JUMAT
17 NOVEMBER 2017 Eceran: Rp 4.500 Langganan: Rp 96.000
Kecelakaan Setnov Rekayasa? KPK Sudah Nyatakan DPO, Proses Hukum Jalan Terus
JAKARTA-Bukan simpati yang muncul terhadap Ketua DPR Setya Novanto atas kabar kece lakaan yang dialaminya, justru cemohoan dan tudingan rekayasa. Karena memang tak sedikit kejanggalan yang mewarnai insiden tersebut. Setnov dikabarkan mengalami kecelakaan pada Kamis (16/11) sekitar Pukul 19.00 WIB, di Jl Permata Berlian RT 02 RW 02, Kel. Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Ia me ngendarai mobil Toyota Fortuner hitam B 1172 ZLO, yang belakangan diketahui mobil milik reporter Metro TV. Dalam kecelakaan tunggal yang menabrak tiang telepon itu, menurut pe ngacara Fredrich Yunadi, mengakibatkan kliennya luka parah, khususnya pada bagian kepala. “Mukanya bengkak sebesar bakpao. Dibalut dengan perban,” kata Fredrich kepada wartawan, di RS Medika Permata Hijau, tadi malam. Kecelakaan tersebut terjadi hanya beberapa jam menjelang kedatangan Setnov ke gedung KPK di Kuningan. Bahkan, hanya beberapa menit setelah Setnov melakukan wawancara langsung melalui telepon di Metro TV. “Saya harusnya ke Gedung KPK, menemani Pak Novanto. Tapi saya ditelpon ajudan, katanya Pak Novanto kecelakaan,” kata Fredrich. Dalam wawancara di Metro TV sekitar pukul 18.07 WIB, diawali penjelasan Muhammad Hilman, wartawan Metro TV bahwa dirinya sedang bersama Setnov. “Iya, saya bersama Pak Novanto sejak pagi. Karena saya kejar beliau,” kata Hilman. Belakangan diketahui, kecelakaan Setnov dengan menggunakan mobil Hilman tersebut Baca Kecelakaan...Hal 7
Setya Novanto kecelakaan saat uner warna mengendarai mobil Toyota Fort . ZLO 1732 B Hitam plat polisi
Mobil ini diketahui milik wartawan Metro TV M Hilman, yang sebelumnya mengaku bersama Setnov, dalam siaran langsung melalui telepon di Metro TV.
18.07 WIB:
Wawancara live Metro TV, reporter Metro TV M Hilman mengaku sedang bersama Setya Novanto. Ditanya penyiar sedang berada di mana, Hilman tidak menjawab. “Sejak pagi, eh… saya.. ya, saya mengejar Pak Setya Novanto,” kata Hilman.
19.30 WIB:
Pengacara Fredrich Yunadi mengabarkan bahwa Setya Novanto kecelakaan dan sudah bertemu Setnov di RS Medika Permata Hijau.
Fahri Hamzah: Jokowi Harus Tanggung Jawab WAKIL Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menu duh pihak Istana Negara sengaja menarget Setya Novanto agar segera ditangkap oleh Ko misi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas tuduhan terlibat korupsi e-KTP. Tujuannya, guna mengejar setoran anggaran pilkada 2018 dan pilpres 2019 mendatang. Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah mengaku, dirinya tak habis pikir dengan sikap KPK yang memanggil paksa Novanto. Bahkan, KPK mendatangi kediaman Novanto di Jalan Wijaya untuk didatangkap paksa. Hal ini pasti ada pe rintah di luar KPK yang ingin Novanto segera ditahan ”Kalau ada yang berani jemput paksa No vanto, itu pasti perintah datang dari orang kuat di negara ini, sehingga aparat kepolisian khususnya mau saja ikut-ikutan merusak lembaga negara,” ungkapnya kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Kamis (16/5). Fahri sebelumnya sempat mendapatkan informasi bahwa penetapan kembali Novanto jadi tersangka atas perintah Istana. Namun, Fahri tak mengungkap, siapa pembisik tersebut yang menuduh Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla (JK) di balik kasus Novanto
Pengacara Fredrich Yunadi mengaku kecelakaan mengakibatkan Setnov berdarah-darah. Namun di foto yang beredar, Setnov mengenakan baju putih tanpa darah. “Foto berbaju putih bukan Pak Novanto. Yang benar Pak Novanto, foto yang berbaju biru.
Mobil Toyota Grand Fortuner 2.5 G Diesel VNT Tahun 2012 Desember Automatic Hitam Metalik ini terpajang di portal penjualan mobil otosia.com, dengan status ‘sudah laku’. Dicek di website Samsat, data pemilik tidak ditemukan.
Baca Fahri...Hal 7
GIMBAL/INDOPOS
Novanto Memalukan TERLEPAS dari insiden kecelakaan, Setya No vanto dianggap telah mempermalukan lembaga yang dipimpinnya sendiri, yakni DPR RI. Pasalnya, ia tidak kooperatif hingga akhirnya masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). ”Tidak ada pilihan bagi kami anggota DPR, kalau perlu gentlemen dia mundur karena mempermalukan DPR,” ungkap Desmon J Mahesa kepada wartawan saat dihubungi, Kamis (16/11). Menurut Wakil Ketua Komisi III DPR RI itu, seharusnya sebagai pemimpin lembaga tinggi memberikan contoh yang baik. Apabila memang ada hal yang ganjil pada KPK harus dihadapi, jangan malah menghilang. Itu menambah opini buruk masyarakat terhadap lembaga DPR dan Novanto sendiri. ”Kalau memang tidak benar apa yang disangkakan KPK, ya harus dibuktikan dan dihadapi sesuai aturan hukum yang berlaku. Dengan sikapnya ini sama saja mencederai hukum,” ujar politisi Partai Gerindra tersebut. Terpisah, Politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem), Irma Suryani Chaniago mengatakan, untuk meminta mundur atau tidaknya Setnov sebagai ketua DPR RI, sangat tergantung pada MKD. ”Keputusannya ada di MKD. Kita punya Mahka mah Dewan, mereka yang ambil keputusan. Ba gaimana MKD itu menghormati dirinya sendiri, menghormati lembaga ini, tegantung bagaimana mereka mengambil keptusuan,” ujarnya kepada wartawan di Komplek parlemen, Senayan. Disinggung tidak responsifnya anggota DPR terhadap kasus Setnov yang telah dua kali menjadi tersangka tapi tetap dipertahankan sebagai ketua DPR RI, Irma menyatakan, sudah seharusnya yang bersangkutan diberhentikan sementara dari jabatan tersebut Baca Novanto...Hal 7
Hapus Golongan Listrik di Bawah 4.400 VA, ESDM Dinilai Tak Pro-rakyat JAKARTA-Komisi VII DPR RI mengecam rencana Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan menghapus sebagian besar kelas golongan pelanggan listrik Rumah Tangga (RT) bagi penerima nonsubsidi di bawah 4.400 VA. Gus Irawan Pasaribu, ketua Komisi VII yang membidangi Energi Sumberdaya Mineral dan Lingkungan Hidup ini menyatakan, rencana ter
MUI dan ICMI Nilai Survei LSI Menyesatkan JAKARTA- Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) mengkritik hasil survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut kesalehan seseorang tak membuat perilaku korupsi berkurang di negeri ini. Menurut Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid, tingkat religiusitas yang tetap berperilaku korup lebih didasari lemahnya tingkat keilmuan seseorang terhadap agama dan juga pendidikan. ”Sehingga mereka yang dalam perilaku sehari-hari saleh, namun pondasi keilmuan kurang kuat, akan mudah goyah oleh keadaan dan sistem yang juga bobrok di negeri ini. Karena bukan rahasia bahwa perilaku korupsi di Indonesia sudah menggurita dan tersistem dengan masif,” ujar Zainut kepada INDOPOS, Kamis (16/11). Zainut menerangkan, dalam bahasa agama, keilmuan seseorang ada yang hanya sampai pikiran Baca MUI...Hal 7 Jawa Pos News Network
sebut merupakan bentuk ketidakberpihakan pemerintah terhadap rakyat. ”Saya mengecam rencana itu. Bahkan saya anggap ini kebijakan yang kejam dan tidak berpihak kepada rakyat yang saat ini perekonomian sedang sulit,” tandasnya kepada INDOPOS. Ia menyatakan, konsumen dari tiga golongan listrik nonsubsidi untuk kelas 900 VA, 1.300 VA,
dan 2.200 VA yang akan dihapus itu bukanlah orang kaya. Dengan demikian, penghapusan golongan tersebut malah hanya akan menambah daftar jumlah rakyat hidup miskin. ”Mereka bukan orang kaya. Dan ini namanya membuat rakyat makin menderita,” ujarnya kesal. Selaku mitra kerja, politisi Gerindra ini pun meminta rencana kebijakan itu tidak diterapkan.
”Kalau ini diterapkan berarti orang miskin nggak boleh pakai listrik. Ini namanya kejam betul,” tegas politisi dari Dapil Sumut II ini. Anggota Komisi VII Eni Maulani Saragih turut mengkritik rencana kebijakan itu. Baginya, banyak rakyat yang akan menderita. ”Kalau itu benar, berapa juta pelanggan yang terkena dampaknya,” ujarnya Baca Hapus...Hal 7
Kisah Yanti, Ibu yang Tega Menjual Anak Kandungnya Senilai Rp 25 Juta
Motif Ekonomi, Tak Mau Sepenuhnya Disalahkan Yanti, 35, warga Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) tega menjual H, anak bungsunya yang berusia dua tahun kepada warga Batam. Atas tindakannya itu, dia tidak mau sepenuhnya disalahkan. Mengapa? PENYIDIK Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Palembang resmi menahan Yanti, 35, yang ditangkap sejak 9 November lalu. Tak hanya itu, Sri, 41, te tangganya juga jadi tersangka. Keduanya terbukti menjual H, anak kandung Yanti. Latar belakang kehidupan Yanti yang memprihatinkan secara ekonomi untuk sementara ini jadi alasan dia menjual anak nya kepada orang lain. Ibarat barang daga ngan, warga Jalan Ratu Sianum, Lr Nangka, RT 39, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan IT II Palembang itu menawarkan H kepada sang pembeli seharga Rp 25 juta. ”Tapi aku ha-
AWALNYA PENCULIKAN: Yanti, 35, (kiri) dan Sri, 41, di kantor polisi.
nya dapat Rp 10 juta,” ucap Yanti yang dibincangi di ruang Unit PPA. Sisanya, Rp 10 juta untuk Sri dan Rp 5 juta lainnya un-
DIAN/SUMATERA EKSPRES/JPG
tuk Abok, seorang tukang ojek. Yanti yang kini sedang hamil lima bulan mengaku terpaksa melakukan itu karena himpitan
ekonomi. ”Saya tidak punya uang untuk makan dan bayar kontrakan yang sudah dua bulan menunggak. Sebulan untuk kontrakan sebesar Rp 200 ribu,” bebernya. H yang dijualnya merupakan anak bungsu dari empat saudara. Cerita Yanti, dia sudah dua kali menikah. Hasil pernikahan dengan suami pertamanya, dia mendapatkan seorang anak, Js, 11. Sementara dari suami kedua, Yanti mempe roleh tiga anak yakni, M, 5; Hn, 3; dan H, 2. Nah, dengan suami keduanya sekarang, Yanti ternyata sudah pisah ranjang sekitar dua minggu. Karena itulah, dia kesulitan ekonomi untuk makan maupun bayar kontrakan. Meski begitu, dia tak mau disalahkan 100 persen. Sambil sesekali mencibir ke arah Sri, Yanti yang duduk di kursi plastik mengatakan, kalau putra bungsunya itu dijual oleh Sri. ”Anak aku dijual dia (Sri, Red) nah. Aku cuma dapat uang sedikit,” cetusnya sembari menunjuk Sri yang duduk di lantai beralaskan koran bekas Baca Motif...Hal 7 email: editor@indopos.co.id | www.indopos.co.id