1 minute read
Kehadiran Tuhan dalam Trauma
from REDEFINE - 5th ISSUE
by FAVOR OF GOD
Trauma adalah pengalaman yang menyakitkan dan menakutkan bagi sebagian besar orang. Biasanya, kita menganggap pengalaman trauma disebabkan oleh suatu situasi ekstrem, seperti kekerasan masa perang, kekerasan seksual, atau situasi yang mengancam jiwa lainnya seperti bencana alam atau kecelakaan dalam berkendara. Namun, peristiwa-peristiwa yang tidak meng-enak-an seperti perceraian orang tua, pengalaman bullying, dipecat, penolakan, tidak diundang ke ulang tahun seorang teman; tidak dapat dianggap remeh. Luka yang dihasilkan dari peristiwa-peristiwa ini juga dapat menciptakan trauma.
Celakanya, trauma dapat menyebabkan efek berbahaya secara psikologis. Ditolak oleh seorang teman dapat membuat kita melihat diri sendiri sebagai seseorang yang tidak mencukupi “standar” tertentu dan merasa tidak diinginkan. Dipecat oleh kantor dapat membuat kita melihat diri sendiri sebagai seseorang yang tidak kompeten dan layak dibuang.
Advertisement
Tidak diundang ke ulang tahun teman dapat membuat kita merasa tertolak dan terlupakan. Setiap trauma dapat menghasilkan dampak yang tidak sehat secara psikologis dalam diri seseorang.
Lebih celakanya lagi, dampak psikologis ini dapat memengaruhi pandangan kita dalam melihat dan memahami Tuhan. Mari kita bayangkan menggunakan contoh-contoh di atas. Oleh karena trauma yang diakibatkan oleh penolakan, kita merasa tidak diinginkan dan menarik diri dari Tuhan ketika kita merasa kita belum mencukupi “standar”nya Tuhan. Contoh lain, karena trauma akibat dipecat, kita merasa tidak dapat dipakai dan layak dibuang ketika kita tidak memiliki performa yang baik dalam pelayanan. Pada akhirnya, trauma tidak hanya berdampak secara psikologis, namun juga spiritual.
Lalu apa yang perlu kita lakukan jika kita memiliki trauma-trauma tertentu dalam diri kita?
Yang pertama, tentu kita perlu konseling. Jangan ragu untuk mencari konselor profesional yang dapat bekerja bersama kamu untuk membereskan traumamu. Namun, selain itu, sesuai dengan tema bulan ini, kita perlu memberikan ruang untuk Tuhan hadir. Kita perlu membiarkan kenyataan tentang siapa Dia mendobrak dan menghancurkan asumsi-asumsi yang terbentuk oleh trauma kita. Jika kita berpikir Tuhan akan menolak kita ketika kita belum hidup sesuai dengan “standar”-Nya, kenyataan tentang Yesus yang datang menghampiri berbagai macam pendosa menghancurkan asumsi tersebut. Ia mau bersahabat dan menerima kita apa adanya. Jika kita berpikir kita harus memiliki performa yang baik supaya Tuhan tidak buang, kenyataanya adalah Tuhan selalu setia di saat kita dalam keadaan terendah sekalipun. Tuhan kita bahkan rela mati untuk kita di saat kita masih berdosa (Rm. 5:8-10)!
Ketika kamu memberikan ruang untuk Tuhan hadir dan bekerja di dalammu, kamu dapat mulai mengikis kepercayaan-kepercayaan keliru yang diakibatkan oleh traumamu, dan di situlah pemulihan terjadi. Sudahkah kita menyediakan ruang bagi-Nya?