Jendela Geosaintis Menyingkap Cakrawala
Edisi: 01/FGMI/April/15
Jurnal
Geosaintis
1. Metode Geolistik di Candi Plaosan 2. Fasies Karbonat Paciran Fm.
SHALE v SHEIKS Penyebab Harga Minyak Turun Bincang Tamu Aveliansyah (Ketua FGMI 2014-2016)
SM IAGI
Senyum, Kreatif, Anti Mainstream
Tokoh Kenneth E. Peters The Biomarker Guide
Info Lengkap: http://fgmi.iagi.or.id
Sosialisasi Mitigasi Longsor Pengenalan, Pelatihan & Pemetaan
Redaksi
Foto: Muhlis Adi
Sambutan Pemimpin Redaksi Rekan- rekan Geosaintis Muda Indonesia, Waktu yang berlalu begitu cepat tak terasa membawa kita ke tahun 2015. Pada awal tahun ke-3 FGMI ini kami dari divisi media dan jurnalistik yang beranggotakan pemuda pemudi pilihan sangat senang sekali dapat berkesempatan menyajikan edisi ke-3 e-buletin FGMI dan sekaligus memberikan sebuah nama Jendela Geosaintis . Kami berterimakasih atas dukungan rekan-rekan dalam membuat perbaikan terus menerus e-bulletin ini.
FGMI
Jendela Geosaintis Menyingkap Cakrawala Pemimpin Umum Aveliansyah (PHE ONWJ | Ketua FGMI) Pemimpin Redaksi
Dalam edisi kali ini kami menyajikan beberapa rubrik yang sangat menarik untuk dibaca. Dari mulai liputan ESK, halaman kontributor hingga foto juga kita kemas dalam rubrik yang Indah.
Muhlis Adi (Adaro)
Pembaca Jendela Geosaintis, Sajian khusus mengenai profil formasi baru FGMI dengan komandan barunya tersaji apik dalam e-bulletin kali ini. E-buletin Edisi kali ini dapat di terbitkan berkat dukungan rekan-rekan FGMI pada umumnya dan dan kerja keras squad media dan jurnalistik yang luar biasa gesitnya sehingga bisa sesuai yang diharapkan. Pastikan untuk membaca semua rubrik dan cerita serta laporan kegiatan di JENDELA GEOSAINTIS edisi ke 3 kali ini, Selamat Membaca!
Yasinta Dewi S. (PHE ONWJ)
Salam, Muhlis Adi|Pemimpin Redaksi
Ragil Pratiwi (Geoservices)
Kontributor Ragil Pratiwi (Geoservices)
Editor Zakki R. (Kontributor Jakarta Globe) Aisha Shaidra (Tempo) Citta Parahita Widagdo (UC London) Layouting dan Design Muhammad Azka Yusuf (Andalas Petroleum)
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
1
Redaksi
FGMI
Jendela Geosaintis Menyingkap Cakrawala
Sambutan Ketua FGMI Sobat GeoMuda Indonesia, Pernahkah kalian membayangkan betapa hebatnya pemuda Indonesia di masa lalu? Bayangkan berapa lama persiapan yang harus mereka lakukan untuk mengadakan kongres pemuda pada 28 Oktober 1928? Tanpa alat komunikasi canggih seperti handphone, email, twitter bahkan facebook, mereka berhasil mengumpulkan pemuda-pemuda terbaik dari Sumatera, Jawa dan Sulawesi kemudian serempak melakukan ikrar sumpah pemuda: bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu.
Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggota yang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa
Sekitar 84 tahun sejak sejarah Kongres Pemuda II tersebut berlalu, terjadi pertemuan 8 orang geosaintis muda di Jakarta. Beruntung bagi mereka yang hidup di zaman modern seperti sekarang ini, hanya dengan berkomunikasi via email, dalam waktu singkat pertemuan tersebut dapat dilakukan. Kelak, pertemuan 8 orang geosaintis muda ini menjadi sejarah awal lahirnya sebuah organisasi bernama Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI). Tidak terasa 3 tahun telah berlalu. Formasi awal FGMI yang beranggotakan 8 orang pemuda saat ini telah bertransformasi dan memiliki 180 anggota yang terdiri dari profesional muda dan mahasiswa. FGMI telah mengadakan 14 kali kegiatan Experience Sharing Knowledge, turun tangan dalam membantu korban bencana alam di Indonesia, aktif berbagi pengetahuan ke kampus-kampus, membimbing 15 SM IAGI dan berbagai kegiatan lain yang tidak dapat saya utarakan satu persatu disini. Pada Januari 2015, secara resmi Bhaskara Aji menyerahkan tongkat estafet kepemimpinan kepada saya untuk memimpin FGMI selama 2 tahun kedepan. Saat ini, bersama dengan pengurus baru yang berjumlah 50 orang profesional muda yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan juga Eropa, FGMI berkomitmen untuk fokus kepada 3K yaitu peningkatan kompetensi, pembangunan karakter dan pengabdian kemasyarakatan. Belajar kepada semangat para pemuda di masa lalu yang dengan segala keterbatasan di zamannya telah menorehkan tinta emas pada lembar sejarah Indonesia, maka tidak ada alasan bagi kami para pemuda di masa kini untuk tidak belajar dan bergerak. Pemuda masa kini yang tetap memberikan kontribusi positif bagi Indonesia pada umumnya dan masyarakat ilmu kebumian Indonesia pada khususnya. Salam Pemuda, Aveliansyah Ketua FGMI (2014-2016)
Foto: Aveliansyah
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
2
Daftar Isi
SAMBUTAN
1
BINCANG TOKOH
9
Pemimpin Redaksi
SAMBUTAN
2
Ketua FGMI 14-16
Aveliansyah Senyum, Kreatif, Anti-Mainstream
JURNAL
11 PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
HEAD LINE
5
Shale vs Sheiks
TOKOH
19 Kenneth E. Peters
FGMI EVENT
7
SERTIJAB Pengurus FGMI 2014-2016
SM IAGI
20 Sosialisasi Mitigasi Bencana Longsor
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
3
Selamat Ulangtahun, FGMI!
#3TahunFGMI | Forum Geosaintis Muda Indonesia
Headline
Sumber Gambar: The Economist
Shale vs SheiksPenyebab Harga Minyak Turun? Oleh: Ragil Pratiwi dan Yasinta Dewi Setiawati
T
idak dapat dipungkiri bahwa teknologi
pasokan minyak mentah jauh lebih banyak dibanding
fracking atau hydraulic fracturing yang
permintaan.
saat ini dikembangkan oleh Amerika,
Institute for Energy Research (IER) memperkirakan,
menjadi penyebab perubahan suplai energi dunia.
Amerika memiliki cadangan oil shale sekitar 1 triliun
Fracking merupakan salah satu revolusi energi yang
barel, atau empat kali lipat cadangan minyak Arab
'bertanggung jawab' atas turunnya harga minyak
Saudi.
mentah dunia. Fracking dilakukan terhadap lapisan shale yang mampu menghasilkan minyak sebanyak 9 juta barrel perhari di Amerika.
Hal
inilah yang
ditengarai menjadi kompetitor migas konvensional, sehingga
Formasi Green River di Colorado, Utah, dan Wyoming merupakan salah satu formasi penghasil oil shale di Amerika. Formasi ini menyimpan cadangan oil shale terbesar di dunia, yang diprediksi mencapai 3 triliun barel.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
5
Headline annya, menjadi sangat efisien dalam penggunaan bahan bakar. Lalu bagaimana dampak turunnya harga minyak mentah terhadap Indonesia? Tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa turunnya harga minyak memberikan untung untuk Indonesia. Subsidi bahan bakar minyak dapat dialihkan untuk pembangunan ekonomi, pendidikan, maupun sektor lainnya, dan tentunya sebagai negara Sumber: Energy Information Administration (EIA)
Meskipun pasokan yang berlebih, negara-negara pengekspor minyak (OPEC) menolak untuk
pengimpor minyak, Indonesia diuntungkan dengan murahnya harga minyak.
mengurangi produksi minyak mentah mereka, karena
Eksplorasi menjadi jauh lebih mahal dibanding
mayoritas negara-negara ini bergantung pada hasil
membeli minyak mentah dari negara-negara
penjualan minyak mentah mereka.
produsen. Namun tentu saja kita tidak dapat
Nampaknya, negara-negara OPEC lebih memilih untuk bersaing dengan Amerika Utara (Kanada, Amerika, dan Meksiko) dibanding mengurangi produksinya, dengan konsekuensi menjual minyak mentah dengan harga yang sangat murah. Faktor lain adalah fakta bahwa Amerika dan negara negara lain yang sudah matang perekonomi-
mengandalkan pasokan dari negara lain, bukan? Lagipula, kita tidak tahu kapan harga minyak mentah akan kembali naik drastis, seperti pada tahun 20122013 saat terjadi perang sipil di Libya, harga minyak mentah mencapai US$ 127 per barrel, karena What Comes Up Must Come Down, dan What Comes Down Must Come Up, kan?
Sumber: Bloomberg
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
6
FGMI Event Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Hadir dalam Serah Terima Jabatan Pengurus FGMI 2014/2016 dalam Experience Sharing Knowledge ke-13 Oleh : Ragil Pratiwi Jakarta - Ketua FGMI 2012/2014, Bhaskara Aji, menyerahkan tugas dan tanggung jawab jabatan secara resmi kepada Ketua FGMI 2014/2016 terpilih, Aveliansyah. Acara serah terima jabatan dilaksanakan oleh Forum Geosaintis Muda Indonesia pada Hari Sabtu, 31 Januari di ruang rapat Pertamina Hulu Energi, PHE Tower lantai 1. Acara serah terima jabatan FGMI dihadiri langsung oleh ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sekaligus melantik pengurus FGMI yang baru. Dalam sambutannya, Bapak Sukmandaru mengingatkan pentingnya organisasi profesi untuk generasi muda, untuk menyiapkan calon-calon pengurus IAGI. Peran FGMI sebagai penghubung antara IAGI dengan Seksi Mahasiswa IAGI yang ada di 14 kampus di Indonesia. Selain itu, beliau juga mengingatkan pentingnya FGMI untuk membangun karakter para geosaintis muda, dan dapat berkontribusi kepada masyarakat. Dalam acara serah terima jabatan ini juga dilaksanakan Experience Sharing Knowledge yang berjudul Introduction to Risk Analysis and Decision Making yang diberikan oleh Bapak Munji Syarif dari Pertamina Hulu Energy Offshore Northwest Java (PHE ONWJ). Bapak Munji Syarif menjelaskan mengenai pentingnya ilmu ekonomi untuk mengatur sumberdaya yang terbatas seperti minyak bumi dan gas alam. Beliau menjelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam industri migas, harus rasional dan unbiased, yaitu dengan cara analisa statistik yang memenuhi prosedur, memperhatikan parameter geologi, mengemukakan beberapa hipotesis, peta geologi, serta estimasi cadangan. Selain itu, menerapkan metode reality checks, meliputi analisa field size distributions, dan membandingkan antara analog dengan database. Beliau juga memberikan studi kasus mengenai investasi dan gambling dalam menentukan sumur eksplorasi migas, dan menjelaskan bahwa dalam industri migas, sangat penting untuk mentukan nilai ekspektasi, yang memperhitungkan nilai probabilitas kesuksesan dengan kegagalan. Pada akhir acara, seluruh pengurus FGMI 2014/2016 melakukan rapat kerja untuk menyampaikan program kerja selama 2 tahun kedepan. Ketua FGMI, Aveliansyah menghimbau pentingnya koordinasi dan persiapan agar FGMI menjadi organisasi yang lebih solid, serta dapat bermanfaat bagi anggota secara khusus, dan masyarakat, secara umum.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
7
Bincang Tokoh Aveliansyah: Senyum, Kreatif, Anti-mainstream Mengawal kepengurusan baru, profil edisi kali menampilkan sosok utama dalam kepengurusan FGMI 2015-2017. Aveliansyah, terpilih sebagai Ketua FGMI 2015-2017 pada pemilihan yang digelar Januari lalu. Sosok yang lahir di Bengkulu, 5 September 1988 ini rupanya orang yang lebih memilih pintar ketimbang gaul, memilih lapangan ketimbang kantor, keluarga ketimbang karir, dan memilih ibu rumah tangga ketimbang wanita karir (hehehe..). Berikut obrolan Yasinta bersama Avel, demikian ia biasa dipanggil, saat dijumpai di kantornya di Kawasan TB Simatupang pada Jumat, 6 Maret 2015. Di ruangan berukuran 3x4 meter tersebut, Avel bercerita tentang rencana dan mimpi-mimpi besarnya, juga hal-hal yang pernah dilaluinya hingga saat ini.
Mimpi hari ini adalah kenyataan hari esok... Foto: Aveliansyah
Q
: Avel selalu terlihat bersemangat, hal apa yang selama ini selalu memotivasi?
A
: Aku selalu termotivasi dari kalimat Imam Syafii begini.. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir, menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran . Avel mengungkapkan hal tersebut berapiapi. Matanya menyiratkan semangat. Intinya ya kalau kita cuma hidup untuk diri kita pribadi, itu sayang sekali. Baiknya kita bisa memberikan sesuatu untuk orang-orang di sekitar kita. Kesimpulannya, motivasi utama aku ya berasal dari diri sendiri.
Sejenak, usai menyampaikan hal tersebut Avel tersenyum, dinginnya AC ruangan seolah tak terasa menembus kulit. Perbincangan hangat pun masih terus berlanjut. Q A
: Apa sih rencana hidup kamu 5 tahun ke depan? : Kembali aktif menulis. Terutama mempublikasi paper atau riset mengenai lapangan ONWJ, karena tiga tahun terakhir ini aku rehat dalam menulis.
Q
: Jika kamu diberi kesempatan 100%, bagaimana pembagiannya untuk waktu bermain dan bekerja dalam hidup kamu? : Bekerjanya 100 persen hahaha....., hmmm bisa dibilang 50 persen untuk bekerja, dan 50 persen sisanya aku pakai untuk bermain. Aku lebih suka menghabiskan waktu luangku untuk bermain yang
A
bermanfaat dalam artian di situ tetap ada unsur belajarnya. Contoh, kalau Sabtu-Minggu ada yang mengajakku ke mall, aku akan lebih memilih untuk datang ke acara ESK (Experience Sharing Knowledge). ESK itu adalah acara berbagi ilmu yang diadakan setiap bulan oleh FGMI. Bagiku itu sudah bermain dan happy -nya itu adalah bisa tambah ilmu dan tambah teman. Q : Nah itu tentang 100%, sekarang kalau seorang Aveliansyah diberikan kekuatan super, apa yang ada di pikiran kamu? A : Jurus perpindahan tempat, haha.. Hidup di jakarta ini membuat aku berimajinasi untuk bisa berpindah tempat dalam sekejap, cukup dengan membayangkan suatu tempat maka aku bisa berteleportasi ke tempat tersebut. Akan ada banyak waktu yang bisa diselamatkan untuk melakukan aktivitas lainnya, karena yang paling mahal bagiku adalah waktu. Q : Dari sekian banyak tokoh-tokoh geologist, kamu mau jadi seperti siapa sih? A : Tokoh inspiratif aja kali yah, soalnya kalau mau terlahir menjadi siapa ya aku bersyukur terlahir menjadi Aveliansyah, Bengkulu.. haha.. tapi kalau ditanya tokoh inspiratifnya siapa, aku akan menjawab Pak Andang Bachtiar. Dimataku, beliau adalah sosok yang mampu membagi 4 wilayah kehidupannya dengan sangat baik, yaitu keluarga, karier profesional, agama, dan kehidupan sosial bermasyarakat.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
9
Bincang Tokoh Q A
Q A
Q A
Q A
Q A
: Bagaimana kamu berpikir cara orang mengingat kamu? : Pengennya diingat sebagai teman yang selalu ada, dan bisa diandalkan. Sedangkan dalam bidang profesional, ingin dikenang sebagai geologist yang memiliki karya, seperti mahasiswa geologi saat ini mengenang Katili, ataupun Van Bemmelen. : Tempat paling jauh dan paling berkesan yang pernah kamu kunjungi? : Jepang! Secara jarak jelas paling jauh, ketika kecil dulu aku suka nonton Dragon Ball, Doraemon, Sinchan yang menjadikan kehidupan masyarakat jepang menjadi sangat akrab denganku. Berkesan karena disana aku bisa presentasi paper, dan semua biaya disana ditanggung oleh Komunitas Migas Indonesia (KMI) yang pada saat itu memberikanku penghargaan berupa KMI awards. : Berarti kamu suka banget travelling dong? : Enggak juga, aku suka travelling kalau ada tujuannya , kalau kamu ngajak aku untuk EuroTrip aku pasti gak ikut, soalnya mahal haha.. tapi kalau diajak nulis bareng untuk dipresentasikan di pertemuan ilmiah di Eropa, maka aku akan sangat bersemangat. Kalau aku diajak piknik ke puncak Rinjani aku juga bisa memilih untuk tidak ikut, tetapi kalau diajak ke kampung di kaki gunung Rinjani untuk memberikan edukasi, itu akan lebih berkesan dan aku akan semangat untuk ikut. : Momen pemberontakan apa yang pernah kamu lakukan? : Mmmhh.. Ga ada kayaknya, hehe.. sampai sekarang belum ada kejadian yang harus menggunakan jalan pemberontakan. Guruku pernah berkata, Kekuatan bukan terletak di otot, tapi di otak , semua konflik seharusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik. : Apa pengalaman yang pernah mengecewakanmu? : Saat itu ada seleksi mahasiswa Fakultas Teknik untuk diberangkatkan ke Malaysia mengikuti forum diskusi internasional, aku cukup percaya diri untuk mendapatkan 1 dari 10 tiket yang diperebutkan, karena statusku pada waktu itu adalah Mahasiswa Berprestasi 1 Fakultas Teknik. Proses seleksi mirip dengan pemilihan Mawapres,
dan pesaingku juga mereka yang aku kalahkan di seleksi Mawapres yang lalu. Namun, ketika hasilnya diumumkan, namaku tidak tercantum, bahkan tidak pula masuk di list peserta cadangan. Seminggu setelah itu, aku ditelpon oleh PT.GDA yang menerima lamaran Kerja Praktik-ku dan aku segera di berangkatkan ke Kalimantan. Rasa kecewa itu masih muncul, ketika teman-teman memposting foto di depan Twin Tower Malaysia, aku malah keluar masuk hutan Samarinda. Empat bulan kemudian, barulah aku bersyukur dan menyadari hikmah dibalik kegagalanku pergi ke Malaysia. Hasil penelitianku di hutan Kalimantan tersebut telah mengantarkanku menjadi Juara di IPA Convention, salah satu ajang paling prestisius di industri migas Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi jika aku pergi ke Malaysia waktu itu. Semua kekecewaan itu selalu ada hikmahnya, kalau Steve Job bilang, titik-titik itu selalu bisa dihubungkan ketika kita sudah melihat itu ke belakang. Jadi jangan pernah takut untuk GAGAL. Q : Apa pelajaran utama yang kamu pelajari dalam hidup? A : "Nothing is impossible, but nothing is easy. Jika menginginkan sesuatu, kejarlah dengan usaha maksimal, jika masih belum tercapai tambah usahanya menjadi ekstra maksimal, yakinlah pasti kamu bisa. Tetapi jika masih gagal lagi setelah menambah usaha ekstra, maka yakinlah Tuhan menyiapkan hal lain yang lebih baik untuk kamu. Q : Setelah bicara soal mimpi pribadi, pencapaian, dan harapan. DI FGMI sendiri, sebenarnya apa visi dan misi pribadi Mas Avel untuk Kepengurusan saat ini? A : Inget 3K saja... Kompetensi, Karakter, dan Kemasyarakatan. Aku ingin semua program FGMI merujuk kepada peningkatan kompetensi (technical skill), namun kompetensi tanpa karakter itu bagai sayur tanpa garam, hambar! Maka dari itu juga harus fokus terhadap program penguatan karakter (soft skill), dan terakhir harus menebar banyak manfaat ke masyarakat. Untuk tahun ini, program kemasyarakatan akan lebih fokus kepada peningkatan people awareness di daerah rawan bencana di Indonesia. Q : Ada pesan yang mau disampaikan untuk generasi muda? A : Pendek aja, mari mempercepat kehadiran masa depan!
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
10
Jurnal PENDUGAAN KEMENERUSAN PARIT CANDI PLAOSAN BAGIAN BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK Ary Wijaya I Putu (Geofisika, UPN Veteran Yogyakarta) Rizal Sujono (Geofisika, UPN Veteran Yogyakarta) Kresna Bayu Aji (Geofisika, UPN Veteran Yogyakarta)
SARI Penelitian dilakukan di Candi Plaosan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lithologi dan kemenerusan parit candi. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Naniura NRD 22S. Penelitian dilakukan dengan 9 lintasan menggunakan konfigurasi dipole-dipole dengan spasi elektroda adalah 2 meter, panjang lintasan adalah 50 meter, n adalah 6 dan arah lintasan N 271°E memotong parit candi. Dengan menganalisis 9 penampang 2D hasil inversi menggunakan software RES2DINV dapat diketahui arah penyebaran parit candi adalah N 355°E. Berdasarkan atas nilai resistivitas sebenarnya (104 70.125) Ohm.m, batuan penyusun parit candi adalah andesit. Kedalaman parit candi bervariasi antara 0.5 – 3.3 meter di bawah permukaan dari arah selatan ke utara. Kedalaman candi pada bagian utara lebih dalam dibandingkan dengan bagian selatan dikarenakan proses tektonik dan endapan material vulkanik dari Gunung Merapi. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sejarah kebudayaan yang beragam, salah satu dari peninggalan tersebut berupa candi. Penyebaran Candi di Indonesia banyak terdapat di Jawa, tepatnya di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Plaosan, dan banyak candi lainnya. Candi Plaosan merupakan salah satu situs purbakala yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang belum ditemukan secara keseluruhan dan diperkirakan masih ada bagian dari candi yang terpendam dan belum diketahui letaknya secara pasti. Berdasarkan sejarah, Candi Plaosan merupakan Candi Buddha yang dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman kerajaan Mataram kuno. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemenerusan parit Candi Plaosan bagian barat dan jenis batuan apa yang menyusun parit serta untuk mengetahui kedalaman parti yang terkubur oleh material vulkanik hasil letusan Gunung Merapi. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian pertama di Candi Plaosan dilakukan di bulan Agustus 1909 oleh arkeolog Belanda bernama Ijzerman yang menghasilkan penemuan berupa 16 candi kecil dalam keadaan rusak. Penelitian kemudian dilanjutkan oleh (Anonim, 2000) dengan hasil bahwa kompleks Candi Plaosan dikelilingi parit persegi panjang berukuran 440 x 279 m, secara keseluruhan lebar parit kurang lebih 10 m dengan kedalaman parit 2.5 m. Geologi daerah penelitian berupa endapan material vulkanik Gunung Merapi. Batuan penyusun daerah ini pada bagian atas adalah lapisan berseling antara pasir vulkanik dengan endapan alluvial yang berumur kuarter, di bawahnya merupakan endapan breksi lepas.
Lokasi Penelitian
Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian
Batuan penyusun candi bervariasi di daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan dibagi berdasarkan elevasi atau ketinggiannya oleh Sri Mulyaningsih (2006) Batuan penyusun candi pada ketinggian > 200 mdpl dan termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sleman tersusun atas andesit porfirik fragmen endapan klastika Gunung Merapi. Candi yang terletak pada ketinggian 145 – 190 mdpl dibangun dari campuran andesit Gunung Merapi (50%-75%) dan batupasir tuff (25%-50%) dari pegunungan sebelah selatan (F.Semilir). Candi yang terletak pada ketinggian <130 mdpl (Kec.Berbah dan Bantul) di bangun dari batupasir tuffan (F.Semilir). DASAR TEORI Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari bumi dengan menerapkan prinsip ilmu fisika, salah satunya metodenya adalah metode geolistrik. Metode geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana pendeteksiannya di permukaan bumi; meliputi pengukuran potensial, arus, dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah ataupun akibat injeksi arus listrik ke dalam bumi.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
11
Jurnal Terdapat beberapa macam metode geolistrik, antara lain: metode potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, induced polarization (IP), metode resistivitas. Penelitian ini menggunakan metode geolistrik tahanan jenis atau resistivitas. Hukum dasar yang diterapkan pada metode geolistrik resistivitas adalah hukum Ohm yang menggambarkan hubungan antara hambatan (R), arus (I) dan potensial (V) dan dinyatakan dalam persamaan : R = V/I Disini bumi diasumsikan sebagai medium yang homogen, meskipun pada kenyataanya kondisi bawah permukaan bumi tidak homogen karena terdiri atas lapisan-lapisan dengan nilai tahanan jenis (ρ) yang berbeda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Oleh karena itu, harga resistivitas yang terukur bukan merupakan harga resistivitas sebenarnya untuk satu lapisan saja, akan tetapi yang terukur merupakan resistivitas semu (Apparent Resistivity), sehingga berlaku persamaan: ρ=KxR dimana K merupakan faktor konfigurasi. Resistivitas semu merupakan resistivitas dari suatu medium fiktif homogen yang ekuivalen dengan medium berlapis. Sebagai contoh medium berlapis adalah terdiri dari dua lapis yang mempunyai resistivitas berbeda. Untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya (true resistivity) maka dilakukan teknik least square inversion , yang dapat dilakukan menggunakan software RES2DINV. Tabel 1. Tahanan jenis material bumi (Telford, 1976)
Rock type
Resistivity range (Ohm.m)
Granite Diorite Dasite Andesite Lavas Basalt Tuffs Clay Alluvium and sands
3 x 102 – 106 104 – 105 2 x 104 (Wet) 4 – 5 x 104 (wet), 1 – 7 x 102 (dry) 102 – 5 x 104 10 – 1.3 x 107 (dry) 2 x 103 (wet) – 6 – 5 x 105 (dry) 1 – 100 10 – 800
Gambar 2. Peta lokasi penelitian (www.googleearth.com)
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama proses akuisisi data lapangan metode geolistrik antara lain Resistivitymeter (NANIURA NRD 22S), sumber arus (Accu) 12 Volt, 2 buah elektroda potensial dan arus, 4 buah palu, 4 buah kabel roll, meteran 100 m, GPS, dan kompas. Pengambilan data dilakukan sebanyak 9 lintasan yang berarah N271°E (timur-barat) dengan panjang masing-masing lintasan adalah 50 m. Jarak antar lintasan adalah 20 meter, namun untuk lintasan 4 dan 5 panjang lintasan yaitu 50 meter dan lintasan 5 dan 6 adalah 30 meter. Hal ini disebabkan karena adanya lubang bekas galian dan sawah warga. Pada pengukuran ini spasi elektroda adalah 2 meter dengan 'n' sebanyak 6.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di kompleks Candi Plaosan di Dusun Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten (Gambar 2). Batas wilayah yang mengelilingi kompleks Candi Plaosan adalah Desa Kebondalem di sebelah utara, Desa Kemuda di sebelah timur, Desa Taji di sebelah selatan, dan Desa Bugisan di sebelah barat. Secara geografis daerah penelitian terletak pada 7°44ˈ32.13ˈˈ LS dan 110°30ˈ11.07ˈˈ BT pada ketinggian 148 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 3 – 5 April 2009 dalam keadaan cuaca cerah.
Gambar 3. Desain survey penelitian metode geolistrik resistivitas
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
12
Jurnal Hasil dan Pembahasan
Lintasan 9
Lintasan 2
10 M 10 M
Gambar 7. Penampang 2D true resistivity lintasan 9 Gambar 4. Penampang 2D true resistivity lintasan 2
Dari penampang 2D true resistivity di atas pada lintasan 2 memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.18-920) Ohm.m. Nilai resistivitas (137-920) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batuan andesit yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan yang terdapat pada meter 6 sampai 20 dan meter 30 sampai 38 pada kedalaman 0.5 sampai 2.35 meter dan lebar parit adalah 10 meter. Nilai resistivitas (1.18-137) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan gunung api yang mengubur parit candi. Lintasan 3
10 M
Penampang 2D true resistivity lintasan 9 memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (5.14-5699) Ohm.m. Nilai resistivitas yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai boulder yang merupakan material vulkanik Gunung Merapi sedangkan parit candi pada lintasan ini sudah tidak terlihat dengan jelas karena letak kedalamannya diperkirakan lebih dari 3.4 meter. Nilai resistivitas (5.14-104) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan Gunung Merapi. Berdasarkan gambar 8 yang merupakan korelasi antar lintasan pengukuran sepanjang 190 meter ke arah utara dari total panjang parit 440 meter, dapat diinterpretasikan jika arah penyebaran parit Candi Plaosan bagian barat adalah N355째E dengan distribusi tidak beraturan dari anomali pada penampang 2D true resistivity, yang mengindikasikan jika kondisi parit sudah tidak utuh lagi atau rusak.
Gambar 5. Penampang 2D true resistivity lintasan 3
Penampang 2D true resistivity lintasan 3 memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (1.33-5985) Ohm.m. Nilai resistivitas (163-5985) Ohm.m yang berada pada kedalaman dangkal diinterpretasikan sebagai bongkahan atau boulder dari batu penyusun parit Candi Plaosan, sementara yang diinterpretasikan sebagai parit Candi terdapat pada meter 10 sampai 16 dan meter 26 sampai 30 pada kedalaman 2.5 meter dengan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (1.33-163) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas hasil letusan gunung api yang mengubur parit Candi. Lintasan 5
10 M
Gambar 6. Penampang 2D true resistivity lintasan 5
Pada penampang 2D true resistivity lintasan 5 memperlihatkan kisaran nilai resistivitas (7.54-45794) Ohm.m. Nilai resistivitas (315-45794) Ohm.m diinterpretasikan sebagai batu andesit yang merupakan penyusun parit Candi Plaosan terdapat pada meter 6 sampai 18 dan 28 sampai 45 pada kedalaman 2.6 meter dan lebar 10 meter. Nilai resistivitas (7.54-315) Ohm.m diinterpretasikan sebagai endapan pasir vulkanik lepas dan sedikit terisi air karena pada lintasan ini terdapat pada areal persawahan.
Singkapan Parit Gambar 8. Korelasi penampang 2D true resistivity semua lintasan
Menurut penelitian terdahulu oleh (Anonim, 2000) kedalaman parit adalah 2.5 meter. Atas dasar perhitungan yang membandingkan antara model dengan tinggi 1.7 meter dan kedalaman parit pada singkapan seperti yang ditunjukkan pada gambar 9, diperoleh hasil jika kedalaman parit pada singkapan yang terletak di bagian selatan dari lintasan 1 itu adalah 2.8 meter. Diperkirakan penambahan kedalaman sebesar 0.3 meter disebabkan oleh endapan tanah ataupun proses sedimentasi yang terjadi pada singkapan parit dan terendapkan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
13
Jurnal
1.1 M
2.8 M 1.7 M
Gambar 9. Perbandingan antara model dengan singkapan parit Candi Plaosan bagian barat.
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada parit Candi Plaosan bagian barat, dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut: 1. Batuan penyusun parit Candi Plaosan adalah batuan andesit yang merupakan material Gunung Merapi dengan nilai resistivitas (10470125) Ohm.m. 2. Distribusi kemenerusan bangunan parit candi pada bagian barat Candi Plaosan dari utara ke selatan adalah N355째E. 3. Kedalaman ditemukannya parit berdasarkan penampang 2D true resistivity adalah 0.5 sampai 3.3 meter di bawah permukaan. Kondisi parit Candi Plaosan sudah tidak utuh/rusak, yang disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi pada masa lalu di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Selain itu, kerusakan tersebut diakibatkan oleh hempasan material Gunung Merapi seperti lahar ataupun aliran piroklastik, sehingga kedalaman ditemukannya parit semakin ke utara akan semakin dalam dibandingkan dengan temuan di daerah selatan. REFERENSI Anonim. Geolistrik Tahanan Jenis. 2007. Institut Teknologi Bandung <www.geocis.net>. Mulyaningsih, S. Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta. 2006. 1(2) Jurnal Geologi Indonesia. Telford, W. M, dkk. Applied Geophysics (Cambridge University Press 1976).
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
14
Jurnal Fasies Pengendapan Karbonat dan Paleogeografi dari Formasi Paciran, Jawa Timur, Indonesia Maulida Balgis Arbinesya ( Teknik Geologi ITB )
SARI Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia, secara geografis terletak di terletak di 111051'5 "BT - 111057'1" Bujur Timur dan 06053'9 "LS - 06058'32". Daerah penelitian terdiri batuan karbonat yang berumur Oligo - Miosen sampai Pliosen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paleogeografi dan fasies batuan karbonat Formasi Paciran di daerah penelitian, dengan melakukan observasi lapangan dan analisis laboratorium, yaitu petrografi dan analisis mikrofosil. Formasi Paciran telah melingkungi beberapa fasies karbonat. Pada asosiasi fasies reef (bagian tengah sepanjang barat ke timur) terdiri dari fasies wackestone dan packstone yang memiliki kelimpahan koral, alga merah dan fosil foraminifera besar. Pada asosiasi fore reef (bagian utara) dari Montongsekar dominan terdiri dari wackstone dan packstone. Fasies, packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda serta pada beberapa tempat ditemukan batugamping koral dan juga foramnifera planktonik. PENDAHULUAN Daerah penelitian terletak di Daerah Montongsekar, Kecamatan Montongsekar, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 111051'5 BT sampai 111057'1 BT dan 06053'9 LS sampai 06058'32 LS dengan luas sekitar 100 km2. Daerah penelitian termasuk ke dalam peta topografi, Lembar Peta Rupa Bumi Digital Indonesia (Bakosurtanal). Daerah penelitian terletak ke dalam sebagian lembar Peta Jojogan (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No.1509-221) dan sebagian lembar Peta Merakutak (Peta Rupa Bumi Digital Indonesia No. 1509-222) dengan skala 1:25000.
Objek penelitian dari riset ini untuk mengetahui fasies karbonat dan paleogeografi dari Formasi Paciran. Metodologi dari riset ini adalah dengan pengamatan singkapan di lapangan untuk mengetahui karakteristik litologinya dan didukung dengan analisis laboratorium untuk penelitian yang lebih detail dari batuan pada Formasi Paciran. Analisis laboratorium yang dilakukan antara adalah analisis mikrofosil dan analisis petrografi. GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian dibatasi oleh Busur Karimunjawa dan Paparan Sunda ke arah timur dan barat laut, sedangkan ke arah utara dan barat dibatasi oleh dataran tinggi Meratus dan dataran tinggi Masalembodoang yang berada di tenggara Pulau Kalimantan. Pada bagian selatan, busur vulkanik atau busur magmatik membatasi daerah penelitian dari bagian timur hingga selatan. Sejarah geologi Lembar Jatirogo dimulai pada kala Miosen, yaitu sejak terbentuknya Formasi Tawun. Bersamaan dengan pengendapan Formasi Tawun terjadi gerakan batuan dasar yang mengakibatkan terbentuknya perlipatan, serta pembentukan tinggian (highs) dan rendahan (lows) sesuai pendapat Spencer (1977). Pada waktu pembentukan lipatan, tinggian, dan rendahan tersebut, proses pengendapan terus berjalan, kemudian pada akhir Miosen Awal atau bagian bawah Miosen Tengah, terjadi pengendapan satuan batupasir yang berselingan dengan batugamping bioklasitika dan batulempung (Anggota Ngrayong Formasi Tawun). Pada bagian bawah Miosen Tengah atau sesudah pengendapan Anggota Ngrayong, diendapkan batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran (Formasi Bulu), dan selanjutnya pada awal Miosen Akhir, terendapkan Formasi Wonocolo yang terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Pada Pliosen akhir, terendapkan satuan batupasir glaukonitan dengan sisipan batugamping pasiran (Formasi Ledok). Pada akhir Miosen Akhir atau Pliosen Awal, daerah setempat berupa tinggian dan rendahan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
15
Jurnal Di bagian tengah sampai ke arah barat Lembar Jatirogo yang merupakan daerah rendahan, terendapkan Formasi Mundu, sedangkan di bagian timur dan sebagian kecil di bagian barat lembar Jatirogo terendapkan tinggian dan didalamnya terendapkan batugamping terumbu (Formasi Paciran). Pada kala Plistosen, daerah ini merupakan laut dangkal, terbuka, dan tenang, sehingga memungkinkan terus terbentuknya batugamping terumbu (Formasi Paciran) di daerah tinggian tersebut; sedangkan di daerah rendahan pengendapan napal terus berlangsung hingga akhir Pliosen yang membentuk Formasi Mundu. Sementara itu, dibagian selatan Lembar Jatirogo, pengendapan Formasi Mundu diikuti oleh pengendapan Formasi Lidah yang terdiri dari lempung, lempung hitam, dan batupasir. Pada kala Plistosen Akhir secara keseluruhan daerah ini terangkat menjadi daratan dan bersamaan dengan pengangkatan tersebut, di bagian barat laut terjadi kegiatan gunung api yang menghasilkan breksi gunung api dan lava andesit di Gunung Lasem, Gunung Pucuk, Gunung Butak dan Gunung Gerang. Pada kala Holosen hingga sekarang terendapkan lempung, lanau, kerikil, dan pasir yang membentuk satuan aluvium. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang utama dalam riset ini adalah melalui pengamatan lapangan. Pengamatan lapangan dipilih sebagai metodologi untuk meneliti karakteristik litologi dari skala megaskopis, yaitu dengan melihat geomorfologi sampai skala singkapan untuk melihat tekstur dan struktur dari proses sedimentasi. Selain itu, riset ini juga menggunakan analisis labotarium, yang antara lain dilakukan dengan analisis mikrofosil dan analisis petrografi. Analisis mikrofosil dilakukan melalui pengamatan formanifera besar dengan tujuan untuk mengidentifikasi umur dan lingkungan pengendapannya. Sementara itu, analisis petrografi dilakukan untuk melihat karakteristik interior batuan secara mikroskopis. PEMBAHASAN Mengacu kepada Reeckman (1981), peneliti membagi daerah penelitian secara umum, yang terdiri dari asosiasi fasies reef dan asosiasi fore reef.
Deskripsi dari karakteristik masing-masing fasies adalah sebagai berikut: Asosiasi Fasies Reef Asosisasi fasies reef terdiri dari batugamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh fragmen koral, red algae, dan foramnifera besar. Kedua batuan tersebut dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna putih kecoklatan (warna segar), abu-abu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedangburuk, sangat keras, kemudian pada beberapa tempat teroksidasi, masif, dan terdapat mineral karbonat serta branching coral. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 65 % di bagian tengah, hingga kemudian memanjang dari barat ke arah timur, selatan, dan timur laut dari daerah penelitian yang mencakup Desa Hargoretno, Montongsekar, Pakel, Sumurgung, Jetak, dan Talun. Pada asosiasi fasies reef, analisis pada beberapa sampel telah dilakukan, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, dan Borellis curdica. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Borellis curdica yang mewakili satuan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa satuan ini berumur Upper Tf â&#x20AC;&#x201C; Tg (Miosen Akhir - Pliosen). Asosiasi Fasies Fore Reef Asosisasi fasies fore reef terdiri dari batu gamping wackestone dan packstone (Dunham, 1962). Batugamping wackestone dan packstone didominasi oleh komponen berupa pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda, serta pada beberapa tempat juga ditemukan batugamping koral serta foramnifera planktonik. Kedua batuan tersebut dapat dibedakan secara mikroskopis oleh kelimpahan jumlah fragmennya. Selain itu, secara megaskopis, terdapat warna coklat kekuningan (warna segar), abuabu kehitaman (warna lapuk), bentuk butir membundar tanggung, terpilah sedang-buruk, masif, memiliki mineral karbonan, keras, serta terdapat pecahan cangkang-cangkang moluska seperti bivalvia dan gastropoda. Penyebaran batuan berada pada kisaran sekitar 30 % di bagian utara daerah penelitian yang mencakup Desa Gaji, Mergomulyo, Karanglo, Pongpongan, dan Padasan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
16
Jurnal Pada asosiasi fasies fore reef, analisis telah dilakukan pada beberapa sampel, dimana dengan foraminifera bentonik besar terdapat penemuan Amphistegina lessoni, Operculina, Cyclocypeus carpenter dan Alveolinella praequoyi. Penemuan fosil penunjuk foraminifera bentonik besar Cyclocypeus carpenter yang berumur Th â&#x20AC;&#x201C; Recent (Pliosen - Resen) serta dengan perbandingan regional berumur Pliosen, mengarahkan pada kesimpulan bahwa pada satuan ini berumur Pliosen. Pada kala Miosen Akhir, kondisi lingkungan pengendapan material sedimen mendukung terjadinya pertumbuhan terumbu, yang mana hal ini didukung oleh penetrasi cahaya matahari yang baik dan kondisi air laut yang relatif lebih stabil. Pertumbuhan terumbu ini kemudian menghasilkan pembentukan asosiasi fasies reef. Kemudian, seiring dengan penurunan muka air laut secara regional, sebagian pertumbuhan terumbu terhenti dan mengalami pelapukan serta erosi sehingga menyebabkan pengendapan material karbonat disekitar terumbu, yang kemudian membentuk asosiasi fasies fore reef. Terdapat hubungan stratigrafi antara asosiasi fasies reef dengan asosiasi fasies fore reef yang selaras, lebih tepatnya menjemari. Pada kala Pliosen hingga Pleistosen terjadi peningkatan aktivitas tektonik berupa perlipatan yang menyebabkan terjadinya pengangkatan, sehingga hal ini sekaligus menyebabkan terhentinya pertumbuhan terumbu. KESIMPULAN Formasi Paciran pada daerah penelitian dibagi menjadi: asosiasi fasies reef dan asosiasi fasies fore reef. Umur dari Formasi Paciran pada daerah penelitian diinterpretasikan berada pada Miosen Akhir sampai Pliosen. Paleogeografi dari Formasi Paciran pada daerah penelitian berupa fore reef, dengan basinward pada bagian utara daerah penelitian dan landward pada bagian selatan daerah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Adisaputra, M.K., 1987. Notes on Cyclocypeus ( K a t a c y c l o c y e u s ) Ta n a n d C y c l o c y p e u s (Radiocyclocypeus) Tan. Geologi Survey Indonesia, Jawa Timur, Indonesia. Dunham, Robert. J. 1962. Classification Of Carbonate Rocks According To Depotitional Texture, AAPG Memoir 1., Oklahoma, Amerika Serikat. Howard, A.D. 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation A Summation, AAPG BulletinV.51, No 11, P. 2246-2259, Tulsa, Amerika Serikat. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Bandung, 25h. Postuma, J.A. 1971. Manual of Planktonik Foraminifera. Elseiver Publishing Company, Amsterdam-London-New York, 420h. Pringgoprawiro, H. 1981. Stratigrafi Cekungan Jawa Timur Utara dan Paleogeografinya. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia. Reeckman, A And Friedman, Gerald M. 1982. Exploration for Carbonate Reservoir. AWILEYInterscience Publication. New York, Amerika Serikat. Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Jatirogo skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung. Situmorang dkk, 1992. Peta Lembar Merakurak skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Bandung. Van Zuidam, R.A. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic Mapping. Smiths Publisher, The Hague, Amsterdam. Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. VoIume I A. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland, 732h.
UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang Mardiana selaku pembimbing dalam melakukan riset ini.
Vischer, A., 1952. Stratigraphy of the Younger Tertiary in North-East Java and Madura. The Hague Martinus Nijhoff, Netherland.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
17
Jurnal
Gambar 1. (A) Lokasi daerah penelitian, (B) Kolom stratigrafi daerah penelitian (Situmorang, 1992)
Gambar 3. Gambar 4 (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies fore reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies fore reef
Gambar 2. (A, B, C dan D) Kenampakan megaskopis dari asosiasi fasies reef sedangkan gambar (D dan E) merupakan kenampakan mikroskopis dari asosiasi fasies reef
Gambar 4. Paleogeografi dari Formasi Paciran daerah penelitian
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
18
Tokoh
BIOGRAFI TOKOH: KENNETH E. PETERS Oleh: Ragil Pratiwi
Kenneth E. Peters adalah seorang ahli geokimia yang sangat terkenal, dan memiliki lebih dari 120 publikasi dalam bidang geologi, terutama dalam bidang geokimia organik. Kenneth meraih gelar BS dan MS dibidang geologi di University of California, Santa Barbara (UCSB), serta Ph.D geochemistry dari University of California, Los Angeles (UCLA). Kenneth merupakan author pertama untuk buku geokimia The Biomarker Guide (1993, Prentice-Hall; 2005, Cambridge U. Press; 2011 Cambridge U. Press & Chinese Petroleum Industry Press), yang merupakan salah satu buku yang sangat penting untuk geochemist, maupun geologist. Saat ini beliau bekerja sebagai penasihat sains di Schlumberger Information Solutions, menggunakan metode geokimia dan pemodelan numerik untuk studi sistem petroleum. Kenneth bekerja selama kurang lebih 35 tahun sebagai geochemist di Chevron, Mobil, ExxonMobil, USGS, and Schlumberger. Selain itu, beliau juga aktif mengajar geokimia dan pemodelan cekungan untuk Chevron, Mobil, ExxonMobil, Oil & Gas Consultants International, UC Berkeley, dan Stanford University. Kenneth adalah Honorary Teaching Fellow di School of Geoscience, University of Aberdeen, Scotland, UK. Beliau merupakan Ketua Konferensi Organic Geochemistry pada tahun 1998, Ketua Tim Riset AAPG tahun 2007 â&#x20AC;&#x201C; 2010, Dosen Kehormatan AAPG tahun 2009 - 2010, editor dari AAPG Getting Started in Basin and Petroleum System Modeling â&#x20AC;&#x201C; compact disc tahun 2009. Kenneth adalah editor AAPG Hedberg Series 4 Basin Modeling: New Horizons in Research and Applications tahun 2012, dan co-editor untuk SEPM Publikasi Khusus - 103 Analyzing the Thermal History of Sedimentary Basins: Methods and Case Studies. Pada tahun 2009, beliau meraih penghargaan Alfred E. Treibs Award, dari Organic Geochemistry Division, Geochemical Society, atas kontribusinya dalam bidang geokimia organic. Tahun 2013, beliau meraih penghargaan the AAPG Honorary Member Award, serta penghargaan Schlumberger Henri Doll Prize for Innovation tahun 2009 dan 2013, atas jasanya dalam bidang petroleum geologi.
(Sumber : earth.stanford.edu/kenneth-peters)
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
19
SM IAGI
SM IAGI Indonesia Mengabdi Kepada Masyarakat Melalui Sosialisasi Mitigasi Longsor Banjarnegara
Foto: SM IAGI
Oleh : Muhammad Alamshah | SM IAGI Universitas Diponegoro Indonesia Kembali Berduka. Bencana yang datang tak diduga telah merenggut banyak korban jiwa. Pada Jumat sore, 12 Desember 2014, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas bukit. Selang beberapa menit terdengar jeritan panik dari warga Dusun Jemblung di kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Banyak warga yang berusaha lari untuk menyelamatkan diri namun tak sedikit pula yang bernasib nahas. Bencana longsor yang terjadi sore itu tak akan pernah dilupakan oleh masyarakat Dusun Jemblung sampai kapanpun. Menyadari hal itu, para mahasiswa yang tergabung dalam SM IAGI Undip bersama dengan SM IAGI Unsoed, SM IAGI UGM, dan SM IAGI IST Akprind, SM IAGI UPN Veteran YK serta SM IAGI STTNAS mengirimkan perwakilan mahasiswa ke lokasi bencana yang terletak di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. SM IAGI Undip dan SM IAGI Unsoed tiba di Banjarnegara pada hari Minggu, 14 Desember 2014 dan langsung berangkat menuju lokasi bencana. Sedangkan SM IAGI UGM bersama dengan yang lain menyusul pada hari Kamis. Selain memberikan bantuan dalam bentuk materi, tim SM IAGI Undip dan Unsoed juga memberikan bantuan dalam bentuk lain yaitu sosialisasi mengenai mitigasi bencana meliputi pengenalan tentang bencana longsor, daerahdaerah yang rawan longsor serta daerah yang dapat dijadikan lokasi evakuasi dan relokasi yang aman untuk dijadikan sebagai lokasi tempat tinggal.
Tim mitigasi dibagi menjadi beberapa kelompok dan dikirim ke desa-desa sekitar lokasi bencana yang masih memiliki potensi tinggi untuk terjadi longsor. Kegiatan sosialisasi dari tim mitigasi berjalan lancar karena antusiasme warga sekitar yang tinggi. Tak cukup sampai di situ, tim mitigasi juga berperan dalam membuat peta daerah rawan bencana longsor di sekitaran Dusun Jemblung. Saat tim tiba di lokasi, terdapat ratusan orang dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) serta relawan lainnya dari berbagai macam organisasi. Mereka bahumembahu memberikan pertolongan kepada para korban. Pencarian korban yang masih selamat maupun yang sudah meninggal dilakukan oleh tim BNPB dibantu oleh warga sekitar dan beberapa tim relawan dengan menggunakan alat sederhana seperti cangkul serta beberapa alat berat seperti excavator. Para korban yang selamat yaitu sekitar 35 kepala keluarga direlokasi ke Desa Ambal, Kecamatan Karangkobar. Perwakilan SM IAGI berharap bantuan yang telah diberikan dapat bermanfaat dan meringankan beban masyarakat Dusun Jemblung. Semoga di masa yang akan datang dampak dari bencana longsor dapat diminimalisir dengan adanya sosialisasi mitigasi bencana.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
20
Kontributor PESONA KEINDAHAN KAWAH IJEN Oleh: Ragil Pratiwi
Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi wisata paling terkenal di Jawa Timur. Lokasinya terletak di kawasan Wisata Kawah Ijen dan Cagar Alam Taman Wisata Ijen, perbatasan Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi dengan Kecamatan Klobang, Kabupaten Bondowoso. Saking terkenalnya objek wisata yang satu ini, yang datang bukan cuma turis domestik saja lho tapi juga wisatawan mancanegara.
Pembentukan Kaldera Ijen Disadur dari Commission of Volcanic Lakes tentang Gunung Ijen, kondisi sebelum kaldera (Pra-Kaldera), Gunung Ijen Tua (Paleo Ijen) berupa gunung api strato yang diperkirakan memiliki ketinggian 3500 m. Gunung Ijen
Foto: Iqbal Hamidi
berisi lava dan piroklastik, berada diatas endapan berumur Dari Utara Miosen (12.5 juta tahun) yang berupa batugamping. Jika kamu berangkat dari Surabaya disarankan langsung Sejarah letusan terakhir pada tahun 2004, terjadi menuju Sempol (Bondowoso) melalui jalur Wonosari. peningkatan peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai Kemudian menuju Pos Paltuding yang dapat dicapai dengan dengan peningkatan suhu air danau mencapai 51째C, suhu kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan fumarol mencapai 240째C, serta tercatat adanya jarak 93 km dan estimasi waktu sekitar 2.5 jam perjalanan. peningkatan jumlah gempa vulkanik oleh seismograf Jarak yang ditempuh melalui jalur utara memang lebih Gunung Ijen. Peningkatan aktivitas ini tidak diikuti dengan jauh dibanding jalur selatan, namun hal ini ditunjang letusan. dengan kondisi jalan yang relatif lebih bagus sehingga Menuju Kawah Ijen & Akomodasi Wisatawan dapat menuju Banyuwangi dengan pesawat
dapat menggunakan motor maupun mobil pribadi dengan aman dan nyaman
langsung dari Bandara Ngurah Rai (Bali) maupun dari Dari Selatan Bandara Juanda (Surabaya) menuju Bandara Blimbingsari Jalur selatan dicapai melalui Banyuwangi dengan jarak di Banyuwangi. Jarak tempuhnya kurang lebih sekitar 30 sekitar 15 km menuju Kecamatan Licin. Dari Licin ke menit. Untuk mencapai Kawah Ijen dapat ditempuh Paltuding hanya berjarak 18 km namun melalui jalan yang dengan dua cara yaitu dari utara dan dari selatan. Jarak menanjak dan jalan yang rusak akibat hujan maupun dari Surabaya menuju Bondowoso dan Banyuwangi sekitar aktivitas truk pengangkut belerang. Jalur selatan memang 200 km sedangkan jarak dari Denpasar (Bali) menuju lebih dekat ke Pos Paltuding dibanding jalur selatan. Banyuwangi sekitar 142 km.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
21
Kontributor Kuliner Kuliner khas yang wajib kamu coba jika mengunjungi Banyuwangi yaitu rujak soto. Ini adalah makanan khas rujak sayur dengan kuah soto babat tanpa santan dan ditambah taburan kerupuk melinjo serta udang. Nah, ngiler kan? Jarang banget lho kita bisa makan rujak soto di tempat lain. Selain rujak soto ada juga pecel rawon, pecel kare dan sego tempong yang banyak dijumpai di warungwarung di Kota Banyuwangi. So, sudah kebayang kan gimana serunya berpetualang di Kawah Ijen? Go grab your bag and start the adventure!
Akan tetapi jalanan yang rusak sulit untuk dilalui sehingga disaranan untuk para traveller menggunakan mobil jeep yang banyak disewakan di hotel-hotel di Kecamatan Licin. Tiket Tiket masuk Kawah Ijen untuk wisatawan domestik hanya sebesar Rp 5.000 pada hari kerja dan Rp 7.500 untuk hari libur. Cukup murah, kan? Sedangkan untuk wisatawan asing tiket dipatok sebesar Rp 100.000 pada hari kerja serta Rp 150.000 pada hari libur. Apabila kamu ingin melihat api biru, disarankan untuk naik ke Kawah Ijen pada saat dini hari antara jam 2-4 pagi. Tersedia penginapan di sekitar Pos Paltuding dengan harga yang relatif terjangkau di kisaran Rp 100.000 â&#x20AC;&#x201C; Rp 300.000. Oh iya, untuk mencapai Banyuwangi dengan kendaraan umum dari Surabaya kamu bisa naik kereta api Sritanjung tujuan Surabaya â&#x20AC;&#x201C; Banyuwangi dengan tarif sekitar Rp 50.000 atau bus antar kota dengan tarif sekitar Rp 100.000 â&#x20AC;&#x201C; Rp 200.000.
Foto: Iqbal Hamidi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
22
Foto Blitz Krakatau | Foto: Aveliansyah
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
23
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
24
Foto Blitz Sebongkah Energi | Foto: Muhlis Adi
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
25
Foto Blitz
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
26
Foto Blitz Disambut Pagi Bertemankan Longsor | Foto: Rizky Syawal
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
27
Kuis
KUIS GEOSAINTIS UJI KEMAMPUANMU SEBAGAI GEOSAINTIS MUDA DENGAN MENJAWAB KUIS DI BAWAH INI! Suatu hari lahirnya seorang anak laki-laki dari keluarga Log bernama Neutron. Neutron memiliki banyak teman bernama Gamma Ray, Spontaneously, dan Density. Semasa kecilnya neutron dan teman-temannya senang bermain main di batuan di bawah permukaan bumi. Sampai semasa ia dewasa, Neutron memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi isi batuan seperti atom-atom penyusunnya. Namun berbeda dengan teman-teman lainnya, Neutron lebih pandai membaca indeks atom hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom lainnya.
1. Menurut kamu, mengapa Neutron Log memiliki kemampuan seperti itu?
2. Mengapa log neutron lebih membaca indeks hidrogen di dalam formasi ketimbang jenis atom lainnya?
3. Fenomena apa sajakah yang dapat mempengaruhi anomali pada amplitude map?
4. Bagaimana bisa log densitas mengetahui densitas total suatu formasi batuan?
Kirim jawaban kamu ke email jurnalistik : redaksi@fgmi.iagi.or.id dengan Subject : Jawaban Kuis Buletin 3_Nama_Afiliasi jawaban terbaik, akan memperoleh bingkisan cantik dari FGMI
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
28
Panggilan Menulis Untuk Jurnal Geosaintis!
#3TahunFGMI
Forum Geosaintis Muda Indonesia
Jendela Geosaintis Turut Disponsori Oleh:
Jendela Geosaintis Edisi 01/FGMI/April/15