Rare Photo Story

Page 1

Dua Belas Langkah Awal untuk Lompatan Besar




Judul Buku “Dua Belas Langkah Awal untuk Lompatan Besar” Fotografer M. Yayat Afianto, Ade Yuliani, Katherina Tjandra, Rahmat Takbir, Raymond Jakub, Agus Kurniawan, Jack Firman, Abdus Sabil, Didik Hariadi Mahsyar, Devi S. Opat, Tamantaman Sabah, Musriyadi, Hamri, Raymond Jakub, Asti Tyas Nurhidayati, DKP Kabupaten Lombok Tengah, DKP Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, BKKPN Kupang, Conservation International, The Nature Conservancy. Editorial M. Yayat Afianto dan Meirini Sucahyo Foto Sampul Depan “Kami bergandengan tangan, melangkah bersama-sama, sebagai awal untuk lompatan yang lebih besar di masa depan.” (Dua belas Manajer Kampanye Angkatan Bogor 5 yang menamakan dirinya Dua Belas Konservasionis Rare alias Dual Core) Kredit foto oleh: Asti Tyas Nurhidayati Desain dan Layout Ery Bukhorie Diterbitkan Oleh Rare Indonesia, Juni 2014. ISBN : 978-602-18184-1-1 Setiap reproduksi secara penuh atau sebagian harus menyebutkan judul dan kredit penerbit yang disebutkan di atas sebagai pemilik hak cipta.


Masyarakat Ngapawali menentukan sendiri lokasi Daerah Perlindungan Laut melalui kegiatan pemetaan partisipatif. Lokasi : Desa Ngapawali, Teluk Kolono Foto : M. Yayat Afianto

The community of Ngapawali village determine their own location of Marine Protected Areas through participatory mapping. Location : Village of Ngapawali, Teluk Kolono Photo : M. Yayat Afianto


kata sambutan Sambutan Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan

Kawasan konservasi didefinisikan sebagai kawasan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, di mana pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hayatinya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman hayati dan nilainya. Sebuah area ditetapkan sebagai kawasan konservasi karena memiliki karakteristik keaslian, keunikan, kekhasan, dan memiliki keterwakilan ekosistem. Kawasan konservasi tidaklah berdiri sendiri namun merupakan suatu kesatuan baik ekosistem darat-perairan maupun ekosistem hulu-hilir. Prinsip-prinsip ini dilaksanakan berdasarkan UndangUndang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Di Indonesia, saat ini telah terdapat 521 kawasan konservasi (darat dan laut), dengan total luasan Âą 27,2 ha yang diinisiasi dan dikelola oleh Kementerian Kehutanan. 32 kawasan di antaranya merupakan kawasan konservasi khusus perairan yang terdiri atas 7 Taman Nasional, 14 Taman Wisata Alam, 5 Suaka Margasatwa, dan 6 Cagar Alam, dengan total luasan 4,6 juta ha. Kementerian Kelautan dan Perikanan, telah menetapkan 76 kawasan konservasi perairan seluas 13,5 juta ha. Total luasan kawasan konservasi tersebut telah melampaui target yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, yaitu seluas 10 juta ha untuk 2010 dan 20 juta ha untuk tahun 2020. Dengan pencapaian tersebut, pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah hal tersebut telah cukup? Fakta menunjukkan bahwa luasan kawasan konservasi laut tersebut baru mencakup sekitar 5% dari total wilayah teritorial perairan laut di Indonesia. Di sisi lain, apakah kawasankawasan tersebut telah dikelola secara berkelanjutan ataupun efektif? Salah satu indikator keefektifan pengelolaan sebuah kawasan konservasi laut adalah kompetensi sumberdaya manusia pengelola. Kompetensi ini bukan hanya mencakup jumlah pegawai secara kuantitatif, namun juga lebih kepada kemampuan, pengetahuan dan keterampilan sumberdaya manusia pengelola kawasan dan stakeholders lain di sekitar kawasan konservasi, yang harus bersinergi dalam upaya peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan konservasi. Dalam rangka peningkatan kualitas SDM pengelola kawasan telah dilakukan berbagai langkah strategis, di antaranya adalah program kerjasama dengan mitra LSM RARE. RARE merupakan mitra LSM Ditjen PHKA dengan bentuk kerjasama pengembangan sumberdaya manusia

i


(capacity building). RARE merupakan LSM Internasional yang fokus terhadap pengembangan beberapa program inovatif yang mengedepankan pendekatan kepada manusia, karena perilaku manusia merupakan kunci dari penyelesaian masalah-masalah konservasi yang ada. Fokus bidang kerja RARE adalah “Kampanye Perubahan Perilaku (social marketing)�. Pendekatan yang digunakan untuk menciptakan upaya konservasi yang besar dan berkelanjutan disebut “Kampanye Kebanggaan (Pride)�, karena memberikan inspirasi bagi orang untuk merasa bangga akan spesies dan habitat yang membuat mereka unik, dan juga memberikan mereka alternatif yang nyata untuk bisa merubah perilaku. Kampanye Pride merupakan program kegiatan kampanye konservasi yang mengedukasi masyarakat sekitar kawasan untuk mengubah perilaku masyarakat. Pendekatan ini bisa berbeda-beda di setiap kawasan, sehingga RARE diharapkan mampu mengadopsi program social marketing yang sukses dari berbagai negara ASEAN, sehingga bisa dipetik pelajaran (success story) yang dapat disesuaikan dengan karakteristik masyarakat nelayan sekitar pada beberapa kawasan konservasi perairan di Indonesia. Program Kampanye Pride telah dimulai sejak tahun 2003 di antaranya di Taman Nasional Ujung Kulon. Melalui program ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme SDM pengelola kawasan utamanya dalam upaya penyadartahuan dan membangkitkan keinginan masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk turut serta terlibat dalam upaya pengelolaan kawasan konservasi. Dengan demikian, diharapkan terjalin sinergi antara pengelola kawasan dan masyarakat sekitar kawasan dalam rangka pengelolaan kawasan konservasi yang lestari demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Buku ini disusun untuk menyebarluaskan informasi tentang perjalanan 12 manajer kampanye yang berasal dari berbagai instansi terkait dalam menjalankan program kampanye RARE Pride di 12 kawasan kerja masing-masing, memaparkan aktivitas-aktivitas manajer kampanye dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati bahari/perairan di Indonesia. Semoga buku ini dapat memberi manfaat untuk menumbuhkan semangat konservasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati serta pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia.

ii


foreword Foreword Director of Conservation Area and Protected Forest Development Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation Ministry of Forestry

Conservation area is defined as an area with certain characteristics with the main function of preserving the diversity of flora and fauna and their ecosystems in which natural resources are wisely managed and used to ensure sustainability while also maintaining and improving the quality and values of biodiversity. An area is designated as a conservation area for its authenticity, uniqueness, typicality, and ecosystem representation. A conservation area does not stand alone; rather, it is a combination of ecosystems, both of terrestrial-marine ecosystems as well as upstream-downstream ecosystems. These principles are based on the Law Number 5 Year 1990 on the Conservation of Biodiversity and Ecosystems, and the Law Number 41 Year 1999 on Forestry. In Indonesia, there are now 521 conservation areas (both terrestrial and marine) with the total area of ± 27.2 million hectares initiated and managed by the Ministry of Forestry; 32 of which are special marine conservation areas consisting of 7 national parks, 14 nature tourism parks, 5 wildlife reserves, and 6 nature reserves with the total area of 4.6 million hectares. The Ministry of Marine Affairs and Fisheries has designated 76 marine conservation areas with a total area of 13.5 million hectares. This number has exceeded the target set by the Indonesian Government, which are 10 million hectares by 2010 and 20 million hectares by 2020. With such achievement, the next question is whether it is enough. The fact is, the number only covers 5% of Indonesia’s waters. On the other hand, are these areas managed sustainably and effectively? One indicator of an effective management of a marine conservation area is the competency of its human resources, measured not only by the number of workers—including the management team and stakeholders in and around the area—but also their capacity, knowledge and skills. Additionally, they must synergize in the efforts to improve the effectiveness of conservation area management. Various strategic measures have been made in order to improve the quality of the people managing the areas; one of which is through a collaboration with RARE as an NGO partner. RARE partners with the Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation (PHKA) in building human resources capacity. RARE is an international NGO focusing on

iii


several innovative programs that promote humanistic approach because human behavior is the key to solve conservation problems. RARE’s expertise is underlined in a “Behavioral Change Campaign” (social marketing). Titled the “Pride Campaign”, the approach enormously generates sustainable conservation efforts as it inspires people’s pride on the species and habitats that make them unique, motivating them to change their behaviors. Pride Campaign is a program that educates communities on conservation in order to change their behaviors. This approach may vary in each region and RARE is expected to adopt successful social marketing programs in other ASEAN countries, allowing them to be adjusted to the characteristics of Indonesian fishers in several marine conservation areas. The Pride Campaign program started in 2003 in Ujung Kulon National Park, among other areas. The program is expected to improve professionalism of the key people managing each respective marine conservation area, particularly in raising awareness and encouraging communities to participate in conservation efforts. Thus, a synergy is hoped to flourish between area managers and surrounding communities to manage sustainable conservation areas for the realization of people’s welfare. This book is prepared to disseminate information on the journeys of 12 campaign managers from relevant institutions in implementing the RARE Pride Campaign program in their respective working areas, which represent their activities in ensuring the conservation of Indonesian marine biodiversity. We hope this book will be able to encourage the conservation spirit to preserve biodiversity and improve conservation area management in Indonesia.

iv


kata sambutan Sambutan Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulaupulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Penerbitan buku ‘foto bercerita’ dengan judul “Dua Belas Langkah Awal untuk Lompatan Besar” ini merupakan upaya RARE untuk menggambarkan tentang perjalanan 12 orang manajer kampanye dalam menjalankan program Rare Pride di dua belas kawasan kerja mereka selama dua tahun terakhir (2012 – 2014). Mereka ini berasal dari Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara, Papua, dan Sabah (Malaysia) yang bekerja di level komunitas guna membantu meningkatkan kapasitas masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengembangan dan pengelolaan efektif Kawasan Konservasi Perairan (KKP). Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada RARE sebagai salah satu mitra kerja Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit. KKJI) atas konsistensi upayaupayanya di dalam menghasilkan manajer kampanye. Program ini secara khusus didesain untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ke arah perubahan perilaku yang diharapkan dapat mendukung keberhasilan pengembangan dan pengelolaan KKP di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan Rencana Strategis Dit. KKJI terkait dengan indikator pengelolaan efektif KKP. Saat ini Indonesia telah memiliki 15,76 juta ha KKP yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tentu saja masih banyak tantangan sekaligus peluang pengembangan dan pengelolaan KKP yang dihadapi bersama untuk mewujudkan KKP bermanfaat nyata bagi masyarakat. Dari kisah sukses perjalanan 12 orang manajer kampanye ini, diharapkan dapat menjadi contoh dan pembelajaran yang baik di lokasi-lokasi lain di Indonesia. Kontribusi peran dari manajer kampanye ini diharapkan dapat mengakselerasi terjadinya perubahan perilaku yang lebih baik dalam mendukung program-program pengembangan dan pengelolaan KKP di Indonesia. Terima kasih. Jakarta, 26 Juni 2014 Ir. Agus Dermawan, MSi.

v


foreword Foreword Director of Marine and Aquatic Resources Conservation Directorate General of Marine, Coasts, and Small Islands Ministry of Marine Affairs and Fisheries

The publishing of this book entitled Dua Belas Langkah Awal untuk Lompatan Besar (Twelve Initial Steps Towards a Great Leap Forward) is an attempt by RARE to describe the journeys of its twelve campaign managers as they ran Rare Pride programs in their fields of work in twelve locations over the last two years (2012-2014). They come from Southeast Sulawesi, Nusa Tenggara, Papua, and Sabah (Malaysia) and work at the community level in order to help increase the capacity of the people to be actively involved in the development and effective management of Marine Protected Areas (MPA). Our deepest appreciation goes to RARE as one of the partners of the Directorate of Marine and Aquatic Resources Conservation (Dit. KKJI) for the consistency of it efforts in mentoring campaign managers. This program is specifically designed to increase public awareness about behavior change which in turn is expected to support the successful development and management of the MPA in Indonesia. It is also in line with the Strategic Plan of Dit. KKJI pertaining to indicators of effective MPA management. Currently, Indonesia has 15.76 million hectares of MPAs stretching from Sabang to Merauke. Of course, there are still many challenges and opportunities in the development and management of MPA that will be faced together in order to bring real benefits to the community. Through twelve success stories about the journeys of these twelve campaign managers, it is hoped that they will provide good examples and lessons learned for other locations in Indonesia. The campaign managers are also expected to have significant roles and contributions in accelerating the onset of changes for the better in terms of behavior so as to support development programs and management of the MPA in Indonesia. Thank you. Jakarta, 26 June 2014 Ir. Agus Dermawan, MSi.

vi


kata sambutan Sambutan Rare Indonesia Ancaman terbesar terhadap kelestarian sumberdaya alam datang dari perilaku manusia. Karena kebutuhannya, manusia mengeskploitasi sumber daya alam. Eksploitasi itu bisa tak berdampak buruk bila dilakukan dengan cara yang tak merusak atau bila dalam batas kemampuan pulih secara alamiah. Sayangnya, yang sering terjadi bukan demikian. Karena pertumbuhan populasi dan sebab-sebab lain, manusia cenderung memilih cara mudah walaupun itu merusak. Atas dasar itu, maka kunci penyelamatan sumberdaya alam adalah pada perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat yang mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebih dan merusak perlu diubah perilakunya agar menjadi lebih konservatif. Perubahan perilaku bisa terjadi bila seseorang memiliki pengetahuan dan sikap yang tepat. Sehingga hal mendasar pada usaha untuk mengubah perilaku selalu bersandar pada pemberian informasi yang benar dan penyadaran sikap masyarakat sasaran. Namun, pengetahuan dan kesadaran sering belum cukup. Tanpa adanya penguat dari luar (external reinforcer) perubahan dari diri seseorang tersebut sering tergilas. Untuk itu usaha perubahan perilaku yang baik selaku mendorong terjadinya interaksi interpersonal pada masyarakat sasaran. Memberikan pengetahuan yang tepat, mendorong sikap yang sesuai dan terjadinya interaksi interpersonal yang mendukung akan melahirkan sekelompok manusia yang siap dan bersedia berubah. Dalam batas tertentu perubahan perilaku mungkin terjadi. Tetapi sangat mungkin terjadi perubahan perilaku itu tidak meluas dan langgeng. Karena, kesediaan dan kesiapan itu terkadang terbentur oleh halangan besar. Jadi, perlu juga ada upaya untuk menghilangkan penghalang ini. Secara umum, apa yang dijelaskan di atas ini adalah kerangka kerja Kampanye Pride yang menjadi flagship program Rare di dunia dan juga di Indonesia. Ada banyak pembelajaran dan kisah sukses yang telah dihasilkan oleh Rare dan mitra kerjanya selama bekerja di Indonesia lebih dari lima tahun terakhir ini. Di Indonesia Rare masih memiliki mimpi dan keinginan untuk terus bekerjasama dengan lebih banyak mitra di Indonesia agar sumber daya alam negara Indonesia jauh lebih terjaga demi kemakmuran masyarakatnya secara umum. Walaupun area kerja Rare adalah konservasi di kawasan darat dan laut, akan tetapi dalam tiga sampai lima tahun ke depan kerja kami masih akan berfokus di kawasan laut. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada staf Rare Bogor, Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, mitra LSM, mitra donor dan mitra Pemerintah Daerah yang telah bekerjasama dengan Rare selama ini. Terakhir, kerjasama kami bisa berlangsung karena dukungan luar biasa dari pemerintah pusat yaitu Kementerian Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Terima kasih dan penghargaan juga kepada para donor: Walton Family Foundation, Margaret A. Cargill Foundation, Yeoh Family Foundation, dan USAID. Tanpa adanya kerjasama dari semua pihak ini, tidak akan ada pencapaian dan cerita keberhasilan yang sebagian terekam dalam foto-foto di buku ini.

Vice President Rare untuk Indonesia Taufiq Alimi

vii


foreword Foreword Rare Indonesia Human behavior is the biggest threat to the preservation of natural resources. Human exploits natural resources to meet his needs. Exploitation could have less serious impact if it is done in a non-damaging way or within the limits of nature’s ability to recover. Unfortunately, this is often not the case. Due to population growth and other reasons, human tends to choose the easy way even though it is destructive. Therefore the key to conserving natural resources is the change in human behavior. People who excessively exploit and damage natural resources need to change their behavior to become more conservative. Changes in behavior occur when one has the right knowledge and attitude. Hence the effort to change behavior fundamentally relies upon provision of the right information and awareness of the targeted audience. Providing the right knowledge, encouraging appropriate attitude and triggering supportive interpersonal interactions will give birth to a group of people who are ready and willing to change. However, it is possible that the change is not widespread and does not last because willingness and readiness are sometimes hit by major obstacles. So considerable attempts are necessary to eliminate these obstacles. In general, this is the framework of Pride Campaign, Rare’s flagship program worldwide and also in Indonesia. Rare and its partners have generated many lessons learned and success stories in Indonesia in the past five years. Rare in Indonesia still dreams and wishes to continue collaboration with more Indonesian partners in order to protect the country’s natural resources for the prosperity of its people. Although Rare’s work area covers both terrestrial and marine conservation, in the next three to five years we will still focus on marine areas. Finally I wish to thank the staff at Rare Bogor, the Ministry of Forestry, the Ministry of Marine Affairs and Fisheries, NGOs, donors, and local governments who have worked in partnership with Rare. Last but not least, the collaboration took place due to the overwhelming support from the central government, namely the Ministry of Forestry and the Ministry of Marine Affairs and Fisheries. Many thanks and appreciations are also extended to our donors: Walton Family Foundation, Margaret A. Cargill Foundation, Yeoh Family Foundation, and USAID, without whom the achievements and success stories documented in this book would not be possible. Rare Vice President for Indonesia Taufiq Alimi

viii


kata pengantar Gambar berbicara seribu kata dan otak manusia memproses informasi visual berpuluh-puluh kali lebih cepat dibandingkan informasi tertulis. Hal inilah yang mendasari keputusan kami untuk membuat buku foto ini. Ada banyak cerita yang menggambarkan perjalanan 12 manajer kampanye Pride di sebelas kawasan di Indonesia dan satu kawasan di Sabah Malaysia yang jika diceritakan akan menjadi satu buku yang sangat tebal untuk dibaca. Foto-foto yang akan dilihat pada lembar-lembar berikut adalah gambaran visual dari perjalanan dua belas orang yang bekerja keras mengubah perilaku masyarakat, dari mengancam sumberdaya alam mereka, menjadi melindunginya. Sebagai lembaga konservasi, Rare percaya bahwa sebagian besar—kalau boleh dikatakan semua—permasalahan konservasi berakar pada perilaku manusia yang memanfaatkan sumberdaya alamnya tidak secara lestari. Jika demikian, maka salah satu solusi yang nyata adalah merubah perilaku manusia. Akan tetapi merubah perilaku manusia bukanlah sebuah perkara yang mudah untuk diselesaikan. Foto-foto dalam buku ini menggambarkan berbagai usaha yang dilakukan oleh ke-12 manajer kampanye Pride dalam membawa pengetahuan yang tepat, mengubah sikap khalayak targetnya agar lebih menghargai kelestarian alam, dan menyingkirkan halangan agar perubahan perilaku dapat terjadi. Di dalam buku ini dapat dilihat bagaimana ke-12 manajer kampanye Pride membangun kebersamaan dengan khalayak targetnya, membuat kegiatan konservasi yang menyenangkan dan menjangkau semua lapisan komunitas. Semua kerja keras dan dedikasi yang diberikan selama dua tahun sejak 2012 telah memberikan banyak hasil positif. Di beberapa kawasan, masyarakat mau menyisihkan kawasan perairan lautnya dan menjaganya sebagai daerah tabungan ikan, di beberapa kawasan lainnya masyarakat mau menaati aturan di daerah larang ambil dan ikut serta dalam upaya penegakan hukum. Secara umum dukungan bagi upaya konservasi semakin kuat dan meningkat. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Kepala Balai Taman Nasional Wakatobi, Kepala Dinas DKP Lombok Tengah, Kepala Dinas DKP Wakatobi, Kepala Dinas DKP Muna, Kepala Dinas DKP Kolono, Kepala Dinas DKP Raja Ampat, Pimpinan Program TNC Raja Ampat, Pimpinan Program CI Raja Ampat, Kepala BKKPN Kupang, Direktur Taman-taman Sabah, yang telah memberi dukungan dan arahan kepada 12 manajer kampanye Pride selama ini. Tanpa dukungan dan kerjasama yang baik dari semuanya tidak akan ada keberhasilan dan pencapaian hebat yang terjadi. Direktur Angkatan Bogor 5 Hari Kushardanto

ix


introduction Pictures speak a thousand words and the human brain processes visual information dozens of times faster than written information. This brought about our decision to produce this photo book containing stories that illustrate the journeys of 12 Pride campaign managers in eleven regions in Indonesia, plus a region in Sabah, Malaysia that—if recounted—could make a whole thick book of its own. Photos on the following pages are a visual depiction of the journeys of twelve people working hard to change people’s behavior, from threatening natural resources to protecting them. As a conservation organization, Rare believes that most—if not all—conservation issues root in human behavior that does not use natural resources sustainably. Therefore one obvious solution is to change human behavior. However, transforming human behavior is not an easy task. The photos in this book demonstrate various efforts taken by the 12 Pride campaign managers to disseminate the right knowledge, change the attitude of targeted audiences in order to appreciate the preservation of nature, and eliminate obstacles so behavioral changes could occur. We shall see in this book how the 12 Pride campaign managers developed partnerships with targeted audiences, making conservation fun and reaching all levels of community. Hard work and dedication in the past two years since 2012 have yielded positive results. In some areas, people are willing to set aside marine waters and to protect them as a fish bank. In other areas people are keen to obey the regulations in no-take zones and participate in law enforcement efforts. In general, support for conservation efforts has increased and grown stronger. I’d like to thank the Head of Komodo National Park Authority, the Head of Wakatobi National Park Authority, the Head of Central Lombok’s Office of Marine Affairs and Fisheries, the Head of Wakatobi’s Office of Marine Affairs and Fisheries, the Head of Muna’s Office of Marine Affairs and Fisheries, the Head of Kolono’s Office of Marine Affairs and Fisheries, the Head of Raja Ampat’s Office of Marine Affairs and Fisheries, Program Manager of TNC Raja Ampat, Program Manager of CI Raja Ampat, the Head of National Water Conservation Center in Kupang, Director of Sabah Parks, who supported and guided the 12 Pride campaign managers. Our great success and achievements would not be possible without the admirable support and cooperation of all parties. Director of the 5th Bogor Cohort Hari Kushardanto

x


xi


daftar isi/table of content Sambutan Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Sambutan Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Sambutan Rare Indonesia Kata Pengantar Daftar Isi

i v

Pulau Wangi-wangi Wakatobi Ringkasan Kawasan Pulau Wangi-wangi Manajer Kampanye Program Pride: Milawati Ode Foto-foto lapangan

45 46 46 47

vii ix xii

Selat Tiworo, Muna, Sulawesi Tenggara Ringkasan Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Tiworo Manajer Kampanye Program Pride: La Ode Sairuddin Foto-foto lapangan

53 54 54 55

Gili Matra, Lombok Utara Ringkasan Kawasan Taman Wisata Alam Laut Gili Matra Manajer Kampanye Program Pride: Abdus Sabil Foto-foto lapangan

1 2 2 3

Teluk Kolono. Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Ringkasan Kawasan Teluk Kolono. Kab. Konawe Selatan Manajer Kampanye Program Pride: Musriyadi Foto-foto lapangan

63 64 64 65

Teluk Bumbang, Lombok Tengah Ringkasan Kawasan Konservasi Laut Daerah Teluk Bumbang Manajer Kampanye Program Pride: Ahmad Sahwan Foto-foto lapangan

11 12 12 13

Misool, Raja Ampat, Papua Ringkasan Kawasan Perlindungan Laut Misool Tenggara Manajer Kampanye Program Pride: Muhajir Foto-foto lapangan

71 72 72 73

Taman Nasional Komodo Ringkasan Kawasan Taman Nasional Komodo Manajer Kampanye Program Pride: Devi Soloandi Ayub Opat Foto-foto lapangan

19 20 20 21

Kofiau dan Boo, Raja Ampat, Papua Ringkasan Kawasan Konservasi Laut Kofiau dan Boo Manajer Kampanye Program Pride: Adrianus Kaiba Foto-foto lapangan

81 82 82 83

Taman Marin Tun Sakaran Ringkasan Kawasan Tun Sakaran Marine Park Manajer Kampanye Program Pride: Fazrullah Rizally Foto-foto lapangan

27 28 28 29

Selat Dampier, Raja Ampat, Papua Ringkasan Kawasan Konservasi Laut Selat Dampier Manajer Kampanye Program Pride: Rosa Gaman Foto-foto lapangan

89 90 90 91

Pulau Tomia, Taman Nasional Wakatobi Ringkasan Kawasan Pulau Tomia, Taman Nasional Wakatobi Manajer Kampanye Program Pride: Andi Subhan Foto-foto lapangan

35 36 36 37

Teluk Mayalibit, Raja Ampat, Papua Ringkasan Kawasan Konservasi Laut Teluk Mayalibit Manajer Kampanye Program Pride: Bertha Matatar Foto-foto lapangan

97 98 98 99

xii


Gili Matra, Lombok Utara

1


Ringkasan Kawasan Taman Wisata Alam Laut Gili Matra Kampanye ini akan berfokus pada Gili Matra di Lombok Utara, yang meliputi tiga pulau seluas 2.954 ha, dan memberikan manfaat kepada 3.618 orang di lokasi. Lokasi ini memiliki status taman wisata, yang merupakan salah satu dari 8 situs laut yang dialihkan dari Kementerian Kehutanan bersamaan dengan deklarasi Segitiga Terumbu Karang pada tahun 2009. Gili Matra terdiri dari 3 pulau Gili, tujuan wisata populer di daerah Lombok. Ancaman terhadap daerah ini adalah penangkapan ikan yang berlebihan, metode penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, dan kerusakan karang. BKKPN melapor langsung kepada KKP. Ekosistem terumbu karang dan ikan yang sehat adalah kunci bagi mata pencaharian masyarakat. Perekonomian di daerah ini berpusat pada pariwisata (70% dari masyarakat).

Foto : BKKPN Kupang

Gili Matra Marine Natural Recreation Area The campaign will focus on Gili Matra in Northern Lombok, covering three islands at manageable size of 2,954 hectares, to benefit 3, 618 people in the site. The site has a status of recreational park, which was one of the 8 marine sites transferred from the Ministry of Forestry (MoF) along with the declaration of the Coral Triangle in 2009. Gili Matra consists of 3 Gili islands, a popular tourist destination in Lombok area. Threats to the area are overfishing, unsustainable fishing methods, and coral damage. BKKPN reports directly to 2

MMAF. Healthy reef and fish ecosystem is key to community livelihoods. The economy in this area centers on tourism (70% of the community).

Manajer Kampanye Abdus Sabil Seorang sarjana perikanan, Abdus Sabil memiliki kualitas tinggi dan kapasitas yang kuat. Pengetahuan yang luas tentang isu-isu konservasi dan berdedikasi untuk konservasi Gili. Dia memegang lisensi menyelam di perairan terbuka dan memiliki pengalaman dalam transplantasi karang; dia dapat berbicara bahasa lokal dan memahami perilaku lokal mengenai laut. Dia memiliki keterampilan kritis dan keterampilan komunikasi yang kuat.

Bachelor in fishery, the Abdus Sabil has high quality and strong capacity. High knowledge about conservation issues and dedicated to Gili conservation. He holds open water diver license and experience in coral transplantation; He speaks local language and understands local behavior on marine. He has strong critical and communication skills.


Children are invited to get to know the marine resources in their lives in fun ways, one of which is through a painting competition. Location : Gili Air, North Lombok Photo : Didik Hariadi Mahsyar

Anak-anak diajak mengenal laut sumber kehidupan mereka dengan cara yang menyenangkan, salah satunya lewat lomba lukis. Lokasi : Gili Air, Lombok Utara Foto : Didik Hariadi Mahsyar

3


Brosur bergambar digunakan untuk memberikan informasi mengenai zonasi kepada nelayan. Informasi disajikan dengan bahasa sederhana dan gambargambar yang menarik untuk memudahkan nelayan memahami isinya. Lokasi : Gili Matra, Lombok Utara Foto : Abdus Sabil

An illustrated brochure is used to provide information about zoning to the fishers. Information is presented in plain language alongside interesting pictures to help fishers understand its contents. Location : Gili Matra, North Lombok Photo : Abdus Sabil

4


5


Membangun Koperasi Simpan Pinjam Pada Mele untuk membangun kemandirian finansial masyarakat pulau. Uniknya, aturan mengenai zonasi juga dimasukkan ke dalam aturan Koperasi. Aturan ini wajib dipatuhi oleh semua anggota jika ingin terus menerima manfaat dari koperasi. Lokasi : Gili Air, Lombok Utara Foto : Ade Yuliani

Establishing Pada Mele Credit Union to develop the financial independence of the community on the island. Interestingly, the zoning rules are also incorporated into the rules of the Cooperative. These rules must be obeyed by all members if they are to continue to receive the benefits of the cooperative. Location : Gili Air, North Lombok Photo : Ade Yuliani

6


Karang biru yang merupakan spesies kebanggaan di Gili Matra menjadi inspirasi bagi bapak dan ibu nelayan. dalam lomba dekorasi kue. Dalam lomba ini, selain menghias kuenya semirip mungkin dengan karang biru, peserta harus menjawab pertanyaan juri terkait zonasi di Gili Matra. Lokasi : Gili Air, Lombok Utara Foto : Ade Yuliani

Blue coral is a species people are proud of in Gili Matra and it is an inspiration for the men and women fishers. This is a cake decorating contest. In this contest, in addition to decorating the cake to make it look as much as possible like blue coral, the participants had to answer questions from the jury relating to zoning in Gili Matra. Location : Gili Air, North Lombok Photo : Ade Yuliani

7


8


Using an annual tradition called Mandi Safar to motivate more community members to adhere to zoning rules. Location : Gili Trawangan, North Lombok Photo : Abdus Sabil

Memanfaatkan tradisi tahunan, Mandi Safar, untuk menggerakkan lebih banyak anggota masyarakat yang mematuhi zonasi. Lokasi : Gili Trawangan, Lombok Utara Foto : Abdus Sabil

9


Mewawancarai nelayan untuk memastikan nelayan memahami pesan kampanye yang sudah disampaikan. Lokasi : Gili Air, Lombok Utara Foto : Ade Yuliani

Interviewing fishers to ensure that they understand the campaign messages that have been delivered. Location : Gili Air, North Lombok Photo : Ade Yuliani

10


Teluk Bumbang, Lombok Tengah

11


Ringkasan Kawasan Kawasan Konservasi Laut Daerah Teluk Bumbang Daerah ini dikelola Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Tengah (DKP Lombok Tengah). Dinas Perikanan di kabupaten ini percaya bahwa hanya KLA yang dapat menyelamatkan lobster dan produk ikan lainnya dari wilayah mereka. Para pemimpin informal seperti pemimpin adat masih sangat menonjol di kabupaten ini dan penggunaan awigawig atau hukum adat masih efektif.

Teluk Bumbang Regional Marine Conservation Area District of Central Lombok Office for Fisheries and Marine Affairs (DKP Lombok Tengah) managing this area. Fisheries office in this district believes that only NTZ can save their lobsters and other fish products from their areas. Informal leaders such as adat leaders are still very prominent in this district and the use of awig-awig or customary laws are still effective. Foto : Agus Kurniawan

12

Manajer Kampanye

Foto: Jack Firman

Ahmad Sahwan Ahmad lulus dari program Extension sebuah perguruan tinggi di Jawa Timur dan telah memiliki lebih dari 10 tahun pengalaman bekerja dengan masyarakat. Dia telah bekerja untuk DKP Lombok Tengah selama sekitar 5 tahun. Dia mengenal lokasi dengan sangat baik dan sangat nyaman bekerja dengan masyarakat. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya, dia tahu dasardasar peningkatan kesadaran dan pendidikan serta mobilisasi masyarakat.

Ahmad graduated from Academy of Extension in East Java and already have more than 10 years of experience working with community. He has been working for DKP Lombok Tengah for about 5 years. He knows his site very well and very comfortable working with community. With his educational background and experience, he knows the basics of awareness raising and community education and mobilization.


Bersama mendiskusikan pentingnya pembukuan laut untuk memonitor siapa saja pengguna sumberdaya di perairan Teluk Bumbang. Lokasi : Bumbang, Desa Mertak, Lombok Tengah Foto : Ade Yuliani

Discussing together the importance of a marine logbook to monitor any resource users in the waters of the Teluk Bumbang. Location : Bumbang, Village of Mertak, Central Lombok Photo : Ade Yuliani

13


Hard coral cover was measured before and after the campaign. This information will be used to look at the campaign’s impact on protected resources in the conservation area. Location : TWP Bumbang, Central Lombok Photo : Raymond Jakub

Tutupan terumbu karang keras diukur sebelum dan sesudah kampanye Pride dilakukan. Informasi ini akan digunakan untuk melihat dampak kampanye Pride terhadap sumberdaya yang dilindungi di suatu kawasan konservasi. Lokasi : TWP Bumbang, Lombok Tengah Foto : Raymond Jakub

14


Stiker bergambar logo dan slogan kampanye dilekatkan di setiap perahu nelayan. Tujuannya agar ajakan untuk menjaga kawasan melekat di hati dan pikiran nelayan. Lokasi : Desa Mertak, Lombok Tengah Foto : Agus Kurniawan

Stickers with the campaign logo and slogan are fixed onto every fishing boat. The goal is to call upon fishers to keep the region embedded in their hearts and minds. Location : Village of Mertak, Central Lombok Photo : Agus Kurniawan

15


16


Elementary school students trained to bring a message home to their parents who work at catching fish in the sea: “Catch fish only in the sustainable fisheries zone”. Location : Central Lombok Photo : Agus Kurniawan

Murid-murid Sekolah Dasar dididik menjadi penyampai pesan bagi orangtuanya yang bekerja menangkap ikan di laut: “Tangkap ikan hanya di zona perikanan berkelanjutan”. Lokasi : Lombok Tengah Foto : Agus Kurniawan

17


Pemimpin kampung merupakan tokoh kunci yang ikut membantu Manajer Kampanye mendorong perubahan perilaku nelayan. Lokasi : Gerupuk, Desa Sengkol, Lombok Tengah Foto : Agus Kurniawan

The village leader is a key figure who helps the campaign manager to encourage behavioral changeamong the fishers. Location : Gerupuk, Village of Sengkol, Central Lombok Photo : Agus Kurniawan Pendekatan agama digunakan untuk mengajak nelayan mematuhi zonasi. Pemimpin agama dilibatkan untuk merancang lembar Jum’at dan berdakwah mengenai pentingnya menjaga sumberdaya perikanan untuk kelangsungan hidup generasi mendatang. Location : Lombok Tengah Photo : DKP Lombok Tengah

An approach through religion is used to persuade fishers to adhere to zoning rules. Religious leaders are involved in designing a sermon sheet for Friday prayers and preach about the importance of fishery resources to maintain the survival of future generations. Location : Central Lombok Photo : Central Lombok Marine & Fisheries Office

18


Taman Nasional Komodo

19


Ringkasan Kawasan Taman Nasional Komodo Taman Nasional ini adalah yang paling terkenal di Indonesia untuk Komodo dan memiliki profil tinggi di media dalam beberapa tahun ini (bersamaan dengan saat Rare memulai program di sana). Populasi sasaran adalah 4000, yang meliputi 132.572 ha DPL. Total luas kawasan ini adalah 173.000 yang mencakup wilayah darat dan laut. Seperti Taman Nasional lainnya, DPL ini dikelola oleh Kementerian Kehutanan. Taman Nasional Komodo terletak di Kepulauan Sunda Kecil di wilayah perbatasan antara propinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Taman mencakup tiga pulau besar Komodo, Padar dan Rinca, dan 26 yang lebih kecil. Taman nasional ini didirikan pada tahun 1980 untuk melindungi komodo, kadal terbesar di dunia. Kemudian, taman ini didedikasikan untuk melindungi spesies lain, termasuk spesies laut. Pada tahun 1991 taman nasional ini dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO (Wikipedia). Situs ini juga dinilai untuk menjadi salah satu dari “Tujuh Keajaiban Dunia”.

Komodo National Park This National Park is the most famous in Indonesia for its Komodo Dragon and has high profile in the media within the few years (at the same time that Rare initiates the program there). The population targeted is 4000, covering 132.572 hectares of MPA. The total area wide is 173,000 that cover terrestrial and marine area. Like other National Park, the MPA is managed by Ministry of Forestry.

Foto : Didik Hariadi Mahsyar

The Komodo National Park is located within the Lesser Sunda Islands in the border region between the provinces of East Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara. The park includes the three larger islands Komodo, Padar and Rinca, and 26 smaller ones. The national park was founded in 1980 in order to protect

20

the Komodo, the world’s largest lizard. Later it was dedicated to protecting other species, including marine species. In 1991 the national park was declared a UNESCO World Heritage Site (Wikipedia). This site is also judged for one of the “Seven Wonders of the World”.

Manajer Kampanye

Devi Soloandi Ayub Opat Devi biasa dipanggil Dopat. Dopat adalah sarjana di bidang kehutanan, dia telah lama bekerja di lapangan dan memiliki pengalaman bekerja dalam penjangkauan masyarakat untuk melindungi Taman Nasional. Pengalamannya 11 tahun bekerja di Taman Nasional telah terbukti sangat berarti untuk melaksanakan kampanye, yang juga didukung oleh motivasinya yang kuat. Dia memiliki pemikiran kritis yang telah dia tunjukkan selama dua tahun kampanye ini.

Devi is well known as Dopat. A bachelor in forestry, Devi has long been working in the field and does not have experience working in community outreach as much as he is working to protect the NP. However, his 11 years experiences working in the NP have already shown his perform in the campaign, which is also supported by his strong motivation. His has critical thinking skills that have been demonstrated during the 2 years campaign.


Bersama merencanakan pembentukan Koperasi Kredit Padakauang. Nama Padakauang diambil dari Bahasa Bajo yang artinya ‘bersama-sama mencapai cita-cita’. Koperasi ini dibentuk untuk melepaskan ketergantungan nelayan terhadap tengkulak untuk memperoleh modal usaha dan menghilangkan halangan nelayan untuk mematuhi aturan zonasi. Lokasi : Pulau Rinca, TN Komodo Foto : Ade Yuliani

Planning together for the establishment of the Padakauang Credit Union. The name Padakauang is taken from the Bajo language and it means ‘achieve goals together’. This cooperative was formed to release the fishers’s from relying on middlemen to obtain business capital and eliminating things that impeded fishers from complying with zoning rules. Location : Rinca Island, Komodo National Park Photo : Ade Yuliani

21


22


Tempat pelayanan Koperasi Kredit Padakauang. Memanfaatkan bangunan bekas pos jaga Polisi Kehutanan di Pulau Rinca. Fasilitas yang terbatas tidak menyurutkan semangat masyarakat Pulau Rinca untuk memajukan koperasi kredit ini. Lokasi : Pulau Rinca, TN Komodo Foto : Ade Yuliani

Padakauang Credit Union’s service center. They use the former gatehouse building once used by forest rangers on Rinca Island. The limited facilities do not dampen the spirit of the people of Rinca Island as they promote the work of this credit union. Location : Rinca Island, Komodo National Park Photo : Ade Yuliani

23


Masyarakat nelayan antusias menantikan peresmian Koperasi Kredit Padakauang. Lokasi : Pulau Rinca, TN Komodo Foto : Devi S. Opatt

24

Fishing communities look forward with enthusiasm to the inauguration of the Padakauang Credit Union. Location : Rinca Island, Komodo National Park Photo : Devi S. Opatt


Pagi hari adalah waktu terbaik bagi pengelola Koperasi Kredit Padakauang untuk mengajak keluarga nelayan bergabung menjadi anggota Koperasi Padakauang. Pagi sebelum pergi melaut atau melakukan aktivitas lainnya, keluarga nelayan biasanya memanfaatkan waktu dengan bersantai atau mengobrol dengan tetangga di bawah rumah mereka. Lokasi : Pulau Rinca, TN Komodo Foto : Ade Yuliani

Morning is the best time for the managers of the Padakauang Credit Union to invite fishers’ families to join their village’s cooperative. In the morning, before going fishing or doing other activities, the fishers’ families usually use the time to relax or chat with neighbors in front of their homes. Location : Rinca Island, Komodo National Park Photo : Ade Yuliani

25


Berbagai media digunakan untuk mengajak nelayan menjadi anggota koperasi. Spanduk warung terbukti cukup efektif untuk menyebarluaskan pesan ini. Lokasi : Pulau Rinca, TN Komodo Foto : Devi S. Opat

Various media are used to encourage fishers to become members of a cooperative. Banners on foodstalls and small shops have proved quite effective to disseminate this message. Location : Rinca Island, Komodo National Park Photo : Devi S. Opat

26


Taman Marin Tun Sakaran

27


Foto : M. Yayat Afianto

Ringkasan Kawasan

Manajer Kampanye

Tun Sakaran Marine Park Tun Sakaran Marine Park atau juga dikenal sebagai Kepulauan Semporna Park. Terletak di lepas pantai selatan dari Sabah, Tun Sakaran Marine Park didirikan pada tahun 2004, meliputi 35.000 ha laut dan terumbu karang, 10.000 ha daratan dan 8 pulau. Tun Sakaran adalah Taman Laut terbesar di Malaysia dan memberikan manfaat kepada 3.000 orang. Tun Sakaran adalah situs laut terkuat di Malaysia dalam hal fokus konservasi lokal dalam kebijakan pembangunan. Ia adalah salah satu Taman Laut Nasional yang pertama di Malaysia. Dalam Pride, situs ini membentuk jaringan dengan Tun Mustapha National Park yang merupakan bagian dari Bogor 3 (sudah selesai).

Fazrullah Rizally Fazrullah Rizally (kiri), atau yang akrab dipanggil Quai, telah bekerja untuk Sabah Parks sejak 1998. Quai menamatkan pendidikan D3 dan S1nya pada bidang Ilmu Perikanan di Universitas Putra Malaysia. Quai yang lahir di Keningau, sebuah kota kecil di pedalaman Sabah, sangat tertarik dengan konservasi laut terutama sekali karena menyadari Sabah merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dan mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati laut yang sangat tinggi.

Tun Sakaran Marine Park Tun Sakaran Marine Park or also known as Semporna Islands Park. Situated off the south coast of Sabah, Tun Sakaran Marine Park was established in 2004, covering 35,000 hectares of sea and coral reefs, 10,000 hectares of land and 8 islands. Tun Sakaran is the largest Marine Park in Malaysia and it brings benefit to 3,000 people. Tun Sakaran is the strongest marine sites across Malaysia, in terms of local conservation focus in development policy. This is one of the first marine National Parks in Malaysia. Within Pride, the site makes a network with Tun Mustapha National Park which was part of Bogor 3 (already completed).

28

Fazrullah Rizally (left), also known as Quai, has been working for Sabah Parks since 1998. Quai finished his three years diploma and bachelors’ degree at Putra Malaysia University majoring in Fisheries. Quai, who was born in Keningau, a small town in the interior of Sabah, is very interested in marine conservation particularly because he realizes that Sabah is part of the Coral Triangle and has high marine biodiversity.


Peta zonasi yang dicetak dengan bahan tahan air dibagikan pada nelayan sebagai panduan mereka setiap kali turun melaut. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Ade Yuliani Pelatihan Teknik Komunikasi dilakukan agar Ranger dapat memaksimalkan perannya mengawasi dan menjaga kawasan. Berbekal teknik komunikasi yang cukup, Ranger dengan mudah memberikan penjelasan mengenai aturan zonasi pada nelayan. Lokasi : Perairan Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Ade Yuliani

Zoning maps are printed using water-resistant materials and distributed to the fishers as a guide every time they go to sea. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Ade Yuliani

Communication Techniques Training is carried out in order to maximize the role of Rangers in overseeing and protecting the area. Armed with the necessary communication techniques, Rangers can easily provide fishers with an explanation of the zoning rules. Location : Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Ade Yuliani

29


A fisherman carefully studies the zoning map. Zones where people are not allowed to catch fish are colored according to the color of marker buoys which makes it easy for fishers to recognize the areas when they go to sea. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Ade Yuliani

Seorang nelayan mempelajari peta zonasi dengan cermat. Zona-zona yang tidak diperbolehkan untuk menangkap ikan diberi warna sesuai warna pelampung tanda batas untuk memudahkan nelayan mengenali daerahnya ketika turun melaut. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Ade Yuliani

30


Mendiskusikan pengaturan zonasi. Semua demi keberlanjutan sumber daya perikanan dan kelangsungan hidup di masa depan. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Ade Yuliani

Discussing the arrangements of the zoning. This is all for the sake of the sustainability of fisheries resources and the viability of livelihoods in the future. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Ade Yuliani

Nelayan dan perwakilan Taman-taman Sabah menandatangani kesepakatan untuk menjaga kawasan. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Taman-taman Sabah

Fishers and representative from Sabah’s Parks sign an agreement to protect the region. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Taman-taman Sabah

31


Posters urging people to fish only in the appropriate zone should be put up in every part of the village where fishers pass by. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Ade Yuliani

Poster-poster ajakan untuk menangkap ikan hanya di zona yang semestinya dipasang di tiap bagian kampung yang selalu dilewati nelayan. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Ade Yuliani

32


Installing the marker buoys helps fishers know the location of the zone where they are not allowed to fish. Location : Perairan Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Taman-taman Sabah

Memasang pelampung tanda batas untuk memudahkan nelayan mengenai zona yang tidak diperkenankan untuk memancing. Lokasi : Perairan Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Taman-taman Sabah

33


Kesenian tradisional digunakan sebagai media untuk mendorong kepatuhan nelayan terhadap zonasi. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Taman-taman Sabah

Traditional arts are used as a medium to encourage fishers to comply with the zoning. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Taman-taman Sabah

Berbagai informasi dikumpulkan sebelum membuat rencana kerja kampanye Pride. Lokasi : Pulau Selakan, Taman Marin Tun Sakaran, Sabah Foto : Taman-taman Sabah

Various information is gathered before making the Pride campaign’s work plans. Location : Selakan Island, Tun Sakaran Marine Park, Sabah Photo : Taman-taman Sabah

34


Pulau Tomia, Taman Nasional Wakatobi

35


Manajer Kampanye

Ringkasan Kawasan PulauTomia, Taman Nasional Wakatobi Wakatobi adalah Taman Laut Nasional yang terdiri dari sebuah kepulauan dengan empat pulau besar yang terletak di Sulawesi Tenggara, Indonesia. Taman nasional ini adalah daerah perlindungan laut terbesar kedua di Indonesia. Kepulauan Wakatobi memiliki 25 kelompok terumbu karang termasuk terumbu karang tepi, karang penghalang dan atol. Taman Nasional Wakatobi dengan luas total 1.390.000 ha didirikan pada tahun 2002. Taman ini dikelola oleh Dinas Taman Nasional Wakatobi. Pada tahun 2005 taman nasional ini dimasukkan ke dalam daftar Situs Warisan Dunia. Taman Nasional ini memiliki arah dan strategi yang jelas untuk hasil konservasi: sasarannya adalah SPAG dengan mengurangi ancaman penangkapan ikan yang berlebihan, melalui peningkatan kepatuhan nelayan di Tomia terhadap Kawasan Larang Ambil (SPTN 3). Pada akhir kampanye, ada dua KLA yang sudah aktif diberlakukan di SPTN 3 oleh tim MMP (Masyarakat Mitra Polhut). Pada tahun 2013 Taman Nasional Wakatobi terpilih sebagai Taman Nasional yang terbaik di Indonesia, dan kampanye ini merupakan salah satu hal utama dalam proses penilaian.

Tomia Island, Wakatobi National Park Wakatobi is a Marine National Park comprising an archipelago of four large islands located in Southeast Sulawesi, Indonesia. It is the second largest marine protected area in Indonesia. The Wakatobi Archipelago has 25 groups of coral reefs including fringing reefs, barrier reefs and atolls.Wakatobi National Park with a total area of 1,390,000 hectares was established in 2002. It is managed by the Wakatobi National Park Authority. The park has been listed as a tentative World Heritage Site since 2005

Foto : M. Yayat Afianto

The NP’s strategic directions to achieve conservation goals targeted SPAGs by reducing the threat of overfishing through increasing fishermen’s compliance with the NTZ in Tomia (working section 3). At the end of the campaign, there are two NTZ actively enforced in section 3 by MMP (Masyarakat Mitra Polhut). In 2013 Wakatobi National Park was elected as the best National Park in Indonesia, this campaign is one of the main points during the election process;

36

Foto: Hamri

Andi Subhan Andi Subhan telah bekerja selama 13 tahun dengan organisasinya dan memperlihatkan pengalaman hidup di lokasi. Andi adalah sarjana perikanan dan memiliki daftar panjang pengalaman lapangan. Di lapangan, Andi memperlihatkan kepercayaan diri, motivasi yang kuat, kemampuan komunikasi dan kepemimpinan yang baik. Meskipun tidak berasal dari lokasi, Andi telah tinggal di lokasi tersebut selama lebih dari 10 tahun dan memiliki pengalaman dalam monitoring dan penjangkauan dan kesadaran masyarakat, di antara banyak pengalaman lapangan lainnya. Dia memiliki rasa humor yang sangat baik. Dia adalah seorang penyelam dengan level advance (dive master) dan secara periodik terlibat langsung dalam monitoring wilayah larang tangkap. Andi memperoleh dukungan penuh dari IP dan khususnya dari kepala Taman Nasional. Dia telah berhasil mengembangkan kepercayaan dari nelayan lokal. Beberapa nelayan yang sebelumnya merupakan nelayan dengan bom ikan telah berbalik menjadi pelopor MMP.

Andi Subhan has worked 13 years with the organization and on site and has experience working and living on site experience living in site. Andi is holds a bachelor’s in fisheries and has long list of field experience. In the field, Andi have shown confidence, strong motivation, good communication skills and leadership. Although not originally from site, Andi has been living on site for more than 10 years and have experience in monitoring and community outreach and awareness, among many other field experiences. He a very good sense of humor. He is a dive master, and periodically involve directly on the biophysic monitoring of the NTZ. Andi is fully supported by the IP and particularly by the head of NP. He has successfully developed the trust of local fishers. Some fishers who used to be bombers are now converted as pioneers of MMP.


Andi Subhan sebagai manajer kampanye menanyakan kuis kepada salah seorang peserta pada kegiatan peluncuran kampanye Pride di Pulau Tomia, Wakatobi. Lokasi : Pulau Tomia, TN. Wakatobi Foto : Hamri

Andi Subhan, the campaign manager, poses a question to one of the quiz participants at the launch of the campaign’s activities on Tomia Island, Wakatobi. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : Hamri

37


The campaign mascot “Si Kotoha” helps elementary school children to understand the importance of conserving marine resources. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : Wakatobi National Park

Bersama maskot kampanye si “Kotoha” memberi pemahaman kepada anak-anak SD tentang pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya laut. Lokasi : Pulau Tomia, TN Wakatobi Foto : TN Wakatobi

38


Setting up and training the Polhut Community Partners (MMP) which is supported by all the target villages. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : Wakatobi National Park

Pembentukan dan pelatihan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang didukung oleh semua desa target. Lokasi : Pulau Tomia, TN Wakatobi Foto : TN Wakatobi

39


The traditional ceremony of Loloa done for generations by indigenous people to appreciate the richness of the natural resources. The traditional ceremony was attended by all stakeholders at the Festival Strait Kasilapa. Rare Pride campaign through the message ‘Respect for Local Culture for Sustainable Fishing’ became a central theme of this big event. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : M. Yayat Afianto

Upacara Adat Loloa yang dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat adat untuk menghargai kekayaan sumberdaya alam laut. Upacara adat ini diikuti oleh semua lapisan masyarakat pada saat Festival Selat Kasilapa. Kampanye Rare Pride melalui pesan Menghargai Budaya Lokal untuk Perikanan Berkelanjutan menjadi tema sentral kegiatan akbar ini. Lokasi : Pulau Tomia, TN Wakatobi Foto : M. Yayat Afianto

40


“Si Kotoha” was the mascot for the Selat Kasilapa Festival which was attended by more than three thousand people from the local communities on Tomia Island. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : M. Yayat Afianto

“Si Kotoha” menjadi maskot Festival Selat Kasilapa yang dihadiri lebih dari tiga ribu masyakat lokal Pulau Tomia. Lokasi : Pulau Tomia, TN Wakatobi Foto : M. Yayat Afianto

41


Salah satu kegiatan pemasaran sosial adalah melalui lomba karaoke, dan lagu kampanye menjadi lagu wajib yang dinyanyikan oleh setiap peserta. Lokasi : Desa Lamanggau, TN. Wakatobi Foto : M. Yayat Afianto

One of the social marketing activities used is a karaoke competition, and the campaign anthem was a compulsory song to be performed by each participant. Location : Village of Lamanggau, Wakatobi National Park Photo : M. Yayat Afianto

Melibatkan ibu-ibu dan masyarakat adat dalam memeriahkan Festival Selat Kasilapa. Lokasi : Pulau Tomia, TN Wakatobi Foto : M. Yayat Afianto

The involvement of women and indigenous people enlivened the Selat Kasilapa Festival. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : M. Yayat Afianto

42


Children enthusiastically reading a comic called “Bijak Bertindak” (Act Wisely) over and over again and then telling the story to their parents back home. Location : Village of Lamanggau, Wakatobi National Park Photo : M. Yayat Afianto

Anak-anak antusias membaca berulang-ulang komik “Bijak Bertindak” dan mereka menceritakan kembali isinya kepada orangtua mereka di rumah. Lokasi : Desa Lamanggau, TN. Wakatobi Foto : M. Yayat Afianto

43


Perawatan bola pelampung tanda batas zona pariwisata menjadi kegiatan rutin bagi para anggota MMP. Lokasi : Zona Pariwisata Marimabuk Foto : M. Yayat Afianto

Maintenance of the buoys used as boundary markers for the tourism zone is a routine activity for members of the Polhut Community Partners (MMP). Location : Tourist Zone, Marimabuk Photo : M. Yayat Afianto

MMP menjalankan fungsinya untuk memantau dan mencatat aktifitas pemanfaatan sumberdaya laut di wilayah kerja masing-masing. Lokasi : Pulau Tomia, TN. Wakatobi Foto : TN. Wakatobi

The MMP carry out their function which is to monitor and record the activities that involve the use of marine resources in their respective work areas. Location : Tomia Island, Wakatobi National Park Photo : Wakatobi National Park

44


Pulau Wangi-wangi Wakatobi

45


Manajer Kampanye

Pulau Wangi-wangi Lokasi kampanye berada di Provinsi Sulawesi Tenggara/KabupatenWakatobi/Kecamatan Wangiwangi dan Kecamatan Wangi-wangi Selatan/ Desa Waha, Desa Sombu, Kelurahan Waetuno, dan Desa Waelumu. Spesies kunci di kawasan ini adalah Ikan Kerapu, Ikan Sunu, Ikan Kaka Tua, Ikan Baronang, Ikan Kakap, Ikan Kuwe, Ikan Katamba, Cumi, Gurita, Teripang, Ikan Tuna, Ikan Cakalang, dan Ikan Layang.

Milawati Ode Milawati Ode, biasa dipanggil Mila, memiliki latar belakang pendidikan Perikanan dan Ilmu Kelautan.Dia sudah bekerja selama 6 tahun untuk DKP Wakatobi dan sudah beraktifitas selama 3 tahun di Pulau Wangi-wangi. Mila memiliki semangat yang kuat untuk memajukan perikanan di kawasannya. Dia diterima dengan baik oleh nelayan lokal dan dia dekat dengan anak-anak nelayan, dan juga para ibu-ibu istri nelayan. Seringkali Mila membawa anaknya yang masih berumur satu tahun berkeliling desa-desa target kampanye sambil bertemu dengan Pokmaswas dan kelompok ibuibu.

Daerah Perlindungan Laut telah terbentuk di 4 desa target. Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) juga telah terbentuk dan telah berjalan di 4 desa target tersebut.

Wangi-wangi Island The campaign site is located in the Province of Southeast Sulawesi/ District of Wakatobi/ SubDistricts of Wangi-wangi dan South Wangi-wangi/ Villages of Waha, Sombu, the Neighborhood of Waetuno, and Waelumu Village. The key species in this region are grouper, Leopard Coral Trout, Parrot Fish, Rabbit Fish, Snapper, Trevally, Emperor Fish, Squid, Octopus, Sea Cucumber, Tuna, Skipjack Tuna, and Indian Scad. An MPA has already been established covering the four target villages. Pokmaswas (community supervision teams) has already been established and is running in the four target villages. Foto : M. Yayat Afianto

46

Foto: M. Yayat Afianto

Ringkasan Kawasan

Milawati Ode is usually referred to as Mila and has an educational background in Fishery and Marine Science. She has been working for six years for Wakatobi DKP (Marine and Fisheries District Office) and has been running activities in Wangi-wangi Island for three years. Mila has a very strong drive to develop fisheries in the region. She is well-accepted by local fishers and is close to their children, as well as fishers’ wives. Mila often takes her one year old baby along on her visits to the campaign target villages to meet with the Pokmaswas and the womens’ groups.


Bupati Wakatobi Pak Hugua membuka acara peluncuran kampanye Pride Pulau Wangi-wangi yang bertempat di pantai Desa Waelumu. Lokasi : Desa Waelumu Foto : Asti Tyas Nurhidayati

Pak Hugua, Head of Wakatobi District Government, opens the Pride campaign launch event on Wangi-Wangi Island which took place on the beach at the village of Waelumu. Location : Village of Waelumu Photo : Asti Tyas Nurhidayati

Upacara adat merupakan puncak acara peresmian pemasangan tanda batas DPL di Pulau Wangi-wangi. Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : M. Yayat Afianto

A traditional ceremony is the culmination of the inauguration event for the boundary markers installed at Wangi-Wangi Island MPA. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : M. Yayat Afianto

47


Mila was helped by some volunteers to run a drawing competition for children with a marine life theme and with campaign messages placed in it. Location : Village of Waelumu Photo : M. Yayat Afianto

Mila dibantu beberapa sukarelawan membuat kegiatan lomba menggambar biota laut untuk anak-anak dengan menyisipkan pesan-pesan kampanye di dalamnya. Lokasi : Desa Waelumu Foto : M. Yayat Afianto

48


Para nelayan peserta lomba dayung begitu bersemangat memeriahkan rangkaian kegiatan penetapan DPL. Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : M. Yayat Afianto

The enthusiasm of the fishers competing in a rowing race creates a merry atmosphere at an event to establish the MPA. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : M. Yayat Afianto

Mila membuat kuis konservasi untuk anak-anak di sela-sela acara pemasangan tanda batas DPL. Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : M. Yayat Afianto

Mila runs a conservation quiz for children as a side attraction while the MPA boundary markers are being installed. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : M. Yayat Afianto

49


Campaign mascot “Si Apu” and traditional dancers enliven a customary ceremony before the installed MPA boundary markers are inaugurated. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : M. Yayat Afianto

Maskot kampanye “Si Apu” dan para penari adat memeriahkan upacara adat sebelum dilaksanakannya pemasangan tanda batas DPL perdana. Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : M. Yayat Afianto

50


Distribution of posters carried out by meeting and discussing directly with members of the target audience. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : Wakatobi Marine & Fisheries Office

Distribusi poster dilakukan dengan bertemu dan berdiskusi langsung bersama para khalayak target . Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : DKP Wakatobi

51


Pertemuan informal untuk mengevaluasi pemasangan tanda batas dilakukan tidak hanya dengan para nelayan, namun juga dengan para istri nelayan. Lokasi : Desa Waha, Wangi-wangi Foto : M. Yayat Afianto

An informal meeting to evaluate the installation of the boundary markers is attended not only by the fishers, but also by their wives. Location : Village of Waha, Wangi-wangi Photo : M. Yayat Afianto

52


Selat Tiworo, Muna, Sulawesi Tenggara

53


Foto : M. Yayat Afianto

Manajer Kampanye

Kawasan Konservasi Laut Daerah Selat Tiworo Kabupaten Muna adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Raha sebagai ibukota kabupaten. Selat Tiworo memiliki sekumpulan pulaupulau kecil, yang semuanya memiliki tutupan hutan mangrove dan karang. Kaya bio massa ikan, Selat Tiworo adalah tujuan menangkap ikan bagi nelayan dari Muna dan kabupaten-kabupaten lainnya yang berdekatan. KKDL seluas 27.936 ha ini telah memiliki sistem zonasi dan menjamin akses bagi nelayan lokal. Kawasan Larang Ambil di sini mencakup 44,22% dari total luas KKLD. Untuk sosialisasi KKLD, telah ada pemasangan pelampung penanda. Kampanye ini meliputi 8.026 total populasi di dalam dan sekitar Selat Tiworo. Pelampung penanda sudah terpasang di KLA Selat Latoa, dan Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) “Padakuang” telah berjalan secara efektif. Desa-desa lain di sekitar Selat Latoa tertarik untuk mengembangkan Pokmaswas juga.

La Ode Sairuddin La Ode Sairuddin dikenal sebagai Epi. Dia memiliki kualitas tinggi dengan pengalaman yang luas dalam hal program penjangkauan masyarakat dan jaringan baik di kabupaten maupun di tingkat lokal, yang diperolehnya dari pekerjaan sebelumnya sebagai Direktur sebuah LSM lokal. LSM tersebut cukup dihormati karena kredibilitasnya dalam bekerja dengan masyarakat di Tiworo. CM ini memasuki Dinas Perikanan pada tahun 2007. Dalam pemberdayaan masyarakat dan konservasi pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir, Dinas Perikanan sering bekerja sama dengan LSM yang pernah dipimpinnya. Dia memiliki ketrampilan kepemimpinan yang sangat baik untuk mengelola banyak relawan selama masa kampanye.

Selat Tiworo Regional Marine Conservation Area Muna district is one of the districts in South East Sulawesi province with Raha as its capital. Tiworo strait is an archipelago of small islands, of which all have mangrove forest and coral cover. Rich in fish biomass, Tiworo strait is the fishing destination for fisherman from Muna and other neighboring districts. The 27,936 hectares MPA has zoning system and ensure the access for local fisherman. The NTZ is 44.22% of the total MPA. To socialize the MPA, there has been buoy marker installation. The campaign is covering 8,026 total populations in and around Tiworo strait. The buoy markers are already installed in the Latoa Strait NTZ, and the Pokmaswas (community based surveillance team) “Padakuang” have been running effectively. Other villages around Latoa Strait are interested to develop the Pokmaswas as well.

54

Foto: M. Yayat Afianto

Ringkasan Kawasan

La Ode Sairuddin is well known as Epi. He has high quality with extensive experience of community outreach program and network both at District and local level, derived from his previous work as the Director of a local NGO. The NGO is well respected due to its credibility about working with community at Tiworo. The CM joined the Fishery Office in 2007. In community empowerment and coastal and small islands conservation, the Fishery Office often work together with the NGO that he used to lead. He got very good leadership skill to manage many volunteers during the campaign.


Epi mengajak semua nelayan di Selat Tiworo menjaga DPL Selat Latoa melalui kegiatan besar peluncuran kampanye Pride. Lokasi : Pulau Indo Foto : M. Yayat Afianto

Epi urges all the fishers in Selat Tiworo to look after the Selat Latoa MPA by way of a major event to launch the campaign Pride. Location : Indo Island Photo : M. Yayat Afianto

Jejeran perahu peserta pawai perahu hias dari beberapa desa di Kepulauan Tiworo dalam rangka peluncuran kampanye Pride. Lokasi : Pulau Indo Foto : M. Yayat Afianto

Rows of decorated boats belonging to regatta participants from several villages on the Tiworo Islands take part in the event to launch the Pride campaign.Location : Indo Island Photo : M. Yayat Afianto

55


56


Diskusi dengan para nelayan di masingmasing desa dilakukan secara rutin dan informal, sehingga Epi sebagai manajer kampanye dapat mendengar langsung harapan dan masukan dari para nelayan terhadap jalannya kampanye. Lokasi : Desa Tiga Foto : M. Yayat Afianto

Discussions with the fishers in each village were conducted regularly and informally, because Epi, as the campaign manager, hopes to hear direct feedback from the fishers on how the the campaign is running. Location : Village of Tiga Photo : M. Yayat Afianto

57


Pokmaswas (Community based surveillance team) team members in Padakauang, Tasipi village. The Pokmaswas was formed to oversee the Selat Latoa Protected Zone. Location : Village of Tasipi Photo : M. Yayat Afianto

Para anggota tim Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Padakauang Desa Tasipi. Pokmaswas pertama yang terbentuk untuk mengawasi Zona Perlindungan Selat Latoa. Lokasi : Desa Tasipi Foto : M. Yayat Afianto

58


Desain tanda batas dibuat sendiri oleh masyarakat dan diujicobakan langsung dengan bantuan tim teknis dari DKP Muna dan Rare. Lokasi : Selat Latoa Foto : Raymond Jakub

The boundary markers were designed by the community itself and tested directly with the help of the technical team from Muna Marine and Fisheries Office and Rare. Location : Latoa Strait Photo : Raymond Jakub

59


The successful manufacture of marker buoys provided very valuable lessons for other locations that also want to install boundary markers through a participatory process. Location : Latoa Strait Photo : Raymond Jakub

Keberhasilan pembuatan pelampung tanda batas merupakan pembelajaran yang sangat berharga untuk lokasi lain yang ingin membangun tanda batas secara partisipatif. Lokasi : Selat Latoa Foto : Raymond Jakub

60


A children’s sack race enlivens the event at which the boundary markers were installed. Location : Village of Tasipi Photo : Raymond Jakub

Lomba balap karung anak-anak memeriahkan kegiatan pemasangan tanda batas. Lokasi : Desa Tasipi Foto : Raymond Jakub

61


Epi melakukan evaluasi Pokmaswas secara rutin untuk menjaga momentum agar Zona Perlindungan Selat Latoa tetap terkelola dengan baik. Lokasi : Desa Tasipi Foto : M. Yayat Afianto

Papan mural mengenai Zona Perlindungan Selat Latoa dipasang di lokasi strategis di semua desa target sehingga mudah dibaca oleh para nelayan desa tersebut. Lokasi : Desa Bero Foto : M. Yayat Afianto

Epi routinely conducts a Pokmaswas evaluation in order to maintain momentum so that the Selat Latoa Protected Zone continues to be managed properly. Location : Village of Tasipi Photo : M. Yayat Afianto

The noticeboards about the Selat Latoa Protected Zone were installed at strategic locations in all the target villages so that they would be easy to read for the fishers of the village Location : Village of Bero Photo : M. Yayat Afianto

62


Teluk Kolono, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

63


Ringkasan Kawasan

Minapolitan Data, the living coral in the villages of Ngapawali and Tumbu-Tumbu Jaya is in an average condition. What the Marine and Fisheries Office has been doing to ensure the sustainability of coral ecosystem present in the five Pride Campaign target villages includes:

Teluk Kolono, Kabupaten Konawe Selatan Konawe Selatan adalah kabupaten baru, didirikan pada tahun 2003. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Konawe. Selain produk dari laut alami, petani dan nelayan di kabupaten ini membudidayakan ikan dengan membuat beberapa tanggul, kolam, dan di laut itu sendiri (Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia, 2011).

• •

Teluk Kolono yang mempunyai panjang garis pantai kurang lebih 54 km di mana hampir seluruh masyarakat pesisir yang ada menggantungkan hidupnya pada pesisir teluk berbagai kegiatan seperti penangkapan menggunakan banyak jenis alat tangkap. Berdasarkan Data Minapolitan Tahun 2011 Kondisi terumbu karang hidup yang ada di desa Ngapawali dan desa TumbuTumbu Jaya berkisar pada kondisi sedang. Upaya yang saat ini sedang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem terumbu karang yang ada di lima desa yang menjadi sasaran kampanye pride yaitu:

Manajer Kampanye

Pembuatan kesepakatan desa mengenai Daerah Perlindungan Laut (DPL) (termasuk kegiatan pemetaan partisipatif DPL) Pembentukan POKMASWAS dan menjalankan fungsinya

Saat ini kedua strategi di atas sudah masuk pada tahap finalisasi. Strategi ini diharapkan dapat mempertahankan keberlangsungan ekosistem terumbu karang yang ada di lima desa target dan sumberdaya perikanan yang ada di pesisir Teluk Kolono.

Foto : M. Yayat Afianto

At present the two strategies are at their final stage. They are expected to ensure the sustainability of the coral ecosystems in the five Pride Campaign target villages and fishery resources in Teluk Kolono.

Teluk Kolono, South Konawe District South Konawe is a new district, established in 2003. It is an extension of Konawe district. Besides its products from natural sea, the farmers and fishermen in the district cultivated the fish by making some embankment, ponds, and in the sea itself (Indonesia Investment Coordinating Board, 2011). Teluk Kolono has a shoreline of about 54 km with almost everyone in the coastal communities relying on the bay for their livelihoods through various activities such as fishing using different kinds of fishing equipment. Based on the 2011

64

Foto: M. Yayat Afianto

Establishing a village agreement on MPA (including a participatory MPA mapping activity) Establishing POKMASWAS and ensure it is carrying out its function

Musriyadi Musriyadi adalah seorang Sarjana Perikanan yang baru bekerja di organisasinya selama 4 tahun tetapi pernah menjadi relawan tahun 2006-2007 di Dinas Perikanan. Dia putra daerah, dan dikenal baik oleh nelayan setempat di Teluk Kolono. Dia aktif mengembangkan hubungan dengan nelayan lokal dan memperoleh banyak dukungan dari mereka. Dia memperlihatkan semangat dalam konservasi dan programnya diterima sepenuhnya oleh para nelayan setempat.

Bachelor of Fishery, Musriadi is just employed for 4 years but already become volunteer in 2006-2007 in the Fishery Office. He is local, and known well by local fishers in Teluk Kolono. He has actively developing relationship with local fishers and he got many support from them. He demonstrated a passion on conservation and he got full buy in from local fishers.


Penandatanganan dukungan terhadap kampanye Pride di teluk Kolono. Lokasi : Teluk Kolono Foto : Musriyadi

Signing a promise of support for the Pride campaign in Teluk Kolono. Location : Teluk Kolono Photo : Musriyadi

Pemasangan spanduk kios dengan pesan-pesan kampanye dilakukan sendiri oleh si pemilik kios. Lokasi : Teluk Kolono Foto : Musriyadi

Attaching a banner with campaign messages to a kiosk banner is carried out by its owner. Location : Teluk Kolono Photo : Musriyadi

65


Pertemuan pembentukan kesepakatan desa mengenai pengelolaan Daerah Perlindungan Laut di Teluk Kolono dihadiri oleh para pemangku kepentingan dari semua desa yang terlibat. Lokasi : Desa Ngapawali, Teluk Kolono Foto : Hamri

Membangun pemahaman sejak kecil untuk mendorong gerakan perubahan perilaku di masa depan melalui kegiatan kunjungan ke sekolah. Lokasi : Desa Ngapawali, Teluk Kolono Foto : Hamri

A meeting to formulate village agreements on the management of the Teluk Kolono Marine Protected Area is attended by stakeholders from all the villages involved. Location : Village of Ngapawali, Teluk Kolono Photo : Hamri

Developing understanding from childhood to give momentum to behavior change in the future is achieved through visits to schools. Location : Village of Ngapawali, Teluk Kolono Photo : Hamri

66


Melalui kegiatan olehraga, pesan-pesan kampanye diterima lebih mudah dan efektif oleh khalayak sasaran. Lokasi : Teluk Kolono Foto : Musriyadi Through sports activities, campaign messages are more easily and effectively received by the target audience. Location : Teluk Kolono Photo : Musriyadi

67


Penentuan batas DPL dilakukan secara partisipatif langsung di lapangan. Lokasi : Desa Tumbu-tumbu Jaya Foto : M. Yayat Afianto

Determination of MPA’s boundary is conducted in a participatory way directly in the field. Location : Village of Tumbu-tumbu Jaya Photo : M. Yayat Afianto

Penandatanganan peta partisipatif lokasi DPL menandai persetujuan masyarakat atas pembentukan DPL di desanya. Lokasi : Desa Tumbu-tumbu Jaya Foto : M. Yayat Afianto

Signing the participatory map indicating the location of the MPA represents the community’s consent for the establishment ofan MPA in the village. Location : Village of Tumbu-tumbu Jaya Photo : M. Yayat Afianto

68


Nelayan mulai merasakan hasil yang meningkat dengan adanya DPL di desa mereka. Lokasi : Desa Ngapawali, Teluk Kolono Foto : M. Yayat Afianto

Fishers begin to feel the improvement in results due to the presence of MPAs in their villages. Location : Village of Ngapawali, Teluk Kolono Photo : M. Yayat Afianto

69


Pengukuran fisik di lokasi DPL untuk melihat perkembangan dari tutupan karang keras sebelum dan sesudah kampanye. Lokasi : DPL Teluk Kolono Foto : Raymond Jakub

Physical measurements being made at the MPA site to see the development of hard coral cover before and after the campaign. Location : Teluk Kolono MPA Photo : Raymond Jakub

70


Misool, Raja Ampat, Papua Barat

71


Ringkasan Kawasan

dugong were also found. Potential spawning aggregation for several species of fish with high economic value such as grouper and napoleon were also found.

Kawasan Perlindungan Laut Misool Tenggara Ini adalah lokasi yang disponsori TNC seluas kurang lebih 365.900 ha dan merupakan habitat bagi spesies laut terancam punah yang penting. Jumlah penduduk yang terkena dampak kampanye akan tersebar di 13 desa. DPL ini terletak di bagian paling selatan Kabupaten Raja Ampat. Sampai saat ini Raja Ampat dikenal sebagai tempat yang terkaya dengan keanekaragaman terumbu karang dan ikan di dunia. DPL ini terdiri dari semua ekosistem pesisir termasuk terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang memiliki hubungan ekologis antara satu dan yang lain.

It also has the function as nursing ground, signed with the existence of mangrove forest, although relatively in smaller area compare to coral reefs. The karst islands also forms semi closed lakes that is strongly estimated as important nursing ground for various marine biota.

Manajer Kampanye

Ia juga memiliki fungsi sebagai kawasan pembibitan, yang ditandai dengan keberadaan hutan mangrove, meskipun luasannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan terumbu karang. Pulau-pulau karst juga membentuk danau setengah tertutup yang diduga kuat merupakan kawasan pembibitan yang penting bagi berbagai biota laut.

Foto : Rahmat Takbir

South East Misool Marine Protected Area This is TNC sponsored site comprising of c.a. 365.900 hectares and is home for important endangered marine species. Total population affected by the campaign would be spread in 13 villages. This MPA is located in the southest part of Raja Ampat District. Raja Ampat is known so far as the place with the richest reef and reef fish diversity in the world. The MPA consists of all coastal ecosystems including coral reefs, seagrass beds, and mangrove forest which has ecological relation between one and another. Southeast Misool MPA is a critical habitat for endangered species such as the Papuan crocodile, hawksbill and green sea turtle, and on several survey several species of whales and

72

Foto: Katherina Tjandra

DPL Misool Tenggara merupakan habitat yang sangat penting bagi satwa yang terancam punah seperti buaya Papua, penyu sisik dan penyu hijau, dan dalam beberapa survei juga ditemukan beberapa spesies paus dan dugong. Juga ditemukan potensi agregasi pemijahan untuk beberapa jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu dan napoleon.

Muhajir Muhajir cerdas dan sekarang telah memiliki cukup banyak pengalaman dalam penjangkauan dalam kampanye Pride. Muhajir adalah staf penuh waktu di TNC dan bekerja sebagai staf lapangan untuk monitoring dan evaluasi data. Dia sangat terbuka dan suka mencoba hal-hal yang baru. Muhajir adalah sarjana dalam ilmu kelautan.

Muhajir is bright and now he has enough experience in outreach in Pride campaign. Muhajir is a full time staff at TNC and works as field staff for monitoring and data evaluation. He is very open and likes to challenge himself to something new. Muhajir is a bachelor in marine science.


Kuis keliling kampung. Ibu-ibu, bapak-bapak dan anak-anak berkumpul di lapangan dan menjawab kuis sebagai aktifitas berbagi informasi tentang daerah tabungan ikan. Lokasi : Kampung Usaha Jaya, Misool Foto : Katherina Tjandra

Quiz on the street. Mums, dads and children gather in the field and answer the quiz questions, an activity used to share information about fish stock zones. Location : Village of Usaha Jaya, Misool Photo : Katherina Tjandra

73


Berbagi info dengan anak-anak. Menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam lautnya sejak dini. Agar tercapai ketahanan pangan. Lokasi : Kampung Usaha Jaya, Misool Foto : Katherina Tjandra

Sharing information with children. This raises awareness from an early age about the importance of protecting the nature in the sea. This is in order to achieve food security. Location : Village of Usaha Jaya, Misool Photo : Katherina Tjandra

74


Tanda batas membantu nelayan mengetahui tempat mana yang bisa untuk menangkap ikan dan mana yang tidak. Bola kuning menjadi tandanya. Lokasi : Misool Foto : Katherina Tjandra

Boundary markers help fishers know where they can go to catch fish and where they cannot. The yellow buoys are the signs. Location : Misool Photo : Katherina Tjandra

75


Menciptakan lagu di ujung dermaga kayu bersama rekan-rekan muda Misool. Lagu konservasi menggugah semangat banyak orang dan menjadi saluran penyampaian pesan-pesan kunci. Lokasi : Pos Lapangan TNC, Misool Foto : Katherina Tjandra

Writing a song at the end of a wooden jetty with other youths from Misool. The song inspires a spirit of conservation in many people and acts as a channel for delivering key messages. Location : Field Pos TNC, Misool Photo : Katherina Tjandra

Berbagi pengetahuan tidak harus kaku, tidak harus di dalam ruangan resmi. Namun bisa sambil bermain. Ondo, manajer kampanye, mengajak nelayan ikan hidup yang tinggal di pondok tengah laut Misool untuk bermain warna dan kegiatan yang boleh untuk mempelajari tidak boleh dilakukan di tiap-tiap zona. Lokasi : Camp Namlol, Misool Foto : Katherina Tjandra

Sharing knowledge does not have to be a serious affair, and does not necessarily have to take place in an official room. In fact it can happen while playing. Ondo, the campaign manager, invites fishers from the houses on stilts in the waters off Misool to play with colors play and point out activities that can and cannot be done in each zone. Location : Camp Namlol, Misool Photo : Katherina Tjandra

76


77


Mencapai garis finish, untuk selanjutnya melangkah maju berikutnya untuk mencapai perikanan berkelanjutan. Lomba dayung saat Festifal Misool. Lokasi : Kampung Yellu, Misool Foto : Rahmat Takbir

Laut, perahu dan nelayan adalah tak terpisahkan. Dayung terus dengan penuh semangat menuju ketahanan pangan dengan perikanan berkelanjutan. Lokasi : Kampung Yellu, Misool Foto : Rahmat Takbir

Having reached the finish line, the next step forward is to achieve sustainable fisheries. This was the rowing race held at the Misool Festival Location : Village of Yellu, Misool Photo : Rahmat Takbir

Having reached the finish line, the next step forward is to achieve sustainable fisheries. This was the rowing race held at the Misool Festival Location : Kampung Yellu, Misool Photo : Rahmat Takbir

78


Berkumpul, menjawab pertanyaan kuis, berbagi informasi tentang perikanan bersama si Wowo. Lokasi : Kampung Fafanlap, Misool Foto : Rahmat Takbir

Gathered to answer quiz questions, they share information about fishing with “Si Wowo�. Location : Village of Fafanlap, Misool Photo : Rahmat Takbir

79


The mascot “Si Wowo� visiting a school. Sharing information through the marine conservation quiz questions and a comic story in a writing book that is distributed to elementary school students. Location : Village of Fafanlap, Misool Photo : Rahmat Takbir

Si Wowo mengunjungi sekolah. Berbagi informasi konservasi laut lewat pertanyaan kuis dan cerita komik pada buku tulis yang dibagikan kepada murid-murid sekolah dasar. Lokasi : Kampung Fafanlap, Misool Foto : Rahmat Takbir

80


Kofiau dan Boo Raja Ampat, Papua Barat

81


Foto : Katherina Chandra

Ringkasan Kawasan

Manajer Kampanye

Kawasan Konservasi Laut Kofiau dan Boo Lokasi ini merupakan bagian dari Kabupaten Raja Ampat di Kawasan Bentangan Laut Kepala Burung. DPL ini terletak di jantung Segitiga Karang, dan orang-orang dari Kofiau memiliki tradisi lama yang telah berabad-abad dalam pengelolaan sumber daya alam mereka. DKP Raja Ampat memiliki kerjasama yang erat dengan TNC. Lokasi ini adalah pusat keanekaragaman terumbu karang dan ikan karang. Kawasan ini memiliki lebih dari 70% spesies ikan karang dunia. Dengan melindungi daerah ini, kita melindungi ekosistem laut yang paling beragam di dunia.

Adrianus Kaiba Adrianus tenang dan tahu banyak tentang kawasan kerjanya. Dia menunjukkan pemahaman atas lokasi. Dia adalah kepala BLUD KKPD (Badan Layanan Umum Daerah – Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Raja Ampat, posisi yang penting untuk mengeluarkan keputusan dan scara strategis mengintegrasikan kampanye Pride dengan strategi KKPD Raja Ampat.

Kofiau and Boo Marine Protected Area This site is part of the District of Raja Ampat at the Bird Head Seascape. The MPA Lies in the heart of the Coral Triangle, people of Kofiau has centuries of old tradition in management of their natural resources. The DKP of Raja Ampat has strong cooperation with TNC. The site is the center of coral reefs and reef fish diversity. It has over 70% of the world’s reef species. By protecting the area, we protect the most diverse marine ecosystem in the world.

82

Adrianus is calm and knowledgeable on his campaign site. He shows understanding on site. He is head of BLUD KKPD of Raja Ampat, an important role and might be able to make decisions and strategically integrate Pride with KKPD Raja Ampat strategies.


83


Nelayan di kampung di Kofiau mengamati poster dan lembar informasi tentang lokasi zona larang ambil dan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada zona tersebut, yang baru dibagikan oleh tim kampanye Pride. Peningkatan pengetahuan merupakan langkah pertama dari rangkaian strategi mengubah perilaku khalayak sasaran Lokasi : Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

Local fishers in Kofiau are looking at posters and information sheets, which have just been distributed by the Pride campaign team, about the location of the No Take Zone and the activities that can and cannot be conducted within the zone. Increasing knowledge is the first step of a series of strategies to change the behavior of target audiences. Location : Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

Anak-anak berfoto bersama dengan Ombar Apu di tengah pertandingan voli antar kampung di Kofiau. Maskot selalu menarik perhatian berbagai kalangan sehingga menjadi alat yang efektif untuk menarik perhatian masyarakat. Lokasi : Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

Children photographed with the mascot Ombar Apu during the volleyball tournament between the neighbourhoods of Kofiau. The mascot has always attracted the attention of the various groups it meets and is therefore an effective tool to gain the communities’ attention. Location : Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

84


Masyarakat Kofiau mendengar penjelasan dari tim kampanye Pride yang membagikan media berisi informasi lokasi NTZ. Perubahan perilaku dimulai dengan langkah awal peningkatan pengetahuan. Lokasi : Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

The community in Kofiau listen to an explanation by Pride campaign team who are distributing materials with information about the location of the No Take Zone. Behavior change begins with the initial step of increasing knowledge. Location : Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

Tampak warga kampung Dibalal memasang nama warungnya. Banyak media kreatif yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan. Hal-hal yang sering dilihat dan diakses masyarakat dapat diisi pesan konservasi. Lokasi : Kampung Dibalal, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

A villager from Dibalal puts up the name of the foodstall. A lot of creative media can be used to convey messages. Things that are often seen and are accessed by the community can carry conservation messages. Location : Village of Dibalal, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

85


The mascot for the Kofiau Pride campaign, Ombar Apu, greets a team who will contest the opening match of a futsal tournament. Location : Village of Dibalal, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

Maskot kampanye Pride Kofiau, Ombar Apu, menyalami tim peserta lomba futsal pada pembukaan pertandingan. Lokasi : Kampung Dibalal, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

86


The entire team, referees and organizers pose with Ombar Apu before the futsal competition begins. Sports activities are one of the channels that can be used to mobilize people and spread campaign messages. Location : Field post TNC Kofiau, Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

Seluruh tim, wasit dan panitia berfoto bersama Ombar Apu sebelum kegiatan lomba futsal dimulai. Kegiatan olahraga adalah salah satu saluran yang dapat digunakan untuk memobilisasi masa dan menyebarkan pesan-pesan kampanye. Lokasi : Pos lapangan TNC Kofiau, Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

87


Adrian, manajer kampanye, berbagi informasi yang tercantum dalam poster kepada tim lapangan yang membantu pelaksanaan kegiatan kampanye. Berbagi ketrampilan untuk peningkatan kapasitas tim lapangan. Lokasi : Pos lapangan TNC Kofiau, Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

Adrian, the campaign manager, shares information contained in a poster with the field team that is helping with the implementation of the campaign. They ar Location : Field post TNC Kofiau, Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

Seorang anak mengamati Ombar Apu sementara sang ibu mengamati poster yang berisi pesan kunci kampanye Pride. Kehadiran maskot dapat mencuri perhatian masyarakat untuk bergabung dan menggugah keingintahuan mereka. Lokasi : Pos lapangan TNC Kofiau, Kampung Deer, Kofiau Foto : TNC R4, Tim Kofiau

A child watches Ombar Apu as her mother looks at a poster carrying a key Pride campaign message. The presence of a mascot can catch the attention of the public to join and stimulate their curiosity. Location : Field post TNC Kofiau, Village of Deer, Kofiau Photo : TNC R4, Kofiau Team

88


Selat Dampier, Raja Ampat, Papua Barat

89


Ringkasan Kawasan

Manajer Kampanye

Kawasan Konservasi Laut Selat Dampier Kawasan ini merupakan bagian dari Kawasan Bentangan Laut Kepala Burung Papua. Situs ini disponsori oleh Conservation International. KKLD Dampier mencakup 301.886 ha dan akan memberikan manfaat kepada 11.000 orang. Lokasi ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat. KKLD ini merupakan bagian dari jaringan KKLD yang tengah berkembang di Kawasan Bentangan Laut Kepala Burung. Momentum KKLD benar-benar terjadi di Dampier dan sekitarnya. Dampier juga memiliki Kampanye Pride di bawah Bogor 4 yang berfokus pada empat KLA (Kawasan Larang Ambil) di bagian utara dan bagian timur KKL. Kampanye Bogor 5 berfokus pada KLA yang lainnya.

Rosa Gaman Rosa memiliki hubungan yang baik dengan supervisor dan pemahaman lokasi yang mendalam, pengalaman yang baik mengenai laut, kemampuan komunikasi yang baik, dan motivasi tinggi. Dia memiliki keterampilan komunikasi yang sangat baik terutama dengan penduduk setempat. Dia memperlihatkan semangat terhadap pengembangan masyarakat, terutama karena ia memiliki dukungan yang kuat dari supervisor dan tim kampanye CI.

Dampier memiliki 3 daerah kunci yang terkait, Wayag, Batanta dan Salawati, dengan total 10 KLA yang direncanakan tersebar di daerah-daerah tersebut. Kampanye ini meliputi 2/3 zona kawasan tersebut.

The Dampier Strait Marine Protected Area It is part of Bird Head Seascape of Papua. The site is sponsored by Conservation International. Dampier MPA covers 301,886 hectares and will benefit 11,000 people. The site is under District of Raja Ampat. This MPA is part of the emerging MPA network in Bird Head Seascape. The MPA momentum really takes place in Dampier and its surrounding areas. Dampier is also having Pride Campaign under Bogor 4 which focused on four of the NTZs in the northern and eastern part of the MPA. This Bogor 5 campaign is focus on the remaining NTZs, .

Foto : Katherina Tjandra

Dampier has 3 key associated regions, Wayag, Batanta and Salawati, with a total of 10 anticipated NTZs distributed across these areas. This campaign covering 2/3 zones of the area.

90

Rosa has good relationship with her supervisor and high understanding of the site, good experience on marine, good communication skills, and highly motivated. She has very good communication skill especially with the locals. She demonstrated a passion on the community development, particularly since she has strong support from her supervisor and CI’s campaign team.


Diskusi sebelum lomba masak. Kegiatan lomba menjadi ajang berkumpul ibu-ibu dan waktu yang tepat untuk berdiskusi bersama tentang isu sumberdaya dan wilayah laut mereka. Lokasi : Kampung Wamega, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

A discussion prior to a cookery competition. An event like this is an appropriate opportunity for women to gather and talk about the issues of resources and the marine areas where they live. Location : Village of Wamega, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

91


Rosa, manajer kampanye, menunjukkan poster tentang menjaga wilayah laut kepada ibu-ibu peserta lomba masak. Poster dan kegiatan lomba masak menjadi cara untuk berdiskusi bersama kelompok masyarakat mengenai isu yang ada di kampung mereka. Lokasi : Kampung Wamega, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

Rosa, the campaign manager, shows posters about protecting the marine area to the women participating in the cookery competition. The posters and the competition are ways to discuss village issues with community groups. Location : Village of Wamega, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

92


Delivering campaign messages can be done by way of fun activities. Here we see women dancing while engaged in a cookery competition. Location : Village of Wamega, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

Kegiatan penyampaian pesan kampanye bisa dilakukan dengan riang. Ibu-ibu berjoget di sela memasak pada kegiatan lomba masak. Lokasi : Kampung Wamega, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

93


Kelompok Ibu-ibu di depan hasil masakannya pada lomba masak yang menggunakan bahan non beras, bahan dari sekitar kampung mereka. Kegiatan penyebaran pesan kampanye Pride bisa dilakukan dengan cara yang beragam dan pada banyak kelompok masyarakat. Ibu-ibu sebagai pengelola rumah tangga menjadi agen penyebar pesan perubahan perilaku bagi anggota keluarganya. Lokasi : Kampung Wamega, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

A group of women present their entries in a cookery competition in which they used ingredients available in their village but without using rice. Disseminating Pride campaign messages can be carried out in different ways and with many community groups. Women, as the managers of their households, by spreading these messages, become the agents of behavioral change for their family members. Location : Village of Wamega, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

94


Mascot and children. Environmental education activities at the State Elementary School in the village of Wamega, Selat Dampier. Rosa, the campaign manager, is introducing “Si Mandar�. Knowledge about conserving nature is nurtured from an early age so that it is incorporated into the way of thinking of the next generation. Also the children happily pass the information on to their parents. Location : Village of Wamega, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

Maskot dan anak-anak. Kegiatan pendidikan lingkungan hidup di SD Negeri, Kampung Wamega - Selat Dampier. Rosa, manajer kampanye, mengenalkan Si Mandar. Informasi tentang menjaga alam sudah dipupuk sejak dini sehingga mengendap dalam alur berpikir pada generasi penerus. Juga anak-anak dengan riang meneruskan informasi tersebut pada orang tua mereka. Lokasi : Kampung Wamega, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

95


Salah satu kegiatan memobilisasi kelompok pemuda di wilayah KKPD Selat Dampier. Mereka berkumpul untuk berdiskusi bersama tentang pentingnya menjaga wilayah laut mereka, membangun kekompakan tim serta membuat lagu konservasi untuk membangkitkan semangat menjaga sumberdaya laut mereka. Lokasi : Pulau Senapan, Selat Dampier Foto : Tim CI, Dampier

One of the activities aimed at mobilizing youth groups in the Selat Dampier Marine Protected Area. They gathered to discuss the importance of protecting their marine areas, building teamwork and they wrote a song to generate enthusiasm for conserving their marine resources. Location : Senapan Island, Selat Dampier Photo : CI Team, Dampier

Aparat pemerintah sebagai pembuat kebijakan merupakan bagian penting dalam pengelolaan wilayah bersama-sama dengan masyarakat. Pelanggaran yang ditemukan oleh warganya dilaporkan untuk kemudian dicatat oleh para aparat di masing-masing kampung. Pertemuan aparat kampung, tokoh masyarakat dengan kepala distrik Salawati Utara, Raja Ampat. Lokasi : Pulau Senapan, Selat Dampier Foto : Katherina Tjandra

Local government officials, as policy makers, play an important role in the joint management of the area together with the community. Violations seen by local people are reported to the authorities in their respective villages and recorded. This is a meeting of village officials, community figures, and the Head of Salawati Utara District Government, Raja Ampat. Location : Senapan Island, Selat Dampier Photo : Katherina Tjandra

96


Teluk Mayalibit, Raja Ampat, Papua Barat

97


Foto : Rahmat Takbir

Manajer Kampanye

Kawasan Konservasi Laut Teluk Mayalibit Teluk Mayalibit adalah salah satu lokasi penangkapan yang paling terkenal untuk nelayan lokal. Teluk ini merupakan lokasi yang sangat unik dan kaya dengan ikan komersial, yang paling terutama adalah ikan ‘lema’ (Rastrelliger sp.), yang berlimpah di daerah ini. Penangkapan intensif spesies ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem di kawasan yang tertutup terumbu karang ini. Meskipun SPAG belum teridentifikasi di Teluk Mayalibit, kawasan ini dikenal sebagai lokasi agregasi ikan. Kondisi geografis di teluk dengan titik masuk/keluar tunggal yang sangat sempit untuk ikan dan transportasi nutrisi membuat situs menjadi sangat rentan. Ini adalah situs lain yang disponsori CI. Teluk Mayalibit meliputi 48.988 ha dan akan memberikan manfaat langsung kepada 1.200 orang.

Bertha Matatar Bertha menunjukkan semangat dan dorongan untuk bekerja dengan masyarakat untuk konservasi. Dia memiliki tim yang baik untuk mendukungnya, dan karena asli dari daerah ini dan masih muda, dia memperlihatkan perkembangan di masa mendatang, karena ia juga berpengalaman bekerja di lapangan. Hal ini akan menjadi aset bagi keberlangsungan kampanye di masa mendatang. Dia lulus dari Universitas Papua Jurusan Ilmu Kelautan. Dia mendapat banyak dukungan langsung dari nelayan lokal di Teluk Mayalibit.

Teluk Mayalibit Marine Protected Area Teluk Mayalibit is one of the most famous fishing ground for local fisherman. This is a very unique site and rich with commercial fish, most particularly the ‘lema’ (Rastrelliger sp.) fish, which is abundance in the area. Intensive catch of the species might cause the imbalance of ecosystem in the well-covered coral reefs area. Although SPAGs is not yet identified in Teluk Mayalibit, it is known as aggregation site for fish. The geographic condition of the bay with very narrow single entry/ exit point for fish and nutrient transport makes the site become very vulnerable. This is another CI sponsored site. Teluk Mayalibit, covering 48,988 hectare to directly benefit 1,200 people.

98

Foto: Rahmat Takbir

Ringkasan Kawasan

Bertha demonstrated a passion and drives to work with community for conservation. She has good team to support her, and being local and young she indicates future development, as she also experienced working in the field. It will be an asset for the continuity of the campaign in the future. She graduated from University of Papua majoring in marine science. She got many direct supports from local fishers in Teluk Mayalibit.


Pemetaan partisipatif oleh masyarakat kampung Lopintol. Masyarakat lokal yang paling mengenal wilayahnya. Kita membantu mereka memetakan permasalahan sehingga didapat solusi bersama. Lokasi : Kampung Lopintol Foto : Tim CI R4, Telma Tim

Participatory mapping by village communities in the Lopintol neighbourhood. Locals are the people who are most familiar with their area. We help them map the problems in order to reach solutions together. Location : Village of Lopintol Photo : CI Team R4, Telma Team

99


Lomba menggambar pada kaos. Dunia anakanak adalah dunia yang ceria penuh warnawarni. Isi dengan kreatifitas dan kegembiraan. Gambar dan kaos, dapat menjadi media penyampaian pesan kunci kampanye Pride. Lokasi : Kampung Warsamdin, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Telma tim

A drawing competition using t-shirts as a canvas. The world of children is a cheerful one which is full of color. It is filled with creativity and excitement. Pictures and t-shirts can be media that deliver key Pride campaign messages. Location : Village of Warsamdin, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

100


Siapa bilang masak adalah domain ibu-ibu? Kelompok bapak di Kampung Lopintol berfoto di depan hasil masakannya dalam kegiatan lomba memasak Kampung Lopintol. Kehadiran kelompok bapak ini menambah kesemarakan suasana lomba yang didominasi oleh ibu-ibu. Pesan kampanye dititipkan di awal kegiatan dengan bantuan media kampanye. Lokasi : Kampung Lopintol, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Tim Telma

Who says cooking is the domain of women? Groups of men from Lopintol take pictures in front of the results of their culinary efforts in their neighborhood’s cookery contest. The presence of this group of men adds to the magnificent atmosphere of a contest dominated by women. Messages are lodged at the beginning of the campaign activities with the help of the campaign’s materials. Location : Village of Lopintol, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

101


Discussions with the community to get more information on the issue of fisheries that are developing and also as part of the strategic approach to deliver campaign key messages. Location : Village of Lopintol, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

Diskusi dengan masyarakat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai isu perikanan yang sedang berkembang dan juga bagian dari strategi pendekatan menyampaikan pesan-pesan kunci kampanye. Lokasi : Kampung Lopintol, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Tim Telma

102


Kelompok suling tambur mengiringi Mama Lema, maskot kampanye Pride Teluk Mayalibit, keliling kampung saat peluncuran kegiatan kampanye. Maskot menjadi daya tarik masyarakat untuk berkumpul. Lokasi : Kampung Warsamdin, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Tim Telma

A musical group playing drums and flutes accompany Mama Lema, the Teluk Mayalibit Pride campaign mascot, around the village at the launch of the campaign. Mascots attract the attraction of the gathering community. Location : Village of Warsamdin, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

103


Memasang umbul-umbul berisi pesan kunci kampanye. Membuat semarak kegiatan launching kampanye di Teluk Mayalibit. Lokasi : Kampung Warsamdin, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Tim Telma

Installing banners containing key messages of the campaign. Creating a lively launch activity for the Teluk Mayalibit campaign Location : Village of Warsamdin, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

104


Persiapan kegiatan lomba memasak. Sebelum lomba dimulai, Bertha berbagi pesan-pesan kunci bagi para peserta. Lokasi : Kampung Warsamdin, Teluk Mayalibit Foto : Tim CI R4, Tim Telma

Preparations for a cookery contest. Before the contest started, Bertha shared key messages with participants. Location : Village of Warsamdin, Teluk Mayalibit Photo : CI Team R4, Telma Team

Masyarakat memanfaatkan sumber daya ikan, masyarakat mengelola sumber daya mereka. Berfoto bersama setelah pertemuan kampung Warsamdin menyepakati peraturan kampung tentang pengelolaan ikan lema. Lokasi : Kampung Warsamdin, Teluk Mayalibit Foto: Tim CI R4, Tim Telma

Communities use fisheries resources and communities manage these resources. Here they are photographed together after a meeting in Warsamdin where they agreed on village rules for the management of mackerel fishing. Location : Village of Warsamdin, Teluk Mayalibit Photo: CI Team R4, Telma Team

105


106


Salah satu perkampungan nelayan di Teluk Mayalibit. Lokasi : Teluk Mayalibit Foto : Rahmat Takbir

One of fisherman village in Teluk Mayalibit. Location : Teluk Mayalibit Photo : Rahmat Takbir

107


108



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.