INVENTORI BANGUNAN BERSEJARAH Nama bangunan Nomor bangunan
: Gedung Asuransi Jiwasraya : 53
Lokasi
Gambar I.1. Foto udara Gedung Jiwasraya,Bandung Sumber : Google earth, 2015 Gedung Asuransi Jiwasraya bertempat di Jalan Asia Afrika No 53, Desa Braga Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Batas-batas bangunan adalah sebagai berikut: Timur : PERSERO Waskita Karya
Selatan : Alun – Alun Bandung
Barat : Bank Mandiri
Utara : Pertokoan
Pemilik sekarang Penggunaan sekarang Signifikansi
Pemerintah Kota Bandung (BUMN) Gedung Asuransi Jiwasraya Gedung Jiwasraya memenuhi nilai nilai yang menjadikannya sebagai gedung bersejarah Grade A : 1. Nilai Sejarah : Gedung asuransi Jiwasraya merupakan salah satu bangunan di Indonesia khususnya kota Bandung yang mewakili gaya arsitektur transisi (1890-1915) yang terjadi di Hindia Belanda pada periode tersebut. Gaya/ langgam arsitektur yang digunakan adalah gaya Neo-Klasik dan Art Deco. ( Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada bagian 2 tentang karakter arsitektur). Selain itu, bangunan ini pernah menjadi markas Resimen 88 Divisi III Priangan dipimpin oleh Kolonel Arudji Kartawinata. Resimen 8 ini merupakan pasukan yang ikut berperan dalam peristiwa heroik Bandung Lautan Api. Dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan, Bangunan ini bisa menjadi salah satu bukti adanya peralihan gaya arsitektur dan saksi perjuangan rakyat saat itu. 2. Nilai Ilmu Pengetahuan : sebagai stilasi adanya perubahan selera dalam dunia arsitektur di Hindia Belanda saat itu sehingga dapat dipelajari oleh masyarakat Indonesia. 3. Nilai Sosial/ Budaya : Memperkuat identitas Bandung sebagai laboratorium arsitektur Art Deco terbesar di dunia Oleh karena itu, signifikansi Gedung Jiwasraya merupakan gedung yang perlu dilestarikan karena memenuhi kriteria di atas.
Bagian I: Informasi Sejarah A. Sejarah Fisik 1. Tanggal didirikan 2. Arsitek 3. Pemilik asli 4. Pembangun/Kontraktor 5. Rencana & konstruksi awal B. Konteks sejarah
Tahun 1914 Ir Snuyf dan Ir. F.L Wiemans Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ) Burgerlijke Openbare Werken ( BOW) yang merupakan dinas pembangunan sipil Hindia Belanda Rencana awal bangunan memang didirikan untuk memperluas jaringan perusahaan asuransi NILLMIJ di Bandung Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859 Jiwasraya dibangun dari sejarah teramat panjang. Bermula dari NILLMIJ, Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859, tanggal 31 Desember 1859. Perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali ada di Indonesia (Hindia Belanda waktu itu) didirikan dengan Akte Notaris William Hendry Herklots Nomor 185. 13 Oktober 1945 Gedung Jiwasraya sempat menjadi markas Resimen 8 8 Divisi III Priangan dipimpin oleh Kolonel Arudji Kartawinata. Resimen 8 ini merupakan pasukan yang ikut berperan dalam peristiwa heroik Bandung Lautan Api. 17 Desember 1960 : PT Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera Pada tahun 1957 perusahaan asuransi jiwa milik Belanda yang ada di Indonesia dinasionalisasi sejalan dengan program Indonesianisasi perekonomian Indonesia. Tanggal 17 Desember 1960 NILLMIJ van 1859 dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1958 dengan merubah namanya menjadi PT Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera. 1 Januari 1961 : Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 214 tahun 1961, tanggal 1 Januari 1961, 9 (sembilan) perusahaan asuransi jiwa milik Belanda dengan inti NILLMIJ van 1859 dilebur menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera. 1 Januari 1965 : Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera Pada tanggal 1 Januari 1965 berdasarkan Keputusan Menteri PPP Nomor BAPN 1-3-24, nama Perusahaan negara Asuransi Djiwa Eka Sedjahtera diubah menjadi Perusahaan Negara Asuransi Djiwa Djasa Sedjahtera.
1 Januari 1966 : Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja Berdasarkan PP No.40 tahun 1965 didirikan Perusahaan Negara yang baru bernama Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja yang merupakan peleburan dari Perusahaan negara Asuransi Djiwa Sedjahtera. 1 Januari 1966 : Integrasi PT Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional dengan Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja Berdasarkan SK Menteri Urusan Perasuransian Nomor 2/SK/66 tanggal 1 Januari 1966, PT Pertanggungan Djiwa Dharma Nasional dikuasai oleh Pemerintah dan diintegrasikan kedalam Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraja. 21 Agustus 1984 : PT Asuransi Jiwasraya Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 tahun 1972, tanggal 23 Maret 1973 dengan Akta Notaris Mohamad Ali Nomor 12 tahun 1973, Perusahaan Negara Asuransi Djiwasraya berubah status menajdi Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Jiwasraya yang Anggaran Dasarnya kemudian diubah dan ditambah dengan Akta Notaris Sri Rahayu Nomor 839 tahun 1984 Tambahan Berita Negara Nomor 67 tanggal 21 Agustus 1984 menjadi PT Asuransi Jiwasraya. 14 Juli 2003 : PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995, diubah dan ditambah terakhir dengan Akta Notaris Imas Fatimah SH, Nomor 10 tanggal 12 Mei 1988 dan Akte Perbaikan Nomor 19 tanggal 8 September 1998 yang telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Nomor 1671 tanggal 16 Maret 2000 dan Akte Perubahan Notaris Sri Rahayu H.Prasetyo,Sh, Nomor 03 tanggal 14 Juli 2003 menjadi PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Gedung Asuransi Jiwasraya didesain oleh arsiteknya pada tahun 1909 , dimana pada saat itu terjadi gaya transisi arsitektur di Hindia Belanda ( akhir abad 19 menuju awal abad 20 yakni periode tahun 1890-1915). Hal ini dikarenakan terjadinya banyak perubahan dalam masyarakat, yang akhirnya mempengaruhi arsitek arsitek Belanda dalam merancang bangunan di Indonesia. Kebanyakan arsitek-arsitek Belanda pada masa itu membangun gedung sesuai dengan gaya arsitektur yang sedang marak dipakai di Belanda atau dunia Internasional. Salah satunya adalah gaya arsitektur Neo-Klasik dan Art Deco. Pada periode pembangunan dan arsitek yang sama dengan pembangunan Gedung Jiwasraya, banyak bangunan yang dibangun mengikuti gaya arsitektur Art Deco. Dalam hal ini, BOW sebagai biro arsitektur Belanda saat itu, adalah biro mempelopori bangunan- bangunan dengan gaya arsitektur transisi di Indonesia. Berikut adalah
contoh bangunan NILLMIJ di kota lain yang dibangun pada periode 1890-1915 oleh arsitek yang sama dengan NILLMIJ Bandung:
Gambar I.2. Gedung pusat NILLMIJ, Surabaya Sumber: Ferry Sugianto, 2009
Gambar I.3. Gedung pusat NILLMIJ, Semarang Sumber: Achmad Rizal, 2013
Bagian II: Informasi Arsitektur A. Pernyataan Umum 1. Karakter Arsitektur
Gedung Jiwasraya memiliki langgam Art Deco dan Neo-Klasik. Adapun ciri langgam Art Deco dan Neo-Klasik adalah sebagai berikut. 1. Karakteristik langgam Art Deco a. Terdapat lekuk-lekuk pada dinding b. Memakai pola-pola simetris pada elemen bangunan c. Merupakan langgam yang punya muatan lokal. 2. Karakteristik langgam Neo-Klasik a. Arsitektur Neo-Klasik mengambil gagasan ideal dari filsafat dan estetika Klasik tentang konsep-konsep universal, keabadian yang kemudian diinterpertasikan melampaui bentuk/ tipologi fisik seperti geometri, ordering system dan logika. b. Tatanan Ruang : Denahnya simetris, bertembok tebal dengan langit2 tinggi, lantai marmer, di tengah ruang disebut 'central room' yang luas berhubungan langsung dengan beranda depan dan belakang, sayap kiri dan kanan terdapat deretan kamar tidur. fasilitas servis biasanya terpisah. di depan bangunan utama biasanya ada jalan melingkar untuk kendaraan dengan ditanami pohon-pohon cantik. c. Bagian depan dan belakang bangunan (di ujung) terdapat deretan kolom gaya Yunani (doric, ionic, korintian) sebagai penyangga konstruksi atap. d. Biasanya terdapat pedimen segitiga di fasadnya. e. Seiringnya perkembangan kota, lahan di kota menjadi padat dan di tahun menuju 1800an akhir, gaya ini menyesuaikan dengan lahan yang makin sempit, tidak selalu ada bagian jalan melingkar dengan taman, kolom-kolom berkembang dengan ornamen besi. f. Geometri, ordering system dan simetris g. Terdapat kolom pilaster Berdasarkan pengamatan, Gedung Jiwasraya memiliki beberapa karakteristik langgam Art Deco dan Neo-Klasik tersebut. Katakteristik yang terdapat pada gedung ini adalah sebagai berikut. 1. Langgam Art Deco
Gambar 2.1 Tampak Depan Bangunan Jiwasraya Sumber: survei lapangan 2015
Fasad Gedung Asuransi Jiwasraya memiliki kemiripan dalam hal elemen dekoratif dengan Louisiana State Capitol yang merupakan langgam arsitektur Art Deco.
http://en.wikipedia.org/wiki/Art_Deco#/media/File:Louisiana_State_Capitol_T op.jpg
Gambar 2.2 Louisiana State Capitol, baton Rounge, Louisiana Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Art_Deco#/media/File:Louisiana_ State_Capitol_Top.jpg http://en.wikipedia.org/wiki/Art_Deco#/media/File:Louisiana_ State_Capitol_Top.jpg http://en.wikipedia.org/wiki/Art_Deco#/media/File:Louisiana_
Detail tralis dan ornamen-ornamen fasad yang simetris. Sumber: survei lapangan 2015
Detail krawang yang menyerupai pola batik yang diambil dari ornamen tradisional. Sumber: survei lapangan 2015
Detail entrance yang menggunakan elemen lengkung Sumber: survei lapangan 2015
Railing tangga yang menggunakan geometri lengkung dan ornamen-ornamen di beberapa bagian. Sumber: survei lapangan 2015
Ornamen daun pintu yang dekoratif Sumber: survei lapangan 2015
Langit – langit gedung dengan ornamen kayu. Sumber: survei lapangan 2015
2. Langgam Neo-Klasik
Arsitektur Neo-Klasik mengambil gagasan ideal dari filsafat dan estetika Klasik tentang konsep-konsep universal, keabadian yang kemudian diinterpertasikan melampaui bentuk/ tipologi fisik seperti geometri, ordering system, dan simetri seperti yang terdapat pada gedung Latrobe Gate, Navy Yard, Washington. Karaktteristik ini juga dapat dilihat pada gedung Asuransi Jiwasraya.
Fasad bangunan simetris dan kolom menerus ke konstruksi atap Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.2. Potongan melintang bangunan menunjukkan langit-langit bangunan ini tinggi Sumber: survei lapangan 2015
Denah bangunan yang simetris
Gambar 2.5. Tebal dinding sekitar 30 cm Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.3. Pedimen pada fasad depan dan sopi-sopi pada fasad samping Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.4. Bukaan jendela besar Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.7. Terdapat ruang tengah (central room) Sumber: survei lapangan 2015
2. Kondisi
b
a
c
d
Gambar 2.8. Sebagian bangunan yang kurang mendapat perhatian a. dinding toilet berlumut; b & c. ceiling eksterior rusak/terbuka; d. beranda eksterior digunakan sebagai gudang Sumber: survei lapangan 2015
a
b
c
d
Gambar 2.9. Sebagian bangunan yang mendapat perhatian cukup baik a. krawang fasad; b. ruang tengah ; c. Interior ruangan; d. ceiling Sumber: survei lapangan 2015
B. Deskripsi Eksterior 1. Dimensi umum
Massa bangunan secara keseluruhan memiliki denah berupa dua bangunan :satu bangunan utama (32,4 m x 23,65 m) yang dilengkapi bangunan tempat pengarsipan (25,3 m x 28,72 m).
2. Pondasi
Gambar 2.10. Pondasi bangunan Sumber: survei lapangan 2015
3. Dinding
Gambar 2.11. Dinding luar bangunan Sumber: survei lapangan 2015
4. Sistem struktur
b
a Gambar 2.12. Struktur utama bangunan a. Fasad samping; b. Fasad depan Sumber: survei lapangan 2015
5. Beranda
Gambar 2.13. Beranda di lantai 2 bangunan Sumber: survei lapangan 2015
6. Cerobong asap 7. Bukaan a. Pintu
-
Gambar 2.14 Pintu –pintu eksterior Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.15 Pintu Utama (eksterior) Sumber: survei lapangan 2015
b. Jendela
Gambar 2.16 Jendela eksterior Sumber: survei lapangan 2015
8. Atap a. Bentuk atap
Gambar 2.17. Bentuk atap Sumber: Survei lapangan 2015, Google Maps 2015
b. Cornice, eaves
Gambar 2.18. cornice Sumber: survei lapangan 2015
c. Dormers, cupola, menara
-
Gambar 2.19. tepian atap Sumber: survei lapangan 2015
C. Deskripsi Interior 1. Rencana Lantai
Gambar 2.20 a dan 2.20 b hanya menunjukkan rencana lantai bangunan utama dan tidak ada gambar rencana lantai untuk bangunan pengarsipan dikarenakan keterbatasan akses.
Gambar 2.20 a. Rencana lantai bangunan utama lantai 1 Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.20 b. Rencana lantai bangunan utama lantai 2 Sumber: survei lapangan 2015
2. Tangga
Gambar 2.21. Tangga Sumber: survei lapangan 2015
3. Lantai
Gambar 2.22. Lantai interior bangunan Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.23. Lantai toilet Sumber: survei lapangan 2015
4. Dinding dan langit-langit
Gambar 2.24. Dinding Interior Sumber: survei lapangan 2015
Gambar 2.25. Langit-langit Sumber: survei lapangan 2015
5. Bukaan a. Pintu
Gambar 2.26. Pintu-pintu Interior Sumber: survei lapangan 2015
b. Jendela
Gambar 2.27. Jendela Interior Sumber: survei lapangan 2015
6. Potongan dan fitur dekoratif
a
e
b
c
f
h Gambar 2.28. Elemen dekoratif dalam bangunan a-c. kepala kolom dan kolom; d. tempat duduk di ruang tengah; e-f. krawang; g. ceiling; h. tangga melengkung Sumber: survei lapangan 2015
d
g
7. Hardware
-
8. Perlengkapan mekanik a. Pemanas, pengkondisi udara, ventilasi
Gambar 2.29. Sistem pendingin udara Sumber: survei lapangan 2015
b. Pencahayaan
Gambar 2.30. Lampu-lampu yang digunakan dalam bangunan Sumber: survei lapangan 2015
D. Tapak 1. Penataan umum dan orientasi
Gambar 2.31. Rencana Tapak Sumber: Google Maps 2015 dan survei lapangan 2015
Gedung Asuransi Jiwasraya dibangun menghadap ke arah selatan, yaitu menghadap ke Jalan Asia Afrika dan alun-alun kota Bandung. Jika dilihat dari segi kawasan, kawasan ini ditata dengan berbagai fungsi, yaitu perdagangan dan jasa, pusat perkantoran, pusat pemerintahan, rekreasi dan pariwisata, dan fungsi peribadatan. Disamping itu, kawasan ini juga digunakan sebagai fungsi perumahan/tempat tinggal yang merupakan fungsi sebagian besar kawasan ini. Semua fungsi yang telah disebutkan dipusatkan ke bagian tengah tapak yaitu Taman Alun-Alun Bandung.
2. Desain lanskap historis
Gedung Jiwasraya adalah salah satu gedung yang terletak di kawasan Asia Afrika yang merupakan kawasan yang banyak menyimpan catatan sejarah bagi Indonesia, khususnya Kota Bandung. Jalan Asia-Afrika dulunya disebut Jalan Groote Postweg (groote = great = besar, post = pos, weg = jalan) yang dibuat atas perintah Raja Belanda Louis Napoleon kepada Marschalk Herman Willem Daendles, Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1800an. Tujuan utama pembuatan jalan ini adalah untuk memperkuat pertahanan Belanda di Pulau Jawa dari tangan Belanda. Hal ini merupakan cikal bakal lahirnya Kota Bandung modern saat itu.
Pusat Kota Bandung yang dulunya berlokasi di Dayeuh Kolot dipindahkan ke Jalan Asia Afrika sekarang dengan alasan agar jika kota ini ingin direncanakan menjadi sebuah kota yang maju, maka kota tersebut harus mudah diakses, artinya harus dilewati jalan baru ini. Pada akhirnya Bupati Kota Bandung, Wiranatakususmah II memutuskan untuk memindahkan Kota Badung ke daerah yang dilewati oleh Jalan Anyer-Panarukan. Lokasi ini ternyata berjarak 11 kilometer dari Dayeuh Kolot. Pada akhirnya disepakatilah lokasi kota di seputar Alun-Alun Bandung sekarang ini. Hal ini menjadikan kawasan Asia-Afrika menjadi pusat kota yang berdampak pada desain lanskapnya. Contohnya dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan zaman Belanda yang terletak di kawasan Asia-Afrika dan sekitarnya. Bangunan-bangunan tersebut juga memiliki fungsi yang berbeda-beda, seperti hotel dan perkaantoran. Hal ini menandakan bahwa kawasan ini merupakan kawasan pusat kota yang telah dirancang sejak dahulu. 3. Konteks urban (sejarah, lingkungan, lokasi, dsb)
Dilihat dari konteks urban bangunan Jiwasraya, jika dikaitkan dengan konteks sejarah, maka waktu pembuatan bangunan ini sangat mempengaruhi gaya arsitektur bangunan ini. Bangunan ini berdiri pada tahun1914 dengan gaya arsitektur neo-klasik dan art deco. Gaya serupa juga muncul pada bangunan-bangunan sejenis di kawasan Jalan Asia Afrika. Namun jika dilihat dari konteks lain, seperti fungsi, lokasi, dan lingkungan, tidak ditemukan korelasi signifikan terhadap konteks urban pada pembuatan bangunan Jiwasraya ini.
Part III : Sumber Informasi A. Gambar arsitektural asli
Lihat Lampiran
B. Pengamatan awal
Pengamatan awal dilakukan dengan dua tahap yakni riset data melalui internet dan survei ke gedung Jiwasraya. Survei dilakukan pada hari Kamis, 5 Maret 2015. Selain itu, kami melakuakn survey lanjutan setelah survey pertama sebanyak 2 kali.
C. Wawancara
Lihat Lampiran
D. Bibliografi 1. Sumber utama tidak dipublikasikan
1. Materi Kuliah AR 4212 Pelestarian Bangunan dan Lingkungan oleh Prof. Dr.-Ing. Widjaja Martokusumo 2. Survei Lokasi, 2015
Gambar 3,1 Sketsa Survei Gedung Jiwasraya Sumber : dok. kelompok 3, 2015
2. Sumber sekunder dipublikasikan
J.M. Nas, Peter.(2009). Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rizal, Achmad.(2013). Antara Gedung Jiwasraya Bandung, Semarang, dan Jakarta, 3 Bangunan Tua Senada. http://achmadrizal.staff.telkomuniversity.ac.id/2013/10/30/antara-gedung-jiwasraya-bandung-dan-gedung-jiwasraya-semarang/ diakses tanggal 12 Maret 2015
Sugianto, Ferry. ( 2009). Arsitektur transisi di nusantara dari akhir abad ke 19 ke awal abad 20 (part 4) https://artvisualizer.wordpress.com/2009/07/30/arsitektur-transisi-di-nusantara-dari-akhir-abad-19-ke-awal-abad-20-part-4/ diakses tanggal 13 Mei 2015
http://www.serbabandung.com/gedung-jiwasraya-bandung/ diakses tanggal 12 Maret 2015
http://news.detik.com/bandung/read/2008/07/09/115622/1050500/667/gedung-jiwasraya-dari-asuransi-sampai-tempat-syuting diakses tanggal 8 April 2015
http://databudaya.net/index.php/databudaya/databudayaatribut/cabud/id/1444 diakses tanggal 13 Mei 2015
http://rjsyahrulloh.blogspot.com/2015/01/nillmij-bandung.html diakses tanggal 13 Mei 2015
http://jiwasraya.co.id/id/timeline diakses tanggal 16 Mei 2015 E. Sumber yang mungkin tidak diinvestigasi
-
F. Material tambahan
-
Part IV : Informasi proyek dan Kebijakan Pelestarian Gedung Asuransi Jiwasraya terletak di lahan seluas 3289 m2 dengan luas bangunan 1996 m2. Dari pembahasan diatas mengenai informasi sejarah dan arsitektur, dinyatakan bahwa signifikansi bangunan tersebut termasuk patut dilestarikan. Menurut UU No 28 tahun 2002, terdapat 3 kategori bangunan dalam kegiatan pelestarian yakni utama, madya, dan pratama. Gedung Jiwasraya termasuk kategori bangunan utama ( A) dimana bangunan dilesatrikan harus sesuai dengan aslinya tidak boleh ada perubahan pada bagian bangunannya. Menurut UU No 11 tahun 2010 tentang cagar budaya Bab III pasal 5, terdapat kriteria cagar budaya sebagai berikut: a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Dari penjelasan UU tersebut gedung Jiwasraya termasuk cagar budaya yang patut dilestarikan. Pertama, bangunan ini memiliki usia 101 tahun selain itu memiliki nilai historis yang cukup penting sebagai salah satu bukti adanya peralihan arsitektur zaman tersebut. Oleh karena itu, perlu dirumuskan kebijakan pelestarian untuk Gedung Jiwasraya terkait dengan kondisi fisik, persyaratan-persyaratan terkait signifikansi budaya, dan persyaratan eksternal/peraturan yang berlaku. Menurut penulis, kebijakan pelestarian yang perlu diambil adalah sebagai berikut: 1. Adanya dokumentasi Gedung Jiwasraya, terkait dengan pengarsipan data bangunan bersejarah. Hal ini bertujuan untuk perlindungan bangunan jika terjadi kerusakan dan hal yang tidak diinginkan. Apabila terjadi kerusakan , terdapat data lengkap untuk merenovasi/ merekonstruksi bangunan tersebut.
2. Pengembalian fungsi dan pembersihan beberapa bagian ruangan seperti beranda lantai 2 yang saat ini kondisinya dijadikan sebagai gudang. Begitu juga halnya dengan bangunan yang terletak di bagian belakang bangunan utama. Bangunan tersebut sebaiknya turut diperhatikan karena berada pada site yang sama dengan bangunan utama. 3. Kualitas ruang pada bangunan sebaiknya perlu ditingkatkan agar dapat digunakan lebih nyaman sesuai fungsi bangunan. Contohnya, pencahayaan dalam ruangan kurang terlalu baik sehingga diperlukan adanya renovasi oleh pemilik agar bangunan lebih terang dan nyaman digunakan sebagai fungsi kantor saat ini.
LAMPIRAN
Gambar 1. Gedung NILMIJJ tahun 1914-an Sumber : Peter J Nas, 2009
WAWANCARA Narasumber
: Bapak Koko Qomara, sekretaris Bandung Heritage
Tempat
: Sekretariat Bandung Heritage, Jalan Rereng Barong No 99T Sukaluyu, Bandung
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Informasi : Beliau menjelaskan tentang gedung Jiwasraya termasuk dalam kategori bangunan A yang dilestarikan karena telah mewakili kriteria cagar budaya menurut UU No 11 Tahun 2010. Namun Bandung Heritage tidak memiliki data yang lengkap mengenai dokumentasi Gedung Jiwasraya.