut, diantara keriuhan geliat ke­ giatan perdagangan, terselip khasanah kuliner peranakan yang telah diwarisi beberapa generasi. Di kafe dan restoran serta pedagang kaki lima (PKL) yang

berada di sekitar Taman Fatahillah menjadi summary dari khasanah ku­ liner kita yang (mungkin) dulu pernah hidup di Stadhuis Plain. Kafe Batavia. Cafe and resto paling dikenal di kalangan orang asing, eks­ patriat dan wisatawan, di Kota Tua. Restoran ini menempati gedung yang dibangun sekitar tahun 1884. Gedung ini pertama kali digunakan menjadi Kantor Dagang E.Dunlop & Co. Dan sejak tahun 1992 digunakan sebagai restoran. Restoran ini identik sebagai tempat hangout orang-orang asing di Jakarta. Tetapi kini juga menerima banyak ­tamu-tamu lokal. Restoran tidak per­ nah sepi terlebih lagi di akhir pekan. Banyak meja sudah di-reserved terutama yang berada di pinggir jendela di lantai dua. Itu jadi tempat favorit tamu asing maupun lokal. Sebab di dalam gedung

restoran yang menampilkan bentuk asli fisik bangunan dan berpendingin udara, duduk di pinggir jendela-jende­ la besar di lantai dua menjadi the best spot melihat dan menikmati keramaian di Fatahillah Square. Tamu-tamu bule rata-rata datang dalam rombongan-rombongan kecil 2, 4, 6, dan 8 orang. Tamu-tamu ­asing Asia, dari Jepang misalnya, juga sama. Umumnya mereka datang untuk lunch, kemudian bercakap-cakap santai. Atau sekedar hangout bersama rekan, kolega, dan sanak keluarga yang sedang me­ ngunjungi mereka. Yang datang dite­ mani oleh orang Indonesia, dia tamu perusahaan yang sedang mengisi waktu luangnya berkunjung ke Kota Tua, atau wisatawan. Dan tamu-tamu lokal datang bersama kolega dan teman ber­ dua, berempat, berenam atau bersama keluarga.

Kiri: Kafe Batavia tampak luar. Kanan: Cukup sulit mendapatkan meja di pinggir jendela terutama di akhir pekan.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

15


1

2

3

(1) Kopi Bangitiam ramai dikunjungi mulai sore hari. (2) Kafe Djakarte selalu ramai dikunjungi terutama anak-anak muda karena murah-meriah. (3) Di Historia Food and Bar, tampak cukup sering pengunjung asing rehat di sini.

Restoran ini menawarkan menu western, chinese food, menu indonesia dan tradisional. Dalam daftar menunya terselip bir pletok yang bisa dipilih di­ sajikan dingin atau hangat. Minum­an tradisional betawi berasa mirip wedang di daerah Jawa sudah jarang sekali ditemukan. Harga per menu dipatok mulai dari 20 ribu rupiah. Furnitur kuno memperkuat ­kesan heritage building dan foto-foto ­lawas dari figur publik dunia di lantai dua menambah kesan vintage. Di dekat tangga besar di lantai satu, ada sebuah panggung hiburan kecil, Batavia Lounge. Pencahayaan ruang sengaja dibuat redup sehingga suasana sedikit lebih romantis di lantai ini. Sedangkan di teras yang dibatasi kaca, selain kursikursi juga ada sofa cukup besar. Greeter menyapa tamu dengan senyum ramah di bibir dan sigap membantu mencari­ kan tempat. Umumnya kafe dan restoran menye­ diakan WiFi gratis dan membuat tamu

betah duduk berlama-lama. Gedung-gedung di lorong yang pa­ ling sering dijadikan jalan masuk-­keluar pengunjung dari seberang ­Museum Bank Indonesia, kini ditempati tiga kafe kelas menengah, yaitu kafe wara­ laba Kopi Bangitiam, Kafe Djakarte, dan Historia Food and Bar. Dua kafe terakhir menyediakan meja dan kursi di luar ala fresco. Kafe-kafe di sini juga menyediakan food and bave­ rages barat dan Indonesia dengan harga yang lebih terjangkau. Kafe Djakarte yang paling ramai dikunjungi ter­utama oleh generasi muda. Rasa menunya cocok di lidah dengan harga dipatok mulai dari Rp 9 ribuan dan paling ma­ hal di bawah Rp 100 ribu. Waiter-nya bergaya kasual jadi suasananya seperti sedang bertandang ke tempat teman. Diantara tamu-tamu lokal, pelancong-pelancong asing pun ikut nimbrung nong­ krong di kafe-kafe tersebut.

PKL di Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta.

16

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

Suka atau tidak kehadiran PKL kita rindukan dan butuhkan. Di sisi lain, kehadirannya di negeri ini, kerap kali dipandang jadi sumber masalah keter­ tiban dan kebersihan. PKL paling banyak di kawasan ­Taman Fatahillah adalah penjaja makan­an dan minuman, lalu penjaja aneka barang. Khusus penjaja makanan, akhir-akhir ini penjual pecel, mi goreng dan mi glosor terlihat lebih banyak. Mereka berjualan berdampingan dengan pen­ jaja kuliner khas betawi kerak telor dan es selendang mayang. Ada tiga sampai empat bangku kecil disiapkan di de­ pan pikulan dan bakul. Selain itu, di gerobak-gerobak ada penjaja go­ rengan, rujak ulek, buah dingin, minuman ri­ngan dan lain-lain. Sekitar awal tahun ini PKL di kawasan Taman Fatahillah dibenahi dengan perelokasian


PKL juga banyak ditemukan di Bangkok, Thailand, dan Manila, Filipina. Perbedaannya, di kedua negara tetangga kita PKL tidak mengokupasi pedestrian, apalagi sampai di bahu jalan. Di sekitar tempat berjualannya relatif bersih, penjual mengenakan sarung tangan plastik atau penjepit untuk melayani, dan makanan yang dijual ditempatkan dalam wadah tertutup serta tidak semua tempat dipenuhi PKL.

tempat di lorong yang bisa diakses dari Jalan Kali Besar Timur dan lorong di sebelah Kantor Pos. PKL yang berjualan di lorong dari Jalan Kali Besar Timur menjajakan bakso, mi ayam, nasi dan sate padang, ketoprak, sate ayam dan lain-lain. ­Sedangkan lorong di sebelah Kantor Pos belum dimanfaatkan maksimal. Salah seorang pedagang mengung­ kapkan awal tahun 2015 PKL di situ akan dibenahi lagi tapi belum tahu akan direlokasikan ke mana. Konsumen PKL sudah pasti pe­ngun­ jung lokal. Bagi pengunjung asing, kita yang menyantap makanan yang di­ gelar tanpa penutup, duduk di ­bangku

kecil atau lesehan, kadang-kadang mesti mengalah dengan sepeda motor yang akan lewat, dan sesekali meruap bau kurang sedap dari Kali Besar dan lobang-lobang saluran air yang tidak tertutup rapat, menjadi pemandangan menarik yang perlu diabadikan. Keberadaan PKL memang perlu di­ atur dan ditertibkan. Seperangkat per­ aturan tegas mesti diberlakukan kepada penjual dan pembeli. Di sisi lain, PKL, khususnya penjaja makanan di sekitar obyek wisata, memerlukan pembinaan dan pendampingan. Agar produk yang mereka jual layak dikonsumsi, tidak membahayakan kesehatan, memenuhi standar higienis, dikemas secara me­

narik, tempat berjualannya bersih dan eye catching, sehingga bukan hanya pengunjung lokal saja konsumennya, tetapi meyakinkan para pengunjung asing untuk membeli dan mencicipi aneka jajanan rakyat di situ. Sekalian membuktikan kenapa Barack Obama suka sekali makan bakso dan sate ayam di Jakarta. n

Kiri: Seporsi kerak telor dengan telur ayam Rp 15 ribu, dengan telur bebek Rp 20 ribu. Kanan: Pecel sedang tren di Taman Fatahillah jelang akhir tahun 2014.

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

17


Indi

Jumlah Wisman Bulanan Januari–Oktober 2014 Bulan

2014

2013

+/–

Selisih

JANUARI 753,079 614,328 22.59% 138,751 FEBRUARI 702,666 678,415 3.57% 24,251 MARET 765,607 725,316 5.55% 40,291 APRIL 726,332 646,117 12.41% 80,215 M E I 752,363 700,708 7.37% 51,655 J U N I 851,475 789,594 7.84% 61,881 J U L I 777,210 717,784 8.28% 59,426 AGUSTUS 826,821 771,009 7.24% 55,812 SEPTEMBER 791,296 770,878 2.65% 20,418 OKTOBER 808,767 719,903 12.34% 88,864 JAN - OKT 7,755,616 7,134,052 8.71% 621,564 NOVEMBER 807,422 DESEMBER 860,655 GRAND TOTAL 8,802,129

Jumlah Wisman Berdasarkan Pasar Utama Januari–Oktober 2014 No.

Pasar Utama

1 SINGAPURA 2 MALAYSIA 3 AUSTRALIA 4 TIONGKOK 5 JEPANG 6 KORSEL 7 INDIA 8 AS 9 INGGRIS 10 PERANCIS 11 TAIWAN 12 JERMAN 13 TIM-TENG 14 BELANDA 15 FILIPINA 16 RUSIA LAINNYA GRAND TOTAL

Sumber: BPS

2014

2013

(+/–)

Selisih

1,194,537 1,062,840 12.39% 1,010,280 948,498 6.51% 908,582 763,785 18.96% 813,642 633,921 28.35% 398,984 395,774 0.81% 274,522 267,555 2.60% 195,754 168,284 16.32% 195,300 183,325 6.53% 195,201 184,225 5.96% 182,012 168,596 7.96% 172,576 184,946 -6.69% 155,162 138,279 12.21% 149,370 114,470 30.49% 142,327 132,761 7.21% 109,852 106,116 3.52% 74,514 76,655 -2.79% 1,583,001 1,604,022 -1.31% 7,755,616 7,134,052 8.71%

131,697 61,782 144,797 179,721 3,210 6,967 27,470 11,975 10,976 13,416 -12,370 16,883 34,900 9,566 3,736 -2,141 -21,021 621,564

Sumber: BPS, Berdasarkan Kebangsaan pada 19 Pintu

Jumlah Wisman Bulanan, 2011–2014 900,000

800,000 2014 2013

700,000

2012 2011

600,000

500,000 2014 2013 2012 2011

Jan

Feb

Mar

JAN 753,079 614,328 652,692 548,821

FEB 702,666 678,415 592,502 568,057

MAR 765,607 725,316 658,602 598,068

Apr APR 726,332 646,117 626,100 608,093

Mei MEI 752,363 700,708 650,883 600,191

Jun JUN 851,475 789,594 695,531 674,402

Jul JUL 777,210 717,784 701,200 745,451

Agt AGT 826,821 771,009 634,194 621,084

Sep

Okt

Nov

SEP 791,296 770,878 683,584 650,071

OKT 808,767 719,903 688,341 656,006

NOV 807,422 693,867 654,948

Des DES 860,655 766,966 724,539

TOTAL 7,755,616 8,802,129 8,044,462 7,649,731 Sumber: BPS

18

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014


kator

Aksesibilitas / Penerbangan Nasional Perkembangan Penerbangan Nasional Berjadwal pada Rute Dalam Negeri Jumlah Rute Jumlah Kota Jumlah Operator Jumlah Frekuensi Seat Capacity

2009 174 78 14 218.088 58.124.872

2010 199 98 18 247.988 71.633.692

2011 2012 2013 217 261 254 107 121 113 18 18 17 293.228 365.872 361.556 81.174.652 104.492.908 103.503.643

Jumlah Penumpang Berangkat

43.808.033

51.775.656

60.179.306 71.421.464

75.770.222

Pertumbuhan Jumlah Penumpang Di Dalam Negeri (%) Tahun Pertumbuhan jumlah penumpang

2009

2010

2011

2012

2013

17,29

18,19

16,27

18,65

6,09

Jumlah Penumpang Penerbangan Internasional oleh Maskapai Nasional Tahun

Tiba

Berangkat

2013

68.194

68.474

2012

83.573

83.465

2011

71.647

71.736

2010

70.935

71.121

2009

52.637

53.145

Penerbangan Nasional Berjadwal pada Rute Internasional Tahun

Pertumbuhan Jumlah Penumpang Internasional (%)

2009

2010

2011

2012

2013

21,98

32,19

23,24

21,91

10,33

Jumlah Armada Pesawat Maskapai Penerbangan Nasional Berjadwal dan Tak Berjadwal 2013 Total Fleet 1 Garuda Indonesia 110 2 Merpati Nusantara 32 3 Mandala Airlines 9 4 Trigana Air Service 19 5 Batavia Air 15 6 Pelita Air Service 24 7 Indonesia Air Asia 30 8 Lion Air 97 9 Wing Airlines 34 10 Cardig Air 3 11 Tri-MG Airlines 1 12 Sky Aviation 7 13 Indonesia Air Transport 14 14 Sriwijaya Air 37 15 Kal Star Aviation 8 16 Travel Express 14 Operator

Total Fleet 17 Asia Link Cargo 3 18 Aviastar 3 19 Pacific Royale 3 20 Citilink 27 21 Transnusa Aviation 2 22 Batik Air 6 23 Nam Air 2 24 Airfast Indonesia 22 25 Sayap Garuda Indonesia 6 26 Travira Air 25 27 Derazona Air 5 28 National Utility Helicopters 8 29 Alfa Trans Dirgantara 5 30 Deraya 11 31 SMAC 1 Operator

Operator 32 White Sky Aviation 33 Gatari Air 34 Intan Angkasa Air 35 Air Pacific Utama 36 Trans Wisata Aviation 37 Asi Pujiastuti Aviation 38 AviastarMandiri 39 Express 40 Pegasus Air 41 Eastindo 42 Jhonlin Air 43 Sky Aviation 44 Unindo Aircharter 45 Nusantara Buana Air 46 Hevilift Aviation 47 Engganag Air

Total Fleet 6 5 11 6 7 47 5 9 6 6 11 3 3 4 6 8

Total Fleet 48 Surya Air 5 49 Marta Buana 4 50 Angkasa Super Services 14 51 Komala Indonesia 2 52 Air Born Indonesia 6 53 Purawisata 3 54 Penerbangan Angkasa Semesta 3 55 Dabi Air Nusantara 2 56 Asia One Air 2 57 Air Maleo 2 58 Jayawwijaya Dirgantara 1 59 Nusantara Air Charter 4 60 Manunggal Air Service 2 61 Republic Express 1 62 Derazona Air Service 5 Operator

Sumber : Kemenhub/INACA

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

19


What Do They Say?

Mendatangi Kota Tua Jakarta

Dr. Sinha, Warga negara Britania Raya keturunan India. Ditemui bersama istrinya sedang asyik melihat-lihat koleksi Museum Wayang di kawasan Kota Tua Jakarta. Dia mengaku dalam keseharian sangat sibuk mengajar dan baru punya waktu luang di akhir pekan. Setelah berkeliling di dalamnya dan sebelum meninggalkan Museum Wayang, Dr. Sinha bersama istrinya membeli beberapa suvenir berbentuk wayang di etalase di dekat pintu keluar. Karena Museum Sejarah Jakarta sedang ditutup, pasangan suami istri itu langsung menuju Kafe Batavia untuk santap siang. Wisman umumnya memang mesti mampir di kafe tersebut, ber­ lantai dua, sekedar ‘minum’ seraya memandang kembali ke bawah, lapangan Taman Fatahillah dan gedung ­Museum Fatahillah atau Museum Sejarah ­Jakarta. Di waktu jam makan siang, wisman FITs atau Group, di lantai dua kafe mereka having lunch. “The old city of Jakarta is very nice. It is very ­different with where I’m living. I got information from ones who have visited it. Of course you can look it in internet. Yes, it’s the first time to Indonesia. Well, I’m lecturing, very busy and just have time to look around.” Memang, di website dinas pariwisata provinsi DKI, ditampilkan museum-­museum dalam format virtual tour. Bisa menampilkan gambargambar museum dari ruang ke ruang bertiga dimensi. n Luar biasa dua ibu ini. Mereka ­dalam sehari pergi pulang hanya untuk ke Kota Tua Jakarta, me­ manfaatkan ­kereta Cirebon— Jakarta. Datang dengan kereta pagi, pulang dengan kereta sore/ malam. Ibu Ella dan Ibu Siti beper­ gian bersama keluarga. Tujuan­ nya hendak bersilaturahmi dengan keluarga yang tinggal di Jakarta sekalian jalan-jalan. Mereka sepakat agar budaya Ibu Ella (kiri) dan Ibu Siti (kanan). dan ke­senian tradisional betawi digelar juga di Taman Fatahilah, pasti yang datang akan lebih ramai. “Kan bagus juga tuh buat anak-anak, jadi mereka tahu makanan dan kesenian betawi kayak gimana. Jadi jangan cuma ada di Jakarta Fair,” ­tutur Ibu Siti. n

20

Pariwisata Indonesia n Vol. 5 n No. 60 n Desember 2014

Di Bandung

Fadil, Rara, dan Sasa (kiri-kanan) tampak ceria selama perjalanan keliling kota Bandung.

Sebelum dan sesudah naik bandros, mesti selfie dulu.

Lain lagi di Bandung. Fadil, Rara, dan Sasa. Tiga sekawan yang bertet­ angga ini baru pertama kali naik ban­ dros. Bagaimana kesannya? Mereka kompak menjawab, “Suka.” Ketiga anak tersebut berdiri di bagian belakang bis di dek bawah. Setiap kali ada yang melihat ke bis, mereka lang­ sung melambaikan tangan… da da da da. Tak tampak raut wajah yang meren­ gut tatkala bis berjalan amat perlahan di Jalan Braga yang semakin padat. Anis, ibu dari salah seorang dari anak tersebut berkomentar, ”Saya sem­ pat cari-cari informasi dulu di internet. Sayang ya, kurang petunjuk menuju ke Taman Kandaga dan di dalam taman. Terus tidak ada loket tiketnya lagi.” Mereka memang tampak berdesakan berebutan saat hendak mendapatkan tiket untuk naik ‘bandros’. Bis Bandung Touron Bus. Bersama dua orang ibu lainnya, mer­ eka tampak menikmati perjalanan di dalam kota. Sesekali mereka bercanda atas informasi kota Bandung yang dic­ eritakan oleh pemandu, diselingi gaya humor dan keceriaan. n


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.