Jendela Geosaintis
Edisi: 02/FGMI/September/15
GEMPA NEPAL DAN OROGENESA HIMALAYA FGMI GOES TO CAMPUS YOGYAKARTA SEKILAS TOKOH:
CHRISTOPHER R. SCOTESE LAMAN KONTRIBUTOR:
TANTANGAN ENERGI DI INDONESIA WHATSAPP DISCUSSION BAGAIMANA MENGEMAS TULISAN MENJADI MENARIK, MENJUAL DAN BERMANFAAT BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH BEASISWA
1
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
SAMBUTAN KETUA REDAKSI Tetap menyuguhkan informasi ringan dan edukasi seputar geoscience dan mengemasnya dalam wujud e-buletin “jendela geosaintis� adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi kami tim media dan jurnalistik FGMI jilid 2 yang beranggotakan 8 pemuda dan pemudi pilihan. Kami berterimakasih atas dukungan dan masukan rekan-rekan dalam membuat perbaikan terus menerus ebulletin ini dari edisi sebelumnya. Dengan tambahan energi yang baru, kami optimis bisa berkontribusi maksimal dalam menyajikan informasi seputar kegiatan FGMI dan ilmu-ilmu geoscience pada khalayak ramai. Dalam edisi kali ini kami mengangkat tema mengenai Gejala Geologi disekitar kita yang kita kemas dalam headline Gempa. Selain itu kami masih menyajikan beberapa rubrik yang sangat menarik untuk dibaca. Dari mulai liputan ESK, jurnaljurnal ilmiah, halaman kontributor tentang geowisata, hingga foto juga kita kemas dalam rubrik yang cantik. Pembaca Jendela Geosaintis, Setelah buletin edisi sebelumnya telah berhasil tersaji, pada E-buletin Edisi kali ini diharapkan dapat lebih baik lagi menyajikan informasi-informasi hangat dari seluruh keluarga FGMI. Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa lah Segala doa syukur kita panjatkan. Semoga buletin Jendela geosaintis edisi 4 ini dapat bermanfaatbagi kita semua. Tetap semangat, tetap berkontribusi untuk negeri! Selamat Membaca! Salam, Muhlis Adi|Pemimpin Redaksi MUHLIS ADI / Adaro Energy Ketua Redaksi
YASINTA DEWI S. / PHE ONWJ Layout Editor
AISHA SHAIDRA / TEMPO Layout Editor
CITTA P.W. / Univ. College London Layout Editor RAGIL PRATIWI / GEOSERVICES Layout Editor
LUTFI MAULANA / PHE ONWJ Layout Editor
ZAKKY R. / The Jakarta Globe Layout Editor
M. AZKA Y./ Andalas Petroleum Layout Editor
2
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Sobat GeoMuda Indonesia,
Sambutan Ketua FGMI
“Pelajaran penting bagi kita bahwa bencana bisa datang kapanpun, dan kita harus mempersiapkan diri dan lingkungan sedari sekarang�
Sabtu, 25 April 2015 kemarin dunia dikagetkan dengan gempa besar skala 7.9 SR di Nepal, gempa tersebut telah memakan korban jiwa hingga lebih dari 8,000 orang. Tepat satu tahun sebelum gempa Nepal itu terjadi, gempa yang lebih besar (8.2 SR) juga terjadi di Cile Utara, akan tetapi jumlah korban jiwa yang diakibatkan bencana tersebut hanya 6 orang, jauh dibawah korban gempa Nepal. Sejak gempa besar yang terjadi di Cile tahun 1960 yang menelan korban jiwa 5.500 orang, negara tersebut langsung berbenah mempersiapkan diri untuk menghadapi gempa besar yang akan datang kemudian hari, sehingga pada tahun 2014 gempa itu datang, jumlah korban jiwa bisa ditekan. Kondisi yang terjadi di Cile dan Nepal tersebut tentu menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa bencana bisa datang kapanpun, dan kita harus mempersiapkan diri dan lingkungan sedari sekarang. Di Indonesia, dalam kurun waktu 1 bulan terakhir diramaikan dengan banyaknya bencana alam yang terjadi di berbagai kota, sebut saja Gunung Gamalama, Gunung Raung, dan Gunung Sinabung yang mulai menunjukkan aktivitas erupsinya sehingga beberapa bandara harus menghentikan aktifitas penerbangan pesawat.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Selain ancaman gunung api, beberapa daerah di Indonesia mulai merasakan goncangan gempa, contohnya gempa 5.7 SR di tenggara Ciamis, gempa 6.3 SR di pesisir selatan Jawa Timur, dan gempa 7.2 SR di Membramo Raya. Ditambah lagi, dalam waktu dekat kita akan memasuki musim penghujan, sehingga bencana banjir dan tanah longsor juga akan menyerang beberapa wilayah langganannya di Indonesia. FGMI Peduli yang di tahun lalu aktif menyalurkan bantuan terhadap korban bencana alam, saat ini mulai bertransformasi dan akan fokus kepada program pendampingan masyarakat, pengenalan bencana kepada anak-anak, dan program mitigasi bencana lain.
Dok: FGMI
Bulan Maret kemarin, FGMI memulai aktivitas pengenalan bencana ke anak-anak daerah Soreang, Bandung. Bersama dengan organisasi rekanan, FGMI akan terus berjuang untuk mengkampanyekan siaga bencana geologi di seluruh Indonesia sehingga kesadaran masyarakat meningkat, untuk itu bulan lalu FGMI meluncurkan program baru yang bernama FGMI Jelajah Nusantara, dan akan kita eksekusi di bulan September besok dengan melakukan sosialiasi bencana di masyarakat Desa Karyamukti, Cianjur.
Salam siaga,
Aveliansyah Ketua FGMI 2014-2016
3
4
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
DAFTAR ISI
06 HEADLINE GEMPA NEPAL DAN OROGENESA HIMALAYA 10WHATSAPP DISCUSSION: BAGAIMANA MENGEMAS TULISAN MENJADI MENARIK, MENJUAL DAN BERMANFAAT 12WHATSAPP DISCUSSION: 14FGMI ESK #14 #15 BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH BEASISWA? 18FGMI ESK #16 #17 21SOSMAS:AYO SELAMATKAN BUMI KITA LITBANG: DIVISI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN FGMI MELUNCURKAN TEROBOSAN BARU DISKUSI ONLINE DENGAN MEDIA WHATSAPP
28MEDJUR: DIVISI MEDIA DAN JURNALISTIK MENERBITKAN E-BULETIN PERDANA DI KEPENGURUSAN 2014/2016
BINCANG TOKOH:ALDIS RAMADHAN
30 SEKILAS TOKOH: CHRISTOPHER R. SCOTESE
E:
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
5
34JURNAL: KERAGAMAN POROSITAS BATUAN KARBONAT
FORMASI JONGGRANGAN 04 JURNAL: PENCARIAN POTENSI AIR TANAH PADA WILAYAH KERING PONDOK PESANTREN “FADLLUL WAHID” NGARINGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK
GEOLOGI ISLANDIA TANAH API DAN ES YANG MEMPESONA (BAGIAN 1)
42 KUIS:TEKA-TEKI SILANG 52FGMI GOES TO CAMPUS:
YOGYAKARTA
43LAMAN KONTRIBUTOR: TANTANGAN ENERGI DI INDONESIA
6
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
Gempa Nepal dan Orogenesa Himalaya
#2 | Sep 2015 Oleh: Ragil Pratiwi
PRAY FO NEPAL
Dok: edition.cnn.com
Hari Sabtu, 25 April 2015, gempa berkekuatan 7.8 SR mengguncang Nepal, dan mengakibatkan lebih dari 7,000 korban jiwa dan 14,000 lebih korban luka – luka. Episentrum terletak di Desa Barpak, Gorkha, Nepal, dengan kedalaman 15 km. Gempa ini disebut dengan Gempa Gorkha, yang merupakan gempa terburuk yang mengguncang Nepal sejak Gempa Bihar pada tahun 1934.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
OR L
n t
Hari Sabtu, 25 April 2015, gempa berkekuatan 7.8 SR mengguncang Nepal, dan mengakibatkan lebih dari 7,000 korban jiwa dan 14,000 lebih korban luka – luka. Episentrum terletak di Desa Barpak, Gorkha, Nepal, dengan kedalaman 15 km. Gempa ini disebut dengan Gempa Gorkha, yang merupakan gempa terburuk yang mengguncang Nepal sejak Gempa Bihar pada tahun 1934.
Sebagai ahli kebumian, tentu kita menyadari bahwa Nepal terletak pada collision zone antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia, sehingga potensi gempa bumi sangat tinggi di area pertemuan lempeng. Sabuk Pegunungan (Mountain Belts) yang dihasilkan oleh tumbukan antara dua Lempeng Benua (collision) merupa-kan fitur geologi yang paling dominan di permukaan bumi (Dewey dan Burke, 1973).
Collision antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia menghasilkan Pegu-nungan Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet. (dok: pubs.usgs.gov)
Collision termuda dan diyakini merupakan collision paling spektakuler adalah orogenesa Himalayan-Tibetan, yang menghasilkan Pegunungan Himalaya dan Karakorum di bagian selatan dan Dataran Tinggi Tibet di bagian utara (Yin dan Harrison, 2000).
7
8
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Pembentukan Orogenesa Himalaya Kata orogenesa berasal dari bahasa latin, yaitu Oros yang berarti Pegunungan dan Gennao yang berarti menghasilkan, dengan demikian orogenesa secara sederhana bisa diartikan sebagai proses pembentukan pegunungan. Orogenesa Pegunungan Himalaya merupakan penyebab utama terjadinya gempa Nepal tersebut. Menurut Robert Hall 2002, India merupakan bagian dari Benua Gondwana yang mulai bergerak kearah utara, memisahkan diri dari Australia sejak Kapur Awal (130 juta tahun lalu) dan menabrak Lempeng Asia pada Eosen (45 juta tahun lalu).
“Hingga saat ini diselatan Jawa dan Sumatra masih terjadi subduksi, sedangkan di utara India terjadi tubrukan (collision) membentuk Himalaya.�
Dok: nssdc.gsfc.nasa.gov
Kecepatan pergerakan lempeng India ini diperkirakan 15 cm/year, yang merupakan pergerakan lempeng yang paling cepat dibandingkan dengan pergerakan lempeng manapun. Hal ini disebabkan karena adanya subduksi lempeng samudra dengan lempeng benua di bagian selatan Asia. Setelah India collide, Australia bergerak menjauhi Antartika. Hingga saat ini diselatan Jawa dan Sumatra masih terjadi subduksi, sedangkan di utara India terjadi tubrukan (collision) membentuk Himalaya.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Peta Tektonik Lempeng pada Jura Akhir (dok: www.scotese.com)
Robert Hall, seorang peneliti dari Inggris, membuat animasi pergerakan Lempeng India sejak Zaman Jura Akhir hingga Resen, pada gambar berikut :
Pergerakan Lempeng India Sejak Zama Jura Akhir hingga Pliosen (Hall, 2002)
Pegunungan Himalaya menjadi saksi bisu akan dahsyatnya ancaman gempa yang mengintai daerah pertemuan dua lempeng. Gempa Nepal kembali menjadi pengingat bagi kita semua bahwa sebagai negara yang juga diapit oleh tiga lempeng, maka kita juga harus menjadi masyarakat yang siaga terhadap ancaman bencana tersebut.
Referensi Anonim. The Himalayas: Two continents collide. http://pubs.usgs.gov/gip/dynamic /himalaya.html diakses pada 5 Mei 2015. Dewey J.F., Burke K. 1973. Tibetan, Va r i s c a n a n d P r e c a m b r i a n basement reactivation: products of continental collision. J. Geol. 81 : 683–92. Hall, Robert. 2002. Late Jurassic–Cenozoic reconstructions of the Indonesian region and the Indian Ocean. Tectonophysics, 570 – 571, 1 – 41. Scotese, Chritopher. Deformation of Asia and the formation of the Himalayas and Tibetan Plateau. http://www.scotese.com/indianim .htm diakses pada 7 Mei 2015. Yin, A., Harrison, T.M. 2000. Geologic Evolution of The Himalayan – Tibetan Orogen. Annual Review of Earth and Planetary Sciences 28, 211 – 280.
9
10
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Diskusi W
“Bagaimana Mengemas Tulisan Menjadi Menarik, Menjual dan Be
“Dengan adanya diskusi via Whatsapp, jarak bukan lagi menjadi alasan utama untuk kita saling sharing pengetahuan”
Dok: www.wordsreadandwritten.com
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
ermanfaat?�
Salah satu input yg pengaruhnya besar dalam menulis adalah membaca. Idealnya semakin banyak membaca, semakin besar keinginan untuk menulis. Setiap penulis pernah mengalami yg namanya writer's block. Kondisi dimana kita tidak tahu harus menulis apa, padahal sudah di depan komputer. Itu memang wajar. Saran dari pembicara, sediakan kertas/catatan kecil untuk menulis ide tulisan. Ide tulisannya ya yang kita tulis, bukan tulisannya. Hal ini dilakukan agar saat menulis, kita tahu gambaran besar tulisan kita. Menulis dengan kerangka juga lebih bagus, artinya kita mulai menulis dengan rencana dan itu akan lebih jelas lagi soal fokus tulisan kita. Setiap orang akan menemukan gaya menulisnya saat ia sudah terbiasa menulis. Wajar jika pada awalnya seseorang akan meniru gaya penulis atau menulis seseorang yg ia jadinya panutan, dan bisa jadi juga seseorang merancang dari awal soal gaya menulis apa yang ingin ia tunjukkan dan pertahankan.
Oleh:
11
Zakky Ramadhani dan Aisha Shaidra
Menganggap tulisan kurang menarik? Itu juga permasalahan umum, tapi jangan sampai anggapan pribadi kita, akan membunuh potensi dan keinginan untuk menulis. Karena syarat menulis dan jadi penulis kalau kata Kuntowijoyo itu : menulis, menulis, dan menulis. Dalam proses menulis, kita harus bedakan proses menulis dan proses editing. Dalam proses menulis, tidak ada 'penghakiman' terhadap tulisan. Tulis saja hingga selesai apa yg ingin ditulis. Hingga pesan yangg ingin disampaikan dalam tulisan tertulis dalam tulisan. Dalam proses ini, tulisan masih tak beraturan, dan belum kelihatan bentuknya. Setelah itu baru masuk proses editing. Nah di sini baru mulai sesi 'penghakiman' terhadap tulisan. Editing tidak selalu bicara EYD, namun isu/pesan yg mau disampaikan dalam tulisan. Sehingga harus ada mentor untuk menulis juga. Tulisan kita harus dibaca orang agar mendapatkan feedback. Menurut Fahd Fahdepie “Jangan sembunyi di tempat terang�. Tulisan kita jangan disimpan, harus ada orang yg baca dan memberi feedback.
12
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Diskusi W
Oleh: Citta Parahita W & Ragil Pratiwi
Bagaimana Cara Memperoleh
BEASISWA? Persiapkan diri a. Waktu: pekerjaan, apakah kuliah merupakan pilihan yang benar-benar diinginkan, apakah ada yang menjadi penghalang seperti misalnya sedang mengurus keluarga/tidak bisa resign dari kantor. Putuskan bahwa meluangkan waktu setahun untuk kuliah (jauh dari keluarga, tidak ada pendapatan karena tidak bekerja) memang akan menambah modal/investasi diri secara jangka panjang. b.Kelayakan diri: Daftar prestasi, menulis lebih banyak jurnal, lebih aktif di berbagai kegiatan organisasi, mulai mempersiapkan bahasa asing (apabila diminta IELTS/TOEFL) karena bahasa Inggris tidak bisa dipersiapkan cepat.
Riset Universitas a.Pelajari Universitas dari segala sisi: program, module structure, silabus. Ranking universitas bisa menjadi tidak penting, yang penting adalah modul dan content programnya. b.Sharing dengan teman yang mungkin sudah kuliah sebelumnya di universitas tersebut (misal bisa join grup PPI negara tujuan). c.Lihat persyaratan kuliah; mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar kampus seperti IELTS/TOEFL, personal statement, rekomendasi dari dosen dosen, atasan di kantor, maupun orang orang profesional yang mengetahui kemampuan akademis kita. Jangan segan untuk meminta orang lain memeriksa tulisan kita.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Whatsapp Cari informasi beasiswa a.Cari informasi beasiswa sebanyak-banyaknya. Setiap beasiswa bisa berbeda, misalnya dari berapa jumlah yang dicover (misal LPDP cover seluruhnya, Fulbright tidak seluruhnya, kalau ke Australia ada ADS, mau jadi dosen ada beasiswa Dikti, di Belanda ada Stuned, ada juga beasiswa yang beasiswa dari kampus seperti Petroleum Institute yang mengcover semua cost). b.Datang ke pameran edukasi; buka website beasiswa; datang ke agen pendidikan; lihat twitter dan website-website pencarian beasiswa. Tips: a.Punya kalender kotak-kotak, menandai tenggat waktu pengumpulan berkas aplikasi dan checklist dokumen persyaratan untuk masingmasing beasiswa karena banyak dokumen yang membutuhkan waktu (misalnya rekomendasi dari dosen/atasan, menunggu hasil IELTS dua minggu, mulai merancang isi esai untuk beasiswa).
b.Membuat esai. Lihat tujuan dari setiap beasiswa apa sih? Kembali ke Indonesia? Tulis esai yang singkat tapi padat: siapa kamu, apa minat dan backgroundmu, apa impianmu, apa gunanya bagi pemberi beasiswa untuk kasih beasiswa ke kamu, apa yang bisa kamu kontribusikan kembali ke pemberi beasiswa c.Memperiksa kelengkapan dokumen dan mengoreksi aplikasi beasiswa. d.Berlatih interview dan wawancara; positif dan semangat, pantang menyerah. Gagal di satu seleksi, masih bisa mendaftar lagi periode selanjutnya atau mencoba beasiswa yang lain.
-Everything will fall in its place-
“Dengan study abroad, makan akan memperluas pandangan dan perspektif mu tentang dunia�
13
14
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Experience Sharing Knowledg Minggu, 22 Februari 2015 FGMI mengadakan mengadakan acara Experience Sharing Knowledge (ESK) ke-14. Acara diselenggarakan pukul 09.00–13.00 WIB di kantor sekretariat IAGI di Ruko Crown Palace, Jl. Supomo Jakarta Selatan. Diskusi kali ini diisi Syefriyandi, Aldis Ramadhan, dan I Putu Ary Wijaya, dan dihadiri sekitar 30 peserta dari mahasiswa maupun professional muda. Syefriyadi, selaku pembicara pertama memaparkan presentasi dengan tema Applying of Carbonate Sedimentology for Exploration. Materi ini menjelaskan konsep eksplorasi dengan reservoir karbonat dimulai dari dasar sedimentologi karbonat, lingkungan pengendapan, diagenetik, konsep sekuen stratigrafi sampai alur kerja sehingga dalam kegiatan eksplorasi geosaintis dapat dengan efektif melakukan pekerjaan.
Dok: FGMI
Materi selanjutnya, disampaikan Aldis Ramadhan yang menjelaskan tentang Introduction of Petroleum Geochemistry and Gas Characterization in Exploration Phase.Pada sesi ini pembicara menjelaskan pentingnya pemahaman geokimia dalam eksplorasi minyak dan gas bumi. Di awal sesi, Aldis menjelaskan alur analisa laboratorium geokimia dan produk-produk apa yang dihasilkan oleh analisa lab tersebut, serta kegunaan hasil analisa lab itu untuk mendukung konsep eksplorasi hidrokrabon. Pembicara juga menjelaskan metode dalam aplikasi geokimia seperti oil-oil correlation, oilsource correlation. Di akhir sesi, pembicara secara singkat membahas mengenai karakteristik terbentuknya suatu gas (termogenik/biogenik) serta faktor keterdapatan gas CO2 pada suatu area.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
15
ge-14 Oleh: Tim LITBANG FGMI
Dok: FGMI
I Putu Ary Wijaya, sebagai pemateri terakhir mempresentasikan aplikasi salah satu metode geofisika, yaitu geo-magnetic dengan tema “Iron Sand Exploration Using Magnetic Method”. Putu memaparkan bagaimana metode geo-magnetic sangat berguna untuk identifikasi penyebaran pasir besi yang terlihat dari pola anomali yang terlihat melalui peta intensitas magnetic. Selain itu disisipkan juga pentingnya sebuah perizinan dalam suatu kegiatan eksplorasi agar tak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di lapangan.
Dok: FGMI
“Experience Sharing Knowledge merupakan salah satu program FGMI yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan yang dimiliki masing-masing anggotanya ”
16
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Experience Sharin Knowledge
15
Dok: FGMI
“Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan upaya memperkaya pengetahuan diri sendiri dengan contohnya mengambil studi lanjut maupun memperbarui teknologi, serta perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.”
ESK 15 dilaksanakan hari minggu, 22 maret 2015. Diskusi kali ini sedikit berbeda karena dilaksanakan sambil berkolaborasi dengan ISPG (Indonesian Society Of Petroleum Geologist) dan mengusung konsep morning talk. Acara ini berlangsung pada pukul 09.00 – 13.00 WIB bertempat di gedung Ratu Prabu 2, Conoco Phillips Indonesia, Jl. TB. Simatupang.
Acara ESK kali ini menghadirkan 2 pembicara dari kalangan professional yaitu Enny Lubiantara (SKK MIGAS) dan Rovicky Dwi Putrohari (ispg). Diskusi ini menampilkan dua presentasi pembicara berjudul “prediksi harga minyak dunia dan implikasinya terhadap penerimaan tenaga kerja”.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
“prediksi harga minyak dunia dan implikasinya terhadap penerimaan tenaga kerja”
ng
5
Morning talk yang dipandu Johnson Achmad Paju dari SKK MIGAS ini dihadiri 58 peserta yang terdiri dari kalangan mahasiswa dan professional. Selain itu, turut dihadiri Shinta Damayanti selaku perwakilan pihak iagi.
Benny Lubiantara, dengan pembahasan berjudul “Understanding Oil Prices Behavior” yang menjelaskan tentang fluktuasi harga minyak dunia yang dipengaruhi oleh suplay vs demand factors dan political issues. Suplay and demands factors menurut Benny dipengaruhi oleh kondisi sekarang dan ekspektasi masa depan.
Suplai, menurut Benny dipengaruhi oleh harga minyak, kapasitas suplai OPEC, geopolitik, iklim, biaya eksplorasi dan produksi dan lain sebagainya. Di lain sisi, demands dipengaruhi oleh harga energi, pertumbuhan ekonomi, produksi industri, transportasi, iklim, dan sebagainya. Isu politik pun turut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya fluktuasi harga minyak dunia. Tercatat beberapa isu politik dan krisis keuangan yang menyebabkan dinamika harga minyak dunia seperti pada tahun 1973 dengan embargo OPEC, kemudian terjadinya krisis pada tahun 1979, lalu terjadinya invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990.
17
18
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015 Selain itu, krisis finansial Asia pada pertengahan 1990 dan financial Crisis pada tahun 2009 menjadi contoh dari krisis keuangan yang menjadi penyebab dinamika harga minyak dunia. Sebagai perbandingan, ketika political issues mempengaruhi harga minyak dunia, maka akan terjadinya kenaikan harga minyak dunia, hal itu berbanding terbalik dengan apabila terjadinya krisis keuangan, maka yang terjadi adalah turunnya minyak dunia yang sangat drastis.
Kondisi harga minyak dunia yang terjadi sekarang disimpulkan merupakan oleh berlebihnya pasokan minyak dunia yang diakibatkan adanya political issues seperti Shale Oil America yang ditandingi oleh produksi besar-besaran oleh anggota OPEC di Timur Tengah.
Dok: FGMI
krisis finansial
“
dan financial Cris menjadi contoh dari krisis ke dinamika harg
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Rovicky Dwi Putrohari hadir sebagai pembicara kedua dengan membawakan materi “Current Employment Opportunity in Oil and Gas Industry”. Rovicky memaparkan terdapat gap yang sangat signifikan di antara geologis Indonesia apabila ditinjau dari segi umur produktif. Regenerasi IAGI terdapat gap di sekitaran umur 35–45 tahun. Berdasarkan penghitungan statistik yang dilakukan Rovicky, ada peluang yang sangat besar pada tahun 2020-2030. Menurut dia pada kisaran tahun tersebut terdapat 160-180 juta usia produktif bekerja. Hal ini akan berdampak kepada populasi usia kerja para geosaintis muda karena pada tahun 2036 diperkirakan menjadi titik puncak usia kerja para geosaintis muda di Indonesia. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan upaya memperkaya pengetahuan diri sendiri dengan contohnya mengambil studi lanjut maupun memperbarui teknologi, serta perkembangan ilmu pengetahuan yang ada.
l Asia pada pertengahan 1990
sis pada tahun 2009 euangan yang menjadi penyebab ga minyak dunia”
19
20
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Dok: FGMI
Geophysics Day! “An Introduction of Seismic Exploration”
Experience Sharing Knowledge
16
Pada hari Minggu, tanggal 10 Mei 2015 FGMI telah berhasil mengadakan mengadakan acara ESK yang ke 16 dengan topik utama “Geophysics Day! An Introduction of Seismic Exploration”. Acara ini berlangsung pada pukul 09.00 – 13.00 WIB di kantor sekretariat IAGI di Ruko Crown Palace, Jl.Supomo Jakarta Selatan. Acara ESK kali ini diisi oleh anggota dan pengurus FGMI sendiri, yaitu Nur Cholis, Tenny Octaviani dan Linda Fransiska yang akan menejelaskan seputar data sismik mulai dari pengambilan data di lapangan hingga ke tahapan analisanya dan aplikasinya ke dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi. Acara ini cukup ramai dimana dihadiri 33 peserta dari mahasiswa maupun professional muda yang memenuhi ruangan acara.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015 Pembicara pertama adalah Nurcholis, yang memaparkan presentasi dengan tema Data Acquisition and Seismic Processing, pembicara sangat baik dan jelas memaparkan mengenai peralatan yang digunakan, alur kerja serta metode pengambilan data seismik di lapangan kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data yang di dapat dari lapangan di studio dengan menggunakan software-software terkait hingga didapatkan data seismik yang siap untuk digunakan dan dianalisis baik itu oleh seismic interpreter maupun seorang geologist. Selanjutnya, pembicara kedua oleh saudari Tenny Octaviani yang menjelaskan tentang Borehole Seismic. Pada sesi ini pembicara menjelaskan secara umum apa itu borehole sismic, dimulai dari pengambilan data dilapangan, peralatan yang digunakan, cara kerja alat-alat tersebut dalam mengambil/merekam data dan tentunya jenis-jenis metode dan pemilihannya yang akan digunakan untuk pengambilan data yang dibutuhkan. Pembicara juga menjelaskan mengenai metode-metode pengolahan serta anlisa yang dilakukan hingga ke tahapan akhir untuk mendapatkan data borehole sismic yang siap digunakan untuk analisa lebih lanjut.
Di akhir sesi, pembicara secara singkat membahas mengenai perbedaan borehole seismic ini dengan seismik yang ada pada umumnya dan juga tentunya kelebihan borehole seismic ini untuk menunjang kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi. Pemateri terakhir adalah saudari Linda Fransiska, yang mempresentasikan empat pokok bahasan utama yaitu mengenai fundamental dalam interpretasi sesmik yang berisi konsep-konsep dasar dalam seismik, kemudian mengenai tahapan umum dalam interpretasi seismik mulai dari data-data yang di butuhkan, well sismic tie, mapping, time depth conversion dan pembuatan peta depth structure, dimana kesemuanya ini masuk ke dalam tahapan interpretasi seismik yang harus dilakukan. Kemudian juga memaparkan mengenai seismic interpretation pitfall dan yang terakhir mengenai aplikasi sesimik ke dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi dimana pembicara memberikan studi kasus aplikasi seismik dalam pencarian hidrokarbon pada basement fracture.
21
22
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Experience Sharing Knowledge
17
Materi ESK kali ini mengkaji soal Geomodeling yang disampaikan Budi Rahim dari Conoco Phillips. Acara berlangsung Sabtu, 30 Mei 2015 di Conoco Phillips. Antusiasme peserta di ESK kali ini sangat tinggi. Jumlah pendaftar mencapai lebih dari 50 orang hanya dalam waktu 2 hari, hingga beberapa orang harus masuk daftar penunggu. Budi Rahim memiliki pengalaman yang sangat baik sebagai seorang geomodeller. Beliau mampu menjelaskan konsep geomodelling yang kompleks, menjadi penjelasan yang sangat sederhana. Beliau juga memberikan latihan soal kepada peserta. Latihan pertama adalah menghubungkan beberapa kemungkinan sebuah sungai bermeander dalam suatu citra landsat yang terpisah, bukan geologist, geophysicist, atau geoscience namanya jika dalam suatu interpretasi hanya ada satu interpretasi. Dari satu materi saja, ternyata terdapat beberapa pendapat tentang hasil interpretasi masing masing kelompok. Bahkan ada salah satu kelompok yang membuat 7 interpretasi berbagai tatanan geologi, mulai dari sesar normal, sesar naik hingga sesar mendatar.
Latihan yang kedua sangat membuat peserta 'fly us to the moon' berfikir untuk membuat suatu model geologi yang hanya dibekali dengan beberapa log gamma ray (GR). Budi Rahim memberikan 10 sumur yang akan di-bor, dan masing-masing dilakukan 3 kali tahap pemboran, selajutnya, peserta diminta untuk melakukan interpretasi model geologi dari hasil data pemboran selama tiga tahap tersebut. Kesimpulannya, suatu model geologi akan memiliki beberapa kemungkinan dari ketersediaan data yang ada. Model geologi akan berubah seiring bertambahnya data. Sehingga pemahaman dasar mengenai fasies, porositas, permeabilitas, dan sifat fisik batuan sangat diperlukan untuk seorang geomedeller. Sebelum menutup materi, Budi Rahim berpesan kepada para geosaintis muda yang ingin menjadi geomodeller atau baru memulai, “tak ada waktu terlambat untuk memulai, dan tak ada kata tua untuk belajar, karena ilmu berkembang secara dinamis.�
(M. Ariafi, Putu Ary Wijaya, Tim Litbang FGMI)
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
FGMI Menapaki Situs Peradaban Gunung Padang
24
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
FGMI Sosial Masyarakat
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
FGMI Goes to Soreang Maulida Balgis Arbinesya (FGMI) Chandra (SM-IAGI ITB) Agil Gemilang (SM-IAGI UNPAD)
FGMI SOSIAL MASYARAKAT adalah wadah kegiatan edukasi kepedulian terhadap edukasi sejak dini pada anak-anak agar mengenal, sadar, siap dan tanggap terhadap bencana melalui pemberian materi yang mudah dimengerti oleh anak-anak dengan animasianimasi kartun, simulasi tanggap bencana, edukasi agar sadar dan ramah lingkungan melalui penjelasan ringan mengenai terbatarsnya sumber energi sehingga diperlukan upaya sadar akan pentingnya hemat energi. Pada tanggal 1 Maret 2015 lalu, FGMI SOSMAS bersama satu orang relawan dari SM-IAGI ITB dan dua orang relawan dari SM-IAGI UNPAD melakasanakan sesi edukasi Mengenal, Sadar, Siap dan Tanggap Bencana dan Pentingnya Hemat Energi serta Perilaku Peduli Lingkungan bertempat di Soreang, Bandung yang diikuti kurang lebih 30 anak. KENAPA ISMA? ISMA terletak didaerah Soreang, yang terletak bukan di Ibukota Bandung. Sosialisasi dilakukan terhadap anak-anak yang pada daerah dimana dengan asumsi kondisi pendidikan formal sangat sederhana. Kegiatan sosialisasipun diadakan ditempat yang bisa terlihat sangat sederhana tetapi bisa terlihat bagaimana raut luar biasa gembira dari anakanak yang mengikuti kegiatan secara antusias. Bisa dilihat persiapan tim untuk menyiapkan wadah untuk pemberian materi edukasi.
25
26
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
“Dengan metode utama pemutaran video animasi, presentasi dan pemberian games secara interaktif untuk mengevaluasi sejauh mana anak-anak sudah menerima dan memahami materi edukasi yang telah diberikan�
Dok: FGMI
Sebagian besar materi Sesi edukasi Mengenal, Sadar, Siap dan Tanggap Bencana dan Pentingnya Hemat Energi serta Perilaku Peduli Lingkungan ini berasal dari PSG (Bapak Ipranta), pemberian materi inipun dikawal dan didatangi langsung BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jawa Barat dan berkolaborasi dengan Komunitas Bumi Hijau. Kegiatan ini juga diliput oleh media Pikiran Rakyat. Sesi edukasi bencana secara keseluruhan dilaksanakan selama kurang lebih dua puluh menit, dengan metode utama pemutaran video animasi, presentasi dan pemberian games secara interaktif untuk mengevaluasi sejauh mana anakanak sudah menerima dan memahami materi edukasi yang telah diberikan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
penyebab kejadian beberapa bencana alam, mekanisme terjadinya beberapa bencana alam dan hal yang harus dilakukan bila terjadi bencana alam serta pemberian materi pentingnya untuk hemat energi dan peduli terhadap lingkungan oleh Kakak Maulida Balgis Arbinesya. Setelah mendapatkan materi edukasi mengenai konsep risiko bencana, anak-anak dievaluasi pengetahuan dan pemahamannya melalui games. Setelah itu dilakukan pembuatan prakarya domba agar anak-anak belajar bekerja sama dan merangsang anak-anak kreatif dan berfikir memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai disekitarnya untuk bisa dimanfaatkan. Pada saat pembuatan prakarya domba, anak-anak didampingi oleh relawan dari SM-IAGI ITB dan SM-IAGI UNPAD.
Materi berikutnya adalah menum-buhkan kesadaran peduli lingkungan pada anak-anak dengan melakukan penanaman tanaman kebutuhan sehari-hari yang di bantu oleh Kakak Zamzam.
27
28
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Jendela Geosaintis Oleh: Ragil Pratiwi
“E-buletin ini merupakan media informasi untuk para anggota FGMI, maupun nonanggota FGMI”
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
Divisi Media dan Jurnalistik yang terdiri dari anggota divisi, yaitu Muhlis Adi (Adaro), Muhammad Azka Yusuf (Andalas Petroleum), Ragil Pratiwi (PT. Geoservices), Citta Parahita Widagdo (University College London), Yasinta Setiawati (Pertamina ONWJ), Aisha Indra (Tempo), dan Zakky Ramadhany (The Jakarta Glode) menerbitkan e-buletin perdana FGMI di Kepengurusan 2014/2016 E-buletin FGMI ini diberi nama “Jendela Geosaintis”. E-buletin ini merupakan media informasi untuk para anggota FGMI, maupun non-anggota FGMI. Jendela Geosaintis ini akan diterbitkan setiap 3 bulan. Di kepengurusan sebelumnya yaitu kepengurusan tahun 2012/2014, juga telah diterbitkan e-buletin sebanyak 2 buletin. E buletin “Jendela Geosaintis” diterbitkan pada April 2015, dan diresmikan di Acara Eksperience Sharing Knowledge ke – 15 (Morning Talk), gabungan acara FGMI dan ISPG (Indonesian Society of Petroleum Geologist), yang diselenggarakan di Ratu Plaza 2, kantor ConocoPhillips pada Minggu, 22 Maret 2015, 09.00 – 12.00.
29
#2 | Sep 2015
“
“Tim redaksi FGMI memiliki latar belakang menulis yang cukup baik, dari geosaintis yang aktif menulis di beberapa konvensi sehingga bertugas sebagai kontributor, pemimpin redaksi di salah satu majalah mahasiswa Hukum UI, hingga wartawan majalah Tempo dan Jakarta Globe yang bertugas sebagai tim editor. Diharapkan dengan komposisi sekarang, Jendela Geosaintis dapat bermanfaat bagi kalangan geosaintis secara khusus, dan masyarakat secara umum” Aveliansyah, Ketua FGMI
30
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Biografi Christopher R. Oleh: Ragil Pratiwi
Beberapa waktu lalu, saya menghubungi seorang paleogeographer yang sangat terkenal di dunia geosaintis, melalui email. Saya menanyakan tentang orogenesa Himalaya dan beliau dengan senang hati menjawab pertanyaan saya, dan memberikan materi tentang orogenesa Himalaya. Kemudian, saya meminta izin untuk menulis biografi singkat tentang hidup beliau, dedikasi dan kontribusi beliau dalam bidang geosaintis, berupa PALEOMAP Project.
Profesor Scotese merupakan seorang geologist yang mendalami bidang paleogeografi, dan merupakan Founder dari Paleomap Project. Para geosaintis pasti telah terbiasa dengan proses pergerakan lempeng dari Zaman Pra Kambrium – Paloeozoikum – Mesozoikum hingga Kenozoikum (Gambar 1). Peta bumi dari zaman geologi ke zaman geologi lainnya ini merupakan salah satu penelitian dari Paleomap Project yang dibentuk oleh Profesor Scotese. Profesor R. Scotese lahir pada tanggal 4 Mei 1953. Beliau lulus dengan gelar BS of Geology dari University of Illiois at Chicago, pada bulan Juni 1976. Beliau menyelesaikan pendidikan bachelor degree selama 4 tahun, dari tahun 1971 hingga 1976.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Scotese Setelah lulus dari bachelor degree – nya, beliau melanjutkan pendidikan doktornya di University of Chicago pada tahun 1976 hingga 1985. Selama beliau menempuh pendidikan doktor-nya, beliau bekerja sebagai lab technician di Department of Geological Sciences, University of Illinois at Chicago. Beliau bekerja selama 3 tahun dari tahun 1973 hingga 1976, dan bertugas untuk menulis dan membuat desain software untuk plate tectonic modeling. Disertasi S3 beliau berjudul : The Assembly of Pangaea: Middle and Late Paleozoic Paleomagnetic results from North America, 1985. Pada tahun 1976 hingga 1983, beliau bekerja di Department of Geophysical Sciences, University of Chicago, selanjutnya beliau bekerja di Institute for Geophysics, University of Texas at Austin hingga tahun 1987. Setelah beliau meraih gelar doktor, beliau bekerja sebagai senior research scientist di Bellaire Research Lab of Shell Development Company pada tahun 1987 hingga 1990.
Beliau bekerja dengan Joe Westrich membuat pemodelan prediksi source rock menggunakan pendekatan peleogeografi dan paleooceanografi. Mr.Scotese bersama dengan Sig Snelson, Mark Hempton dan Kevin Maher membentuk Global Geology Research Group. Pada tahun 1990, Mr. Scotese meraih gelar professor, dan mengajar di Department of Earth and Environmental Sciences, University of Texas at Arlington. Beliau memulai proyek PALEOMAP, mengkombinasikan antara Paleozoic (Oxford Symposium '90), dan MesozoicCenzoic (A&M Symposium '88) ke dalam Phanerozoic plate model. Profesor Scotese menulis buku berjudul Continental Drift, pada tahun 1997, serta Paleogeographic Atlas pada tahun 2007. PALEOMAP Project`merupakan salah satu karya beliau yang sangat bermanfaat terutama bagi para geosaintis untuk menjelaskan dinamikan pergerakan lempeng bumi dari masa ke masa.
31
32
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015 Dalam web beliau (www.scotese.com) beliau menjelaskan bahwa penelitian beliau semasa hidupnya, fokus kepada perkembangan teori tektonik lempeng dari cekungan samudra dan benua, serta perubahan penyebaran dari masa daratan dan lautan selama 1100 juta tahun, menggunakan ilmu paleontologi, paleomagmatisme, geofisika laut, altimetri satelit, meteorologi, reflection seismology, hydrocarbon charge systems, basin analysis, paleoclimate, Geographic Information Systems, computer graphics, computer programming, dan database management. Professor Scotese mengintegrasikan dan mensintesis informasi dari ilmuilmu tersebut untuk menghasilkan paper, peta, animasi komputer, software, 3D computer model, dan semua informasi di website beliau, untuk menunjukkan kondisi geografi, iklim, oceanography, dan kondisi kehidupan di Bumi. Saat ini, Profesor Scotese sedang menulis buku ketiga beliau yang berjudul The Foundations of System History (Columbia University Press) merupakan buku yang menjelaskan tentang informasil dan teknik yang beliau gunakan untuk menghasilkan peta dan animasi Evolusi Bumi.
Selain itu, beliau juga tengah mempersiapkan peta terbaru tentang pola perubahan evolusi lempeng, karena beliau meyakini bahwa sejarah perubahan geometri dari konfigurasi lempeng sangat penting untuk mengetahui mekanisme pergerakan plate tectonics. PALEOMAP Project beliau ini mendapatkan penghargaan dan foundation mencapai $1,073,500, dari berbagai perusahaan, antara lain Total, Pioneer, Monopros, Chevron, GSC, Anadarko, Mobil, Hunt, Texaco, Arco, Conoco, Phillips, Oryx, USGS, Shell, dan sebagainya. Selain itu, beliau juga pernah meraih penghargaan dari Geological Society of America Research grant: Sigma Xi Research tahun 1978, dan AAPG Research Grant pada tahun 1979. Selama kurang lebih 25 tahun, beliau telah menulis sekitar 89 Research Papers dan artikel, 2 buku, 1457 Citations of Research (Science Citation Index), lebih dari 100 abstract, dan lebih dari 100 seminar dan industry report, 51 animasi yang telah dipublikasikan, 16 software komersial. Referensi Paleomap Project : www.schotese.com
34 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Keragaman Porositas Batuan Karbonat
Formasi Jonggrangan Ari Wibowo _ SM – IAGI UPN “Veteran” Yogyakarta
F
ormasi Jonggrangan dicirikan dengan dominasi kehadiran batugamping terumbu dan juga sejumlah kecil batugamping bioklastik. Sedimen – sedimen karbonat ini sangat dipengaruhi fluktuasi muka air laut yang terekam baik pada tekstur batuan dan juga komposisi organisme dari batuan yang tersingkap. Porositas batuan yang bervariasi merupakan implikasi dari kondisi geologi. Penelitian ini bertujuan untuk memahami keragaman porositas batuan karbonat pada Formasi Jonggrangan. Metode yang digunakan adalah melalui observasi geologi lapangan didukung dengan analisis laboratorium. Analisis laboratorium telah dilakukan terhadap 16 contoh batuan. Sayatan tipis telah dianalisa melalui pengamatan secara representatif. Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, porositas primer dan sekunder berkembang baik pada batuan di daerah ini. Porositas primer berupa interparticle, intraparticle, dan growth-framework, sedangkan porositas sekunder berupa Moldic, Channel, dan Vuggy. PENDAHULUAN Daerah penelitian secara administratif terletak di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini terletak pada koordinat UTM 404500 mE – 412000 mE dan 9146000 mN – 9149000 mN dengan luasan 25 km2. Porositas adalah perban-dingan dari total ruang pori terhadap total volume batuan dalam persentase. Porositas pada batuan karbonat berbeda dengan batuan silisiklastik. Sistem pori pada batuan karbonat lebih kompleks dan memiliki persentase yang lebih kecil dibandingkan batupasir (Choquete & Pray, 1970).
Beberapa klasifikasi porositas telah dirangkum berdasarkan tipe dan asal usul pembentukannya. Formasi Jonggrangan dipilih sebagai fokus penelitian karena secara genetik formasi tersebut merupakan terumbu ideal yang dapat ditemukan sebagai fasies inti terumbu (Autothonous) maupun karbonat klastika (Allothonous). METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian secara umum terbagi dua, yaitu tahapan observasi geologi lapangan dan dilanjutkan tahapan analisa laboratorium. Analisa laboratorium dilakukan terhadap 16 contoh batuan.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Besaran porositas diketahui dengan dua metode yaitu metode pengukuran berat inti batuan (porositas terukur) dan metode pengamatan secara petrografis (porositas teramati). Keseluruhan sayatan tipis batuan ditetesi cairan blue-dyed agar kenampakan porositas dapat diamati dengan jelas. GEOLOGI REGIONAL Daerah penelitian termasuk dalam zona Pegunungan Kulon Progo yang memanjang ke arah barat daya – timur laut. Zona tersebut sangat dipengaruhi oleh sejarah tektonik Jawa mulai dari Zaman Kapur hingga sekarang. Formasi tertua berumur Eosen adalah Formasi Nanggulan, yang dicirikan oleh perselingan batupasir, serpih, batulempung, dan lignit yang terendapkan pada lingkungan paralik. Pada umur Oligosen Formasi Kaligesing terendapkan secara tidak selaras di atasnya. Formasi ini terdiri dari breksi vulkanik dan lava. Formasi Dukuh terendapkan di atasnya secara menjari (interfingering) yang dicirikan oleh breksi polimik dengan perlapisan batupasir dan batulempung. Formasi karbonat terendapkan secara tidak selaras diatasnya, yaitu Formasi Sentolo dan Formasi Jonggrangan. Dua formasi tersebut saling menjari dan berumur Awal Miosen. Formasi Jonggrangan yang meru-pakan fokus dari penelitian ini, diinterpretasi sebagai patch reef pada lingkungan paparan (Pringgoprawiro dan Riyanto, 1968).
PEMBAHASAN Tipe porositas batuan karbonat dikontrol oleh tekstur batuan. Variasi organisme juga mempengaruhi jenis porositas karena organisme yang terawetkan sebagai butiran mudah terlarut dan membentuk pori. Porositas primer maupun sekunder sangat berkembang baik pada Formasi Jonggrangan. Porositas primer yang ditemukan antara lain adalah interparticle, intraparticle, dan growth framework. Sementara porositas sekunder yang ditemukan adalah moldic, channel, dan vuggy. 1. Interparticle Tipe pori ini terlihat pada sampel batuan ARI-6. Porositas ini terbentuk saat pengendapan batuan berlangsung secara genetik. Porositas ini tersebar merata diantara butiran rombakan. Kelimpahan porositas pada batuan yaitu antara 2 – 7 %. 2. Intraparticle Tipe pori ini berada dalam butiran organisme. Morfologinya dikontrol oleh jenis butiran organisme. Pori ini cukup melimpah pada beberapa sampel, salah satunya pada sampel ARI-4 dengan kelimpahan porositas antara 3 – 25 %. 3. Growth-Framework Porositas ini teramati pada batuan karbonat terumbu yang dikontrol oleh aktivitas koral ketika pengendapan berlangsung. Porositas ini terlihat pada sampel ARI-5 dengan kelimpahan antara 3 – 14 %.
35
36 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
4. Channel Morfologi porositas yang terlihat menerus sepanjang rekahan dan memotong kemas batuan. Porositas ini terlihat pada sampel ARI-12. Porositas ini memiliki kelimpahan antara 5 – 12 %. 5. Moldic Porositas ini terdapat pada batuan karbonat klastika, sebagai hasil dari proses transportasi material sedimen yang melarutkan butiran asli terutama butiran organisme pada batuan. Porositas ini terdapat secara dominan salah satunya pada sampel ARI-10. Kelimpahan porositas ini pada batuan yaitu antara 5 – 20 %. 6. Vuggy Porositas ini merupakan perkembangan lanjutan dari hasil pelarutan tipe pori Moldic. Porositas ini dapat diamati dari sampel ARI-11. Bentuk cetakan organisme asli sudah tidak dapat diamati dengan jelas. Kelimpahan porositas ini pada batuan yaitu antara 5 – 30 %. Porositas teramati (visible porosity) dan porositas terukur (measured porosity) menunjukkan nilai porositas yang berbeda pada beberapa sampel. Hal ini dapat terjadi karena proses diagenesa mempengaruhi pembentukan porositas sekunder pada batuan karbonat. Proses diagenesa dapat memperbesar nilai porositas akibat proses pelarutan atau dapat memperkecilnya melalui proses rekristaliasi.
Oleh karena itu, sampel inti batuan karbonat sebesar 2 cm x 2 cm x 2 cm tidak dapat menggambarkan karakteristik porositas terukur. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan secara representatif, baik porositas primer maupun sekunder berkembang baik pada Formasi Jonggrangan. Porositas primer diantaranya adalah interparticle, intraparticle, dan growth framework, sedangkan porositas sekunder berupa moldic, channel, dan vuggy. Kelimpahan porositas pada sayatan batuan menunjukkan rata rata antara 0,4 – 19.6 %, sedangkan kelimpahan pada analisa inti batuan yaitu antara 2,47 – 8,87 %. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Sugeng Widada, M.Sc selaku dosen pemimbing penelitian, serta berterimakasih pada HMJTG UPN “Veteran” Yogyakarta atas segala dukungan yang diberikan. REFERENSI Choquette, P.W dan Pray, L.C (1970) Geologic Nomenclature and Classification of Porosity in Sedimentary Carbonates. The AAPG Bulletin 54(2), pp. 222-224. Friedman, G.M., Reeckmann, A. (1982) Exploration for Carbonate Resevoir. New York: John Wiley & Sons, p. 81.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Pringgoprawiro, H and Riyanto (1968) Geologi Regional Kulon Progo. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Ramdhan, G.C. (2013) Organism Variety Effect on Carbonate Rock Porosity of Jonggrangan Formation: Alternative Approach To Predict Porosity Complex. Majalah Geologi Indonesia 28(1), pp. 29 – 40. Tucker, M.E., Wright, V.P., & Dicskon, J.A. (2003) Carbonate Sedimentology. United Kingdom: Blackwell Publishing Company, pp. 214 – 216.
Gambar 1. (A) Peta lokasi dan (B) Kolom stratigrafi daerah telitian ditandai kotak merah
Gambar 4. Hasil analisa porositas dari dua metode
Gambar 2. Kenampakan singkapan, etsa/poles, dan sayatan tipis yang memperlihatkan porositas primer; (A) sampel ARI-6 tipe pori interparticle, (B) sampel ARI-4 tipe pori intraparticle, (C) sampel ARI-5 tipe growth framework
Gambar 3. Kenampakan singkapan, etsa/poles, dan sayatan tipis yang memperlihatkan porositas sekunder; (A) sampel ARI-12 tipe pori channel, (B) sampel ARI-10 tipe pori moldic, (C) sampel ARI-11 tipe pori vuggy
37
38 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Pencarian Potensi Air Tanah pada Wilayah Kering Pondok Pesantren “Fadllul Wahidâ€? Ngaringan menggunakan Metode Geolistrik Maisyita A. Oetomo, Ines S. Putri, Siti Zulaikhah Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki dua pokok permasalahan lingkungan, yaitu banjir dan kekeringan. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan air bersih semakin meningkat mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk serta bangunan kota, terutama pada saat musim kemarau. Salah satu daerah yang megalami kekeringan ekstrim saat musim kemarau maupun tidak adalah di wilayah Pondok Pesantren Fadllul Wahid, Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah. Walaupun mengalami kekeringan yang cukup parah, daerah ini masih kurang mendapat perhatian. Salah satu cara mengatasi kekeringan ini adalah dengan menemukan sumber mata air tanah yang baru di wilayah tersebut. Penelitian Geolistrik Konfigurasi Schlumberger dengan tujuan untuk mencari posisi sumber air tanah terdekat pada wilayah Pondok Pesantren Fadllul Wahid. Pe n e l i t i a n d i l a k u k a n d e n g a n menggunakan 4 (empat) lintasan dengan total panjang lintasan AB adalah 500 m, dengan perbandingan TD = Âą 1:5 AB setelah dianalisis dengan menggunakan piranti lunak IP2WIN, didapatkan gambaran penampang 1D.
Berdasarkan nilai resistivitasnya, diketahui formasi akuifernya pada titik 2 yang tersusun atas batuan lempung, pasir, dan lanau. Selain itu, dilakukan pengambilan data MAT di wilayah yang sama pada 36 titik sumur warga yang diproses hasilnya dengan piranti lunak surfer, dan didapatkan gambaran arah aliran air melalui data tinggi muka air tanah pada 36 sumur warga yang diukur. PENDAHULUAN Di Indonesia terdapat beberapa masalah lingkungan yang sangat penting yaitu banjir dan kekeringan, yang disebabkan karena kurangnya lahan kosong sebagai lahan penyerapan air. Seiring dengan berkembangannya era globalisasi dan padatnya penduduk Indonesia, lahan yang seharusnya digunakan sebagai lahan penyerapan air kemudian digunakan sebagai lahan industri maupun rumah penduduk. Kekeringan yang terjadi sangat merugikan karena berdampak pada kesehatan dan faktor ekonomi. Dengan demikian, inovasi diperlukan untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Dengan menggunakan salah satu metode geofisika, yaitu metode geolistrik, kita dapat mengetahui aliran air di lahan kering. Konfigurasi Schlumberger yang digunakan memiliki keunggulan yaitu kemampuan untuk mendeteksi sifat tidak homogen lapisan batuan pada permukaan yaitu membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda. - Geolistrik Dalam ilmu geosains terdapat salah satu cabang ilmu, yaitu geofisika. Geofisika merupakan cabang ilmu yang mempelajari bumi berdasarkan kaidah-kaidah fisika. Dalam geofisika sendiri dipelajari beberapa metode, salah satunya adalah geolistrik. Geolistrik merupakan metode yang mempelajari aliran listrik di bawah permukaan bumi. Geolistrik terbagi menjadi beberapa metode, yaitu Self Potential (SP), arus Telluric, Magnetotelluric, Electromagnetic, Induced Polarization (IP), dan Tahanan Jenis (Resistivitas) (Reynolds, 1997). Geolistrik Resistivitas merupakan metode geolistrik yang berfungsi untuk mengetahui tahanan jenis batuan di bawah permukaan dengan cara mengalirkan arus listrik DC bertegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah “elektroda arus� A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu.
39
Semakin jauh jarak antara A dan B, maka semakin dalam arus listrik dapat menembus batuan. Aliran listrik yang sudah diinjeksikan menyebabkan adanya tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik pada permukaan diukur dengan menggunakan 2 buah “elektroda tegangan� M dan N yang berjarak lebih pendek dari elektroda arus AB. Jika jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar, maka tegangan pada elektroda MN juga menyesuaikan informasi dari jenis batuan yang ikut terinjeksi dengan arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik adalah sama dengan separuh jarak AB, biasa disebut AB/2 (jika digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2 (Broto dan Afifah, 2008).
Gambar 1. Siklus Elektrik Determinasi Resistivitas dan Lapangan Elektrik untuk Stratum Homogenous Permukaan Bawah Tanah (Todd, 1959).
40 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Penyelidikan tahanan jenis ada dua macam, yaitu Horizontal Profilling (HP) dan Vertical Electrical Sounding (VES) yang disebut juga penyelidikan kedalaman, dengan membedakan penampang anisotropis pada arah yang horisontal dan membedakan penduga anisotropis pada arah vertikal. Hasil keduanya dipengaruhi oleh kedua variasi yang vertikal dan pada jenis formasi listrik. Distribusi kedua macam tahanan jenis di dalam volume batuan disebut penampang geolistrik (Karanth, 1987). Konfigurasi Schlumberger Konfigurasi Schlumberger memiliki keunggulan mampu mendeteksi daya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Pada Konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil mungkin, sehingga secara teoretis tidak berubah. Namun, dikarenakan keterbatasan pada kepekaan alat ukur yang ada, maka ada perubahan jarak MN ketika jarak AB sudah relatif besar, dengan perbandingan minimal MN 1/5 jarak AB supaya data tegangan MN dapat dipercaya (Setyobudi, 2010). Akuifer Formasi-formasi yang berisi/menyimpan air tanah disebut sebagai akuifer (Indarto, 2012). Jumlah air tanah yang dapat diperoleh di setiap daerah tergantung pada sifat-sifat akuifer yang ada di bawahnya.
Akuifer atau lapisan pembawa air atau lapisan permeabel adalah batuan yang mempunyai susunan yang dapat mengalirkan air (Indarto, 2010). DATA DAN METODOLOGI Data ini didapat menggunakan metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Schlumberger di daerah kering kawasan Pondok Pesantren “ Fa d l l u l Wa h i d � , N g a r i n g a n , Grobogan 58193, Jawa Tengah. Dengan Alat Naniura, desain survey dilakukan pada 4 (empat) titik di daerah sekitar Pondok Pesantren Fadllul Wahid. Metode Muka Air Tanah (MAT) juga dilakukan dengan cara mengukur tinggi permukaan air tanah dan permukaan tanahnya yang dilakukan pada 36 titik sumur yang masih berada pada wilayah pengukuran. Pengukuran MAT dilakukan untuk menentukan arah aliran air berdasarkan elevasi permukaan tanah yang dikurangi dengan ketinggian permukaan air tanah yang didapat dari hasil pengukuran. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah diadakannya akusisi pada 4 titik tersebut, dibuat irisan penampang dari 4 titik akusisi dengan data dari hasil akusisi yang diolah dengan IP2WIN seperti Gambar 2. Menurut gambaran hasil pengambilan dan pengolahan data, didapatkan perbedaan resistivitas di kedalaman 30-50 m dari permukaan daratan
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
antara titik 2 dan titik 3, yaitu perbedaan lapisan batuan, sebelah kiri lapisan batu pasir dan sebelah kanan merupakan batu lanau. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat cekungan diantara lapisan batu pasir dan batu lanau, sebagai bentuk dari subduksi. Batuan lanau dan batuan pasir yang nilai resistivitasnya lebih tinggi daripada b a t u l e m p u n g, s e h i n g g a a i r terakumulasi pada lapisan batuan lempung di sekitar cekungan pada titik 2. Sehingga, potensi air tanah yang paling memungkinkan terdapat pada titik 2, yaitu di dekat Pondok Pesantren Fadllul Wahid pada koordinat 7°3’26.15’’S dan 111°10’40.60’’T. Pengambilan data MAT yang dilakukan memberikan gambaran arah aliran air yang terdapat pada wilayah akusisi dengan menggunakan software Surfer11. Kesimpulan Penelitian ini pada dasarnya dilakukan untuk mencari potensi air tanah pada kawasan Pondok Pesantren Fadllul Wahid yang dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger dan metode Muka Air Tanah. Dengan kedua metode tersebut disimpulkan bahwa potensi air tanah terdapat pada titik 2 pada formasi akuifer yang terdiri dari batuan lanau, pasir, dan lempung. Selain itu, ditemukan juga data MAT yang menggambarkan persebaran aliran air pada lokasi tersebut.
Gambar 2. Penampang Geolistrik dari titik 1 sampai titik 5
REFERENSI Broto, S dan Rohima Sera Afifah (2008) Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger. Jurnal Teknik 29(2), pp. 120-128. Indarto (2010) Hidrologi, Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi. Jakarta: Bumi Aksara. Karanth, K.R. (1987) Groundwater Assessment, New Delhi: Tata McGraw-Hill Book Publishing Co. Reynolds, J.M. (1997) An Introduction to Applied and Enviromental Geophysics. New York : John Wiley & Sons. Setyobudi, PT (2010) Geolistrik [Online] Mengenal Geologi. Tersedia dari: https://ptbudie.wordpress.com/2010 /12/24/geolistrik/ [Diakses 15 Maret 2015]. Todd, D.K. (1959) Groundwater Hydrology, Associate Professor of Civil Engineering California University. New York: John Wiley & Sons.
41
42 JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
TEKA-TEKI SILANG
MENDATAR
MENURUN
1.Lapisan bumi yang terdapat arus konveksi. 2.Lava yang mengendap di lereng gunungapi tercampur air hujan dan material lainnya. 3.Istilah lempeng bumi yang saling bertumbukan. 4.Guncangan yang ditimbulkan akibat pergerakan permukaan bumi.
1.Struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut terbentuk dari sekumpulan hewan karang. 2.Sifat batuan yang mudah terdeformasi atau terlipatkan. 3.Jenis kilap pada mineral kuarsa. 4.Jenis porositas sekunder akibat pelarutan pada butiran organisme penyusun batuan.
Kirimkan jawaban terbaik kalian ke email jurnalistik : redaksi@fgmi.iagi.or.id dengan Subject : Jawaban Kuis Buletin 4_Nama_Afiliasi jawaban terbaik akan memperoleh bingkisan cantik dari FGMI
#2 | Sep 2015
Tantangan Energi di Indonesia Oleh: Aveliansyah
“Bukan lautan, hanya kolam susu, kayu dan galah cukup menghidupimu..� Sepenggal lirik dari lagu Koes Ploes tersebut menggambarkan betapa kayanya negeri ini. Bak serpihan surga yang jatuh ke bumi, Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang tersebar dari ujung barat Pulau Sumatera hingga ujung timur Pulau Papua. Kekayaan alam tersebut sebagai akibat dari hasil tumbukan lempeng Eurasia dan IndoAustralia, yang menghasilkan rentetan pegunungan di sepanjang pulau Sumatera, Jawa, hingga ke Sulawesi. Bentukan alam tersebut pada akhirnya menyimpan berbagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan penduduk negeri ini untuk menunjang aktifitas kehidupan mereka.
Dengan kekayaan sumber energi alam tersebut, aneh rasanya jika negeri ini mengalami krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini. Ketergantungan Terhadap Minyak Bumi. Ketergantungan Terhadap Minyakbumi Tahun 1885 adalah awal sejarah ditemukannya sumur minyak pertama di Indonesia, tepatnya di daerah Telaga Said, Sumatera Utara. Sejak saat itu pencarian sumber minyak bumi semakin gencar dilakukan, puncaknya pada tahun 1966 di saat Indonesia memulai era massive oil exploration, dimana pada saat itu pemerintah memperkenalkan konsep production sharing contract (PSC) yang mengundang banyak investor asing untuk datang ke Indonesia.
Dok: upstreamoline.com
43
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Puncaknya pada tahun 1977, Indonesia berada pada masa jaya industri migas ini dengan capaian produksi 1.69 juta barrel minyak per hari, dimana pada saat itu kebutuhan minyak dalam negeri hanya sekitar 250.000 barrel oil per day (BOPD), sehingga Indonesia mampu mengekspor minyak dalam jumlah besar dan industri migas menjadi sector yang sangat penting bagi negeri ini.
Dok: berandainovasi.com
Akan tetapi, masa kejayaan itu telah berakhir sejak tahun 2004 saat Indonesia menjadi negara net-importir minyak oleh karena produksi minyak Indonesia tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan dalam negeri. Saat ini produksi minyak Indonesia tidak sampai 900.000 BOPD, sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai 1.5 juta BOPD. Untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah mengimpor minyak bumi dari luar negeri, terutama dari negara-negara Timur Tengah. Tentu saja ini menjadi beban pemerintah, ditambah dengan tanggungan beban subsidi yang sangat besar, sehingga tidak ada alasan lain untuk mengatakan bahwa ketergantungan terhadap energy minyak bumi harus dikurangi.
Mengembalikan Kejayaan Energi Nasional Kejayaan energi nasional dapat dicapai apabila Indonesia mampu untuk swadaya energi, artinya negeri ini tidak perlu mengimport sumber energi dari luar. Seharusnya, Indonesia bahkan mampu untuk menjadi negara pengekspor energi. Untuk mencapai cita-cita tersebut, maka jalan satu-satunya adalah dengan mengurangi ketergantungan terhadap minyakbumi dengan cara memanfaatkan sumber energi alternatif yang ada. Tiga strategi yang dapat dijadikan solusi adalah: (1) konversi penggunakan bahan bakar minyakbumi dengan gas, (2) eksplorasi secara masif untuk menjaga penurunan laju produksi minyakbumi yang tajam, dan (3) diversivikasi energi. 1. Era Minyakbumi Berganti dengan Era Gas bumi Berbeda halnya dengan produksi minyak bumi yang terus menurun, produksi gas bumi terus menanjak dari tahun ke tahun, hingga saat ini total cadangan gas bumi Indonesia sebesar 150 TSCF (ESDM, 2012) atau jika dikonversikan ke dalam satuan barrel yaitu sebesar 25 miliar barrel oil equivalent, jumlah ini 3.5 kali lebih besar dibandingan dengan total cadangan minyak bumi Indonesia.
44
46
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
“Dengan kekayaan sumber energi alam tersebut, aneh rasanya jika negeri ini mengalami krisis energi seperti yang terjadi sekarang ini�
Dok: oilguru.org
Pemanfaatan gas merupakan harga mutlak yang harus dilakukan dalam menghadapi krisis minyak ini, selain jumlah cadangannya yang cukup melimpah, energi ini lebih bersih dibandingkan dengan minyakbumi. 2. Eksplorasi secara masif Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dalam publikasinya tahun 1985 menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 60 (enam puluh) cekungan sedimen. Jika dilihat dari persentase produksinya, 50% dari jumlah cekungan di Indonesia bagian barat telah diproduksi dan 14% lainnya belum pernah dibor sama sekali, sedangkan di Indonesia bagian timur hanya 11% cekungan yang sudah di produksi dan masih ada 50% cekungan yang berstatus undrilled (belum dibor).
Statistik ini menunjukkan bahwa masih ada banyak potensi minyakbumi yang belum dieksplorasi, eksplorasi hari ini berarti minyak bumi di masa depan. Minyak yang kita nikmati sekarang adalah hasil eksplorasi masif yang dilakukan dalam kurun waktu 1966-1970-an. Sehingga, apabila eksplorasi masif kembali kita lakukan, maka kebutuhan energi minyak bumi dalam kurun waktu 20-30 tahun kedepan akan tetap bisa dinikmati.
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI Selain potensi eksplorasi di Indonesia timur yang masih terbuka lebar, potensi peningkatan produksi juga ada di lapangan-lapangan minyak tua di Indonesia bagian barat. Selama ini, teknologi kita hanya mampu mengeluarkan minyak bumi ke permukaan sebesar 15-20% saja dari total sumberdaya yang ada diperut bumi, 80% sisanya tidak mampu kita produksikan. Untuk itu teknologi enhance oil recovery (EOR) harus ditingkatkan penggunaannya agar bisa meningkatkan recovery minyakbumi yang semula hanya 15-20% menjadi 30-50%. 3. Diversifikasi Energi Dengan cadangan minyak yang hanya 1% cadangan minyak dunia, tentu saja bukan pilihan yang bijak jika menjadikan minyak bumi sebagai sumber energi utama negeri ini, terlebih lagi dikarenakan biaya subsidi pemerintah terhadap energi ini sangat besar sehingga sudah sepantasnyalah negeri ini melakukan transformasi energi.
#2 | Sep 2015 Meminjam istilah mantan Ketua IATMI Salis S. Aprilian, Ph.D., masalah krisis energi ini mirip seperti krisis pangan. Beras yang menjadi panganan pokok di negeri ini semakin menipis dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin banyak. Tidak semua wilayah di Indonesia mampu untuk menanam padi, sehingga disebagian wilayah di Indonesia tidak menjadikan beras sebagai panganan pokok, akan tetapi mereka ganti dengan sagu, singkong, jagung, kentang, dan sumber karbohidrat lainnya. Kondisi tersebut diatas juga terjadi di bidang energi. Tidak semua wilayah di Indonesia mampu memproduksikan minyak bumi oleh karena tiap wilayah di Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang berbeda-beda sehingga setiap wilayah tersebut seharusnya tidak perlu tergantung kepada satu sumber energi saja. Beberapa potensi sumber energi di Indonesia yang perlu dikembangkan antara lain adalah shale gas, CBM, batubara, uranium, air, angin, panas bumi, dan berbagai sumber energi lainnya.
47
Dok: oilguru.org
48
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
Dok: eyeoftravel.com
Ketersediaan sumber energi yang beragam di negeri ini seharusnya menjadi alasan utama pemerintah untuk tidak “memaksakan� minyak bumi sebagai sumber energi utama. Sebagai contoh, di Nusa Tenggara yang tidak menghasilkan minyak bumi, energi surya, gelombang laut, atau geothermal dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi utama, sehingga cita-cita swadaya energi dapat tercapai. Proses transformasi energi fosil menjadi energi baru dan terbarukan tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Peningkatan produksi dengan teknologi enhance oil recovery (EOR), penerapan konsep-konsep eksplorasi baru di lapangan minyak tua, eksplorasi minyak bumi masif di cekungan-cekungan Indonesia timur, dan ekspansi pencarian minyak bumi ke luar negeri adalah beberapa hal yang wajib dilakukan agar proses transformasi menuju swadaya energi nasional dapat berjalan dengan lancar. Salis Aprilian dalam bukunya Membangun(Kan) Perusahaan Energy Nasional menyebut konsep ini dengan istilah the right energy, in the right place, and in the right time. Referensi Catatan Penulis dapat dihubungi melalui aveliansyah@gmail.com
50
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
“Menapaki Situs Peradaban Gu
F
GMI mengadakan acara yang mengkombinasikan antara kegiatan belajar di lapangan dengan kegiatan sosial sebagai bentuk kepedulian FGMI terhadap lingkungan, dan pengabdian masyarakat. Acara ini bertajuk “Jelajah Nusantara : Menapaki Situs Peradaban Gunung Padang”. Pemateri acara ini adalah Dr. Ali Akbar dan Dr. Danny Hilman yang merupakan anggota Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang. Dr. Ali Akbar juga merupakan penulis buku Situs Gunung Padang : Misteri dan Arkeologi.
Kegiatan tidak hanya belajar tentang Gunung Padang saja, namun FGMI juga ingin mengangkat dan melestarikan kebudayaan daerah setempat, serta mengenalkan situs Gunung Padang ke masyarakat luas. Malam kesenian itu diisi dengan Pencak Silat Rampak Gendang yang merupakan pencak silat tradisional Jawa Barat, dan diiringi musik tradisional khas Jawa Barat.
Hari kedua, Minggu, 20 September 2015, FGMI Jelajah Nusantara mengajak anak anak yang berasal dari tiga Sekolah Peserta acara ini, Dasar di desa tidak hanya dari setempat. FGMI Jabodetabek saja, bekerjasama namun dari dengan Forum S e m a r a n g , I n d o n e s i a Bandung, bahkan Mendongeng 2 peserta berasal menyelenggaraka dari Malaysia. n acara dongeng Pa r a p e s e r t a Gambar 1. Peserta dengan serius dan pemberian m e r u p a k a n memperhatikan paparan dari Dr.Ali Akbar materi tentang mahasiswa, t a n a h l o n g s o r, dosen, peneliti di yang bertajuk “Saurus dan Tata bidang geologi/geofisika, dan Tanah”. Setelah mendapatkan masyarakat umum. materi tersebut, pemahaman anakanak dievaluasi kembali melalui Dr. Ali Akbar dan Dr. Danny Hilman permainan dan pemberian buku menjelaskan bahwa beberapa dongeng dengan illustrator Citta survey telah dilakukan dengan Widagdo. beberapa metode, seperti: pengeboran, geolistrik, georadar, Tidak sampai disitu, pengabdian seismik tomografi, dan foto udara, masyarakat FGMI dan tim Si Bumi untuk mempelajari lebih detail (Siaga Bencana Untuk Masyarakat tentang situs misterius ini.
Dok: FGMI
JENDELA GEOSAINTIS | FGMI #2 | Sep 2015
unung Padang�
Dok: FGMI
Oleh : Panitia Jelajah Nusantara
Indonesia) juga dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada warga setempat tentang mitigasi bencana tanah longsor. Acara ini bertujuan supaya warga sadar dengan kondisi bahaya tanah longsor Berdasarkan pengamatan Dok: FGMI terdapat beberapa titik dilapangan, rawan longsor disekitar situs megalitik Gunung Padang. Bibit pohon dan poster tanggap bencana longsor juga diberikan kepada masyarakat sebagai wujud kepedulian kami terhadap bahaya geologi.
Gambar 3. Keceriaan anak-anak mendengarkan dongeng dari Forum Indonesia Mendongeng
Tidak sampai disitu, pengabdian masyarakat FGMI dan tim Si Bumi (Siaga Bencana Untuk Masyarakat Indonesia) juga dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada warga setempat tentang mitigasi bencana tanah longsor. Acara ini bertujuan supaya warga sadar dengan kondisi bahaya tanah longsor Berdasarkan pengamatan dilapangan, terdapat beberapa titik rawan longsor disekitar situs megalitik Gunung Padang. Bibit pohon dan poster tanggap bencana longsor juga diberikan kepada masyarakat sebagai wujud kepedulian kami terhadap bahaya geologi.
Acara ini bertujuan supaya warga sadar dengan kondisi bahaya tanah longsor.
Gambar 4. Sosialisasi mitigasi bencana tanah longsor bersama warga desa karyamukti
51
52 JENDELA GEOSAINTIS FGMI #2 | Sept 2015
FGMI Goes to campus Yogyakarta
Hari terakhir perjalanan saya di Jogja kali ini ditutup dengan kegiatan short course, disitu saya berbagi ilmu dengan lebih kurang 60 mahasiswa geologi IST-Akprind, UGM, UPN Veteran, dan STTNAS. Ketika sedang berada di luar kota, biasanya saya memang menyempatkan waktu untuk mengajar ke kampus-kampus, membagikan sedikit ilmu yang saya punya dan berharap bisa bermanfaat bagi adik-adik mahasiswa. Tema yang diambil pada waktu itu adalah unconventional reservoir, lebih spesifiknya lagi yaitu membahas tentang fractured basement reservoir. Saya pikir tema ini belum begitu banyak diangkat, dan harapannya materi yang saya sampaikan dapat memperkaya pengetahuan mereka tentang play concept baru dalam mencari hidrokarbon. Saya mengawali kuliah dengan melemparkan sebuah pertanyaan “where oil is firstly found?�, semua peserta saling lirik kanan-kiri, samarsamar saya mendengar ada yang menjawab di Timur Tengah, Amerika, Indonesia, dll. “Oke kalau tidak ada yang tahu, saya kasih tahu jawabannya, oil is firstly found in the head of geologist�. Itu adalah jawaban dari seorang petroleum geologist terkenal yaitu Wallace Pratt yang pada tahun 1952 menuliskan
bahwa minyak pertama ditemukan di kepala seorang geologist lewat ide dan konsep, baru kemudian dibuktikan dengan pemboran ke dalam perut bumi. Cerita dilanjutkan dengan membahas kondisi minyakbumi di Indonesia. Indonesia hanya tinggal memiliki cadangan terbukti minyakbumi sebesar 3 miliyar barrel, dengan laju produksi +/- 800ribu barel minyak per hari, maka kurang dari 10 tahun tidak akan ada lagi minyak yang bisa diproduksikan, ini adalah alasan utama mengapa kita harus terus melakukan kegiatan eksplorasi, karena setiap 1 barrel minyak yang diambil, harus digantikan dengan 1 barrel temuan minyak yang baru.
A k a n t e t a p i pencarian m i n y a k semakin sulit, belum ada lagi temuan cadangan minyakbumi sebesar lapangan Minas dan Duri, apakah ini
berarti minyakbumi Indonesia sudah habis? Several time in the past, we thougt we were running out of oil, whereas we were only running out of ideas.
JENDELA GEOSAINTIS FGMI
#2 | Sept 2015
Sebenarnya bukan minyaknya yang habis, akan tetapi kita saja yang kehabisan ide untuk mencari minyak. Hal pertama yang harus dilakukan dalam menemukan minyak adalah mencarinya di dalam otak geologist, yaitu ide dan konsep baru! Oil is found in new areas using old ideas, but oil is also found in old areas using new ideas. Untuk lapanganlapangan yang sudah tua, jangan buru-buru ditinggalkan, coba gali kembali ide gila-nya, cari lagi dimana minyak-minyak itu bersembunyi, jangan lupa bahwa minyak tersimpan di dalam batuan yang memiliki porositas dan permeabilitas, artinya batuan apapun jika memiliki kemampuan tersebut berarti bisa menyimpan dan mengalirkan minyakbumi, termasuk batuan dasar (basement!). Tidak terasa, 3 jam telah berlalu, kuliah fractured basement reservoirpun akhirnya harus ditutup. Setelah istirahat sholat dan makan siang, diadakanlah acara sharing session dengan aktivis-aktivis kampus yang merupakan pengurus harian organisasi SM IAGI dari IST-Akprind, UGM, UPN, STTNAS, dan UNDIP. Disitu kami berdiskusi banyak tentang rencana pengembangan organisasi SM IAGI, hingga akhirnya waktu pulalah yang mengakhiri diskusi seru tersebut. Pukul 16.20 WIB, saya kem-
bali pulang ke Ibu kota. Yogyakarta, 11 April 2015
53