Koran Ganeca Pos Edisi Agustus 2016

Page 1


16 Edisi Agustus 2016

LENSA

EDISI

GANECA POS

AGUSTUS 2016

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

2

Penutupan INTEGRASI ITB 2016 GANECAPOS, ITB - Keramaian pada saatpenutupan acara kaderisasi terpusat, INTEGRASI ITB di Sarana Olahraga (Saraga) ITB. Warna-warni himpunan dan unit menghiasi festival INTEGRASI ITB 2016. Mahasiswa baru pun tampak antusias terhadap kehadiran massa kampus tersebut. (YS)

CAMPUSPOLITAN PKM ITB, Ketulusan yang berbuah Emas

9

KOLOM & OPINI Adrenalin Kemahasiswaan Kita

11

IPTEK Artificial Intelligence

TAHUN 2016

12

SOSOK Samaun Samadikun di Mata Muridnya

14

SENI & SASTRA Performance INTEGRASI ITB 2016

Salam Redaksi

Dok. Pers Mahasiswa ITB

Dok. Pers Mahasiswa ITB

DIPRODUKSI OLEH:

Dok. Pers Mahasiswa ITB

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, pada Bulan Agustus ini, dalam nuansa kemerdekaan, Koran GANECA POS kembali hadir untuk memenuhi dahaga massa kampus akan berita-berita teraktual dan terpercaya di Kampus ITB. Hadirnya kembali Koran GANECA POS menjawab konsistensi PERSMA ITB di dalam menyampaikan berita ke massa kampus di tengah derasnya arus digital. Pada edisi ini, GANECA POS akan membahas tentang ajang kaderisasi terbesar di KM ITB yaitu INTEGRASI ITB 2016. Dinamika persiapan INTEGRASI yang penuh dengan tantangan dan perubahan menjadi penghangat berita yang ada di dalam Koran GANECA POS ini. Selain itu, kebijakan rektorat terkait NKRI-P dan Osjur 10 hari baru-baru ini menjadi pembahasan lain di dalam Koran Ganeca Pos. Persiapan PON XIX dan kabar penggusuran warga sekiaar PT KAI ternyata tak kalah hangatnya untuk dibahas di dalam Koran ini. Tak hanya berita saja, terdapat ulasan santai mengenai film 3 Srikandi yang menjadi bacaan bagus untuk penikmat film Indonesia. Tidak hanya berfokus pada koran, namun GANECA POS hadir lebih dekat dan lebih cepat untuk menyampaikan informasi kepada massa kampus melalui media website ganecapos.com. Media sosial berupa jejaring facebook, twitter, line@, dan youtube menjadi kanal penyalur informasi kepada pembaca setia GANECA POS. Pada edisi Agustus ini, PERSMA kembali menghadirkan inovasi baru berupa kanal Instagram yang akan menyampaikan foto-foto pemberitaan ter-update seputar isu di Kampus ITB. Kami juga menerima karya dari massa kampus berupa opini, puisi, dan cerpen. Semoga dengan kehadiran Koran GANECA POS Edisi Agustus 2016, kita semakin tercerahkan dan tercerdaskan. Salam hangat, Pemimpin Redaksi Ganeca Pos

Festival INTEGRASI ITB 2016

Berlangsung Meriah, Feedback Massa Kampus Sangat Diharapkan Festival Integrasi ITB 2016 yang berlangsung pada Sabtu (20/08) lalu disambut berbagai komentar maupun saran perbaikan, baik dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) maupun mahasiswa baru ITB angkatan 2016. Lokasi dan informasi yang simpang siur menjadi keluhan utama UKM. Festival yang diadakan pada hari terakhir Integrasi ITB 2016 merupakan mata acara pengganti Open House Unit (OHU) yang biasa dilaksanakan pada akhir minggu pertama perkuliahan. Berbagai penyesuaian dilakukan oleh panitia telah dilakukan, seperti pengarahan peserta, penataan lokasi, hingga koordinasi pendaftaran unit dengan mengumpulkan formulir daring (online) dalam tautan kmitb.top/ daftarunit. Walaupun dibayangi oleh berbagai kekhawatiran di awal

sosialisasi mata acara ini, festival mampu menarik perhatian mahasiswa baru untuk mengunjungi berbagai stand UKM yang berpusat di lapangan basket dan tenis Saraga. Mahasiswa baru yang sebelumnya menikmati tiga hari pertama Integrasi dengan berbagai pemaparan materi mengaku merasa bebas di hari terakhir Integrasi untuk mengeksplor euforia tiap unit yang memiliki ciri khasnya masing-masing. Tio Lubis, mahasiswa FMIPA angkatan 2016, mengaku merasakan euforia kemeriahan ketika berkeliling melewati berbagai stand unit. Namun, mahasiswa yang berasal dari Medan ini mengaku hanya mampu menikmati dua penampilan di panggung utama karena banyak yang ditawarkan dalam festival namun tidak bisa melihat semuanya. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Age, mahasiswa

baru SBM angkatan 2016, “Festival-nya seru sih, rame. Ya paling ngerasa panas aja”. Sambil berteduh di bawah pohon dekat kursi penonton lapangan utama, Age langsung menanggapi dengan komentar “Rame sih, tapi makanannya mahal, hehe.. tapi seru kok”. Ia mengaku tertarik untuk mengikuti kegiatan unit, asalkan tidak mengganggu kegiatan akademiknya Kemeriahan yang sama juga diakui oleh M. Ilham Sobirin dari Pramuka ITB. “Lebih keliatan padet, lebih berisi, lebih variatif dari yang sebelum-sebelumnya”, ujar Ilham. Walaupun lebih ramai, Ilham mengaku para mahasiswa baru yang mendaftar di stand Pramuka ITB terlihat sedikit bertanya namun langsung mendaftarkan diri saat itu juga. Selain pelaksanaan, unit-unit turut memerhatikan proses persiapan dan mengaku puas den-

gan panitia yang lebih responsif dari tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan oleh Kelvin Fadillah dari Unit Kebudayaan Melayu Riau (UKMR) ITB. “Oh, (komunikasi dengan panitia, -red) lancar. Karena kami disini kan unit yang berbasis kekeluargaan, jadi kami harus kenal satu sama lain dulu baru bisa komunikasi dengan baik,” tutur Kelvin. Lokasi Festival Dikeluhkan

Keluhan yang dijumpai pada mahasiswa baru maupun peserta pameran unit/himpunan dan stand makanan yakni penempatan stand yang cukup merugikan tiap pihak. Kevin menyatakan penempatan panggung di juring utara lapangan utama Saraga yang jauh dari konsentrasi massa di lapangan basket dan tenis maupun lapangan futsal (bersambung ke halaman 5)


2

15

Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

Edisi Agustus 2016

Fakta Kehilangan

Mahasiswa Diminta Waspada Dengan Barang Pribadinya GANECA POS, ITB – Kehilangan dan penemuan barang sering terjadi baik di dalam maupun di luar lingkungan ITB. Mahasiswa tak jarang menjadi korban kehilangan barang. Mulai dari dompet, telepon genggam (HP), laptop, hingga kunci kendaraan tidak pernah absen selama beberapa tahun terakhir. Dalam beberapa kasus, kehilangan barang juga bisa disebabkan pencurian oleh pihak lain. Terlepas dari kegiatan akademik, mahasiswa sering tidak dapat mencari barang pribadi yang ditinggalkan atau dihilangkan. Oleh karena itu, Satuan Pengamanan yang tergabung dalam UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) ITB ditugaskan untuk mencatat laporan kehilangan dan penemuan barang. Selain itu, ketika barang yang hilang telah ditemukan, satuan ini akan menghubungi pihak yang kehilangan barang. Berdasarkan data tahun 2014 hingga medio 2016, peristiwa kehilangan dan penemuan barang mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini ditandai dengan adanya lapo-

ran kehilangan barang sejumlah 148 di tahun 2014 dan meningkat hingga 294 kasus di tahun 2015. Meskipun demikian, kasus kehilangan ini diyakini UPT K3L akan turun di tahun 2016, mengingat upaya preventif telah dilakukan pihak ITB dan mahasiswa. Menurut Pak Nana Hartono, salah satu petugas yang bertanggung jawab atas laporan kehilangan dan penemuan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peristiwa kehilangan dan penemuan ini selalu terjadi di kampus ITB. Faktor pertama adalah mahasiswa yang terledor terhadap barang. Statistik yang dihimpun oleh UPT K3L menyebutkan bahwa laporan yang paling banyak terjadi adalah kasus kehilangan dompet dan HP. Nana kemudian menjelaskan, kasus kehilangan ini seringkali diawali dengan kebiasaan mahasiswa yang sering menaruh barang berharga di sembarang tempat. Beberapa lokasi yang kerap menjadi tempat hilang nya barang adalah kawasan KKP, Gerbang Utama, dan ATM Center.

Faktor kedua adalah sifat mahasiswa ITB yang tidak peka terhadap sekitarnya. Hal ini tercermin dalam sebagian kasus yang terjadi di awal 2015. Saat itu, terdapat sekelompok mahasiswa yang berkumpul di bangku GKU barat. Seorang diantaranya menitipkan laptop pada temannya sebelum pergi ke ATM terdekat. Namun, ketika dia kembali, tas yang berisi laptopnya sudah tidak ada di tempat. Teman yang dititipkan pun tidak menyadari ke mana hilangnya tas berisi laptop tersebut. Selain keteledoran tersebut, faktor selanjutnya adalah adanya kesempatan untuk dicuri. Mahasiswa ITB sering kali terlalu percaya pada orang lain. Dalam sebuah kasus, seorang mahasiswa kehilangan HP setelah menitipkannya pada seseorang yang dianggapnya sebagai petugas barang penitipan. Bahkan di tahun 2015 didapatkan bahwa kehilangan termarak terjadi di area mushola. Hal ini diduga oleh Pak Nana akibat beberapa mahasiswa percaya bahwa orang yang ada di mushola adalah orang baik yang ingin sholat.

Padahal, sempat ditemukan pelaku pencurian yang juga suka memasuki mushola di Perpustakaan maupun Masjid Salman. Untuk mengatasi rawannya kehilangan ini, UPT K3L telah memasang CCTV di area-area rawan kehilangan termasuk memonitor area tersebut melalui petugas-petugas keamanan. Selain itu, UPT K3L juga sudah bekerja sama dengan pihak Kepolisian bila kasus yang terkait pencurian tidak bisa diselesaikan oleh Komisi Kedisiplinan dibawah naungan ITB. Namun, diungkapkan kembali oleh Pak Nana, penindaklanjutan kehilangan akibat pencurian sebaiknya diselesaikan di internal ITB dalam hal ini Komisi Kedisiplinan, bergantung pada korban dan pelaku pencurian (baik itu dosen maupun mahasiswa). Petugas Satuan Pengamanan ini juga mengingatkan bahwa tugas satuan pengamanan hanya menampung laporan kehilangan dan penemuan barang, mengamankan barang-barang yang ditemukan, menghubungi korban kehilangan,

serta mengamankan pelaku pengambilan barang. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran mahasiswa untuk tetap siaga dan lebih peka terhadap keadaan sekitar. Beberapa contohnya adalah mengecek daftar identitas pemilik barang hasil penemuan yang biasa dipajang di depan kantor serta mengecek sepeda yang diamankan petugas. Nana dan jajarannya bahkan menemukan mahasiswa yang mengambil barangnya setelah diamankan selama satu tahun. Pak Nana berpesan agar mahasiswa dapat membantu kinerja satuan pengamanan dengan memberikan saran seperti bagaimana sebaiknya pengamanan sepeda atau pengamanan di mushola. Bahkan, beliau juga berharap didirikannya unit sepeda sehingga mahasiswa dapat membantu mengelola sepeda-sepeda alumni ataupun sepeda yang dalam beberapa waktu tidak diambil oleh pemiliknya. (LPVD/YS)

MENGGUGAH PERS MAHASISWA ITB

PKM ITB

KETULUSAN YANG BERBUAH EMAS GANECA POS, ITB – Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil meraih peringkat 5 dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXIX 2016 yang berlangsung pada 7-12 Agustus 2016 di Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat. Prestasi ini merupakan titik balik dari pencapaian tim ITB yang terus menurun dari Juara Umum II di tahun 2009 hingga peringkat xx di tahun 2015 lalu. Peringkat 5 dicapai tim ITB dengan merebut 1 medali emas, 1 medali perak, dan 4 medali perunggu dari tujuh tim yang berhasil lolos PIMNAS. Medali emas diraih oleh tim PKM-M yang beranggotakan Jonathan Pribadi (EP’12), I Wayan Kurniawan Aditya W. (EP’12), Diardano Raihan (EL’12), dan I Wayan Palguna Krisnadi (EP’13) dengan produk berupa situs bernama ngebuat.com. PKM sebagai Jalan Mengabdi dan Berwirausaha Diar mengungkapkan bahwa selama menjadi mahasiswa, terdapat banyak jalan untuk mencoba berkreasi tanpa memikirkan modal. Salah satunya adalah PKM (Program Kreativitas Mahasiswa). Sembari berkelakar, disebutkan bahwa ide PKM-M ini berawal di tahun ketiga mereka dengan Wawan, panggilan akrab I Wayan Kurniawan Aditya W.,

sebagai penggagas utama. Gagasan ini awalnya masuk ke tahap perancangan business plan dengan anggota Wawan, Alvin, Diar, serta Ignatius Alberstan. Namun, setelah beberapa waktu, mereka sempat mengalami pergantian anggota hingga situs ngebuat.com terealisasikan di PKM. ngebuat.com adalah salah satu karya wirausaha yang unik. Dibandingkan berjualan produk jadi, Diar dkk membuka situs berbasis swakarya atau biasa disebut DIY (Do It Yourself) yang menyediakan tutorial pembuatan barang yang terbagi ke dalam empat kategori, yaitu teknologi, dekorasi, makanan, dan kerajinan tangan. Selain itu, situs ini juga juga menyediakan jasa pembelian bahan yang bekerja sama dengan UKM (Usaha Kecil Menengah). Sehingga, masyarakat yang ingin berinovasi lebih mudah dalam membeli bahan. Selain itu, tim ngebuat.com adalah tim yang socio-technopreneur. Dalam hal ini, tim lebih fokus kepada penyelesaian masalah masyarakat dengan solusi berbasis IT. Tim ini ingin menjadi komunitas yang menyediakan media informasi terpercaya dalam hal instruksi dan tutorial inovasi karya dari seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, tim ini berencana berkeliling Indonesia untuk menampung aspirasi dan kreativitas dari

masyarakat Indonesia. Menurut mereka, yang diperlukan dalam mengikuti PKM adalah ketulusan. Meskipun termasuk kelompok wirausaha, tim ini tetap memprioritaskan penyelesaian masalah masyarakat. Dalam hal ini, mereka ingin mengubah paradigma konsumtif masyarakat kini menjadi masyarakat Indonesia yang mandiri dan penuh karya. Karena diawali ketulusan, mereka memiliki niat untuk mengembangkan program ini secara berkelanjutan. Oleh karena itu, meskipun telah memenangkan PIMNAS, mereka menargetkan terciptanya paten logo, buku kompilasi satu juta karya/tahun, serta masuk ke dalam 1000 start-up digital di tahun 2020. Inti yang ingin disampaikan oleh Diar yakni mahasiswa selalu berangkat dari ketulusan. Kemenangan adalah sebuah bonus yang diberikan Tuhan. Mereka juga mengungkapkan program yang sukses dilihat dari seberapa besar kebermanfaatan program tersebut ke masyarakat, terlepas dari program tersebut wirausaha ataupun tidak. Sehingga, meski mereka sedang menjalani PKM-M sekalipun, omzet dapat menjadi prioritas kedua. Diar kembali mengungkapkan bahwa seluruh perjalanan yang sukses memerlukan kerja keras. Sebelum PIMNAS, mereka telah dilatih

Kerabat Pers Mahasiswa ITB Berfoto bersama

Mengadakan acara gathering dan syukuran wisuda Kerabat Persma ITB

Pers mahasiswa ITB didirikan pada 14 April 2001 dengan dimotori oleh sepuluh mahasiswa. Pada awalnya, produk yang diterbitkan oleh Persma adalah majalah EDUTREND, majalah yang menitikberatkan pada pendidikan dan diperjualbelikan di toko buku seperti Gramedia. Pada tahun 2006, majalah EDUTREND digantikan oleh Eureka yang dibagikan di dalam kampus. Namun, Persma pernah mengalami vakum. Selanjutnya sejak tahun 2007, Persma kembali bangkit dan mulai rutin untuk menerbitkan Koran GANECA POS dengan tagline “Mencerahkan, Mencerdaskan” yang akan diterbitkan satu bulan sekali. Koran GANECA POS tersebut memiliki 16 halaman dengan berfokus pada isu-isu campuspolitan. Untuk mendukung kemudahan pembaca mendapatkan akses berita dari GANECA POS, maka saat ini Persma telah memiliki media penyalur lainnya yaitu berupa website ganecapos.com, twitter @ganecapos, facebook, line@, channel Youtube, dan kini Instagram menjadi jawaban terhangat dari inovasi bentuk media penyalur informasi di GANECA Menikmati alam bebas - selain melakukan aktivitas jurnalistik, Pers Mahasiswa ITB POS. juga mengadakan berbagai agenda refreshJurnalis Kampus Tidak Hanya Sekedar Menulis Lewat Berita Menulis adalah cara termudah untuk menyimpan peristiwa dan modal terpenting bagi ing mempererat keakraban antarkerabat seorang jurnalis, terutama jurnalis kampus. Dinamika yang terjadi secara cepat adalah tantangan bagi seorang Pers Mahasiswa di dalam melaksanakan tugas dan perannya di dalam mencerahkan dan mencerdaskan kehidupan kemahasiswaan. Tugas dan peran utama dari seorang jurnalis kampus adalah kepekaan untuk mencari kebenaran dan menyampaikan kembali kepada pembaca yang sebagaian besar adalah mahasiswa. Namun, menulis tidak selalu menjadi paten yang harus dikuasai oleh seorang jurnalis. Keterampilan mengolah foto dan video, membuat ilustrasi, mengolah data litbang, mengelola keuangan usaha media, maupun membuat karya sastra adalah warna yang dimiliki dan dapat dikembangkan oleh setiap individu. Warna-warna tersebut juga terdapat di dalam Persma. Pers Mahasiswa ITB yang terdiri dari beberapa divisi yang memiliki tugasnya Pers Mahasiswa ITB mengadakan acara masing-masing. Young Journalist Summit Sehingga, layak rasanya bagi individu yang ingin berkembang dalam bidang di atas dapat menjadi bagian dari Pers Mahasiswa ITB! Jangan ragu utuk bergabung bersama Pers Mahasiswa ITB!

DOK. KANTOR BERITA ITB

oleh Kak Ubai selaku alumni dan pemerhati PKM ITB, Satgas PKM, serta Lembaga Kemahasiswaan (LK) ITB yang telah mendukung mereka. Berbagai saran telah diberikan hingga tim ngebuat.com berhasil mengemas ide ini dengan teknik presentasi talkshow yang memikat hati juri hingga memenangkan medali emas presentasi. Dari hal ini, mereka mengungkapkan keuntungan mengikuti PKM. Dari PKM, mereka dapat melatih

kemampuan komunikasi baik dari teknik berbicara, teknik mendengarkan, hingga pengetahuan yang diakui tidak pernah terlintas dipikiran di dalam kelas. Mereka mengakui kemampuan tersebut sangat membantu ketika wawancara kerja. Mereka juga mengingatkan bahwa mahasiswa perlu mengasah softskill terutama komunikasi. Sebab tanpa softskill, mahasiswa takkan bisa menjadi seorang pemimpin. (LPVD)

GANECA POS terbit sejak tahun 2007

GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan

Pemimpin Umum M. Bayu Pratama Pemimpin Redaksi Muhammad Rezky Redaktur Pelaksana Mery Ayu. W Editor in Chief Muhammad Rezky Reporter Muhammad Rezky, Afif Hamzens, Mery Ayu. W, Melati Puspadewi, M. Mahendra. P, Luh Putu Viona. D, Mutia Aristawidya, Nazifatul Azizah, Yusrina Sabila, Siti Nurfaizah Khoirunnisa, Muhammad Reza Fahlevy, Rima Amelia. S, Vania Elliya A.W., Ummi Azizah, Nahayuk Kresnawati, Muhammad Fauzan Al Ghifary, Prihita Eksi Cahyandari, M. Nur Badruddin, M. Fikri R. Ardi Rubrik Lensa Muhammad Rezky, Yusrina Sabila Layouter Yusrina Sabila, Luh Putu Viona. D, Prihita Eksi Cahyandari Illustrator Basyarayni Mawla Fatha Marketing Nudiya Salsabila, Khayima Arnisti


13

4 Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

Program Khusus ITB

Mahasiswa “Spesial” di Tengah Kemahasiswaan ITB

GANECA POS, ITB – Dalam proses penerimaan mahasiswa baru tahun 2016 ini, ITB tidak hanya menerima mahasiswa sarjana program regular, namun kali ini menerima beberapa mahasiswa yang dapat dikategorikan sebagai kasus khusus dalam status kemahasiswaannya di ITB. Ditambah lagi, ITB membuka program seperti D3 Metrologi, mahasiswa ITB Cirebon, dan mahasiswa kelas internasional. Lantas, seperti apa status kemahasiswaan mereka saat ini? D3 Metrologi Program ini bukanlah program reguler yang diadakan oleh ITB, melainkan program kerja sama dengan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Padahal, dalam rencana sebelumnya ITB tidak akan menerima mahasiswa program D3 setelah mahasiswa D3 Metrologi ITB angkatan 2013 menjalani wisuda pada awal Agustus 2016 lalu. Selama ini, yang menjadi anggota KM ITB adalah mahasiswa S1 ITB. Sehingga, mahasiswa D3 bukan merupakan anggota KM ITB. “Mereka tidak memiliki hak yang sama seperti anggota KM ITB (mahasiswa S1) seperti keikutsertaan pada Pemilu Raya (Pemira) Presiden KM ITB.” ujar Fadil Kusuma, Ketua Komisi Perbaikan Sistem Kongres

KM ITB sekaligus Senator dari Mahasiswa Teknik Industri (MTI) ITB. Walaupun begitu, mahasiswa D3 tercatat beberapa kali menjadi bagian dari kepengurusan KM ITB. Pihak kongres sendiri mengkonfirmasi bahwa diperlukan pembahasan yang panjang mengenai posisi D3 di KM nantinya. Salah satu alasannya adalah masuknya D3 menjadi anggota KM ITB akan mengubah isi dari AD/ ART KM ITB. ITB Cirebon ITB memberi kesempatan pada peserta SBMPTN yang memilih namun tidak lolos ITB untuk menjadi bagian dari mahasiswa ITB. Selan-

jutnya, mahasiswa program ini akan menjalani kegiatan perkuliahan di Cirebon. Perlu diketahui bahwa mahasiswa Cirebon bukanlah mahasiswa ‘buangan’, karena nilai SBMPTN terendah mahasiswa Cirebon hanya dua angka di bawah rata-rata nilai SBMPTN mahasiswa Universitas Indonesia tahun ini. Saat ini, mahasiswa baru ITB Cirebon menjalani masa TPB di kampus ITB Jatinangor. Gedung kuliah di Kampus Cirebon sendiri belum dibangun walaupun lahannya telah disediakan. Hingga saat ini, Senator Fadil belum mampu memjawab di mana mahasiswa Cirebon akan berkuliah di tahun kedua. “Hal itu menunggu keputusan sidang MWA”. Ia menyatakan bahwa mahasiswa ITB Cirebon merupakan anggota KM ITB dan mereka memiliki hak yang sama dengan mahasiswa ITB lainnya. Mahasiswa Kelas Internasional Sebelumnya, kelas internasional ITB hanya dibuka untuk mahasiswa berkewarganegaraan asing (kecuali kelas internasional dibawah naungan SBM ITB). Mulai tahun 2016 ini, kelas internasional dibuka untuk mahasiswa WNA maupun WNI. Pendaftaran kelas internasional dilakukan oleh ITB di laman usm.itb. ac.id untuk lima program studi sarjana, yaitu Sains dan Teknologi Farmasi, Farmasi Klinik dan Komunitas, Teknik Kimia, Teknik Industri, dan Manajemen. Mahasiswa S1 kelas internasional merupakan anggota KM ITB, sehingga memiliki hak yang

sama seperti mahasiswa S1 ITB lainnya. Namun, ada pengecualian terhadap mahasiswa asing. Mahasiswa asing tidak diperbolehkan menjadi pemimpin di badan-badan KM ITB, namun memiliki hak menjadi pengurus KM ITB beserta hak-hak anggota KM ITB lainnya. “Saya tidak melihat adanya poin yang merujuk pada larangan pada mereka untuk menjadi Menteri di KM ITB”, ujar Fadil. Mahasiswa Program Afirmasi ITB Setiap tahunnya mengikuti peraturan pemerintah, ITB menerima mahasiswa program afirmasi. Untuk tahun ini, ada 25 mahasiswa afirmasi baru yang menjadi bagian dari ITB. Selama ini, banyak mahasiswa afirmasi ITB yang berguguran di masa TPB. Pihak kampus sendiri telah menyatakan bahwa mereka tidak memberikan perlakuan khusus pada mahasiswa afirmasi, sehingga selama ini mahasiswa afirmasi mendapat perhatian khusus dari KM ITB. Untuk membantu para mahasiswa dalam kegiatan akademiknya, KM ITB menyediakan tutor bagi mahasiswa afirmasi. Selain itu, KM ITB juga menjembatani mahasiswa afirmasi agar mampu menyesuaikan diri dengan kultur kemahasiswaan di ITB. Sama seperti mahasiswa S1 lainnya, mahasiswa afirmasi merupakan anggota dari KM ITB. (NK/NS)

NKRI-P Menjadi Acuan Tambahan Kaderisasi GANECA POS, ITB – Beberapa bulan yang lalu, Rektorat ITB mengeluarkan ‘program’ pengembangan karakter mahasiswa yang sempat menimbulkan respon beragam dari kalangan massa kampus, yang bernama NKRI-P. NKRI-P yang merupakan singkatan dari Nasionalisme, Kreativitas, Respek, Integritas, dan Prestasi, dinilai memiliki nilai-nilai penting bagi lulusan ITB yang diharapkan memiliki karakter untuk siap terjun ke masyarakat. Program ini kemudian dianggap dapat menimbulkan polemik tersendiri. Acuan pelaksanaan kaderisasi di ITB telah diatur secara legal dalam Konsepsi KM-ITB dan Rancangan Umum Kaderisasi (RUK) KM ITB. Nilai-nilai yang diharapkan ada pada tiap mahasiswa di tingkat-tingkat tertentu telah dirumuskan dengan detail dalam RUK dan menjadi pedoman kaderisasi seluruh lembaga kemahasiswaan di ITB, baik

dalam himpunan mahasiswa jurusan maupun unit kegiatan mahasiswa. Munculnya NKRI-P ini dikhawatirkan dapat menimbulkan kebingungan massa kampus mengenai pedoman mana yang harus digunakan. Isu ini menjadi semakin menarikseiring dengan dilaksanakannya ajang kaderisasi terbesar di kampus ITB, yakni kaderisasi awal terpusat. Kaderisasi awal terpusat yang diberi nama Integrasi ITB 2016 ini seharusnya menjadi kaderisasi pertama yang menggunakan NKRI-P sebagai pedoman dalam mengkader mahasiswa baru ITB angkatan 2016. Namun, sejauh mana pihak Integrasi telah menggunakan pedoman karya rektorat ini dalam perencanaan materinya? Ketua Divisi Materi dan Metode Integrasi ITB 2016, Aditya Purnomo Aji (PL’13), mengatakan bahwa pada awal penyusunan materi dan metode, RUK tetap menjadi acuan utama ke-

giatan. Lewat Integrasi, diharapkan beberapa poin dari RUK Tingkat 1 mampu dicapai oleh para mahasiswa baru. Namun, Integrasi ternyata juga memakai NKRI-P dalam perancangan materi dan metodenya, terutama pada poin ‘R’ (Respect). Poin ini dipilih karena dianggap paling sesuai dengan tema yang diusung oleh panitia sendiri di tahun ini, yaitu “Empati Untuk Negeri”. “Empati ini kan gimana agar mereka bisa merasakan apa yang orang lain rasakan sehingga bisa menghargai orang lain. Maka poin yang paling cocok untuk digunakan adalah poin Respect,” jelasnya. Sebenarnya, NKRI-P lebih ditempatkan sebagai acuan tambahan dalam penyusunan materi dan metode kegiatan. NKRI-P digunakan sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan apa yang ingin dibawa oleh panitia sendiri. Adit menambahkan, pihak rektorat sendiri tidak terlalu

menanyakan secara detail tentang materi yang dibawa oleh Integrasi, namun tetap menginginkan adanya konsep NKRI-P dalam kegiatan kaderisasi mahasiswa. “Waktu kita audiensi ke rektorat, mereka cukup memastikan kalau setidaknya ada korelasinya ke NKRI-P,” ujar Adit. Secara pribadi, Adit menyambut baik NKRI-P sebagai bentuk perhatian rektorat. Dirinya juga berpendapat bahwa kebingungan yang muncul di massa kampus kemungkinan terjadi karena adanya dualisme pedoman kaderisasi di ITB ini bisa diatasi dengan baik. “NKRI-P ini dijadikan satu koridor frame aja. Dia (NKRI-P) ini cukup luas sih sebenarnya,” ujar Adit. “Dan NKRI-P ini juga nggak membatasi kok terhadap materi yang kita susun.” Menurut Adit, RUK dan NKRI-P tidaklah bertentangan. Pada

dasarnya keduanya cukup mirip, hanya memiliki pebedaan dalam penggunaan bahasanya. Akan tetapi, dia bependapat RUK merupakan pedoman yang lebih siap pakai untuk kaderisasi awal tepusat berikutnya. Hal ini dikarenakan RUK telah dibuat secara mendetail dan terperinci, sedangkan NKRI-P masih berbentuk sangat umum dan begitu luas. Baik RUK maupun NKRI-P sendiri tidak dijelaskan secara eksplisit kepada mahasiswa baru. Keduanya hanya disisipkan dalam materi yang disampaikan. Hal ini yang sangat memungkinkan membuat mahasiswa baru tidak mengetahui tentang RUK dan NKRI-P. Keduanya hanya dijadikan materi tambahan yang dijelaskan apabila ada mahasiswa baru yang ingin bertanya. Namun dalam rancangan materi yang disampaikan, keduanya tidak disebutkan secara langsung. (AH/PEC)

Edisi Agustus 2016

RESENSI FILM

3 Srikandi

Reinkarnasi Robinhood Indonesia

Poster film 3 Srikandi

Mengangkat kisah nyata dari 3 atlet panahan Indonesia di Olimpiade London 1988, sang sutradara Imam Brotoseno sukses menghadirkan film-film sejarah Indonesia yang berbeda dari pendahulu-pendahulunya. Melalui unsur dramatisasi yang tidak terlalu berlebihan, film ini juga berhasil membuat penonton terhanyut dalam kisah-kisah dalam film tersebut. Seperti film Indonesia pada

umumnya, 3 Srikandi tidak memberikan sesuatu yang spesial dari penyajian efek visualnya. Film ini masih mengandalkan unsur drama yang kuat dipadu dengan setting cerita dan tentu saja peran dari aktor-aktor terkemuka Indonesia. Walaupun begitu, film ini terasa cukup istimewa karena akting para pemainnya yang patut diacungi jempol. Penggunaan latar tempat, pakaian, dan makeup juga memperkuat suasana tahun 1988 yang menjadi latar belakang film ini. Pada awal film, kehadiran Reza Rahardian yang memerankan Donald Pandiangan yang mentransformasikan dirinya menjadi sosok yang keras kepala dan arogan berhasil menghiptonis penonton untuk tetap terhanyut dalam film. Pemilihan Reza Rahardian sebagai aktor utama juga merupakan keputusan yang tepat, melihat aktingnya yang sangat dalam pada film ini. Selain itu, kehadiran trio Bunga Citra Lestari, Tara Basro, dan Chelsea Islan juga membuat

film ini lebih hidup. Dengan tiga karakter berbeda yang dibawakan, mereka bertiga sukses melengkapi peran Reza Rahardian sebelumnya. Harus diakui dari ketiga perempuan cantik tersebut, Chelsea Islan yang memerankan Lilies sukses mencuri perhatian dengan lelucon-lelucon nyeleneh yang tidak berlebihan dan tentu saja dibalut dengan aksen jawanya yang khas. Peran menjadi seorang atlet panahan ternyata dapat diperankan dengan baik oleh tiga orang tersebut. Walaupun mereka sama sekali tidak tertarik dan tidak berbakat dalam bidang panahan, namun dengan usaha dan kerja kerasnya mereka berhasil memerankan peran tersebut dengan maksimal. Film 3 Srikandi hadir bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi seakan menyentil dunia olahraga Indonesia yang lama kelamaan prestasinya makin menurun, khususnya cabang panahan. Melalui film ini, kita juga dapat melihat kehidupan

Salah satu scene dalam film 3 Srikandi

keras seoarng atlet yang harus memperjuangkan cita-citanya walaupun terkadang bertentangan dengan keinginan lingkungan sekitarnya. Film yang dikategorikan untuk semua umur ini sangat cocok untuk ditonton oleh semua kalangan terutama anak-anak dan para remaja yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Kemasan ringan di film ini juga membuat semua orang yang menontonnya pasti paham dengan apa yang ingin disampaikan oleh

film tersebut. Jadi tunggu apalagi, bagi kamu yang masih menganggap film Indonesia masih kurang beken dibanding film dari luar negeri, luangkanlah waktumu selama 122 menit untuk menonton film ini sebagai pembuktian bahwa film lokal masih memiliki nilai-nilai lebih yang dapat dipetik bagi kehidupan sehari-hari. (MRF)

KULINER

Empat Bakso Fenomenal di Bandung Kota Bandung memang dikenal sebagai kota yang menyajikan berbagai wisata bagi penduduk maupun pendatang. Wisata kuliner merupakan salah satu andalan pariwisata kota yang selalu menarik perhatian, karena faktor budaya sunda maupun beragam adaptasi kuliner yang modern. Walaupun bukan makanan asli sunda, bakso merupakan salah satu jenis makanan yang sering dijumpai di Bandung. Mulai dari batagor (bakso tahu goreng), mie, dan berbagai kuliner lainnya dapat dijumpai di Bandung. Dibalik bentuk yang sederhana, bakso merupakan salah satu makanan yang memiliki banyak potensi untuk dibuat menjadi berbagai variasi makanan, baik dari segi ukuran maupun isi bakso itu sendiri. Dari beberapa tempat pedagang bakso di Kota Bandung, kami menemukan berbagai macam bakso jumbo (berukuran besar) yang layak Anda coba. Tidak hanya berukuran besar, keempat bakso yang ada di atas juga memiliki cita rasa yang menggugah selera.Tertarik? (RAS/UA)

1

Bakso Solo Condong Raos

Bakso super jumbo berukuran 1.5kg ini biasa dijuluki dengan nama “Bakso Istighfar”. Bakso Solo Condong Raos telah memiliki 10 cabang di Bandung, antara lain di belakang Bandung Trade Center, Cimahi, Jalan Sangkuriang Atas, Jalan Sunda, Jalan Babakan Ciparay, dan Soreang. Kepopuleran bakso ini membuat sang pemilik Bakso Solo Condong Raos memberikan tantangan kepada para pelanggan dengan ketentuan: jika Anda dapat menghabiskan satu porsi ‘Bakso Istighfar’ sendirian dalam waktu satu jam, maka Anda tak perlu bayar alias gratis. Tertarik mencoba?

2

Bakso Ojo Dumeh Bertempat di Cikuda, Jatinangor, berjarak sekitar 5-10 menit dari Universitas Padjajaran Jatinangor, Bakso Ojo Dumeh memiliki ukuran yang tak kalah besar dibanding ‘Bakso Istighfar’. Tekstur bakso yang lembut dan daging yang begitu terasa membuat bakso ini sangat populer di semua kalangan, baik anak–anak maupun orang dewasa. Terlebih ketika musim hujan, Bakso Ojo Dumeh ini selalu laris hanya dalam beberapa jam. Penasaran?

3

Bakso Rudal Katapang

Bertempat di Cikuda, Jatinangor, berjarak sekitar 5-10 menit dari Universitas Padjajaran Jatinangor, Bakso Ojo Dumeh memiliki ukuran yang tak kalah besar dibanding ‘Bakso Istighfar’. Tekstur bakso yang lembut dan daging yang begitu terasa membuat bakso ini sangat populer di semua kalangan, baik anak–anak maupun orang dewasa. Terlebih ketika musim hujan, Bakso Ojo Dumeh ini selalu laris hanya dalam beberapa jam. Penasaran?

Bakso yang mengandung kata “anggrek” di namanya ini bukan berarti bakso ini berbentuk seperti bunga anggrek, melainkan karena lokasinya yang berada di Jalan Anggrek, Cihapit, tidak jauh dari Gedung Sate Bandung. Warung bakso ini mulai buka dari pukul 09.00 hingga 19.00 WIB. Bakso Rudal Anggrek ini berisi daging bertekstur lembut dan beberapa bagian lemak sapi yang membuat bakso terasa semakin gurih.

Bakso Rudal Anggrek

4


6 Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

September mendatang. Ada 44 cabang olahraga yang akan dilombakan pada PON tahun ini, ditambah dengan 10 cabang eksibisi. Sebagian besar cabang olahraga akan dilombakan di Kota Bandung, tetapi daerah-daerah sekitar Kota Bandung, seperti Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Cirebon, turut menjadi penyelenggara beberapa pertandingan. Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Gedebage, pun telah didaulat sebagai lokasi pembukaan PON ke XIX, menggantikan Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, yang sebelumnya juga dicalonkan oleh tuan rumah. Institut Teknologi Bandung tak ketinggalan berpartisipasi dalam menyambut ajang olah raga tersebut. Fasilitas milik ITB akan digunakan untuk menyelenggarakan beberapa cabang olahraga, seperti polo air dan karate yang akan diselenggarakan di Komplek Sasana Budaya Gane-

Merayakan Sejarah Melalui Asian African Carnival 2016

Logo PON XIX dan Peparnas XV Jawa Barat 2016, © PB PON 2016

sha ITB; pencak silat di Graha Laga Satria ITB Jatinangor; Tenis Meja di Graha Tangkas ITB Jatinangor; dan futsal di Lapangan Futsal ITB Jatinangor. Selain ITB, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) turut mendapat kehormatan ini, dengan beberapa cabang olahraga seperti softball putri dan renang yang akan

diselenggarakan di sarana-sarana milik FPOK UPI. Hal ini mendorong kedua institusi untuk merenovasi sarana-sarana tersebut menjelang pelaksanaan PON 2016, yang akhirnya berimbas baik bagi mahasiswa dan mahasiswi masing-masing institusi karena sarana-sarana tersebut akan kembali digunakan sedia kala seusai pelaksanaan PON. Selain PON ke XIX, akan dilangsungkan pula Peparnas (Pekan Paralimpik Nasional) XV 2016. Peparnas merupakan perhelatan serupa yang diadakan khusus bagi atlit berkebutuhan khusus. Pada Peparnas kali ini, sebanyak tiga belas cabang olahraga akan digeluti oleh atlit-atlit dari berbagai provinsi di Indonesia. Ketiga belas cabang olahraga tersebut yakni angkat berat, atletik, badminton, bowling, catur, goal ball, judo, panahan, renang, sepak bola, tenis meja, tenis, dan bola voli.

‘Sakit Hati’ yang Melahirkan PON PON pada mulanya diselenggarakan tatkala Indonesia tidak diperbolehkan mengikuti Olimpiade ke-14 yang diadakan di London, Januari 1948. Ketika itu, paspor Indonesia belum diakui pemerintah Inggris; dan untuk dapat mengikuti perhelatan olahraga terbesar dunia itu, panitia meminta atlit-atlit Indonesia menggunakan paspor Belanda. Hal ini tentu saja ditolak Indonesia dan segera dibahas pada konferensi darurat PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) bulan Mei di tahun yang sama. Bermula dari sakit hati yang berujung pada semangat kebangsaan yang berkobar tersebut, PON pertama diselenggarakan di Surakarta pada 9-12 September 1948. Jika pada mulanya PON dilaksanakan karena rasa kebangsaan yang kuat, semoga saja PON 2016 ini akan mengobarkan kembali semangat itu. (MP)

Nasib Korban Penggusuran PT.KAI

Logo Asia African Carnival 2016, ©PB PON 2016

Pemerintah Kota Bandung kembali menggelar perhelatan tahunan Asian African Carnival. Tepat pukul 14.00 WIB pada Minggu (14/06), Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung dan ‘pasukan’nya tiba di Jalan Asia Afrika untuk menyaksikan dan langsung membuka acara tersebut dengan pemukulan gendang, pelepasan burung merpati dan balon, serta diikuti tarian rampak gendang oleh beberapa penari wanita. Selain itu, di awal acara dilakukan pembacaan dasasila bandung, buah dari Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955, dipimpin langsung oleh Ridwan Kamil dan diikuti oleh warga Bandung yang hadir menyaksikan parade. Perhelatan internasional Asian African Carnival 2016 mengangkat tema “The Birds of The World”, sesuai dengan logo dari kampanye “Wonderful Indonesia” gagasan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia yang diadaptasi dari burung garuda. 33 peserta berpartisipasi dalam parade kostum dan pertunjukkan. Rangkaian parade dibuka oleh sekelompok marching band dan pasukan paskibra yang membawakan 110 bendera negara-negara yang berpartisipasi dalam KAA tahun 1955. Tidak hanya peserta lokal, karnaval tahun ini juga didukung oleh tamu-tamu delegasi dari negara seperti Singapura, Myanmar, dan India. Mereka tampil maksimal dalam

membawakan budaya negara mereka dan semangat perdamaian antarnegara. Selain memperingati konferensi historis yang pernah diselenggarakan di Bandung 61 tahun lalu, ajang Asian African Carnival juga menjadi wadah berkreasi para designer dan seniman lokal. Karena selain berparade, penampilan mereka juga dikompetisikan. Saat parade berlangsung, Jalan Asia Afrika dipadati pengunjung, baik warga lokal maupun mancanegara. Mereka antusias melihat parade dan pertunjukkan yang disajikan di panggung. Kesulitan sempat dihadapi ketika petugas harus mengatur massa yang terus bertambah jumlahnya, namun pada akhirnya parade berlangsung aman dan lancar. 33 peserta memakan waktu hanya satu jam berparade di sepanjang jalan dan melakukan beberapa seremonial atau persembahan di beberapa titik historis, seperti di depan Gedung Merdeka dan di atas panggung, berhadapan langsung dengan walikota yang akrab disapa Kang Emil. “Harapan saya, semoga acara ini bisa lebih menguatkan persahabatan antar berbagai negara di Asia Afrika, termasuk juga di tahun-tahun berikutnya akan lebih banyak lagi negara-negara yang ikut berpartisipasi,” tutup Atalia Ridwan Kamil, isteri dari Walikota Bandung. (PEC)

Peristiwa Penggusuran di Stasiun Barat (26/07/2016)

Penggusuran paksa warga Stasiun Barat RT. 03 RW. 02 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, yang terjadi pada Selasa (26/07) berlangsung ricuh. Penggusuran terjadi dengan dikerahkannya sekitar 6 lapis keamanan beserta 3 kendaraan water cannon, 2 truk pemadam kebakaran, 2 mobil derek, dan 3 beko (excavator) untuk menghancurkan 53 rumah dan tempat usaha warga. Selasa sekitar pukul 07.00 WIB, drone datang mengelilingi kawasan rumah warga untuk memantau aktivitas warga. Kegiatan pada saat itu seperti hari biasanya, warga yang mayoritas mempunyai usaha kuliner pun menyiapkan dagangannya untuk berjualan. Aparat keamanan yang terdiri dari TNI, Brimob, Polisi, Polisi Khusus Kereta Api (Polsuska), Pengendali Masyarakat (Dalmas), dan Satpol PP datang dengan sigap untuk mengeksekusi lahan tersebut. Eksekusi sempat tertahan karena warga mempertanyakan PT. KAI mengenai surat perintah, namun PT. KAI tidak mempunyai bukti yang

jelas untuk mengakui lahan tersebut adalah milik PT. KAI. Karena massa yang dikerahkan PT. KAI melampaui ribuan massa, warga pun yang awalnya melawan akhirnya pasrah melihat rumah dan usaha mereka ludes dikeruk beko. Saat beko sedang meratakan lahan tersebut, berlangsung kebakaran yang disinyalir terjadi akibat korslet listrik. Pascaeksekusi Penggusuran Karena warga belum menerima proses penggusuran tersebut, warga pun membangun tenda perlawanan di sebelah rumah mereka yang sudah rata dengan tanah pada keesokkan harinya (27/07). Kehidupan di tenda menyebabkan beberapa penyakit yang diderita warga, tidak hanya penyakit pernapasan akibat debu, penyakit psikis turut terjangkit pada anak-anak hingga manula mengenai insiden penggusuran. Perangkat pemerintah dari kelurahan, kecamatan, maupun kota sempat datang untuk menyatakan ketidaktahuan mereka terkait per-

Edisi Agustus 2016

ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Pekan Olahraga Nasional : Berawal dari Sakit Hati GANECAPOS, Bandung - September mendatang, Provinsi Jawa Barat, khususnya Kota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, akan kedatangan sebuah perhelatan akbar. Tentu saja, perhelatan tersebut tak lain adalah PON (Pekan Olahraga Nasional) XIX 2016. PON merupakan perhelatan olah raga yang diadakan setiap empat tahun sekali dan diikuti seluruh provinsi di Indonesia. Jawa Barat ditunjuk menjadi tuan rumah PON 2016 pada Rapat Anggota KONI 2010—dua tahun sebelum PON ke XVIII di Riau diadakan. Jika tidak ada halangan, PON tahun ini dipastikan akan diselenggarakan pada 17–29 September 2016, setelah sebelumnya diundur dari 9–21 September 2016. Pengunduran tersebut disebabkan rencana pelaksanaan PON sebelumnya bentrok dengan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada tanggal 12

11

Dok. Pers Mahasiswa ITB

kara tersebut. Walikota Bandung, Ridwan Kamil, mengadakan mediasi dengan warga yang dilakukan Jumat (29/07) di Pendopo Kota Bandung. Ridwan menjanjikan empat poin dalam mediasi, yaitu masalah bantuan hukum dari pemerintah kota, tempat usaha yang baru, relokasi tempat tinggal, serta peminjaman dana untuk membuka usaha baru. Namun sampai warga direlokasi dari tempat tinggalnya, belum ada kepastian hukum mengenai 4 poin yang dijanjikan oleh Ridwan. Minggu (14/08) warga dipindahkan ke Rusunawa Rancacili dengan 37 unit kamar. Warga yang tidak mendapat unit kamar sebanyak 8 KK direkomendasikan untuk tinggal di bilik tambahan dan sisanya ditampung sementara di ruang PAUD Rusunawa.yang tidak layak pakai dan belum siap digunakan warga. Hingga saat ini belum ada konfirmasi dari pihak PT. KAI mengenai kejelasan kepemilikkan lahan tersebut dan belum ada rencana untuk menyelesaikan masalah penggusuran dengan korban. (VEAW)

Sudah Sejauh Mana Perkembangannya?

Banyak film populer yang mengusung tema artificial intelligence atau kecerdasan buatan (selanjutnya disebut AI), yang akhirnya membuat AI menjadi frasa yang cukup akrab bagi orang banyak. Film-film seperti The Matrix, Terminators, Her, Wall-E dan banyak film lainnya mengangkat atau setidaknya menyinggung konsep AI. Hal tersebut membuat AI menjadi terkesan fiksi bagi kita. Namun, apakah AI benar-benar nyata? Hal mendasar dari AI adalah menciptakan suatu mesin, khususnya sistem komputer yang mampu meniru kemampuan kecerdasan manusia, seperti contohnya kemampuan untuk belajar dan menyelesaikan masalah.

Ada tiga tingkatan dalam AI. Tingkatan yang pertama disebut engan Artificial Narrow Intelligence atau ANI. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah dari AI. Mesin di tingkatan ini mampu menyamai atau melebihi kemampuan manusia dalam satu aspek saja. Tingkatan yang kedua adalah Artificial General Intelligence atau AGI. AGI ini merujuk kepada mesin yang telah mampu menyamai level kecerdasan manusia dalam berbagai aspek. Tingkatan yang ketiga, yaitu tingkatan yang paling tinggi adalah Artificial Superintelligence atau ASI. Tingkatan ini terjadi ketika telah ada suatu mesin yang mempunyai kecer-

dasan jauh lebih tinggi dibandingkan kecerdasan manusia dalam segala aspek. Manusia kini sudah berhasil menciptakan ANI dalam berbagai aspek kecerdasan manusia, dan mesin ini sudah bisa kita temukan dimana-mana. Beberapa contoh dari ANI di antaranya adalah Google Map, Google Translate, Siri, Facebook’s Newsfeed, dan juga sudah merambah berbagai bidang seperti militer dan manufaktur. ANI sudah terdapat dalam berbagai aspek kecerdasan manusia. Manusia sudah berhasil menciptakan mesin yang mampu menghitung perkalian bilangan berdigit banyak dengan cepat, manusia sudah ber-

MOTIVASI Meraih Sukses dengan Menjaga Passion “If a man is called to be a street sweeper, he should sweep streets even as Michelangelo painted, or Beethoven composed music, or Shakespeare wrote poetry. He should sweep streets so well that all the hosts of heaven and earth will pause to say, here lived a great street sweeper who did his job well.” - Dr. Martin Luther King Jr Satu makna yang terkandung dari kalimat di atas adalah Passion. Passion adalah suatu emosi, dorongan dan motivasi yang muncul dari diri seseorang. Dalam kehidupan, khususnya di dunia kerja, passion

merupakan salah satu karakter yang menjadi hal penting dalam menunjang kesuksesan. Bila seorang karyawan memiliki passion terhadap yang dikerjakan, karyawan tersebut akan mencurahkan seluruh energi dan kemampuan yang dia miliki terhadap pekerjaan, yang pada akhirnya akan memperoleh sebuah kesuksesan. Passion seseorang umumnya akan muncul bila ada sesuatu yang ingin dicapai (ambisi), namun tidak jarang setelah yang dituju berhasil diraih, passion seseorang menjadi menurun. Dua hal penting yang dapat menjaga agar passion tetap ada. Pertama, buat daftar keinginan yang ingin anda capai. Ini akan

memicu passion anda untuk segera mewujudkannya. Semakin anda membuat daftar yang konkrit dan efektif maka semakin mudah anda menemukan passion. Kedua, ketahui kelemahan anda dan cari solusinya. Kelemahan akan membuat passion menurun, namun jika kelemahan anda dapat diatasi maka passion akan meningkat. Akhir kata, carilah passion anda. Niscaya passion akan membawa anda ke dalam kesuksesan, seperti yang dikatakan oleh Steve Jobs, “The only way to do great work is to love what you do”. *) Artikel Advertorial ini merupakan hasil kerjasama antara Pers Mahasiswa ITB dengan PT. Daya Adicipta

hasil menciptakan mesin yang bisa mengalahkan semua orang dalam permainan catur, menyelesaikan berbagai permasalahan yang kompleks seperti menerjemahkan kalimat dalam berbagai bahasa, dan berbagai kemampuan spesifik lainnya. Hal ini berarti tantangan selanjutnya bagi para ahli di bidang AI adalah menciptakan AGI. Nick Bostrom dalam bukunya yang berjudul Superintelligence, menyebutkan tantangan yang dihadapi manusia dalam mengembangkan AI dengan mengutip kalimat yang dikatakan oleh Donald Knuth, salah seorang computer scientist. Donald Knuth mengatakan “AI has by now succeeded in doing essentially everything that requires ‘thinking’ but has failed to do most of what people and animals do ‘without thinking’—that, somehow, is much harder!”. AI yang dikembangkan manusia sampai sekarang belum mampu melakukan hal yang dilakukan manusia tanpa “berpikir”, seperti membedakan mana ekspresi marah, sedih, kecewa, bangga, dan berbagai ekspresi lainnya, atau membedakan mana sungai dan mana danau. Pada suatu titik dalam kehidupan manusia, jika manusia akan berhasil menciptakan mesin dengan kemampuan AGI, artinya manusia berhasil menciptakan mesin yang bisa menyamai atau melebihi kecerdasan manusia di setiap aspeknya. Satu hal yang harus disadari adalah kemajuan sains dan teknologi ini tumbuh secara eksponensial, bukan linear, seh-

ingga kita tidak akan menyadarinya sampai teknologi itu benar-benar hadir dalam kehidupan kita. Contohnya, hampir semua orang di tahun 90-an tidak dapat memprediksi bahwa dalam 10 atau 20 tahun ke depan akan ada perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan yang disebabkan oleh kemajuan pesat teknologi dalam kurun waktu tersebut. Hal tersebut juga mungkin saja terjadi pada perkembangan AI. Lalu, akankah ada titik di mana manusia berhasil menciptakan ASI atau Artificial Superintelligence? Para ahli berbeda pendapat mengenai hal tersebut. Jika memang suatu hari manusia sudah cukup pintar untuk menciptakan ASI, hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana ASI memengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan, apakah ASI akan memberikan pengaruh baik atau buruk bagi umat manusia. Itu adalah pertanyaan yang masih menjadi perdebatan sampai sekarang. Namun, satu hal yang pasti, mesin dengan kemampuan superintelligence akan mempunyai kecerdasan yang jauh melebihi kecerdasan manusia dan akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Akan sulit bagi manusia untuk membayangkan seberapa cerdas dan berdampaknya kehadiran ASI, hingga sampailah keadaan ketika ASI telah benar-benar hadir di kehidupan umat manusia, jika memang manusia mampu menciptakannya. (MFAG)

TIPS Lima Hal Penting Sebelum Beraktivitas

DOK. PRIBADI

Sarapan Selain sebagai sumber energi, penelitian membuktikan bahwa sarapan yang sehat meningkatkan daya konsentrasi dan kinerja sepanjang hari. Sarapan juga menyeimbangkan metabolisme tubuh. Membuat agenda harian Aktivitas selama sehari akan lebih teorganisir jika sudah diagendakan. Agenda juga memudahkan Anda

untuk mengatur prioritas. Tiba di tempat in time Dibandingkan tiba on time, tiba lima menit lebih awal membuat Anda lebih rileks dan terhindar dari tindakan buru-buru. Menyapa teman yang dikenal Saling sapa adalah awal dari terciptanya lingkungan yang harmonis. Anda dapat bertukar informasi sekaligus mempererat hubungan Anda. Menenangkan diri sebelum beraktivitas. Aktivitas akan brjalan lancar ketika Anda tenang. Ada banyak cara menenangkan diri seperti merapikan meja kerja, meditasi, atau menarik nafas sedalam-dalamnya sebelum beraktivitas. (LPVD)


8 Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

9 Edisi Agustus 2016

Adrenalin Kemahasiswaan Kita oleh ANTON KURNIAWAN (Teknik Perminyakan 2013)

setiap manusia pada dasarnya adalah sejarawan, setiap manusia mencipta ingatan dan merefleksi ingatan-ingatan sebelumnya. Bedanya hanyalah pada seberapa rapih kita merapikan ingatan tersebut dalam pendokumentasian yang konsisten dan pengaturan dokumen yang terstruktur. Sempitnya pandangan terhadap arsip ini juga cenderung disebabkan paradigma umum kita yang melulumelihat sejarah secara ideologis dan moralis, yang mana sejarah hanya dikaitkan pada konsep yang lebih besar seperti nasionalisme. Padahal, pada dasarnya sejarah hanyalah kumpulan ingatan yang perlu kita refleksi untuk memaami keadaan masa kini dan siap untuk menghadapi masa depan. Literasi, Sang Arsi(p)tek Arsip pada dasarnya adalah kristalisasi ingatan dalam bentuk materi, entah itu tulisan, foto, video, atau artefak-artefak lainnya. Di antara semua materi tersebut, memang hanya tulisan yang bisa mengejawantahkan makna ingatan dengan lebih jelas ketimbang lainnya, selain tentu tulisan lebih efisien dan praktis untuk disimpan. Tulisan merupakan bentuk paling sederhana tuangan ide dan gagasan. Bahkan bisa dikatakan tanpa adanya tulisan, pemikiran apapun tidak punya media lain untuk diabadikan. Itulah kenapa peradaban sesungguhnya dibangun oleh dua tindakan dasar: membaca dan menulis. Dua tindakan dasar ini lah yang kemudian disebut keberaksaraan atau literasi. Tanpa ada budaya literasi yang baik, segala sesuatu akan mudah

ditelah oleh waktu, hilang dalam sejarah. Literasi adalah proses pengabadian kisah dan sejarah agar terus bisa menjadi titik tolak untuk berkembang selanjutnya, karena jelas bahwa dengan literasi, setiap peristiwa, gagasan, dan pemikiran selalu tertuang dan terkristalisasi dalam arsip-arsip tulisan. Maka bukanlah omong kosong ketika Pram menyatakan bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dari sini juga kita bisa lihat bahwa kualitas dan kuantitas arsip adalah parameter yang baik terkait majunya peradaban, karena itu akan menentukan seberapa terbangun budaya literasi pada suatu masyarakat. Kemahasiswaan sendiri pun merupakan suatu bentuk masyarakat yang memiliki sejarahnya sendiri. Seharusnya dengan literasi yang baik, kita bisa memiliki banyak pedoman untuk memahami identitas kemahasiswaan yang sesungguhnya. Dari beberapa segi, tidak bisa kukatakan bahwa literasi di dunia kemahasiswaan masa lalu buruk, karena beberapa arsip yang kutemukan menunjukkan kualitas literasi yang dihasilkan cukup mengagumkan. Namun yang perlu diperhatikan di sini adalah kerapihan dan usaha untuk menjaga dan menyimpan arsip-arsip literasi tersebut. Hingga akhirnya sekarang, semua hasil literasi itu tercecer dan hanya menyisakan kepingan-kepingan puzzle sejarah yang kita pahami secara parsial. Melihat keadaan masa kini, yang mana budaya literasi menurun terus menerus sebagai akibat logis dari

kemajuan teknologi, patut dikhawatirkan bahwa kita tidak bisa mewariskan banyak arsip untuk menjadi kristalisasi kisah dan pembelajaran untuk generasi berikutnya. Dari sekian banyak mahasiswa S1 di ITB saat ini, bisa dihitung dengan mudah jumlah mereka yang memiliki semangat untuk menulis. Padahal, sesungguhnya tidak ada yang sulit dari menulis, karena sekedar catatan harian pun, dengan bahasa seinformal mungkin, tetap akan menjadi emas di masa mendatang kelak sebagai sebuah arsip sejarah yang mengisahkan kejadian di masa lalu. Di sisi lain, kesadaran kita untuk merapihkan setiap dokumen yang dihasilkan dari setiap kegiatan dan mewariskannya secara utuh ke generasi berikutnya pun masih minim. Entah bagaimana kelak di masa mendatang, hubungan generasi-generasi berikutnya dengan sejarah semakin jauh atau bahkan putus sama sekali. Sebuah Ajakan Kita memang sudah cukup lama berada dalam kebingungan, namun apakah akan terus bertahan seperti ini? Tentu kita sudah cukup jenuh dengan permasalahan-permasalahan klasik terkait kemahasiswaan, atau jenuh dengan kesalahan-kesalahan yang terus terulang tiap tahunnya, seakan tengah berada dalam paradoks, kutukan kemahasiswaan. Lantas bagaimana? Terkait ini, aku punya dua solusi: (1) lengkapi sejarah kita dengan pengumpulan dan pelacakan arsip-arsip sebagai firsthand knowledge dan dengannya kita bisa menganalisis semua relasi

kuasa yang tercipta hingga kemudian membentuk paradigma kemahasiswaan pada masa kini, dan (2) budayakan kembali literasi sebagai media pengejawantahan ingatan dan pembelajaran, untuk kemudian dirapihkan bersama arsip-arsip lainnya agar kelak di masa depan, generasi penerus tidak sebuta kita sekarang terkait apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Dua hal ini adalah upaya pengarsipan, bagaimana arsip masa lalu terkumpulkan, dan bagaimana arsip masa kini terwariskan. Aku pribadi telah memulai proyek pengarsipan sejak pertama kali menyadari betapa banyak arsip HIMATIKA ITB yang tercecer dan melihat betapa dari semua arsip yang kutemukan, pandanganku terhadap sejarah perlahan dicerahkan dan diluruskan. Sejak saat itu aku mulai mengumpulkan sebanyak mungkin arsip untuk kemudian aku digitalisasi, rapihkan, dan simpan secara terpusat. Proyek pengarsipan ini lebih lanjutnya akan menjadi sebuah riset sejarah yang akan sangat membantu kita semua mendefinsikan ulang identitas kita sebagai mahasiswa, bagaimana kita bergerak, dan apa sesungguhnya peran kita terhadap masyarakat. Menghidupkan arsip tentu bukanlah hal yang mudah. Melacak masa lalu sendiri tentu bukan segampang membalikkan telapak kaki. Mengingat begitu buruknya pengarsipan kita, terlalu banyak arsip-arsip yang tercecer kemana-mana, entah di alumni, dosen, perpustakaan, bekas-bekas koran, organisasi, dan lain sebagainya. Apalagi, umur ke-

mahasiswaan tidaklah muda lagi, membuat begitu besar rentang sejarah yang harus kita lengkapi agar paradigma kemahasiswaan kita bisa utuh. Mengumpulkan semua itu dan kemudian melengkapi sejarah kita yang bolong-bolong adalah sebuah perjalanan yang panjang bila dilakukan olehku sendiri. Mungkin bisa, tapi akan membutuhkan waktu bertahun-tahun, yang mana hingga riset ini selesai, bisa jadi kemahasiswaan kita sudah benar-benar berevolusi ke bentuk yang benar-benar berbeda. Maka dengan ini, meneruskan ajakan kawan saya, Abdul Haris Wirabrata, yang telah melakukan hal yang sama 2 tahun yang lalu, aku mengajak Kabinet KM ITB, Kongres KM ITB, HMJ, unit-unit kegiatan mahasiswa dan siapapun individu yang memiliki kesadaran yang sama terkait hal ini, untuk menjalankan dan mendukung proyek pengarsipan ini bersama-sama, agar kita dapat lebih paham sejarah kita sendiri, identitas kita sendiri, untuk dunia kemahasiswaan yang lebih baik. Selain itu, marilah bersama-sama juga tingkatkan budaya literasi, tuliskan apapun yang bisa dituliskan, lalu arsipkan dengan baik, kumpulkan, rapihkan, dan kalau bisa publikasikan secara kolektif, bukan sekedar dibiarkan tercecer di dunia maya. Insya Allah, generasi di masa depan yang akan mendapatkan manfaatnya. Salam Pembebasan!

Hormon adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerakan tubuh. Ribuan mahasiswa baru memakai seragam Sekolah Menengah Atas (SMA), dilapisi jas almamater (jamal) mondar-mandir membedah jalur perjalanan di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Beragam harapan dari daerah, doa orangtua yang mulia, hingga niat suci untuk membangun bangsa tergambar dari wajah mahasiswa baru yang dicap sebagai putra-putri terbaik bangsa. Namun, akankah semua terwujud? Dalam tulisan ini, penulis lebih dahulu menyampaikan ucapan selamat datang kepada mahasiswa baru ITB angkatan 2016. Pesan ini juga selaras dengan harapan agar angkatan yang telah lebih dahulu ada di kampus ini bisa segera lulus dengan baik dan menempuh jalannya dengan gembira. ITB menawarkan beragam tantangan dari segi akademik hingga nun-akademik. Satu hal yang paling klasik, tetapi selalu dibicarakan dari masa ke masa ialah kemahasiswaan. Kemahasiswaan tidak bisa didefinisikan dalam satu kalimat, melainkan dihidupi selama perjalanan mencari gelar sarjana di kampus ini. Kemahasiswaan sering dibagi menjadi dua kutub, walaupun jarang ada yang mengaku dirinya menjadi salah satu bagiannya. Mahasiswa yang aktif dalam kemahasiswaan sering dikategorikan sebagai akademisi dan aktivis. Keduanya berjalan dengan caranya masing-masing. Ada

mahasiswa yang tekun meneliti dan memperjuangkan karyanya di Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) atau lomba lainnya sementara di lain pihak ada mahasiswa yang menjaga idealisme di organisasi yang diikutinya. Ada pula golongan lain, yang tenang-tenang saja berkuliah dan biasanya lulus lebih cepat dibandingkan orang yang menasbihkan diri di dalam dua kutub tersebut. Masing-masing memiliki tantangannya saat ini. Terdapat dua permasalahan kemahasiswaan saat ini untuk semua bagian, yaitu manusia dan sistem. Pertama, manusia yang mengikuti kemahasiswaan seperti sudah kehilangan adrenalin karena sudah babak belur dihadapkan dengan akademik yang padat. Sejumlah 144 Satuan Kredit Semester (SKS) mesti diambil dan dengan sistem Uang Kuliah Tunggal (UKT) Rp10 juta per semester, maka tidak ada alasan lain untuk bermain-main di kampus. Belum lagi, niat eksistensialisme yang membuat manusia pengikut kemahasiswaan cenderung memburu kebanggaan semu. Mengikuti berbagai lomba, kepanitiaan, atau organisasi demi tujuan kebanggaan atau lebih konkretnya hanya untuk memperbanyak isi Curricullum Vitae (CV) yang bersangkutan. Contoh nyata terlihat dengan adanya keengganan mahasiswa untuk turun langsung ke masyarakat. Memang ada beberapa kegiatan yang membuktikan pernyataan di atas tidak tepat, tetapi jumlah mahasiswa yang mengikuti kegiatan kemasyarakatan demikian sedikit. Tidak perlu kita membayangkan mahasiswa akan sama seperti era

Reformasi 1998 karena mengadakan pengabdian masyarakat saja, maaf, seperti sebuah formalitas di awal sebelum masuk organisasi dan belum dijiwai semangat menjadi abdi masyarakat yang sejati. Kedua, sistem yang ada juga menuntut mahasiswa membatasi adrenalin yang dimiliki. Adanya edaran orientasi studi jurusan maksimal 10 hari atau 40 jam dan mendapat persetujuan dari petinggi program studi membuat pengembangan anggota secara utuh baru dilakukan ketika masuk organisasi, bila itu memang ditaati. Kampus ITB juga menjadi demikian asing bagi mahasiswa manakala pemakaian ruangan bahkan ruang kelas di luar jam kuliah sekalipun mesti membayar. Kalaupun sudah siap dengan dana, belum tentu kegiatan terlaksana karena izin kegiatan juga mesti diurus dengan birokrasi yang cukup berbelit. Belum lagi, sempat ada edaran tentang mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) yang tidak dianjurkan mengikuti kegiatan kemahasiswaan baik HMJ maupun UKM. Walaupun sudah diklarifikasi keliru, barangkali kita mesti bersiap dalam menyongsong World Class University, ITB juga akan membenahi segenap elemen kampus, termasuk kemahasiswaannya. Lantas, apakah kita hanya akan diam dan mengutuk diri yang tidak bisa berbuat apa-apa? Tentu tidak. Selama jiwa muda masih memiliki adrenalin untuk terus bergerak dan semakin baik, kita masih bisa berharap banyak. Penulis memberikan solusi untuk ketiga bagian yang sering disebut da-

lam kemahasiswaan. Bagi akademisi, aktivis, dan penyeimbang keduanya, ada saran yang dapat dilakukan dalam waktu segera. Pertama, untuk akademisi yang mengembangkan keilmuan, kita tidak sebaiknya hanya berjuang habis-habisan di lomba yang memang diselenggarakan oleh pihak yang tidak menginginkan ITB untuk menang. Ada beberapa kasus dimana mahasiswa ITB sengaja dikalahkan untuk membuat paradigma ITB bukan terbaik bangsa. Mengadakan lomba sendiri, atau bahkan PKM sendiri akan memicu adrenalin luar biasa dan mendorong semangat bertanding. Kedua, untuk penjaga nilai, kita tidak semestinya hanya menuntut dan mengulang sejarah terus-menerus kepada generasi penerus. Berirama dengan kodrat, membaca keadaan yang ada, sambil terus mengembangkan dialektika untuk kebutuhan organisasi yang lebih baik. Waktu orientasi yang sempit dan terbatas menuntut kreativitas lebih agar generasi penerus merasa mencintai dan bukan terpaksa ada di suatu organisasi. Pengembangan anggota di dalam organisasi mesti dikedepankan dengan inovasi menarik agar kegiatan yang ada menjadi menyenangkan. Orientasi kegiatan juga jangan sepenuhnya pada lomba atau acara di dalam kampus. Acara besar seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jawa Barat atau Asian Games 2018 Indonesia menjadi momentum baik untuk menunjukkan hasil berorganisasi dengan bidangnya masing-masing. Bagi grup penyeimbang, mari kita mulai melangkahkan kaki turun

ke masyarakat. Kita mesti mengenal bahwa bangsa ini masih mengalami begitu banyak masalah. Tiga hal paling besar adalah kemiskinan, kesenjangan, dan ketiadaan akses. Dengan pengabdian masyarakat yang sejati dan saling jujur kepada diri sendiri dan masyarakat, kita akan menemukan solusi permasalahan bangsa, bukan hanya terus berserah kepada Tuhan tanpa melakukan apa-apa. ITB akan menyongsong World Class University pada tahun 2025. Niscaya kemahasiswaan tidak akan sama lagi. Barangkali kita akan melihat model kemahasiswaan seperti klub pecinta golf di Masssachusetts Institute of Technology (MIT) atau klub pecinta dayung di Cambridge University tidak dalam waktu lama lagi. Namun, mesti diingat, semakin kita diharapkan menjadi generasi penerus bangsa, adrenalin kita juga harus dipacu untuk tetap mengingat untuk apa kita ada di sini dan belajar mengabdi kepada bangsa lewat kemahasiswaan.

Hormon adrenalin dihasilkan oleh kelenjar adrenal (kelenjar anak ginjal), lebih tepatnya pada bagian medula adrenal (bagian dalam). Mari kita juga menyayangi ginjal kita dengan mengurangi konsumsi rokok dan alkohol!


10 Edisi Agustus 2016

GANECA POS Mencerahkan, Mencerdaskan

GANECA POS

Arsiptektur, Pencarian Jati Diri Mahasiswa

Ekonomi Menjadi Fokus Kinerja Pemerintah waduk, telekomunikasi, dan perumahan rakyat. Beliau juga mengaku bahwa masalah lingkungan turut diperhatikan dalam program pembangunan tersebut, di antaranya konservasi lahan gambut dan pencegahan pembakarannya. Selain sektor infrastuktur fisik, beliau juga menghimbau agar infrastruktur sosial berupa kapasitas dan produktifitas SDM semakin ditingkatkan agar Indonesia mampu bersaing di era kompetisi global kini, terlebih sejak berlakunya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sejak Januari 2016 lalu. Untuk itu, pemerintah memandang perlunya mendorong kemajuan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); salah satu di antaranya dengan menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22% menjadi 12% pada 2015, kemudian menjadi 9% pada 2016. Tidak hanya itu, menurut beliau pemerintah juga mengupayakan peningkatan kualitas SDM melalui sektor pendidikan vokasional demi menjamin mereka yang telah mencapai usia produktif mendapatkan lapangan pekerjaan dengan segera. Di sini, hilirisasi penelitian dan peningkatan pelayanan publik di mas-

ing-masing daerah tak luput disinggung-singgung. Tak lepas dari isu peningkatan kualitas SDM tentunya masalah kesehatan. Dalam pidato kenegaraan itu, disebut-sebut tentang peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang sudah hampir mencapai 170 juta jiwa per Juli 2016 serta adanya peningkatan sarana pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Hal menarik yang tidak disampaikan dan tentunya perlu ditelaah lebih seksama adalah kualitas pelayanan yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan. Poin besar terakhir yang dibahas Joko Widodo adalah deregulasi dan debirokratisasi. Menurutnya, banyak regulasi di Indonesia yang sudah usang dan harus diperbarui, diantaranya dengan menyederhanakan regulasi yang membingungkan dan memangkas prosedur yang rumit. Hal yang telah dilakukan antara lain pembentukan 12 paket kebijakan ekonomi hingga awal Juni 2016 yang 99% perangkat regulasinya telah siap dimanfaatkan, sinkronisasi peraturan daerah terkait investasi dan perdagangan, serta pembatalan lebih dari 3000 peraturan daerah (Perda) yang dianggap sudah tidak cocok lagi bagi kepentingan perd-

agangan dan kemudahan berusaha. Jika poin besar tersebut sukses dilakukan, menurutnya hal tersebut akan menguntungkan publik dengan kecepatan pelayanan dan menarik investor dengan prosedur investasi yang lebih mudah. Menjelang berakhirnya pidato, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa terobosan-terobosan untuk menangani ketiga masalah di atas dapat berhasil jika pemerintah menaruh perhatian besar pada empat kebijakan strategis, yaitu percepatan reformasi hukum untuk mempercepat kepastian hukum; perombakan manajemen anggaran pembangunan—di mana beliau menyatakan sudah saatnya Indonesia meninggalkan paradigma lama “anggaran harus dibagi sama rata” dan menyambut paradigma baru yang memfokuskan anggaran negara untuk program prioritas; politik luar negeri; dan demokrasi, stabilitas politik, serta keamanan. Pada poin terakhir, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa berbagai permainan politik harus disudahi karena apabila tidak demikian, tenaga bangsa Indonesia akan habis terserap untuk menangani masalah-masala tersebut dan bukannya berfokus pada pembangunan.

Tentunya, pidato tersebut hanyalah sebuah pidato. Pembuktian kinerja dan pemenuhan harapan yang telah disampaikan di dalamnya hanya bisa disaksikan dari kejadian nyata di lapangan. Tentu keliru kalau dikatakan bahwa pemerintahan dibawah Joko Widodo dan M. Jusuf Kalla belum membuahkan apaapa—beberapa perubahan memang mulai terasa di masyarakat. Namun, terlalu jauh rasanya untuk langsung menggembar-gemborkan pencapaian yang ada, sedangkan masih banyak pula masalah yang belum terselesaikan. Satu hal yang jelas, bagaimana Indonesia lima tahun ke depan bukan saja pekerjaan Presiden RI semata, melainkan kita juga sebagai rakyat Indonesia. Jangan sampai kita menjadi mereka yang terlalu sering dengan ketus menyalahkan pemerintah tanpa berkaca kepada diri sendiri dan lupa daya besar yang dapat ditimbulkan suatu massa; bukan hanya dengan protes, melainkan dengan cara yang lain, yang setidaknya mampu membangunkan pemerintah jika sesuatu yang salah terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun dalam pemerintah itu sendiri. (MP)

Tax Amnesty

Usaha Peningkatan APBN Indonesia 28 Juni 2016 lalu, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengesahkan Undang-Undang no. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Mengutip dari Pasal 1 UU tersebut, pengampunan pajak adalah program penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan, dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Pengampunan Pajak atau yang lebih dikenal dengan istilah tax amnesty ini diambil sebagai langkah untuk mempertahankan belanja negara tanpa menambah hutang. Belanja negara ini sendiri sebaiknya dipertahankan karena memang merupakan pembelian kebutuhan negara, jika belanja dikurangi, berarti ada kebutuhan yang ditunda pemenuhannya. Pada tahun 2015 lalu, target pendapatan pajak APBN-P senilai 1294.3 triliun rupiah tidak tercapai dan Dirjen Pajak mengundurkan diri. Padahal, target pendapatan pajak pada APBN tahun 2016 lebih besar dari target APBN-P 2015. Meli-

hat kondisi saat ini dan berkaca pada tahun lalu, kemungkinan besar target tersebut tidak akan tercapai lagi. Oleh sebab itu, diterapkanlah tax amnesty sebagai satu langkah yang dianggap tepat dan memungkinkan. Berdasarkan Undang-Undang, orang yang berhak mengikuti program ini adalah seluruh wajib pajak, kecuali untuk wajib pajak yang sedang menjalani penyelidikan dan berkas penyelidikan telah dinyatakan lengkap oleh Kejaksaan, wajib pajak yang sedang dalam proses peradilan, dan wajib pajak yang sedang menjalani hukuman pidana atas tindak pidana dibidang perpajakan. Secara umum, pengampunan pajak tidak hanya bertujuan untuk

meningkatkan penerimaan pajak, tetapi juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan resturkturisasi ekonomi melalui pengalihan harta dan mendorong reformasi perpajakan. Pengalihan harta pada tax amnesty ini diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik dan investasi Terdapat dua jenis aksi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pengampunan pajak, yaitu deklarasi dan repatriasi. Jika seseorang hanya mengakui harta ya tanpa dialihkan ke dalam negeri, maka ia hanya melakukan deklarasi. Sedangkan repatriasi berarti orang tersebut tidak hanya mengakui hartanya yang tersembunyi tetapi juga

mengalihkan harta tersebut ke dalam negeri. Penerapan tarif pengampunan pajak bergantung pada jenis pengakuan yang dilakukan dan waktu pengakuan. Tarif uang tebusan jika melakukan deklarasi adalah 4% untuk 3 bulan pertama UU Pengampunan Pajak mulai berlaku, 6% setelah 3 bulan pertama sampai tanggal 31 Desember 2016, dan 10% semenjak 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017. Sedangkan tarif uang tebusan jika melakukan repatriasi adalah 2% untuk 3 bulan pertama UU Pengampunan Pajak mulai berlaku, 3% setelah 3 bulan pertama sampai tanggal 31 Desember 2016, dan 5% semenjak 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017.

Edisi Agustus 2016

Mencerahkan, Mencerdaskan

Pidato Kenegaraan Presiden RI Tahun 2016 Presiden RI Joko Widodo tahun ini kembali menyampaikan Pidato Kenegaraan dan Nota Keuangan APBN Tahun 2017 pada Selasa (16/08), bertempat di Ruang Paripurna Gedung Nusantara, Komplek Parlemen RI, Jakarta. Dalam pidato kenegaraan yang menjadi agenda tahunan tersebut, disampaikan perkembangan yang berhasil dicapai pemerintah setahun belakangan serta rencana di tahun-tahun berikutnya. Di antara topik yang dititikberatkan yakni berkenaan dengan penanganan masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Pemerintah mengajukan tiga solusi untuk penyelesaian masalah-masalah tersebut, yakni percepatan pembangunan infrastruktur; penyiapan kapasitas produktif dan SDM; serta deregulasi dan debirokratisasi. Dalam pidatonya, Presiden mengatakan bahwa memasuki tahun kedua pemerintahannya, percepatan pembangunan infrastruktur, di dalam maupun luar pulau Jawa, harus dilakukan. Pembangunan infrastruktur tersebut mencakup sektor logistik, seperti jalan nasional, jalan tol, jembatan, jalur kereta api, pelabuhan, dan bandara; maupun strategis, seperti pembangkit listrik,

7

Penerapan program pengampunan pajak ini memiliki beberapa dampak positif seperti meningkatnya pendapatan APBN, sehingga negara dapat berjalan dengan baik, meningkatnya tingkat kejujuran dalam mendeklatasrasikan kekayaan, mengurangi beban sistem peradilan dari kasus panjang yang kompleks, serta membantu pembangunan di Indonesia Selain dampak positif yang diharapkan di atas, sebenarnya pengampunan pajak juga memiliki berbagai dampak negatif yang selama ini mungkin sudah sering dibahas. Menurut KSEP ITB, masyarakat juga perlu menyoroti sisi positifnya bahwa pengampunan pajak sendiri membantu memecahkan sebagian besar masalah pendaftaran dan kepatuhan wajib pajak besar, tanpa membuat sistem peradilan kebanjiran kasus-kasus pajak yang kompleks dan cenderung lama penyelesaiannya. Selain itu, pengampunan pajak merupakan langkah awal menuju era keterbukaan informasi pajak antar negara pada tahun 2018 mendatang. (MR/KSEP ITB)

oleh ADITYA FIRMAN IHSAN (Matematika 2012)

... arsip -sekecil apa pun- mampu bergulir dalam berbagai kesempatan, menciptakan rangkaian akumulasi pengetahuannya sendiri, ketersebaran dan kemudahan aksesnya, sehingga informasi arsip tersebut memiliki “nafas” yang lebih panjang sebagai bagian dari sejarah masyarakatnya. -Anna Mariana, “Menghidupkan Arsip, mencipta Wacana”, dalam Arsipelago

Tanpa perlu melihat ke kalender, kita ketahui bahwa saat ini kita tengah berada di tahun 2016 Masehi, setelah 108 tahun sejak berdirinya organisasi pemuda Boedi Oetomo, 88 tahun berlalu sejak dirumuskannya sumpah pemuda, 71 tahun sejak dirumuskannya proklamasi, 51 tahun sejak ditumbangkannya PKI, 38 tahun sejak dimandulkannya kebebasan akademis dengan NKKBKK, dan 18 tahun sejak jatuhnya orde baru dan mulainya era reformasi. Ada apa dengan 2016? Tidak ada yang bisa menjawab pada dasarnya, karena selayaknya membaca novel, kita tidak akan pernah paham keseluruhan kisah sebelum mencapai akhir dari cerita, tapi minimal, kita bisa memahami apa yang telah terjadi dari awal kisah hingga titik dimana kita tengah membaca. Tapi tentu, bila kita langsung membuka halaman tengah novel dan memulai membaca, kita akan merasa bingung pada kisah yang sesungguhnya terjadi, dan hanya bisa menerka-nerka. Terperangkap dalam Kebingungan Ada yang pernah menonton film dari tengah-tengah? Bingung bukan? Nah, itulah yang terjadi apabila di masa kini kita tidak punya pemahaman cukup terkait apa yang terjadi di masa lalu, ketika kita seakan mulai membaca suatu kisah dari tengah-tengah, tanpa mencoba memahami keseluruhan kisah dari awal. Dalam konteks khusus di kemahasiswaan, tahun 2010-an, atau mungkin bahkan 2000-an alias paska reformasi, adalah masa ketika kemahasiswaan tengah bingung, tak paham apa yang ia harus lakukan, tak mengerti apa yang tengah terjadi. Hingga apa? Well, lihatlah kondisi saat ini. Dunia kemahasiswaan tengah diliputi ragam tanda tanya terkait begitu banyak anomali yang membingungkan pada masa kini. Permasalahan-permasalahan dari sukar tercapainya kuorum, partisipasi anggota, hingga arah dan metode

pergerakan menjadi makanan keseharian yang pada akhirnya cenderung menghasilkan kebuntuan. Berbagai gejala apatisme mulai bermunculan dan memperlihatkan bahwa dunia kemahasiswaan menjadi dunia yang sudah tidak menarik lagi bahkan oleh mahasiswa sendiri. Kuantitas dan kualitas pergerakan mahasiswa sebagai yang dianggap taring sesungguhnya mahasiswa pun mengalami penurunan secara gradual dari tahun ke tahun. Padahal, dengan begitu banyaknya permasalahan yang meliputi lingkungan kita, dari yang paling dekat sekitar kampus, hingga jauh meluas ke tataran nasional, kita tidak bisa memalingkan muka begitu saja dan menjadi orang buta munafik yang berbicara lantang terkait perubahan namun mata tidak melihat apa-apa. Kita bisa akui bersama bahwa dengan adanya perkembangan teknologi digital yang begitu pesat, globalisasi, dan beragam kondisi lainnya, secara perlahan kondisi sosial politik ekonomi sosial budaya kita sekarang mengalami transformasi menuju keadaan yang belum bisa kita cerna dan terka. Maka tentu ragam pertanyaan yang membayangi dunia kemahasiswaan saat ini tidak bisa dijawab dengan mudah, mengingat kita hanyalah suatu eksistensi yang lantas berhadapan dengan suatu zaman tanpa ada persiapan dan perbekalan apapun. Terlalu banyak klaim dan asumsi yang muncul tanpa ada penyelidikan lebih lanjut sehingga kita tidak pernah bisa menjawab semua pertanyaan yang ada tanpa bekal yang lengkap. Dari mana bekal jawaban ini kita bisa dapatkan? Satu kunci utama adalah sejarah. Eksistensi Bentukan Sejarah Bisa saja memang, putuskan rantai sejarah, dan mulailah men-

definisikan semuanya cukup berdasarkan keadaan saat ini. Kita bisa mengatakan sekarang adalah era inovasi, era kewirausahaan, era ini, era itu, dan langsung mendefinisikan ulang bahwa cukup kemahasiswaan adalah apa yang bisa kita lakukan saat ini, bukan apa yang harus kita lakukan. Tapi tentu, kita tidak bisa menafikan suatu fenomena alamiah yang mana suatu eksistensi membentuk identitasnya melalui masa lalu, ketika esensi perlahan mengeras menjadi sebuah jati diri. L’existence precede l’essence, kata Sartre. Eksistensi ada terlebih dahulu sebelum munculnya esensi. Terlepas dari dialektika terkait opini eksistensialis ini, ambillah makna bahwa memang semua eksistensi terus menerus membentuk esensinya melalui pengalaman-pengalaman yang ia lalui. Seperti halnya setiap manusia tentu terbentuk dari pengalaman hidupnya sejak kecil. Bayi itu lahir terlebih dahulu untuk kemudian perlahan membentuk identitasnya, esensi yang menjadi jati dirinya. Terkait ini, tentu mahasiswa bukanlah makhluk yang baru lahir kemarin sore. Asal mula eksistensi mahasiswa sebenarnya tidak bisa ditentukan dengan pasti, walau mungkin bisa diambil titik ketika sejak Muhammad Yamin mengusulkan nama itu mengingat betapa beliau sangat mengagungkan peran pemuda terpelajar dalam membangun bangsa. Atau, bisa saja kita menganggap asal mula eksistensi mahasiwa adalah Kongres Pemuda II yang mana terciptanya Sumpah Pemuda sebagai simbol bersatunya pemuda untuk membangun bangsa, walau memang nama mahasiswa belum dimunculkan pada saat itu. Darimanapun asalnya, yang jelas, mahasiswa sudah memiliki sejarah yang tidak bisa dikatakan singkat.

Tahun demi tahun terlewati selagi identitas mahasiswa terbentuk dengan sendirinya melalui kegiatan-kegiatan dan perjuangan-perjuangan yang mereka lakukan. Identitas ini tidak hanya terbentuk dari dalam dunia kemahasiswaan sendiri, namun juga terbentuk dari luar dengan paradigma-paradigma umum terhadap kemahasiswaan yang juga mulai terpatri. Maka tentu saja, istilah-istilah bahwa mahasiswa adalah agen perubahan, penjaga nilai, dan semacamnya bukanlah identitas yang melekat tanpa sebab. Memakai identitas tersebut tanpa memahami konteks dan sebabnya hanya akan menghasilkan sebuah identitas kosong, eksistensi tanpa jati diri. Sayangnya, pemahaman kita tentang sejarah kemahasiswaan masih cenderung bolong-bolong dan tidak utuh. Kita hanya secara parsial mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi tanpa memahami keseluruhan konteks pada kisah. Mengingat dunia ini berada dalam jaring-jaring kompleks keterkaitan, semua hal yang ada pada suatu titik waktu bisa menjadi penyebab terjadinya sesuatu pada waktu itu. Ketika berbicara mengenai terbentuknya KM ITB misalnya, dari kondisi sosial masyarakat, kondisi perpolitikan dunia, keadaan perekonomian, keadaan kampus, siapa saja yang berperan, kebijakan apa saja yang berlaku, apa saja yang terjadi pada sekitar waktu itu, semua menari bersama takdir untuk kemudian menciptakan KM ITB dengan konsepsinya yang kita agung-agungkan hingga saat ini, bukan sesuatu yang simsalabim muncul begitu saja. Memahami suatu konteks peristiwa yang tidak utuh hanya akan mengakibatkan kekeliruan pemikiran seperti post hoc ergo propter hoc pasti terjadi, sebuah fallacy yang

hanya mengaitkan sebab dan akibat suatu peristiwa hanya dari urutan terjadinya peristiwa tersebut. Relasi antar kuasa pada setiap elemen dalam satu kerangka waktu sejarah harus diteliti secara komprehensif dan dilihat secara holistik untuk memahami keutuhan kisah. Untuk itu, sangat diperlukan kelengkapan pemahaman kita mengenai sejarah sebelum klaim-klaim dan asumsi-asumsi dangkal muncul. Arsip, Media Ingatan Masa lalu tidak berlalu begitu saja tanpa meninggalkan jejak, walau hanya sekedar ingatan-ingatan pelakunya. Terkadang, sebagian dari ingatan-ingatan itu tertuang dalam beragam dokumen yang memang sengaja diciptakan sebagai bukti kebenaran adanya ingatan itu. Nota-nota pembelian, laporan pertanggungjawaban, proposal, koran, majalah, foto, hingga catatan-catatan kecil memang diciptakan sebagai media kristalisasi ingatan dalam bentuk materi berkonten agar tidak hanya jadi milik pelaku ingatan. Namun sayangnya, semua media yang kemudian kusebut sebagai arsip itu hanya menjadi formalitas kaku yang sekedar dimanfaatkan begitu saja tanpa ada proses penyimpanan dan perapihan terstruktur. Kesadaran terhadap pentingnya arsip bisa kukatakan terlihat sangat minim di KM ITB. Hal ini bisa dinilai dari betapa sulitnya melacak beragam dokumen paling tidak hingga 10 tahun ke belakang. Hal ini patut disayangkan karena buruknya pengarsipan inilah yang menjadi penyebab utama butanya kita terhadap sejarah. Mungkin bisa saja kita mendapat cerita-cerita dari alumni-alumni atau pelaku terkait untuk mengetahui apa saja yang terjadi di masa lalu, namun hal tersebut tidak bisa menjamin terjaganya makna karena distorsi pemahaman antara yang bercerita dan pendengar. Selain itu, dokumentasi langsung pada masa terjadinya peristiwa, dengan cerita yang disampaikan jauh hari setelah peristiwa terjadi akan sangat berbeda perspektifnya. Apabila sejarah hanya disampaikan dari mulut ke mulut, distorsi yang terjadi akan terus membesar hingga mungkin pada suatu titik, sejarah itu benar-benar putus atau maknanya berubah jauh dari yang sesungguhnya. Arsip sebagai “First-hand knowledge” merupakan emas bagi yang sadar betapa pentingnya mengingat sejarah. Sayangnya, pemahaman kita terhadap arsip begitu sempit sehingga hanya cenderung dijadikan formalitas dalam berkegiatan. Disisi lain, arsip dijustifikasi seolah-olah hanya urusan para sejarawan yang bergelut dengan masa lalu. Padahal


12 Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

Sosok Samaun Samadikun di Mata Muridnya Sosok Samaun Samadikun mungkin masih sangat asing didengar masyarakat Indonesia. Namun, semenjak Google Indonesia memasang Doodle –sebuah atribusi perubahan logo Google untuk memperingati hari atau sosok tertentu– beliau pada 15 April 2016 lalu, masyarakat pengguna internet sontak penasaran, termasuk penulis. Banyak laman yang menyebut bahwa Samaun adalah “Bapak Mikroelektronika Indonesia”. Beliau yang lahir pada hari tersebut pada tahun 1931 lalu ini selama hidupnya ternyata mengabdi sebagai dosen di Institut Teknologi Bandung. Saya turut penasaran dengan sosok penemu yang pernah berkuliah dan menjadi dosen di jurusan Teknik Elektro ITB tersebut. Di hari penayangan sosoknya di Google tersebut, saya mendapatkan alamat tempat beliau bekerja: Device and IC Processing Laboratory, Pusat Mikroelektronika (PME) di lantai 3 Gedung Pusat Riset dan Inovasi (atau PAU) ITB. Ruangan yang dipakai Samaun saat bekerja berada di ruangan pertama dari arah utara setelah melewati pintu. Kini ruangan tersebut menjadi ruang administrasi laboratorium tersebut. Ketika memasuki ruangan tersebut, terasa sekali aura jadul ala beliau: sebuah komputer bekas dengan layar tabung, pendingin ruangan yang terlihat tua, puluhan piagam serta plakat yang disimpan atas lemari beliau, sebuah model bertuliskan “PT LEN Industri” – perusahaan yang ia dirikan, dan dilengkapi dengan pajangan sosok beliau di dinding. Ruangan tersebut tentunya sudah ditambah dengan banyak perangkat modern seperti layar komputer berspesifikasi terkini, wastafel, dan papan tulis, yang saat itu sedang digunakan seorang karyawan lab yang sedang bekerja. Karyawan lab yang berstatus sebagai administrator itu kemudian mengarahkan saya untuk mencoba mewawancarai Dr. Irman Idris, dosen Teknik Elektro, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI). “Bapak ini adalah murid beliau semasa hidupnya,” tutur karyawan tersebut. Butuh tiga hari untuk mengonfirmasi kesediaan Irman, panggilan beliau, untuk diwawancarai. Walaupun dalam kesibukan karena beliau harus terbang ke Jambi untuk urusan keluarga, Irman bersedia untuk mengutarakan bagaimana pengalamannya menjadi murid beliau. Irman Idris adalah lulusan Teknik Elektro angkatan 1984 dan lulus dalam waktu lima tahun. Ketika beliau berkuliah, Samaun masih menjadi dosen di jurusan tersebut. “Saya banyak berinteraksi dengan beliau, walau saat itu beliau masih sibuk (merangkap) menjadi ketua

Dok. Pers Mahasiswa ITB

LIPI (Lembagai Ilmu Pengetahuan Indonesia)”, kata Irman saat diwawancarai di ruangan administrasi, tempat Samaun dahulu bekerja. Ia masih ingat dengan prestasi beliau, di antaranya meraih gelar Ph.D. dari Universitas Stanford tahun 1971 dan paten bersama insinyur K.D. Wise, yang terdaftar sebagai US Patent No 3,888,708 dengan judul, “Method for forming regions of predetermined thickness in silicon”. Singkatnya, seperti dikutip google.com/patents, paten tersebut dideskripsikan untuk membentuk bagian tipis pada sebuah silikon hingga ketebalan 5 mikrometer. Silikon sendiri terkenal dengan ketebalan yang cukup tinggi. Samaun berhasil memantenkan metode yang sekarang banyak dipakai, terutama untuk menjaga tekanan sistolik dan diastolik pada darah. Paten ini terkait dengan mikroelektronika, bidang yang digeluti Samaun sejak lulus dari Teknik Elektro ITB tahun 1957. Mengenai mikroelektronika, beliau juga menuturkan asal muasal ilmu yang satu ini. Mikroelektronika adalah bagian dari ilmu dan teknologi elektronika yang diimplementasikan dalam ukuran mikrometer atau sepersejuta meter. “Mikroelektronika lahir tahun 1947, saat transistor semikonduktor pertama ditemukan. Ukurannya kemudian semakin kecil dan semakin kecil hingga hari ini transistor bisa diproduksi dengan ukuran panjang kanal 14 nanometer. Nah, sekarang mikroelektronika ini ada di mana saja, termasuk di laptop, USB, dan ponsel,” kata Irman. paten tersebut dideskripsikan untuk membentuk bagian tipis pada sebuah silikon hingga ketebalan 5

mikrometer. Silikon sendiri terkenal dengan ketebalan yang cukup tinggi. Samaun berhasil memantenkan metode yang sekarang banyak dipakai, terutama untuk menjaga tekanan sistolik dan diastolik pada darah. Paten ini terkait dengan mikroelektronika, bidang yang digeluti Samaun sejak lulus dari Teknik Elektro ITB tahun 1957. Mengenai mikroelektronika, beliau juga menuturkan asal muasal ilmu yang satu ini. Mikroelektronika adalah bagian dari ilmu dan teknologi elektronika yang diimplementasikan dalam ukuran mikrometer atau sepersejuta meter. “Mikroelektronika lahir tahun 1947, saat transistor semikonduktor pertama ditemukan. Ukurannya kemudian semakin kecil dan semakin kecil hingga hari ini transistor bisa diproduksi dengan ukuran panjang kanal 14 nanometer. Nah, sekarang mikroelektronika ini ada di mana saja, termasuk di laptop, USB, dan ponsel,” kata Irman. Irman memaparkan Samaun terinspirasi untuk membuat semacam Silicon Valley di Kota Bandung, seiring beliau yang saat itu berkuliah serta melakukan penelitian di Universitas Stanford, San Francisco. Rencana itu mulai terealisasi ketika pada tahun 1980-an ia merintis perusahaan bernama PT Laboratorium Elektronika Nasional (kini PT LEN Industri) dan PT Industri Telekomunikasi (Inti). “Peluangnya sudah ada (saat itu), karena universitasnya ada dan pabriknya juga sudah ada,” kata Irman. Walaupun hingga kini realisasi Silicon Valley belum terwujud, ia meyakini bahwa Bandung mulai dimasuki perencanaan kawasan

berbasis teknologi, seperti Bandung Technopark dan Bandung Gedebage Technopolis yang dirintis Ridwan Kamil. “Peran ITB juga sangat besar dalam ambisi mewujudkan technopark ini dengan menjadi inkubator (teknologi),” lanjutnya. Engineer yang Benar Irman pun mengingat bagaimana beliau menjadi murid dari seorang Bapak Mikroelektronika Nasional. “Bapak Samaun ini orang yang menarik. Banyak pengalaman saya dengan beliau. Mungkin yang paling menarik ya sosoknya itu yang rendah hati, sangat sederhana, dan sesuai dengan apa yang beliau capai (cita-cita),” kata Irman. Ia juga menilai sosok beliau sebagai seorang engineer (insinyur) yang benar. “Beliau kalau kerja urutannya benar. Semangatnya pun masih ada saat kami masih bekerja dengan beliau di saatsaat menjelang beliau wafat,” lanjut Irman. Ia pun masih ingat dengan pesan-pesan beliau menjelang wafat. “Beliau berpesan, ‘Jangan berhenti bekerja, jangan berhenti berpikir. Nanti kita lemah, merasa tua,’” tutur Irman mengopi pernyataan Pak Samaun. Ia pun menilai layak sosok beliau ditampilkan di Google Indonesia, terlepas bagaimana Google menilai kelayakan beliau di laman muka situs ini. “Untuk ukuran Indonesia, beliau saya anggap sangat wajar untuk masuk. Dilihat dari sikapnya semasa hidup: praktis tangannya, pikirannya juga masih terang, preastasinya banyak, dan juga menjadi Direktur Binsarak DIKTI, Dirjen Listrik ESDM, Ketua LIPI, punya paten, dan lain-lain,” tambah beliau. Irman pun teringat dengan

rumitnya pengurusan pemakaman beliau di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, ketika beliau meninggal pada tanggal 15 November 2006 lalu. “Beliau memiliki Medali Mahaputra Utama yang diberikan Pemerintah pada 1994 lalu, namun ketika keluarga mencari medalinya sebagai tanda bukti, kami sempat kesusahan karena medali milik beliau tercecer,” tambahnya. Tetapi karena murid-murid beliau banyak yang menjadi orang hebat, maka proses administrasi pemakaman beliau dengan mudah dapat diatasi. Setelah beliau wafat, semangat beliau masih ada untuk Irman, juga peneliti lain di Pusat Mikroelektronika (PME) ITB. “Kami masih berutang budi sama Pak Samaun. Perkembangan mikroelektronika di dunia nyata tidaklah mudah. Namun kami masih mencoba mengembangkan penelitian mikroelektronik ini seperti teknologi 4G LTE oleh dosen STEI ITB seperti Dr. Ir. Adi Indrayanto dan timnya, juga perancangan chip oleh Kepala Pusat Mikroelektronika ITB, Dr Trio Adiono, ST, MT, Ph.D dan tim. Tapi secara keseluruhan, kami masih punya obsesi masing-masing untuk merealisasikan mimpi beliau,” lanjut Irman. Obsesi ini ada seiring wasiat beliau kepada teman-teman di PME. “Jika nanti beliau sudah meninggal, beliau mengingatkan ‘I am always watching you from the above’”, tutupnya. (FRA)

serta kondisi cuaca yang cukup terik membuat pengunjung enggan menyaksikan penampilan di panggung. Hal ini mengakibatkan kesan sepi dalam penampilan unit di panggung utama. Selain itu, penempatan area pameran unit dan stand makanan yang berjarak cukup jauh menjadi perhatian massa unit maupun mahasiswa baru. “(stand) makanannya jangan jauh-jauh banget, gitu. Kalo kemarin (OHU 2015, -red) kan stand unit ke (stand) makanan kan kayak gak jauh-jauh amat. Kalo sekarang itu kayak jauh banget gitu, ” ujar Akbar dari TEC. Ia juga menyayangkan sulitnya akses lapangan karena pintu masuk yang kecil membuat pengunjung dan pengisi pameran bertumpuk saat akan memasuki lapangan. Penempatan stand makanan di lapangan pasir menimbulkan pertanyaan bagi para pengunjungnya. Adjie (STEI’16) berpendapat bahwa lokasi stand makanan semestinya merupakan tempat yang bersih dan tidak berdebu. Ia juga mempertanyakan ketiadaan tempat makan di lokasi penjualan makanan dan minuman, sehingga membuat pengunjung terpaksa duduk di jalur pejalan kaki dan menghalangi jalur pejalan kaki di selasar Saraga. Walaupun mayoritas peserta pameran unit setuju dengan konsep kegiatan tahun ini, Akbar mengaku lebih menghendaki pelaksanaan kegiatan sejenis festival dilaksanakan di kawasan Campus Center (CC) ITB di tahun-tahun selanjutnya. Hal ini senada dengan Fidel, Ketua Di-

5 Edisi Agustus 2016 (sambungan dari halaman 1) visi Eksternal Unit Renang dan Polo Air (URPA) ITB, yang menganggap pelaksanaan di Saraga mengurangi kenyamanan pengunjung maupun peserta pameran. Keduanya mengaku mempertimbangkan akses yang terbuka bagi semua jenis pameran dan panggung serta banyaknya pohon untuk menghalau panas. Wahana Karya Salah satu perubahan yang tampak dalam pelaksanaan festival ini adalah kehadiran himpunan dalam eksibisi Wahana Karya. Pameran ini menampikan karya mahasiswa ITB dari masing-masing himpunan. Bertempat di terowongan (tunnel) Saraga, pameran ini mampu menarik perhatian mahasiswa baru. Adjie mengaku tertarik dengan karya yang dipajang oleh himpunan-himpunan, namun hanya bertanya ke beberapa stand. Nicholas selaku Ketua Departemen Inkubator-IT, Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF) ITB, mengapresiasi panitia dalam mewujudkan pameran karya yang mengalami perubahan positif dibandingkan dengan tahun lalu. Ia mengaku mampu menarik perhatian mahasiswa baru melalui games dan usaha lainnya, walaupun yang ditanyakan oleh pengunjung lebih condong pada pertanyaan seputar aktivitas akademik dibandingkan dengan karya yang dipamerkan. Hal serupa juga dialami oleh Andrew dkk. yang mewakili Visual Arts Student Aggregate (VASA) ITB. Dengan memamerkan beberapa karya seni seperti lukisan dan patung, stand mili-

knya mampu menarik perhatian mahasiswa baru FSRD maupun mahasiswa lain yang datang karena tertarik dengan seni yang dipamerkan. “Kalo menurut saya sih yang ingin tercapai mah (dengan adanya pameran ini, -red) agar orang-rang lebih tertarik aja dan lebih ingin memahami, gitu, tentang seni rupa,” ujar Andrew. Dibalik keramaian tersebut, penempatan wahana karya di dalam terowongan menimbulkan berbagai komentar. M. Farkhan Abdillah (FTMD’15) mengaku kondisi terowongan yang tertutup dan ramai akan orang yang berlalu-lalang membuat wahana karya menjadi terlalu sesak. Ia mengkhawatirkan pengunjung yang mungkinsaja kesulitan bernafas walaupun hanya ingin melewati terowongan dari dan menuju Saraga. Hal lainnya yang disoroti oleh Nicholas adalah kurangnya pengarahan panitia kepada pengunjung mengenai wahana karya, sehingga pengunjung segan untuk mendatangi stand karena ketidaktahuan pengunjung mengenai pameran karya himpunan tersebut. Tidak adanya pengaturan yang lebih merata kepada mahasiswa baru dalam mengunjungi pameran karya seperti tahun lalu turut menambah faktor pengunjung enggan mendatangi stand karena padatnya terowongan dari arus pengunjung yang hanya melewati terowongan. Diharapkan adanya perbaikan penempatan dan penjelasan bagi mahasiswa baru melalui mentor atau panitia lainnya jika kegiatan semacam wahana karya kembali

dilakukan dengan pengunjung yang sporadis. Timbal Balik Sangat Diharapkan Menanggapi beberapa komentar mengenai pelaksanaan festival, M. Hamzah Pramana (DP’14) selaku penanggungjawab Festival Integrasi ITB 2016 ini mengakui kekurangan yang muncul selama kegiatan berlangsung. Pada dasarnya, ia mengungkapkan bahwa konsep utama festival berhasil diimplementasikan menjadi sebuah kegiatan yang masif dan berskala besar di luar area Kampus Ganesha. Hamzah juga kembali menekankan bahwa festival merupakan mata acara dari Integrasi ITB 2016, sehingga keterlibatan panitia lapangan sebenarnya masih diharapkan lebih dapat mengarahkan mahasiswa baru ketika memasuki area pameran-pameran. Hamzah juga mengakui kurangnya kontrol kepada mahasiswa baru menyebabkan mobilitas pengunjungn yang cukup tinggi namun tidak terarah, berimplikasi pada menurunnya jumlah pendaftar unit di beberapa lokasi rumpun unit. Terkait hal ini, ia berharap mahasiswa baru dapat memanfaatkan fasilitas lain yang disediakan untuk mengenal unit lebih jauh, seperti form pendaftaran online maupun kegiatan semacam OHU yan diadakan di Jatinangor pada Minggu (21/08) maupun di Sunken Court pada Rabu hingga Kamis mendatang (24-25/08). Mengenai pemilihan Saraga sebagai lokasi pelaksanaan, Hamzah memaparkan pertim-

bangan panitia atas keputusan tersebut. Salah satu pertimbangannya yakni UPT K3L ITB tidak menyanggupi penggunaan kawasan CC ITB untuk menampung sekitar 4000 mahasiswa baru. Penataan tempat di Saraga juga diakuinya diputuskan setelah mempertimbangkan izin lokasi dan kesepakatan dengan pihak luar (dalam hal ini berupa sponsor kegiatan). Untuk pelaksanaan di tahun mendatang, Hamzah memberikan saran berupa perbaikan penataan jalur pengunjung dan pameran, peletakan panggung yang tidak terlalu jauh dari jangkauan pengunjung dengan penampil antar panggung yang mampu menarik perhatian dari spot yang berbeda, dan koordinasi yang lebih baik dengan penyedia prasarana venue (seperti vendor stand) sebelum kegiatan berlansung. Ia mengharapkan panitia selanjutnya tetap memperlakukan mahasiswa baru sebagai klien utama yang harus diprioritaskan kenyamanan dan keselamatannya dalam kegiatan. Karena festival merupakan salah satu mata acara Integrasi ITB 2016, massa kampus terutama peserta pameran unit dan wahana karya diharapkan ikut memberi masukan dan evaluasi kepada panitia Integrasi. Harapan dari timbal balik tersebut, panitia di tahun mendatang dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi dan dapat memenuhi ekspektasi semua pihak, serta menguntungkan mahasiswa baru, UKM, HMJ, dan panitia sendiri. (MR/YS/PEC)

KKN-Tematik ITB :21 Hari Mengabdi, Berbagi dan Menginspirasi

Peserta KKN Tematik ITB 2016

Kegiatan mahasiswa ITB tidak hanya kuliah dan berada di kelas, ada kegiatan lain yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa di luar kelas, salah satunya adalah pengabdian masyarakat. Pengabdian masyarakat sendiri adalah salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang menjadi tanggung jawab seluruh akademisi. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di samping melaksanakan pendidikan sebagaimana diamanahkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendi-

dikan Nasional Pasal 20. Sejalan dengan kewajiban tersebut, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 45 menegaskan bahwa penelitian di perguruan tinggi diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Salah satu bentuk pengabdian masyarakat ITB disalurkan melalui kegiatan yang bernama KKN-Tematik ITB (Kuliah Kerja Nyata), yang dibagi menjadi 4 tema, yaitu Pendidikan, Energi, Air, dan Infrastruktur.

KKN-Tematik ITB 2016 bertempat di desa Mekarwangi dan Mekarmulya di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut sejak tanggal 18 Juli 2016 sampai 8 Agustus 2016, diikuti oleh 166 mahasiswa angkatan 2013 dan 2014 dari berbagai jurusan. Penutupan KKN-Tematik ITB Setelah 3 minggu berada di daerah KKN, pada 7 Agustus 2016 seluruh peserta KKN bekerjasama dengan warga setempat mengadakan acara Pentas Seni Penutupan KKN-Tematik ITB di lapangan SD Mekarwangi 2. Acara tersebut dihadiri oleh Ketua Lembaga Kemahasiswaan, Kepala Desa Mekarwangi, Camat Kecamatan Talegong, Ketua KKN-Tematik ITB, peserta KKN-Tematik ITB, dan warga disekitar Mekarwangi dan Mekarmulya. Salah satu peserta KKN-Tem-

atik ITB mengaku senang dengan seluruh rangkaian kegiatan KKN, walaupun ada beberapa keterbatasan yang tidak bisa didapatkan, dibandingkan ketika berada di kota, “Yang paling didapat adalah nilai kekeluargaan. Datang, disambut, perhatian, jadinya senang. Walaupun diawal kedatangan merasa kok susah nyari makanan, terutama sembako, biasanya kalau dikota gampang. Tapi setelah 3 minggu disini, saya menjadi lebih bersyukur dengan apa yang sudah didapat. Lebih kuat dengan cobaan yang ada. Jangan sia-siakan kesempatan yg ada, apapun itu,sekecil apapun” ujar Vivi, mahasiswi TPSDA 2014, salah satu peserta KKN yang berada di tema energi. Pencapaian KKN-Tematik ITB 2016 Kegiatan KKN tidak selalu berjalan mulus, ada hambatan-hambatan dan permas-

alahan yang harus diselesaikan. Walaupun demikian, dengan adanya kebersamaan dan semangat mengabdi, semuanya bisa dihadapi dan diselesaikan dengan baik. “Pencapaian dari tema pendidikan 90%, tema energi 90%, tema air 80%, dan tema infrastruktur 70%. Untuk keseluruhan, secara umum keberhasilan KKN tahun ini sekitar 80%,” ujar Romanu Dwi Sasongko, Ketua KKN-Tematik ITB 2016. Ia juga berharap, efek kegiatan KKN di Desa Mekarwangi dan Mekarmulya tidak berhenti sampai penutupan saja, namun kedepannya, hubungan antara mahasiswa dengan warga tetap baik dan saling mendukung satu sama lain untuk kemajuan bersama. “Semoga selain membangun, kehadiran mahasiswa disini juga dapat menginspirasi masyarakat”, tambahnya. (TD)


14 Edisi Agustus 2016

GANECA POS

GANECA POS

Mencerahkan, Mencerdaskan

Mencerahkan, Mencerdaskan

formance menampilkan konsep cerita yang menggambarkan penyadaran diri akan pentingnya rasa empati. Pada peluncuran logo INTEGRASI ITB 2016, tim performance telah menampilkan bagaimana seorang berkepribadian introvert yang ingin berinteraksi dengan kelompok di sekitarnya. Meski telah beberapa kali mencoba, ia menganggap dirinya tidak diterima kelompok tersebut. Padahal, sebenarnya ia salah paham dan hanya memerlukan kesadaran

Doa

Kasih Ibu

Penampilan tim performance Integrasi saat acara penutupan

Divisi Performance merupakan salah satu divisi di bawah Bidang Kreatif (Upupa Citrakara) INTEGRASI ITB 2016 yang berperan dalam menyuasanakan kampus lewat seni pertunjukan kolosal. Pertunjukan kolosal sendiri merupakan tipe pertunjukan yang dilakukan secara massal dengan penggambaran suasana semirip mungkin dengan aslinya. Tema yang diusung dalam pertunjukan kolosal ini yaitu “Empati untuk Negeri”. Secara garis besar, divisi per-

Dok. Pers Mahasiswa ITB

dikemas dalam dua episode yakni saat pembukaan dan penutupan INTEGRASI ITB 2016. Untuk menyempurnakan cerita, dekorasi panggung dibuat oleh tim grafis yang juga dibawahi oleh Bidang Kreatif. Salah satu keunikan dari Divisi Performance adalah gerakan tarian serta kostum yang dikreasikan oleh para anggotanya sendiri. Santa mengungkapkan bahwa setiap kelompok yang memerankan karakter memiliki seorang

penanggung jawab yang bertanggung jawab atas gerakan tarian dan pembuatan kostum karakter yang mereka lakoni. Untuk itulah para anggota Divisi Performance ini berlatih setiap hari dari pukul 8 pagi hingga 11 malam. Bahkan untuk menghadapi gladi kotor pada 12 Agustus dan gladi bersih pada 16 Agustus, mereka memulai latihan 1 jam lebih awal di Saraga untuk menyesuaikan panggung INTEGRASI ITB 2016 nanti. (LPVD)

Dok. Pers Mahasiswa ITB

PUISI

Konspirasi

Siwi Aji Widhi Astuti (KI 15) Aku melewatkan satu halaman dari ensiklopedi riwayatku ketika kedatanganmu. Sungguh, apakah engkau sedang berkonspirasi dengan waktu? Menyogok beberapa detik untuk mengoyak damai hati di banyak titik. Mendusta pada ruang memaksa mereka menjadi satu bayang, bayanganmu. Sungguh terlalu.

Hamdi Alfansuri (PL 15) : Palestina dan negeri nun jauh disana O. Andai kita dapat terbang Tentu kita akan melihat lebih jelas Saudara-saudara kita di sana Tapi Kita hanya dapat menerbangkan doa Untuk keselamatan dan keamanan Saudara-saudara kita di sana

Hamdi Alfansuri (PL 15) (1) Pada langkah kita Dalam banyak tanda tanya (2) Hidup kita Selalu dalam kecemasan ibu: cinta (3) Hingga nanti Saat kita tak lagi mengerti (4) Sepasang mata bola Dengan cahaya di tengahnya (5) Seperti merpati putih Merajut sangkar untuk anaknya

Edisi Agustus 2016

ITB Multikampus

Pertunjukan Kolosal “Empati untuk Negeri” diri untuk turut berempati ke dalam kelompok tersebut. Sedikit berbeda dengan peluncuran logo, performance dalam rangkaian INTEGRASI ITB 2016 lebih menggambarkan kondisi mahasiswa ITB yang kerap dicap sombong akibat terlalu banyak mendapat pujian. Padahal, makna yang terkandung dalam pujian tersebut adalah masyarakat yang menaruh harapan besar kepada mahasiswa ITB untuk memajukan kesejahteraan bangsanya. Namun, mahasiswa seakan lupa diri dan menjadi sombong. Di sinilah empati diperlukan untuk kembali menyadarkan mahasiswa. Diungkapkan oleh Ketua Divisi Performance, Valeria Atiyasanta (SR 2014), terdapat beberapa karakter yang dimunculkan dalam cerita. Sebelumnya, saat Sidang Terbuka, Divisi Performance telah menampilkan karakter ketiga maskot INTEGRASI ITB 2016 yaitu Yama, Gatra, dan Nararya yang masing-masing merupakan penggambaran dari pemikiran, pergerakan, dan empati. Penampilan tersebut merupakan teaser yang ikut andil dalam penyuasanaan INTEGRASI ITB 2016. Sedangkan, inti penampilan akan

3

Malam Panjang David Satya Hartanto

Percaya pada dirimu Hingga waktu pagi Tiba di Timur Menghantam manusia Timur Mereka lemah lagi Diraba kekuatan semu Sesaat ku ambil darahmu Dan cairan putihmu Hembuskan nafas kehidupan padanya Lalu kucampakanlah dirinya Ke dalam nista dunia katanya Apa sangkamu? Apa maumu? Sangkamu aku bermain dadu Atas dirimu kupasang taruhan Dan sekarang, kau berhutang Berdoalah pada yang di atas! Berdoalah! Ungkap semua jasamu! Ungkap semua hakmu! Hingga kau sadar Bahwa tiada tuhan selain dia Yang datang pada mereka Mereka yang tercampak Ke dalam nista dunia . . . .

Kau kira sudah selesai kah? Hingga mentari tiba, saat kelelakianmu Menusuk dirinya di malam gelap Mengapa tak kau selesaikan? MENGAPA TAK KAU SELESAIKAN? JERITMU DEMIKIAN PADAKU! Kutanya sekali lagi padamu MENGAPA TAK KAU SELESAIKAN, HAH?! Ah, sudahlah Dirinya sudah lulus dari ujiannya Ujianmu belum selesai Menghitung detik berlalu di malam ini Satu Dua Tiga Empat . . . . . . . . .

Sistem Kemahasiswaan Multikampus Segera Disusun GANECA POS, ITB – ITB terus merealisasikan rencananya menjadi ITB multikampus. Setelah Kampus Jatinangor, kini ITB hadir di Cirebon. Namun, beberapa masalah muncul dari pengembangan konsep multikampus ini. Banyak pertanyaan yang timbul mengenai kesempatan mahasiswa di luar Kampus Ganesha untuk tetap aktif berkemahasiswaan. Menurut M. Arya Zamal (TI’12) selaku Majelis Wali Amanat Wakil Mahasiswa (MWA-WM) ITB, mahasiswa yang berada di luar Kampus Ganesha memiliki kesempatan yang sama untuk berorganisasi dan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Berkaitan dengan hal tersebut, Ketua Kongres KM ITB, Yehezkiel David (TM’13), menegaskan, “Kita akan menyiapkan dokumen rencana strategis kemahasiswaan KM ITB dari tahun 2017-2020, termasuk di dalamnya terkait multikampus. Hal itu tengah dipersiapkan kini dengan telah dibentuknya tim Ad Hoc”. Mahasiswa ITB Ganesha, Jatinangor, dan Cirebon secara keseluruhan berhak untuk mendapatkan fasilitas, suasana akademik, dan kedinamisan kemahasiswaan yang sama tanpa perlu mengedepankan alasan jarak dan waktu. Hasil kegiatan ‘Kopi Sore’ yang diadakan KM ITB bersama rektorat pada awal Agustus lalu juga mengajukan beberapa masalah dan permintaan, yakni ITB wajib menyediakan kelayakan fasilitas akademik di Jatinangor atau memenuhi kebutuhan transportasi untuk mahasiswa ITB Jatinangor–Ganesha, pembukaan dokumen adendum ITB

DOK. PRIBADI

dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait pembukaan ITB Cirebon, jaminan penyetaraan kualitas antara mahasiswa Jatinangor yang mengulang TPB yang akan digabung proses perkuliahannya dengan mahasiswa afirmasi ITB Cirebon, dan permintaan peningkatan kualitas kantin di ITB Jatinangor. Multikampus sendiri merupakan langkah pengembangan dimana ITB membangun beberapa kampus di luar Kota Bandung, seperti ITB Jatinangor dan ITB Cirebon yang sudah terealisasi, serta ITB Walini dan ITB Bekasi yang masih pada tahap wacana. Berdasarkan keterangan dari Ir. Betti S. Alisjahbana selaku ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITB, Dr. Ir, Sigit Darmawan selaku Direktur Pengembangan ITB, Dr. Ir. Wedyanto, M.Sc. selaku Direktur Eksekutif ITB Jatinangor, serta Dr. Taufikurahman selaku Wakil Direktur Eksekutif

ITB Jatinangor, pembangunan ITB multikampus merupakan suatu kebutuhan, karena luas Kampus Ganesha yang dirasa sudah tidak cukup mewadahi seluruh kegiatan akademik dan kemahasiswaan jika dilihat dari luasnya yang hanya 28 hektar. Selain mengakomodasi perkembangan ITB, diharapkan dengan adanya ITB multikampus ini bisa memenuhi permintaan dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) serta Gubernur Jawa Barat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan APK (Angka Partisipasi Kasar) masyarakat Jawa Barat di Perguruan Tinggi. Mengenai ITB Cirebon, hadirnya kampus ini merupakan salah satu konsep pendidikan di luar daerah (PDD) berupa kerja sama antara ITB dengan Pemprov Jawa Barat. “Sebelumnya, ITB terlebih dahulu berencana untuk membuka program studi baru di daerah Pangandaran, Ciam-

DOK. PRIBADI

is. Namun rencana tersebut ternyata didahului oleh pembukaan ITB Cirebon dan ITB Bekasi pada SNMPTN 2016. Walaupun pada akhirnya terjadi pembatalan pembukaan ITB Bekasi karena permasalahan pembebasan lahan yang belum tuntas,” ungkap Fauzan Makarim, Menteri Advokasi dan Kebijakan Kampus KM ITB 2016, saat bertemu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB, Prof. Ir. Bermawi Priyatna Iskandar, M.Sc., Ph.D. Melihat cita-cita dari RENIP (Rencana Induk Pengembangan) mengenai visi ITB 2025 serta ITB sebagai World Class University dan keleluasaan pengaturan keuangan oleh ITB sebagai PTN-BH (perguruan tinggi negeri berbadan hukum), tak salah apabila ITB ingin membangun kampus di luar Ganesha sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan dalam rangka per-

baikan akademik dan infrastruktur. Sementara itu, konsep multikampus sebenarnya belum secara jelas terdefinisikan karena masih dalam proses penyempurnaan dan pengesahan kebijakan oleh MWA yang diagendakan dalam bulan Agustus ini. Terkait kebijakan multikampus, beberapa pihak yang terlibat seperti senat akademik merancang kebijakan dan norma akademik dan rektorat sebagai perancang kebijakan penyelenggaraan akademik. Hasil rancangan selanjutnya akan dipresentasikan untuk kemudian disahkan oleh MWA. Sampai saat ini sudah ada 8 program studi di ITB Jatinangor dengan 6 Prodi S1 yaitu Rekayasa Hayati (SITH-R), Rekayasa Pertanian (SITH-R), Rekayasa Kehutanan (SITH-R), Rekayasa Infrastruktur Lingkungan (FTSL), Teknik Pengelolaan Sumber Daya Air (FTSL), Kewirausahaan (SBM) dan 2 Prodi S2 yaitu Pengelolaan Infrastruktur Air Bersih dan Sanitasi (FTSL), dan Arsitektur Lansekap (SAPPK) serta Teknologi Pasca Panen (SITH-R), Teknik Pangan (FTI), dan Teknik Bioenergi dan Kemurnian Energi (FTI). ITB Cirebon juga sudah menerima 60 mahasiswa baru dari tiga jurusan berbeda, yaitu Planologi, Teknik Industri, dan Seni Kriya, yang masing-masing berjumlah 20 mahasiswa. Mahasiswa ITB Cirebon sudah diterima secara resmi melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, afirmasi, dan jalur mandiri. (MAP/MK)

Osjur Sepuluh Hari

HMJ Berusaha Menyesuaikan dengan Aturan OS Baru

GANECA POS, ITB – Pertengahan Juli 2015 lalu, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB mengeluarkan Surat Edaran no. 231/I1.B01/PP/2016 Tentang Aturan Orientasi Studi Himpunan Program Studi atau Fakultas/Sekolah. Beberapa Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) menilai aturan tersebut terlalu mengikat dan meragukan alasan keluarnya aturan tersebut. Meski begitu, HMJ tetap menyesuaikan program yang telah dibuatnya dengan aturan baru tersebut. Aturan tersebut mencantumkan tujuan dari orientasi studi himpunan program studi atau fakultas beserta aturan-aturan pelaksanaan orientasi studi (OS) jurusan atau osjur. Osjur kini diberikan waktu 40 jam selama sepuluh hari dengan batasan hanya boleh dilakukan di hari libur nasional, Sabtu, dan Minggu. Osjur pun

dok. himatek itb

diwajibkan menyelesaikan program nai OS. Hal lain dinyatakan oleh Nurhadi kaderisasi awalnya 2 minggu sebelum masa Ujian Tengah Semester Al Rasyid (KL’13) selaku ketua Kel(UTS) Gasal yang berlangsung pada uarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL) ITB. “Mungkin tujuannya 10 – 14 Oktober 2016. Fakhri Guniar (MRI’13) selaku baik dari rektorat supaya tidak ada ketua Mahasiswa Teknik Industri perploncoan”, ujar Hadi. Pandangan (MTI) menyatakan bahwa ia kurang lain diungkapkan oleh Ketua Himsetuju dengan aturan tersebut karena punan Mahasiswa Teknik Geofisika merasa dibatasi. Ia mengaku merasa (HIMA TG) ‘TERRA’, Donny Maaneh dengan rektorat yang memili- hartha (TG’13), turut heran dengan ki perhatian khusus terhadap osjur pandangan rektorat terkait OS yang November - 4 Desember selama ini berjalan. Donny pun hingga terus merevisi aturan 30 menge-

berkomentar, “Menurut saya HMJ masih tahu batasannya sih, kalo ada yang meninggal dan kejadian sejenisnya itu kan kejadian yang tidak bisa diprediksi. Sebenernya saya tidak tahu rektorat menganggap osjur selama ini tuh seperti apa”. HMJ mau tidak mau mesti menyesuaian program kaderisasinya terkait aturan baru tersebut. Beberapa HMJ seperti MTI, KMKL dan HIMA TG ‘TERRA’ pun memilih mengikuti aturan tersebut dengan merubah beberapa metode dan menyesuaikannya dengan kebutuhan calon kader mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Donny, aturan tersebut memiliki sisi positif seperti membuat HMJ mau tidak mau harus mengeksplor lebih dalam lagi mengenai metode baru yang cocok dengan calon anggota himpunan meskipun menurutnya 2015 metode yang selama ini digunakan

YUK NYOBLOS!

oleh HIMA TG ‘TERRA’ sudah cukup ampuh. Perubahan metode tersebut ada kemungkinan gagal karena baru diterapkan sehingga setiap himpunan memiliki cara masing-masing untuk mem-back up materi atau nilai-nilai yang belum tercapai nantinya seperti dengan mengadakan latihan kepemimpinan dan organisasi (LKO) maupun memberikan tugas ,dan materi-materi tambahan di luar waktu osjur. Perubahan-perubahan aturan osjur akan membuat adanya perubahan atas keluaran (output) hasil kaderisasi dari tiap angkatan karena adanya perubahan metode seperti yang disampaikan oleh Hadi. KMKL sendiri menurutnya memiliki perbedaan output antara metode osjur yang terbaru dengan yang lama, seperti rasa kepemilikan di dalam KMKL sendiri maupun bentuk kedekatan antar angkatan. (FKAK)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.