PERHENTI -AN POSTCARDBOOK
PERHENTIAN POSTCARDBOOK
Suatu siang yang sejuk, yang tidak seperti hari-hari sebelumnya, seorang pemuda berjalan di bahunya terdapat ransel, di tangannya terdapat sebuah kantong. Ia melihat keadaan sekelilingnya, lalu berbicara pada dirinya sendiri, “Ah, sudah Senin.” Stasiun itu hanyalah stasiun kecil, yang tidak pernah mengangkut orang ke kota besar. Dindingnya berwarna putih gading, jendelanya masih tidak banyak berubah semenjak zaman kolonial. Pemuda itu tidak ingat bagaimana ia bisa sampai di situ. Yang dia tahu, tempat tujuannya yang baru sudah menunggu. Duduklah ia di sebuah kursi untuk menunggu, ia menengok kanan dan kiri, kemudian tertawa sendiri, “Un-
tuk apa gue mencari wajah yang gue kenal ketika gue gak mau ditemukan?” Pemuda itu bersiul. Dia memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hanya ada sepasang orang tua dengan anaknya, beberapa pegawai stasiun, dan penjual minuman manis. Ia mengeluarkan buku dari ranselnya. Isinya adalah jurnal. Dia membuka halaman pertama dan lagi-lagi tertawa ketika ia membaca tulisan yang dulu ia buat. “GUE INGIN BERHENTI BOSAN,” isi tulisan itu. “Gue ingin berhenti bosan,” ujar sebuah suara.
Pemuda itu dengan refleks menutup jurnalnya ketika mendengar suara tersebut. Ia menoleh. Di sebelahnya sudah ada seorang pemuda seumuran dirinya entah darimana. Pemuda itu menunjukkan gestur tidak suka terhadap sang pemuda lainnya yang secara lancang telah mengintip jurnalnya. Ia memasang gestur defensif, yang meneriakkan aku-tidak-mau-diganggu. “Kebosanan adalah suatu impulsif yang menandakan bahwa petualanganmu belum harus diakhiri. Itu juga yang membuat gue ada di kursi ini.” Ujar sang pemuda asing. Pemuda dengan jurnal semakin merasa terganggu. Tetapi karena ia terlanjur dididik dengan sopan, maka ia mengeluarkan kata-kata, “Ya.” Ia tidak berencana menanggapi lebih jauh. Ia berharap dingin perkataannya akan menghentikan gangguan pemu-
da asing. “Aku menyukai Herodotus, ia merupakan salah satu traveller pertama yang membuat jurnal. Ia mengunjungi Asia Tengah, Mesir, dan tempat-tempat lain. Dia juga menceritakannya dengan sangat baik. Apakah kamu berencana seperti Herodotus?” Pemuda dengan jurnal memutuskan untuk bertindak sedikit kasar, “Lu tahu, banyak sejarawan kontemporer bilang kalau Herodotus adalah pembohong. Ia adalah Bapa Dusta. Gue gak punya rencana untuk menjadi keturunannya.” Sesaat hening. Pemuda dengan jurnal selalu tahu bahwa kecanggungan membunuh keakraban dan membunuh kesempatan berteman. Ia tidak berencana untuk menjadi teman siapapun saat ini atau di tempat tujuannya nanti.
“Darimana kamu tahu dia dusta? Ketika sesuatu menjadi terlalu luar biasa, orang mudah mengecapnya sebagai kebohongan belaka.”
yang lain langsung menjadi salah. Ketika pemuda asing itu menutup kalimatnya, pemuda dengan jurnal sudah berlalu.
Pemuda dengan jurnal sudah kehabisan kesabaran. Ia berdiri dari kursinya, matanya tajam menatap sang pemuda asing. Ia berkata dengan cepat, “Isi perjalanannya diklaim sebagai suatu fakta. Kita mempelajarinya sebagai sejarah. Sementara banyak bukti-bukti baru ditemukan berlawanan dengan apa yang diceritakan.”
*** Suatu siang yang sejuk, yang tidak seperti hari-hari sebelumnya, seorang pemuda berjalan di bahunya terdapat ransel, di tangannya terdapat sebuah kantong. Ia melihat keadaan sekelilingnya, lalu berbicara pada dirinya sendiri, “Ah, sudah Senin.”
“Perspektif. Ketika kamu punya suatu barang, lalu barang itu tidak ditemukan, kita sering menyatakan bahwa barang itu hilang, ketika suatu barang itu ditemukan, kita segera melupakan pernah kehilangan. Ketika satu fakta benar menutupi informasi yang salah, kita mudah memutuskan bahwa informasi
Stasiun itu hanyalah stasiun kecil, yang tidak pernah mengangkut orang ke kota besar. Dindingnya berwarna putih gading, jendelanya masih tidak banyak berubah semenjak zaman kolonial. Pemuda itu tidak ingat bagaimana ia bisa sampai di situ. Yang dia tahu, tempat tujuannya yang baru sudah menunggu.
Duduklah ia di sebuah kursi untuk menunggu, ia menengok kanan dan kiri, kemudian tertawa sendiri, “Untuk apa gue mencari wajah yang gue kenal ketika gue gak mau ditemukan?” Pemuda itu bersiul. Dia memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hanya ada sepasang orang tua dengan anaknya, beberapa pegawai stasiun, dan penjual minuman manis. Ia mengeluarkan buku dari ranselnya. Isinya adalah jurnal. Dia membuka halaman pertama dan lagi-lagi tertawa ketika ia membaca tulisan yang dulu ia buat. “GUE INGIN BERHENTI BOSAN,” isi tulisan itu. “Gue ingin berhenti bosan,” ujar sebuah suara. Pemuda dengan jurnal menoleh. Ia melihat seorang pemuda seumuran dirinya datang entah darimana.
Sesaat pemuda dengan jurnal merasa canggung. Ia tidak menyangka jurnalnya terbaca oleh orang lain. Ia tidak menyukai kecanggungan. Kecanggungan selalu membunuh keakraban dan menghilangkan kesempatan pertemanan. Maka ia memutuskan untuk sedikit berbasa-basi. “Hahahaha iya, nih, gue nulis ini pas gue lagi bocah.” “Aku juga pernah mengalami masa-masa kayak gitu. Oh ya, kenalin, gue...” Sebuah voice offer memberitahukan bahwa kereta akan segera datang. Nama sang pemuda asing terdengar samar. “Tujuan lu ke mana?” tanya sang pemuda asing. “Gua gak tahu, nih, pada dasarnya gue lagi pengen jalan-jalan aja. Kota selanjutnya, tuh, Cuma buat transit aja.” “Wah, kamu petualang sejati, ya. Aku punya teman
dekat backpacker seperti kamu. Dia selalu pergi kemana-mana. Suatu hari dia naik gunung, terus gak pernah balik. Mungkin itu cita-cita dia. Dia selalu ngomong, ‘ Gue pengen hilang,’” Sesaat pemuda dengan jurnal bingung. Haruskah dia mengeluarkan pernyataan simpatik? Tapi melihat sang pemuda asing sangat santai, maka ia membalas dengan ringan, “Kayak gue aja dia. Punya keinginan absurd. Gak pernah pengen bosan. Hahahaha.” “Kamu sadar, gak, kebosanan itu yang membuat kita menjelajah? Imajinasi kita terlalu dibatasi oleh ruang, sekat, kamar, batas, yang ada di sekitar kita. Aku yakin, Marcopolo orang yang sangat bosenan.” “Banyak sejarawan bilang, Marcopolo, tuh, pembohong. Dia Cuma ngarang setengah dari catatan perjalanan dia.”
“Darimana kamu tahu dia dusta? Ketika sesuatu menjadi terlalu luar biasa, orang mudah mengecapnya sebagai kebohongan belaka.” “Isi perjalanannya diklaim sebagai suatu fakta. Kita mempelajarinya sebagai sejarah. Sementara banyak bukti-bukti baru ditemukan berlawanan dengan apa yang diceritakan.” “Perspektif. Ketika kamu punya suatu barang, lalu barang itu tidak ditemukan, kita sering menyatakan bahwa barang itu hilang, ketika suatu barang itu ditemukan, kita segera melupakan pernah kehilangan. Ketika satu fakta benar menutupi informasi yang salah, kita mudah memutuskan bahwa informasi yang lain langsung menjadi salah. “Bener juga, lu,”
Suara berisik kereta mendekat, pemuda dengan jurnal membereskan barang bawaannya. Ia bersalaman dengan sang pemuda asing, yang menyatakan bahwa ia masih menunggu kereta selanjutnya.
Pemuda dengan jurnal berusaha membantu mengambilkan. Tangannya tak sengaja menyentuh sebuah jurnal yang terbuka. Di dalamnya terselip sebuah kartu pos. Tidak sengaja ia membaca tulisan di permukaannya.
*** Pemuda dengan jurnal menaiki Kelas Bisnis, sesaat di pintu ia tertegun, seorang pemuda asing sedang mengambil barang-barang yang tergeletak di lantai kereta. Ia tampaknya menjatuhkan barang-barang.
“Bepergianlah yang jauh, maka kamu akan lebih dicintai. –Peribahasa Mesir.” Isi tulisan itu. “Bepergianlah yang jauh, maka kamu akan lebih dicintai,” ujar sebuah suara.
Rumi Siddharta
CONTRIBUTORS Abel Laksono Addina Faizati Ade Kartikaef Adhimyr Rifky Rahman Putra Adine Halim Aditya Adam Aditya Juwt Adnan Roesdi Ahdiat Furqon Ahmad Habibie Dirgantara Aishanatsasha Adisasmita Aji Susanto Anom Ajoon Martia Aldo Muharamarizka Aliefya Octaviany Alif Quita Nopianti Almer Mikhail Alya Nurshabrina Amalia Permahani Amirul Hhf Amr Aly Anang Musa Angela Dios Anggia Risma Putri Anggietta Kustina Anggoro R. Wahyu Ani Herdiyani
Anilla Yogi Annisa Ferani Annisa Methania Antonia Maria Kusuma Anwita Citriya Anzi Matta Arfiana Khairunnisa Argy radypta Asrul Dwi Astri Astrid Septriana Atreyu Moniaga Audia Putri Narayani Avilla Dian Ansari Avinda Vielandy Azifah R Astrina Azis Wicaksono Babon Van Brulapen Bagus Mardiko Bagus Setyo Nugroho Bara Widarga Bayu Pradana Bujangankota Bunga Yuridespita Cathy Arnold Cempaka Surakusumah Centika Joandita
Chasty Budi Chika Hasegawa (Japan) Chitra Ananda Christine Mandasari Chyntia Puspitasari Citrarini Ceria Clara Phedra Claudia Clara Clarissa Pranata Dacik Juwita Damar Rakhmayastri Dany Dwia Darmawan Aji Dayinta Sekar Designani Debra Raymond Deodotus Alvika Dora Iroe Devi Gunawan Devi Merakati Dey Irfan Adianto Diah Diah Dian Suci Rahmawati Diani Apsari Dimas Arya Gutama Dimas Sensor Dini Lestari
Dora Iroe Dudin Rizal Dzul Fikri Eddie Hara Edo Raditya Ega Mawardani Ella Wijt Enggar Paramitha Erang Risanto Ersi Laras Eugenia Clara Evi Pangestu Fachry Prayasi Fandy Achmad Faris Naufal Firsty Virginia Fransisca Edwina Gadis Fitriana Galuh Indri Gisela Ayu Gugun Permana Harry Nugraha Hasan Abd Haviz Maulana Herjuna Margana Putra Idham Hudayah Idham Rahmanarto
Ign Bramantya Imam Arifin Imania Kamila Indah Rachmawati Indira Diandra Indira Larasati Dewi Indrastuti Inez Tedjo Irene Insan Irfan Fatchu Rahman Irnindya Putri Nugroho Isa Panic Monsta Isrol Triono Ivan Jasadipura Jordan Marzuki Kanishka Adhina Kanya Stira Sjahrir Karin Josephine Katyusha Methanisa Kemas Dwisatria Khairulddin Lala Bohang Larasya Maitri Anjani Lionindra Harviana Lutesha Sadhewa Mariskha Soekarna Marrise Caine (Singapore) Marshya Sugianto Mellissa Indria
Michelle Y Seo (South Korea) Monica Loe Nadine Maulida Nadzarudin Nara Pratama Neng Iren Nia janiar Nina Ahn (South Korea) Nona Kumis Novita Theresia Nurul Farichah Nugraha Pratama Olen Amelia Okky Fachrudin Olivia Samantha Onny Ranantalice Orry Junior Patricia Puspa Sari Patrick Diderik Perwira Gandhira Pratikto Dwi Rahardjo Putra Adji Rachmadhina I. Widyapianissa Radhinal Indra Raditya Adhitama Raisa Ramdani Rega Ayundya Putri Resatio Resqi U
Rewinda Omar Reyna Clarissa Reza Dwi Setyawan Rhea Bambulu Ricky Setiady Rifat Natamimi Rifqi Mansur Maya Rio Waas Riszky M. Fahreza Dellana Arievta Rizal Alam Rizka Viramadhina Robi Dwi Antono Roni Ardiyatama Rosyid Rachmatulloh Rukii Naraya Rupa Rusak Sahid Permana Norwahdito Salestinus Sustyo Sally An & Emily May Gunawan Sanditio Bayu Estuputro Sarah Sofia Sarita Ibnoe Sekar Ayu Maharani Septa Una Sheila Soraya Shella Marji Siva Armanda
Solechan Stephanie Harris Stephanie Jade Stephanie Lestari Sulvia Su Sumarno Sandiarjo Tasia Sugianto Testarossa Karina Thomashanandry Toro Elmar Turangga Sukandar Putra Tuyuloveme Ulfa Alfiani Vinny Arsita Vita Annisa Aprianinda Walid Rusdianto Wickana Laksmi Dewi William Permana Windy Anandiha Yayan Apriani Yerikho Iyek Yogi Cahyo Yosefa Aulia Yovita An Yujin Sick Yunita Eksa
Marshya Sugianto
Mellissa Indria
Michelle Y Seo
Monica Loe
Nadine Maulida
Nadzarudin
Nara Pratama
Neng Iren
Nia Janiar
Nona Kumis
Novita Theresia
Nurul Farichah
Nugraha Pratama
Okky Fachrudin
Olen Amelia
夢想
Olivia Samantha
Onny Ranantalice
Orry Junior
Patricia Puspa Sari
Patrick Diderik
Perwira Gandhira
Pratikto Dwi Rahardjo
Putra Adji
Rachmadhina Insan Widyapianissa
Radhinal Indra
Raditya Adhitama
Raisa Ramdani
Rega Ayundya Putri
Resatio
Resqi U
Rewinda Omar
Reyna Clarissa
Reza Dwi Setyawan
Rhea Bambulu
Ricky Setiady
Rifat Natamimi
Rifqi Mansur Maya
Rio Waas
Riszky M. Fahreza - Dellana Arievta
Rizal Alam
Rizka Viramadhina
Robi Dwi Antono
Rofida Amalia
Roni Ardiyatama
Rosyid Rachmatulloh
Rukii Naraya
Rupa Rusak
Sahid Permana Norwahdito
Salestinus Sustyo
Our definition of #selfie In this narcissistic, self-obsessed generation, we’ve seen way too many faces every day. For once, it’s nice to focus on something else more than just a pretty face.
Sally An & Emily May Gunawan
Sanditio Bayu Estuputro
Sarah Sofia
Sarita Ibnoe
Sekar Ayu Maharani
Septa Una
Sheila Soraya
Shella Marji
Siva Armanda
Solechan
Stephanie Harris
Stephanie Jade
Stephanie Lestari
Sulvia Su
Sumarno Sandiarjo
Tasia Sugianto
Testarossa Karina
Thomashanandry
Toro Elmar
Tri Angga Rahardjo
Turangga Sukandar Putra
Tuyuloveme
Ulfa Alfiani
Vinny Arsita
Vita Khaerunissa
Walid Rusdianto
Wickana Laksmi Dewi
William Permana
Windy Anandiha
Yayan Apriyani
Yerikho Iyek
Yogi Cahyo
Yosefa Aulia
Yovita An
Yujin Sick
Yunita Eksa
PERHENTIAN POSTCARDBOOK
Copyrights 2015 by Fur Zine All Rights Reserved Published by Fur Zine
PERHENTIAN POSTCARDBOOK
Copyrights 2015 by Fur Zine All Rights Reserved Published by Fur Zine