Buletin Gema Dhammavaddhana Edisi 03 Periode 27

Page 1

Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana

Buletin 03 EDISI

Gema Dhammavaddhana

Periode XXVII


02

Salam Redaksi

SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab Bonnie Indrawan Pemimpin Redaksi Sakkananda Mitta PIC Buletin Mery Angelya Editor Carvia Sances Selvia Parjono Penulis Artikel: Sakkananda Mitta Valeria Sharleen Luciana Dian Santami Richard Huang April Callista Angelia Tantowi Layouter: Ratna Berliana Jovan Widya

SALAM REDAKSI Halo teman-teman se-Dharma. Selamat datang kembali di Buletin Gema Dhammavaddhana yang ketiga di periode ke-27. Menemukan pasangan hidup merupakan sebuah tujuan ketika kita tidak memilih untuk menjadi seorang samana atau pertapa. Mencari pasangan yang sesuai tentunya memerlukan usaha yang cukup keras. Beberapa orang bisa langsung menemukan pasangan mereka yang sesuai, tetapi ada juga yang harus melalui berbagai macam hubungan yang sulit sampai menemukan pasangan idealnya. Pada Buletin kali ini, kita akan mem bahas tentang “Ideal Couple� yang semoga juga setelah teman-teman membaca artikel ini, kita semua bisa segera bertemu dengan pasangan ideal kita masing-masing. Teman-teman juga jangan lupa untuk mengikuti kuis yang diselenggar akan oleh Buletin Gema Dhammavaddhana ya. Dengan hadiah menarik yang sudah menanti teman-teman tentunya. Sebagai penutup, selamat membaca Buletin Gema Dhammavaddhana Edisi 3 kali ini, semoga buletin ini bisa bermanfaat bagi kita semua.


Quiz

QUIZ Temukan 11 wajah dalam gambar di atas! Lingkari dengan alat tulis, kemudian foto, dan kirimkan jawaban anda ke: meryangelya@yahoo.com

Contact Person: Mery Angelya 0812 8275 6128 Line: mery_ang

03



Pembahasan Tema

2.Gaya Hidup

Bukan masalah memiliki gaya hidup atau hobby yang sama, tapi saling mengerti dan menerima gaya hidup masing-masing. Ada orang yang hobby jalan-jalan dan piknik, ada juga yang lebih senang dirumah. Ada yang senang berpakaian mewah, ada juga yang lebih suka berpakaian sederhana dan praktis. Hal-hal yang kelihatannya sepele, tapi sering menjadi pemicu pertengkaran dalam sebuah hubungan, bahkan sampai perceraian.

3.

Carilah di Tempat yang Tepat

Mencari pasangan hidup yang tepat haruslah di tempat yang tepat. Kita bisa membayangkan sendiri bukan, pasangan seperti apa yang akan kita dapatkan jika kita mencarinya di tempat hiburan malam misalnya, atau di tempat karaoke dan di tempat-tempat yang penuh hura-hura.

4.

Kualitas Karakter

Pasangan hidup yang baik juga bisa dipilih dengan memperhatikan kualitas karakter yang dimilikinya semasa masa pacaran. Misalnya saja apakah dia seseorang yang temperamental, bagaimana penguasaan dirinya, bagaimana tanggung jawabnya terhadap suatu hal, apakah dia seorang yang sabar atau suka tergesa-gesa? Cobalah terus perhatikan karakterkarakter yang dimiliki oleh pasangan kita dan sesuaikanlah dengan karakter yang kita miliki, Jika kita merasa sudah klop dengan karakternya, berarti dialah yang cocok menjadi pasangan hidup kita.

5.

Terus Menerus Memperbaiki Diri

Intinya, bila kita menginginkan pasangan hidup yang baik yang sesuai dengan keinginan kita, maka hal penting dan sederhana yang

05

harus kita lakukan adalah berkaca serta terus-menerus memperbaiki diri sendiri. Tak ada artinya kita menuntut orang lain berbuat sesuatu bila kita sendiri juga tidak berbuat, hal tersebut akan sia-sia.

6.

Tanyakan pada Hati

Hati yang terdalam tidak akan pernah salah dalam menilai. Cinta buta memang kadang dapat menutup mata hati sehingga kita tidak dapat melihat kenyataan yang ada. Untuk itu, sering-seringlah bertanya pada hati dan nilailah secara logika akan baik buruknya pilihan kita.

7.

Minta Nasehat

Pengalaman orangtua dalam hal berumah tangga adalah masukan yang sangat berharga saat kita tengah mencari pasangan hidup. Tidak ada salahnya kita meminta orangtua untuk menceritakan bagaimana awal mereka bertemu, menjalin hubungan, dan akhirnya menikah. Dari cerita tersebut sedikit banyak kita akan mendapat inspirasi tentang bagaimana kita mencari, berkenalan, untuk kemudian menikah dengan pasangan yang tepat. Orangtua adalah figur yang mengenal kita sejak dari lahir sehingga mereka sangat paham karakter dan kepribadian kita. Dalam urusan mencari jodoh semua pasti menginginkan pasangan yang menurutnya paling ideal. Yang sering menjadi kendala, biasanya seseorang menginginkan kriteria berlebihan terhadap pasangan yang diinginkannya. Jadi, jika kita kesulitan menemukan pasangan yang tepat maka kita perlu introspeksi diri, Dan bila yang sudah menemukan pasangan yang cocok, terimalah segala kekurangan dia. Karena di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, termasuk diri kita.


06 Dhammasharing

Paticcasamuppada

3. Lenyapnya Penderitaan (Dukkha Nirodha), 3. Lenyapnya Penderitaan (Dukkha Nirodha), kebahagian sejati, pembebasan AdanyaAdanya kebahagian sejati, pembebasan dari dari penderitaan, yaitu Nibbana. penderitaan, yaitu Nibbana. 4. Menuju Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan 4. Jalan Lenyapnya Penderitaan (magga), yaitu dengan melaksanakan (magga), yaitu dengan melaksanakan jalan jalan mulia berunsur delapan. mulia berunsur delapan.

Penderitaan Akar Akar Penderitaan

Apa itu Paticcasamuppada? Secara sederhana, sang Buddha menjelaskan Paticcasamudpada dengan syair: “Dengan adanya ini, maka terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu. Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.” Paticcasamuppada atau di sebut juga Hukum Sebab-Musabab yang saling berkegantungan yang merupakan salah satu ajaran utama Sang Buddha. Dalam Maha-hatthipadopama Sutta; Majjhima Nikaya 28, Y.A Sang Buddha mengatakan “Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada.” Oleh karena itu, jika ingin terbebas dari penderitaan, sangat penting bagi seseorang untuk mengerti Paticcasamupada. Dengan mengerti Paticcasamupada, seseorang dapat memahami 4 kebenaran mulia, mengakhiri penderitaan dan mencapai Nibbana.

Aplikasi Paticcasamuppada : 4 Kebenaran Mulia Paticcasamupadda dapat diaplikasikan dengan berbagai cara. Salah satu pengaplikasian Paticcasamuppada adalah terhadap penderitaan (Dukkha), yang juga dikenal sebagai 4 kebenaran mulia: 1. Adanya Penderitaan (Dukkha), Penderitaan karena sakit, penderitaan karena tidak dapat menerima perubahan, penderitaan karena berkondisi (lahir, tua, sakit, mati). 2. Sebab Penderitaan (Dukkha Samudāya), yaitu ketidaktahuan, keserakahan,

Menurut sang Buddha, akar dari segala Menurut sang Buddha, akar dari segala pende-pende ritaan adalah Keserakahan (Lobha), Kebenci ritaan adalah Keserakahan (Lobha), Kebencian dan Kebodohan Batin (Moha). (Dosa),(Dosa), dan Kebodohan Batin (Moha). KetigaKetiga akar ak tersebut disebabkan dan menyebabka tersebut saling saling disebabkan dan menyebabkan. Ketiga akar ini bukan hanya penyebab dari pende Ketiga akar ini bukan hanya penyebab dari pendejuga merupakan aktor/dalang ritaan, ritaan, tetapi tetapi juga merupakan aktor/dalang utama utam dari penderitaan dari penderitaan kita. kita.

12 Mata (Nidāna) 12 Mata RantaiRantai (Nidāna)

12rantai mata ini rantai ini menjelaskan 12 mata menjelaskan tentangtentang proses pros kelahiran kembali serta sebab-musabab terjadin kelahiran kembali serta sebab-musabab terjadinya penderitaan. Dengan terpenuhinya suatu kondi penderitaan. Dengan terpenuhinya suatu kondisi, maka akan muncul kondisi lain yang juga meny maka akan muncul kondisi lain yang juga menyebabkan kondisi lain, yang akhirnya membuat k babkan kondisi lain, yang akhirnya membuat kita terus berputar dalam Roda Samsara dan mengala terus berputar dalam Roda Samsara dan mengalami penderitaan. 12 mata rantai ini dapat diuraik penderitaan. 12 mata rantai ini dapat diuraikan sebagai: sebagai: a) Kegelapan Batin (Avijjā) a) Kegelapan Batin (Avijjā)

Avijjā berarti tidak memiliki pengetahuan. Avi Avijjā bersinonim berarti tidak memiliki pengetahuan. dengan Moha, yang berartiAvijja gelap, tid bersinonim dengan Moha, yang berarti tidakakan mengerti akan hidup ini, tidak gelap, mengerti mengerti akan hidup ini,Seseorang tidak mengerti akan 4 dala kebenaran mulia. yang berada kebenaran mulia. tidak Seseorang berada dalam kegelapan dapat yang membedakan mana ba kegelapan tidak dapat membedakan mana baik mana buruk. Karena gelap maka seseorang menja mana buruk. gelap maka tidak Karena tahu. Karena tidakseseorang memilikimenjadi pengetahu tidak tahu. Karenamenjadi tidak gelap. memiliki pengetahuan maka hidup maka hidup menjadi gelap.

b) Bentuk-bentuk Perbuatan (Saṅkhāra) b) Bentuk-bentuk Perbuatan (Saṅkhāra) Ketidaktahuan (Avijja) menyebabkan orang ya Ketidaktahuan orang yang diliputi (Avijja) Avijja menyebabkan melakukan bermacam-maca diliputiperbuatan Avijja dari melakukan bermacam-macam perbuatan baik maupun yang jah perbuatan dari perbuatan baikperbuatan maupun yang Ia terus melakukan yangjahat. membu Ia terus melakukanyang perbuatan yang membuat karma-karma tidak terarah karena ia tidak ta karma-karma yang tidak terarah karena ia tidak tahu dan tidak mengerti apa yang seharusnya dilakuka dan tidak mengerti apa yang seharusnya dilakukan. c) Kesadaran Yang Menyambung (Patisandhi c) Kesadaran Yang Menyambung (Patisandhi Viññāṇa) Viññāṇa) . .


Dhammasharing 07 Selain karma adalah akibat, karma juga adalah penyebab. Akibat kekuatan karma seseorang tidak habis, maka setelah ia meninggal, ia terlahir kembali. Akan ada kesadaran yang menyambung dari kehidupan lama ke kehidupan yang baru. d) Jasmani dan Batin (Nāma- rūpa) Karena ia terlahir kembali, maka seseorang akan memiliki jasmani dan batin e) 6 Landasan Indria (Saḷāyatana) Karena seseorang memiliki jasmani dan batin, maka ia juga memiliki 6 landasan indriya, yang terdiri dari pikiran serta ke-5 panca indra kita. f ) Kontak (Phassa) Keenam landasan indria menyebabkan kita dapat melakukan kontak. Mata berkontak pada semua yang bisa dilihat baik indah maupun buruk, mulut melakukan kontak dengan rasa makanan baik enak maupun tak enak. Sedangkan pikiran melakukan kontak dengan semua yang diterima panca indria kita. Peristiwa, kenangan, angan-angan semua berkontak dengan pikiran. Tanpa pikiran tak bisa berkontak, tanpa panca indra juga tak bisa berkontak. Karena memiliki panca indra dan pikiran maka dapat berkontak dengan dunia. g) Perasaan (Vedanā) Dengan adanya kontak dengan hal-hal tersebut, maka muncul perasaan. Pada saat melihat yang indah kita menjadi senang. Saat mendengar pujian perasaan kita senang, akan tetapi saat mendengar makian kita muncul perasaan tidak tenang. Inilah perasaan yang muncul karena adanya kontak panca indria dengan dunia luar. Perasaan dapat membutakan seseorang bertindak hanya demi memenuhi kesenangan dan membenci yang membuat tidak senang. h) Keinginan (Taṇhā) Dengan butanya seseorang dengan perasaan, maka sesseorang akan memiliki Tanha. Tanha adalah nafsu. Tanha membuat seseorang ingin yang menikmati terus. Disinilah seharusnya kita memutus rantai penderitaan, dimana perasaan senang terhadap sesuatu membuat kita ingin menikmati terus dengan cara meditasi.

i)

Kemelekatan (Upādāna)

Dengan terus ingin memenuhi keinginan, maka akan muncul kemelekatan. Kemelekatan membuat seseorang tidak ingin dipisah dari hal yang membuatnya senang. Kemelekatan membuat seseorang ingin terus menikmati walaupun sebenarnya sudah cukup. Inilah yang menyebabkan proses penderitaan. j) Proses Penderitaan (Bhava) Dengan adanya kemelekatan, maka adanya proses penderitaan. Seseorang terus memperpanjang proses penderitaan, karena ia melekat dengan sesuatu yang sangat ia senangi. k) Kelahiran Kembali (Jāti) Karena seseorang memperpanjang proses penderitaan, setelah meninggal seseorang akan terlahir kembali. Kelahiran kembali inilah yang disebut Jāti, yang membuat kita menderita. l) Proses Penuaan dan Kematian (Jarāmaraṇa) Karena seseorang terlahir, maka seseorang akan mengalami kelapukan, umur tua, dan kematian. Alasan seseorang bisa meninggal, karena orang tersebut terlahir. Jika ia tidak lahir, maka tidak mungkin mati. Oleh karena itu, jika kita ingin terbebas dari penderitaan, kita harus menghancurkan mata rantai. Biarlah perasaan muncul apa adanya tapi jangan biarkan perasaan yang muncul berubah menjadi nafsu keinginan. Caranya adalah dengan mengembangkan kebijaksanaan (Panna) dengan menjaga moral (Sila) dan meditasi (Samadhi) yang baik. Dengan lenyapnya Tanha, maka lenyaplah kemelekatan, lenyapnya proses penderitaan, lenyapnya proses kelahiran kembali. Dengan tidak terlahir kembali maka kita terbebas dari segala macam penderitaan. Itulah kebahagiaan Nibbana. “Kau tak akan membuat rumah lagi. Semua rakit-rakitmu patah. Balok utamamu telah dihancurkan. Batin mencapai keadaan tanpa syarat Tercapailah akhir dari pada Tanha” - Lagu Pekik Kemenangan -


08 Liputan Event



10 Upcoming Event


03 11 QuizUpcoming Event

QUIZ Temukan 11 wajah dalam gambar di atas! Lingkari dengan alat tulis, kemudian foto, dan kirimkan jawaban anda ke: meryangelya@yahoo.com

Contact Person: Mery Angelya 0812 8275 6128 Line: mery_ang


Jadwal Rutin KMBD Dhammaclass:

Jumat 11:30-13:00

Tata Cara Kebaktian: Selasa 17:00-19:00

Chanting:

Selasa 19:00-selesai

Buddhist Education Class: Kamis 17:00-19:00

“You yourself, as much as anybody in the entire universe, deserve your l ove and affection.�

-Buddha-

Visit :

www.kmbd.info

Submit your article, idea at gema.dhammavaddhana@gmail.co m


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.