Rakyat
KAMIS
SEJAHTERA
Eceran: Rp 4.500 Langganan: Rp 96.000
19 OKTOBER 2017
HARUS
JK Tak Setuju, Polri Jalan Terus Fahri Hamzah Tolak Usulan Dana Pembentukan Densus Tipikor
14
Pertimbangkan Ulang Bentuk Densus
Saya tak merestui tambahan kewenangan Densus Tipikor. Itu hanya diberikan kepada KPK melalui Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002” FAHRI HAMZAH
JAKARTA-Walau Wakil Presiden (Wapres), Jusuf Kalla (JK) menyatakan tidak setuju jika Polr i membentuk Densus Tindak Pidana Korupsi, ternyata Mabes Polri tetap dengan rencananya. Polri tetap akan membentuk detasemen khusus dengan konsep yang hampir mirip KPK tersebut. ”Kami akan tetap lanjut,” singkat Kadiv Hu mas Polri, Irjen Setyo Wasisto ketika dihubungi INDOPOS, kemarin Baca JK...Hal 7
APA pendapat sejumlah pengamat tentang sikap Wapres JK yang menolak dibentuknya Den sus Tipikor Polri? Pengamat hu kum dari Universitas Al Azhar, Suparji Ahmad berpendapat, pernyataan JK pertanda sebuah teguran. ”Pernyataaan Wapres Jusuf Kalla cukup beralasan karena keberadaan densus berpotensi terjadi tabrakan dengan institusi lain. Bisa juga menjadi kontraproduktif karena proses konsolidasi yang sulit dilakukan,” ujar Suparji Ahmad kepada INDO POS, kemarin. Selain itu, tambah Suparji, pernyataan orang nomor dua di ta nah air itu juga mempertimbang kan alasan lain. ”Instrumen untuk memberantas korupsi sudah cukup banyak,” ujarnya. Instrumen dimak sud yakni, Polri, Komisi Pem berantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan. Untuk itu, ia pun mengimbau agar rencana dibentuknya Den sus Tipikor dipertimbangkan
Versi:
Komisioner KPU Hasyim Asy'ari
PARPOL
1
2
3
4
YA N G
DITERIMA
5
10
6
11
7
8
12
9
13
14
10. Partai Suara Rakyat Indonesia
1. Partai Republik
(Parsindo)
2. Partai Bhinneka Indonesia
13
3. Partai Rakyat
11. PNI Marhaenis
4. Partai Pemersatu Bangsa
12. Partai Reformasi
5. Partai Islam Damai Aman (Idaman)
13. Partai Republik Nusantara
6. Partai Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
(Republikan)
7. Partai Indonesia Kerja (PIKA) 8. Partai Bulan Bintang (PBB)
PARPOL
9. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
BELUM
DITERIMA
Yusril Ihza Mahendra Ketua Umum PBB
GIMBAL/INDOPOS
Empat Parpol Baru Lolos di KPU Golkar Tuding Langgar Aturan JAKARTA-Partai Golkar menuding Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah melanggar aturan dalam proses pendaftaran parpol calon peserta Pemilu. Ini karena KPU telah menerbitkan surat edaran terkait tambahan waktu verifikasi pendaftaran partai politik (parpol). Sejatinya, pendaftaran untuk peserta pemilu selesai pada 16 Oktober 2017. Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI, Rambe
KPK: Ada Tersangka Baru di Kasus e-KTP JAKARTA-Pengusutan kasus megakorupsi Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau e-KTP masih terus dikembangkan Komisi Pembe rantasan Korupsi (KPK). Bahkan, KPK mem beri sinyal kuat soal membuka penyelidikan baru kasus yang sudah menyeret 5 tersangka tersebut. Tersangka baru pun bakal segera ditetapkan lembaga antirasuah tersebut. Juru bicara KPK, Febri Diansyah membenarkan adanya pengembangan perkara untuk menetapkan tersangka baru dalam ko rupsi yang menelan kerugian negara sebesar Rp 2,3 triliun itu. ”Dalam beberapa hari ini, KPK melakukan pengembangan kasus korupsi e-KTP. Karena proses penyelidikannya tidak spesifik pada orang-orang tertentu, dan itu juga sudah dijelaskan tadi. Yang kita proses adalah penguatan kasus e-KTP, ” ujar nya kepada wartawan, Rabu (18/10) di gedung KPK, Jakarta Baca KPK...Hal 7 Jawa Pos News Network
Kamarul Zaman mengatakan, seluruh tahapan pendaftaran Parpol sudah termaktub dalam Peraturan KPU (PKPU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2019. Menurut anggota Komisi II DPR RI itu, kehadiran surat edaran Nomor 585/PL.01.0SD/03/KPU/X/2017 tentang perpanjangan durasi waktu tersebut melanggar aturan induk yang telah disepakati. ”Jadi menurut saya, di buat surat edaran PKPU tapi dilanggar oleh
KPU,” ungkapnya kepada wartawan di Kom plek Parlemen, Senayan, Rabu (18/10). Dia mengatakan, surat edaran tak perlu muncul jika KPU melakukan antisipasi yang baik. Parpol yang kesulitan mengisi sistem in formasi partai politik (sipol) harusnya dibantu agar tahapan pemilu 2019 sesuai jadwal. ”Ini mepet betul, jadi ketentuan KPU seharus nya diantisipasi dari awal pendaftaran itu, itu jadwal kan ada di PKPU,” ucapnya Baca Empat...Hal 7
ulang. ”Lebih baik optimalkan lembaga yang ada dan tingkatkan sinergi kinerjanya,” imbau dia. Sementara pakar hukum pidana Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, terpisah mengaku masih meragukan keberadaan densus tipikor nantinya benar-benar mampu memberantas tindak pidana korupsi. Sebab, ia memandang, korupsi tidak bisa diberantas hanya dengan membangun sebuah lembaga, tetapi juga komitmen penegak hukumnya. ”Kalau bikin (densus tipikor) saja, semua lembaga pasti bisa. Tapi yang susah itu menumbuhkan kultur budaya kerjanya,” ujar Abdul Fickar Hadjar kepada INDOPOS, kemarin. Dia menjelaskan, kultur budaya kerja yang harus dimiliki oleh penegak yakni adalah komitmen dalam penegakkan hukum. ”Penegak hukum tidak boleh memilah-milah kasus yang nantinya akan diselesaikan dan tidak boleh mengenal kompromi dengan para terduga pelakunya Baca Pertimbangkan...Hal 7
Najwa Shihab Gagal Jadi Mensos? PKB Dukung NU, Pengganti Khofifah dari Nahdliyin JAKARTA-Arus yang mendorong Presiden Joko Widodo untuk memilih warg a Nahdatul Ulama (NU) untuk menjadi Menteri Sosial (Mensos) sebagai pengganti Kho fifah Indar Para wansa, terus me ngalir. Setelah Ket u a Umu m Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj, kali ini Partai Ke bangkitan Bangsa (PKB) menyampaikan hal senada. Lan tas, apakah Pre siden Jokowi go yah dan memba talkan Najwa Shihab yang sejak lama diplot sebagai Mensos? Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, keingin an Ketua Umum PBNU Said Aqil adalah sesuatu yang wajar sebagai pemimpin organisasi terbesar di negeri ini Baca Najwa...Hal 7
NAJWA SHIHAB NET
Diaspora Jerman yang Plesiran ke Jepara
Ibu Rumah Tangga, Bikin, dan Terbitkan Belasan Buku Menjadi ibu rumah tangga di Negeri Jerman tak membuatnya berhenti berkarya. Baru-baru ini Gaganawati Stegmann telah menerbitkan buku berjudul Exploring Hungary. Dia pun mengenalkan karyanya hingga ke Jepara. NOOR SYAFAATUL UDHMA, Jepara TUBUHNYA mungil. Ukuran sepatunya juga kecil. Hanya 36 cm. Namun jangan re mehkan perempuan satu ini. Meski kecil, prestasinya cukup membanggakan. Ibu rumah tangga ini produktif menulis. Se tidaknya ada delapan buku yang telah diterbitkan. Ribuan artikel juga telah dia buat. Usianya kini menginjak 41 tahun. Dialah Kanjeng Raden Ayu Gaganawati Dyah Pan
NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS
PLESIRAN KENALKAN BUKU: Gaganawati Stegmann seorang diaspora. Dia ibu rumah tangga di Jerman yang berhasil membikin belasan buku.
ca Harsanti Stegmann. Namun dia biasa menggunakan nama Gaganawati Steg mann. Biasanya orang memanggilnya den-
gan Gana. Dia seorang diaspora. Orang Indonesia yang menetap di luar Indonesia. Gana sen-
diri saat ini menetap di Jerman, negara suaminya. Ya, Gana menikah dengan orang Jerman. Usai menikah, dia diajak suami menetap di Negeri Hitler. ”Kurang lebih 11 tahun lamanya saya tinggal di Jerman,” ungkap ibu tiga orang anak ini. Pertemuannya dengan suami juga terbilang unik. Mereka kenal lewat media so sial. Saat itu Gana iseng berkenalan dengan suaminya. Dia mengaku hanya ingin kenalan dengan warga asing dan tidak berniat untuk menikah. Namun lama-lama muncullah benih cinta di antara keduanya. Se lang beberapa lama, suaminya lantas memintanya untuk menikah. ”Saat itu dia memberi saya cincin sambil berlutut. Su dah kayak di sinetron,” kenangnya lalu tertawa. Sejak beberapa hari lalu, Gana dan suaminya di Jepara. Mereka datang untuk berlibur sekaligus mengenalkan buku terbarunya berjudul Exploring Hungary. Buku tersebut dia tulis tentang tempat-tempat menarik di Hongaria Baca Ibu...Hal 7
email: editor@indopos.co.id | www.indopos.co.id