4 minute read

Kisah Kesah Mahasiswa Disabilitas Unand

mengaku bahwa masih terdapat beberapakendalayangiarasakanterkait pelayanandisabilitasselamaiaberkuliah di Unand. Aldo yang merupakan mahasiswaDepartemenSistemInformasi angkatan 2021 memaparkan bahwa selama ini mahasiswa disabilitas mengalami kendala terutama dalam proses belajar mengajar.

BerdasarkanpengakuanAldo,ia merasa kesulitan untuk memahami penjelasan dosen yang memaparkan materi tanpa mempertimbangkan adanya mahasiswa tunarungu di kelasnya. Pada akhirnya, ia pun hanya mengandalkan materi bacaan yang tersedia.

Advertisement

“Dosen hanya menjelaskan seperti biasa di depan kelas, kami mahasiswa tunarungu pun kesulitan memahami pengajaran dengan baik karena tidak dapat mendengar penjelasan dosen dan hanya mengandalkan bahan materi bacaan yang disediakan,” jelas Aldo, saat diwawancaraiGentaAndalas,Selasa(13/ 2/2023).

Sebagaipenyandangdisabilitas tunarungu, Aldo menjelaskan bahwa ia sendiri sulit dalam mengikuti kegiatan perkuliahan karena dosen hanya menjelaskan di depan kelas tanpa menggunakan metode khusus untuk tunarunguyangtidakdapatmendengar. Akibatnya, mahasiswa tunarungu pun tidak sepenuhnya mendapatkan pengajaran.

Tidakhanyaberdiamdiri,Aldo pun berupaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya, salah satunyadenganmemintabantuanteman sekelasnya untuk membantunya mengulas kembali penjelasan dosen. Meskipunbegitu,bantuanpunbukanhal yang mudah untuk ia dapatkan. Aldo seringkali kesulitan untuk mendapat teman yang bersukarela untuk membantunya. Bahkan, tidak jarang merekamenolakpermintaantolongnya dengan alasan sibuk atau lainnya.

Oleh sebab itu, Aldo mengungkapkan bahwa mahasiswa disabilitas sebenarnya memerlukan sukarelawan yang dapat mendampingi mahasiswa disabilitas dalam menjalankan kegiatan perkuliahan. Entahitusukarelawandariluar,ataupun bantuan dari teman sekelasnya sendiri agar lebih leluasa.

Sayangnya, Unand hingga kini tidak ada menyediakan pendamping atau memberikan pelayanan untuk mahasiswa disabilitas. Aldo pun menuturkan bahwa ia sempat mengadukankeluhaninikedosen,tetapi belum ada tindak lanjut terkait keluhannyahinggakini.

Lebih lanjut, Aldo pun berkeinginan untuk bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa disabilitas di Unand untuk mengumpulkan apa saja keluhansertakebutuhanyangdiperlukan dalammenunjangkegiatanperkuliahan.

Aldo pun berharap agar Unand dapat lebih terencana untuk menjembatani para penyandang disabilitas dengan memberikanpelayananpendidikanyang baik.Unandperlumempersiapkanpara tenaga pendidik dan mahasiswa agar dapat memahami kondisi atau kekurangan yang dialami oleh penyandang disabilitas.

“Yang kami inginkan sekarang hanyalah metode pengajaran atau pelayanan yang sesuai dan ramah terhadap disabilitas. Saya merasa perlakuan tenaga pendidik atau mahasiswa lainnya yang menyamaratakan kami sebagai mahasiswa biasa atau nondifabel,” jelas Aldo.

Tidak hanya Aldo, keluhan serupa juga dirasakan oleh mahasiswa tunarungu lainnya di Unand, salah satunya Frizka Kurnia Rahman. Frizka, mahasiswa disabilitas tunarungu dari Departemen Ilmu Sejarah ini mengaku sempat merasakan hambatan karena tidak adanya sukarelawan yang bisa membantunya di kelas selama perkuliahan.“Pada masa kuliah, aku merasa kesulitan terutama jika ada info terkait perkuliahan sedangkan tidak ada yangbisamemberitahuakusaatitu,jadi aku merasa sedih,” ujar Frizka saat diwawancarai Genta Andalas melalui Whatsapp (13/2/2023).

Akibatseringtertinggalinformasi perkuliahan, Frizka pun pernah mengalami masalah pada mata kuliah yangdiambilnya.Olehsebabitu,iapun mengatakan bahwa hingga saat ini dia sedang mencari teman yang bisa membantunya.

Meskipun demikian, Frizka merasa sudah cukup terbantu dengan fasilitas yang terdapat di kampus. Menurutnya, masih terdapat banyak dosen yang mau membantunya. Pada saatberkuliah,iapunmenggunakanalat bantu yang dapat mengetik apa yang dibicarakan oleh dosen ketika menjelaskanmateri.Iajugamenyebutkan bahwa tidak terlalu banyak kebutuhan dirinya yang berbeda dari mahasiswa lainnya.

Tidak hanya pada mahasiswa tunarungu, keluhan terkait pelayanan disabilitasdiUnandturutdirasakanoleh salah seorang mahasiswa disabilitas tunadaksa,SusiGusnita.Selamaberkuliah di Departemen Sastra Indonesia, Susi mengalami beberapa kendala yang membuatnya mengalami masalah di mata kuliah yang diambilnya. Berdasarkan penjelasan Susi, pada semester 3 lalu, ia sakit yang membuatnya harus diopname. Ia pun sudah mengirim surat keterangan sakit dan berupaya untuk menjelaskan keadaannya kepada dosen pengampu salah satu mata kuliah yang diambilnya. Mengejutkannya, ia malah dimarahi dengan kata-kata yang cukup membuatnya merasa trauma.

Akibatketidakhadirannyaketika ia sakit, ia pun menerima nilai E pada dua mata kuliah.Oleh sebabitu, hingga kini Susi menjadi takut bertemu dengan dosen akibat kata-kata kasar yang dilontarkan kepadanya. “Orang-orang yang punya disabilitas biasanya mentalnya lebih lemah daripada orang lain, yang dapat membuatnya mudah trauma. Pada saat saya dimarahi oleh dosenhariitu,sampaisekarangsayajadi takut ketemu dosennya,” jelas Susi saat diwawancaraiGentaAndalas,Selasa(14/ 2/2023).

Terkaitdenganpermasalahannya pada beberapa mata kuliah, Susi pun berkeinginanuntukmelakukankonsultasi dengan jurusan agar bisa mengadakan semester pendek untuk memperbaiki nilainya. Mengingat bahwa ia penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), ia harus mampu menyelesaikan masa perkuliahannya hingga paling lambat pada semester 8.

Sebagai penyandang tunadaksa dengan tubuh yang lebih kecil dibandingkan mahasiswa lain, Susi juga membutuhkanfasilitassepertikursiyang cocok dengan ukuran tubuhnya. Jika menggunakankursiyangbiasadigunakan mahasiswa lain, ia kesulitan untuk mencatatmateriyangditerangkan.Lebih dariitu, Susimerasa sudah cukupterkait fasilitas fisik bagi disabilitas yang ada di Unand. “Badanku memang lebih kecil, tetapi aku sama seperti mahasiswa lainnya,” Berdasarkan dari keterangan beberapamahasiswadisabilitasdiUnand tersebut, terdapat kesamaan kendala yang dialami mereka, yaitu kurangnya pengetahuan orang di sekitar, baik itu mahasiswa maupun tenaga pendidik mereka terkait kebutuhan yang seharusnya mereka dapatkan.

Angan-angan Fasilitas Pelayanan Disabilitas Unand

Adanya keluhan mahasiswa terkait kurangnya perhatian akan kesadaran kebutuhan mahasiswa disabilitas memperlihatkan kurang matangnya persiapan kampus Unand. Kuranggencarnyasosialisasijugatampak daribeberapakendalayangdialamioleh mahasiswa disabilitas yang berkaitan dengan perlakuan dosen maupun mahasiswa lainnya.

Lebihlanjut,menurutketerangan Ketua PLD Unand Rozi Sastra Purna, sosialisasimemangsangatdiperlukanbagi pemahaman disabilitas dan sistem pendidikan inklusif kepada tenaga pendidik.Selanjutnya,pelaksanaanteknis dan metode pembelajaran yang harus menyesuaikan pada mahasiswa disabilitas, tergantung pada jenis

Mayoritas UKM Tingkat Unand Bermasalah Dalam Pencairan Dana

Pada Peraturan Rektor Universitas Andalas (Unand) No. 26 Tahun 2022, pasal 64 huruf (c) menerangkan bahwa salah satu hak organisasimahasiswaialahmendapatkan bantuan dana operasional. Namun dalam pelaksanaannya, Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di tingkat universitas masih banyak yang mengeluhkan pendanaan dalam hal berkegiatandiOrmawa.Padahal Rektor Unand, Yuliandri sebelum menjabat sempatmenjanjikanuntukmeningkatkan danaoperasionalorganisasiintrakampus secara efektif. Namun, nyatanya janji tersebut belum secara optimal terealisasikan.

Berdasarkanhasilsurvei,sebanyak 82,5%respondendarianggotaOrmawa tingkatuniversitasdiUnandmenyatakan bahwadanaoperasionaltidakdiberikan tepatwaktuoleh pihakkemahasiswaan, dan sejumlah 17,5% mengaku dana operasionaltelahdiberikandengantepat waktu. Mayoritas responden memberikan alasan bahwa pihak kemahasiswaan tidak memberikan kepastian terkait pencairan dana, selain itu penundaan tersebut tidak dibarengi alasan yang jelas. Adanya ketidaktransparanan ini pun menyebabkan terganggunya kelancaran kegiatan atau acara yang telah direncanakan.

MengenaipendanaanOrmawa, sebanyak 82,5% responden mengaku bahwaprosedurpengurusandanamasih sulit,alasanyangdiberikanpunberagam, namun mayoritas menyatakan bahwa prosedurpengurusandanaOrmawasulit dilakukan karena birokrasinya yang berbelit dan SOP yang rancu sehingga sulitdipahamidancenderungmemakan waktu yang lama. Adapun sebanyak 19,5%respondenlainnyamenilaibahwa prosedurpengurusandanacukupmudah dilakukan.

Selama ini apakah dana operasional dan dana kegiatan Ormawa anda diberikan tepat waktu sesuai yang dijanjikan oleh Kemahasiswaan Unand?

Sehubungan dengan jumlah dana yang dicairkan oleh pihak kemahasiswaan, sebanyak 75,0 % responden menyatakan bahwa dana yang diberikan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ada di Ormawa-nya. Alasannya terlihat dari dana operasional yang hanya habis digunakan untuk menutupi pendanaan kegiatan acara ataupun pelatihan serta adanya kegiatan yang terkadang memaksa anggota Ormawa untuk mengeluarkan dana pribadi agar acara atau program kerja dapat berjalan. Sedangkan 25,0% responden menyatakan bahwa dana dari kemahasiswaan yang diberikan sesuai dengan dana yang dibutuhkan. Surveiinidilakukanterhadap20 Ormawa tingkat universitas di Unand, dengantotalrespondensejumlah40,dan menggunakan metode Purposive Sampling yang disebar mulai dari 18-25 Februari 2023. Terkait permasalahan dana Ormawa mayoritas responden berharap agar Unand menyediakan sistembirokrasiyangjelas,tidakberbelitbelit, dan memberi transparansi dana sertakepastianwaktuterkaitcairnyadana terhadapOrmawa.Selainitupeningkatan dana juga sangat dibutuhkan demi mengembangkankreativitasdan inovasi mahasiswa di Ormawa dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan.

Bagaimana menurut Anda prosedur pengurusan dana operasional atau dana kegiatan untuk Ormawa di Unand?

Sumber: Litbang Genta Andalas Grafis: Produksi

Apakah dana operasional yang Ormawa Anda terima saat ini cukup?

This article is from: