GemaSHARING Yang dimaksud dengan Sangha di sini adalah kumpulan para bhikkhu - bhikkhuni, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang, baik yang telah dan yang kelak akan mencapai kesucian, setelah mempraktikkan Dhamma, ajaran mulia dari Sang Buddha. Disebutkan pula bahwa Sangha merupakan ladang yang paling subur bagi benih perbuatan baik yang dilakukan seseorang. Dari makna Sangha yang dijabarkan di atas, jelas juga bahwa Mustika Sangha merupakan tempat yang terbaik untuk menanam tabungan kebaikan yang ditujukan pada sekelompok makhluk, mengingat cakupan waktu dari masa lampau sampai akan datang, sepanjang Sangha masih tetap ada. Sebelum membahasnya lebih lanjut lagi, marilah pembaca menyimak kisah singkat berikut ini. Pada masa Buddha Gotama, pernah Mahapajapati Gotami – ibu tiri sekaligus ibu asuh Siddhattha Gotama – berniat baik hendak mendanakan jubah pada Sang Buddha, tetapi dia malah dianjurkan oleh Sang Buddha untuk mendanakannya pada Sangha. Mengapa? Karena ini akan memberikan manfaat yang besar, baik bagi Mahapajapati maupun bagi Sangha. Sang Buddha pasti telah mengetahui hal ini akan lebih bermanfaat ke depannya untuk masa yang akan datang. Jika kita tinjau kondisi pada masa modern sekarang ini, kebenaran akan nasihat Sang Buddha pada Mahapajapati Gotami lebih jelas terlihat. Pada abad XXI saat ini, arus informasi yang beredar sangatlah pesat dan dalam sekejap dapat berputar di dunia dengan cepat. Pengaruh dari perseorangan, berupa sosok panutan, biasanya hanya sebentar dan terbatas pada orang-orang yang berkaitan dekat dengan sosok tersebut. Lebih-lebih lagi bagi kelompok yang menginginkan bukti lebih dahulu, tokoh-tokoh dalam sejarah sering dianggap hanya ada tertera dalam tulisan dan cerita saja. Kisah yang terdapat dalam Kitab Suci dari berbagai agama yang ada pun, semakin jarang diketahui oleh anak-anak muda dan generasi penerus berikutnya, semakin terasa seperti tokoh-tokoh sejarah saja. Tetapi berbeda dengan Sangha, orang-orang yang ada di dalamnya terus berubah sejalan dengan zaman yang ada pada masa yang berlangsung. Dengan demikian, kedekatan masyarakat terhadap Sangha tetap ada dan penyebaran kebajikan dari Ajaran tetap tersampaikan melalui bahasa dan budaya yang sesuai dengan kondisi masing-masing masyarakat setempat pada masa itu.
Jadi memang benar amatlah baik, jika kita berbuat baik pada Sangha. Tapi tetap saja ada hal-hal yang penting untuk diingat agar berjalan lancar. Contohnya: Saat menanam kebaikan pada ladang Sangha, hendaknya pikiran saat berdana memang diarahkan dan tertuju pada Keseluruhan Sangha, bukan hanya sekelompok atau sebagian saja. Dengan demikian, memang nantinya akan tertanam pada ladang kebaikan yang amat luas, bukan hanya sebagian besar atau bagian kecil saja dari area yang amat luas tersebut. Selain itu, waktu dan benih saat menanam sesuatu juga mempengaruhi hasil panenan. Dari segi waktu, berdana pada Sangha di masa Kathina, adalah ibarat berdana pada masa sedang musim hujan turun dengan lebat. Setelah berlatih selama tiga bulan (masa vassa) di tempat tertentu, maka dapat diharapkan pada masa Kathina, perkembangan batin anggota Sangha semakin baik, bahkan mungkin ada yang mencapai tingkat-tingkat kemajuan yang luar biasa. Ini ibaratnya hujan membasahi ladang dengan baik, tentu menyenangkan petani yang menanamnya. Untuk benih, semakin tidak disertai kotorankotoran batin (keserakahan, kebencian, iri hati, kebodoohan batin, dll) alias semakin tulus dan tanpa pamrih, maka benih yang ditabur akan semakin baik, ibaratnya bibit unggul yang berkualitas terbaik Oleh karena itu, setelah mengetahui nilai dari mustika Sangha, marilah kita mempersiapkan diri melakukan kebaikan pada Sangha pada saat Kathina yang sebentar lagi akan tiba. Juga ajaklah teman dan keluarga kita turut serta agar mereka juga dapat menerima manfaat dari menanam harta kebaikan pada ladang yang amat subur dan amat luas ini.
Sabbe satta
bhavantu sukhitatta Semoga semua makhluk berbahagia.
Volume 56
2015
07
GemaSHARING
MUSTIKA
SANGHA DI SAAT KATHINA
Oleh: Bhikkhu Vipulasilo
Dalam hidup bermasyarakat, biasanya seseorang akan selalu dinasehati untuk melakukan kebaikan dan diajarkan agar menjauhi kejahatan. Tetapi apakah ajaran dan nasehat tersebut merupakan suatu hal yang mudah dilaksanakan? Atau kebalikannya malah dipandang susah untuk dilakukan? Jawabannya adalah hal ini tergantung pada kondisi batin si pelaku. Seorang guru yang sangat bijaksana pernah mengatakan: ”Orang baik akan mudah melakukan kebaikan dan susah berbuat kejahatan; Sebaliknya, orang yang tak baik akan susah melakukannya, walau itu hal yang kecil sekali pun. ” Mengapa? Karena kelompok orang-orang baik mengenali manfaat dan nilai-nilai yang ada dalam melakukan suatu perbuatan baik. Hal ini serupa dengan kejadian yang dialami oleh Anāthapiṇḍika. Saat mendengar pertama kalinya ucapan ”Buddha” (dari saudara iparnya), ia merasa sangat bahagia dan berseru, ”Teman, jarang sekali mendengar kata ‘Buddha, Buddha’ di dunia ini.” Begitu pula dengan Sela - seorang guru dengan ratusan pengikut - berpikir hal yang sama, ketika saat mendengarnya dari petapa Keniya tentang Buddha yang berdiam saat itu di kota Āpana, negeri Aṅguttarāpa. Mereka, seperti halnya seseorang yang tahu mana berlian yang asli dari sekumpulan benda-benda yang berkilau. Hanya berlian sejatilah, yang dapat menyenangkan seseorang yg tahu akan nilainya. Berbeda dengan yang menganggap kaca yang berkilau sebagai berlian asli, tentu manfaatnya kecil bahkan bisa menolak saat dihadiahi sebuah berlian. Demikian pula para pengikut yg menganggap hal-hal salah sebagai suatu mustika, adalah pendapat yg sia-sia dan berbahaya (micchādhimokkha). Contohnya sebagian orang meninggikan materi di atas segalanya
06
Gema Dhammavaddhana
bahkan dengan segala cara, akibatnya kehidupan kelak pasti akan sangat menderita. Tetapi, tentu saja mustika yang asli pasti akan mendatangkan kebahagiaan bagi semua makhluk yang ada. Bagi umat Buddha, bukan hanya ”Buddha” yang merupakan mustika, tapi juga dua buah mustika lainnya – ”Dhamma dan Sangha.” Ketiga-tiganya sama ampuhnya dalam memberikan manfaat luar biasa bagi mereka yang mengenali nilai yang terkandung di dalamnya. Sama seperti raja Pukkusati – teman dari raja Bimbisara – mengalami kesenangan batin yang sangat besar saat menerima hadiah berupa tulisan tentang mustika Buddha, Dhamma, dan Sangha. Hal ini amat luar biasa karena raja Pukkusati belum pernah bertemu atau mendengar kabar sekali pun tentang tiga permata, mengingat wilayah kerajaannya – Takkasila – terletak jauh di perbatasan dari Negeri Magadha, wilayah dari raja Bimbisara. Jika Buddha adalah sang guru, mustika Dhamma adalah hal-hal (ajaran) yang membuat seseorang menjadi orang yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik, dengan kata lain menjadi berkurang kekotoran batinnya, lalu apakah yang mencakup Sangha? Bagaimanakah cara kita mengenali nilai-nilai dalam mustika Sangha, agar kita nanti saat memilih, tepat mengambil dan menggenggam berlian yang asli? Ini sangat penting agar tidak salah ambil, agar yang terambil bukannya malah tiruan dari kaca, yang hanya kelihatan indah berkilau bagi kalangan khalayak yang tak mengetahui nilainya.
GemaSHARING Yang dimaksud dengan Sangha di sini adalah kumpulan para bhikkhu - bhikkhuni, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang, baik yang telah dan yang kelak akan mencapai kesucian, setelah mempraktikkan Dhamma, ajaran mulia dari Sang Buddha. Disebutkan pula bahwa Sangha merupakan ladang yang paling subur bagi benih perbuatan baik yang dilakukan seseorang. Dari makna Sangha yang dijabarkan di atas, jelas juga bahwa Mustika Sangha merupakan tempat yang terbaik untuk menanam tabungan kebaikan yang ditujukan pada sekelompok makhluk, mengingat cakupan waktu dari masa lampau sampai akan datang, sepanjang Sangha masih tetap ada. Sebelum membahasnya lebih lanjut lagi, marilah pembaca menyimak kisah singkat berikut ini. Pada masa Buddha Gotama, pernah Mahapajapati Gotami – ibu tiri sekaligus ibu asuh Siddhattha Gotama – berniat baik hendak mendanakan jubah pada Sang Buddha, tetapi dia malah dianjurkan oleh Sang Buddha untuk mendanakannya pada Sangha. Mengapa? Karena ini akan memberikan manfaat yang besar, baik bagi Mahapajapati maupun bagi Sangha. Sang Buddha pasti telah mengetahui hal ini akan lebih bermanfaat ke depannya untuk masa yang akan datang. Jika kita tinjau kondisi pada masa modern sekarang ini, kebenaran akan nasihat Sang Buddha pada Mahapajapati Gotami lebih jelas terlihat. Pada abad XXI saat ini, arus informasi yang beredar sangatlah pesat dan dalam sekejap dapat berputar di dunia dengan cepat. Pengaruh dari perseorangan, berupa sosok panutan, biasanya hanya sebentar dan terbatas pada orang-orang yang berkaitan dekat dengan sosok tersebut. Lebih-lebih lagi bagi kelompok yang menginginkan bukti lebih dahulu, tokoh-tokoh dalam sejarah sering dianggap hanya ada tertera dalam tulisan dan cerita saja. Kisah yang terdapat dalam Kitab Suci dari berbagai agama yang ada pun, semakin jarang diketahui oleh anak-anak muda dan generasi penerus berikutnya, semakin terasa seperti tokoh-tokoh sejarah saja. Tetapi berbeda dengan Sangha, orang-orang yang ada di dalamnya terus berubah sejalan dengan zaman yang ada pada masa yang berlangsung. Dengan demikian, kedekatan masyarakat terhadap Sangha tetap ada dan penyebaran kebajikan dari Ajaran tetap tersampaikan melalui bahasa dan budaya yang sesuai dengan kondisi masing-masing masyarakat setempat pada masa itu.
Jadi memang benar amatlah baik, jika kita berbuat baik pada Sangha. Tapi tetap saja ada hal-hal yang penting untuk diingat agar berjalan lancar. Contohnya: Saat menanam kebaikan pada ladang Sangha, hendaknya pikiran saat berdana memang diarahkan dan tertuju pada Keseluruhan Sangha, bukan hanya sekelompok atau sebagian saja. Dengan demikian, memang nantinya akan tertanam pada ladang kebaikan yang amat luas, bukan hanya sebagian besar atau bagian kecil saja dari area yang amat luas tersebut. Selain itu, waktu dan benih saat menanam sesuatu juga mempengaruhi hasil panenan. Dari segi waktu, berdana pada Sangha di masa Kathina, adalah ibarat berdana pada masa sedang musim hujan turun dengan lebat. Setelah berlatih selama tiga bulan (masa vassa) di tempat tertentu, maka dapat diharapkan pada masa Kathina, perkembangan batin anggota Sangha semakin baik, bahkan mungkin ada yang mencapai tingkat-tingkat kemajuan yang luar biasa. Ini ibaratnya hujan membasahi ladang dengan baik, tentu menyenangkan petani yang menanamnya. Untuk benih, semakin tidak disertai kotorankotoran batin (keserakahan, kebencian, iri hati, kebodoohan batin, dll) alias semakin tulus dan tanpa pamrih, maka benih yang ditabur akan semakin baik, ibaratnya bibit unggul yang berkualitas terbaik Oleh karena itu, setelah mengetahui nilai dari mustika Sangha, marilah kita mempersiapkan diri melakukan kebaikan pada Sangha pada saat Kathina yang sebentar lagi akan tiba. Juga ajaklah teman dan keluarga kita turut serta agar mereka juga dapat menerima manfaat dari menanam harta kebaikan pada ladang yang amat subur dan amat luas ini.
Sabbe satta
bhavantu sukhitatta Semoga semua makhluk berbahagia.
Volume 56
2015
07
DaftarISI
56 DAFTAR ISI
Gema Sharing 06 mustika sangha disaat khatina
Gema Informatif 10 menjadi manusia yang bermanfaat Gema Artikel 13 opini eksistensi diri
Gema Spesial 16 peran wanita dalam agama buddha Gema Talk 23 kebahagiaan karena melepas
Gema Knowledge 32 gaya berpakaian bhikkhu & bhikkhuni theravadha
Gema Dhammavaddhana 36 kegiatan KMBD Kemanggisan-Alam Sutra 2015
44 Opini
04
Gema Dhammavaddhana
SABANARASONYO
GemaSPECIAL
MENERIMA SERVICE COMPUTER - NOTEBOOK - DLL JUAL BELI COMPUTER - NOTEBOOK- DLL
Alamat & Cabang
Delivery
Bintaro Jaya CBD Ruko Kebayoran Arcade 3, No. 3, Blok E
021 - 29521602 0818 0877 9999 5875167f
Seberang Universitas Pembangunan Jaya
sanarasonyo.esdurian@yahoo.com www.sabanarasonyo.com
Jl. Rawa Belong Raya No 124 C (30 meter dari KFC) Jakarta Barat Telp. (021) 5365 1379, 9972 6559, 0812 8624 9058 0819 3224 0950 Fax. (021) 5365 1379 Find Us www.tokoflora.com
Tersedia Masakan Padang Spesifik lainnya
INGIN MENCARI KONVEKSI SABLON DAN BORDIR KAOS
KAMI AHLINYA
KAOS
OFFICE
WORKSHOP :
KEMEJA
Jl. Cipulir 1 No 1 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Telepon : 0813 8016 6216
Jl. Tanah Baru 1 Grogol Utara, Kebayoran Lama Telp. (021) 536 0765,0851 0066 6309
SWEATER JAKET TOPI TAS
Jl. Almubarok Raya No.11A (Seskoal) Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Telp. 0812 8654 179
WA : 0812 9898 6958 Email : mbkaos58@yahoo.com Volume 56
2015
15
GemaSHARING
MUSTIKA
SANGHA DI SAAT KATHINA
Oleh: Bhikkhu Vipulasilo
Dalam hidup bermasyarakat, biasanya seseorang akan selalu dinasehati untuk melakukan kebaikan dan diajarkan agar menjauhi kejahatan. Tetapi apakah ajaran dan nasehat tersebut merupakan suatu hal yang mudah dilaksanakan? Atau kebalikannya malah dipandang susah untuk dilakukan? Jawabannya adalah hal ini tergantung pada kondisi batin si pelaku. Seorang guru yang sangat bijaksana pernah mengatakan: ”Orang baik akan mudah melakukan kebaikan dan susah berbuat kejahatan; Sebaliknya, orang yang tak baik akan susah melakukannya, walau itu hal yang kecil sekali pun. ” Mengapa? Karena kelompok orang-orang baik mengenali manfaat dan nilai-nilai yang ada dalam melakukan suatu perbuatan baik. Hal ini serupa dengan kejadian yang dialami oleh Anāthapiṇḍika. Saat mendengar pertama kalinya ucapan ”Buddha” (dari saudara iparnya), ia merasa sangat bahagia dan berseru, ”Teman, jarang sekali mendengar kata ‘Buddha, Buddha’ di dunia ini.” Begitu pula dengan Sela - seorang guru dengan ratusan pengikut - berpikir hal yang sama, ketika saat mendengarnya dari petapa Keniya tentang Buddha yang berdiam saat itu di kota Āpana, negeri Aṅguttarāpa. Mereka, seperti halnya seseorang yang tahu mana berlian yang asli dari sekumpulan benda-benda yang berkilau. Hanya berlian sejatilah, yang dapat menyenangkan seseorang yg tahu akan nilainya. Berbeda dengan yang menganggap kaca yang berkilau sebagai berlian asli, tentu manfaatnya kecil bahkan bisa menolak saat dihadiahi sebuah berlian. Demikian pula para pengikut yg menganggap hal-hal salah sebagai suatu mustika, adalah pendapat yg sia-sia dan berbahaya (micchādhimokkha). Contohnya sebagian orang meninggikan materi di atas segalanya
06
Gema Dhammavaddhana
bahkan dengan segala cara, akibatnya kehidupan kelak pasti akan sangat menderita. Tetapi, tentu saja mustika yang asli pasti akan mendatangkan kebahagiaan bagi semua makhluk yang ada. Bagi umat Buddha, bukan hanya ”Buddha” yang merupakan mustika, tapi juga dua buah mustika lainnya – ”Dhamma dan Sangha.” Ketiga-tiganya sama ampuhnya dalam memberikan manfaat luar biasa bagi mereka yang mengenali nilai yang terkandung di dalamnya. Sama seperti raja Pukkusati – teman dari raja Bimbisara – mengalami kesenangan batin yang sangat besar saat menerima hadiah berupa tulisan tentang mustika Buddha, Dhamma, dan Sangha. Hal ini amat luar biasa karena raja Pukkusati belum pernah bertemu atau mendengar kabar sekali pun tentang tiga permata, mengingat wilayah kerajaannya – Takkasila – terletak jauh di perbatasan dari Negeri Magadha, wilayah dari raja Bimbisara. Jika Buddha adalah sang guru, mustika Dhamma adalah hal-hal (ajaran) yang membuat seseorang menjadi orang yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik, dengan kata lain menjadi berkurang kekotoran batinnya, lalu apakah yang mencakup Sangha? Bagaimanakah cara kita mengenali nilai-nilai dalam mustika Sangha, agar kita nanti saat memilih, tepat mengambil dan menggenggam berlian yang asli? Ini sangat penting agar tidak salah ambil, agar yang terambil bukannya malah tiruan dari kaca, yang hanya kelihatan indah berkilau bagi kalangan khalayak yang tak mengetahui nilainya.
GemaSHARING Yang dimaksud dengan Sangha di sini adalah kumpulan para bhikkhu - bhikkhuni, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang, baik yang telah dan yang kelak akan mencapai kesucian, setelah mempraktikkan Dhamma, ajaran mulia dari Sang Buddha. Disebutkan pula bahwa Sangha merupakan ladang yang paling subur bagi benih perbuatan baik yang dilakukan seseorang. Dari makna Sangha yang dijabarkan di atas, jelas juga bahwa Mustika Sangha merupakan tempat yang terbaik untuk menanam tabungan kebaikan yang ditujukan pada sekelompok makhluk, mengingat cakupan waktu dari masa lampau sampai akan datang, sepanjang Sangha masih tetap ada. Sebelum membahasnya lebih lanjut lagi, marilah pembaca menyimak kisah singkat berikut ini. Pada masa Buddha Gotama, pernah Mahapajapati Gotami – ibu tiri sekaligus ibu asuh Siddhattha Gotama – berniat baik hendak mendanakan jubah pada Sang Buddha, tetapi dia malah dianjurkan oleh Sang Buddha untuk mendanakannya pada Sangha. Mengapa? Karena ini akan memberikan manfaat yang besar, baik bagi Mahapajapati maupun bagi Sangha. Sang Buddha pasti telah mengetahui hal ini akan lebih bermanfaat ke depannya untuk masa yang akan datang. Jika kita tinjau kondisi pada masa modern sekarang ini, kebenaran akan nasihat Sang Buddha pada Mahapajapati Gotami lebih jelas terlihat. Pada abad XXI saat ini, arus informasi yang beredar sangatlah pesat dan dalam sekejap dapat berputar di dunia dengan cepat. Pengaruh dari perseorangan, berupa sosok panutan, biasanya hanya sebentar dan terbatas pada orang-orang yang berkaitan dekat dengan sosok tersebut. Lebih-lebih lagi bagi kelompok yang menginginkan bukti lebih dahulu, tokoh-tokoh dalam sejarah sering dianggap hanya ada tertera dalam tulisan dan cerita saja. Kisah yang terdapat dalam Kitab Suci dari berbagai agama yang ada pun, semakin jarang diketahui oleh anak-anak muda dan generasi penerus berikutnya, semakin terasa seperti tokoh-tokoh sejarah saja. Tetapi berbeda dengan Sangha, orang-orang yang ada di dalamnya terus berubah sejalan dengan zaman yang ada pada masa yang berlangsung. Dengan demikian, kedekatan masyarakat terhadap Sangha tetap ada dan penyebaran kebajikan dari Ajaran tetap tersampaikan melalui bahasa dan budaya yang sesuai dengan kondisi masing-masing masyarakat setempat pada masa itu.
Jadi memang benar amatlah baik, jika kita berbuat baik pada Sangha. Tapi tetap saja ada hal-hal yang penting untuk diingat agar berjalan lancar. Contohnya: Saat menanam kebaikan pada ladang Sangha, hendaknya pikiran saat berdana memang diarahkan dan tertuju pada Keseluruhan Sangha, bukan hanya sekelompok atau sebagian saja. Dengan demikian, memang nantinya akan tertanam pada ladang kebaikan yang amat luas, bukan hanya sebagian besar atau bagian kecil saja dari area yang amat luas tersebut. Selain itu, waktu dan benih saat menanam sesuatu juga mempengaruhi hasil panenan. Dari segi waktu, berdana pada Sangha di masa Kathina, adalah ibarat berdana pada masa sedang musim hujan turun dengan lebat. Setelah berlatih selama tiga bulan (masa vassa) di tempat tertentu, maka dapat diharapkan pada masa Kathina, perkembangan batin anggota Sangha semakin baik, bahkan mungkin ada yang mencapai tingkat-tingkat kemajuan yang luar biasa. Ini ibaratnya hujan membasahi ladang dengan baik, tentu menyenangkan petani yang menanamnya. Untuk benih, semakin tidak disertai kotorankotoran batin (keserakahan, kebencian, iri hati, kebodoohan batin, dll) alias semakin tulus dan tanpa pamrih, maka benih yang ditabur akan semakin baik, ibaratnya bibit unggul yang berkualitas terbaik Oleh karena itu, setelah mengetahui nilai dari mustika Sangha, marilah kita mempersiapkan diri melakukan kebaikan pada Sangha pada saat Kathina yang sebentar lagi akan tiba. Juga ajaklah teman dan keluarga kita turut serta agar mereka juga dapat menerima manfaat dari menanam harta kebaikan pada ladang yang amat subur dan amat luas ini.
Sabbe satta
bhavantu sukhitatta Semoga semua makhluk berbahagia.
Volume 56
2015
07
AboutUS
Badan GD Gema
Dhammavaddhana
Event
About Us Badan GD adalah sebuah redaksi yang mengkoordinir segala hal yang berhubungan dengan Media Cetak, Fotografi, Videografi, Penerbitan Mading. Fokus Badan GD untuk media cetak adalah menerbitkan Buletin dan Majalah GD secara cetak dan melalui media online selain itu juga mengisi artikel di Web KMBD.
Internal
Badan
GD
Workshop Jurnalistik Workshop jurnalistik menjadi salah satu event internal Badan Gd dengan tujuan memberikan pengetahuan dan mengasa lebih dalam tentang dunia jurnalis bagi anggota internal Badan GD dan KMBD.
Company Visit
Our
Team
Motto GD adalah “Together We Can
Company visit menjadi salah satu event internal Badan Gd dengan tujuan memberikan pengetahuan secara nyata dalam bentuk kunjungan ke perusahaan yang berkaitan dengan area kerja GD seperti field trip ke perusahaan penerbitan atau stasiun tv untuk anggota GD dan KMBD.
Tim kerja adalah keluarga untuk saling membantu
We are together to spread dhamma
Volume 56
2015
9
GemaINFORMATIF
Menjadi
Manusia
yang Bermanfaat Oleh : Samaneri Bhadra Khema Kita selalu bertanya seperti apa dan bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat?
USE FUL person
Jawabannya sederhana, kita bukan benda yang bisa digunakan oleh mahkluk lainnya untuk kepentingannya, setelah itu barulah benda tersebut dikatakan bermanfaat. Kita manusia yang berpikir, kitalah yang membuat diri kita bermanfaat bukan menunggu orang lain memanfaatkan kita. Menjadi manusia yang bermanfaat bukan berarti kita melakukan seperti apa yang orang lain inginkan. Tapi menjadikan diri kita seperti bagaimana kita ingin melakukan kebaikan pada diri kita sendiri.
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang umat Buddha. Seorang umat Buddha harus mampu untuk memberikan manfaat bagi orang lain, bukan hanya mencari manfaat dari orang atau memanfaatkan orang lain. Ini adalah bagian dari implementasi Ajaran Buddha yang penuh cinta, yaitu memberi. Bila kita ingat kembali mengenai kisah perjalanan Buddha Gotama membabarkan ajaran-Nya. Ketika telah terbentuknya Sangha dan Triratna menjadi lengkap, Buddha memerintahkan para muridnya untuk pergi ke berbagai penjuru untuk mengajarkan apa yang telah mereka pelajari.
10
Gema Dhammavaddhana
Buddha juga berpesan bahwa mereka haruslah pergi sendiri, tentunya ini bukanlah hal yang tanpa sebab. Buddha dapat melihat bahwa para murid-Nya memiliki cara dan keterampilannya sendiri dalam menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan. Buddha bukan ingin agar murid-Nya memperoleh manfaat dari apa yang mereka lakukan. Sebab Buddha dan para murid-Nya telah terbebas dari sebab dan akibat dari apapun yang mereka lakukan. Tetapi Buddha juga berpesan bahwa apa yang mereka lakukan adalah karena kasih sayang kepada semua Mahkluk.
Dari hal ini kita bisa belajar, bahwa para murid Buddha bahkan Buddha sendiri yang tidak akan memperoleh manfaat dari apa yang dilakukan. Tetapi justru memanfaatkan kehidupan mereka demi kebahagiaan mahkluk lainnya. Apalagi kita yang masih manusia biasa. Mahkluk yang akan memperoleh manfaat dari apa yang telah dilakukan. Maka adalah penting bagi kita untuk menjadi bermanfaat bagi mahkluk lainnya. Buddha mengajarkan cinta kasih, cinta kasih yang tulus. Yaitu kita harus menjadi benar-benar bermanfaat bagi mahkluk lainnya layaknya seorang ibu yang menyayangi anaknya yang tunggal. Seorang ibu akan melakukan hal yang terbaik demi kebahagiaan anaknya. Lalu bagaimana cara kita menjadi bermanfaat?
1 2 3 4 5
GemaINFORMATIF
Pertama, memahami sebenarnya apa tujuan kita terlahir. Hal yang harus kita sadari adalah bahwa semenjak berada didalam rahim seorang ibu kita telah menjadi penyebab penderitaan terutama bagi ibu yang mengandung kita. Dengan mengetahui hal ini akankah kita terus menerus menjadi penyebab penderitaan? Tidak. Kita harus menjadi penyebab untuk kebahagiaan orang lain. Sebab tujuan kita terlahir adalah untuk menciptakan kebahagiaan terlebih kita sebagai umat Buddha. Sebab Buddha mengatakan bahwa mengenal Dharma adalah hal yang sungguh sulit. Sekarang kita telah belajar Dharma maka tentu kita lebih mengetahui bahwa hidup haruslah bermanfaat.
Keempat, bermanfaat adalah karakter. Menjadi seseorang yang bermanfaat bukanlah hal yang instant seperti kebanyakan makanan cepat santap yang sering kita temui. Menjadi seseorang yang bermanfaat adalah sesuatu yang harus dilatih dengan benar. Jika kita telah pernah melakukan kebaikan dan hal tersebut bermanfaat bagi orang lain. Maka kita tentu akan dapat mengulangnya kemabli. Dan jika kita bisa melakukannya berulang-ulang maka kemudian hal ini akan menjadi kebiasaan hingga akhirnya menjadi karakter yang tertanam dalam diri anda.
Kedua, membulatkan tekad untuk menjadi bermanfaat. Terkadang tanpa sadar kita sering berucap bahwa “saya ingin menjadi orang yang bermanfaat�. Tapi apa guna semua itu kalau hanya sekedar ucapan tanpa tekad. Tekad untuk menjadi orang yang bermanfaat tidak harus kita ucapkan pada orang lain, tidak harus kita gembar-gemborkan dengan tujuan agar orang lain melihat kita sebagai orang yang hebat dan kemudian mereka menyanjung kita. Bukan itu yang kita cari. Tetapi jika memang dibutuhkan ucapkan tekad itu dihadapan seorang guru didepan altar Buddha, agar para dewa dan Bodhisattva menjadi saksi dari tekad kita.
Kelima, meningkatkan kemampuan diri. Tidak ada gunanya menjadi orang yang tetap sama. Menjadi orang yang tetap bodoh, menjadi orang yang tetap miskin harta, menjadi orang yang tetap tidak mampu melakukan apa-apa. Masih menjadi orang yang selalu dipandang sebelah mata. Apa gunanya semua ini? Jika di dunia kerja kita ditantang untuk memiliki kemampuan ini dan itu untuk diangkat menjadi kepala ini dan kepala itu. Maka untuk menjadi bermanfaat pun kita harus melakukan hal yang sama.
Ketiga, tunggu apa lagi, lakukan sekarang juga! Sering kita mendengar kata motivasi bahwa waktu yang paling penting adalah sekarang, saat ini. Lalu apa yang kita tunggu untuk menjadi bermanfaat, menunggu saat penyesalan datang menghampiri. Menunggu sampai suatu saat orang lain mengatakan pada kita “kamu bodoh, kenapa waktu itu kamu tidak melakukannya?�. Menunggu hingga tubuh kita bahkan sudah tidak banyak berfungsi lagi? Tidak. Kita tidak akan menunggu, kita akan melakukannya sekarang juga.
Jika sebelumnya kita mampu mengajari satu orang anak jalanan, maka selanjutnya kita bisa melakukan lebih. Jika sebelumnya kita hanya mampu memberi makan 5 orang yang membutuhkan, maka selanjutnya bisa lebih. Tidak sulit untuk berteori bagi mereka yang tahu. Tidak sulit untuk menasihati bagi mereka yang mengerti. Tidak sulit untuk berceramah bagi mereka yang paham. Maka, tidak sulit bagi kita untuk menjadi bermanfaat karena kita mampu. Mari berjuang untuk menjadi bermanfaat.
Howbe Useful Volume 56
2015
11
GemaINFORMATIF
Menjadi bermanfaat bukan hanya bagi mereka yang kita kenal dan kita sayangi. Menjadi bermanfaat juga bagi mahkluk yang tidak kita kenal dalam kehidupan ini tetapi pasti kita kenal dan kita sayangi pada kehidupan yang lain. Sebagai seorang anak kita belajar menjadi bermanfaat bagi orangtua kita. Orangtua dikehidupan yang lampau maupun kehidupan yang akan datang terlebih yang paling penting adalah orangtua dikehidupan saat ini. Sebab merekalah yang dapat merasakan langsung manfaat dari apa yang telah kita lakukan. Menjadi anak yang baik, menjadi anak yang berbhakti, terlebih menjadi anak yang mampu mengenalkan Dharma kepada orangtua kita adalah cara kita menjadi bermanfaat.
be
happy
Sebagai seorang siswa, kita belajar dengan tekun apa yang diajari guru kita, kemudian kita mempraktikkan hal yang diajari demi kebaikan orang lain adalah cara kita menjadi bermanfaat. Kita terus belajar dan belajar dan tidak pernah menyerah. Sebagai seorang guru, kita terus belajar dan belajar agar mampu memberi manfaat bagi mereka yang kita ajari. Kita ingin mereka memperoleh manfaat yang baik dari apa yang kita ajari. Kita belajar setiap saat. Sebagai seorang pribadi dan mahkluk sosial, kita belajar menjadi bermanfaat dengan bergabung dalam organisasi-oraganisasi yang memiliki tujuan untuk membantu orang lain. Sebagai contoh organisasi muda-mudi. Sebagai seorang praktisi, kita terus berlatih dan belajar. Kita berlatih dan belajar untuk dapat berpikir, berbicara, dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Kita berpikir sesederhana kita tidak ingin orang lain berpikir hal yang buruk kepada kita. Kita berbicara sesederhana orang lain akan menjadi baik dengan apa yang kita ucapkan. Kita berbuat sesederhana kita ingin orang lain berbuat hal yang baik bagi yang lainnya.
be
be
be
useful
mindful 12
Gema Dhammavaddhana
GemaOPINI
Eksistensi EksistensiDiri Oleh: Kisman Dewan Pembina KMBD Periode XXIV
Cukup banyak di antara kita yang mempertanyakan akan keberadaannya di masa sekarang / kondisi sekarang, secara umum mungkin kita akan mengatakan bahwa orang yang secara materi berkecukupan hidupnya akan menyenangkan. Keadaan baik atau pun kurang baik dirasakan setiap orang berbeda-beda. Setiap orang pasti ada saatnya merasakan hati yang kurang berkenan atas apa yang dialaminya. Tidak ada kondisi yang secara umum akan berlaku baik pada semua orang, begitu pula tidak akan ada kondisi buruk akan menghampiri sepanjang hidup. Senang, sedih, atau pun bahagia itulah yang dikatakan kehidupan, akan tetapi memilih untuk tetap senang, memilih untuk tenggelam dalam kesedihan itu merupakan pilihan jalannya hidup. Hidup kurang baik akanlah tetap tidak baik jika kita membiarkan ketidakbaikan itu tetap bernaung di dalam diri kita. Sebaliknya, hidup yang senang, akan tetap senang jika kita mampu menyenangkan orang lain yang menemani di dalam cerita hidup kita.
Secara umum, ketika dilahirkan kondisi kita tidak jauh berbeda. Dalam artian bahwa kita sebagai seorang bayi yang hanya memiliki “kemampuan� menangis, melihat, dan mendengar suara dimana kita masih belum bisa mengartikan semua itu dan hanya dapat merasakannya. Memang, di dalam proses tumbuh dan berkembangnya kita, ada perlakuan atau proses berbeda yaitu keluarga dan kondisi yang berbeda satu sama lainnya. Proses tersebut dialami oleh semua orang dan berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi, pada masa sekarang dimana setiap pribadi kita yang sudah mengerti melihat, mendengar serta mampu mengartikannya maka di saat inilah kita adalah arsitek kehidupan kita.
self my self
selfself
self self
self
self self
Menjalani kehidupan memiliki makna yang berbeda untuk setiap orang. Manusia dipenuhi dengan ambisi, asumsi, dan emosi. Kehidupan pada masa lalu tidaklah begitu luas seperti jaman sekarang dimana segala informasi didapatkan dengan begitu mudahnya karena perkembangan teknologi. Pada masa lalu, keterbatasan jarak dan waktu membuat kita berada dalam satu dunia yang lebih nyata. Interaksi secara langsung membuat peleburan asumsi maupun emosi lebih nyata dan hanya terjadi di dalam sekelompok manusia. Perkembangan teknologi membawa kita pada peleburan sifat yang sangat luas sehingga menyebabkan diri kita sering mengalami kegalauan informasi. Kita hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya. Semakin hari semakin banyak hal yang akan kita terima, pada saat bersamaan akan muncul rintangan yang semakin banyak dan semakin mengisi atau pun membebani kehidupan kita. Kondisi seperti ini akan membuat diri kita larut dalam suatu kondisi ketidakpastian bahkan ketidaksesuaian terhadap diri kita yang sebenarnya. Oleh karena itu, kebijaksanaan dan kerendahan hati diperlukan untuk menjadi pelindung diri kita agar mampu menjadi penulis dalam cerita hidup kita.
Volume 56
2015
13
GemaOPINI
problem solving
Bukan hal yang mudah untuk dapat menjadi puas akan diri kita. Kita masih sering mengikuti pola hidup orang lain dan tidak menjadi tuan akan pemikiran dan keinginan kita sendiri. Keinginan-keinginan diri kita yang didasarkan pada orang lain inilah yang menyebabkan diri kita terbelunggu dalam rasa kekurangan (kemiskinan rasa dalam hati). Sebuah keinginan yang terbentuk dari pandangan terhadap orang lain hendaknya disesuaikan dengan diri kita. Dalam artian bahwa kita harus mengenal diri kita terlebih dahulu dan mempelajari keinginan tersebut sebelum mengejar keinginan tersebut. Proses menjalani dan mengejar keinginan memiliki kondisi lika-liku dalam kehidupan. Kejarlah impian dan keinginan yang benar-benar cocok dalam diri kita dan sesuaikan dengan kemampuan kita. Ketidakcocokan adalah benih permasalahan, kecocokan adalah bumbu keharmonisan.
Masalah, adalah bagian dari hidup kita. Masalah menjadikan kita lebih memahami hal yang dipermasalahkan apabila kita dapat belajar dari masalah tersebut setelah melewatinya. Dampak dari suatu masalah bergantung pada cara masing-masing pribadi dalam menghadapinya. Saya masih keingat bahwa suatu pagi ketika saya bekerja di kantor dulunya dan mendapati bos saya yang mengekspresikan kekesalan dengan mengetik dengan keras dan sedikit memukul keyboard. Saya mencoba bertanya kepada beliau apa yang membuatnya kesal dan ternyata banyaknya masalah menjadi penyebabnya. Disaat itu juga, secara spontan saya berkata: “semua masalah memiliki istri, namanya adalah solusi�. Jika suatu masalah tidak memiliki solusi maka hal tersebut adalah sebuah kenyataan yang harus diterima. Apa yang ingin saya sampaikan adalah untuk menghadapi suatu masalah, kita perlu berada di atas masalah tersebut dan jangan tertekan oleh masalah tersebut. Kita perlu menciptakan optimisme dan menghindari asumsi yang akan menjadikan kita lebih tertekan oleh masalah tersebut. Rasa tertekan akan menyebabkan sebagian otak kita dipenuhi oleh tekanan dan solusi yang dihasilkan akan tidak maksimal. Hal ini sama halnya kita membiarkan komputer kita untuk melakukan proses yang tidak berguna dan secara bersamaan memproses data yang penting, tentunya kinerja dari proses akan lebih lambat karena fungsi komputer tidak dapat bekerja maksimal.
solution 14
Gema Dhammavaddhana
Tantangan terbesar dalam kehidupan adalah diri kita sendiri. Memahami diri kita adalah hal yang harus dilakukan untuk dapat menciptakan proses yang sesuai. Kita harus mampu menyesuaikan diri kita dengan berbagai kondisi yang ada. Memilah, belajar, dan menerapkan adalah proses yang senantiasa harus dilakukan untuk mendapatkan pengertian yang benar. Di dalam mencari suatu kebenaran kita dapat berehipasiko sehingga menjadi lebih nyata. Akan tetapi, ehipasiko membutuhkan logika dan kebijaksanaan. Ehipasiko dapat dilakukan melalui pikiran dan pengalaman. Kita tidak perlu lagi melempar gelas kaca untuk berehipasiko bahwa gelasnya akan pecah, begitu pula kita tidak perlu menyatukan minyak dan air untuk membuktikan bahwa minyak dan air tidak dapat menyatu. Substansi dari sebuah jawaban yang ingin kita cari harus benar. Hindarilah melakukan pencarian jawaban yang jauh sekali dengan apa yang harus kita selesaikan dengan diri kita. Jangan bertanya terlalu jauh tentang hal yang secara kenyataannya sulit terjadi di dekat kita. Kenalin diri kita dengan baik dan perbaiki interaksi terhadap diri kita sendiri. Isilah diri kita dengan hal yang cocok dengan diri kita. Hanya diri kita yang akan mengerti sepenuhnya kita sendiri. “Bersabarlah mempelajari sesuatu hal karena suatu hal itu senantiasa tetap, sedangkan pikiran kita melaju mendekatinya� Tulisan ini merupakan pandangan penulis, bukan tujuan untuk mengajari. Tujuan utama tulisan ini adalah mengajak bersama untuk merenungkan kondisi kehidupan masing-masing pribadi sehingga meningkatkan kualitas diri kita untuk menjadi lebih baik. Salam.
Komik
Oleh: Min Min
20
Gema Dhammavaddhana
Komik
Volume 56
2015
21
Komik
22
Gema Dhammavaddhana
GemaTALK SEKILAS DHAMMA UNTUK MELEGAKAN DAHAGA
KEBAHAGIAAN KARENA MELEPAS Oleh: Bhikkhu Gunapiyo ebahagiaan sejati bagi umat Buddha adalah kebahagiaan karena melepas. Kalimat pembuka tersebut mungkin dapat menjadi bahan perdebatan yang tak kunjung selesai, mengapa demikian? Karena tidak sesuai dengan pola kebiasaan. Sisi lain menyatakan, bahagia itu ketika memiliki ini dan itu, memiliki sesuatu atau sepuluhatu, yang pasti dapat memiliki apa yang diinginkan. Buddhisme memiliki cerita dan pola lain dalam menyatakan kebahagiaan sejati, bahkan menurut mata seorang Buddhis, lahir di alam surga pun! Belum termasuk dalam kebahagiaan sejati. Melepas berarti tidak menggenggam, tidak melekati, tidak memeluk, tidak menyimpan terus menerus, dan tidak yang tidak-tidak. Mengapa tidak menggenggam atau melepas merupakan kebahagiaan sejati menurut Buddhisme? Mari kita awali dengan satu cerita.
Suatu pagi yang cerah, lari dengan bahagia seorang pemuda tampan bernama Rukkha. Ia sangat senang sekali, sangat bahagia, karena di pagi itu ia mendapatkan hadiah dari kedua orangtuanya. Hadiah ini sudah ia idam-idamkan lama sekali, sebuah gadget canggih keluaran terbaru, sebut saja Apem 6-. Anak muda mana yang tidak menginginkannya, semua ingin memilikinya, bahkan dengan segala cara. Berbeda dengan Rukkha, ia memperolehnya dengan cara susah payah, ia bekerja membantu kedua orangtuanya selama berminggu-minggu, menjaga toko dan melayani pembeli.
Apa kaitan cerita di atas dengan ungkapan pada kalimat pembuka pada paragraf awal? Rukkha seorang pemuda tampan yang awalnya bagaia menjadi tidak bahagia karena ia enggan melepas bungkus dan membuka kotak dari Apem 6- nya, ia enggan menggunakannya. Dalam hal ini melepas bukan berarti semudah itu, bukan berarti melepas bungkus atau kotak kemasan saja.
Senangnya Rukkha saat itu tidak bisa dituliskan atau digambarkan, ia sangat mengagumi barang tersebut, ia sangat bangga dengan perolehannya, hingga tidak sadar.... ia menderita, ia takut, ia sedih, ia merasa tidak aman, kenapa? Rukkha enggan membuka bungkus plastiknya, enggan membuka kardusnya, bahkan ia enggan menggunakannya. Ia teralu senang, ia teralu bangga, sampai ia takut barang itu rusak, dicuri, dipinjam, di.. di.. di... dan jadilah ia menderita.
Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo (segala miliku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku)
Volume 56
2015
23
GemaTALK Dasar permasalahan bagi Rukkha adalah ia tidak mau melepas, melepas ketakutan akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada barang yang dimilikinya. Melepas kecemasan, melepas ketakutan, melepas keragu-raguan, itulah permasalahannya. Terkadang kita hidup di dunia ini teralu menggenggam ‘ketakutan’ dan ‘kecemasan’, sehingga kita sangat sulit untuk move on, bergerak maju kedepan, bergerak untuk sukses. Dan terlebih lagi melakukan perubahan. Tidak menggenggam pada kecemasan bukan berarti kita tidak melakukan perencanaan, perencanaan memang perlu dan memikirkan segala kemungkinan juga perlu, akan tetapi jangan sampai ketakutan dan kecemasan terus membayangi kita, terus mengikuti kita dan sulit untuk dilepas. Praktik Dāna yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha bukan hanya sekedar melepas materi, melepas barang. Dāna juga bukan sekedar memasukan lembaran rupiah ke dalam kotak dana atau ke dalam kantong dana. Tetapi inti dari praktik Dāna adalah melepas, tidak menggenggam, sehingga mendorong kita untuk tidak melekat pada suatu hal, termasuk kecemasan dan ketakutan. Ketika kedua hal tersebut mampu kita lepas, disanalah kebahagiaan akan kita rasakan.
Kebahagiaan sejati, kebahagiaan ketika kita mampu melepas. Beban yang kita bawa sudah teralu banyak, ada kalanya kita turunkan dan kita lepas. Bayangkan saja oleh kita semua, ketika kita melepas kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan, apakah hidup kita damai? Apakah kita akan tenang kemanapun? Apakah ketika kita tenang dan damai, itu bukan kebahagiaan? Jelas itu adalah kebahagiaan, jelas itulah kebahagiaan sejati. Untuk itu, mari kita bersama-sama melepas, melepas segala keterikatan kita terhadap suatu hal, agar kebahagiaan ada pada kita. Melepas, tidak terikat, bukan berarti kita tidak boleh memiliki sesuatu, tetapi sejatinya pahamilah, bahwa segala sesuatu pasti berubah, segala sesuatu wajar terpisah dari kita. “Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo” (segala miliku yang kucintai dan kusenangi wajar berubah, wajar terpisah dariku). Didalam salah satu sutta Majjhima Nikāya – Bhaddekaratta Sutta, Guru Agung Buddha mengatakan bagaimana seseorang dapat memiliki satu malam yang baik, yaitu dengan cara hidup di masa sekarang, di momen saat ini. Hidup saat ini berarti tidak menggenggam kenangan di masa lampau, dan tidak berharap pada kemungkinan-kemungkinan di masa yang akan datang. Berikut adalah kutipan Sutta tersebut;
“Tak sepatutnya mengenang sesuatu yang telah berlalu, tak sepatutnya berharap pada sesuatu yang akan datang Sesuatu yang telah berlalu adalah hal yang lampau, dan sesuatu yang akan datang adalah hal yang belum tiba.”
24
Gema Dhammavaddhana
Dari kutipan sutta tersebutlah kita dapat melihat, bahwa yang ingin diarahkan oleh Guru Agung Buddha adalah seseorang tidak sepatutnya melekat pada kenangan dan melekat pada sesuatu yang belum tiba. Masa lalu, kehidupan lampau, memang ada, akan tetapi hal itu ada bukan untuk digenggam terus menerus, bukan untuk dilekati terus menerus. Hal itu ada sebagai motivasi dan dorongan untuk kehidupan kita saat ini, dimana ketika ada kenangan buruk, kita mampu melepasnya dan berusaha untuk berubah, dan dimana ada kenangan baik kita gunakan sebagai motivasi, bukan malah bersenang dan menggenggam kenangan baik itu. Sebaliknya masa yang akan datang memang patut direncanakan, akan tetapi jangan kita banyak berencana tapi tidak banyak berbuat, yang mana hanya akan mendorong kita pada khayalan-khayalan akan hasil dari rencana tersebut, mendambakan hasil yang baik. Menjadi menderita ketika hasil tidak sesuai dengan khayalan, hasil tidak sesuai dengan rencana. Untuk itu kenanglah, berencanalah, tapi jangan lekati hal tersebut, jangan menggenggamnya terlalu lama. Lepaslah kenangan-kenangan yang lampau, dan lepaslah harapan atau khayalan-khayalan di masa yang akan datang, hiduplah damai, saat ini, in the present moment. Ingatlah melepas, melepas, dan melepas, untuk apa? Kebahagiaan. Sama halnya ketika kita makan dan minum. Ada kalanya saat setelah makan dan minum kita pasti akan buang air kecil atau buang air besar. Buang air kecil dan buang air besar adalah melepas, melepas sisa-sisa makanan dan minuman yang telah kita konsumsi. Ketika kita lancar dalam membuang air besar dan kecil, bukankah pencernaan kita lancar? Bahagia kan? Enak makan lagi kan? Itulah kebahagiaan karena melepas.
GemaCOMPETITION
KEBAHAGIAAN SEPERTI APA
YANG HARUS SAYA CARI?
Oleh: Lydia Ignacia
Setiap Orang Ingin Bahagia pa persamaan dan perbedaan dari orang yang mengonsumsi miras, orang yang ingin kaya raya, serta Buddha? Persamaannya, sama-sama mencari kebahagiaan. Perbedaannya? Kebahagiaan seperti apa yang dicari. Sadar atau tidak, setiap tindakan yang kita lakukan selalu berorientasi pada kebahagiaan. Bahkan, jika ditanya mengapa kita sikat gigi 2x sehari, alasannya agar gigi sehat. Mengapa ingin gigi sehat? Agar tak sakit, agar mudah makan, atau jika disimpulkan, agar bahagia (minimal tak menderita). Apa ada satu kegiatan saja yang kita lakukan dengan tujuan agar tidak bahagia? Rasanya tidak ada, betul?
Kebahagiaan ingin kaya dengan tujuan ingin berbagi dengan orang lain menempati urutan kedua karena ada unsur berdana di sana, ada ego yang dikikis. Kebahagiaan ingin kaya demi keinginan jasmani saja berada di urutan terbawah (meskipun sebenarnya itu penderitaan karena pelakunya menjadi budak ego, memiliki lobha/ keserakahan). Bagaimana dengan konsumsi miras? Tentu hal tersebut merupakan penderitaan yang menyamar menjadi kebahagiaan. Lalu, mana yang harus kita pilih dari ketiga tingkat kebahagiaan tersebut? Cuplikan Dhammapada berikut mungkin menjadi jawabannya.
Kembali ke pertanyaan tentang perbedaan sebelumnya, kebahagiaan seperti apa yang dicari dari mengonsumsi miras, ingin kaya raya, serta Buddha? Kebahagiaan orang yang mengonsumsi miras adalah kebahagiaan yang berarti lari dari penderitaan sejenak. Kebahagiaan orang yang ingin kaya raya berupa ingin memperoleh segala sesuatu bagi diri sendiri (serakah), atau bisa juga ingin mendapatkan lebih banyak untuk berbagi lebih banyak lagi dengan makhluk lain (menanam karma baik). Buddha mencari Nibbana.
Terdapat Berbagai Tingkatan/Besarnya Pertanyaan selanjutnya, apakah setiap jenis kebahagiaan tersebut berada pada level yang sama? Tentu tidak. Sebagai Buddhis, kita percaya kebahagiaan tertinggi/terbesar adalah Nibbana yang dicari Buddha.
Cuplikan Dhammapada tersebut menyarankan kita berfokus mencapai Nibbana. Namun, acapkali hal itu terasa terlalu jauh untuk digapai, terlalu ideal. Bagaimana jika kita mencari kebahagiaan-kebahagiaan yang levelnya lebih rendah saja seperti pada contoh di atas? Jawabannya, itu pilihan masing-masing. Sebagai Buddhis, kita diberikan kesempatan untuk ehipassiko (membuktikan ajaran Buddha). Jadi, saya juga mencoba membuktikannya dalam kehidupan saya. Bagaimana hasilnya? Tenang, saya akan segera membagikannya.
“Apabila dengan melepaskan kebahagiaan yang lebih kecil orang dapat memperoleh kebahagiaan yang lebih besar, maka hendaknya orang bijaksana melepaskan kebahagiaan yang kecil itu, guna memperoleh kebahagiaan yang lebih besar.� Dhammapada Bab XXI (290)
Volume 56
2015
25
GemaCOMPETITION Pengalaman Saya
Lydia Ignacia Mahasiswi Institut Teknologi Bandung/Teknik Kimia
Saya masuk kuliah. Definisi bahagia saya adalah mengukir prestasi tinggi agar disanjung orang lain (analoginya, saya ingin kaya di hidup ini untuk kebahagiaan jasmani). Singkat cerita, di tahun kedua, saya mulai memetik hasil dengan mendapatkan beasiswa prestisius. Saya bahagia sekaligus bangga. Saya terus mengukir prestasi hingga di tahun ketiga, tepatnya semester enam, saya merasa lelah dengan semua ini. Saya bahagia setiap mengukir prestasi, namun saya merasa kosong, tidak puas. Meski disanjung orang lain adalah kebahagiaan yang saya kejar dahulu, anehnya setelah hal tersebut dicapai justru ‘rasa bahagia’-nya tidak se-bahagia yang saya kira dulu. Bahkan, lama-lama terasa menderita karena saya merasa banyak waktu yang terpakai untuk bekerja keras membangun prestasi ‘hanya’ supaya saya disanjung dan dikagumi orang lain. Saya sadar ini tidak masuk akal!
Buku ini merupakan kisah pengalaman hidup sekaligus refleksi Daniel Wong, siswa berprestasi asal Singapura, yang menemukan arti nyata dalam mengejar keberhasilan akademik.
Untungnya, saya tidak sendirian merasakan hal itu. Ada seseorang bernama Daniel Wong, yang juga merasakan hal sama, yang kemudian menuangkan perasaannya dalam buku nonfiksi berjudul “Happy Student” (2013). Buku tersebut memberikan jawaban mengapa saya tidak puas (sumber duka saya): karena saya hanya berfokus ke diri sendiri. Seharusnya, saya fokus membahagiakan mahkluk lain dengan cara membantu/berkontribusi bagi mereka. Kemudian, saya sadar, inilah maksud kutipan Dhammapada sebelumnya.
Oleh karena itu, pada tahun keempat saya kuliah, saya mulai berganti fokus menggunakan kemampuan yang saya miliki untuk membantu orang lain, misalnya adik kelas, untuk juga memperoleh beasiswa atau mengukir prestasi. Ada rasa lebih bahagia yang saya rasakan bercampur rasa puas. Bila dianalogikan dengan ketiga contoh sebelumnya, ini adalah menjadi kaya karena ingin berbagi lebih banyak dengan yang lain. Lalu, apakah selanjutnya saya akan mengejar Nibbana? Yang pasti, saya akan tetap berusaha berbagi kebahagiaan dengan makhluk lain dan menyelami Dharma agar mengalami kemajuan dari hari ke hari.
Kesimpulan: Tingkatan Bahagian Mana Yang Harus Dipilih? Jika ditanya lagi bolehkah mencari kebahagiaan yang lebih rendah, saya akan menjawabnya dengan ini: tiap orang mewarisi karmanya sendiri. Dengan tahu hal itu, sukarnya lahir sebagai manusia, terbatasnya waktu kita pada kelahiran ini, dan sukarnya berjodoh dengan Dharma, minimal kita harus bisa ada di tingkat kebahagiaan kedua, bukan?
“Karena saya hanya berfokus ke diri sendiri. Seharusnya, saya fokus membahagiakan mahkluk lain dengan cara membantu/berkontribusi bagi mereka.”
26
Gema Dhammavaddhana
GemaCOMPETITION
Hal lain yang jauh lebih berharga dan membanggakan yang dapat kita peroleh dalam agama Buddha, yaitu rasa kebahagiaan. Tujuan hidup umat Buddha adalah mencapai kebahagiaan sejati (nibbana). Kita memang tidak pernah dijanjikan kebahagiaan apapun, tapi agama Buddha menunjukkan cara hidup yang mampu membuat kita menyadari bahwa kita sendirilah yang bisa menemukan kebahagiaan untuk diri kita, karena kebahagiaan yang sesungguhnya tidak berasal dari luar diri, melainkan dari kondisi batin dalam diri kita sendiri. Kita mungkin tidak akan pernah mampu menentukan apa yang akan terjadi pada diri kita, namun kita dapat mengatur perasaan kita sendiri untuk menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Diri dan pikiran kitalah yang dapat menentukan dan mengijinkan apakah kita harus merasa bahagia atau melekat pada penderitaan. Dalam agama Buddha, untuk menjadi bahagia sangatlah mudah dan sederhana, caranya adalah dengan merasa puas pada apa yang kita miliki saat ini dan tidak mensyaratkan kondisi apapun untuk kebahagiaan diri kita sendiri.
Seringkali kita membuat syarat dan standar tertentu untuk kebahagiaan kita, “Aku bahagia jika bisa menyantap hidangan lezat, jika bisa bersama dia. Aku akan bahagia, jika bla..bla..bla..� Syarat-syarat tersebut adalah bentuk dari keinginan yang merupakan sumber penderitaan yang apabila tidak terpenuhi tentunya akan membuat kita merasa sangat sedih dan menderita. Agama Buddha mengajarkan kita untuk tidak mensyaratkan sebuah kebahagiaan untuk diri kita sendiri, sehingga tidak akan ada nafsu dan kemelekatan yang menimbulkan penderitaan, dan kita dapat berbahagia dalam kondisi apapun. Sebenarnya, kurang tepat dan tidaklah cukup apabila kita merasa bangga karena memiliki agama yang memberikan kebebasan pada umatnya untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk menemukan kebenaran atau agama yang mampu mengajarkan umatnya cara untuk mencapai kebahagiaan sejati, seperti agama Buddha.
Jangan hanya bangga beragama Buddha! Tapi banggalah menjadi seorang Buddhis! Karena seorang Buddhis bukanlah mereka yang mengaku beragama Buddha, namun adalah mereka yang mampu mempraktikkan cara hidup seperti yang telah diajarkan oleh Sang Buddha untuk datang serta membuktikan sendiri sebuah kebenaran dan mencapai kebahagiaan sejati (nibbana). Jika agama diumpamakan sebagai sebuah label merk, maka janganlah hanya bangga karena memiliki label merk yang bagus. Tapi berusahalah untuk menjadi sebagus dan sebaik label merk yang kita banggakan.
“Banggalah menjadi orang yang menegakkan Dhamma Banggalah Menjadi seorang Buddhis!�
Bukan karena banyak bicara, seseorang disebut sebagai orang yang pandai dalam Dhamma; tetapi meskipun baru mengerti sedikit dan melaksanakan dengan tekun, maka ia pantas disebut sebagai orang yang menegakkan Dhamma (Dhammapada, Dhammattha Vagga, 259)
28
Gema Dhammavaddhana
GemaTALK
Diskusi Dhamma bersama Bikkhu Giriviriya Edwin Christan Bhante, Kehidupan setelah kematian itu seperti apa? Apakah surga, neraka dan nirvana itu benar-benar ada? JAWAB: Dalam kelas bertajuk Teknologi Pikiran, ada sebuah pertanyaan tentang bagaimana mungkin pikiran bawah sadar mempengaruhi 88%, berbanding dengan pikiran sadar seseoang dengan 12% saja? Saya menganalogikannya dengan kebiasaan seseorang merokok. Saat ini kita ketehui bersama bukan hanya tulisan di kotak rokok yang mengerikan namun ditambahkan dengan gambar-gambar mengerikan bukan! Akan tetapi ketika ditanyakan, “apakah mereka bisa membacanya dan atau melihat gambar mengerikan dibungkus rokok itu?� “Mengapa mereka masih merokok?� Jawabnya adalah pilihan bukan! Pilihan untuk memasukan program tentang merokok kedalam pikiran mereka sendiri. Lantas apakah kebiasaan merokok itu salah! Dasarnya tidak, karena masalahnya bukan benar dan salahnya. Mungkin seseorang memulai merokok karena ingin diterima lingkungan sampai akhirnya secara mental maupun fisik diterima sepenuhnya oleh pikiran bawah sadar mereka. Yah, sama hal nya dengan seseorang mempercayai konsep surga dan neraka setelah kematian itu ada maupun tiada. Setiap pemeluk agama mempercayai adanya surga dan neraka. Sehingga seseorang dengan konsep ini dapat memilih untuk berbuat sesuai dengan kelayakan tinggal di surga atau terjatuh dalam lembah neraka. Sekali lagi bukan masalah benar atau salah da ada maupun tiada. Sebagai seorang Buddhis saya percara proses kehidupan dan kematian senantiasa terjadi bahkan dalam kehidupan ini. Dengan merenungi kematian-kematian kecil ini menjadi dasar motivasi untuk berjodoh dengan Buddhadharma untuk merealisasi nirvana.
Celin Tamara Bhante, setelah pangeran siddharta berjalan 7 langkah dan mengucapkan ikrarnya, apa yang terjadi kepada pangeran siddharta? JAWAB: Mewujudkan ikrarNya dan banyak hal yang terjadi. Perannya sebagai GURU pastinya mengubah padangan masyarakat tentang kehidupan pada saat itu maupun saat ini.
Volume 56
2015
29
GemaTALK Chelsea Ponkxiv Kenapa kita dilahirkan didunia ini jika nanti pada akhirnya kita akan mati? Apakah ada kaitannya dengan melunasi hutang karma kita dimasa lalu? JAWAB: Hadir atau tidaknya Buddha di Bumi ini, hukum-hukum seperti ketidakkekalan (Anicca), ketidakpuasan (Dukkha), dan ketiada akuan (Anatta). Ini ada karena adanya itu, itu muncul karena adanya ini. Kelahiran konsekuensinya kematian. Dilahirkan karena sebab-sebab munculnya kelahiran, misalnya Tidak ada hutang piutang karma.
Kuntara Adjie Pratama Apakah Bhante pernah memiliki rasa emosi yang membuat bhante sendiri menjadi marah selama menjalani masa kebhikkuan? Kalau pernah bagaimana bhante mengatasinya menurut patimokkha sila? JAWAB: Emosi sendiri tidak negatif juga tidak positif. Ketika kata marah disebabkan oleh sang ‘aku’ yang merasa disakiti maka disepakati menggunakan kata marah. Marah sendiri adalah kumpulan energi yang dipanggil dengan marah. Saat energi ini diamati dan dibawa ke hal-hal yang memberkan manfaat maka bisa dikategorikan emosi positif namun jika sebaliknya energi ini digunakan untuk tendang pintu, tendang kursi dan pukul dinding misalnya boleh saja dikategorikan emosi negatif.
Wendy Andrean Bhante, bagaimana jika kita terpaksa harus melukai seseorang demi menolong orang lain? apa karma yang akan kita dapatkan? JAWAB: Menolong orang merupakan karma (action) positif sedangkan melukai orang lain merupakan karma (action) negatif. Hasil perbuatan itu pastinya adil.
30
Gema Dhammavaddhana
GemaARTIKEL
20
Gema Dhammavaddhana
GemaKNOWLEDGE
Gaya Berpakaian Bhikkhu dan Bhikkhuni Theravadha
A s a l mu l a j u b a h
Ju b a h p a ra b h i k k h u / n i b e ra k a r d a r i s e j a ra h 2 5 a b a d ya n g s i l a m , ya k n i ke t i k a B u d d h a G o t a m a m e m i n t a Ya n g M u l i a A n a n d a u n t u k m e n d e s a i n s e bu a h j u b a h ya n g m e n g g a m b a r k a n l a d a n g s awa h . Ya n g M u l i a A n a n d a ke mu d i a n m e l i p a t - l i p a t j u b a h ya n g m e n g g a m b a r k a n p e t a k - p e t a k s awa h d a n m e m bu a t l i p a t a n ya n g l e b i h t i p i s ya n g m e n g g a m b a r k a n j a l a n . S e j a k s a a t i t u l a h p a ra b h i k k h u / n i bu d d h i s t e r u t a m a t ra d i s i T h e rava d a m e n g g u n a k a n t e k n i k l i p a t a n i n i p a d a j u b a h ya n g m e r e k a p a k a i . Ju b a h p a ra b h i k k h u / n i bu d d h i s m e m i l i k i b e ra g a m c o ra k d a n wa r n a , t e r g a n t u n g d a r i l o k a s i g e o gra f i s d a n c u a c a s e t e m p a t . Pa d a mu l a nya j u b a h p a ra b h i k k h u / n i d i I n d i a j a m a n ke h i d u p a n B u d d h a b e r wa r n a saffron ( wa r n a o ra nye ke k u n i n g k u n i n g a n ) d a n t e r bu a t d a r i “ k a i n mu r n i ” . K a i n mu r n i d i s i n i a r t i nya a d a l a h k a i n ya n g t i d a k d i p a k a i l a g i o l e h o ra n g l a i n s e p e r t i k a i n ya n g t e l a h d i bu a n g , k a i n s o b e k / b o l o n g - b o l o n g b e k a s g i g i t a n t i k u s, k a i n b e k a s ke l a h i ra n b ay i , k a i n b e k a s
32
Gema Dhammavaddhana
p e m bu n g k u s m aya t s e b e l u m d i k r e m a s i , d l l . S e mu a b a g i a n ya n g t i d a k d a p a t d i p a k a i ke mu d i a n d i bu a n g , d i b e r s i h k a n , d i c u c i d a n d i ke r i n g k a n s e b e l u m a k h i r nya d i b e r i p ewa r n a p a k a i a n a l a m i . Ca ra nya j u b a h ya n g t e l a h d i c u c i d i r e bu s ke dalam kuali b e r s a m a d e n g a n bu n g a - bu n g a a n , d e d a u n a n , d a n s a f f r o n ya n g m e m b e r i k a n wa r n a o ra nye ke k u n i n g a n t e r s e bu t ( s a f f r o n – C r o c u s s a t i v u - s e n d i r i a d a l a h s e j e n i s t a n a m a n ya n g b e r m a n fa a t s e b a g a i bu m bu d a p u r, p ewa r n a a l a m i , d a n t a n a m a n o b a t ) . Ju b a h b e r wa r n a s a f f r o n i n i h i n g g a k i n i m a s i h d i g u n a k a n o l e h p a ra b h i k k h u / n i a l i ra n T h e rava d a ya n g b e r ke m b a n g d i A s i a Te n g g a ra d a n A s i a S e l a t a n . S a a t i n i j u b a h p a ra b h i k k h u / n i s u d a h t e n t u t i d a k l a g i d i p e r o l e h d a r i k a i n ya n g d i bu a n g , t e t a p i d a r i p a ra u m a t ya n g m e n d a n a k a n j u b a h , t e r u t a m a b i a s a nya p a d a s a a t p e raya a n K a t h i n a .
GemaKNOWLEDGE
Ju b a h p a ra b h i k k h u / n i T h e rava d a Ju b a h p a ra b h i k k h u / n i t ra d i s i T h e rava d a d i a n g g a p t e t a p m e m p e r t a h a n k a n p o l a d a n wa r n a a s l i p a ra b h i k k h u / n i s e j a k j a m a n ke h i d u p a n B u d d h a G o t a m a . Te r d a p a t 3 b a g i a n u t a m a j u b a h :
1.
Uttarasanga Adalah bagian ter penting dan terluar dari jubah p a ra b h i k k h u . B i a s a d i s e bu t j u g a j u b a h k a s h aya . Ju b a h i n i b e r b e n t u k p e r s e g i p a n j a n g , b e r wa r n a saffron, panjang sekitar 6-9 kaki sehingga dapat d i g u n a k a n u n t u k m e nu t u p i ke d u a b a h u , t e t a p i s e r i n g k a l i h a nya d i g u n a k a n u n t u k m e nu t u p i b a h u bagian kiri sedangkan bahu bagian kanan dan t a n g a n k a n a n d i b i a r k a n t e r bu k a .
2.
A n t a r ava s a k a D i g u n a k a n d i d a l a m U t t a ra s a n g a d a n d i p a k a i s e p e r t i s a r u n g , d i l i l i t k a n d i p i n g g a n g d a n m e nu t u p i h i n g g a mata kaki.
3.
Sanghati M e r u p a k a n j u b a h e k s t ra ya n g b i s a d i g u n a k a n u n t u k m e nu t u p i t u bu h b a g i a n a t a s a p a b i l a m e m bu t u h k a n ke h a n g a t a n s a a t c u a c a d i n g i n . Te t a p i b i l a t i d a k d i p a k a i b i a s a nya d i l i p a t ke c i l d a n d i t e m p a t k a n diatas bahu bagian kiri seper ti selendang. Ju b a h b a g i p a ra b h i k k h u n i s e b e n a r nya s a m a s e p e r t i d i a t a s, t e t a p i d i t a m b a h 2 b a g i a n l a i n s e h i n g g a t e r d a p a t 5 b a g i a n d a r i j u b a h s e o ra n g b h i k k h u n i . Pa ra b h i k k h u n i m e n g e n a k a n s a m k a c c h i k a ( a t a s a n ) ya n g d i p a k a i d i b awa h u t t a ra s a n g a s e h i n g g a m e nu t u p i ke d u a b a h u b h i k k h u n i . Pa ra bhikkhuni juga dilengkapi dengan Udakasatika (pakaian mandi).
Volume 56
2015
33
GemaKNOWLEDGE
M e n g a p a s awa h p a d i ?
A d a b a nya k p e r s e p s i m e n g a p a j u b a h p a ra b h i k k h u / n i m e n g g a m b a r k a n p e t a k - p e t a k s awa h p a d i . S a l a h s a t u nya a d a l a h k a r e n a s awa h p a d i s e r i n g k a l i d i a n a l o g i k a n s e b a g a i t e m p a t m e n a n a m j a s a . Pa ra b h i k k h u / n i a d a l a h o ra n g - o ra n g ya n g m e m i l i k i n i a t d a n ke t u l u s a n u n t u k m e n j a l a n i ke h i d u p a n s u c i , o l e h k a r e n a nya d a l a m t ra d i s i bu d d h i s m e r e k a d i a n g g a p s e b a g a i t e m p a t m e n a n a m j a s a ke b a j i k a n t e r b a i k , s a m a h a l nya s e p e r t i s awa h s e b a g a i t e m p a t m e n a n a m padi.
D a l a m t ra d i s i Z e n , j u b a h p e t a k - p e t a k i n i m e n g g a m b a r k a n p u l a “ l a d a n g t e m p a t m e n a n a m ke b a j i k a n ya n g t i d a k b e r b e n t u k ” . B i s a p u l a j u b a h i n i d i a n g g a p s e b a g a i s e bu a h m a n d a l a ya n g m e n g g a m b a r k a n alam semesta.
“ I f i n d h o p e i n t h e d a r k e s t o f d ay s , a n d fo c u s i n t h e b r i g h t e s t . I d o n o t j u d g e t h e u n i v e rs e . ” Dalai Lama 34
Gema Dhammavaddhana
GemaDHAMMAVADDHANA
Kegiatan KMBD Kemanggisan - Alam Sutra 2015 HUT KMBD 26 Dirgahayu KMBD 26 adalah serangkaian acara yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana BINUS University (KMBD) dalam rangka memperingati hari ulang tahun KMB Dhammavaddhana yang ke-26. Serangkaian acara yang diadakan teresebut terdiri dari bazaar yang diselengarakan pada tanggal 7-9 mei 2015, Pentas Seni amal di tanggal 23 mei 2015, HUT KMBD 26 pada tanggal 30 mei 2015 dan yang terakhir namun tidak kalah menariknya adalah Malam Pemaknaan yang diadakan pada tanggal 25 Juni 2015 untuk memaknai hari dimana KMB Dhammavaddhana terbentuk dan bisa tetap jaya hingga saat ini. Pada Dirgahayu KMBD 26 ini sendiri kita memiliki tema yaitu Berkarya dan berseni untuk membantu yang mana dalam rangka HUT KMB Dhammavaddhana yang ke 26 ini kita memiliki konsentrasi untuk membantu anak-anak penderita kanker melalui Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI).
Pentas Seni Amal Dalam rangka membantu anak-anak penderita kanker melalui Yayasan Onkologi anak Indonesia (YOAI), KMB Dhammavaddhana mengadakan pentas seni amal dengan tujuan, hasil penjualan tiket dari pentas seni amal ini akan disumbangkan kepada anak-anak penderita kanker tersebut. Pentas seni amal ini kita selengarakan di Auditorium Lt.4 kampus Anggrek, BINUS University. Di Pentas seni amal ini juga kita menghadirkan seorang gitaris yang namanya sudah sangat terkenal baik di Indonesia ataupun mancanegara. Seorang gitaris legendaris dari Indonesia yaitu Jubing Kristianto hadir di Pentas Seni Amal ini sekaligus merupakan penampilan utama dari penampilan-penampilan lain yang tidak kalah kerennya dalam meramaikan acara pentas seni amal KMB Dhammavaddhana seperti Roby Oktober, Hatta the Movie, Adam Sidqon, Mash Potato, Latte Band, Ekayana Buddhist Residence Choir, KMB Atmajaya dan Nippon Club. Pada akhirnya acara Pentas Seni amal ini sendiri berhasil mengumpulkan uang sumbangan sebesar 15 Juta Rupiah yang akan kita serahkan kepada Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI).
36
Gema Dhammavaddhana
GemaDHAMMAVADDHANA
Waisak Waisak 2015 kmbd binus university, tahun ini bertemakan “Light the Vesakh Day by Sharing The Happiness� . Waisak kali ini memiliki beberapa rangkaian acara diantaranya adalah bazaar amal, vesakh goes to school, dan waisak puja 2015 . Kegiatan pertama bazaar amal dilaksanakan di kampus alam sutera sebelah library . Bazaar ini diadakan dengan tujuan mengumpulkan dana, memperkenalkan KMBD juga di sekitaran kampus Binus Alam sutera. Bazaar ini dilaksanakan selama 6 hari. Pendapatan dari bazaar Ini digunakan untuk membantu acara kedua yaitu vesak goes to school.
Vesak goes to school diselenggarakan dengan tujuan membantu mereka yang membutuhkan khusus nya dibidang pendidikan, disini target pemberian dana sumbangan ada di SDN1 Pakuhaji, dimana pada kegiatan Vesakh Goes to School telah didonasikan sekitar beberapa ratus buku pengetahuan umum dan juga beberapa lemari serta kami juga ikut langsun g turun tangan dalam perombakan atau pengaturan ulang terhadap perpustakaan tersebut.
Selanjutnya acara terakhir dari rangkaian acara Waisak 2015 KMB Dhammavaddhana, BINUS University adalah Waisak Puja 2015. Kegiatan ini dilaksanakan di Pusdiklat BSD, Tanggerang. Serentetan acara yang dilaksanakan pada Waisak Puja 2015 ini adalah pertama kita melaksanakan kebaktian serta mendengarkan dhammadesana oleh Bhante Jutaliko.
Selanjutnya ada permandian rupang Siddharta kecil, penampilan kesenian dari KMBD, Paduan Suara Vihara Sasana Subhsita serta Odelia yang merupakan Bintang Tamu pada acara hari ini. Kegiatan Waisak Puja pada malam hari itu diakhiri dengan Pengantungan Lampion Harapan oleh seluruh peserta acara Waisak Puja 2015 beserta pembacaan paritta dan doa penutup dari seluruh rangkaian acara Waisak 2015 KMB Dhammavaddhana BINUS University.
Volume 56
2015
37
GemaDHAMMAVADDHANA
Donor Darah Keluarga Mahasiswa Buddhist Dhammavaddhana (KMBD) periode XXVI BINUS University mengadakan kegiatan sosial secara rutin setiap tahun yaitu berupa penyelenggaraan “Donor Darah”. Kegiatan ini kami laksanakan sebagai wujud peran serta kami dalam meningkatkan kepedulian terhadap sesama serta membantu kegiatan Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menolong sesama, karena hingga saat ini, jumlah darah yang tersedia baru sekitar 0,47% dari jumlah penduduk indonesia. Sedangkan idealnya jumlah darah yang tersedia di PMI harus memiliki rasio 1% dari jumlah penduduk. Untuk itulah acara Donor Darah ini dilaksanakan demi memenuhi persediaan darah yang teradapat dalam PMI. Acara Donor Darah yang kami laksanakan pada hari Selasa, 16 Juni 2015 bertempat di Balkon Lt.2 Kampus Anggrek BINUS University dengan tema “Share Your Blood, Share Your Care” berlangsung dengan baik dan sukses dikarenakan adanya ketertarikan dari para partisipan serta kinerja yang baik dari seluruh anggota kepanitiaan. Terbukti sekitar lebih dari 200 orang mendaftar untuk melakukan Donor Darah pada hari itu.
Tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan kegiatan Donor Darah ini antara lain : 1. Mempraktikkan ajaran cinta kasih dalam agama Buddha dalam kehidupan sehari-hari. 2. Meningkatkan rasa kesadaraan mahasiswa terhadap sesama. 3. Meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap sesama. 4. Membantu Palang Merah Indonesia dalam melaksanakan tugasnya menolong sesama yang membutuhkan. 5. Membantu orang dalam kesehatan.
38
Gema Dhammavaddhana
GemaDHAMMAVADDHANA DV LIVE IN 2015 Pada tanggal 3 hingga 8 Juli 2015, Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana (KMBD) melakukan kegiatan Live In (tinggal bersama warga) di Desa Dukuh Guwo, Jepara. Dengan bertemakan “Helping Each Other in Dhamma�, acara yang diprakarsai oleh KMBD ini bersifat umum dan dapat diikuti oleh teman-teman yang non-Buddhis.
Desa Dukuh Guwo yang hampir semua penduduknya merupakan agama Buddha memiliki tradisi yang cukup unik. Salah satunya yaitu warga setempat selalu melakukan chanting (doa bersama) di Vihara Giri Santi Loka setiap pukul 04.30 pagi dan 07.00 malam. Chanting ini diikuti secara antusias oleh seluruh warga desa yang beragama Buddha di vihara yang terletak di tengah-tengah desa dan sebelumnya hanya memiliki 1 buah toilet ini. Melihat hal tersebut, kami peserta dan panitia DV Live In pun membantu Vihara setempat dengan memberikan tambahan 4 buah toilet, di mana pembangunannya dibantu oleh warga desa Dukuh Guwo. Kami juga membantu renovasi vihara dengan pengecatan kembali Vihara Giri Santi Loka. Dengan total jumlah peserta dan panitia sebanyak 58 orang, maka 1 rumah warga desa ditinggali oleh 4-5 orang peserta Live In 2015. Rumah yang kami tinggali sangatlah bernuansa pedesaan, dimana masih sangat jarang adanya penggunaan alat-alat elektronik seperti di perkotaan. Namun suasana pedesaan dan kegiatan kami sepanjang hari benar-benar mengajarkan pengalaman baru bagi kami. Seperti pergi ke ladang dan mengambil tanaman kacang kedelai, pergi ke kebun singkong, memberi makan sapi, kambing, ayam, dan masih banyak hal lainnya yang belum pernah kami lakukan di perkotaan. Orang tua asuh kami juga sangatlah ramah dan selalu memaklumi kami yang tidak tahu apa-apa, mereka dengan sabar mengajari kami dan mereka menganggap kami seperti anak mereka sendiri. Live In 2015 berakhir dengan sukses dan sesuai dengan tujuan acara Live In ini sendiri, yaitu ingin merasakan kehidupan di pedesaan yang jauh dari teknologi modern dan untuk belajar bersyukur akan segala hal yang sudah kita miliki sekarang agar kita dapat lebih mudah menolong sesama dalam Dhamma.
“DV Live In 2015, Helping Each Other in Dhamma�
Volume 56
2015
39
GemaDHAMMAVADDHANA
PENERIMAAN MAHASISWA BARU (PMB) KMBD 2015 Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) KMBD 2015 adalah sebuah ajang dimana para aktivis & pengurus KMBD menunjukkan keunggulan organisasi kerohanian ini. Tujuannya ialah agar mahasiswa Binusian 2019 tertarik untuk bergabung dan aktif dalam perkembangan Buddha Dhamma khususnya di dalam KMBD itu sendiri. PMB ini dilaksanakan sebanyak 5 batch berturut-turut setiap minggunya, dari 31 Juli hingga 28 Agustus 2015. Acara ini terdiri dari Bunga Rampai yang dilaksanakan setiap hari Jumat dan, Expo yang dilaksanakan setiap hari Sabtu. PMB KMBD 2015 kali ini berhasil menarik calon aktivis KMBD sebanyak 309 pendaftar.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ketua Pelaksana PMB 2015 yaitu James Widjaja, ingin menunjukkan aura kekeluargaan yang lebih hidup dan kompak. Dengan mengambil tema “The Colours of Dhamma” serta tagline “Warnai Rumah” Kita dengan Suara Mereka” menjadi ciri khas dari PMB tahun ini. Setiap minggunya pun, acara ini akan dibuka dengan iringan jingle “Ehipassiko” yang dibawakan oleh para panitia serta volunteer PMB KMBD 2015. PMB sendiri tentunya memiliki tujuan yaitu kita ingin mem-branding serta memperkenalkan KMBD secara lebih luas lagi. Sehingga nama KMBD menjadi tidak asing lagi bagi para Binusian 2019 serta menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dipilih oleh para Binusian 2019 khususnya yang beragama Buddha.
40
Gema Dhammavaddhana
Pada PMB kali ini juga, Untuk menyambut calon aktivis KMBD, Panitia PMB akan mengadakan Welcome Party yang dilaksanakan pada Minggu, 27 September 2015 di Kampus Kijang, BINUS University. Semoga dengan ini semua, nantinya KMBD bisa semakin jaya dan mengembangkan ajaran Buddha Dhamma lebih luas lagi. Sabbe satta bhavantu sukhitatta.
AboutKMBD Definisi KMBD (Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana) merupakan salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) kerohanian di bawah naungan Binus University, yang bertujuan sebagai wadah untuk mengadakan kegiatan keagamaan, sosial, kreativitas budaya, dan menampung aspirasi dan aktivitas dari mahasiswa buddhis yang sesuai dengan nilai-nilai luhur ajaran Sang Buddha Gautama.
Sejarah KMB Dhammavaddhana berdiri pada tanggal 25 Juni 1989, ditandai dengan hadirnya 30 orang mahasiswa buddhis. Pada saat itu pula dibentuk struktur organisasi, proposal pembentukan organisasi, dan pemberian nama Keluarga Mahasiswa Buddhis Dhammavaddhana. Peresmian kepengurusan KMBD dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 1989 secara sederhana dengan kebaktian dan pemberkahan oleh Bhikkhu Cittasanto dan Bhikkhu Andhanavira.
Orientasi KMB Dhammavaddhana adalah organisasi kemahasiswaan yang bercorak buddhis yang memanfaatkan TI dalam berkarya dan berbudaya; mengabdi untuk kelestarian dan kemajuan agama buddha yang telah diwariskan Buddha Gautama.
VISI Menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa Buddhis Universitas Bina Nusantara yang mempunyai komitmen terhadap kelestarian agama Buddha, menjunjung tinggi HAM, dan memanfaatkan Teknologi Informasi demi kesejahteraan dan kebahagiaan semua makhluk.
MISI Mengembangkan kreativitas bercorak buddhis dalam berkarya dan berbudaya. Mewujudkan wadah pematangan Buddhis dalam berpikir dan berpandangan. Meningkatkan pengetahuan agama Buddha baik teori maupun praktek. Menyokong pembabaran dhamma demi kelestarian Agama Buddha. Menegakkan kemoralan (sila) dan nilai-nilai kemanusiaan.
Lambang KMBD memiliki lambang yang bercirikan: 1. Lima kelopak teratai yang merekah melambangkan Pancasila RI, Pancasila Buddhis, dan kebijaksanaan yang berkembang harum dan indah. 2. Stupa melambangkan ciri khas Buddhis Indonesia dan meditasi yang kuat. 3. Dua bentuk abstrak wajah manusia mencerminkan intelektual mahasiswa Buddhis. 4. Tulisan “KMB DHAMMAVADDHANA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA� merupakan nama wadah organisasi mahasiswa Buddhis di Universitas Bina Nusantara.
Volume 56
2015
41
GemaDHAMMAVADDHANA
Oleh : Illen Meilinda
ari Jumat tanggal 25 September merupakan Field Trip Badan Gema Dhammavaddhana diselenggarakan. Pada tahun ini Badan Gema Dhammavaddhana bekesempatan berkunjung ke Metro TV dengan mengusung tema Field Trip yaitu come, see and get immerse. Field Trip tahun ini diketuai oleh Kuntara Ajie Pratama Kanta dengan harapan Field Trip tahun ini dapat memberikan manfaat pengetahuan yang baru bagi peserta yang telah ikut berpartisipasi dalam event ini. Peserta yang terdiri dari anggota KMBD, umum, dan mahasiswa baru Binus dengan jumlah peserta 48 orang beserta panitia Field Trip Gema Dhammavaddhana.
Para peserta yang mengikuti Field Trip berkumpul di depan admisi kampus Anggrek pada pukul 12.30 WIB. Dengan menggunakan 2 bus dari Binus pada pukul 13.15 WIB peserta Field Trip melakukan perjalanan menuju Metro TV. Dalam waktu 30 menit para peserta telah tiba di Stasiun Metro TV karena jarak antara lokasi Metro TV tidak terlalu jauh dari Binus. Ketika sampai peserta disambut oleh Michelle salah satu humas pihak Metro TV yang akan memandu peserta Field Trip yang pada siang hari itu berkunjung ke Metro TV.
Adapun rangkaian acara Field Trip di Metro Tv yaitu ada sesi sharing bersama Edi Hidayat dari tim Metro TV. Pada sesi sharing ini Pak Edi Hidayat banyak menjelaskan Metro TV sebagai salah satu program TV yang berfokus pada berita. Para peserta Field Trip pun bebas bertanya tentang seputaran Metro TV atau pun seputaran dunia broadcasting. Setelah selesai mengikuti sesi sharing, para peserta Field Trip diajak touring mengelilingi kantor Metro TV dimana para peserta dapat melihat ruangan studio yang ada di Metro TV serta dapat melihat arsitektur bangunan kantor Metro TV. Acara Field Trip inipun selesai pada pukul 16.00 WIB diakhiri dengan dokumentasi peserta di Metro TV.
Volume 56
2015
43
GemaOPINI
HIDUP PENUH MASALAH? NAMUN BISA BAHAGIA
Oleh : Tisa Lokadipati Liwan Suprapto
“Akkocchi maṃ avadhi maṃ, ajini maṃ ahāsi me; Ye ca taṃ nupanayhanti, veraṃ tesūpasammati.” “Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya.” Jika seseorang sudah tidak lagi menyimpan pikiran-pikiran seperti itu, maka kebencian akan berakhir. (Dhammapada Atthakata, Yamaka Vagga 4)
44
Gema Dhammavaddhana
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. Setiap orang dalam hidupnya tentu menginginkan cerita yang manis tanpa ada batu kerikil yang berlandaskan di jalan hidupnya. Terkadang masalah yang tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama dapat membuat orang stress dalam hidupnya. Berdasarkan syair Dhammapada di samping, sebuah masalah disebabkan oleh kebencian akan sesuatu yang tidak sesuai harapan oleh orang tersebut. Sehingga orang tersebut tak dapat menerima akan kenyataan dan mengatasi masalah yang terjadi. Hal inilah yang membuat orang menjadi stress.
GemaOPINI
Segala sesuatu yang muncul pasti ada sebabnya. Demikian juga dengan masalah yang muncul dalam kehidupan sehar-hari. Penyebab munculnya masalah dilandasi tak dari keinginan kita sendiri. Ketika kita memiliki keinginan pasti akan muncul banyak masalah. Contoh mudah, ketika kita menginginkan nilai A dalam sebuah pelajaran. Namun, pada kenyataannya kita mendapatkan C atau D. Kita tidak puas dan menyalahkan orang lain seperti teman kelompok atau dosen. Pikiran kita begitu kreatif sekali. Ketika masalah tiba, kita mencari alasan agar diri kita tetap tidak dapat disalahkan sebagai penyebab masalah itu. Kita menjadi uring-uringan, membenci orang-orang tersebut yang berakibat kita tambah tidak menemukan solusi dan memperbaiki diri. Pada kenyataannya diri kitalah yang membuat masalah itu ada, yang disebabkan oleh keinginan kita dan kondisi yang kita buat dari pikiran, ucapan, dan perbuatan. Ketika masalah muncul, kita terkadang mengambil keputusan fatal seperti bunuh diri apabila masalah itu begitu berat bagi diri kita sendiri seperti, ditipu 10 Milyar, perusahaan bangkrut, kehilangan pasangan hidup, dan lainnya. Kita berpikir bahwa dengan bunuh diri masalah kita selesai. Kalau merujuk pada ajaran Buddhist, apakah seseorang yang meninggal dengan pikiran yang kacau-balau, galau, dan sedih yang sangat mendalam dapat terlahir ke alam yang lebih bahagia? Tentunya tidak. Ini akan menyebabkan masalah yang baru kembali. Orang-orang yang mengambil keputusan demikian, tidak berpikir panjang. Mereka tidak berpikir apakah harga dirinya serendah itu kah? Apakah benar masalahnya adalah yang paling berat? Mereka hanya melihat dan membandingakan kebahagiaan yang terjadi pada orang yang ada di sekitarnya. Mereka tidak membandingkan masalah-masalah yang di hadapi oleh orang lain. Mereka tidak melihat betapa beratnya hidup di Afrika sana. Masih bayi sudah terkena virus HIV. Mereka tidak melihat bahwa orang terkenal, pembicara terbaik bahkan bisa menangis.
Ketika kita mendapati sebuah masalah yang begitu berat kita mengeluh dan bertanya mengapa hidup ini begitu berat sekali dan tidak adil serta menganggap bahwa diri kita tidak pernah mengalami kebahagiaan sedikitpun. Padahal, sumber masalah kita merupakan akar dari kebahagiaan kita. Mengapa bisa demikian? Karena ketika kita bisa menerima keadaan pada saat masalah itu terjadi, mental kita selangkah lebih maju. Kita menyadari bahwa kesalahan ada pada diri kita. Sehingga kita bisa memaafkan diri kita sendiri dan pikiran kita menjadi jernih. Pada saat pikiran kita menjadi jernih, solusi dan semangat baru untuk menghadapi masalah itu akan muncul. Ketika masalah itu terselesaikan, kita menjadi sadar bahwa pengalaman hidup kita bertambah. Kualitas mental kita pun berkembang. Kita dapat tersenyum, betapa bahagianya hidup ini ketika kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan berjuang berlandaskan pikiran yang positif tanpa mengambil keputusan yang fatal berlandaskan kebencian akan kenyataan hidup. Ketika kita mengambil keputusan fatal ini kita akan terpuruk sekali. Kita akan menjadi cacian masyarakat. Kita akan menjadi contoh yang buruk bagi masyarakat dan juga menjadi malu bagi diri kita sendiri. Namun, ketika kita bangkit dan berjuang untuk keluar dari masalah itu dan kita berhasil keluar dari masalah tersebut, pada saat itu kita akan menjadi selangkah lebih maju dari yang sebelumnya. Yang bisa diartikan bahwa kita telah sukses. Semua orang akan menjadikan kita panutan, menjadikan kita contoh yang baik. Inilah kebahagiaan akibat terselesaikannya sebuah masalah dalam hidup ini. Oleh sebab itu, ketika hidup kita penuh dengan masalah. Hadapilah, janganlah berpaling atau lari dari masalah itu. Ataupun mengambil keputusan fatal untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cepat. Namun berusahalah dan percayalah akan kekuatan dalam diri kita sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut. Karena masalah merupakan sumber dari kebahagiaan kita saat kita berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Volume 56 | 2015
45
GemaOPINI
RODA KEHIDUPAN Oleh : Thalia Livia
Apakah Anda pernah merasa bahwa hidup itu tidak adil? Ada yang kehidupannya terlihat begitu sempurna sampai kita tidak bisa menemukan setitik kekurangan darinya. Namun, ada juga manusia yang menderita, kekurangan dari lahir sampai akhir hayatnya.
46
Gema Dhammavaddhana
Kehidupan di dunia ini terasa semakin tragis saja. Banyak orang berkata, percayalah roda kehidupan akan berputar dan waktu akan menjawabnya. Roda kehidupan akan berputar, bukan berarti yang bahagia akan langsung jatuh terpuruk, bukan juga yang nelangsa akan berubah menjadi berkecukupan dan langsung berbahagia. Maksud dari roda kehidupan sebenarnya adalah dengan adanya usaha kita sendiri untuk berbuat baik maka kita akan menerima karma baik. Tetapi bila kita melakukan hal yang jahat maka akan menuai karma buruk. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi kita dalam bertingkah laku. Dua faktor penting di antaranya adalah pergaulan dan apa yang kita baca. Bila kita salah dalam memilih kedua hal tersebut, otomatis kita akan terjebak dalam hal-hal buruk. Untuk itu kita perlu memilih-milih dalam
berteman yang mana yang baik dan yang tidak baik dan memilah mana bacaan-bacaan yang pantas dan tidak pantas untuk kita baca agar bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan menjalani kehidupan yang serba positif. Dalam posisi apapun, baik senang maupun sedih kita wajib melaksanakan sila-sila Buddhis. Saat posisi kita di bawah, bukan saatnya kita menyerah, bersedih, dan larut terlalu lama dalam derita sehingga akhirnya menyalahkan Sang Pencipta akan keadaan kita. Kita harus bangkit dan tetap berpikiran positif karena pikiran merupakan sumber utama kekuatan manusia. Kita tidak boleh berpikiran negatif karena pikiran negatif hanya akan membawa sugesti buruk kepada kehidupan kita, sehingga terkadang hal-hal buruk yang kita pikirkan akan benarbenar terjadi di dalam hidup kita.
GemaOPINI
Itulah yang namanya kekuatan pikiran. Lalu, bila kita dalam keadaan di atas sudah patutnya kita bersyukur kepada Sang Pencipta dan melanjutkan serta memperbanyak hal-hal baik yang sudah kita jalankan selama ini. Ada sebuah perumpamaan mengenai seorang pendaki gunung dan makna sebenarnya dalam kehidupan kita, saat seorang pendaki ingin mendaki gunung tentu posisi awalnya berada di kaki gunung. Pada titik awal itu si pendaki gunung merasa begitu bersemangat, menggebu-gebu untuk memulai mendaki, namun terkadang di tengah perjalanan ada begitu banyak hambatan dan rintangan yang menguji kesabaran dan ketekunannya. Apakah si pendaki akan menyerah, putus asa, atau frustasi? Kalau si pendaki kehabisan persediaan makanan atau minuman, apakah ia langsung
kembali ke rumah dan tidak melanjutkan perjalanan? Tentu tidak. Tantangan-tantangan itulah yang semakin memperkukuh keahlian dalam diri si pendaki gunung. Dalam kehidupan, kita harus bersabar, berdoa, dan tentunya adanya tindakan aktif seperti perjuangan dan semangat yang positif agar kita dapat terus berjalan ke depan. Maksudnya kita tidak boleh menyerah begitu saja karena banyak masalah yang tidak dapat terselesaikan. Percayalah tidak ada pesta yang tidak berakhir, tidak ada masalah yang tidak mempunyai penyelesaian. Pada akhirnya dalam perumpamaan itu setelah si pendaki berhasil melewati rintangan-rintangan yang ada menuju puncak gunung, akhirnya akan sampai juga ke garis finish. Dalam kehidupan nyata juga demikian, percayalah sebuah hasil tidak akan mengkhianati prosesnya.
Proses dengan kerja keras yang tekun akan menghasilkan hasil yang baik juga. Namun, bukan berarti perjuangan Anda selesai begitu saja. Masih banyak hal-hal baru yang mungkin belum kita coba, hal baru tentu mendatangkan masalah baru. Tetapi jangan pernah gentar dengan masalah baru! Demikian dengan mendaki gunung, tidak mungkin seorang pendaki sejati hanya mendaki sebuah gunung saja. Pasti ia akan berpetualang mencoba gunung-gunung yang lain untuk didaki. Untuk itu, teruslah berjuang menjalani hidup ini, saya yakin akan adanya perbaikan nasib bila kita memang berusaha dengan sikap-sikap positif yang dimiliki dalam diri kita. Selamat berjuang! “A dream doesn’t become reality through magic. It takes sweat, determination and hard work.�
Volume 56 | 2015
47
GemaARTIKEL
20
Gema Dhammavaddhana
Pengurus inti KMBD Periode XXVI Mengucapkan:
“Selamat memperingati Hari RayaKhatina 2259/BE”
Volume 56
2015
49
GemaARTIKEL “Yang memberikan hal-hal yang baik akan memperoleh yang baik; Yang memberikan hal-hal yang terbaik akan memperoleh yang terbaik; Yang memberikan hal-hal yang terpilih akan menerima yang terpilih; Yang memberikan hal-hal yang utama maka keutamaan akan dimenangkannya; Ia yang memberikan yang terbaik, yang terpilih, yang utama maka orang itu akan mempunyai kemuliaan dan umur panjang dimanapun juga ia berada.� (Anguttara Nikaya, Vol III, 44)
KAMI SEGENAP REDAKSI BADAN GEMA DHAMMAVADDHANA Mengucapkan terima kasih
Kepada para Donatur Badan Gema Dhammavaddhana atas kepercayaannya kepada kami dalam membantu pendanaan penerbitan Majalah Gema Dhammavaddhana edisi ke-56 . Semoga kita dapat senantiasa berdana dengan bijaksana dan semoga kebajikan yang kita semua lakukan dapat menambah karma baik kita. Sadhu...Sadhu...Sadhu... Handi Erawan Heri Jhon/ Sucen Desy Chairuman Olivia Wijaya Ricky Kennedy Yudi Susanto Dwi Luhadi Willyanto Kitti Widyhany Toni Kamaruddin Johannes Effendi Dian Juliantine Geri Rinaldi Sukianto Darman
Kisman Novita Handayani Boby Suhardi Djoni Effendi Evelyn Erwin Kennedy Vicky Sumadi Jemmy Tantra Suryanto Wijaya Yulieni Alfred Mansel Anton Felix Navia Siandra Kowi
*Mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan nama donatur. Dimohon kesediaannya untuk memberitahu kepada kami di nomor 0852-6748-3362 Apabila sahabat se-Dhamma ingin menjadi donatur Badan Gema Dhammavaddhana membantu pendanaan penerbitan majalah dapat menghubungi: Fera (0852-6748-3362)
50
Gema Dhammavaddhana
GemaARTIKEL
HARGA PEMASANGAN IKLAN DI MAJALAH GEMA DHAMMAVADDHANA
Majalah Gema Dhammavaddhana dicetak sebanyak 500 eksemplar per edisi dan akan didistribusikan secara GRATIS untuk memberi manfaat kepada umat Buddhis khususnya yang berada di wilayah DKI Jakarta, maupun wilayah yang masih dapat dijangkau. Untuk mendukung dan menunjang terlaksananya penerbitan Majalah Gema Dhammavaddhana, kami mengajak Bapak/Ibu usahawan dan para dermawan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan penerbitan majalah edisi spesial ini yang kami tawarkan dalam bentuk kerjasama untuk usaha Anda, yaitu berupa tawaran untuk terlibat menjadi media partner promosi untuk produk dan jasa Anda. Berikut ini adalah harga tarif pemasangan iklan di Majalah Gema Dhammavaddhana:
JENIS
UKURAN
TARIF IKLAN (PER EDISI)
Sampul Belakang Luar © Sampul BelakangDalam ©
Sampul Depan Dalam ©
Halaman Isi (C)
1 halaman (21,5 cm x 28 cm)
Rp. 2.100.000,00
1 halaman (21,5 cm x 28 cm)
Rp. 1.900.000,00
½ halaman (21,5 cm x 14 cm)
Rp. 1.000.000,00
1 halaman (21,5 cm x 28 cm)
Rp 2.000.000,00
½ halaman (21,5 cm x 14 cm)
Rp. 1.100.000,00
1 halaman (21,5 cm x 28 cm)
Rp. 1.000.000,00
½ halaman (21,5 cm x 14 cm)
Rp. 800.000,00
¼ halaman (10 cm x 14 cm)
Rp. 500.000,00
⅛ halaman (10 cm x 7.5 cm) Rp. 350.000,00 atau (21,5 cm x 5 cm)
Keterangan : C: Colour (Berwarna) Info lebih lanjut pemasangan iklan dapat menghubungi: Fera ( 0852-6748-3362) *Redaksi Gema Dhammavaddhana mengucapkan terima kasih kepada media partner yang telah memasang iklan di Majalah Gema Dhammavaddhana Edisi ke- 56 sekaligus telah membantu pendanaan penerbitan Majalah Gema Dhammavaddhana.
Volume 56
2015
51
GemaSHARING
MUSTIKA
SANGHA DI SAAT KATHINA
Oleh: Bhikkhu Vipulasilo
Dalam hidup bermasyarakat, biasanya seseorang akan selalu dinasehati untuk melakukan kebaikan dan diajarkan agar menjauhi kejahatan. Tetapi apakah ajaran dan nasehat tersebut merupakan suatu hal yang mudah dilaksanakan? Atau kebalikannya malah dipandang susah untuk dilakukan? Jawabannya adalah hal ini tergantung pada kondisi batin si pelaku. Seorang guru yang sangat bijaksana pernah mengatakan: ”Orang baik akan mudah melakukan kebaikan dan susah berbuat kejahatan; Sebaliknya, orang yang tak baik akan susah melakukannya, walau itu hal yang kecil sekali pun. ” Mengapa? Karena kelompok orang-orang baik mengenali manfaat dan nilai-nilai yang ada dalam melakukan suatu perbuatan baik. Hal ini serupa dengan kejadian yang dialami oleh Anāthapiṇḍika. Saat mendengar pertama kalinya ucapan ”Buddha” (dari saudara iparnya), ia merasa sangat bahagia dan berseru, ”Teman, jarang sekali mendengar kata ‘Buddha, Buddha’ di dunia ini.” Begitu pula dengan Sela - seorang guru dengan ratusan pengikut - berpikir hal yang sama, ketika saat mendengarnya dari petapa Keniya tentang Buddha yang berdiam saat itu di kota Āpana, negeri Aṅguttarāpa. Mereka, seperti halnya seseorang yang tahu mana berlian yang asli dari sekumpulan benda-benda yang berkilau. Hanya berlian sejatilah, yang dapat menyenangkan seseorang yg tahu akan nilainya. Berbeda dengan yang menganggap kaca yang berkilau sebagai berlian asli, tentu manfaatnya kecil bahkan bisa menolak saat dihadiahi sebuah berlian. Demikian pula para pengikut yg menganggap hal-hal salah sebagai suatu mustika, adalah pendapat yg sia-sia dan berbahaya (micchādhimokkha). Contohnya sebagian orang meninggikan materi di atas segalanya
06
Gema Dhammavaddhana
bahkan dengan segala cara, akibatnya kehidupan kelak pasti akan sangat menderita. Tetapi, tentu saja mustika yang asli pasti akan mendatangkan kebahagiaan bagi semua makhluk yang ada. Bagi umat Buddha, bukan hanya ”Buddha” yang merupakan mustika, tapi juga dua buah mustika lainnya – ”Dhamma dan Sangha.” Ketiga-tiganya sama ampuhnya dalam memberikan manfaat luar biasa bagi mereka yang mengenali nilai yang terkandung di dalamnya. Sama seperti raja Pukkusati – teman dari raja Bimbisara – mengalami kesenangan batin yang sangat besar saat menerima hadiah berupa tulisan tentang mustika Buddha, Dhamma, dan Sangha. Hal ini amat luar biasa karena raja Pukkusati belum pernah bertemu atau mendengar kabar sekali pun tentang tiga permata, mengingat wilayah kerajaannya – Takkasila – terletak jauh di perbatasan dari Negeri Magadha, wilayah dari raja Bimbisara. Jika Buddha adalah sang guru, mustika Dhamma adalah hal-hal (ajaran) yang membuat seseorang menjadi orang yang memiliki sifat-sifat yang lebih baik, dengan kata lain menjadi berkurang kekotoran batinnya, lalu apakah yang mencakup Sangha? Bagaimanakah cara kita mengenali nilai-nilai dalam mustika Sangha, agar kita nanti saat memilih, tepat mengambil dan menggenggam berlian yang asli? Ini sangat penting agar tidak salah ambil, agar yang terambil bukannya malah tiruan dari kaca, yang hanya kelihatan indah berkilau bagi kalangan khalayak yang tak mengetahui nilainya.