RABU
Eceran: Rp 4.500 Langganan: Rp 96.000
12 JULI 2017
Suka Main Potong Kompas
Saya tidak mungkin melemahkan dan membubarkan KPK, kecuali KPK melemahkan dirinya sendiri.” PROFESOR ROMLI ATMASASMITA
Pandangan Kritis Prof Romli soal Kinerja KPK JAKARTA-Setelah mengundang man tan Meteri Hukum Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (HAM) yang juga Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra dan pakar hukum tata negara Zein Badjeber, Panitia Khu sus (Pansus) Hak Angket Ko misi Pemberantasan Korupsi (KPK) bentukan DPR RI kembali mengundang pakar hukum pidana dari Univer sitas Padjajaran Bandung (Unpad), Profesor Romli Atmasasmita ke Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (11/7). Namun, rapat kali ini tanpa di
hadiri Ketua Pansus Agun Gunandjar Sudarsa. Agun kebetulan harus menja lani pemeriksaan di KPK sebagai saksi di kasus dugaan korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). Agun menjalani pen jadwalan ulang pemeriksaan di KPK untuk tersangka pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong. Agun sedianya diperiksa se bagai saksi pada Kamis (6/7) lalu. Namun, kala itu Agun meminta penjadwalan ulang karena harus me mimpin pansus ke Lembaga Pemasya rakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat (Jabar) Baca Suka...Hal 7
Ikrar Jihad Berantas Korupsi SEMENTARA itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menya takan dukungannya kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk bersama-sama berjihad memberantas korupsi. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj memastikan, pihaknya ada di belakang KPK karena rakyat masih membutuhkan KPK untuk membersihkan Indonesia dari rasuah. ”Sampai sekarang KPK masih dibutuhkan. Nanti kalau udh cle ar betul enggak ada korupsi, baru KPK udah enggak dibutuhkan,” kata Said saat menyambangi KPK, Jakarta, Selasa (11/7). Said mengaku prihatin dengan upaya-upaya berbagai pihak yang ingin melemahkan KPK, termasuk adanya Pansus Hak Angket. Karena itu, dia beserta jajaran pengurus NU datang menemui pimpinan KPK untuk membahas permasalahan yang ada bela kangan ini. Bahkan, beberapa kader NU rencananya akan dili batkan dalam bidang penyidikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Baca Ikrar...Hal 7
Empat RT Bukit Duri Dilenyapkan Baca Halaman 9
ISWANTO/INDOPOS
ISMAIL POHAN/INDOPOS
NASIONAL
Kisah Direktur Akper yang Tinggal Satu Atap dengan Pusara sang Istri
Anak-Anak Minta Saya Pulang, Tapi Bagi Saya Ini Juga Rumah TUMPAK M. TAMPUBOLON/INDOPOS
Istri Korban Penusukan DiPANGGIL POLISI
Baca Halaman 8
0856 994 7444
Jawa Pos News Network
Dalam dua tahun terakhir, hanya kumandang azan yang bisa membuat Widodo beranjak dari sisi makam sang istri. Bahkan, rapat untuk urusan akper yang dia pimpin pun dihelat di sana. ARI SURYANTO, Bandar Lampung TAK ada dinding yang mengelilingi. Cuma terop sebagai pelindung di atas tem pat tidur yang terbuat dari kayu. Di atas tempat tidur itulah Widodo biasa merebah kan diri tiap kali merasa lelah. Bersebelahan dengan sang istri, Hamsi Demas. Hanya, belahan jiwa Direktur Akademi Keperawatan (Akper) Baitul Hikmah, Kemiling, Bandar Lampung, tersebut tidak beristirahat di tempat tidur yang sama. Tapi 2 meter darinya. Di sebuah makam. ”Sampai hari ini pun anak saya tetap berusaha meminta saya pulang ke rumah. Tapi, bagi saya ini pun
KHUSUK: Widodo berdoa di depan makam istrinya di pemakaman keluarga.
rumah saya,” jawab pria 69 tahun itu, lantas terkekeh. ”Rumah” yang dimaksud Abah Wid, sapa
M. TEGAR MUJAHID
an akrabnya, tersebut sejatinya kawasan makam keluarga berukuran 15 x 20 meter. Di sanalah pensiunan pegawai negeri sipil
itu tinggal selama hampir dua tahun ter akhir. Persisnya setelah sang istri tercinta menutup mata untuk selamanya pada 29 Juli 2015. Tak kenal waktu, Widodo selalu berada di makam sang istri. Meski tak ja rang dinginnya udara malam menusuk hingga tulang. Hanya kumandang azan yang bisa membuatnya bergeser dari ma kam tersebut. Itu pun tak jauh. Sebab, musala tempat biasa dia menunaikan ibadah salat hanya berjarak sekitar 20 meter dari makam sang istri. ”Dia sudah merupakan bagian diri sa ya. Dengan berada di sini, saya merasa sempurna dan merasa lebih baik,” kata Abah Wid. Sang istri yang empat tahun lebih tua darinya itu meninggal karena penyakit pa ru-paru. Sempat membaik setelah dirawat di Jakarta, kesehatan belahan jiwa yang telah memberi Widodo empat buah hati tersebut merosot lagi. Dan akhirnya sang istri menutup mata selamanya di Bandar Lampung Baca Anak-Anak...Hal 7
email: editor@indopos.co.id | www.indopos.co.id