Buletin Lensa Medika Edisi 11

Page 1

11, April 2020

LAPORAN UTAMA

Lahir dari Masyarakat, Stigma Memperlambat Penanganan Covid-19 INFO KBM Kuliah Daring: Efektifkah?

TURN BACK HOAX Mitos Seputar Covid-19 dari Makan Bawang Putih sampai Mandi Air Panas

KOLOM PRODI

OPINI MAHASISWA

Covid-19 dan Indonesia

Bahaya Stigma Di tengah Corona



Sekilas

Halo Pembaca Setia! Buletin Erythro kembali hadir! Kali ini, kami akan membawakan tema yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat di seluruh dunia, yaitu isu dan stigmatisasi dalam pandemi Covid-19. Sebenarnya apa sih Covid-19 itu? Corona virus disease 2019 atau disingkat Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis coronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi corono virus 2019-2020 . Penderita Covid-19 mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sementara, gejala seperti sakit tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang paling rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multi organ. Pada bulan Maret hingga April 2020 ini, Indonesia tengah diramaikan dengan virus Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China. Tidak hanya di Indonesia saja, bahkan virus ini telah tersebar luas di seluruh dunia. Namun, di balik meruaknya pandemi ini, nampaknya muncul pula berbagai macam isu, antara lain stigmatisasi terhadap tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat. Mau tahu lebih lanjut? Jangan berhenti membaca sampai halaman ini saja, ya!

STIGMA!

11 3


Laporan Utama

Lahir dari Masyarakat,Stigma Memperlambat Penanganan Covid-19? Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata covid-19? Sebuah wabah, sebuah pandemi, penularannya cepat, penyakit yang mematikan, tidak dapat disembuhkan bila terkena. Lalu, bagaimana tanggapan kalian mengenai korban-korban covid-19 dan tenga medis yang menanganinya? Jauhi dia; jangan dekat-dekat, nanti bisa tertular. Seperti itulah kira-kira pikiran masyarakat Indonesia mengenai penyakit covid-19 dan penderitanya. Pikiran-pikiran tersebut adalah hasil dari stigma masyarakat terhadap covid-19 dan orang yang terlibat. Stigma adalah pandangan atau kepercayaan negatif yang ditujukan masyarakat terhadap sesuatu. Stigma buruk yang muncul dalam masyarakat disinyalir menjadi alasan masyarakat enggan memeriksakan diri. Bahkan, orangorang yang mungkin terjangkit covid19, dengan ditandai adanya gejalagejala penyakit tersebut, menjadi enggan untuk memeriksakan diri ke pusat kesehatan. Menurut Arden Jalu Saksana, seorang mahasiswa psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS), korban yang 4

11

stigma dari masyarakat akibat terjangkit covid-19 bisa dikatakan menjadi korban dua kali: menjadi korban virus covid-19, maupun korban pemberian stigma negatif oleh masyarakat. Stigma negatif yang muncul menciptakan keresahan di kalangan masyarakat. Salah satu akibatnya ialah munculnya fenomena panic buying, yaitu ketika masyarakat membeli barangbarang dalam jumlah banyak padahal belum tentu dibutuhkan. Selain itu, stigma masyarakat terhadap korban positif covid-19, juga membuat mereka memiliki pikiran-pikiran yang berlebihan, mencurigai tempat-tempat dan kejadian, serta mencurigai orang-orang yang terlibat dalam penanganan virus ini. Dilansir dari kompas, di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada hari Senin (30/3) saat jenazah korban positif covid-19 hendak dikremasi, terpaksa tertahan di mobil ambulans selama 24 jam karena kedatangannya ditolak oleh w a rg a . H i n g g a a k h i r n ya p i h a k Kepolisian, TNI, dan Pemerintah Kota secara langsung memberikan pemahaman kepada warga setempat.


Laporan Utama

Stigma masyarakat tidak hanya ditujukan kepada korban, tetapi juga ditujukan kepada tenaga medis yang berkaitan dalam penanganan virus tersebut. Dilansir dari cnn Indonesia, hal tersebut dirasakan oleh tenaga medis Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur. Mereka mengakui adanya perasaan khawatir oleh tetangga dan masyarakat sekitar. Pada hari Kamis (26/3) Direktur RSUP menyatakan, meski tenaga medis rumah sakitnya tidak sampai diusir dari tempat yang mereka tinggali, mereka mengaku merasa tidak nyaman akan adanya stigma tersebut. Stigma masyarakat juga diperburuk dengan munculnya berita hoaks, terutama dari media daring. Penyebaran informasi yang cepat tanpa sumber yang jelas membuat masyarakat salah kaprah dalam bertindak. “Yang pasti kita semua sudah dewasa. Media pembelajaran juga banyak. Sudah sewajarnya kita bersikap tenang dan mencari kebenarannya dengan pakarpakar atau riset yang sudah terjamin kebenarannya dan jangan langsung disebarkan begitu saja,.� ujar Maulana seorang mahasiswa psikologi FK UNS. Dalam pencegahan pandemic covid-19 ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan social distancing sebagai upaya untuk menekan penyebaran. Masyarakat dihimbau untuk beraktivitas di rumah,

mulai dari bekerja di rumah, belajar di rumah, dan juga beribadah di rumah. Masyarakat dianjurkan untuk tidak berada p a d a ke r a m a i a n d a n j u g a t i d a k mengadakan acara keramaian. “Sebenarnya social distancing ini efektif untuk menangkal covid-19 apabila benar-benar dipatuhi oleh masyarakat. Karena dengan social distancing kita bisa memutus rantai penyebaran virus covid19 itu sendiri. Tapi yang sangat disayangkan adalah banyak masyarakat yang masih merasa bahwa social distancing ini kurang berguna, bahkan banyak dari mereka yang menggunakannya untuk liburan. Justru kegiatan tersebut akan memperparah kondisi yang ada,� ujar Arden. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa harus tetap tenang dan waspada menanggapi pandemi covid-19 ini. Bagi para mahasiswa yang merantau alangkah baiknya tetap tinggal di tempat kalian berada. Berolahraga, menjaga pola makan, dan kebersihan menjadi tindakan dasar sebagai upaya perlindungan diri. Saling mendukung dan tidak mendiskriminasi mereka yang sedang dalam perawatan ataupun telah sembuh, dan yang paling penting kita harus memberikan dukungan baik secara sosial maupun emosional pada tenaga medis maupun orang-orang yang terlibat dalam penanganan virus ini. (RANGGA/YASSIRLY) 11

5


Turn Back Hoax

Mitos Seputar CoVid-19 dari Makan Bawang Putih sampai Mandi Air Panas Cek Faktanya! Oleh: Agnita Farah Bias K. Sejak adanya pandemi CoVid-19, beredar mitos-mitos seputar CoVid-19 yang sama hebohnya dengan penyakit itu sendiri. Berdasarkan situs resmi World Health Organization (WHO), terdapat sejumlah mitos tentang CoVid-19. Berikut ini beberapa mitos yang kerap beredar di Indonesia.

Hanya saja, orang yang lebih tua dan memiliki riwayat penyakit sebelumnya (seperti asma, diabetes, penyakit jantung, d l l . ) t a m p a k n ya l e b i h re n t a n u n t u k menderita sakit parah akibat virus ini. Mandi air panas mencegah virus Corona?

NO! WHO mengatakan bahwa Makan Bawang Putih Cegah Infeksi Virus mandi air panas tidak akan mencegah kalian Corona? terkena virus Corona. Suhu tubuh normal Dilansir dari situs resminya, WHO manusia tetap berada di sekitar 36,5°C menyebutkan bahwa meskipun bawang putih hingga 37°C, terlepas mandi air panas atau merupakan makanan sehat dan memiliki sifat tidak. Sebenarnya, mandi air panas dengan anti mikroba, tetapi makan bawang putih air yang sangat panas bisa berbahaya, bukanlah langkah pencegahan virus Corona karena dapat membakar tubuh. yang tepat. “Tidak ada bukti yang menunjukkan makan bawang putih dapat NOTE: Menurut WHO, cara yang paling melindungi orang dari wabah virus Corona efektif untuk melindungi diri dari CoVid-19 baruini,â€?tulisWHO,dilansirMedicalDaily. adalah dengan rajin membersihkan tangan Orang tua dan anak-anak rentan terkena virus dengan sabun dan air atau pembersih Corona? berbasis alkohol, menjaga jarak setidaknya Salah. WHO mengatakan bahwa satu meter dari orang yang batuk atau semua orang dari segala usia dapat terinfeksi bersin, tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut, menutup mulut saat batuk dengan oleh virus Corona. Sumber: siku yang terlipat atau tisu, serta 15 Mitos Virus Corona dari Makan Bawang Putih sampai Mandi Air Panas, https://www.suara.com/news/2020/03/06/174906/15-mitos-virus-coronadari-makan-bawang-putih-sampai-mandi-air-panas mengisolasi diri jika merasa tidak sehat. Makan Bawang Putih Bisa Cegah Infeksi Virus Corona, Mitos atau Fakta https://www.suara.com/health/2020/02/07/141426/makan-bawang-putihbisa-cegah-infeksi-virus-corona-mitos-atau-fakta

6

11


Opini Opini Mahasiswa Mahasiswa

BAHAYA STIGMA DITENGAH CORONA Oleh: Riziqi Maisaroh, Psikologi 2019 Sejak awal tahun ini, penyakit Coronavirus (CoV) atau COVID-19 terus menyebar cepat ke seluruh dunia. Penyakit ini ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization (WHO). Sebuah keadaan yang tidak bisa dianggap remeh, karena sepanjang sejarah manusia hanya sedikit sekali jenis penyakit yang ditetapkan sebagai pandemi. Informasi mengenai penyakit ini telah beredar luas. Hal ini tentunya bertujuan membentuk pemahaman yang benar di masyarakat sehingga mampu bekerjasama dalam menghentikan penyebaran COVID-19 dan ikut mengatasi krisis yang menyertainya. Namun kenyatannya, masih banyak reaksi masyarakat yang berlebihan untuk sebuah alasan takut tertular. Mulai dari penyemprotan desinfektan ke tubuh, pemborongan Alat Pelindung Diri (APD), tindakan diskriminasi dan penolakan terhadap orang yang berstatus Orang Dalam Pemantauan (ODP), tenaga medis, jenazah pasien COVID-19 dan bahkan terhadap keluarga Intensitas media dalam mengulas isu ini sangat berpengaruh terhadap pembentukan pola pikir kita. Sodoran informasi mengenai virus ini dan angka-angka ataupun graďŹ k perkembangan pandemi ini telah membentuk kecemasan tersendiri. Stigma buruk terhadap pasien maupun tenaga kesehatan akan tetap bertahan di tengah masyarakat apabila kita tidak menyadari bahayanya.

Beberapa kasus yang terjadi yaitu diskriminasi tenaga medis yang pulang ke rumah dan juga pasien COVID-19 atau yang baru menyandang status ODP. Stigma masyarakat terlanjur buruk untuk menyadari bahwa faktanya tenaga medis sudah menjalankan prosedur yang tepat. Alih-alih menghargai perjuangan mereka, kita malah terlalu fokus akan ketakutan kita yang sebenarnya tidak beralasan. Tindakantindakan semacam ini tidak mengurangi tingkat penyebaran virusnya namun hanya akan memperburuk keadaan. Stigma negatif ini sangat berbahaya, bayangkan saja pengaruhnya terhadap psikis para tenaga medis. Tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan stress dan tentunya berpengaruh terhadap kinerja dan kesehatan mereka. Hal ini juga menimbulkan ketakutan lain. Reaksi yang mungkin diterima membuat masyarakat menjadi takut untuk memeriksakan diri ketika sakit. Upaya dalam memutus rantai penyebaran virus ini pun menjadi terhambat. Apabila kita benar-benar ingin pandemi ini berakhir, dukung orang-orang sekitar kita untuk bisa bertahan dan terus berjuang. Pahami informasi dengan baik dan enyahkan stigma negatif yang memperburuk keadaan. Lawan penyakitnya bukan orangnya. 11 7




Kolom Prodi

Covid-19 dan Indonesia Oleh: Thalyta dan Vivianora diva Wabah Covid-19 yang terus menerus meluas telah membuat masyarakat Indonesia dan juga masyarakat internasional khawatir. Pemerintah terus berupaya untuk menekan penyebaran Covid-19 dengan berbagai cara seperti menyediakan rumah sakit rujukan untuk pasien corona, meluncurkan situs resmi terkait Covid-19, menghimbau agar masyarakat menghindari kerumunan orang, serta membuat proses belajar menjadi di dalam rumah atau secara daring. Selain itu, pemerintah juga telah memulai rapid test Covid-19 pada 20 Maret 2020 dengan prioritas pertama adalah orang yang telah kontak dekat pasien positif baik yang dirawat di rumah sakit (RS) maupun yang mengisolasi diri di rumah, kedua adalah tenaga kesehatan. Rapid test dilakukan menggunakan metode pemeriksaan antibodi, bukan melakukan pemeriksaan langsung terhadap virusnya. Diharapkan dengan dilakukannya Rapid test dapat menjaring secara cepat keberadaan kasus positif. Perjuangan yang harus dilakukan tenaga medis untuk menyelamatkan pasien Covid-19 patut diapresiasi dan didukung. Sebagai garda terdepan, mereka tidak hanya harus menangani pasien-pasien dengan baik namun juga harus memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Ada banyak hal yang dialami oleh petugas medis yang menangani virus tersebut, mulai dari sulitnya mendapatkan Alat Pelindung Diri (APD) serta berjaga dari pagi sampai malam demi menangani pasien hingga tidak bisa berkumpul dengan keluarga mereka. Sebagai tindakan pencegahan penyebaran infeksi Covid-19, Universitas Sebelas Maret juga telah menetapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan aktivitas di kampus, di mana salah satu isinya adalah melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring (sistem pembelajaran secara on-line) mulai tanggal 16 Maret s.d. 30 April 2020 Banyak pihak yang telah berjuang untuk menangani penyebaran Covid-19 ini. Hendaknya kita sebagai masyarakat mendukung upaya tersebut dengan mengikuti kebijakan maupun anjuran yang telah ditetapkan pemerintah. 10

11


Hiburan

YUK MAIN YUK

Carilah 7 kata yang berhubungan dengan “Peralatan Medis�. Kata tersebut dapat ditemukan dalam posisi vertikal, horizontal, miring kanan, dan miring kiri. Kirim jawaban ke e-mail erythro.redaksi@gmail.com. Akan ada hadiah berupa saldo ovo/go-pay bagi pengirim tercepat dengan seluruh jawaban benar! 11 11



Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.