Equatorspace#04

Page 1

MAJALAH ANTARIKSA

EQUATORSPACE Edisi 4 | Maret 2017

SATELIT NAVIGASI (2): SISTEM AUGMENTASI

NILAI STRATEGIS SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN SLOT ORBIT SATELIT UNTUK PERTAHANAN

MEMPERJUANGKAN KEDAULATAN KOMUNIKASI DI 123 BT

POSISI INDONESIA DALAM PEREBUTAN KAVELING ANTARIKSA

SISTEM NASIONAL PENGAMATAN WILAYAH (2): MEREBUT ANTARIKSA EQUATOR UNTUK PENGAWASAN WILAYAH NEGARA

EQUATORSPACE.COM


pengantar redaksi Pembaca Yth

Sistem Nasional Pengamatan Wilayah (2): Merebut Antariksa Ekuator untuk Pengawasan Wilayah Negara Bambang Tejasukmana

Peduli terhadap semakin bernilainya “kaveling” slot orbit satelit beserta spektrum frekuensi radionya, edisi ke-4 ini mengangkat tema “Perebutan Kaveling Antariksa”. Rubrik fokus membahas upaya merebut kaveling antariksa ekuator untuk pengawasan wilayah negara, perjuangan mempertahankan kedaulatan komunikasi di slot super strategis geostasioner 123 BT, serta nilai strategis slot dan spektrum untuk pertahanan negara. Rubrik teknologi membahas sistim augmentasi pada satelit navigasi yang mampu secara signifikan meningkatkan akurasi navigasi. Rubrik lainnya membahas mulai dari kerjasama dengan Intersputnik Rusia, signifikansi keberadaan satelit untuk pertahanan negara, pemantauan hutan dengan satelit radar, serta posisi Indonesia dalam perebutan kaveling antariksa. Rubrik news mengangkat persatelitan di Iran dan terobosan baru industri satelit. Secara keseluruhan sangat menarik untuk dinikmati. Namun lebih dari itu ES berharap dapat menggugah kesadaran berbagai pihak, perlunya terus mengembangkan teknologi dan infrastruktur keantariksaan, agar NKRI dapat terus eksis dan maju di tengah persaingan antar bangsa. EQUATORSPACE

Memperjuangkan Kedaulatan Komunikasi di 123 BT Surya Witoelar

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM OM

REDAKSI

1


daftar isi

04 MAR 2017 EQUATOR

Sistem Nasional Pengamatan Wilayah (2): Merebut Antariksa Ekuator untuk Pengawasan Wilayah Negara ... Memperjuangkan Kedaulatan Komunikasi di 123 BT ... Nilai Strategis Spektrum Frekuensi Radio dan Slot Orbit Satelit untuk Pertahanan

SPACE

Signifikansi Keberadaan Satelit pada Postur Pertahanan

Memantau Hutan secara Berkelanjutan dengan Citra Satelit Radar

Satelit Navigasi (bagian 2): Sistem Augmentasi Posisi Indonesia dalam Perebutan Kaveling Antariksa Bekerjasama dengan Intersputnik Rusia, Unisat akan Luncurkan Satelit Komunikasi pada Tahun 2020

Belajar Space Science dari Negeri Para Mullah ... Terobosan Baru yang Muncul pada Satellite 2017 Conference

EQUATORSPACE (ES) adalah majalah keantariksaan Indonesia untuk kalangan praktisi dan masyarakat yang ingin mendalami dan mengikuti perkembangan keantariksaan domestik dan global terkini. Artikel/ naskah atau foto yang dikirim ke majalah ES harus orisinal (asli). Penulis atau pengirim foto bertanggung jawab penuh atas orisinalitas naskah tulisannya atau orisinalitas foto yang dikirim ke Redaksi. Redaksi berhak menyunting artikel/ naskah dan memodifikasi/ membuang bagian-bagian tertentu dari foto bila diperlukan.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

2


EQUATOR SPACE SPACE MAGAZINE

INDONESIA

Arifin Nugroho Adviser Muhamad Sadly Adviser Dewayany S. Adviser Oni Bibin Bintoro Adviser Ketut Wikantika Adviser Suhermanto General Managing Leader Agustan Deputy General Managing Leader MS. Sebayang General Managing Editor Listyanto Deputy General Managing Editor Tonda Priyanto Senior Executive Editor Heramarwan Senior Executive Editor Jon K. Ginting Senior Executive Editor

EDITORIAL BOARD Muhamad Sadly Applications Leader Bambang Tejasukmana Space Policy & Regulation Leader Surya Witoelar Technology Leader Eddy Setiawan Space Business Leader Listyanto Defence Leader Dewayany S. Specialist, Applications Heri Budi Wibowo Specialist, Technology Robertus Heru Triharjanto Specialist, Technology Lilis Mariani Specialist, Technology Kanaka Hidayat Specialist, Applications Muharzi Hasril Specialist, Applications Mulyadi Specialist, Space Policy & Regulation Jon K. Ginting Specialist, Defence Yudi Ardian Specialist, Defence Dani Indra Widjanarko Specialist, Technology Tonda Priyanto Specialist, Applications Anggoro K. Widiawan Specialist, Technology Suroso Yulianto Specialist, Space Policy & Regulation Suleman Tampubolon Specialist, Space Business Indri Prijatmodjo Specialist, Technology Sigit Jatiputro Specialist, Space Business Hexana Tri Sasongko Specialist, Space Policy & Regulation Meiditomo Specialist, Technology Mardianis Specialist, Space Policy & Regulation Fahmi Amhar Specialist, Applications Syarif Budhiman Specialist, Technology Nani Hendiarti Specialist, Applications Heramarwan Specialist, Space Business Rizatus Shofiyati Specialist, Applications Abraham Auzan PR & SocMed Network Veronica Instagram SosMed Network Meuthia Djoharin Treasurer Genya Kotani Senior Executive Illustrator Futoshi Katada Senior Executive Illustrator EQUATORSPACE.COM Takashi Fujisawa Senior Executive Illustrator

equatorspace Email contact@equatorspace.com Website www.equatorspace.com Instagram EquatorSpace Facebook EquatorSpace

3


FOCUS

SISTEM NASIONAL PENGAMATAN WILAYAH (2): MEREBUT ANTARIKSA EKUATOR UNTUK PENGAWASAN WILAYAH NEGARA

Bambang Tejasukmana Inventarisasi Dengan Satelit Pengamatan Bumi(SPB)

M

enyambung tulisan pertama tentang operasi satelit dan pengembangan satelit SAR ekuatorial, pada tulisan ini penulis akan membahas lebih rinci tentang operasi pemanfaatan dalam sistem pengamatan wilayah negara dari antariksa. Bahasan tentang pemanfaatan sengaja ditulis mendahului bagian operasi stasiun bumi agar pembaca mendapatkan informasi tentang manfaat sistem ini terlebih dahulu. Sebagaimana dijelaskan pada tulisan terdahulu, kegiatan pengamatan bumi dari antariksa dimulai sejak tahun 60-an. Dihitung dari waktu awal pengembangannya itu, kegiatan pengamatan bumi sudah berjalan lebih dari setengah abad. Dalam jangka waktu itu teknologi SPB berubah dengan cepat terutama didorong oleh pesatnya kemajuan teknologi elektronika dan komputer. Google Earth adalah fasilitas paling tepat untuk mengamati hasil inventarisasi seluruh permukaan bumi. Dengan membuka

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Google Earth kita dapat melihat bahwa seluruh permukaan bumi termasuk wilayah Indonesia telah berhasil diliput oleh SPB, sebagian diantaranya dengan citra resolusi sangat tinggi. Setiap wilayah Indonesia termasuk wilayahwilayah terpencil yang susah dijangkau telah terakusisi dan citranya diarsipkan dalam database Google. Arsip citra yang sama, saat ini dikelola oleh LAPAN dan para pengguna di kementerian/lembaga serta instansi lainnya. Instansi-instansi pengguna tersebut telah mengolah citra-citra tersebut menjadi informasi tematik sesuai dengan peran, tugas dan fungsi lembaga-lembaga tersebut. Dalam jangka waktu lebih dari lima puluh tahun operasi SPB, perkembangan penggunaan lahan seluruh wilayah Indonesia sudah terinventarisasi. Updating Hasil Inventarisasi Pararel dengan kegiatan inventarisasi, banyak wilayah sudah memasuki tahap kegiatan untuk memperbaharui informasi yang dihasilkan sebelumnya. Pembaharuan informasi dilakukan secara periodik sesuai dengan standar operasi masing-masing institusi.

4


FOCUS Selama setengah abad, inventarisasi kawasan hutan baik kawasan hutan lindung, hutan konservasi, hutan produksi maupun jenis hutan lain telah dilaksanakan dengan menggunakan data SPB. Inventarisasi umumnya dilakukan dengan menggunakan data SPB resolusi menengah dan sekarang ini dengan tersedianya SPB resolusi tinggi dan sangat tinggi, sebagian wilayah sudah mulai diupdate dengan menggunakan data SPB resolusi tinggi dan sangat tinggi. Kawasan lain yang telah diinventarisasi adalah kawasan persawahan. Kawasan persawahan yang besaran luasnya menggunakan istilah luas baku sawah, telah diinventarisasi dengan menggunakan data SPB resolusi menengah maupun resolusi tinggi dan sangat tinggi. Jenis kawasan berikutnya yang telah diinventarisasi adalah kawasan hutan mangrove, kawasan terumbu karang dan kawasan perkebunan terutama perkebunan sawit. Hasil inventarisasi kawasan-kawasan tersebut saat ini sudah mulai di-update secara bertahap. Instansi Perintis Inventarisasi Dengan Menggunakan SPB Instansi pengguna yang paling awal mengembangkan pemanfaatan data SPB adalah kementerian Kehutanan (sekarang digabungkan dengan kementerian Lingkungan Hidup) dan kementerian Pekerjaan Umum (sekarang digabungkan dengan kementerian Perumahan Rakyat). Pada masa awal pengembangan Sistem Stasiun Bumi Penginderaan Jauh LAPAN Jakarta-Parepare, kementerian kehutanan dan kementerian Pekerjaan Umum adalah kementerian yang telah berhasil mengembangkan sistem pengolahan data atau citra yang sangat maju dibandingkan dengan kementerian-kementerian lainnya. Kedua kementerian fokus pada kegiatan inventarisasi yang diperlukan sebagai sarana pendukung dalam pengambilan kebijakan dan keputusan di kedua kementerian. Saat ini seluruh kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah memiliki sistem pengolahan data untuk

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

menghasilkan berbagai informasi geospasial yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya masingmasing. Pemantauan dan Pengawasan Penulis mengusulkan untuk membedakan penggunaan kata pemantauan dan pengawasan. Pemantauan lebih tepat digunakan untuk objek yang berubah secara alamiah sedangkan pengawasan digunakan untuk objek yang berubah karena adanya campur tangan manusia atau dikenal dengan istilah perubahan anthropogenic. Salah satu contoh kegiatan pemantauan adalah penggunaan SPB untuk meliput perubahan cuaca dan iklim. Terminologi pemantauan lebih cocok digunakan untuk itu karena fenomena cuaca dan iklim terjadi secara alamiah. Berbeda dengan itu, untuk meliput kebakaran hutan, pengembangan hutan industri, pelestarian hutan lindung, pengembangan hutan konversi, illegal logging, illegal fishing atau pengembangan wilayah urban dan perkotaan, terminologi pengawasan yang berkonotasi tindakan aktif lebih cocok untuk digunakan. Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan manusia yang melanggar peraturan atau hukum yang berlaku baik peraturan yang ditetapkan dengan undang-undang, peraturan pemerintah maupun peraturan pemerintah daerah. Hasil dari pengawasan dengan menggunakan sistem pengawasan wilayah dari antariksa harus segera ditindaklanjuti dengan tindakan penanganan atau pencegahan. Perlu dicatat bahwa untuk kegiatan pengawasan dan tindakan dini penanganan sebuah pelanggaran, waktu dan keakuratan deteksi menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan. Implementasi Teknis Operasi Pengawasan Penulis mengajak pembaca untuk melihat gambar-1 berikut. Pada gambar tersebut sistem pengamatan wilayah dibagi menjadi tiga bagian atau subsistem utama yaitu bagian operasi SPB, operasi stasiun bumi dan operasi pemanfaatan. Ketiga bagian harus dihubungkan dengan fasilitas komunikasi

5


FOCUS yang mampu mendukung transfer data dalam jumlah yang besar. Satelit komunikasi dan jaringan fiber optik digunakan untuk membangun komunikasi dengan kecepatan tinggi dalam orde ratusan Mb perdetik. Aktivitas komunikasi tersebut dibangun dengan sasaran agar informasi yang diperoleh dari SPB dapat diperoleh pengguna dalam jangka waktu segera. Sistem Nasional Pengamatan Wilayah Dari Antariksa OPERASI SATELIT

Satelit Pengamatan Internasional

Satelit Pengamatan Radar Ekuatorial Nasional

OPERASI STASIUN BUMI Stasiun Kendali Satelit

Pusat Pengolahan Data

OPERASI PEMANFAATAN

KEMENTAN

KKP BNPB TNI KLHK BIG KANTOR KANTOR PRESIDEN

PAJAK

Instansi Lain

Gambar-1 Sistem Nasional Pengamatan Wilayah

Instansi pengguna harus membangun prosedur dan tehnik agar informasi yang diakusisi SPB dapat dimanfaatkan secara cepat dalam operasi pemanfaatan di lingkungan kementerian dan lembaga termasuk TNI dan POLRI. Berdasar bahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan sistem pengamatan wilayah hanya sempurna apabila dilaksanakan dalam sebuah sistem dengan bangunan kerjasama yang terpadu antara LAPAN yang mengoperasikan SPB dan stasiun bumi dengan kementerian dan lembaga yang mengoperasikan subsistem pemanfaatan. Teknologi informasi memungkinkan pembangunan subsistem pemanfaatan di masing-masing pusat atau unit pengolahan data yang dioperasikan oleh kementerian dan lembaga sedangkan untuk instansi yang beban kerja pengolahan data SPB tidak terlalu besar, LAPAN dapat menyediakan sistem pengolahan data tersendiri yang

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

dibangun khusus untuk dioperasikan dengan tehnik jarak jauh (remote access) oleh instansi pengguna. Data SPB dikirimkan dengan cepat ke instalasi pengolahan yang dioperasikan pengguna atau data SPB disimpan di sebuah server khusus di LAPAN yang dapat diakses dan diolah oleh pengguna. Agar hasil informasi yang diturunkan dari SPB dapat dengan cepat diperoleh pengguna, seluruh proses mulai dari akusisi SPB sampai pengolahan produksi informasi harus dilaksanakan secara otomatis tanpa adanya proses interaktif dengan operator. Proses interaktif hanya dilakukan pada level pemanfaatan informasi. Proses kerja otomatis memerlukan sistem kerja yang sesuai dengan kebutuhan, akurat, cepat dan terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Badan Informasi Geospasial telah memasang server pemanfaatan di Pusat Teknologi dan Data LAPAN Pekayon Jakarta. Konsep pengolahan yang sama dapat dikembangkan untuk kementerian dan lembaga lainnya termasuk TNI dan POLRI. Setiap institusi dapat mengembangkan subsistem pengolahan data sesuai dengan tugas dan fungsinya. LAPAN harus membangun standar interaksi dengan instansi pengguna dan tim tehnik yang mampu memfasilitasi kebutuhan yang berbeda dari setiap instansi pengguna. Pengembangan sistem pengamatan wilayah secara terintegrasi di atas akan menghubungkan secara langsung fasilitas pengawasan di kementerian dan lembaga dengan satelit dan stasiun bumi. Dengan integrasi itu data SPB dapat diakses dan diolah oleh kementerian dan lembaga termasuk TNI dan POLRI secara cepat, periodik dan kontinu. Dengan integrasi tersebut pula, pengelolaan wilayah serta penanganan terhadap terjadinya bencana atau pelanggaran terhadap peraturan dapat dilaksanakan secara efektif.

6


FOCUS Kegiatan Pengawasan Sektoral Beroperasinya sistem pengamatan wilayah dari antariksa akan mendukung kegiatan pengawasan wilayah secara efektif. Contoh kegiatan sektoral yang dapat diawasi adalah sebagai berikut: Kehutanan: 1) penebangan liar dan penjarahan hutan lindung 2) pelanggaran konsesi hutan tanaman industri 3) pelanggaran konsesi hutan produksi 4) penebangan dan penjarahan hutan Mangrove 5) pembakaran hutan dan lahan Perkebunan: 1) perluasan lahan baru untuk perkebunan sawit dan perkebunan lainnya 2) luas panen perkebunan dikaitkan dengan pembayaran pajak 3) peremajaan tanaman sawit dan perkebunan lainnya dikaitkan dengan pembakaran lahan 4) pengembangan perkebunan tanpa ijin 5) pengelolaan limbah perkebunan. Pertanian: 1) masa tanam 2) masa panen 3) dampak kekeringan, kebanjiran dan bencana alam lainnya 3) alih fungsi lahan pertanian, 4) tanah pertanian terlantar 5) infrastruktur pengairan dan irigasi. Perikanan: 1) illegal fishing 2) transshipment 3) perkembangan pelabuhan perikanan dan sentra perikanan 4) hutan mangrove, terumbu karang dan area pembenihan ikan lainnya 5) area pembudidayaan ikan Penataan Ruang: 1) Pembangunan tanpa ijin 2) pembangunan tidak sesuai dengan penataan ruang 3) pelanggaran terhadap daerah lindung dan daerah strategis 4) penyelenggaran penataan ruang pemerintah daerah. Penegakan kedaulatan: 1) pelanggaran kedaulatan di batas wilayah dan zona ekonomi eksklusif 2) wilayah perbatasan 3) eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral di ZEE.

yang dapat dilaksanakan dengan mengoperasikan sistem nasional pengamatan wilayah dari antariksa. Dengan menyampaikannya aspek yang dapat diawasi secara rinci seperti di atas, urgensi pengembangan sistem tersebut menjadi lebih jelas. Sistem tersebut dioperasikan oleh LAPAN di bagian hulu dan di bagian hilirnya adalah operasi pemanfaatan oleh kementerian dan lembaga termasuk TNI dan POLRI. Sistem kerja tersebut akan berfungsi optimal apabila LAPAN mampu mengoptimalkan akses sistem tersebut terhadap berbagai SPB internasional yang menyediakan data SPB lingkungan dan cuaca, kelautan, sumber alam serta SPB resolusi tinggi dan sangat tinggi serta mampu mengoperasikan SPB SAR ekuatorial yang mampu memberikan data lebih sering dan bekerja siang dan malam hari. Urgensi operasi SPB SAR ekuatorial dalam pengamatan wilayah sangat tinggi karena SPB SAR ekuatorial mampu menutup kelemahan SPB internasional yang mempunyai kelemahan dalam memberikan data bebas awan dengan tingkat repetisi yang tinggi. Dengan mempertimbangkan urgensinya tersebut maka perjuangan untuk bisa membangun dan mengoperasikan SPB SAR ekuatorial nasional dan sekaligus merebut hak pengoperasiannya di antariksa ekuator harus terus kita perjuangkan. Pada bagian selanjutnya penulis akan menyampaikan peran penting operasi stasiun bumi dalam sistem pengamatan wilayah dari antariksa dan setelah itu tulisan tentang peningkatan kemampuan pengamatan wilayah dari antariksa yang terintegrasi dengan sistem pengawasan di ruang udara dan darat. §

Kegiatan pengawasan yang disampaikan di atas adalah sebagian aspek pengawasan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

7


FOCUS

MEMPERJUANGKAN

KEDAULATAN KOMUNIKASI DI 123 BT SURYA WITOELAR

S

ebagai negara kepulauan dengan area yang sangat luas, membentang lebih dari 5,000 km dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik, komunikasi merupakan kebutuhan pokok yang sulit terpenuhi. Jaringan komunikasi terrestrial tidak mungkin mencapai seluruh pelosok Indonesia yang terdiri dari perkotaan, pedesaan, hutan, gunung, pulau terpencil dan daerah perbatasan yang terpencil. Satelit adalah kunci dari komunikasi Indonesia. Komunikasi radio terrestrial terbatas jarak, komunikasi serat fiber terbatas hanya mencakup daerah yang dilalui. Satelit tidak memiliki batasanbatasan tersebut. Selama area cakupan satelit mencakup seluruh Indonesia, semua titik di Indonesia dapat berkomunikasi, selama dapat melihat langit tempat satelit berada. Industri satelit sedang ‘memanas’ di Indonesia. BRISat dan Telkom 3S baru saja diluncurkan yang akan diikuti dalam

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

beberapa tahun kedepan oleh Telkom 4, Palapa D, Unisat, PSN 6, Satelit Mulitfungsi Pemerintah dan SatKomHan. Dibandingkan satelit-satelit Indonesia lainnya, SatKomHan memiliki keunikan, dimana satelitsatelit lainnya adalah FSS – Fixed Satellite Services yaitu layanan satelit tidak bergerak, SatKomHan adalah MSS – Mobile Satellite Services dimana layanan satelit bisa didapat meskipun penggunanya bergerak. Mobile Satellite Services, bukan layanan satelit biasa Kemampuan komunikasi bergerak ini menjadi kunci keistimewaan sistem MSS. Ketergantungan akan komunikasi dan kecanduan pengguna atas data dan komunikasi dapat terpenuhi, meskipun dalam kendaraan bergerak, baik di darat, laut maupun udara. Komunikasi satelit bergerak pada sistem FSS C/Ku/Ka Band meskipun bisa dilakukan namun perlu implementasi sangat rumit dan mahal,

8


FOCUS karena membutuhkan antena parabola yang besar dan perlu diarahkan ke posisi satelit.

cukup dengan antenna pendek, tanpa perlu diarahkan, sehingga bisa digunakan sambil bergerak. Sistem MSS, menggunakan L-Band yaitu bagian dari spektrum satelit yang memiliki frekwensi paling rendah, sehingga memiliki gelombang yang paling panjang dengan daya tembus tinggi dan tahan cuaca. Orbital 123BT dengan L-Band langka yang diperebutkan Yang menjadi permasalahan dalam sistem MSS adalah frekwensi L-Band yang tersedia harus dipergunakan bersama antara semua operator LBand di suatu daerah tertentu, karena pemancaran user terminal yang tidak diarahkan. Hal ini berbeda dengan sistem satelit FSS C/Ku/Ka Band dimana masing-masing satelit, selama terpisah posisi orbitalnya cukup jauh satu dan lainnya bisa menggunakan seluruh spektrum tanpa saling mengganggu satu dan lainnya.

Pada kendaraan bergerak, diperlukan antenna tracking yang mampu bergerak untuk terus mengarah ke lokasi satelit apabila kendaraan berubah arah atau bergerak naik turun mengikuti laut atau jalan yang dilalui. Sistem MSS memiliki daya pancar jauh lebih kuat dibanding FSS, bukan hanya karena memiliki pemancar dengan kekuatan jauh lebih tinggi, tapi juga karena menggunakan antena pemancar pada satelitnya yang jauh lebih besar. Antena satelit FSS biasanya berdiameter 1-2 meter, sedangkan antenna satelit MSS berdiameter 18 meter bahkan hingga 22 meter. Kekuatan signal yang besar ini memungkinkan penggunaan user terminal tanpa perlu antenna parabola, melainkan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Lebih parah lagi, L-Band memiliki lebar spektrum yang paling kecil dibanding jenis frekwensi band lainnya. Sebagai perbandingan, BRI Sat memiliki 36 transponder C-Band dengan lebar masing-masing 36 MHz. Sedangkan lebar spektrum tersedia L-Band hanya 34 MHz, dibagi bersama antara semua operator L-Band di Asia Pasifik. Berbeda dengan satelit FSS pada umumnya seperti BRISat yang dapat menggunakan seluruh spektrum C-Band sebesar 36 x 36 MHz = 1,296 MHz untuk sendiri, SatKomHan harus berbagi 34 MHz dengan semua operator L-Band regional termasuk Inmarsat (Inggris), Thuraya(UEA), Optus(Australia), MTSat (Jepang) dan RSCC (Rusia). Pembagian alokasi spektrum antar operator ini sangat unik. Pada frekwensi lain, proses koordinasi lebih kearah apakah pancaran sebuah satelit akan mengganggu satelit lain dan

9


FOCUS koordinasi dilakukan antar negara sahabat. Pada L-Band, seluruh sistem beroperasi pada bentangan spektrum yang sama dan tidak terpisah jarak, sehingga koordinasi sangat ketat perlu dilakukan antar operator untuk mencegah interferensi satu operator dengan operator lain. ORM – Operators Review Meeting, ajang serobot antar operator Secara teknis sulit melakukan koordinasi antar operator menggunakan mekanisme koordinasi yang berlaku di ITU, sehingga seluruh negara pengguna spektrum L-Band pada tahun 1998 sepakat untuk membuat mekanisme koordinasi khusus untuk L-Band dan menandatangani Multilateral Meeting Memorandum Of Understanding (MLM MoU). MLM MoU menjadi dasar pertemuan koordinasi tahunan antar operator yang disebut ORM – Operators Review Meeting. Mekanisme koordinasi langsung antar operator ini tidak ada di spektrum lain selain L-Band. Meskipun semangat pembentukan ORM adalah menciptakan mekanisme koordinasi yang kondusif, dalam kenyataannya para operator adalah pesaing bisnis di lahan yang sama, memperebutkan alokasi spektrum yang sangat terbatas, menjadikan ORM sebagai forum yang sangat keras.

Indonesia adalah bagian dari Region 3 Asia Pasifik yang saat ini beranggotakan 5 operator lain. Di region 3, hampir seluruh frekwensi dipergunakan oleh tiga operator yaitu Inmarsat dari Inggris, Thuraya dari UEA dan SatKomHan dari Indonesia. Tiga operator lainnya hanya menggunakan sebagian spektrum yang sangat kecil. Satelit Optus dari Australia sudah dipenghujung umur dan akan deorbit dalam beberapa tahu kedepan. MTSAT dari Jepang menggunakan sedikit spektrum untuk navigasi hanya di sekitar Jepang. RSCC mengoperasikan jaringan komunikasi L-Band global sebagai jaringan komunikasi operasi khusus dan intelijen. Meskipun sudah menguasai lebih dari setengah alokasi L-Band, Inmarsat tetap bersifat sangat agresif untuk mendapatkan alokasi sebanyakbanyaknya. Inmarsat sebagai operator L-Band pertama dan terbesar di dunia mengerti penuh nilai ekonomis L-Band. Sebagai perbandingan di Region 2 (Amerika), Inmarsat menyewakan frekwensi L-Bandnya kepada Ligado dengan kompensasi lebih dari seratus juta dolar per tahun. Untuk melindungi alokasinya dari agresifitas Inmarsat, Thuraya juga terpaksa turut bermain keras. Inmarsat dan Thuraya sejak ORM ke 17 tahun 2015 terus berusaha merebut alokasi Indonesia meskipun sudah jauh lebih kecil dari alokasi mereka. Sejarah Berliku 123BT Milik Indonesia Hak penggunaan Indonesia atas Orbital 123BT didapatkan sejak akhir tahun 90an untuk digunakan konsorisuam ACeS (Asian Celullar Services) yang terdiri dari PT. Pasifik Satelit Nusantara, PLDT (Phillipines Long Distance Telephone Company) dan Jasmine Group dari Thailand. Di luar dugaan, kawasan Asia Pasifik terkena krisis moneter di tahun 1997-1998 sehingga kedua partner asing mengalami kesulitan, hingga pada saat peluncuran satelit

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

10


FOCUS Garuda-1 di tahun 2000, praktis hanya ada PSN dalam konsorsium. Kekurangberuntungan Garuda-1 tidak berhenti disana, pada saat peluncuran, terjadi masalah teknis yang cukup signifikan. Meskipun ACeS mendapat kompensasi asuransi yang cukup besar, Garuda-1 rusak permanen dan hanya dapat beroperasi sebagian, jauh dibawah spesifikasi yang dirancang.

Penyelamatan Kedaulatan Komunikasi Indonesia Apabila Indonesia kehilangan spektrum L-Band dan orbital 123BT, hampir tidak mungkin untuk mendapatkannya kembali. Tanpa memiliki infrastruktur komunikasi bergerak, Indonesia harus selamanya bergantung pada operator asing, baik Thuraya dari UEA maupun Inmarsat dari Inggris.

Secara ekonomis, Garuda-1 tidak sesuai harapan. Perubahan paradigma komunikasi dari suara ke data tidak dapat diakomodir dalam sistem Garuda-1. Model bisnis komunikasi telepon seluruh Asia juga tergerus semakin murahnya biaya roaming antar operator GSM. Pada akhirnya, sejak 2006 ACeS mengalihkan penggunaan dan kendali Garuda-1 beserta orbital dan spektrum L-Band nya ke Inmarsat. Ancaman Hilangnya 123BT Pada Januari 2015, satelit Garuda-1 keluar dari orbitnya. Berdasarkan peraturan ITU, apabila satelit keluar dari orbit, maka orbital itu akan terkena suspensi. Apabila tetap berstatus suspended selama tiga tahun, maka hak penggunaan orbital tersebut akan hilang secara otomatis. Ancaman lebih genting timbul dari forum ORM. Karena pengaturan penggunaan spektrum dilakukan setiap tahun, apabila spektrum Indonesia tidak digunakan, maka spektrum L-Band Indonesia akan menjadi bancakan bagi Thuraya dan Inmarsat. Sangat terbatasnya spektrum L-Band dan kerasnya persaingan di ORM berarti apabila Indonesia kehilangan spektrumnya, hampir tidak mungkin bisa mendapatkannya kembali.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Kehilangan L-Band di 123BT berarti kedepan, selamanya seluruh armada pertahanan Indonesia, terutama Angkatan Laut Indonesia harus tergantung operator asing yang merupakan sekutu semua negara tetangga Indonesia. Dalam keadaan bencana, penggunaan telepon satelit sangat terbatas karena sangat mahal. Semua komunikasi bergerak di daerah tidak terjangkau jaringan selular, baik di laut, di hutan maupun perbatasan terpencil harus tergantung jaringan asing, dengan biaya mahal dan rentan penyadapan, alias tidak berdaulat.

11


FOCUS Penyelamatan 123BT adalah kesempatan terakhir menyelamatkan kedaulatan komunikasi Indonesia. Penyelamatan 123BT adalah penyelamatan kedaulatan komunikasi Indonesia. Atas ancaman kehilangan 123BT, pemerintah dan DPR bertindak cepat dan memerintahkan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyelamatkan orbital tersebut. Perintah tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi dan mendapat dukungan penuh dari DPR.

and Space. Proses pengadaan juga diikuti semua produsen satelit besar dunia termasuk Boeing dari Amerika, Thales Alenis dari Prancis, Space System Lorall dari Canada, China Great Wall Industry Corporation, SES dari Luxembourg dan Mitsubishi Electric dari Jepang. Yang menjadi permasalahan adalah waktu pembuatan satelit MSS L-Band memakan waktu sangat lama, sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas. Untuk mempertahankan hak atas Orbital dan Spektrum, dibutuhkan penempatan satelit sementara yang dikenal dengan floater di orbital tersebut, seperti dilakukan BRI dan Telkom sambil menunggu pembuatan satelit mereka. Berbeda dengan satelit FSS yang jumlahnya ada ratusan di orbit dan kebutuhan floater cukup beberapa bulan karena masa kadaluarsa slot orbital adalah tiga tahun, dalam MSS L-Band jumlah satelit L-Band yang ada diorbit hanya belasan dan semuanya operasional. Hanya ada satu satelit L-Band yang sudah berada di ujung umurnya, sehingga masih bisa secara ekonomis di sewa dan satelit ini berhasil disewa oleh Kemhan dari Avanti, Inggris sebagai satelit sementara.

Perjuangan Panjang SatKomHan Satu-satunya cara menyelamatkan 123BT dan spektrum L-Band Indonesia adalah dengan menempatkan satelit komunikasi LBand di orbital tersebut. Melalui proses tender yang transparan dan sangat kompetitif, Kemhan memutuskan untuk membeli satelit dari Airbus Defence

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Penyewaan floater L-Band tidak bisa hanya beberapa bulan seperti FSS, karena adanya mekanisme ORM setiap tahun, maka spektrum harus dipergunakan terus setiap tahunnya sampai satelit pengganti jadi, yang artinya penyewaan floater harus menerus beberapa tahun, bukan beberapa bulan. Sejak November 2016, satelit sementara Artemis telah menempati Orbital 123BT dan melindungi kedaulatan Indonesia hingga SatKomHan meluncur yang direncanakan akhir 2019. Meskipun sudah menempatkan satelit sementara, tidak berarti perjuangan SatKomHan mudah. Dalam forum ORM 2015 di London dan 2016 di Dubai, Inmarsat dan Thuraya masih

12


FOCUS terus berusaha merebut spektrum Indonesia. Bahwa SatKomHan akan digunakan untuk kepentingan masyarakat Indonesia, baik di pertahanan, penanggulangan bencana, komunikasi daerah terpencil dan penegakan hukum diantaranya, tidak menjadikan para operator lain mengerti dan membiarkan Indonesia mempertahankan alokasi spektrumnya. Penyelamatan 123BT menyangkut hajat hidup orang banyak karena menyangkut kedaulatan dan keamanan Indonesia dan masyarakatnya. Perjalanan SatKomHan masih panjang dan berliku, perlu dukungan semua pihak terkait agar dapat terlaksana.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Orbital 123BT adalah aset negara yang tidak ternilai yang harus diselamatkan karena tidak tergantikan, oleh karena itu bila terjadi kegagalan, tentu para pihak yang terkait dalam proses penyelamatan termasuk pengambil keputusan perlu diminta pertanggung jawabannya, baik secara hukum maupun moral. Usaha SatKomHan menyelamatkan kedaulatan komunikasi Indonesia adalah bentuk konkrit bela negara yang merupakan sumbangsih wajib seluruh warga bagi Indonesia. ยง Artikel ini adalah bedasarkan fakta dan analisa pribadi penulis dan bukan merupakan pendapat resmi dari program SatKomHan.

13


FOCUS

LISTYANTO

Pendahuluan

S

pektrum frekuensi radio (SFR) dan slot orbit satelit (SOS) merupakan sumber daya alam yang terbatas, yang setelah ditemukannya teknologi radio menjadi sangat berguna sebagai media komunikasi, navigasi dan penginderaan jarak jauh. Sebagaimana lazimnya teknologi, maka semakin lama semakin maju, demikian pula dalam hal pemanfaatan kedua sumber daya tersebut, semakin lama semakin berkembang, menjadi bukan hanya sekedar tiga hal tersebut, namun merambah ke berbagai aplikasi termasuk untuk kepentingan pertahanan negara. Pemanfaatan untuk kepentingan pertahanan maupun kepentingan ekonomi, semakin lama semakin intensif sehingga ketersediaaan SFR dan SOS menjadi terasa semakin langka dan bahkan menjadi rebutan. Untuk itulah hadir lembaga internasional di bawah PBB, yaitu International Telecommunication Union (ITU), yang mengatur agar pembagiannya menjadi lebih tertib. Namun demikian nuansa perebutan, sebagaimana perilaku

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

manusia terhadap sumber daya yang terbatas, maka tetap saja terjadi, masing-masing berusaha untuk menguasai semaksimal mungkin. Dalam artikel ini akan disoroti seperti apa nilai strategis kedua sumber daya tersebut dalam penyelenggaraan pertahanan negara. Dengan memahami nilai strategisnya diharapakan kita dapat merespon situasi yang ada dengan sikap dan tindakan yang lebih tepat. Spektrum Frekuensi Radio SFR menjadi langka atau terbatas karena penggunaannya dapat saling bertabrakan (berinterferensi) dengan SFR lainnya. Nah, bila sudah bertabrakan maka keberadaanya menjadi kurang atau bahkan tidak dapat dimanfaatkan oleh penggunanya, kecuali memang niatnya akan mengganggu pancaran radio pihak lain. Untuk itulah maka mesti dibuat aturan agar satu frekwensi tertentu harus ekslusif digunakan oleh satu pihak pada area geografis tertentu dan waktu tertentu saja. Teknologi akan selalu dikembangkan oleh manusia, sehingga penggunaan SFR semakin hari dapat semakin efisien. Namun peningkatan

14


FOCUS efisiensi pemanfaatan tersebut juga diikuti oleh semakin meluas dan intensifnya penggunaan, karena adanya pengembangan berbagai aplikasi yang membutuhkan SFR. Alhasil ketersediaan SFR bukan makin terasa lapang melainkan juga terasa semakin langka. Slot Orbit Satelit SOS digunakan untuk menempatkan satelit, baik slot pada orbit geostasioner (GSO) maupun slot yang lainnya (non GSO). Situasi perebutan slot juga setali tiga uang dengan situasi SFR, karena SFR memang akan selalu melekat pada keberadaan slot orbit satelit, kecuali SFR yang digunakan untuk komunikasi terestrial saja. Melekat dalam arti bahwa pemanfaatan slot untuk menempatkan satelit akan membutuhkan spektrum frekwensi guna mengoperasikan baik platform satelit itu sendiri maupun peralatan yang ditempatkan pada satelit tersebut. Situasi kelangkaan SFR dan SOS dapat terlihat dari data pengajuan slot dan frekuensi untuk satelit GSO seperti di bawah ini. Slot GSO yang sudah padat saat ini, ternyata masih diantri oleh ratusan

pengajuan dari berbagai negara. Negara-negara yang mengantri panjang tersebut akan mendapatkan slot yang diinginkannya manakala ada slot yang ditinggalkan oleh penggunanya. Namun dengan daya kemanfaatan yang semakin meningkat, baik karena adanya kebutuhan maupun perkembangan teknologi, maka nyaris mustahil ada pengguna yang akan melepas hak pemanfaatan sumber daya alam yang strategis semacam ini. Apa Yang Dapat Diperbuat Dengan Spektrum Frekuensi dan Slot Orbit Satelit Dalam penyelenggaraan pertahanan negara, pada dasarnya keberadaan SFR dan SOS sudah menyangkut pada taraf anatomi postur pertahanan. Artinya bila kita tidak menguasai dan memanfaatkan dengan baik sumber daya tersebut maka dapat dikatakan bahwa postur pertahanan kita mengalami kekurangan anatomis jika dibandingkan dengan postur negara-negara lain yang ber-manuver di kawasan strategis kita. Bila kita lihat negaranegara tersebut, yaitu Cina, Amerika Serikat, Rusia, India, dan Inggris sebagai mentor dari gabungan lima negara dalam Five Power Defence Arrangements (FPDA), maka kesemuanya telah menguasai dan memanfaatkan secara intensif SFR dan SOS. Penguasaan dan pemanfaatan tersebut ditempuh melalui penguasaan teknologi keantariksaan, yang wujudnya berupa gugus satelit, baik untuk keperluan navigasi, komunikasi maupun penginderaan, serta berbagai aplikasi dalam kesenjataan seperti rudal dan combat drone jarak jauh.

Filling Frekwesni dan Slot Orbit GSO dari beberapa negara. Sumber: Paparan Kominfo pada acara 40 tahun Satelit Indonesia, Jakarta.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Operasi jarak jauh dari negaranegara tersebut di kawasan Asia Pasifik, atau operasi Inggris saat menyerbu Malvinas, atau operasi Amerika Serikat di Timur Tengah, hanya akan terlaksana dengan baik, bila komando dan kendali

15


FOCUS jarak jauhnya berfungsi dengan baik. Nah, untuk mampu melakukan komando dan kendali jarak jauh seperti itu hanya dapat dilaksanakan bila negara-negara tersebut menguasai sumberdaya SFR dan SOS, disamping menguasi teknologi keantariksaan. Tanpa penguasaan SFR dan SOS maka tidak akan leluasa mengembangkan teknologi keantariksaan. Kebutuhan Kondisi alamiah wilayah NKRI, dapat digambarkan sebagai berikut:  konstelasi geografis yang berupa ribuan pulau;  poisisi di antara dua samudera dan benua;  terdapat banyak medan perairan dan pegunungan yang secara fisik sulit ditembus; dan  luasan yang lebih dari 8 juta km2. Kondisi alamiah tersebut sudah mengindikasikan perlunya teknologi keantariksaan yang diantaranya membutuhkan SFR dan SOS sebagai wahana penyelenggaraaan pancaran elektronika, agar feature alamiah tersebut dapat di-cover secara kompetitif, baik dalam bidang komunikasi, navigasi maupun penginderaan. Hal ini sangat berbeda misalnya dengan negara yang kecil wilayahnya seperti Singapura atau negara

besar sekalipun namun yang non kepulauan seperti Australia. Jadi tepatlah sebenarnya bila pada tahun 1963 pemerintah melalui Keputusan Presiden menegaskan perlunya penguasaan teknologi kedirgantraan dan keantariksaan, yang kemudian kembali ditegaskan dalam Undang-Undang Keantariksaan pada tahun 2013. Disamping kebutuhan karena kondisi alamiah tersebut, juga adanya kebutuhan karena perkembangan lingkungan strategis. Perkembanagn di Laut Cina Selatan merupakan ancaman yang terus tumbuh, dan penulis perkirakan akan mencapai kulminasinya sebelum tahun 2030. Ini artinya bahwa perbaikan mendasar postur pertahanan harus tuntas sebelum tahun tersebut agar dapat merespon ancaman dengan baik. Nah permasalahanya untuk mengejar kekurangan dalam postur tersebut adalah merupakan pekerjaan besar, dan waktu yang tersisa relatif sangat singkat, kurang dari 15 tahun. Ketersediaan Sebagaimana tercermin pada grafik tentang filling slot orbit satelit GSO di atas, kita ternyata sangat minim slot, dibanding dengan negara-negara yang lebih kecil sekalipun. Keempat negara yang tercantum dalam grafik di atas, semuanya secara luasan geografis adalah jauh lebih kecil ketimbang luasan wilayah NKRI, namun mereka telah menguasai slot lebih banyak dan juga telah mengajukan filling lebih banyak, kecuali Thailand. Penulis meyakini bahwa mereka menyadari betul nilai strategis SFR dan SOS bagi kepentingan nasionalnya. Kemudian dari sisi penguasaan teknologi, walaupun telah ada amanat untuk menguasai dan mengembangkannya sejak lebih dari lima puluh tahun yang lalu, namun sampai hari ini secara komparatif sebagai negara besar, capaiannya masih jauh dari cukup. Ketidak cukupan dalam bidang inilah yang menyebabkan anatomi postur pertahanan mengalami kekurangan secara anatomis

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

16


FOCUS sebagaimana dimaksud di atas. Mengingat bahwa penyelenggaraan pertahanan negara berkait langsung dengan daya survival bangsa, maka kekurangan yang demikian sangat riskan bila dibiarkan terus berlangsung. Rekomendasi Dari fakta bahwa adanya kondisi alamiah wilayah NKRI (posisi, konstelasi, medan dan luasan) dan perkembangan lingkungan strategis terkait pertahanan negara, maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan penguasaan SFR dan SOS dan pemanfaatannya melalui penguasaan teknologi keantariksaan, tidak dapat ditunda-tunda lagi. SOS yang ada, seperti slot orbit GSO 123 BT yang terancam lepas, harus dipertahankan jangan sampai lepas. Situasi terkait kondisi postur pertahanan negara dan rekomendasi ini dapat penulis ilustrasikan pada gambar di bawah ini. Pada gambar tersebut, disamping dikatakan membutuhkan penguasaan teknologi keantariksaan, yang konsekuensi logisnya butuh SFR dan SOS, untuk pengamanan pertukaran data elektronik juga diperlukan penguasaan teknologi siber. Teknologi nuklir untuk pertahanan, yang juga telah dikuasai oleh negara-negara yang dimaksud

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

di atas, sementara tidak disinggung agar lebih fokus ke dimensi keantariksaan dan siber. Dengan demikian rekomendasi kepada pemerintah adalah agar SFR dan SOS yang ada untuk dipertahankan dan dimanfaatkan, melalui pengembangan, penguasaan dan aplikasi teknologi keantariksaan dan siber. Lakukan filling terhadap SFR dan SOS baru yang kiranya diperlukan baik untuk pertahanan maupun kepentingan strategis lainnya. Selanjutnya bergegas agar kesemuanya dapat dicapai secara signifikan paling lambat dalam kurun waktu 10 tahun kedepan. § Cibubur, Februari 2017

17


Hal terpenting yang bisa kita lakukan adalah menginspirasi dan meningkatkan kemampuan pendidikan teknologi bagi generasi muda, untuk membawa kita kepada kemajuan antariksa.

equatorspace.com | technology satellites, rocketries, satellite bus, power systems, cameras, EQUATORSPACE.COM radar sensors, gyroscopes, antennas, engines, mux filters, attitude control, propellant

Equator SPACE.com


TECHNOLOGY

A

rtikel ini adalah bagian kedua dan terakhir kami mengenai satelit navigasi, di majalah EquatorSpace. Sebagai kelanjutan dari artikel pertama yang membahas prinsip kerja dan aplikasi standar satelit navigasi, artikel ini dibahas mengenai augmentasi dari sistem

ROBERTUS HERU TRIHARJANTO

navigasi berbasis satelit, serta beberapa aplikasi yang dimungkinkan oleh teknologi tersebut. Augmentasi adalah proses untuk meningkatkan kinerja dari suatu sistem. Dalam konteks satelit navigasi, hal tersebut berarti akurasinya. Akurasi atau kesalahan baca posisi sistem global positioning satellite (GPS) standar (non-US military) adalah 15 m. Salah satu keterbatasan sistem navigasi satelit adalah gangguan sinyal yang terjadi pada lapisan atas atmosfir, yang disebut ionosfir. Lapisan yang dimulai dari ketinggian 60 km sampai dengan sekitar 600 km tersebut menyimpan partikel bermuatan yang intensitasnya bergantung pada aktivitas matahari. Gangguan tersebut menyebabkan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

kesalahan baca pada penerima GPS, hingga membatasi tingkat akurasi yang dapat dijanjikan pada pengguna. Salah satu cara peningkatan kinerja akurasi dilakukan dengan memberikan perbandingan bacaan GPS dengan posisi acuan yang sudah diketahui,

yang dinamakan Differential-GPS (DGPS). Proses tersebut dilakukan dengan menempatkan stasiun pembanding, yang mentransmisikan sinyal pengkoreksi untuk diterima GPS yang ada di sekitarnya. Dengan sinyal tersebut penerima DGPS akan dapat memiliki akurasi hingga di bawah 1 m, sehingga dapat digunakan untuk survei topografi, misalnya untuk pembuatan jalan, pipa, dan infrastruktur lainnya. Semenjak sistem navigasi satelit GPS digelar, melakukan navigasi di laut menjadi menjadi jauh lebih mudah. Komunitas maritime, terutama kapal-kapal yang berlayar di laut lepas segera mengadopsi sistem ini, sehingga

19


TECHNOLOGY efisiensi meningkat dan resiko bahaya selama perjalanan menurun. Hal tersebut menjadikan potensi keuntungan aplikasi selanjutnya, yakni untuk nagivasi pesawat udara, menjadi sangat menjanjikan.

Federal Aviation Administration (FAA). Sistem peningkatan kinerja atau augmentasi yang dikembangkan FAA dinamakan Wide Area Augmentation System (WAAS). Prinsip kerja sistem tersebut mirip dengan DGPS,

Gambar 1. Stasiun acuan DGPS portable & penerima DGPS untuk survei topografi (sumber : wikipedia.org & shanghai-dredging.com)

Berbeda dengan kapal laut atau kendaraan di darat, pesawat udara bergerak dengan sangat cepat dan mempunyai dimensi vertikal (ketinggian), sehingga persyaratan akurasi dan keandalan sistem navigasinya lebih ketat. Inisiatif untuk meningkatkan akurasi GPS pada aplikasi tersebut diprakarsai oleh otoritas penerbangan Amerika Serikat,

Gambar 2. Konsep WAAS (sumber : http://www.cringely.com)

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

namun karena transmiternya ditempatkan pada satelit geostasioner, sistem tersebut mempunyai cakupan di seluruh wilayah Amerika Utara. Seperti diilustrasikan pada gambar 2, perbaikan akurasi dilakukan dengan menggunakan data penerimaan sinyal GPS dari 25 stasiun bumi referensi yang tersebar di Amerika Serikat. Data pengkoreksi dari stasiun-stasiun bumi tersebut dikumpulkan untuk membuat model koreksi yang berlaku untuk wilayah seluruh Amerika Utara dan dikirim ke satelit telekomunikasi geostasioner. Data pengoreksi tersebut kemudian dipancarkan kembali melalui sinyal L-band tambahan, untuk diterima di pesawat udara. Dengan koreksi tersebut GPS teraugmentasi dapat mempunyai akurasi bacaan posisi hingga 1 m pada arah horizontal dan 1,5 m pada arah vertikal. Kinerja tersebut sangat memenuhi persyaratan untuk navigasi pesawat terbang saat akan mendarat (category I precision approach).

20


TECHNOLOGY

Gambar 3. Cakupan sistem augmentasi GPS berbasis satelit/SBAS & satelit SES-5 yang mendukung system EGNOS (sumber : www.egnos-portal.eu & gpsworld.com )

Dengan berhasilnya WAAS, otoritas penerbangan Eropa, India, dan Jepang, juga mengembangkan sistem augmentasi GPS berbasis satelit geostasioner (SBAS) yang dinamakan European Geostationary Navigation Overlay Service (EGNOS), GPS Aided Geo Augmented Navigation (GAGAN), dan Multi-functional Satellite Augmentation System (MSAS). Sistem EGNOS, yang dibangun oleh European Space Agency (ESA) dan Eurocontrol (otoritas navigasi penerbangan Eropa) didukung oleh 3 buah statelit geostasioner, yakni INMARSAT-3F, INMARSAT-4F (yang kemudian diganti SES5), dan ARTEMIS, dan mempunyai cakupan operasi di Eropa Barat hingga Mediterania. GAGAN dibangun oleh badan antariksa India (ISRO), dan menggunakan dukungan satelit geostasioner GSAT-8 (lokasi 55o BT). Sistem yang mulai beroperasi tahun 2011 tersebut menggunakan 15 stasiun referensi di seluruh India, sehingga menghasilkan akurasi bacaan posisi hingga 3 m. Beberapa media menyebutkan bahwa sistem tersebut telah terbukti dapat menghemat biaya operasi penerbangan karena lintasan terbang dapat diatur dengan lebih efisien.

EQUATORSPACE.COM

Pengaturan yang lebih baik tersebut juga dinilai telah meningkatan tingkat keselamatan penerbangan di India. MSAS didukung oleh satelit geostasioner MTSAT yang dimiliki bersama oleh Kementerian Perhubungan dan Infrastruktur Jepang dan Badan Meteorologi Jepang. Dengan sinyal yang diberikan oleh satelit yang lebih dikenal dengan nama Himawari oleh komunitas meteorologi tersebut, bacaan posisi GPS di wilayah Jepang dapat mempunyai akutasi 1,5 m pada arah horizontal dan 2 m pada arah vertikal. Bagaimana Penggunaan Satelit Navigasi di Indonesia ? Seperti terlihat di gambar 3, kendati luas wilayahnya sama dengan Amerika Serikat dan posisinya yang berada di jalur penerbangan antara 2 benua, penggunaan satelit navigasi untuk aplikasi transportasi di wilayah Indonesia masih pada aplikasi standar. Kendati demikian pada beberapa kasus, survei topografi di Indonesia telah menggunakan DGPS. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah juga memperkenalkan sistem navigasi penerbangan perintis yang berdasarkan ADS-B, yakni instrumen pesawat terbang yang menggunakan data GPS.

21


TECHNOLOGY Penelitian untuk menghitung kesalahan dari bacaan GPS karena gangguan ionosfir, telah dilakuan di Pusat Sains Antariksa, LAPAN. Penelitian tersebut menggunakan belasan stasiun referensi GPS yang ditempatkan di seluruh Indonesia oleh BMKG dan LAPAN. Data yang dihasilkan seperti pada gambar 4, yang dapat dibandingkan dengan model ionosfir yang dibuat oleh NASA untuk mendukung WAAS. Sehingga secara prinsip, proses yang diperlukan untuk menjadikannya SBAS di wilayah Indonesia adalah satelit geostasioner dengan muatan penerima data koreksi, dan pemancar L-band untuk menyampaikan data koreksi tersebut pada pengguna SBAS.

Tentunya salah satu pemrakarsa proses tersebut untuk konteks Indonesia haruslah Kementrian Perhubungan, agar selaras dengan rencana strategis navigasi udara Indonesia. ยง

Gambar 4. Peta ionosfir yang dihasilkan sistem NASA untuk mendukung WAAS Peta ionosfir yang dihasilkan LAPAN (sumber : http://asnawihusin.blogspot.co.id )

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

22


Pengembangan

Bisnis Antariksa adalah

Sebuah Potensi Kekuatan Yang Akan Meningkatkan

Perekonomian dan

Kesejahteraan

Bangsa Indonesia

Equator SPACE.com EQUATORSPACE.COM

equatorspace.com | space business satellite industry, rocket industry, terminal industry, mapping service, mining, fisheries, security, video contents, satellite based city planning


SPACEBUSINESS

ARIFIN NUGROHO

Universal

Satelit Indonesia (UNISAT) akan meluncurkan satelit komunikasi di tahun 2020. Kepastian rencana peluncuran satelit komunikasi yang akan ditempatkan pada slot orbit 103BT (Bujur Timur) ini diperoleh pada acara penandatanganan kerja sama antara UNISAT dan INTERSPUTNIK pada tanggal 28 Februari 2017 di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

24


SPACEBUSINESS

UNISAT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam pelayanan jasa satelit di Indonesia yang diawaki oleh para profesional dan tenaga ahli di bidang persatelitan di Indonesia, dengan berbagai layanan jasa komunikasi satelit untuk memberikan layanan terbaik di bidang telekomunikasi dan solusi terpadu. Sedangkan INTERSPUTNIK adalah perusahaan dengan skala global yang berkedudukan di Moscow – Rusia, yang memberikan layanan terpadu untuk seluruh aspek layanan jasa satelit di dunia. Dokumen Perjanjian kerja sama antara UNISAT dengan INTERSPUTNIK mengenai pemakaian Slot Orbit di 103BT ini masingmasing ditandatangani oleh Bapak Widodo Mardijono sebagai Presiden Direktur UNISAT dan Mr. Vadim Belov, CEO INTERSPUTNIK, disaksikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Bapak Rudiantara dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mr. Mikhail Yurievich Galuzin. Di dalam pengantar sebelum penandatanganan dokumen, Widodo Mardijono menyampaikan bahwa dewasa ini kebutuhan layanan jasa transmisi satelit di Indonesia terus meningkat dan hanya

Gambar : Penanda Tangan Naskah Kerjasama UNISAT-INTERSPUTNIK: Tanggal 28 Februari 2017. Kiri : Widodo Mardijono (CEO UNISAT), Kanan: Vadim Belov, (Direktur Jenderal INTERSPUTNIK)

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

dapat dipenuhi pasokannya sekitar 50% oleh penyedia layanan jasa transmisi satelit dalam negeri, selebihnya dipasok oleh penyedia jasa dari luar negeri. Pada sisi lain, INTERSPUTNIK yang menjadi mitra UNISAT sebagai perusahaan global yang bergerak di dalam layanan jasa terpadu dalam bidang satelit transmisi dan satelit komunikasi, memiliki banyak alternatif layanan jasa satelit termasuk kerja sama pemakaian slot orbit yang mereka miliki untuk secara sinergis dipergunakan oleh mitra-mitra mereka di negara-negara lain untuk memberikan layanan jasa satelit. Kerja sama dengan INTERSPUTNIK ini menempatkan UNISAT sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa satelit yang relatif muda ke sebuah posisi yang sangat penting di dalam kancah industri jasa satelit, khususnya di Indonesia. UNISAT akan menjelma sebagai sebuah kekuatan baru dalam bidang persatelitan, yang mampu menawarkan layanan dan ketersediaan transponder bagi kebutuhan telekomunikasi, penyiaran, komunikasi data (Internet), dan layanan dalam sektor lain seperti perikanan, perhubungan, pertambangan, kehutanan dan lain-lain. Posisi satelit yang nantinya akan ditempatkan di slot orbit 103 BT merupakan sebuah posisi yang sangat srategis dilihat dari sudut pandang balance coverage di seluruh Indonesia, posisi 103 BT yang berada pada posisi tegak lurus di atas kawasan Padang dan Jambi menjadikan pancaran atau beam signal satelit UNISAT nantinya akan benar-benar merata di seluruh tanah air. Disamping itu spesifikasi kekuatan pancar (EIRP) 103 BT cukup tinggi yang memungkinkan beroperasinya satelit dengan agregat data yang dilewatkan perdetik (disebut throughput) berlipat.

25


SPACEBUSINESS

Jika dikombinasikan dengan system banyak-beam (multi-beam) dan teknologi pengulangan frekuensi, maka akan diperoleh tipe satelit yang disebut High Throughput Satellite (HTS), dimana sebuah satelit akan membawa agregat trafik diatas 10 Gbps. Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Rudiantara di dalam sambutannya menyambut dengan sangat gembira adanya keikutsertaan swasta pendatang baru di kancah industri satelit di tanah air. Lebih jauh Rudiantara menambahkan bahwa Indonesia saat ini masih dan sangat membutuhkan adanya dukungan transmisi satelit untuk mengakselerasi ketersambungan seluruh tanah air ke dalam suatu jaringan telekomunikasi yang merata, sampai ke titik-titik 3T yaitu daerah terluar, tertinggal dan terpencil. Dengan kerjasama ini berarti secara nasional bertambah resources orbital slot dan kapasitas transponder satelit. Ir. Kristiono, Ketua Umum Mastel dalam penjelasannya kepada wartawan menggaris-bawahi bahwa event yang kita saksikan hari ini sebagai sebuah bukti nyata besarnya peran swasta, dalam membantu pemerintah mencapai target untuk keterhubungan seluruh nusantara ke dalam suatu jaringan telekomunikasi yang handal dan merata. Ditegaskan juga peran penting layanan jasa setelit sebagai infrastruktur telekomunikasi sebagai wahana untuk

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

mencapai tujuan Digital Inclusion yang sangat strategis menuju Indonesia sebagai Digital Economy terbesar di Asia tenggara tahun 2020 yang akan datang. Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri RI dan Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia dalam sambutannya masing-masing menyampaikan apresiasi kepada UNISAT dan INTERSPUTNIK. Kerjasama antar kedua perusahaan ini mencerminkan juga eratnya hubungan yang terjalin antara kedua negara Indonesia dan Federasi Rusia dan diharapkan terus berkembang ke bidang lain yang menguntungkan kedua belah pihak. Hal ini juga menunjukkan hasil nyata kunjungan Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo pada tahun lalu ke Rusia. Manfaat: Dari penandatanganan kesepakatan ini banyak manfaat yang dapat diambil oleh Indonesia, selain kesempatan untuk menempatkan satelit komunikasi pada slot orbital yang ideal di 103BT, manfaat lain adalah adanya penambahan pasokan transponder dan kapasitas satelit baru, kontribusi pada perluasan layanan telekomunikasi Pita Lebar (Broadband) di tanah air, kesempatan pengembangan usaha, serta detail plan layanan jasa satelit yang dapat ditawarkan pada beberapa tahun ke depan. ยง

26


Perkembangan lingkungan strategis menuntut segera dikuasai dan diimplementasikannya teknologi keantariksaan dan berbagai penjalarannya dalam postur pertahanan negara

DEPARTMENT equatorspace.com | defence communication, navigation, surveillance, siber, weapon guide, remote sensing & control

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

37 28


DEFENCE

EQUATORSPACE.COM

37

SIGNIFIKANSI

KEBERADAAN SATELIT PADA POSTUR PERTAHANAN Pendahuluan ebagaimana penulis sampaikan pada artikel-artikel S sebelumnya di majalah ini, bahwa postur pertahanan negara kita jika dibandingkan dengan postur pertahanan negara-negara yang bermanuver di kawasan strategis Asia Pasifik, maka negara kita mengalami kekurangan secara anatomis. Anatomi postur pertahanan negara-negara tersebut sebagai negara modern dalam dimensi teknologi, anatominya dapat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu pertama: teknologi konvensional, kedua: teknologi keantariksaan dan siber, ketiga: teknologi nuklir.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

28


DEFENCE

Nah permasalahannya adalah teknologi pertahanan kita selama ini masih berada pada anatomi pertama saja. Untuk itu akan kita bahas signifikansi penguasaan dan pemanfaatan keberadaan satelit, yang merupakan infrastruktur utama untuk masuk ke anatomi kedua. Masuk ke anatomi kedua atau ketiga bukanlah untuk gagah-gagahan atau sekedar mengejar ketertinggalan teknologi sebagai suatu mode, namun hal ini menyangkut daya ketahanan bangsa dalam persaingan antar bangsa saat ini dan masa depan. Mengatasi Dimensi Medan dan Jarak Satelit merupakan wahana di angkasa luar yang memungkinkan sudut pandangnya meng-cover wilayah yang sangat luas dipermukaan bumi. Semakin tinggi posisi satelit maka semakin luas wilayah coverage-nya. Sebagai gambaran wilayah coverage dari satelit yang ditempatkan pada posisi geostasioner dengan ketinggian sekitar 36.000 km, dapat meng-cover wilayah sekitar sepertiga permukaan bumi. Nah tentunya satelit yang diorbitkan pada posisi atau lintasan lebih rendah daerah coverage-nya akan lebih sempit, sehingga untuk menambah wilayah coverage perlu lebih banyak satelit.

dengan cakupan yang jauh lebih luas, dibanding bila peralatan-peralatan tersebut ditempatkan pada platform di permukaan bumi. Ketinggian platform yang berada di permukaan bumi mungkin hanya beberapa puluh meter saja pada tiang kapal atau tiang di darat, beberapa ratus meter pada menara, atau dua puluhan ribu meter pada balon atau pesawat terbang, yang semuanya masih berada di bawah ketinggian satelit yang low orbit sekalipun (di atas 600 kilometer). Coverage satelit yang demikianlah yang akan mampu melayani luasan wilayah NKRI yang lebih dari 8 juta kilometer persegi, dan bahkan dapat pula mencakup wilayah-wilayah yang dalam konteks pertahanan negara adalah wilayah strategis, yaitu Asia dan Pasifik. Cakupan demikian dalam hal keperluan komunikasi, navigasi dan pengindraan yang handal dan relatif efektif, tidak mungkin dilaksanakan bila teknologi satelit tidak dikuasai dan dimanfaatkan.

Dengan wilayah coverage seperti itu maka satelit dapat dimanfaatkan sebagai platform atau rumah dari peralatan komunikasi, navigasi atau pengindraan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

40 29


DEFENCE

Lalu hubungan langsung dengan kemampuan postur pertahanan kita bagaimana? Untuk melihatnya dapat dibuat perbandingan dalam tabel berikut ini.

Biaya Investasi awal pasti akan cukup tinggi, hal yang lumrah dalam memulai infrastruktur baru, serta perhitungan cost-benefit analysis harus dalam jangka

Dari tabel di atas terlihat bahwa keberadaan teknologi satelit sebagai infrastruktur utama dalam keantariksaan adalah sangat signifikan, terutama untuk meningkatkan performance postur pertahanan negara, baik dalam jangkauan dan akurasi untuk komunikasi, navigasi maupun pengindraan. Selain itu berbagai penjalaran teknologi dalam bentuk turunan aplikasi-aplikasi dalam taktik tempur dan kesenjataan juga akan terbuka lebih lebar.

panjang. Namun untuk urusan ketahanan bangsa pada dasarnya dapat dilaksanakan at all costs. Investasi yang diperlukan akan terdiri dari SDM, lahan, gedung, ground segment, space segment, lembaga pendidikan khusus, lembaga pengelola, dan lain-lain.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Harga satelit akan bervariasi tergantung pada kapasitas, misi, teknologi yang digunakan, keberadaan infrastruktur pendukung dan lain-lain.

4130


DEFENCE

Dengan perbedaan faktor-faktor tersebut maka harga satelit akan dapat dimulai dari ratusan ribu dolar US hingga miliaran dollar US. Untuk mengawali setup infrastrukutur satelit dapat dipastikan perlu biaya beberapa triliun rupiah, mungkin belasan triliun untuk selama lima tahun anggaran kedepan. Lalu bagaimana angka seperti ini bagi anggaran pertahanan kita? Anggaran pertahanan saat ini adalah sekitar seratusan triliun rupiah per tahun. Namun bila dilihat komitmen pemerintah saat ini pada RPJMN 2015-2019, maka tertulis bahwa anggaran pertahanan diarahkan untuk sampai pada 1,5% dari PDB di tahun 2019. Nominal seratusan triliun tersebut sebenarnya baru sekitar 0,8% dari PDB, maka pada dasarnya telah ada komitmen pemerintah untuk dapat meningkatkan anggaran pertahanan misalnya sampai 130 triliuan rupiah. Bila kenaikan anggaran pertahahan ini dilaksanakan maka dari sisi biaya tidak ada kesulitan untuk membangun infrastruktur persatelitan untuk pertahanan negara. Perlu diingat bahwa infrastruktur yang dibangun nantinya akan juga dapat melayani berbagai kebutuhan publik non pertahanan negara.

Misalnya untuk perhubungan darat, laut, udara, pencitraan bumi, pelayanan kependudukan, pendidikan dan lainlain. Oleh karena itu bisa saja anggarannya bukan hanya menjadi beban anggaran pertahanan, namun menjadi anggaran lintas kementerian atau lembaga terkait. Amanat Sebagaimana yang pernah penulis sampaikan pada edisi ES sebelumnya, bahwa amanat untuk menguasai dan memanfaatkan teknologi satelit sebagai bagian dari teknologi keantariksaan, paling tidak sudah dimulai sejak tahun 1963 dan tercantum dalam Keppres tentang pendirian LAPAN. Pada Keppres tersebut antar lain dicantumkan dalam konsiderannya penguasaan teknologi keantariksaan termasuk satelit adalah untuk survival bangsa, jadi sangat strategis posisinya. Di tengah hasil yang masih jauh dari harapan, pada tahun 2013 amanat tersebut kembali ditegaskan melalui Undang-undang tentang Keantariksaan yang mewajibkan LAPAN untuk menguasi teknologi keantariksaan, yang meliputi penguasaan dan pengembangan teknologi roket, satelit, aeronautika, penjalaran teknologi dan lain-lainnya (pasal 24). Namun demikian dan menurut hemat penulis, LAPAN tidak mungkin mendefinisikan sendiri kebutuhan nasional secara detil dari teknologi keantariksaan. LAPAN harus pula mendapat input visioner dari berbagai lembaga lainnya untuk mendapatkan fakta yang lebih spesifik dari kebutuhan teknologi keantariksaan.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

31 42


DEFENCE

Nah salah satunya yang mendesak adalah kebutuhan dari sisi pertahanan negara, sebagaimana diungkap di atas. Kebutuhan pertahanan tersebut sebenarnya juga terbingkai dalam kebutuhan mewujudkan konsep hebat Poros Maritim Dunia. Dalam konsep tersebut ada esensi untuk membangun konektifitas dan pertahanan negara, selain kebutuhan untuk merespon perkembangan lingkungan strategis sebagaimana pada pendahuluan di atas.

Rekomendasi Sejalan dengan:  Amanat undang-undang keantariksaan,  Kebutuhan merespon perkembangan lingkungan strategis dalam rangka pertahanan negara,  Konsep Poros Maritim Dunia, dan  Komitmen pemerintah dalam RPJMN terkait pendanaan untuk pertahanan yang diarahkan sampai 1,5% dari PDB, maka penulis sangat merekomendasikan kepada pemerintah untuk segera mengambil langkah konkrit dalam penguasaan teknologi dan pemanfaatan infrastruktur keantariksaan, dengan elemen utama berupa satelit, baik untuk keperluan navigasi, komunikasi, pengindraan serta berbagai penjalaran teknologi, khususnya untuk segera memenuhi kebutuhan pertahanan negara. § Cibubur, Maret 2017

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

4332


Perkembangan dan

Penguasaan Teknologi Satelit Menuntut Rancang-Bangun Aplikasi dalam

berbagai sektor untuk mendukung percepatan

Pembangunan Nasional

Equator SPACE.com equatorspace.com | applications VSAT Networks, satellite backhaul links, IP Over satellites,broadcasting (DTH), distance learning, multiple access, image processing

EQUATORSPACE.COM


APPLICATIONS

AGUSTAN BPPT

Tujuan

utama

dari

metode

sensor pada satelit adalah keteraturan

penginderaan jauh (inderaja) adalah

waktu pengamatan karena satelit yang

mengenali dan membedakan obyek

beredar sudah tertentu pada orbitnya.

dari jarak jauh menggunakan sensor yang

menghasilkan

gambar

atau

citra.

data Sensor

berupa yang

Salah satu teknik Inderaja adalah menggunakan sensor radar yang bekerja

diletakkan pada wahana, menentukan

berdasar prinsip gelombang

luas cakupan wilayah dan resolusi

elektromagnetik. Keunggulan utama dari

spasialnya. Semakin tinggi wahana,

teknik ini adalah kemampuan untuk

artinya jarak sensor ke obyek makin

menembus awan dan tidak membutuhkan

jauh,

sinar matahari, sehingga mampu

maka

semakin

wilayah

luas.

Saat

yang

diamati

ini,

sensor

mendapatkan gambar permukaan bumi

penginderaan jauh dapat diletakkan

dalam segala kondisi. Inderaja dengan

pada wahana drone, balon udara,

radar sangat cocok untuk Indonesia yang

pesawat udara, space station atau

terletak pada kawasan tropis di mana

satelit. Keunggulan lain meletakkan

kondisi awan yang hampir selalu ada.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

34


APPLICATIONS Memanfaatkan keunggulan berupa

berbeda. Program ini menganut prinsip “One

kemampuan memantau wilayah yang luas

Satellite One Mission”. Program ini merupakan

dalam waktu yang singkat, dalam kondisi

“the most ambitious Earth observation

apapun dan keteraturan selang waktu

programme to date. It will provide accurate,

pengamatan, sehingga mempunyai arsip

timely and easily accessible information to

pengamatan yang teratur, maka citra satelit

improve the management of the environment,

radar sangat berguna untuk memantau

understand and mitigate the effects of climate

dinamika permukaan bumi.

change and ensure civil security”. Sistem satelit Sentinel terdiri dari radar

Salah satu sumber citra radar yang dapat

(Sentinel-1), optik (Sentinel-2), dan beberapa

digunakan adalah citra dari satelit Sentinel,

sensor lain yang dibawa oleh wahana sampai

yang dikembangkan oleh European Space

seri Satelit Sentinel-6. Data yang direkam oleh

Agency (ESA) melalui program Copernicus,

sistem satelit Sentinel ini terbuka secara umum

yang akan meluncurkan sekitar 30 satelit,

untuk digunakan.

yang membawa sensor dan tujuan yang

Ilustrasi Satelit Sentinel-1 yang berbobot 2300kg. Sumber: Website ESA http://www.esa.int/var

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

35


APPLICATIONS Kebijakan ESA yang membuat data pengamatan dari satelit seri Sentinel, membuat pemanfaatan yang sangat luas untuk berbagai sektor. Misalnya untuk Satelit Sentinel-1 yang diluncurkan pada 3 April 2014 membawa misi radar dengan C-band (panjang gelombang sekitar 5.6 cm), datanya dapat digunakan untuk berbagai aplikasi pemantauan permukaan bumi. Secara umum, mode akuisisi yang dilakukan

oleh Sentinel-1 ada 4 jenis yaitu stripmap mode (SM), interferometric wide swath mode (IW), extra wide swath mode (EW) dan wave mode (WV). Sedang produk atau jenis data yang disediakan adalah tipe slant range single-look complex products (SLC) dan ground range multi-look detected products (GRD) dalam 3 tingkatan resolusi: full resolution (FR), high resolution (HR) dan medium resolution (MR).

Rangkuman jenis akuisisi, produk dan resolusi pengamatan Satelit Sentinel-1 (Sumber: Sentinel-1 Product Definition, ESA, 2015)

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

36


APPLICATIONS

Secara umum, mode akuisisi yang dilakukan oleh Sentinel-1 ada 4 jenis yaitu stripmap mode (SM), interferometric wide swath mode (IW), extra wide swath mode (EW) dan wave mode (WV). Sedang produk atau jenis data yang disediakan adalah tipe slant range single-look complex products (SLC) dan ground range multi-look detected products (GRD) dalam 3 tingkatan resolusi: full resolution (FR), high resolution (HR) dan medium resolution (MR).

Salah satu sektor yang dapat dipantau adalah sektor kehutanan. Aktivitas di wilayah Hutan Tanaman Industri atau aktivitas di kawasan lindung dapat dengan mudah terpantau secara regular walaupun tidak ada akses ke lokasi tersebut. Pada Februari 2017 yang lalu, beberapa media cetak nasional menyampaikan berita tentang aktivitas yang merusak di beberapa wilayah taman nasional yang terletak di perbatasan Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Rangkuman aplikasi produk Sentinel-1 untuk berbagai sector (Sumber: Sentinel-1 Product Definition, ESA, 2015)

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

37


APPLICATIONS

Untuk melihat dinamika perubahan tutupan lahan pada wilayah tersebut, beberapa data satelit radar yang tersedia diunduh dari situs Sentinel-1 dan diolah. Wilayah tersebut diamati pada tanggal 3 Januari 2015, 10 Januari 2016, 17 November 2016, 11 Desember 2016 dan 28 Januari 2017. Data yang tersedia dan diunduh adalah data yang diakuisisi dengan mode interferometric wide swath (IW) dalam format ground range multi-look (GRD) dengan polarisasi ganda (Vertikal-Vertikal (VV) + Vertikal-Horisontal (VH)).

Untuk melihat dinamika perubahan pada permukaan, komposisi warna pada tiap epok pengamatan dapat dilakukan. Data pada waktu pengamatan pertama ditampilkan pada kanal warna Merah dan Hijau; dan data waktu pengamatan kedua ditampilkan pada kanal warna Biru. Sehingga didapatkan seri gambar dinamika perubahan kondisi permukaan yang dirangkum pada tabel berikut.

Gambar kiri atas mengilustrasikan lokasi pengamatan di perbatasan Riau – Sumatera Barat dan Jambi. Gambar kiri bawah mengilustrasikan cakupan wilayah pengamatan Sentinel-1, dan kotak diarsir merupakan daerah yang menjadi perhatian pada gambar sebelah kanan. Perubahan permukaan selang waktu 372 hari pada pengamatan 10 Januari 2016 sebagai data pengamatan kedua dibandingkan 3 Januari 2015 sebagai data pengamatan pertama. Terlihat beberapa wilayah didominasi warna putih, biru, kuning dan gelap. Dari interpretasi komposisi warna primer di mana data pertama ditampilkan pada warna merah dan hijau serta data kedua ditampilkan pada warna biru, maka dapat dikatakan bahwa wilayah yang warna biru adalah kondisi wilayah yang terekam pada data kedua, tetapi tidak ada pada data pertama. Sedang untuk yang warna kuning mencerminkan kondisi wilayah terekam pada data pertama tapi tidak ada pada data kedua. Jika warna lebih gelap, dapat diasumsikan bahwa daerah tersebut lebih datar (mungkin mengalami penebangan).

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

38


APPLICATIONS

Perubahan permukaan selang waktu 312 hari pada pengamatan 17 November 2016 sebagai data pengamatan kedua dibandingkan 10 Januari 2016 sebagai data pengamatan pertama. Terlihat beberapa wilayah didominasi warna putih, biru, kuning dan gelap. Dari interpretasi komposisi warna primer di mana data pertama ditampilkan pada warna merah dan hijau serta data kedua ditampilkan pada warna biru, maka dapat dikatakan bahwa wilayah yang warna biru adalah kondisi wilayah yang terekam pada data kedua, tetapi tidak ada pada data pertama. Sedang untuk yang warna kuning mencerminkan kondisi wilayah terekam pada data pertama tapi tidak ada pada data kedua.

Perubahan permukaan selang waktu 24 hari pada pengamatan 11 Desember 2016 sebagai data pengamatan kedua dibandingkan 17 November 2016 sebagai data pengamatan pertama. Terlihat beberapa wilayah didominasi warna kuning dan sedikit yang biru. Dari interpretasi komposisi warna primer di mana data pertama ditampilkan pada warna merah dan hijau serta data kedua ditampilkan pada warna biru, maka dapat dikatakan bahwa wilayah yang warna biru adalah kondisi wilayah yang terekam pada data kedua, tetapi tidak ada pada data pertama. Sedang untuk yang warna kuning mencerminkan kondisi wilayah terekam pada data pertama tapi tidak ada pada data kedua.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

39


APPLICATIONS

Perubahan permukaan pada pengamatan 28 Januari 2017 dibandingkan 11 Desember 2016 (selang waktu 48 hari). Perubahan permukaan selang waktu 48 hari pada pengamatan 28 Januari 2017 sebagai data pengamatan kedua dibandingkan 11 Desember 2016 sebagai data pengamatan pertama. Terlihat beberapa wilayah didominasi warna jambon dan sedikit warna hijau muda. Dari interpretasi komposisi warna primer di mana data pertama ditampilkan pada warna merah dan hijau serta data kedua ditampilkan pada warna biru, maka dapat dikatakan bahwa wilayah yang warna jambon dan hijau muda adalah kondisi wilayah yang diindikasikan mengalami perubahan tetapi dengan intensitas berbeda.

Perubahan permukaan selang waktu 3 Januari 2016 – 10 Januari 2016 – 17 November 2016. Terlihat ada beberapa lokasi yang mengalami perubahan yang jelas pada lokasi yang berwarna irisan dari ketiga warna primer (Merah, Hijau dan Biru). Juga terlihat pada selang waktu 17 November 2016 – 11 Desember 2016 – 28 Januari 2017, terlihat perubahan permukaan tidak sebesar pada periode sebelumnya. Artinya dinamika perubahan permukaan terjadi secara aktif pada periode Januari 2015 – November 2016 (selang 684 hari).

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

40


APPLICATIONS

Ilustrasi perubahan lahan dari citra radar Januari 2015 – November 2016 digabungkan dengan data penggunaan lahan dari KLHK

Situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan alamat http://webgis.dephut.go.id:8080/kemenhut /index.php/id/ menyediakan informasi tutupan lahan yang dapat terdiri dari beberapa jenis: hutan tanaman industri, perkebunan, hutan primer dan hutan sekunder, dan lain sebagainya.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Dengan menggabungkan informasi penggunaan lahan dengan identifikasi perubahan dari citra radar, dapat disimpulkan beberapa lokasi perubahan tutupan lahan terjadi pada bukan wilayah konsesi, sehingga ada dua kemungkinan: aktivitas ilegal atau data penggunaan lahan yang belum dimutakhirkan. §

41


Antariksa adalah wilayah kepentingan yang hanya bisa dikuasai dengan mengoperasikan sebanyak mungkin satelit dan wahana antariksa lain yang berbendera Indonesia

Eddy Setiawan Specialist

EQUATORSPACE.COM equatorspace.com | space policy & regulation geostationary orbits, spectrum planning, WRC, UB-COPUOS, ITU, ORM

Equator SPACE.com


SPACEPOLICY&REGULATION

POSISI INDONESIA DALAM PEREBUTAN KAVELING ANTARIKSA

BAMBANG TEJASUKMANA

Setiap

negara tumbuh dan berkembang dengan dinamika perkembangan yang berbeda. Perkembangan setiap negara dipengaruhi oleh perjalanan sejarah masa lalu dan respons bangsanya terhadap dinamika perkembangan lingkungan strategisnya masing-masing. Keantariksaan sebuah negara berkembang dalam pengaruh dinamika perkembangan negara tersebut sehinga pola dan karakteristik keantariksaan setiap negara memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

52


SPACEPOLICY&REGULATION

Penulis mencoba memperlihatkan bahwa keantariksaan Indonesia berkembang dengan pola dan karakteristik tersendiri, mengikuti dinamika perkembangan bangsa yang berproses sejak masa awal kemerdekaan sampai dengan masa reformasi saat ini. Perkembangan keantariksaan nasional berpengaruh signifikan terhadap posisi Indonesia dalam perebutan kaveling Antariksa.

ketiga negara Asia di atas. Perlu dicatat pula bahwa diantara sesama negara-negara ASEAN, saat ini Indonesia, Singapura, Vietnam, Thailand dan Malaysia telah melaksanakan program pengembangan keantariksaan dengan nilai investasi cukup besar. Kemajuan keantariksaan lima negara ASEAN tersebut meningkatkan kemampuannya untuk mengoperasikan satelit dan berburu kaveling di antariksa.

Keantariksaan dunia diinisiasi oleh kegiatan keantariksaan Uni Sovyet dan Amerika Serikat. Perkembangan keantariksaan kedua negara didorong oleh perang dingin yang terjadi diantara mereka, yang mereka mulai setelah mereka berdua menjadi pemenang dalam perang dunia II. Kedua negara bersaing untuk unggul secara ideologi, militer dan ekonomi. Dalam mengejar keunggulan itu mereka berdua berhasil mengembangkan roket balistik antar benua ICBM. Uni Sovyet berhasil lebih dulu mengembangkan ICBM menjadi roket pengorbit satelit dan menggunakannya untuk meluncurkan satelit buatan pertama di dunia yaitu Sputnik-1. Setelah keberhasilan Uni Sovyet tersebut, Amerika Serikat menyusul dengan keberhasilannya dalam peluncuran satelit mereka pertama yang mereka namakan Explorer-1. Persaingan kedua negara itu mendorong perkembangan pengoperasian satelit matamata, cuaca, kelautan, komunikasi dan navigasi sejak tahun 60-an sampai dengan saat ini.

Kegiatan keantariksaan dunia pada dasarnya berfokus pada pengoperasian satelit atau wahana antariksa lain di ruang orbit bumi. Kita kadang lebih terpesona dengan kegiatan keantariksaan dalam eksplorasi benda antariksa seperti bulan atau planet Mars, kenyataannya kegiatan eksplorasi benda antariksa itu hanyalah bagian kecil dari keantariksaan dunia. Bagian utama keantariksaan dunia tetap terfokus pada pengoperasian satelit dan wahana lain di ruang orbit bumi, karena kegiatan di ruang orbitlah yang berkait langsung dengan kepentingan negara, khususnya untuk pertahanan dan keamanan, pengelolaan sumber alam, kegiatan bisnis dan mitigasi bencana.

Dengan didorong suksesnya pendayagunaan antariksa di Uni Sovyet dan Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan tiga negara Asia yaitu Tiongkok, Jepang dan India berhasil menjadi negara maju di bidang keantariksaan. Mereka mampu menguasai teknologi untuk membangun wahana pengorbit, satelit dan wahana antariksa lain serta melaksanakan operasi pemanfaatannya. Saat ini Korea Selatan mulai menunjukkan pula kemampuan mendekati tingkat kemajuan keantariksaan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Pengoperasian satelit membutuhkan dua unsur dasar yaitu slot orbit dan alokasi frekwensi. Masyarakat (termasuk penulis) serta media nasional pada umumnya menganggap bahwa persaingan untuk mendapatkan slot orbit hanya terjadi di orbit geostasioner yang berada di sekitar ketinggian 36.000 km, padahal perebutan slot orbit terjadi di keseluruhan ruang orbit. Kita juga terpaku pada informasi seolah objek yang diperebutkan hanya slot orbitnya saja, padahal aspek yang lebih penting lagi dalam perebutan tersebut adalah hak penggunaan spektrum frekwensi. Konflik penggunaan frekwensi antar satelit bisa terjadi di seluruh ruang orbit. Konflik bisa terjadi juga dengan perangkat komunikasi yang dioperasikan di ruang udara, darat dan laut. Karena potensi konflik tersebut, persaingan untuk mendapatkan hak untuk mengoperasikan satelit di antariksa jauh lebih rumit dari perkiraan masyarakat umum.

44


SPACEPOLICY&REGULATION Dalam pembahasan penggunaan slot orbit dan spektrum frekwensi yang disebut filling satelit, perlu digaris bawahi prinsip “first in, first serve�. Prinsip itu menjadi dasar pertimbangan International Telecommunication Union (ITU) dalam pemberian hak atas slot orbit dan spektrum frekwensi. Pada pengaturan itu, negara yang mendaftar duluan akan dilayani lebih dulu, dan hak atas slot orbit dan spektrum frekwensi yang telah tercatat atas nama sebuah negara akan terus berlaku sepanjang slot orbit dan spektrum frekwensi itu terus digunakan sesuai dengan aturan ITU. Dengan pengaturan seperti itu, negara yang terlambat mendaftarkan filling satelit untuk satelit yang akan dioperasikan negaranya, akan sulit untuk mendapatkan hak atas slot orbit atau spektrum frekwensi baru. Perebutan kaveling antariksa sangat bergantung pada berapa besar sebuah negara menginvestasikan sumber dayanya dalam perebutan kaveling antariksa. Perlu dicatat bahwa dalam perebutan tersebut, tingkat penguasaan teknologi keantariksaan penting namun tidak menjadi unsur utama. Pada bagian berikut, penulis akan menyampaikan usaha Indonesia dalam perebutan kaveling antariksa. Deklarasi Bogota Usaha Indonesia dalam merebut kaveling di antariksa dimulai dengan perjuangan bersama dengan negara di ekuator untuk mendapatkan kaveling di ruang orbit geostasioner melalui deklarasi Bogota. Deklarasi Bogota ditandatangani oleh delegasi dari delapan negara yaitu Brasil, Colombia, Kongo, Ecuador, Indonesia, Kenya, Uganda dan Zaire. Meskipun deklarasi ini tidak mendapat dukungan dari anggota lain PBB, deklarasi Bogota mampu menekan ITU sehingga pada tahun 1986 pada World Administrative Radio Conference (WARC), seluruh anggota ITU menyetujui untuk memberikan hak yang sama dalam penggunaan slot orbit dan frekwensi. Forum WARC yang sekarang namanya diganti menjadi World Radio Conference (WRC)

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

adalah forum pertemuan puncak pengaturan frekwensi dunia. Setiap negara anggota ITU hadir di forum ini untuk finalisasi perjuangan mereka dalam mendapatkan hak penggunaan frekwensi baik di darat, laut, udara maupun antariksa. Deklarasi Bogota tetap tercatat sebagai usaha dari negara ekuator untuk mendapatkan kedaulatan atas wilayah orbit geostasioner di atas negaranya. Perjuangan ini menghasilkan pula hak tetap Indonesia atas orbit dan alokasi frekwensi yang dikenal sebagai Planned Band untuk orbit geostasioner. Pengoperasian Satelit Komunikasi Dalam perebutan kaveling antariksa, kita sudah berinvestasi dengan mengoperasikan satelit komunikasi ketika negara-negara lain belum menyadari bahwa bisnis komunikasi satelit akan menjadi bisnis utama dalam perkembangan peradaban dunia. Dalam perkembangan bisnis satelit komunikasi, Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang mengoperasikan satelit komunikasi. Indonesia telah berhasil mengoperasikan satelit komunikasi untuk stasiun tetap, stasiun bergerak dan penyiaran. Sampai saat ini Indonesia telah meluncurkan 17 satelit komunikasi termasuk satelit BRIsat dan Telkom 3S. Setelah itu menyusul kemudian akan diluncurkan satelit PSN VI, Telkom 4 dan satelit-satelit lain. Pengoperasian dua satelit baru BRIsat, Telkom 3S, PSN VI dan Telkom 4 akan meningkatkan ketersediaan transponder satelit komunikasi nasional. Kita ditantang untuk bisa mendayagunakan kelebihan transponder tersebut untuk merebut kembali keunggulan dalam bisnis satelit komunikasi di tingkat regional. Dalam pengoperasian satelit komunikasi dan penyiaran, Indonesia saat ini memiliki filling satelit untuk slot orbit 108o BT, 113o BT, 118o BT, 150,5o BT, 107,7o atau 108,2o BT, 146o BT serta 123o BT yang sedang diusahakan untuk tetap dimiliki Indonesia. Disamping slot orbit yang telah tercatat di atas, kita masih memiliki hak untuk slot tetap yang dinamakan planned band yang telah diberikan oleh ITU kepada Indonesia.

45


SPACEPOLICY&REGULATION Penulis mendapat berita baru ketika tulisan ini sedang disusun yaitu penandatanganan kerjasama antara perusahaan telekomunikasi baru Universal Satelit Indonesia (UNISAT) dengan Intersputnik Rusia untuk kerjasama operasi satelit komunikasi di posisi 103o BT milik Rusia. Pengoperasian Satelit Pengamatan Bumi Dalam pemanfaatan satelit pengamatan bumi, sejak operasi satelit cuaca TIROS tahun 1964 sampai saat ini, Indonesia telah secara kontinu mengembangkan kemampuan stasiun bumi untuk menerima, mengolah dan memanfaatkan satelit lingkungan dan cuaca serta satelit sumber alam. Saat ini sistem stasiun bumi satelit penginderaan jauh LAPAN sebagai Bank Data Inderaja Nasional melakukan penerimaan dan pengadaan data satelit pengamat bumi antara lain GMS, NOAA, Terra/Aqua MODIS, NPP, Landsat, SPOT dan berbagai data satelit resolusi tinggi untuk seluruh wilayah Indonesia. Saat ini berlaku kebijakan satu pintu dalam penerimaan, pengolahan dan distribusi data satelit pengamatan bumi. LAPAN diberi tugas untuk mengoperasikan stasiun bumi, mengolah dan mendistribusikan seluruh data satelit pengamatan bumi yang diperlukan untuk pengelolaan sumber alam, mitigasi bencana, perencanaan dan pengembangan wilayah serta pemanfaatan informasi satelit pengamatan bumi lainnya. Pengembangan kemampuan untuk membuat satelit pengamatan bumi secara mandiri telah menjadi visi utama sejak LAPAN didirikan. Berikut ini tiga proyek pengembangan satelit yang diusulkan sebelum proyek LAPAN-TUBSAT dilaksanakan: a. Proyek Sistem Informasi Real-time berdasarkan Pesawat Udara dan Satelit (SIRPUS). Proyek ini diusulkan oleh Kepala LAPAN, Marsekal Muda J. Salatun kepada Presiden Suharto tahun 1975. Usulan ini dilengkapi dengan studi kelayakan yang disusun oleh Fairchild Amerika Serikat.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

b. Proyek Tropical Earth Resources Satellite (TERS). Proyek ini dikembangkan oleh LAPAN dengan lembaga antariksa Belanda Nederlands Instituut Voor Vliegtuigontwikkeling en Ruimtevaart (NIVR) tahun 1979 sampai dengan 1985. TERS adalah satelit ekuatorial yang akan dioperasikan pada sudut inklinasi 0 derajat dan ketinggian 1680 km. Satelit akan mampu meliput wilayah antara 10 derajat lintang utara dan 10 derajat lintang selatan, dengan lebar cakupan 60 kilometer. Satelit akan dilengkapi dengan sensor awan sehingga mampu meliput hanya daerah yang tidak berawan. c. Kegiatan pengembangan Indonesia Satelit (INASAT). Kegiatan dilaksanakan di Pusat Elektronika Dirgantara LAPAN tahun 2006. Proyek SIPRUS dan TERS batal dilaksanakan karena pemerintah tidak dapat mendukung kebutuhan pembiayaannya yang sangat besar, sementara pengembangan INASAT hanyalah kegiatan sederhana yang didukung oleh dana riset yang sangat terbatas. Peluang untuk pengembangan teknologi pembuatan satelit mulai terbuka ketika Kepala LAPAN tahun 2000-2006 Dr. Mahdi Kartasasmita Phd. berkunjung ke Deutche Luft und Raumfahrt (DLR) Jerman tahun 2003. Pada pertemuan tersebut DLR memberikan saran dan fasilitas kepada LAPAN untuk bertemu dengan Prof. Udo Rehner dari Technishe Universitaet (TU) Berlin. Dalam pembicaraan dengan Prof. Rehner dikembangkan kemungkinan untuk kerjasama pembuatan satelit LAPAN-Tubsat di TU Berlin yang pekerjaannya dilaksanakan oleh insinyur Indonesia, khususnya para peneliti dan perekayasa LAPAN dengan bimbingan dari Prof. Rehner. LAPAN melaksanakan tindak lanjut kerjasama tersebut dan menyiapkan program yang memungkinkan sebanyak mungkin peneliti dan perekayasa LAPAN serta peneliti dan perekayasa dari instansi lain dapat ikut serta dalam pengembangan tersebut. Selanjutnya LAPAN mengajukan permintaan kepada Indian Space Research Organization (ISRO) India untuk mendapatkan fasilitas peluncuran LAPANTUBSAT dengan Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV). Dengan dasar kerjasama LAPAN-ISRO,

46


SPACEPOLICY&REGULATION LAPAN memperoleh persetujuan ISRO untuk meluncurkan LAPAN-TUBSAT dengan harga khusus. LAPAN-TUBSAT selesai dibuat pada tahun 2005 dan sukses diluncurkan pada bulan Januari 2007.

Satelit LAPAN-A3 (www.lapan.go.id)

LAPAN bekerjasama dengan kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) untuk mendapatkan filling satelit LAPANTUBSAT. Pada masa itulah LAPAN mulai mendapatkan pengalaman bagaimana rumitnya untuk mendapatkan slot orbit dan alokasi frekwensi sebuah satelit. Usaha koordinasi dengan operator satelit dan pengguna frekwensi lain sangat dibantu oleh Kemenkominfo. Usaha tersebut berhasil dengan diperolehnya filling satelit untuk LAPAN-TUBSAT. Usaha yang sama dilakukan juga dalam perolehan filling satelit untuk LAPAN-A2 dan LAPAN-A3. Keberhasilan peluncuran dan pengoperasian satelit mikro LAPANTUBSAT diteruskan dengan pengembangan fasilitas pabrikasi satelit mikro di Pusat Teknologi Satelit LAPAN di Bogor. Fasilitas tersebut dipergunakan untuk membangun satelit mikro LAPAN-A2 dan LAPAN-A3. Program LAPAN-A2 dan A3 dikembangkan ketika Kepala LAPAN berikutnya Dr. Adi Sadewo Salatun (2007-2011) melihat kemungkinan peluncuran bersama (Piggyback) satelit LAPAN-A2 dan A3 pada program peluncuran satelit ekuatorial ISRO yaitu Megha Tropique (inklinasi 20o) dan Astrosat (inklinasi 6o). LAPAN-A2 membawa muatan dua kamera video, sensor (Automatic Identification System) dan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

sensor radio amatir APRS sedangkan muatan utama LAPAN-A3 adalah sebuah imager dengan tambahan sebuah kamera video CCD, kamera antariksa (space camera) dan sensor magnetometer. Pada masa tugas penulis sebagai kepala LAPAN (2011-2014) dilakukan modifikasi misi kedua satelit dengan memisahkan kedua satelit pada orbit yang berbeda. LAPAN-A2 diluncurkan pada orbit ekuatorial bersama dengan satelit Astrosat, sedangkan LAPAN-A3 karena muatan utamanya sebuah imager diluncurkan pada orbit polar yang sinkron dengan matahari. Modifikasi misi tersebut memerlukan usaha penyesuaian dengan ISRO dan perjuangan untuk mendapatkan filling satelit yang berbeda. Kedua usaha tersebut berhasil dilaksanakan dan kedua satelit berhasil diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur satelit PSLV India. LAPAN-A2 berhasil diluncurkan pada tanggal 28 September 2015, sedangkan LAPANA3 berhasil diluncurkan pada tanggal 22 Juni 2016. Kedua satelit telah berhasil dioperasikan dengan baik. Keberhasilan tersebut memberi bukti bahwa kita mampu membuat satelit sendiri. Kita mampu membuat satelit penginderaan jauh ekuator pertama yang mampu menghasilkan video hasil liputan wilayah sekitar ekuator. Keberhasilan tersebut seharusnya bisa menjadi pengungkit (leverage) untuk penguasaan teknologi satelit pengamatan bumi ekuatorial berikutnya. Keberhasilan pengoperasian LAPAN-A2 dan LAPAN-A3 ditunjang dengan keberhasilan untuk mendapatkan filling satelit untuk keduanya. Walaupun LAPAN-TUBSAT, LAPANA2 dan LAPAN-A3 masih berada pada kelas satelit mikro, keberhasilan dalam pembuatan dan pengoperasian ketiga satelit patut dicatat dalam usaha Indonesia dalam perebutan kaveling antariksa. Penutup Berdasarkan ringkasan informasi di atas, penulis melihat bahwa dalam lingkungan regional yang damai dan lingkungan negara tetangga yang bersahabat baik, usaha Indonesia dalam perebutan kaveling antariksa lebih didasarkan pada kebutuhan pemanfaatan.

47


SPACEPOLICY&REGULATION

Pengoperasian satelit komunikasi berkembang sebagaimana dijelaskan, karena perannya yang sangat besar dalam menghubungkan komunikasi antar wilayah di negara kepulauan yang sangat luas. Investasi negara sangat besar, mulai dari pengembangan satelit seri Palapa, pengembangan BRIsat dan tentunya pengembangan satelit seri Telkom yang dikembangkan PT. Telkom. Pengembangan operasi satelit pengamatan bumi baru kita mulai dengan pengoperasian satelit mikro. Pengoperasian satelit yang lebih andal perlu kita bangun bersamaan dengan tumbuhnya kesadaran pentingnya pengawasan wilayah untuk kegiatan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

pertahanan dan keamanan, mitigasi bencana, pengelolaan sumber alam dan kegiatan bisnis. Penulis terus berusaha untuk mendorong agar kita mengamankan kaveling antariksa ekuator (Equatorspace) untuk kebutuhan pengoperasian satelit radar ekuatorial. Seri tulisan tentang pengawasan wilayah dari antariksa yang penulis sampaikan pada bagian lain dari majalah ini, merupakan bagian dari pemikiran bahwa kaveling di antariksa ekuator sangat strategis untuk pengawasan dan pengamanan wilayah negera kita. Komunitas keantariksaan nasional perlu berjuang bersama agar negara kita segera melakukan investasi untuk menguasai kaveling strategis tersebut. ยง

48


Prof. Dr.-Ing. Fahmi Amhar

“Pergi ke Iran mau ngapain? Mau jadi syi’ah?”, tanya seseorang. Pertanyaan tak serius ini tentu saja saya jawab dengan canda, “Lho, saya kan sudah Ayatullah!”. Ada juga canda yang lain, “Kalau belum menikah memang seharusnya ke Iran dulu, biar tidak menyesal …”. Konon sejak revolusi Islam, wanita Iran tidak boleh ikut seleksi wanita cantik sejagad seperti Miss Universe. Hal ini karena di Iran tidak ditemukan satupun wanita cantik. Adanya wanita amat cantik dan wanita cantik sekali …

International Conference on Sensors & Models of Photogrammetry & Remote Sensing di College of Engineering University of Teheran. Keputusan jadi berangkat diambil dua hari sebelumnya, setelah dipastikan kita bebas visa untuk seminggu. Meski jarang turis “nyasar” ke Iran karena berbagai travel warning dan citra Iran yang dibuat buruk media Barat, namun menurut saya ada dua hal yang perlu dipelajari dari negeri para Mullah ini. Pertama, tentang dunia sains di Iran yang tetap maju ditengah-tengah kesulitan akibat embargo yang dijatuhkan dunia. Kedua, realitas kehidupan sehari-hari di sebuah Republik Islam.

Saya ke Iran diundang presentasi oleh

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

49


karena bila diteruskan, Microsoft akan kena UU Embargo dari Amerika sendiri. Dalam UU itu, semua perusahaan Amerika yang berhubungan dengan Iran akan dihukum. Kini Iran bekerja sama dengan China untuk alat yang serupa.

Penulis di depan campus College of Engineering Univ. Teheran. Iran beruntung memiliki warisan kejayaan Islam masa lalu, bahkan juga dari masa pra Islam. Salman al Farisi, salah seorang sahabat Nabi Muhammad adalah sudah insinyur ketika masuk Islam. Nama-nama intelektual besar Islam seperti al-Khawarizmi, Ibnu Sina dan Umar Khayam, “hadir” dalam kehidupan sehari-hari. Banyak jalan atau lapangan di Iran dinamai dengan tokoh-tokoh itu. Iran bahkan memberi penghargaan tahunan “Al-Khawarizmi Award” bagi ilmuwan muslim dunia yang dianggap berprestasi dalam inovasi teknologi. Setiap tahun mereka juga mengundang seluruh negeri Islam ke suatu pameran internasional sains dan teknologi. Dalam conference ini, saya melihat bahwa kualitasnya masih di atas rata-rata conference sejenis yang diadakan di Indonesia. Tidak cuma unik bahwa sebuah konferensi ilmiah internasional diawali dengan pembacaan alQur’an, tetapi presentasi para peneliti Iran, termasuk yang masih mahasiswa benar-benar mengambil thema yang tidak mudah, meski banyak batasan yang mereka alami. Sebagai contoh, ada ilmuwan Iran yang membuat sebuah alat yang dicangkokkan pada sebuah alat yang lebih besar buatan perusahaan Austria, Vexcel, untuk dipasarkan ke seluruh dunia. Tiba-tiba Vexcel dibeli Microsoft. Maka kerjasama dengan Vexcel otomatis batal,

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Namun kesulitan itu justru membuat Iran tertantang. Kata beberapa teknisi PT Dirgantara Indonesia yang diperbantukan di industri pesawat Iran, mereka benar-benar “diperas ilmunya” selama di Iran. Ini sikap yang sangat berbeda dengan kita di Indonesia terhadap expatriat. Tak heran, nyaris tanpa pertolongan negara lain, tahun 2009, bersamaan dengan perayaan 30 tahun revolusi, mereka berhasil membuat dan meluncurkan roket yang membawa satelit komunikasi ke orbit. Sejak itu Iran sudah masuk dalam daftar “orbital-launch-capable nation” atau “space faring nation”. Iran sangat serius dalam membangun sektor antariksa. Badan Antariksa Iran (Iranian Space Agency, ISA) baru berdiri tahun 2004, meski Iran sebagai negara adalah satu dari 24 anggota pendiri United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPUOS) tahun 1958. ISA berada di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Kepala ISA menjabat Wakil Menteri. Bagaimana Iran bisa meraih posisinya dalam waktu yang amat singkat itu? Kata kuncinya adalah komitmen kemandirian dari pimpinan negara, yang tercermin pada anggaran dan penunjukan personil kunci. Anggaran ISA pada 2014/2015 (Iran memakai kalender hijriyah) adalah 1,9 trilyun Rials (US$ 71,7 juta). Lembaga lain yang terkait mendapat anggaran terpisah. Pusat Riset Antariksa Iran (Iranian Space Research Center) menerima tambahan 1,8 trilyun Rials (US$ 67,4 juta) dari anggaran tahun sebelumnya. Pada tahun 2008 pernah diumumkan total anggaran antariksa mereka mencapai US$ 3,9 Milyar.

50


Namun tidak jelas apakah ini anggaran setahun, multiyears atau apakah karena pada 2008 dan 2009 itu banyak milestone yang ingin ditorehkan. Aktivitas riset ruang angkasa berada di lab-lab ISA yang tersebar dan melibatkan banyak perguruan tinggi di kota Tehran, Mahdasht, Shahrood, dan Qom. Dengan demikian jumlah real SDM yang dikerahkan hanya bisa diperkirakan dengan beberapa asumsi. Selain itu personil ilmuwan kunci pada proyek ruang angkasa Iran tidak diekspos ke publik, nyaris dirahasiakan. Ini dilakukan setelah instalasi riset nuklir Iran mendapat serangan dari Angkatan Udara Israel. Iran kini sangat berhati-hati menjaga asset intelektualnya. Mirip Uni Soviet dulu saat awal mengembangkan teknologi nuklir dan antariksa. Roket Iran Iran telah mengembangkan peluncur satelit bernama Safir SLV dengan tinggi 22 m dan diameter 1,25 m. Menurut dokumentasi teknis yang dipresentasikan di depan pertemuan tahunan United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) roket ini adalah tipe dua tingkat dengan mesin berbahan bakar cair. Roket ini mampu membawa muatan sampai ketinggian 68 kilometer. Generasi kedua Safir SLV adalah Safir-1B yang mampu membawa muatan seberat 60 kg ke orbit ellips di ketinggian 300 - 450 Km.

Gambar roket Simorgh Pada 2008, satelit remote sensing “Environment1”, yang merupakan kerja sama Iran, China dan Thailand, diluncurkan dengan roket Long March China. Satelit kembar ini bekerja dalam konstelasi dengan 6 sateit yang lain. Iran menyangga sekitar US$ 6,5 juta dari total biaya proyek US$ 44 juta. Pada 2009, satelit telekomunikasi buatan Iran “Omid” diluncurkan dengan roket “Safir” yang juga buatan Iran.

Pada 2010, dibuat roket yang lebih kuat bernama Simorgh dengan tugas membawa satelit yang lebih berat. Tingginya 27 meter dan massa hingga 77 ton. Peluncuran Simorgh baru dilakukan 19 April 2016. Satelit Iran Kemampuan membuat satelit Iran juga sangat cepat. Pada 2005, Iran sudah membuat satelit “Sinah-1” yang dititipkan ke roket Kosmos Rusia. Proyek kerjasama Iran-Rusia ini seharga US$ 15 juta.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Di depan miniatur roket Safir dan satelit Omid, 100% buatan Iran

51


Pada 2011, roket Safir juga meluncurkan ke orbit setinggi 260 kilometer satelit imaging (remote sensing) “Rasad-1” yang memiliki resolusi spasial 150 meter. Setelah itu makin banyak satelit yang dibuat, baik untuk telekomunikasi, imaging maupun navigasi; baik yang sifatnya eksperimental maupun operasional; dengan melibatkan perguruan tinggi maupun industri. Satelit “Ya Mahdi” dibuat oleh mahasiswa Universitas Tehran. Satelit “Fajr” dibuat oleh Iran Elecronic Industries. Ada sejumlah satelit yang hingga kini belum jadi diluncurkan, seperti satelit “Nahid” (telekomunikasi), “Toloo” (imaging), “Nasir 1” (navigasi), “Sharif” (dibuat oleh Sharif University of Technology), “Zafar-1” (imaging), “Mesbah” (telekomunikasi), “Qaem” (broadcaster), “Pars Sepher” (remote sensing), “AUT-SAT” (mikrosatelit buatan Amirkabir University of Technology), “Besharat” (satelit buatan Iran dengan kerjasama beberapa negara OKI), dan beberapa satelit dengan misi yang belum dikenal (ZS4, Sina-2, SMS2, Saar). Sejumlah satelit gagal diluncurkan karena tekanan internasional, sehingga negara partner seperti Rusia atau Itali membatalkan kerjasama. Itulah sebab Iran berambisi menyempurnakan roketnya untuk meluncurkan sendiri satelitsatelitnya. Kontroversi Iran merencanakan mengirim satelit satu ton ke orbit setinggi 1000 kilometer. Iran juga merencanakan membangun satelit sampai ke orbit geostationer 36.000 kilometer. Satelitsatelit ini semula akan diluncurkan pada 2016. Banyak analis Barat yang membandingkan kecepatan program antariksa Iran dengan Soviet di era Sputnik tahun 1950-an. Program roket Iran bahkan maju lebih cepat dari Korea Utara.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Kalau Iran berhasil membuat bom nuklir, atau bekerjasama dengan negara nuklir yang mau meminjamkannya, maka dengan roketnya Iran akan dapat mengancam seluruh dunia dengan serangan nuklir. Karena itulah, Amerika dan sekutunya makin kencang membatasi gerak gerik Iran. Rupanya sejak 2015, Presiden Hassan Rouhani menuruti tekanan internasional dengan secara resmi membekukan sebagian besar program antariksa. Untuk 2017, anggaran ISA diturunkan tinggal menjadi US$ 4,6 juta, atau masih lebih kecil dari anggaran LAPAN di Indonesia. Kehidupan sehari-hari Selain realita teknologi di atas, kehidupan seharihari di Iran berjalan layaknya di tempat lain di dunia. Hanya saja, di negeri ini internet disensor. Semua link berbau pornografi otomatis dialihkan ke situs internet positif. Pasca keributan seputar pemilu 2009, situs seperti facebook, twitter, youtube dan banyak lainnya juga diblokir. Di jalan-jalan tidak ada baliho iklan dengan gambar wanita. Di televisi juga tidak ada film Hollywood ataupun konser dengan biduanita yang terbuka aurat. Di jalanan, berlaku aturan berpakaian Islam. Bahkan wanita peserta conference dari Rusia pun begitu masuk imigrasi di bandara sudah harus berpakaian tertutup, minimal bercelana panjang, blazer dan kerudung hingga leher. Di Teheran tak ada jaringan toko atau restoran cepat saji internasional. Jadi jangan mencari KFC atau McDonald. Pepsi atau CocaCola saja amat terbatas, apalagi minuman keras. Mungkin ada satu dua di pasar gelap, tapi yang jelas tidak ada di toko resmi. Demikian juga Hotel seperti Hilton. Sejak embargo ekonomi pasca revolusi Islam, Iran bisa hidup tanpa simbolsimbol modernitas seperti itu. Banyak pengusaha Barat hengkang karena khawatir perang atau pertumbuhan negatif.

52


Apalagi, sejak revolusi, terbit Undang-undang perbankan bebas riba. Walhasil, kartu kredit seperti Visa atau Mastercard juga tidak bisa dipakai. Namun pasar-pasar Iran tetap ramai. Satu jalan panjang penuh dengan penjual spareparts kendaraan. Di tempat lain penuh dengan penjual baju atau barang-barang hobby. Banyak merek yang hanya ada di Iran. Usaha Kecil dan Menengah booming. Perdagangan dengan negara yang netral terhadap politik Iran amat deras, misalnya dengan Jepang, Perancis atau China. Cash dibayar dengan devisa dari expor, terutama migas. Iran mungkin negara tanpa utang luar negeri. Jalan-jalan di Teheran juga relatif bersih, memberi tempat yang cukup untuk pejalan kaki, pokoknya lebih nyaman dari Jakarta, walaupun masih jauh dari Singapura. Tetapi air PAM dapat langsung diminum. Di dekat masjid Imam Khomeini bahkan ada zona pejalan kaki yang sangat luas dan nyaman karena dinaungi pohon-pohon rindang.

Kawasan pejalan kaki di Panzdah-e Khordad, Tehran. Namun memang bagi turis pemburu hiburan, di Iran nyaris tak ada hiburan. Ini yang juga dikeluhkan generasi muda Iran yang lahir pasca revolusi tapi pernah keluar negeri. Mereka menginginkan kebebasan. Mereka belum pernah merasakan, bagaimana Iran pernah sangat menderita di masa Syah Reza Pahlevi. Raja zalim itu ingin membuat Iran negara paling sekuler dan liberal, namun pada saat yang sama sangat koruptif dan menjalankan politik negara intel. Hingga awal 1979, jarang orang percaya bahwa Raja yang amat berkuasa itu dapat terguling oleh ulama sepuh yang telah terasing 15 tahun. ยง

Jalur busway di Tehran, cuma Rp. 800 sekali naik.

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

53


TONDA PRIYANTO

Panel para CEO (sumber www.spacenews.com)

dan pameran suatu industri Cadaonference di mana-mana, di Indonesia ada Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) dengan Asia Pacifi Satelit Conference yang dikenal sebagai APSAT, di Asia Pasifik ada Asia-Pacific Satellite Communication Council (APSCC) Conference dan di Eropa ada Summit for Satellite Financing dan lain sebagainya. Sedangkan pertemuan terbesar adalah di EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Washington DC yang sudah dilakukan ke 25 kali, dan tahun 2017 ini dilaksanakan di Walter E Washington Convention Centre dari tanggal 6 sd 9 Maret, event yang panjang yang penuh dengan conference yang mencakup semua aspek dalam industri satelit saat ini sampai dengan kedepan.

54


Mengunjungi dan mengikuti semua event adalah tidak mungkin saking besarnya, dimana yang mengukti pameran ada 331 perusahaan dan conference di 7 ruangan sekaligus. Acara ini secara rutin ada di Washington DC tempatnya pak Donald Trump. Tulisan ini memberikan laporan pandangan mata dan memberikan beberapa trend baru dalam bisnis satelit.

satu piringan antena untuk 2 atau 3 band frekuensi, akan tetapi yang paling banyak adalah antara Ka dan Ku band, dan sudah akan ada juga dengan dengan C band. Yang juga menarik adalah antena sudah tidak lagi berbentuk piringan akan tetapi dalam bentuk flat.

Biasanya dalam industri satelit, materi yang kita kenal adalah antena, penguat (amplifier), modem, kabel, peluncur, financing. Akan tetapi di pameran ini juga mencakup eksositem satelit yaitu IP Networking, encription, TV platform untuk satelit, institusi finansial – investor maupun asuransi. Di sini juga ada employment opportunity serta beberapa engineering services (penelitian) dan bahkan sudah ada yang terkait dengan Machine to Machine (M2M) yang merupakan penghubung 2 alat untuk berbagi informasi; misalnya untuk Automatic Teller Machine (ATM) dan Internet of Thing (IOT) yang merupakan trend baru untuk dapat memonitor dan mengendalikan perangkat dalam kehidupan; misalnya suhu dan lampu di rumah melalui sensor yang sinyalnya dikirimkan via satelit. Dari pameran amplifier dan antena, maka yang dipamerkan sudah tidak hanya C dan Ku band, akan tetapi juga untuk Ka dan L serta X-band, sedangkan V band belum terlihat. Antena yang dipamerkan juga sudah tidak hanya yang fixed, tapi autotracking yang akan digunakan untuk satelit Low Earth Orbit (LEO), Medium Earth Orbit (MEO). Paling banyak dipamerkan sekarang adalah antena Ku atau Ka band wahana bergerak untuk maritim, pesawat terbang dan transportasi darat. Saya tidak mengira, kalau ketiganya ini mempunyai karateristik yang berbeda sehingga produknya pun berbeda. Untuk antena, yang menarik lainnya adalah sudah mulai ada produk dengan

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Antena flat yang dapat dibawa dengan rangsel dari Carnegie Technologies

Sedangkan dari pameran amplifier yang menarik adalah semakin banyak pabrikan amplifier, Build In Up Converter (BUC) yang dirancang di USA akan tetapi pabrikan di China, bahkan ada yang casing-nya silinder dengan alasan akan lebih tahan terhadap kencangnya angin. Semakin banyak pabrikan BUC atau amplifier ini memperlihatkan bahwa perkiraan kebutuhan bisnis ini akan meningkat dengan tajam kedepan. Hal ini didorong oleh kebutuhan broadband untuk melayani pelanggan rumahan. Beberapa pembicara mengatakan terdapat 4 milyar orang

55


yang belum tersentuh layanan internet dan ini adalah pasar yang besar selama perangkat Customer Premises Equipment (CPE) nya murah. Dari pengamatan penulis, maka kebutuhan ini sepertinya di-trigger oleh suksesnya layanan broadband ke pelanggan oleh Viasat sebuah operator di USA dengan menggunakan High Throuput Satellite (HTS) sehingga kapasitas satelit dapat mencapai 1 Terabit per detik. Secara bisnis ini sudah dibuktikan di USA dengan layanan 100Mps ke perumahan oleh Viasat. Sebagai informsi Viasat ini dulunya adalah pabrikan perangkan VSAT yang kemudian untuk meningkatkan penjualan mereka merambah ke satelit, dimana satelit diposisikan sebagai infrastruktur. Dari sisi pabrikan satelit, maka yang menarik adalah filosofi “bagaimana memberikan layanan terbaik kepada pelanggan�. Untuk mendapatkan hal tersebut maka pabrikan harus dekat dengan pelanggan dan berkolaborasi

untuk mendapatkan yang terbaik melalui bisnis yang lebih efektif dan ter-optimize. Juga terdapat diskusi yang mungkin masih dini adalah operator satelit dan operator services (yang di Indonesia dikenal sebagai operator VSAT) akan menjadi satu, hanya pertanyaannya adalah satelit operator yang akan membeli service operator (VSAT operator) atau sebaliknya atau bahkan akan melibatkan pabrikan satelit. Kecenderungan ini, sudah terjadi dengan MDA (pabrikan satelit di Canada) membeli DigitalGlobe (melayani foto dunia). Viasat yang sebelumnya adalah pabrikan perangkat VSAT dan karena ingin perangkatnya laku dan tahu siapa pelanggannya maka membeli satelit untuk digunakan dengan alatnya. SES Global sudah memberikan layanan teleport, Airbus pabrikan satelit sudah membeli Arianespace peluncur satelit. Dari sisi teknologi, dengan adanya trend baru dan dengan pasar yang semakin terbuka maka satelit dengan umur15 tahun dengan biaya mahal, sudah

Wawancara Jeff Bezos pendiri Blue Origin, roket New Glen di konferensi Satellite2017

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

56


dianggap tidak feasible lagi. Fleksibilitas dan harga serta standarisasi pembuatan satelit mungkin perlu dilihat kembali. Juga didiskusikan bagaimana kalau umurnya tidak perlu 15 tahun akan tetapi biaya dikurangi terutama dari sisi pengetesan satelit pada saat pabrikasi. Selain itu juga sudah mulai ada pemikiran untuk merakit satelit di orbit, dengan konsep Universal Serial Bus (USB) yang dikenal di komputer untuk menghubungkan komputer dengan flash disk atau konsep International Space Station (ISS) yang banyak negara dapat ikut berkontribusi. Dengan konsep USB port, maka satelit diharapkan dapat diperbaiki di angkasa; misalnya untuk mengganti baterai, pengisian bahan bakar, perbaikan solar panel. Untuk payload transpondernya, maka tinggal ganti dan pasang di angkasa dengan robot seperti halnya dengan kita sering mengganti flash disk komputer atau menghubungkan komputer ke infocus. Dari diskusi panel para penyedia jasa peluncuran, terjadi perubahan drastis dengan game changer-nya adalah Space X. Pada panel diskusi terdapat Arianespace, Mitsubisi, Proton, Atlas, Delta, Blue Origin, dan SpaceX, mereka sekarang tidak hanya melayani satelit GEO tapi juga LEO. Game changer yang dimaksud adalah dengan berhasilnya Space X yang berhasil mendaratkan kembali stage 1 roket mereka. Pendekatan yang sama juga sedang dilakukan oleh Blue Origin yang akan mendaratkan stage-1 mereka. Blue Origin dengan produknya roket New Glen akan mendapatkan pelanggan pertamanya Eutelsat untuk mengantarkan satelitnya di GEO pada kurun waktu 2020-2021. Sebagai informasi, Blue Origin yang mempunyai mimpi untuk melayani turis angkasa didirikan oleh Jeff Bezos, yang merupakan pendiri Amazon, yang kita kenal kalau ingin membeli barang secara online. Di sisi lain, Arianespace masih belum

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

yakin tehadap model yang dilakukan Space X dari sisi reliability dan dampak lingkungan. Dari diskusi layanan komunikasi, maka terlihat bahwa perbedaan layanan LEO/MEO VS GEO sudah mulai terlihat jelas. Perbedaan ini akan dilihat dari sisi pelanggan, dimana untuk LEO dan MEO akan memerlukan antena yang mengikuti pergerakan sateliit sehingga dianggap akan memerlukan harga di pelanggan lebih tinggi dari pada yang GEO. LEO/MEO terlihat akan cenderung untuk backhaul atau internet connection yang cukup tinggi dan bukan melayani perumahan. Akan tetapi kecenderungan di atas masih belum pasti mengingat adanya keyakinan layanan oleh konstelasi satelit LEO yang dikenal sebagai OneWeb (yang juga dimiliki oleh Intelsat) yang akan mulai beroperasi sejak 2018 dengan 10 satelit dan selesai meluncurkan staelit di tahun 2022 dengan menggunakan 700-an satelit dengan menggunakan frekuensi Ku band. Dari sisi teknologi baseband, maka belum ada game changer yang luar biasa, perubahan yang baru terlihat adalah sudah semakin banyaknya penggunaan standard komunikasi data dan video dengan Digital Video Broadcasting (DVBS) 2X yang dapat menggunakan metoda modulasi 32 APSK (Amplitude & Phase Shift Keying), sehingga akan meningkatkan efisiensi dari 20 sd 50% tergantung pada aplikasinya. Terakhir, yang menarik adalah bisnis layanan satelit LEO yang semakin banyak untuk layanan pemetaan, dan layanan ini banyak diberikan dari perusahaan start up; misalnya, perusahaan DigitalGlobe yang melayani pemetaan satelit dengan resolusi tinggi (mencapai 30 cm) dengan foto yang selalu terbaharui. Juga ada perusahaan dengan nama Spire yang memberikan layanan lebih baik untuk maritim dengan mengelola data Automatic Identification System (AIS) yang seharusnya dimiliki oleh setiap kapal. §

57


MASYARAKAT AHLI PENGINDERAAN JAUH INDONESIA (INDONESIAN SOCIETY FOR REMOTE SENSING) MASYARAKAT AHLI PENGINDERAAN JAUH INDONESIA (MAPIN) atau disebut juga INDONESIAN SOCIETY FOR REMOTE SENSING (ISRS) merupakan organisasi profesi nirlaba yang beranggotakan para professional dan pemangku kepentingan di bidang penginderaan jauh. Organisasi profesi ini didirikan pada hari Jumat tanggal 20 Juli 1990 di Jakarta dan dilegalkan dengan SK Kementerian Hukum dan HAM RI no AHU–31.AH.01.07–2012. VISI: “Mendukung terwujud insan profesional yang berintegritas tinggi di bidang penginderaan jauh” MISI: 1. Meningkatkan profesionalisme di bidang penginderaan jauh 2. Meningkatkan pemahaman penginderaan jauh kepada masyarakat luas 3. Menjembatani pemerintah, swasta dan akademisi dalam pemanfaatan teknologi penginderaan jauh 4. Mendukung penggunaan Penginderaan jauh dalam pengambilan keputusan , pengelolaan SDA dan pembangunan yang berkesinambungan Kegiatan MAPIN:  Pertemuan Ilmiah Tahunan  Workshop dan Seminar  Training untuk ilmuwan muda dan mahasiswa  Training untuk persiapan sertifikasi kompetensi sub bidang penginderaan jauh dan SIG  Kerjasama ilmiah antar organisasi, Kementerian Lembaga dan Perguruan tinggi.  Internasional Conference  FOCUS GROUP DISCUSSION  International workshop, International summer school dan International research cooperation  Sertifikasi profesi oleh LSTP

KONTAK

EQUATORSPACE.COM EQUATORSPACE.COM

Gedung S, Badan Informasi Geospasial (BIG) Jln. Raya Jakarta – Bogor Km 46 Cibinong, INDONESIA Telp. 021-8759481, 021-8757636 Fax. 021-8759481 email: sekretariat@mapin.or.id

62


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.