1 minute read

1. Kita membuka ruang hati kita bagi Allah

Next Article
MAKE A ROOM

MAKE A ROOM

Kekristenan selalu berbicara tentang Allah yang berinisiasi: mengasihi, mengampuni, bersekutu, menebus, dan menyelamatkan manusia. Tentunya akan jauh lebih mudah bagi kita untuk merespon sesuatu ketimbang memulai lebih dulu. Begitupun dalam hal membuka ruang hati kita dan mengasihi Allah, akan sangat mudah ketika kita menyadari bahwa Dia yang terlebih dulu membuka diri-Nya dan mengasihi kita. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes 4:19).

2. Kita membuka ruang hati kita bagi Sesama

Advertisement

Ibrani 13:1-2a versi BIMK tertulis demikian: “Hendaklah kalian tetap mengasihi satu sama lain sebagai orang-orang Kristen yang bersaudara. Jangan segan menerima di rumahmu orang-orang yang belum kalian kenal.” Akibat dari persekutuan kita dengan Allah, maka kita pun membuka diri terhadap sesama. Pertama-tama tentunya dengan mengasihi sesama saudara seiman {Philadelphia}.

Namun, tidak berhenti sampai sesama saudara seiman saja, kita juga diajak untuk membuka diri dan mengasihi mereka yang asing dan berbeda dengan kita. Ayat 2b “Orang yang belum kalian kenal” berasal dari Bahasa Yunani “Philoxenia”, terdiri dari kata “philia” (kasih persahabatan), dan “xenos” (orang asing). Artinya kita dipanggil untuk berani membuka ruang kehidupan kita bagi mereka yang berbeda dengan kita.

Adakah kita sedang membangun tembok dan menutup diri dengan mereka yang berbeda latar belakang: suku, agama, denominasi, status sosial, pandangan politik, dll, dan hanya mau membuka ruang bagi mereka yang sama dengan kita? Atau kita mau belajar menjadi seperti Yesus, yang tidak hanya bergaul dengan sesama orang Yahudi saja, namun mau menyahabati perempuan Samaria, perempuan Siro-Fenisia, maupun perwira di Kapernaum? Tidak hanya duduk semeja dengan para murid dan orang taat beragama, namun juga mau membuka diri terhadap pemungut cukai dan orang berdosa? Yuk, buka dan perluas ruang hati lebih lagi, menjadi sahabat Allah berarti menjadi sahabat bagi sesama manusia, termasuk yang asing dan berbeda dengan kita.

This article is from: