1 minute read
MAKE A ROOM
from REDEFINE - 5th ISSUE
by FAVOR OF GOD
Advertisement
Di tengah dunia yang semakin hari semakin individualis dan menutup diri, kita sebagai orang Kristen sering kali tanpa sadar terbawa arus dunia yang berujung kepada sikap egois, apatis, dan tidak peduli kepada orang di sekitar.
Padahal kekristenan sejatinya tidak bisa dihidupi apabila kita terbiasa membangun tembok dan tidak mau membuka diri terhadap sesama kita. Lantas, bagaimana kita tetap mau membuka diri dan memberi ruang bagi sesama, di tengah dunia yang semakin individualis?
Perichoresis: Allah yang membuka diri terhadap ciptaan.
Pertama-tama, kita perlu menyadari keberadaan dan natur Allah yang terlebih dulu mau membuka diri terhadap ciptaan. Ada sebuah istilah teologis yang menggambarkan persekutuan yang terjalin di antara Allah Trinitas, yaitu perichoresis. Perichoresis berasal dari kata Yunani “peri” dan “choreo”, dapat diartikan sebagai
“gerakan saling masuk, saling memberi ruang, dan saling menghidupi di antara Allah Tritunggal; Bapa, Anak, dan Roh Kudus”.
Yang menarik adalah bahwa persekutuan ini tidak berhenti secara eksklusif di antara Allah Trinitas saja, namun Yesus justru mengundang dan memberi ruang bagi manusia untuk ikut berpartisipasi dan menikmati sebuah persekutuan dengan Allah Trinitas melalui diri-Nya, “Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu” (Yohanes 12:20).
Setelah kita mengenal Allah yang ber-perichoresis dan mengundang kita di dalam persekutuan dengan Dia, maka implikasinya adalah sebagai berikut: