ma ret 2013
lembar
gradasi
dari hitam menuju putih
diterbitkan oleh
Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013
UU PT,Ada Apa Sih? Oleh Dana Andriana
Di Indonesia jumlah mahasiswa ternyata tidak banyak. Pada tahun 2011 hanya ada 4,8 juta mahasiswa. Padahal menurut sensus tahun 2010, jumlah penduduk berusia 20-24 tahun mencapai hampir 20 juta jiwa. Angka partisipasi perguruan tinggi hanya 18,7%. Itu artinya kamu—ya, kamu yang sedang membaca ini—adalah satu dari sedikit manusia beruntung yang berhasil mengeyam pendidikan tinggi. Ingat nggak pada Undang-Undang Pendidikan Tinggi (UU PT) yang tahun lalu rancangannya baru disahkan oleh DPR? Undangundang ini mengatur segala hal berkaitan dengan penyelenggaran pendidikan tinggi, yaitu jenjang pendidikan setelah SMA yang mencakup program diploma, sarjana, magister, doktor, profesi, serta spesialis. Tanggal 7 Maret 2013 kemarin UU PT telah melalui sidang proses peninjauan ulang—atau yang biasa disebut Judicial Review—di Mahkamah Konstitusi. Keberadaan UU PT ini akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan di Indonesia, termasuk nasib kita juga sebagai mahasiswa. Seperti yang tercantum pada pasal 65, status PTN sebagai Badan Layanan Umum atau PTN Badan Hukum pada intinya berbasis otonomi, yakni memiliki tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri. Ketentuan ini membuka celah bagi PTN untuk secara mandiri mencari sumber pembiayaannya, termasuk dari mahasiswa. Mengacu pasal 73, PTN bisa aja lho mengadakan jalur penerimaan secara mandiri, termasuk mandiri dalam memutuskan besaran biaya yang dibebankan pada pendaftar. Kemudian penetapan kuota minimal 20% untuk calon mahasiswa baru yang berpotensi secara akademik namun kurang mampu secara
finansial sebenarnya ambigu loh. Kata ‘minimal’ pada pasal 74 ini bisa aja jadi alasan bagi PTN untuk justru menerima hanya 20% calon mahasiswa kurang mampu tersebut. Dengan begitu PTN sudah menunaikan kewajibannya, padahal sangat mungkin di luar sana masih banyak orang yang ber-
lembar
gradasi dari hitam menuju putih
diterbitkan oleh
Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013
kompeten tapi kurang mampu. Nah pasal 76 sekilas terlihat sebagai opsi yang baik. Tapi coba bayangkan gimana rasanya berkuliah sembari menanggung beban hutang. Padahal banyak banget sarjana yang masih nganggur atau kerja serabutan. Terus bagaimana mungkin mengharapkan mereka (dan kita) melunasi pinjaman? Lagipula pada UU No. 11 Tahun 2005 tentang Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya, pemerintah sebenarnya sudah berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan tinggi ke arah gratis. Nah, sidang tanggal 7 Maret kemarin merupakan sidang untuk mendengarkan kesaksian dari saksi ahli, saksi pemerintah, maupun saksi pemohon JR. Pada sidang selanjutnya, tanggal 14 Maret 2013, setiap pihak sudah harus membuat kesimpulan. Walau begitu masih akan ada sidang lanjutan karena Komite Nasional Pendidikan bersama BEM se-UI dan lembaga lainnya kembali memasukkan draf gugatan.
Pasal 73 ayat 1
Penerimaan Mahasiswa baru PTN untuk setiap Program Studi dapat dilakukan melalui pola penerimaan Mahasiswa secara nasional dan bentuk lain. Pasal 76 ayat 2
Pemenuhan hak Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara memberikan: a. beasiswa kepada Mahasiswa berprestasi; b. bantuan atau membebaskan biaya pendidikan; dan/atau c. pinjaman dana tanpa bunga yang wajib dilunasi setelah lulus dan/atau memperoleh pekerjaan. untuk UU selengkapnya klik bit.ly/UU-PT
“
catatan mahasiswa biasa
Perkara Bayar Kuliah
Jika ingin mendapatkan barang/jasa dengan kualitas bagus, maka kita harus siapkan uang yang banyak. Begitu pula dengan pendidikan, jika ingin mendapatkan pendidikan bermutu, Anda harus siapkan uang lebih. (Keterangan dari saksi ahli pemerintah pada sidang JR UU PT 5 Februari 2013) Gimana menurut kalian soal kutipan ini?
Lah kan emang udah biasa, kuliah kan emang harus bayar. Itulah yang awalnya gue pikir pas denger ramerame tolak UU PT. Mahasiswa yang nuntut UU PT dicabut selalu bilang soal pendidikan gratis. Menurut gue minta biaya kuliah digratisin itu way too much. Yah kita harus sadar lah kalo emang biaya operasional yang dikeluarin sama kampus itu gede. Jadi, menurut gue ya wajar lah kalo kuliah harus bayar, dan mungkin bayar mahal. Dari SD sampai SMA kan sekarang udah gratis tuh. Udah bener. Terus masa kuliah gratis juga? Lagipula banyak loh orang berduit yang kuliah. Kalo kuliah digratisin juga, berarti ga tepat sasaran dong uangnya? “Ngga gitu, bro,” kata seorang temen gue. “Di UUD 1945 tuh udah tertulis bahwa warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Pertama, hak itu bukan buat pendidikan dasar doang. Kedua, hak itu ya hak, ga peduli orang kaya apa miskin harusnya bisa dapet.“ Ah, gue inget soal hak itu. Ada di pasal 31 (gue inget soalnya dulu pas SD gue ranking 1 terus, jangan salah :p). Tapi gue jadi mikir.. susah banget ya jadi pemerintah! Harus menuhin segala hak ini itu yang udah dicantumin bapak-bapak pendiri negara jaman dulu di UUD.
Sebagai warga negara yang baik, gue pikir sih ga usah banyak protes lah. Pemerintah kan urusannya banyak tuh. Buat sekarang kita bantuin dulu negara yang belum bisa kasih pendidikan gratis ke rakyat. Kita bantuin ya dengan cara bayar uang kuliah. Simpel kan? “Ngga gitu, bro,” temen gue yang tadi kembali menyela. “Gue setuju bahwa saat ini keadaannya masih susah, belum bisa buat gratisin biaya kuliah seluruhnya, dan bahwa kita harus bantu. Tapi liat-liat juga kali, masa yang ngebantuin proporsi bebannya setengah dari total biaya?” “Setengah gimana?” “Iya, jadi dari total seluruh sumber pemasukan dana UI, mahasiswa ngebayarin lima puluh persennya!” “Ooh..” Gue angguk-angguk. Masih ada banyak keraguan dalam diri gue. Seperti.. mungkin aja itu salah pengelolaannya aja, undangundangnya sebenernya udah bagus. Mungkin persoalannya cuma di beda persepsi aja, jadi tinggal diperbaiki kata-kata multitafsir dalam pasalnya. Atau.. mungkin pendidikan yang gratis malah akan bikin penghargaan terhadap pendidikan itu sendiri jadi rendah. “Masih ragu ya? Masih bingung? Mending lu dateng aja ke KOMEDI, hari Kamis, 21 Maret jam 4 di selasar. Sampein pendapat lu di sana deh.” Temen gue kemudian berdiri, dan sambil menepuk punggung gue dia bilang, “Mungkin aja emang lu yang bener. Mungkin anak-anak BEM itu emang salah. Mereka perlu banget nih dengerin pemikiran-pemikiran lu yang cerdas begini.” “Iya deeh gue dateng. Kalo ga males yaa. Hehe.”
KOMEDI kumpul, obrol, mengkaji, dan diskusi dalam tajuk
UU PT, Nasibmu Kini...
KAMIS 21 Maret ’13 16.00 SELASAR