Pi 61 utk website

Page 1

Vol. 6 n No. 61 n Januari 2015

Perkuat

‘Branding’

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

1


Pengukir kayu, pembuat papan nama

Penanggungjawab: Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Wakil Penanggungjawab: Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata

Hampir di setiap lobby hotel di Bali, wisatawan akan menjumpainya. Pesan papan nama khas Bali diselesaikan dalam satu hari. Sang pengukir bekerja secara alamiah berlatar belakang dinding penuh ukiran relief. Pola aktifitas seni yang produktif ini bisa diterapkan oleh daerah di destinasi-destinasi lain sesuai dengan sumber-sumber dan potensi yang dimilikinya.

Isi Nomor ini

Penerbit/Pemimpin Redaksi: Arifin Hutabarat

4

Memperkuat ‘Branding’ Pembawa Janji

Dewan Redaksi: Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri; Direktur Konvensi, Insentive, Even dan Wisata Minat Khusus; Direktur Pencitraan Indonesia; T. Burhanuddin; Wisnu B. Sulaiman.

6

Great Batam dan Peluang di Kalimantan

Reporter: Benito Lopulalan Alamat: Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jl. Medan Merdeka Barat No.17, Lantai 3 Jakarta 10110 Telp : 021 383 8220 Fax : 021 380 8612, Email : jurnal@indonesia.travel Jika Anda mem­punyai infomasi dan pendapat untuk Newsletter ini, s­ ilakan kirim ke alamat di atas.

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

2

14

Jakarta Juga sebagai Tujuan Leisure

18

Di Manakah Kita Tahun 2015?

23

Lovely December, Toraja, Menarik Diaspora

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015


e d it o r ia l

‘Media’

D

sebagai ‘Subjek’

i negeri kita kini praktis tiada hari tanpa informasi tentang kegiatan wisata. Suratkabar atau ber­ bagai ragam majalah dipastikan, kalau bukan menyajikan rubrik tetap tentang wisata dan yang berkaitan, berita-berita tentang seluk beluk perkembangan pariwisata selalu dimunculkan. Televisi nasional saja, mende­ dikasikan siaran yang berkaitan langsung dengan pariwisata, tiada henti dan praktis men­ jangkau publik setiap saat se­tiap hari. Mari kita lihat daftar rubrikasi siaran, dari be­ berapa TV nasional setidaknya 26 judul dan tema siaran. ­TransTV: Celebrity on Vacation, Wisata kuliner, Ethnic runway, Survivor, My trip my adventure, Chef traveler, Jelajah, Rahasia Menpar Arief Yahya dapur nenek, Ikon kuliner nu­ santara, Magic cooking. Trans7: Si bolang, Laptop si ­Unyil, Jejak petualang, Mancing mania, Hello paradise. Metro TV: Archipelago, Travelista, Ring of Fire. TV One: Nuansa 1000 pulau. Kompas TV: Hidden paradise, 100 hari keliling ­Indonesia, Weekend yuk, Explore Indonesia, Coffee story. Net TV: Weekend list. ANTV: Travelleza. Daftar ini masih bisa diperpanjang. Bayangkanlah jika ditambah lagi dengan siaran-siaran tentang wisata oleh stasion televisi daerah atau lokal. Topik dan cara penyajian berbeda antara siaran-siaran itu, membuat jangkauannya mencakup hampir semua segmen, dari anak-anak, pemuda pemudi hingga orang tua—pelajar, mahasiswa, eksekutif muda, hingga para senior.

Demikian pula media cetak dalam bermacam format. Sesuai zaman ‘generasi Y’ sekarang, media sosial di inter­ net demikian jauh kini mem­ berikan peran dalam penyebar­ luasan cerita tentang pariwisata. Media sosial bahkan berfungsi tak lagi sekedar berkomunika­ si sosial dan ‘pertemanan’, di ­dalamnya juga tampil kegiatan memotivasi orang untuk ber­ wisata. Dari satu sisi peran media yang luas itu, di dalam negeri, jelas menjadi sumber ­informasi, mendidik masyarakat, dan meng-entertain masyarakat, per­sislah layaknya fungsi dasar dari media massa. Wisata ­domestik atau wisata nusan­ tara atau wisata dalam ­negeri, jelas mendapat dukungan dan ­dorongan ‘hebat’ untuk maju berkat peran media ­tersebut. Selain membangun pemahaman, dan awareness alias ‘­menyadari’, juga menggerakkan desire untuk melakukan pilihan dan ‘membeli’ perjalanan. Jika saja frekuensi dan jangkauan ‘publisitas’ melalui me­ dia berkembang di ruang internasional, maka dukungan dan dorongan ‘hebat’ untuk maju berkat peran media terse­ but juga akan menarik jauh lebih banyak wisatawan manca­ negara berkunjung ke Indonesia. Pada minggu-minggu pertama setelah mulai berkantor di Kementerian Pariwisata, Menteri Arief Yahya menyatakan: ”Media kini sebagai subyek.” Berulang kali dinyatakannya saat-saat bertemu dengan para wartawan. Jadi, perannya ­aktif ikut mendukung dalam memajukan pariwisata. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

3


utama

Memperkuat

‘Branding’ Pembawa Janji

M

enteri Pariwisata Arief Yahya melontarkan per­ tanyaan retorik: Apa be­ danya merek Wonderful Indonesia dengan pesaing, katakanlah branding Truly Asia, Amazing Thailand, Uniquely Singapore, dan lainnya? ­Hanya satu bedanya, ujar Menteri: apakah kita mempromosikannya atau tidak? Begitulah Menteri mengambil kearifan marketing dari tengah persaingan pen­ citraan pariwisata di pasar dunia. Dalam hal membangun citra pari­ wisata Indonesia dengan branding Won­ derful Indonesia dan Pesona ­Indonesia, mulai sekarang, Kementerian Pariwisa­ ta perlu memperlihatkan kebulatan tekad mengajak segenap komponen pariwisata Indonesia agar ‘fanatik’, lan­ taran memang tak ada lagi yang perlu diperdebatkan, melainkan “mari mem­ promosikannya dengan segenap daya dan smartness”. Saat itu adalah hari peluncuran ­kembali dan revitalisasi merek pari­ wisata Indonesia tersebut dengan me­ luncurkan kembali logo Wonderful ­Indonesia ditambah dengan versi ­bahasa Indonesia, Pesona Indonesia. Harinya pada 23 Desember 2014 di Kemen­

4

terian Pariwisata, Jakarta. Jadi, berketetapan dan berbulat tekad memperkuat penggunaan ‘­branding’ pariwisata dengan logo Wonderful Indo­ nesia untuk pencitraan ke dunia inter­ nasional dan Pesona Indonesia ­untuk pesan-pesan dalam bahasa Indonesia. Petunjuk-petunjuk teknis penggu­ naannya bagi seluruh pemangku ke­ pentingan pariwisata telah dipersiap­ kan. Maka diharapkan mulai sekarang sungguh hasil pencitraan dari kebi­ jakan nasional dan strategi pemasaran pariwisata perlu terlaksana seefektif dan seefisien mungkin. Untuk seluruh daerah Indonesia se­ cara nasional dan internasional perlu dibangunkan suatu citra yang kukuh fokus dan kuat, yakni Indonesia sebagai ‘Wonderful Indonesia’ atau ‘Pesona Indo­ nesia’. Maka, jika daerah mempunyai tagline dan logo seperti Enjoy Jakarta, atau Visit Makassar,— ­misalnya—, hendaknya pada setiap ‘branding’ dan tagline tersebut dicantumkan (endorsed) by Wonderful Indonesia. Daerah-daerah perlu seksama memperhatikan dan me­ laksanakannya. Pada hari itu Menteri Arief Yahya juga meluncurkan website e-tourism

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

I­ ndonesia. Satu buku berisi Pedoman Penggunaan Logo sudah disiapkan dan bagi yang memerlukan dapat meng­ ambilnya pada kantor Kementerian Pariwisata di Jakarta. Pedoman tersebut menjelaskan me­ ngenai penggunaan warna, huruf dan visual logo serta ketentuan lain yang diperbolehkan dalam pengaplikasian logo Wonderful Indonesia atau logo Pesona Indonesia pada dokumen mau­ pun materi komunikasi resmi. Antara lain dijelaskan juga sejarah­ nya sang logo: Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah janji pari­ wisata Indonesia kepada dunia. Kata ‘Wonderful’ atau ‘Pesona’ mengandung janji bahwa Indonesia kaya dengan ketakjuban, dari segala aspek manu­ sia maupun alamnya, yang mengusik ­kalbu dan menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan. Adapun gambar citra burung, ada­ lah karakter suka berkelompok yang melambangkan hidup damai antar sesama di alam sentosa. Burung juga satwa dengan popu­ lasi terbesar di Indonesia dan menjadi lambang bangsa. Rentangan sayap ber­ arti keterbukaan, hasrat untuk ter­


bang jauh, melintas batas. Sifatnya semesta, dikenali oleh semua. Tulisan ­‘Indonesia’ berwarna hitam yang lebih besar daripada ‘Wonderful’ atau ‘Pesona’ mengedepankan dan memperkuat In­ donesia di antara persaingan pariwisata internasional. Lambang burung memiliki bulu ­dalam lima warna yang berbeda makna­­nya, dengan filosofi warna dan bentuk: 4Hijau: Kreativitas, ramah kepada alam dan keselarasan. 4Ungu: Daya imajinasi, keimanan, kesatuan lahir dan batin. 4Jingga: Inovasi, semangat pemba­ ruan, dan keterbukaan. 4Biru: Kesemestaan, kedamaian, dan keteguhan. 4Magenta: Keseimbangan, akal ­sehat, dan sifat praktis. Bentuknya luwes, serba lengkung, tanpa sudut persegi ataupun garis lurus, memaknakan besarnya arti keseimba­ ngan dan keselarasan manusia dengan alam dan antar sesama di bumi. Logo Wonderful Indonesia atau logo Pesona Indonesia terdiri dari komponen

Menpar Arief Yahya logo burung yang disebut logogram, dan tulisan Wonderful dan Indonesia, atau Pesona dan Indonesia yang disebut logotype. Dalam pengaplikasiannya pada berbagai media, kedua komponen logo ini tidak boleh dipisah. Warna logo citra Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia adalah bagian vi­ tal dari keseluruhan logo dan harus se­ lalu digunakan sesuai dengan ­per­aturan yang ditentukan tanpa penge­cualian untuk menjaga konsistensi dan kesi­ nambungan citra. Salah satu contoh diperlihatkan jikalau daerah mempunyai satu logo tertentu yang hendak digunakan da­ lam pemasaran destinasi dan produk wisata daerah, maka diminta agar se­ lalu dicantumkan sebagai bagian dari citra Wonderful Indonesia atau Pesona ­Indonesia. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

5


Wisata di Perbatasan

P

emerintah segera menata ­ka­wasan perbatasan ­Indonesia dengan negara tetangga. Penataan ­dimulai di kawasan perbatasan Indonesia dan ­Malaysia, di wilayah Entikong, Kalimantan ­Barat, Maret 2015. “Semuanya (permasalahan) tetap akan diselesaikan, satu per satu dulu. Kebetulan yang di Entikong akan di­kerjakan dalam waktu dekat ini,” kata Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Entikong, Rabu (21/1/2015). Tentu saja itu terkait langsung ­dengan salah satu fokus pemasaran pariwisata Indonesia kini. Yakni me­ningkatkan wisata lintas batas—cross ­border tourism. Wisata lintas perbatasan yang telah terbukti berperan besar dalam porsi kontribusi wisman, adalah di Batam/ Bintan khususnya dan kepu­ lauan Riau umumnya. Maka itu pula tersinkron dengan strategi pengembangan des­ tinasi dan pengembangan pemasaran, yang akan men­ jadikan tiga fokus destinasi sebagai Great Batam, Great Entikong Jakarta dan Great Bali. Dan seluruh destinasi akan di­ gencarkan promosinya di­ bawah branding Wonderful Indonesia. Untuk Batam pemerin­ tah kini te­ngah bersiap me­ Pontianak nambah sarana prasarana termasuk pembangkit listrik dan infrastruktur pelabuhan, maka di ­Entikong dan seki­ tarnya, kawasan perbatasan di Kalimantan Barat, ­prasarana jalan raya dan fasilitas umum ­lainnya segera akan dikem­ bangkan. ­Kondisinya nanti diproyeksikan tidak terlalu jauh berbeda dengan keadaan fisik di seberang batas di wilayah negara ­tetangga. Kelancaran dan kenyamanan berwisata pun akan semakin menarik lalu lintas wisata ke dalam wilayah I­ ndonesia. Jumlah wisman yang masuk di Batam tahun 2014 men­ capai 1.454.110 orang (15,41% dari jumlah wisman se­ cara nasional). Tapi di Entikong beberapa tahun terakhir ­cenderung menurun, tampak tahun 2013 tercatat 24.856 orang tetapi di tahun 2014 menjadi 22.464 orang. Batam diperkuat lagi sebagai pintu masuk dengan penerbang­

an langsung ke Silangit, bandara di pantai Danau Toba, ­Sumatera Utara. Presiden menegaskan akan memuluskan jalan di ­Entikong. “Akan dibuat empat jalur,” ujarnya. Selain itu, akan memperbaiki sarana pelayanan masyarakat seperti Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB). “Penataan juga akan dilakukan pada kawasan per­ mukiman di Entikong, dan ibukota Kecamatan ­Sekayam (Balai Karangan),” tambah Direktur Pengembangan ­Kawasan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Hadi Sucahyo, di tempat sama. Dia menjelaskan, kawasan Entikong akan diperluas dan dibagi dalam ­beberapa zona, dengan PPLB sebagai zona utama. Bakal dibangun juga ­gedung wisma Indonesia berlantai tiga. Dana proyek pembenahan itu sekitar Rp133 miliar. “Bangunan di PPLB saat ini akan dibongkar semua, dan diganti dengan gedung Kuching yang lebih luas dan represen­ tatif,” ungkap Hadi. Selain PPLB di Entikong, ­Kabupaten Sanggau, peme­ rintah juga akan memban­ gun PPLB di Aruk, Kabu­ paten Sambas dan Badau, Sangau Kabupaten Kapuas Hulu. Dibangun pula tiga Pos ­Lintas Batas (PLB), yakni di Jagoi Babang, Kabupa­ ten Bengkayang; Temajuk, ­Kabu­paten Sambas; dan Jasa, ­Kabupaten Sintang. Teritorium perbatasan Indonesia–Malaysia di Kalim­ antan Barat mencakup wilayah sepanjang 996 kilometer dengan luas kawasan 2,42 juta hektare. Kawasan tersebut meliputi 60 dusun, 40 desa, dan 15 kecamatan di lima ­kabupaten. Kawasan perbatasan dihubungkan sekitar 50 jalan setapak. Sebagian besar kebutuhan warga Indonesia di perbatasan dipasok dari M ­ alaysia. Kondisi pembangunan yang minim selama ini telah membuat kesejah­teraan mereka jauh tertinggal jika diban­ dingkan dengan warga di perbatasan ­Malaysia. Dengan melipatgandakan wisata lintas batas di sini maka kesejah­ teraan masyarakat setempat niscaya akan terangkat. n

Great Batam dan Peluang

di Kalimantan

6

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015


Badau

Danau Sentani

Putussibau

Potensi Cukup Besar Wisata Perbatasan Indonesia

Di ujung timur Kalimantan Ba­ rat, ada lagi pos perbatasan di Badau, Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibukota ­Putusibau. Di sana telah selesai diba­ ngun fasilitas keimigrasian dan lain-lain lengkap dengan perumahan petugas sejak tiga tahun lalu. Bangunan fisiknya siap menerima pelin­ tas antarnegara. Kini tinggal membangun jalan-jalan raya di bagian wilayah Indonesia yang kondisinya jauh berbeda dengan yang ada di seberang perbatasan negara. Namun tak jauh dari situ, terletak Danau Sentarum dalam ka­ wasan Taman Nasional Betung Keruhun. Danaunya luas dan indah serta kaya akan biota air tawar. Sebuah potensi men­ datangkan wisatawan. Tak di­ ragukan ini pun bakal menjadi destinasi wisata bagi warga dari Serawak, Malaysia dan Brunei Darussalam. Beberapa wisman dari Eropa bahkan sudah mendatangi kawasan itu dengan keterbatasan ken­ daraan dan kondisi jalan yang tidak bagus.

Di bawah judul “The Socio-economic Impacts of Singa­ porean Cross border Tourism in Malaysia and Indonesia”, Mark Hampton, Kent Business School, UK, February 2009 menulis dalam papernya: Cross-border tourism ­between neigh­bouring states is relatively unexplored in the literature and initially borders may be viewed as obstacles (Timothy and Tosun, 2003). Nevertheless, cross-border visitor flows are ­encouraged by many international organisations and govern­ ments. Research appears to show that benefits include increased understanding between communities across borders, and eco­ Mark Hampton nomic benefits for neighbouring countries. South-East Asia is the world’s fastest growing tourism region and has potential to further develop cross-border tourism and economic cooperation. In the 1990s ASEAN launched cross-border regional deve­lopment projects dubbed ‘growth triangles’ including Indonesia-Malaysia-Singapore; Indonesia-Malaysia-Thailand; the Mekong Delta; and the less well-known but sizeable BIMP-EAGA that stretches from the Philippines to Irian Jaya (Sparke et. al, 2004; Wall, 2008). The establishment of these growth triangles also encouraged the growth of crossborder tourism through increased investment and other links… n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

7


Investasi

Prospek dari Kinerja Sekarang

P

rospek pariwisata ke depan dapat juga dicerminkan oleh besarnya investasi modal yang telah dan sedang terja­ di, selain dari perhitungan atas upaya­upaya dan dampak kebijakan yang se­ dang dan akan diambil. Realisasi dari rencana investasi di bidang pariwisata yang telah beroleh izin, mencerminkan prospek kegiatan ekonomi pada tahuntahun berikutnya. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengingatkan melalui berbagai kesem­ patan, “Mana yang lebih penting, (data dan informasi) performance yang sudah dicapai, ataukah prospek yang hendak dituju?” Lebih penting dan lebih baik mem­ fokus pada prospek, kata Menteri, yang berarti berdasarkan kinerja kekinian, maka diarahkan kebijakan dan strategi untuk merealisasikan lagi prospek yang hasilnya akan kian meningkat. Bisnis akan meningkat lagi pada tahun-tahun 2015–2016 ini dapat terlihat dari meningkatnya jumlah pe­ nanaman modal tiga tahun terakhir. Menteri Pariwisata Arief Yahya me­ nyajikan datanya kepada pers di akhir tahun 2014, seperti ini:

Jadi, realisasi investasi sektor pari­ wisata pada tahun 2014 mencapai US$ 466.904 juta dengan PMA US$ 421,4 juta dan PMDN US$ 45.504 juta. Total realisasi investasi sampai kuartal ketiga tahun 2014 tersebut mencapai 77,45 % dibandingkan realisasi investasi di keseluruhan tahun 2013. Diharapkan pada akhir tahun 2014, pencapaian re­ alisasi investasi sektor pariwisata akan meningkat mengingat minat investor untuk menanamkan modal di Indone­

Realisasi Tahun 2014

Q1: Bulan Januari–Maret; Q2: Bulan April–Juni; Q3: Bulan Juli–September.

sia cukup tinggi. Terlaksananya proyek investasi yang secara akumulatif relatif tinggi selama dua tahun 2012-2013 tentulah akan mulai beroperasi setidaknya mulai ta­ hun 2014, 2015 dan 2016.Total reali­ sasi investasi modal asing dan dalam negeri di bidang pariwisata, tahun 2012–2013 dan 2014 sampai ­kuartal

Realisasi Investasi Pariwisata tahun 2010–2014

*) Sampai kuartal III, merupakan data Jenis Usaha Pariwisata.

8

ketiga, berkisar US$ 1.939.616 juta. Beroperasinya unit-unit kegiatan eko­ nomi dari hasil investasi tersebut, akan membuka usaha baru, lapangan kerja baru, dan memompakan volume bisnis ke masyarakat. Jika investasinya bidang akomodasi, maka fasilitasnya akan mendorong ke­ giatan pemasaran, dan mendorong atau menarik lalu lintas perjalanan manu­ sia, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

Sumber: BKPM

Sumber: BKPM

Adapun untuk rencana investasi modal tahun 2015 dan seterusnya, kini diharapkan akan semakin mening­ kat sejalan dengan upaya pemerintah membuat iklim investasi yang kian kondusif, menyederhanakan ­berbagai prosedur dan persyaratan, dengan kebijakan yang menerapkan semua proses melalui satu pintu, atau, proses di bawah satu atap. Termasuk urusan yang berkaitan dengan izin-izin peng­ gunaan lokasi dan pembebasan lahan. Penyederhanaan persyaratan dan prosedur seperti yang berulang kali te­ lah diumumkan oleh pemerintah, akan mencakup kegiatan-kegiatan usaha yang berskala kecil, menengah hingga yang besar.


Akomodasi Rumah Honai di Papua

Pariwisata mesin ke-4 pertumbuhan ekonomi Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menerangkan, investasi di sektor pariwisata diperhitungkan membawa dampak penciptaan lapangan kerja hingga enam kali dibandingkan inves­ tasi di bidang manufacturing. Para pe­ merintah daerah perlu memperhatikan gejala tersebut, kata Menteri. Dari situ tentu diharapkan, daerah yang mem­ beri komitmen hendak membangun dan mengembangkan pariwisata, s­esuai sumber-sumber dan potensi yang di­ milikinya, hendaknya juga melaksana­ kan kemudahan-kemudahan dalam me­layani minat investor. Di dalam negeri sendiri, ekonom ­senior Prof Subroto menyatakan, sektor pariwisata telah menjadi mesin ke­empat dalam menggerakkan ­pertumbuh­an ekonomi. Yaitu ber­ samaan dengan sektor perdagangan, konsumsi dalam negeri dan investasi. Maka investasi di bidang pariwisata membawa implikasi menumbuhkan ekonomi nasional yang—bagi Indone­ sia, tak diragukan, perlu mendapat per­ hatian dari pelaku usaha, dan, pelaku di instansi pemerintahan. Sebagai dimaklumi, pemerintah pun kini tengah menjalankan ‘investasi’ membangun sarana dan prasarana umum di daerah-daerah, mulai dari ­infrastruktur jalan-jalan, pelabuhan laut, fasilitas bandara, hingga penye­ diaan tenaga listrik dan fasilitas teleko­ munikasi. n

TERBUKA luas bidang investasi pariwisata kini termasuk hingga di ­Papua. Misalnya, membangun fasi­litas akomodasi ber­ wajah rumah tradisional Papua yang disebut di sana rumah Honai. Dari bentuknya yang asli (gam­ bar kanan), bisa dibangun dengan fasilitas interior modern dan comfortable, namun berwajah dan ber­ arsitektur Honai. Modernitas dicangkokkan pada seni dan budaya Papua yang etnik. Siapa wisatawan yang tak akan gandrung hendak merasakan pengalaman khas di Papua seperti itu? Sudah ada yang memulai (gambar bawah). Tapi terbatas berskala relatif sekali, berlokasi agak di luar kota Wamena, di kaki gunung, hawanya pun sejuk mengesankan. Lokasi ini tak begitu jauh dari tempat di mana setiap tahun biasa diselenggarakan Festival Lembah Baliem. Tentu saja yang di­ harapkan investornya adalah tamu-tamu wisatawan yang mengunjungi obyek daya tarik wisata dan masyarakat Papua, sebelum dan setelah festival itu diselenggara­ kan. Jadi, sepanjang tahun. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

9


Pemasaran Destinasi

Atas-bawah: Obyek wisata dan akomodasi di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu.

Jakarta Juga sebagai Tujuan

Leisure

P

emprov DKI Jakarta menya­ dari bahwa mempromosikan pariwisata Ibukota tidak cu­ kup hanya dengan membagibagikan brosur dan pergi road show ke daerah-daerah maupun keluar negeri,

10

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

namun juga perlu mendatangkan para pelaku usaha agar bisa melihat dan mengalami ‘wisatanya’ secara langsung, serta bertemu dengan para pelaku ­industri pariwisata DKI Jakarta. Seeing is believing. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta menyelenggarakan ­Jakarta Tourism Business Forum (JTBF) 2014 pada 2–5 Desember 2014. Ajang per­ temuan business to business ini baru pertama kali diadakan, selanjutnya diharapkan akan dapat diselenggara­ kan setiap tahun. Bahkan para pelaku industri pariwisata yang diundang ke Jakarta itu juga akan dapat langsung bertemu dengan para pembeli dari daerah-­daerah di Indonesia dan manca­ negara. “JTBF 2014 ini salah satu langkah strategis kita untuk mempromosikan destinasi wisata di Jakarta lebih pro­


gresif. Kami berperan sebagai fasiltator antara sellers dan buyers,” ujar Kepala Dinas Pariwisata DKI Arie Budhiman di Jakarta, Selasa (2/12). Table top JBTF 2014 dilaksana­ kan pada 3 Desember 2014 di Hotel ­Millennium Jakarta dan dihadiri oleh 146 biro perjalanan wisata domestik dari 30 kota di seluruh Indonesia dan 21 travel agent/tour operator dari Singa­ pura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Sellers dari Jakarta yang mengikuti B to B sebanyak 122 terdiri dari per­ hotelan, maskapai penerbangan, obyek wisata, pusat perbelanjaan, transportasi dan biro perjalanan wisata. Buyers dalam negeri sebagian besar datang dari Bali, Jayapura, ­Yogyakarta, Jawa Tengah, Makassar, Manado, Surabaya, dan Bandung. Dari manca­ negara tampak ikut aktif 6 travel agent dari Singapura, 6 dari Filipina, 2 dari Malaysia, 4 dari Thailand, dan 3 dari Vietnam. Media asing yang meliput didatangkan dari Singapura, Thailand, Vietnam, dan Brunei Darussalam. “Ajang JTBF 2014 ini kita harapkan bisa melahirkan transaksi dan terutama untuk mendatangkan wisatawan lebih banyak ke Jakarta sebagai destinasi wisata yang super lengkap,” kata Arie.

Famtrip

Kegiatan B to B diakhiri dengan ­post tour yang dilaksanakan sebagai famtrip bagi seluruh buyer dari dalam maupun luar negeri. Peserta dari negara-­negara ASEAN yang mengikuti famtrip pada 4 Desember itu terdiri dari 19 ­travel agent/tour operator dan satu dari ­media. Pihak peserta pembeli itu dibawa mengunjungi obyek-obyek wisata di Jakarta. Peserta dari dalam negeri yang terdiri dari biro perjalanan dari seluruh Indonesia diajak ke Pulau ­Bidadari di Kepulauan Seribu dan resor terpadu Ancol, city tour dengan mengguna­ kan bis wisata kota, ke Kota Tua, dan ­me­ngunjungi tempat-tempat belanja

seperti Thamrin City dan pusat pen­ jualan batu akik di Rawa Bening, ­Jatinegara. Sedangkan peserta famtrip dari ­ASEAN diajak menggunakan bis ­Jakarta city tour yang berkeliling di sepanjang Jalan Thamrin, Juanda dan Merdeka. Dilanjutkan mengunjungi Museum Wayang di Taman ­Fatahillah, Kota Tua, melihat Indonesia mini di ­Taman Mini Indonesia Indah, ­kemudian berbelanja di Thamrin City.

Atas-bawah: Pasar tradisional khusus menjual batu akik di Rawa Bening, Jatinegara, kini menempati gedung yang sebelumnya digunakan oleh sebuah pusat perbelanjaan.

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

11


Atas-bawah: Di plaza Taman Fatahillah, peserta famtrip bukan hanya mengunjungi museum, juga melihat berbagai aktivitas warga di sana. Seperti anak-anak sekolah yang sedang mengikuti pelajaran di luar ruang ini.

12

Kesan dan Pesan

Salah satu agen dari Singapura yakin Jakarta pasti akan berkembang lebih cepat sekarang. Namun, dia katakan juga, bagi orang Singapura destinasi ­Jakarta masih kalah populer dengan Bali dan Bandung. Jakarta lebih dikenal dengan ­kemacetannya dan kota yang kurang aman. Sedangkan Bali sebagai destinasi pantai sangat disukai dan Bandung sebagai destinasi belanja favorit. Dia

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

membenarkan banyak warga ­Singapura pergi ke Bandung sekarang. Salah satu agen dari Thailand meng­ ungkapkan sangat takjub ­melihat ­Jakarta kini. Sangat jauh berbeda ­ketika ia datang pertama kali sekitar 10 tahun lalu. Dia melihat destinasi Jakarta akan dikunjungi orang-orang dari Thailand untuk kegiatan MICE. Orang ­Thailand lebih suka berkunjung ke Bali untuk berlibur dan belanja. ­Kalaupun datang ke sini, itu hanya ­untuk keperluan transit. Jakarta itu pada dasarnya miniatur bangsa Indonesia. Praktis seluruh etnis di negara kepulauan ini bisa ditemui, ditambah lagi dengan keberadaan orang-orang asing. Jakarta sebagai ­ibukota Republik Indonesia adalah pusat kegiatan pemerintahan, pereko­ nomian, dan sosial-budaya. Jakarta dilihat oleh para pelaku ­industri pariwisata dari dalam negeri dan mancanegara sebagai salah satu tu­ juan utama bagi MICE (meeting, incen­ tive, conference, exhibition) dan mem­ beri kesan seakan hanya cocok bagi para pejalan bisnis (business travler).


Alasannya, fasilitas dan infrastruktur di ibukota tersedia lengkap menunjang kegiatan untuk bisnis para pejalan/ wisatawan. Kini, pemda menginginkan Jakarta juga dilihat sebagai destinasi worth for leisure baik di pasar domestik maupun mancanegara. Ibukota ingin merebut kembali perhatian masyarakat dalam negeri dan dunia, untuk dijadikan se­ bagai tujuan wisata leisure dan bukan hanya untuk kegiatan bisnis. Jakarta Tourism Business Forum 2014 dan famtrip dilaksanakan sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang kerap kali dilontarkan selama ini, “Apa yang da­ pat ditawarkan oleh Jakarta?” Sementara itu, dari data Kemente­ rian Perhubungan terlihat pada aspek ­aksesibilitas udara, operator pener­ bangan menyediakan jumlah tempat duduk dengan rute penerbangan lang­ sung dari luar negeri ke Jakarta, di ­tahun 2014 sedikitnya 4.774.848 seat oleh maskapai nasional dan 5.629.884 seat oleh maskapai asing, total kapasi­ tasnya bisa mengangkut 10.404.732 penumpang. n

Peserta famtrip dari ASEAN tampak menikmati perjalanan dengan city tour bus ini. Bagi yang pertama kali datang ke Jakarta, pemandu bis wisata menjadi sumber referensi wisata kota.

Siapakah Wisman yang Berkunjung ke Jakarta, mendarat langsung dari luar negeri di bandara Soekarno Hatta, Halim Perdanakusuma dan pelabuhan Tanjung Priok? Kebangsaan/Tahun

2009

Malaysia China Jepang Singapura Korea Selatan Australia Saudi Arabia Amerika Serikat India Belanda Taiwan Philipina Inggris Thailand Jerman Perancis Hongkong Rusia Uni Emirat Arab Mesir Bahrain Lainnya Jumlah Keseluruhan

244.797 118.809 81.205 127.272 59.168 55.546 48.352 56.635 48.255 50.004 45.139 48.243 40.509 25.921 29.516 26.646 20.944 6.213 2.821 1.794 534 313.591 1.451.914

2010

2011

2012

2013

358.285 264.300 310.945 316.296 170.777 192.245 217.241 253.551 110.464 176.398 196.232 208.153 161.833 168.581 178.969 182.051 82.733 94.167 97.232 103.676 66.320 77.553 84.277 75.802 65.673 80.306 82.584 111.782 70.068 74.026 79.693 83.235 55.385 60.958 65.963 72.219 58.472 68.532 60.791 64.821 50.960 54.991 60.572 68.224 56.195 61.966 57.517 57.348 45.716 48.194 53.066 57.823 31.876 36.448 40.313 48.106 34.273 36.765 39.329 42.597 31.715 34.049 38.597 43.569 26.284 27.390 30.279 34.651 10.956 11.264 11.161 10.153 4.528 4.151 5.446 8.873 1.764 188 2.725 3.688 602 517 565 813 397.987 429.263 412.016 466.311 1.892.866 2.002.252 2.125.513 2.313.742 Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

13


Pesona Ke

di Obyek Daya

Di Tana Toraja den Di Bandara Sentani mengajak masya

B

eberapa daerah telah berkesadaran tinggi ­dalam hal upaya memelihara dan menam­ pilkan kebersihan di tempat-tempat umum. Desa Kete’ Ketsu di Tana Toraja, satu kom­ plek di mana terpelihara bagunan rumah ­tradisio­nal Toraja, Tongkonan, kebersihan lingkungan ­di­du­kung oleh kepolisian setempat sebagai kemitraan. ­Tampaklah tempat-tempat sampah disediakan oleh Polres Tator (Tana Toraja), dan kompleks itu tampak bebas dari buangan sampah. Wisatawan yang berkunjung ter­ giring menggunakan tempat sampah yang jumlahnya cukup tersedia. Di Papua, makan sirih dan pinang adalah tradisi sehari-hari yang merakyat, nyaris setiap warga setem­ pat pria dan wanita, mengunyah sirih di tengah aktivi­ tas sehari-hari. Di masa lalu, sama seperti di banyak

14

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015


ebersihan

a Tarik Wisata

engan kemitraan. arakat tradisional melangkah maju. negara lain di mana warga biasa mengunyah sirih dan pinang (Pakistan, Bangladesh, dan lain-lain), Anda mudah dan lumrah berjumpa dengan bercak-bercak merah di jalan, lantai, atau di sebarang tempat. Nah, di bandara Jayapura, Bandara Sentani, pengu­ muman agar jangan meludah di lantai, dan dilarang makan pinang, digantungkan di banyak tempat dan sudut gedung terminal penumpang. Pada beberapa titik bahkan disediakan kantong plastik untuk ­warga yang makan sirih dan pinang untuk menampung ­ludah, sebelum plastiknya dimasukkan ke kotak atau tabung penampung sampah. Pesana-pesan memelihara kebersihan dan kerapihan ini, terutama terasa ‘urgent’ bagi kawasan obyek daya tarik wisata, yang ingin dipromosikan oleh daerahdaerah destinasi wisata. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

15


T

ur ke puncak Cartensz di pe­gu­ nungan Jayawijaya, bela­kangan ini semakin menarik minat dari wisman Amerika dan Eropa. Salah satu operatornya, menangani antara 10 sampai 15 grup dalam setahun, per grup antara 10–15 orang. Tur ke sini memberikan kesan dan ­kepuasan bagi wisatawan, alam yang me­ nakjubkan, masyarakat kampung tradi­ sional yang ramah, dan tentu saja puncak gunung bersalju sepanjang tahun. Dan, tur

16

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015


Di Gunung Salju Sepanjang Tahun, Cartensz. Taman dan Kebun di Bandung Menggiring Publik. Di Lampung mensosialisasikan Perda.

ke sini relatif mahal. Operator tersebut, beberapa kali dalam setahun melakukan kegiatan ­pengumpulan sampah, lalu kemudian dibantu peng­ angkutannya oleh helikopter dari pemang­ ku kepentingan pariwisata setempat. Di kota Bandung, yang beberapa tahun terakhir pemda dan masyarakatnya sadar hendak memajukan lagi pariwisata dan keindahan serta kebersihan kota, menem­ puh salah satu cara ‘mendidik’ masyarakat memelihara kebersihan, juga melalui

‘­pe­ngumuman’ di tempat-tempat umum. Di salah satu taman di tengah kota ­Bandung yang kini disebut kota wisata, kota kuliner, dan kota kreatif itu, masyarakat pengunjung taman digiring untuk ikut Gerakan Buang Sampah Di Kantong Sendiri. Di Provinsi Lampung, ada perda yang mengatur pemeliharaan kebersihan, kera­ pihan, pada jalan-jalan raya dan tempattempat umum, perda itu dipasang di ber­ bagai sudut sepanjang jalan-jalan raya, di dalam dan di luar perkotaan. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

17


Kita dan Dunia

Di Manakah Kita

Tahun 2015?

J

umlah wisatawan internasional tumbuh sebesar 5% menurut data terbaru dikeluarkan oleh Barometer Pariwisata Dunia­ UNWTO. Antara Januari hingga Oktober 2014, volume wisatawan ­internasional (pengunjung bermalam) mencapai 978.000.000, 45 juta lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013. Dengan kenaikan 4,7%, pariwisa­ ta internasional terus tumbuh den­ gan baik di atas tren jangka panjang yang diproyeksikan oleh UNWTO untuk periode 2010–2020 (+3,8%). ­Sampai dengan akhir 2014 diprediksi wisatawan internasional akan menca­ pai lebih dari 1,1 miliar. Menurut wilayah, pertumbuhan ter­ kuat dicatat Amerika (+8%)—selama sepuluh bulan pertama 2014 dan men­ jadi kinerja terbaik sejak 2004—, di­ ikuti Asia dan Pasifik (+5%) dan Eropa (+4%). Subwilayah Amerika Utara (+9%) dan Asia Selatan (+8%) menjadi bintangnya, serta Eropa Selatan dan Mediterania, Asia Timur dan Eropa Utara (semua +7%). Kedatangan internasional di Asia dan Pasifik meningkat sebesar 5%

18

(sampai Oktober). Hasil terbaik datang dari Asia Selatan (+8%) yang dipimpin India (+7%), dan dari Asia Timur (+7%) di mana tujuan utama seperti Jepang dan Republik Korea mencatat pertumbuhan dua digit. Kedatangan di Oceania tumbuh sebesar 6% yang mana sebagian besar berkat peningka­ tan kedatangan di Australia dan Selan­ dia Baru. Di Asia Tenggara (+2%), per­ tumbuhannya melambat dibandingkan dengan tahun 2012 dan 2013 sebagai akibat dari penurunan kedatangan di Thailand. Eropa, wilayah paling banyak dikun­ jungi di dunia, membukukan kenaikan 4% kedatangan wisatawan interna­ sional sampai Oktober, dengan hasil yang kuat di Eropa Utara dan di Sela­ tan Mediterania (semuanya +7%), di mana destinasi-destinasi mapan seperti Yunani, Portugal, Spanyol dan Malta mencatat pertumbuhan yang kuat. Pariwisata internasional tumbuh pada kecepatan yang lamban di Eropa Barat (+2%) dan stagnan di Eropa Tengah dan Timur (0%). Kedatangan wisatawan ­internasional di Timur Tengah diperkirakan naik 4% (dalam sepuluh bulan pertama 2014),

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

Pariwisata internasional akan memecahkan rekor lagi.

laporan data yang tersedia ­pertumbuhan positif dicapai oleh ­Mesir, Yordania, Lebanon dan Arab Saudi yang secara substansial telah meningkatkan kiner­ janya dibandingkan dengan 2013. Jumlah wisatawan internasional di Afrika tumbuh sebesar 3% (sampai Oktober) berkat Afrika Utara yang telah berhasil mengkonsolidasikan pemulihannya (+2%). Kedatangan wisatawan internasional ke kawasan Subsaharan Afrika naik sebesar 3% meskipun tantangan wabah penyakit Ebola di beberapa negara Afrika Barat masih mengancam. Sekretaris Jenderal UNWTO, ­Taleb Rifai mengatakan, lebih banyak neg­ ara berkomitmen secara politik untuk mengembangkan sektor pariwisata. Ini sangat menggembirakan karena pariwisata merupakan salah satu sek­ tor yang paling mampu menciptakan lapangan kerja pada saat penciptaan lapangan kerja harus menjadi prioritas bagi semua. Ini merupakan hasil luar biasa mengingat tantangan geopolitik dan kesehatan yang signifikan dihadapi di berbagai belahan dunia. Sementara pemulihan ekonomi global masih agak rapuh dan tidak merata. n


Memperhatikan kompetitor sekaligus

sumber pasar wisman Indonesia

Tahun 2015 Thailand akan memainkan kekuatan budayanya. Malaysia Year Festival akan dimulai pada tahun 2015. Filipina menjanjikan menyelam ke perairan yang penuh dengan terumbu karang akan lebih menyenangkan di negerinya. Kampanye The Restaurant Australia menekankan pada berlimpahnya sumber makanan segar yang dihasilkan di kawasan Down Under. Dan Singapura kini memanfaatkan seni untuk menarik lebih banyak pengunjung.

D

Turis dari Asia berfoto-foto dengan latar belakang ikon terkenal di Singapura.

ikutip dari TTG Asia, ini­ lah gambaran yang akan dilakukan oleh kompetitor sekaligus sumber wisman kita selama tahun 2015. Pada tahun 2015, Singapura akan me­ nantikan pembukaan National ­Gallery Singapore, Singapura ­Pinacothèque de Paris dan SEA Games. Royal Caribbean International akan mulai menawarkan pelayaran sepan­ jang tahun dari Singapura untuk per­ tama kalinya dan itu akan menam­ bah penawaran pariwisata Singapura. Negara kota ini hendak memperkukuh menjadi tujuan wisata seni terkemuka, cruise dan olahraga. Itu semua untuk memperkuat posisinya sebagai kota MICE melalui MICE 2020 Roadmap. Singapura merayakan hari jadinya ke-50 tahun ini. Pariwisata Singapura akan mengundang pengunjung untuk melihat kota dari perspektif yang ber­ beda melalui Singapura: Inside Out, yakni sebuah karya perjalanan multi-

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

19


Kita dan Dunia

Menteri Pariwisata Arief Yahya meresmikan E-Tourism Indonesia di Balairung Susilo Sudarman, Kementerian Pariwisata (23/12/2014) disaksikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Chaniago (tengah), dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional. E-Tourism berarti menggunakan teknologi informasi seluas-luasnya untuk meluaskan daya jangkau komunikasi pemasaran ke pelosok-pelosok dunia.

20

disiplin yang menampilkan bakatbakat kreatif lokal kontemporer beserta karya-karyanya. Kampanye Malaysia Year of Festivals 2015 dimulai. Ini merupakan kelan­ jutan dari Visit Malaysia Year 2014. Dengan tema ‘Perayaan tak berujung’, Malaysia menawarkan banyak peristi­ wa spektakuler yang berkaitan dengan festival budaya, penampilan seni dan musik, promosi makanan, belanja dan even-even olahraga. Discover Thainess 2015, akan fokus pada mengajak turis mengalami cara hidup bangsa Thai, budayanya dan be­ ragam pengalaman menarik di 12 kota permata yang tersembunyi. Integrasi ASEAN akan dimanfaatkan Thailand lebih kuat sebagai destinasi dan mem­ bangun kekuatan gabungan bersama 10 negara. Discover Thainess akan membantu menjaga individualitas Thailand, karak­

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

ter dan identitas dengan menyoroti apa yang membuatnya unik sebagai budaya dan masyarakat. Kalender festival bu­ lanan dan acara sepanjang tahun 2015 juga sudah dirancang. Vietnam akan meluncurkan Tahun Pariwisata Nasional 2015 dengan tema Connecting World Heritage di Thanh Hoa. Negeri di kawasan Indochina ini akan meneruskan kesuksesan slogan Vietnam—Timeless Charm yang dilun­ curkan pada 2012. Targetnya ialah de­ lapan juta kedatangan internasional di tahun ini. Visit the Philippines Year 2015 pun dimulai. Phillipine Department of Tour­ ism telah menyusun program untuk membawa wisatawan pertama kali dan repeater kembali lagi. Even-even besar akan diselenggarakan di seluruh negeri dari Januari hingga Desember. Eveneven itu dikelompokan dalam gaya hidup: musik, seni dan hiburan; ­sejarah


dan budaya; olahraga, petualangan dan ekowisata; dan bisnis. Pada tahun 2015, Jepang berharap lebih banyak pengunjung dari Asia Tenggara sebagai akibat dari diperluas­ nya jaringan penerbangan atau ­titik akses baru tahun ini. Tahun 2014, Jepang fokus pada Kyushu, sebagai tujuan baru bagi wisatawan Thailand setelah peluncuran penerbangan langsung Bangkok–­ Fukuoka oleh Jetstar Asia. Singapore Airlines ­mengoperasikan penerbangan musiman antara Singa­ pura dan Sapporo selama musim ­dingin, dan SilkAir akan mengop­ erasikan penerbangan charter antara ­Singapura dan Okinawa. Selama tahun 2015, Korea Tourism Organization akan mengintensifkan mendorong pengunjung melakukan perjalanan di luar dari zona kenya­ manannya agar mereka mendapat pe­ ngalaman unik di provinsi-provinsi lain selain Seoul. Mayoritas kegiatan MICE mengambil tempat di pusat konvensi. Tetapi dengan kelompok insentif yang lebih besar datang maka itu menjadi tantangan lebih besar bagi pihak penyelenggara yang sekarang mencari tempat-tempat unik untuk

­acara mereka. Di tahun 2015, Cina akan lebih ­mobile. Dengan perkembangan inter­ net, akan menjadi semakin penting untuk mengambil keuntungan dari teknologi baru guna mencapai ‘efek multiplikasi’ terutama dalam mem­ promosikan tujuan-tujuan wisata di ­negaranya. Selain promosi melalui platform media tradisional, mereka juga akan memanfaatkan media baru dengan lebih baik untuk meningkat­ kan promosi dalam jaringan. Australia akan memanfaatkan tahun 2015 menggaet lebih banyak wisatawan internasional untuk merasakan penga­ laman wisata kuliner yang besar seiring dengan pertumbuhan selera diantara mereka. Cara ini ditempuh untuk se­ makin memantapkan posisinya dalam lanskap pariwisata yang sangat kom­ petitif.

Clustering Destinasi dan menjalankan lokomotifnya

Fokus-fokus program pemasaran pari­wisata Indonesia tahun 2015 ­telah dipetakan dalam kesimpulan Rapat Koordinasi Pemasaran Pariwisata yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata pada 2 Desember 2014 lalu.

Sampai dengan bulan Oktober 2014 telah tercapai 7.755.616 wisman, naik 8,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan pencapaian 7.134.052 orang. Data BPS menun­ jukkan, destinasi-destinasi ­kontributor terbesar terhadap total kunjungan wisman adalah Bali, Jakarta, Batam, ­Bandung dan Jogjakarta. Ke depannya, agar dapat mengkomu­ nikasikan destinasi-destinasi di sekitar­ nya lebih intensif maka akan digunakan penjudulan ‘Great Bali’, ‘Great Jakarta’, ‘Great Batam’ dan seterusnya. ‘Great’ ini merupakan destinasidestinasi yang telah siap baik infra­ stuk­turnya, produk dan pelayanannya, ketersediaan SDM secara kuantitas dan kualitas, maupun dari jaraknya. ‘Great’ tersebut akan dijalankan sebagai loko­ motif yang membantu daerah-daerah di sekitarnya yang belum memiliki kekuatan infrastruktur, mendorong pe­ ngembangan produk-produk di daerah sekitarnya agar dapat diperkenalkan dengan destinasi ‘Great’ tadi. Dari sudut kebijakan nasional pema­ saran pariwisata Indonesia Menteri Pariwisata Arief Yahya telah ­memberi arahan. Terkait dengan promosi desti­ nasi dan lebih menyederhanakan ­pesan

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

21


Bali, memang paling sempurna dibandingkan daerah destinasi lain di Indonesia, dilihat dari ketersediaan Atraksi, Ameniti, Aksesibilitas. Sarana prasarana di destinasi juga memberikan convenience bagi aktivitas sehari-sehari selama berada di destinasi. Seperti gambar ini menunjukkan terik matahari tropis tetap dinikmati wisatawan jalan-jalan berkeliling dan setiap saat bisa masuk resto atau kafe untuk menikmati kesejukan. Strolling around atau berjalan-jalan gaya rileks merupakan salah satu kegemaran yang ingin dilakukan oleh wisman ketika berada di destinasi wisata. Bagaimana di daerah Anda?

kepada pasar, perlu menggunakan sistem clustering destinasi yang di­ susun berdasarkan data statistik jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke suatu destinasi, ketersediaan dan kesiap­an produk dan infrastruktur atau potensi produk yang kuat. Selama tahun 2014, kesadaran daerah-daerah mengenai pentingnya pariwisata semakin baik, meskipun pengembangan produk dan koordinasi pemasaran dengan pemerintah pusat masih tertinggal. Kabupaten dan kota memiliki hak menetapkan prioritas, bagaimanapun, perlu ada sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk mempromosikan daerah-daerah terse­ but sebagai bagian dari ­Indonesia. Tantangan lainnya, bagaimana ­daerah-daerah itu mampu memper­

22

kaya produk-produk potensinya seperti mengkonservasi bangunan-bangunan cagar budaya, meningkatkan kapasitas pemandu wisata, dan lain-lain. Kini kita mentargetkan pertumbuh­ an dua digit jumlah wisman pada ­tahun-tahun mendatang. Mulai Maret 2015 kita ‘perlu’ mencapai target 1 juta wisman setiap bulan. Jika dibuatkan sebuah skala ­prioritas dalam praktik bisnis pariwisata, yang saat ini perlu diutamakan adalah memacu kota-kota atau destinasi­destinasi wisata yang telah dihubung­ kan oleh penerbangan langsung dari/ke luar negeri. Selain itu, kota-kota yang terhubung dengan banyak kota lainnya di dalam negeri (kota-kota sekunder dan tersier) oleh penerbangan langsung. Di luar

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

Jakarta, Bali, dan Bandung, kota-kota lain yang telah dihubungkan secara ber­ jadwal oleh penerbangan langsung ke/ dari luar negeri, international sche­duled flights—, adalah Banda Aceh, Medan, Padang, Palembang, Semarang, Yogya­ karta, Surabaya, Mataram/Lombok, Makassar, Pontianak, Manado, dan Balikpapan. Destinasi-destinasi yang dipandang mapan bisa berjalan sendiri. Tapi ­daerah yang sedang berkembang atau dalam tahap merevitalisasi kembali pariwisata­ nya, harus berupaya lebih kuat dan bekerja lebih keras. Pemda, pelaku in­ dustri dan masyarakat ialah tiga serang­ kai yang mesti bersatu, ­bekerja sama dan berkoordinasi untuk mengenali kembali kekuatan dan kelemahannya, kemudian ­mendorong ­inisiatif-inisiatif dari komunitas agar kemudian ­dapat tercipta produk-produk perjalanan kreatif yang ­salesable dan sustainable, lalu bersama-sama mengkomunikasi­ kannya kepada ­publik lokal, domestik dan mancanegara. Dalam sebuah penilaian dengan menggunakan standar pengukuran ter­ tentu, tidak perlu kecewa di tingkat mana daerah Anda dalam persaingan yang semakin ketat diantara destinasi wisata saat ini. Tetapi dari sana bisa segera dimulai plan, do, check, and ­action. Belum lama ini, ekonom Senior dari Universitas Indonesia, Prof. Subroto mengatakan, kekuatan pari­ wisata bisa menjadi ‘mesin keempat’, ---­pendo­rong pertumbuhan ekonomi keempat setelah perdagangan inter­ nasional, konsumsi domestik dan in­ vestasi di Indonesia. Jika yakin daerah Anda punya potensi sebagai destinasi wisata ­nasional dan dunia, wujudkan­ lah! Waktu dan wisatawan menunggu Anda. n


Event

K , Toraja Menarik Diaspora Lovely December,

Di Lovely December 2014, warga Toraja menampilkan tari tradisional mereka, dan pakaian tradisional yang penuh warna warni.

onsisten acara bertajuk Lovely Decem­ ber diselenggarakan di Toraja. Set­ iap tahun sebulan penuh sejak tahun 2008, dilaksanakan program ini de­ ngan konsep yang kukuh: mengundang ‘orang Toraja’ di perantauan agar pulang kampung. Sam­ bil bertemu bersilaturahim dengan keluarga dan kaum kerabat di kampung halaman, sekaligus me­ nyaksikan kegiatan-kegiatan event: acara ­sosial ke­ masyarakatan, lomba berbagai pertanding­an olah­ raga, hiburan tradisional hingga kontemporer. Sejak awal Desember hingga hari-hari ­perayaan Natal dan Tahun Baru, para warga yang pulang kampung dapat menyaksikan, atau terlibat, da­ lam kegiatan-kegiatan yang silih berganti dari minggu ke minggu. Di antara mereka, datang juga wisman. Dari sudut pariwisata, terukur hasilnya ke­ tika para pengelola hotel di kota Makale dan kota Rantepao, selalu menerima pemesanan alias booking kamar sejak September, untuk pemakai­ an bulan Desember. Dan sudah empat lima ta­ hun terakhir ini, janganlah Anda memasuki dua ibukota kabupaten itu untuk menginap, tanpa terlebih dahulu memesan kamar dan memasti­ kan ketersediaannya. Sudah tujuh tahun ini, para ‘diaspora’ Toraja ramai-ramai pulang kampung, selain dari dalam negeri, juga sebagian datang dari luar negeri. Tak cukup rumah kerabat handai tolan, kamar-­kamar hotel pun diperlukan bagi warga yang ­balik ­kampung. Sebagai wisatawan, ke manakah Anda akan pergi selama berada di tanah Toraja? Obyek daya tarik wisata atau ODTW yang paling populer dan dapat dipastikan dikunjungi adalah desa Palawa dan desa Kete Ketsu, di sana disaksikan kompleks rumah Tongkonan, gaya arsitektur khas Toraja, dan gaya hidup tradisional yang berkelompok iba­ rat cluster dalam kompleks perumahan modern. Kemudian berkunjung ke desa Lemo dan Londa, menyaksikan bagaimana masyarakat tra­ disional menguburkan mereka yang meninggal ke pekuburan di atas bukit-bukit, dan patung replica almarhum atau almarhumah disusun rapi pada gua-gua kecil yang dibuat di lereng bukit atau gunung, tampak dari luar dan setiap saat mudah dipandangi. Upacara adat untuk prosesi kematian dalam

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

23


tradisi tua di Toraja memang merupa­ kan upacara yang ‘besar’, melibatkan banyak orang, memberi ­penghormatan dan kenangan terhadap almarhum dengan upacara yang bisa berlangsung berhari-hari. Sebagai pola berwisata di Toraja ­durasinya biasanya antara 3 malam 4 hari, atau dua malam tiga hari. Orang muda suka menyewa sepeda motor di Toraja untuk berkelilng ke ODTW. Yang dalam rombongan kelompok kecil misal tiga empat orang akan me­ nyewa mobil dengan pengemudi untuk tur setempat. Adapun untuk datang dari dan pu­ lang kembali ke Makassar, ada yang menyewa mobil berikut pengemudi, ada yang menaiki bus malam. Per­ jalanan darat dari dan ke Makassar, itu merupakan ‘perjuangan khas’ bagi wisatawan karena harus menempuhnya sekitar 10 jam perjalanan one way.

Wisnus Melonjak 100%

Merujuk data yang disajikan oleh Di­ nas Pariwisata setempat, wisatawan da­ lam negeri (wisnus) ke kabupaten Tana Toraja saja melonjak lebih dua kali lipat di tahun 2013 yaitu 42.319 dari sebe­ lumnya tahun 2012 sejumlah 20.836. Tahun 2012 itu melonjak 42% dari tahun 2011 yang mencatat 14.651. Lovely December digelar mulainya tahun 2008, pada tahun 2009 dicatat jumlah wisnus ke Tana Toraja 5.449 lalu menaik menjadi 12.631 di tahun 2010 dan demikianlah seterusnya me­ ningkat terus. Adapun jumlah wisman di tahun 2013 juga melonjak 43% dari tahun 2012, yaitu menjadi 19.324 wisman di tahun 2013. Tahun 2009 jumlahnya 5.607, menjadi 5,634 (2010), 9.005 (2011) dan 13.532 (2012).

24

Jadi, total wisnus dan wisman ke Tana Toraja memang meningkat terus: 11.056 (2009),18.265 (2010), 23.656 (2011), 34.368 (2012) dan 61.643 (2013). Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam, di Makassar, penah menyebutkan, ada lima negara yang sering berkujung ke Makassar yaitu dari Malaysia, Singa­pura, Amerika Serikat, Jerman dan Philipina melalui pintu masuk Makassar. Kita ambil contoh data Agustus 2013 yang diumumkannya, bahwa “Wisman dari lima negara tersebut ber­ jumlah 1.100 orang atau sekitar 69,66 persen dari total wisman yang masuk melalui pintu Makassar di bulan itu,” sebutnya. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sulsel pada Agustus 2013 mencapai rata-rata 43,94 persen. TPK hotel dengan klasifikasi bintang 1 dan 4 waktu itu meningkat tapi hotel bintang 2,3 dan lima meng­ alami penurunan. TPK hotel bintang 5 pada Agustus 2013 merupakan TPK tertinggi sebe­ sar 62,99 persen dibandingkan dengan hotel berbintang lainnya. TPK teren­ dah pada hotel bintang satu menca­ pai 36,66 persen saja. Untuk rata-rata lama menginap seluruh tamu pada ho­ tel berbintang di Sulsel, pada Agustus 2013 itu mencapai 2,10 hari. Rata-rata tamu asing dan Indonesia menginap pada hotel berbintang di Sulsel pada Agustus 2013 masing masing 3,13 hari dan 1,98 hari. Di Tana Toraja dan Toraja Utara ke­ tersediaan hotel memang umumnya berkelas bintang 2 ke bawah, dan itu tampak menjadi ‘permasalahan’ ­ketika menginginkan peningkatan ­jumlah kunjungan wisman, bahkan juga wis­ nus. Ada hotel yang ‘terpaksa’ menjual kamar, padahal air ke kamar mandi

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

misalnya, tak mengalir. Di bulan Desember 2014, ­sejumlah tamu harus langsung kembali ke Makassar keesokan harinya karena ten­ tu saja tak mungkin berdiam di hotel tanpa air di kamar mandi. Di hotel lainnya, gangguan rayap hingga ke kamar mandi, rupanya be­ lum berhasil diatasi oleh pengelola hotel. Akibatnya, rayap yang tampak menyerang lantai dan dinding kamar mandi, membuat tamu tak nyaman dan lalu berusaha mencari hotel lain. Dengan contoh itu sebenarnya ter­ ceritakan, bahwa potensi pariwisata Toraja akan tekendala untuk berkem­ bang pesat, jika ‘kualitas’ tertentu mi­ nimal faktor-faktor 3-A, yaitu Akomo­ dasi, Aksesibilitas, Atraksi, tak dapat dicapai, atau, ditingkatkan. Di ODTW desa Lemo, misalnya, di satu hari akhir Desember yang lalu, sepasang wisman muda baru saja me­ markir sepeda motor dan langsung mencari ‘toilet’. Ketika mereka men­ emukannya, tampak langsung kembali berbalik arah, rupanya mereka tak jadi menggunakannya. Saatnya bagi Toraja ­mempercepat dengan kreatif meningkatkan lagi 3-A, yakni aksesibilitas menuju dan di sekitar ODTW, akomodasi dan ame­ nitas pendukungnya di Tana Toraja dan Toraja Utara, serta faktor atraksi antara lain seperti mempertahaankan konsistensi kegiatan dalam event Lovely ­December setiap tahun. Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, menyatakan ingin menggelar event berskala internasional, misalnya memulai mengadakan semacam half marathon atau lomba lari 10KM di Toraja pada kegiatan Lovely Desember 2015. Nah, ide ini tentu sangat masuk akal, tapi, untuk keberhasilan menarik peserta internasional, ya, kembali lagi pada ukuran-ukuran kualitas dan kuantitas 3-A tersebut tadi. Demikian­ lah pengalaman jika dipetik dari berba­ gai event serupa di berbagai tempat, di dalam negeri, apalagi di luar negeri. n


Ringkas AKSESIBILITAS

Penerbangan ke/dari Myanmar Vice President Corporate Communications Garuda Indone­ sia, Pujobroto, mengungkapkan maskapai nasional itu siap membuka rute penerbangan baru menuju ke Nay Pi Taw, Myanmar. Pembukaan rute baru itu, dilakukan ­setelah mela­ lui proses perundingan dengan maskapai Myanmar Airways. Menurut dia, Garuda Indonesia dan Myanmar Airways kini melayani rute penerbangan baru menuju ke Nay Pi Taw, Myanmar dengan perjanjian code share. Kedua maska­ pai melayani penerbangan dari Jakarta ke Myanmar PP dengan rute masing-masing Jakarta–Singapura–Myanmar dan Jakarta–Bangkok–Myanmar.

ke Indonesia, tambahan terhadap meningkatnya wisman dari jiran itu yang langsung terbang dari Kuala Lumpur, Penang ke tujuan Bandung, Bali, Medan, Bandaaceh, dan lain-lain. Pada tahun 2015 ini PT Angkasa Pura II akan melanjut­ kan pengembangan Bandara Supadio, Pontianak, dengan membangun terminal baru tahap II yang ditargetkan selesai pada 2016. Dengan tuntasnya pembangunan tahap I dan tahap II, maka luas terminal Bandara Supadio mencapai 32.000 m2 dengan kapasitas 2,5 juta penumpang. Bandara Supadio Pontianak saat ini melayani 80 pergerak­an per hari dengan rute penerbangan dari dan ke ­Bandung, Surabaya, Medan, Batam, Balikpapan, ­Palangkaraya, ­Jakarta, Ketapang, serta Kuching dan Johor Bahru (­Malaysia) dan Singapura. n

Bandara Batam Siap Operasi 24 Jam Sejak 4 November 2014 Bandara Hang Nadim di Batam Jakarta ke Singapura dan Jakarta–Bangkok dilayani oleh Garuda dengan menggunakan pesawat Boeing 737-800 NG. Untuk penerbangan sektor Singapura ke Myanmar dan dari Bangkok menuju ke Myanmar dilayani oleh Myanmar Air­ ways. Demikian menurut Pujobroto, Vice President Corpo­ rate Communications Garuda Indonesia. n

Pontianak Kembali Sebagai Pintu Masuk Wisman Pontianak dihu­ bungkan dengan pener­ bangan langsung ke/dari Johor Bahru di Malaysia oleh maskapai nasional Express Air sejak perte­ ngahan tahun 2014. Pener­bangannya sekali setiap hari. AirAsia juga bersiap-siap membuka rute penerbangan tersebut. Ini tentu saja akan menambah lagi kunjungan wisman dari Malaysia

memulai operasional 24 jam secara permanen, dan di­ respon oleh maskapai Lion Air yang ingin memiliki jadwal terbang malam hari. Untuk fasilitas, Hang Nadim sangat mumpuni untuk melayani penerbangan malam hari bagi penerbangan domestik mau­ pun ­internasional. “Letak Hang Nadim sangat strategis untuk melayani pe­ nerbangan baik transit maupun langsung ke luar negeri ter­ utama Asia. Landas pacu yang mencapai 4,025 kilometer juga mampu didarati semua jenis pesawat,” kata Kepala Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Suprasetyo, di Batam. Mulai awal 2015 ini bandara Batam direncanakan men­ jadi penghubung internasional maskapai Lion Group. Itu diktakan oleh Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Mustofa Widjaja. “Kami terus berbenah. Ruang tunggu baru, garbarata baru dan fasilitas lain telah dibangun,” kata dia. Untuk internasional, Batam baru dilayani oleh Firefly, maskapai LCC Malaysia dari Kuala Lumpur. Mustofa mengatakan, pihaknya terus melakukan pembi­ caraan dengan pihak Lion Group mengenai rencana dibu­ kanya sejumlah penerbangan Lion Air dan Batik Air dari Batam tersebut. n

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

25


Indi

Perkembangan Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk

Sumber: BPS

400.000

Perkembangan Bulanan Jumlah Kunjungan Wisman Menurut Pintu Masuk 2012–2014 s.d. November

JUMLAH KUNJUNGAN

350.000 300.000 250.000 200.000 150.000

soekarno hatta

26

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

ngurah rai

batam

lainnya

Okt

Nov

Sep

Jul

Agt

Jun

Mar Apr Mei

Feb

Des Jan’14

Nov

Okt

Agt

Sep

Jul

Jun

Mei

Feb

Mar Apr

Des

Jan’13

Nov

Okt

Agt

Sep

Jun Jul

Apr Mei

Feb

Mar

50.000

Jan’12

100.000


kator

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang

Sumber: BPS

TPK Menurut Klasifikasi Bintang di 27 Provinsi di Indonesia

Sumber: BPS

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015

27


Resor Semacam Nusa Dua Bali di Banten

Tanjung Lesung Resort

adalah sebuah kawasan resor tersendiri yang dikelilingi laut biru Teluk Lada dan Selat Sunda. Kawasan ini telah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sejak tahun 2012 melalui Peraturan Peme­rintah Nomor 26 Tahun 2012. Pada tahun 2014 wisatawan telah mencapai sekitar 250 ribu orang yang berkunjung dan sepuluh persennya, atau sekitar 25 ribu, ialah wisman. ­Pengerjaan dan perbaikan ruas jalan dari Jakarta sampai ke kawasan itu, menyusuri ­pesisir ­barat Provinsi Banten sudah selesai. Perjalanan ke sana kini bisa ditempuh ­dalam 3-4 jam dari pusat Ibukota Jakarta. Bandara kecil berupa landasan pacu atau air strip di dalam kawasan pun sudah mulai dibangun dengan rencana panjang ­landasan awalnya 1.200 meter dan bisa mengakomodasi pesawat-pesawat ­kecil charter yang akan berangkat dari Bandara Halim Perdanakusumah langsung menuju kawasan. Perusahaan yang melakukan investasi dan mengelola kawasan KEK tersebut memproyeksikan akan menjadikannya the next Nusa Dua. Agar semakin banyak wisatawan asing tertarik datang ke Indonesia, negeri kepulauan ini dipandang membutuhkan lebih dari satu kawasan resor terintegrasi semacam kawasan Nusa Dua di Bali. Apabila ada beberapa cluster di luar Pulau Bali seluas 1.000, 2.000, sampai 3.000 hektar dibangun dengan konsep yang cantik dan matang, disediakan fasilitas yang lengkap dan memadai serta kepastian hukum dan keamanan yang dijamin, bukan hanya wisatawan saja yang akan datang tetapi juga akan menarik para investor. Keberadaan kawasan-kawasan terpadu tersebut diharapkan juga dapat menjadi lokomotif menggerakkan kegiatan kepariwisataan dan meningkatkan kualitas pariwisata di daerah-daerah.

Pantai bodur di Tanjung Lesung Resort.

28

Pariwisata Indonesia Vol. 6 No. 61 Januari 2015


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.