2 minute read

$30MILLION PALM OIL PRODUCTION PROJECT

Under the first stage, a storage facility for Malaysian palm oil packaging will be established with investments of $10 million

A Malaysian company is currently in talks with Egypt to establish a two-stage palm oil production project with investments totalling $30 million, the Middle East News Agency (MENA) cited the Egyptian Commercial Service’s (ECS) Head, Yahya Elwathik Bellah.

Under the first stage, a storage facility for Malaysian palm oil packaging will be established with investments of $10 million. This facility will be an export hub to African and neighbouring countries.

The official added that the second stage includes the construction of a Malaysian oil refinery plant with investments worth $20 million in the Suez Canal Economic Zone (SCZONE).

MPOA: KERUGIAN OMSET AKIBAT

Kekurangan Tenaga Kerja Mencapai Rm20 Miliar

ETALING JAYA: Asosiasi Minyak Kelapa Sawit

PMalaysia (Malaysian Palm Oil Association / MPOA) melanjutkan upayanya untuk melibatkan pemerintah Malaysia, yang kini dipimpin oleh Datuk Seri Anwar Ibrahim, untuk menyelesaikan masalah kekurangan tenaga kerja yang terus menerus menghantui industri minyak kelapa sawit, terutama sejak pembatasan di tahun 2020.

Ketua eksekutif MPOA Joseph Tek Choon Yee, berbicara dalam Forum Ketenagakerjaan Nasional (National Labour Forum / NLF) 2022 kemarin, menunjukkan bahwa kerugian omset akibat kekurangan tenaga kerja pemanen kelapa sawit diperkirakan sekitar RM20 miliar. Selain itu, Tek mengatakan dalam sebuah survei atas tenaga kerja asing yang telah dilakukan oleh MPOA yang memperoleh data dari 10 anggota perkebunan terbesar sejak bulan Januari hingga November tahun ini mencakup perekrutan dan masuknya tenaga kerja asing ke Semenanjung Malaysia untuk sektor perkebunan.

Survei menyimpulkan bahwa hingga tanggal 30 November, 14.159 tenaga kerja asing telah direkrut dan masuk ke dalam negeri. Di antaranya 6.873 tenaga kerja tersebut didatangkan dari Indonesia, 6.532 dari India, 730 dari Nepal dan 60 dari Bangladesh. “Meskipun ini mewakili 49% dari 28.724 tenaga kerja asing yang disetujui oleh pemerintah, itu hanya 19% dari total tenaga kerja asing yang dibutuhkan untuk tahun 2022, yaitu 74.664,” ungkapnya.

Anggota perkebunan MPOA termasuk perusahaan besar seperti IOI Corp Bhd , Sime Darby Plantation Bhd , Genting Plantations Bhd dan Kuala Lumpur Kepong Bhd.Tek berkomentas bahwa survei tersebut memberikan indikator keseluruhan yang mewakili situasi kekurangan tenaga kerja saat ini di sektor perkebunan, di mana jumlah tenaga kerja yang didatangkan masih jauh dari perkiraan 120.000 pekerja yang dibutuhkan untuk mengatasai kekurangan tenaga kerja saat ini di sektor perkebunan kelapa sawit. “Perjalanannya masih panjang. Mengingat masih ada sektor lain yang menghadapi masalah yang sama,” ujarnya.

Pemerintah sebelumnya, di bawah Anggaran 2023 yang diajukan pada awal Oktober, bermaksud untuk menerapkan sistem pungutan berjenjang berdasarkan tenaga kerja asing yang dipekerjakan perusahaan dalam upayanya mendorong mekanisasi dan perekrutan tenaga kerja lokal. Namun, Tek menegaskan kembali idea mekanisasi bukan merupakan inisiatif “satu untuk semua”. Dia menambahkan, dikarenakan kelapa sawit membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan tanaman lain, ia masih menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja. Negara akan “gagal atau sukses” dengan minyak kelapa sawit karena kurangnya jenis perkebunan lain yang dapat diandalkan.

NLF 2022 dihadiri oleh lebih dari 200 peserta termasuk anggota MPOA, undangan dari industri dan juru bicara dari berbagai instansi pemerintah, serta penyedia layanan yang terlibat dalam perekrutan tenaga kerja asing di Malaysia dan kebutuhan sumber daya manusia bagi sektor perkebunan. Sesi tanya jawab setelah pengarahan pembaruan juga menampilkan pertanyaan dari peserta tentang beberapa masalah ketenagakerjaan termasuk kerja paksa di tempat kerja dan status Tingkat 3 Malaysia terkait perdagangan manusia saat ini.

This article is from: