mei 2013
lembar
gradasi
dari hitam menuju putih diterbitkan oleh Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013
..bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia raya..
lembar
petikan lirik lagu Indonesia Raya
RUU Keswa:
Menuju Indonesia yang Sehat Seutuhnya oleh Annas Jiwa Pratama
Lirik Indonesia Raya di atas seakan menekankan bahwa baik kesejahteraan jiwa maupun raga sangatlah penting untuk memajukan Indonesia. Lalu seberapa besar sih perhatian pemerintah terhadap isu kesehatan jiwa? :/
Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan risiko gangguan jiwa di Indonesia ternyata cukup besar. Riset kesehatan dasar tahun 2007 menemukan bahwa jumlah individu di atas usia 15 tahun yang mengalami gangguan mental-emosional mencapai angka 11,6% untuk gangguan ringan dan 0,48% untuk gangguan berat.
gradasi dari hitam menuju putih
diterbitkan oleh
Departemen Kajian Strategis BEM IKM Fakultas Psikologi UI 2013
Keadaan lingkungan seperti pembangunan, kemiskinan, dan bencana menjadi fakotr yang memunculkan risiko gangguan jiwa. Sayangnya besarnya risiko tersebut nggak sebanding dengan sumber daya untuk menanggulanginya. WHO Mental Health Atlas 2011 menyebutkan bahwa cuma ada 2 rumah sakit jiwa yang tersedia per 10.000.000 orang dan 1 psikiater per 10.000.000 orang. Jumlah yang sangat minim ya! Pada tahun 2013 ini, di dalam Program Legislasi Nasional muncul rancangan undang-undang mengenai kesehatan jiwa (RUU Keswa) sebagai salah satu undang-undang prioritas. Isu yang diatur di dalamnya antara lain tentang hak, kewajiban, perlindungan, dan penjaminan kesehatan ODGJ. RUU ini juga mengatur pendanaan (mengharuskan pengalokasian 3% dari APBN) dan integrasi sistem kesehatan yang ada dengan pelayanan kesehatan jiwa. Tapi apa RUU ini sudah memayungi isu kesehatan jiwa secara komprehensif? Ternyata aspek-aspek yang banyak dibahas di dalam RUU sangat mencerminkan perspektif kuratif atau berfokus pada penyembuhan. Walaupun aspek promotif dan preventif sudah dibahas di beberapa pasal, pendalamanya sangat singkat dan masih bersifat normatif. Padahal kita semua tahu kan,
lebih baik mencegah daripada mengobati. Secara garis besar diperlukan penguatan pada aspek promotif dan preventif tersebut. Dengan adanya pendalaman itu diharapkan ada indikator keberhasilan yang valid akan kegiatan promosi dan prevensi, beserta adanya evaluasi akan dampaknya. RUU Keswa sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan, jadi kita masih bisa memberikan masukan dan perbaikan terhadap RUU ini. Nah, maka dari itu penting bagi kita untuk terus mengawal dan mengkritisinya. Lagipula, isu ini sangat dekat dengan bidang psikologi kan? Dengan digagasnya payung hukum bagi upaya peningkatan kesehatan jiwa ini, kita semua berharap Indonesia bisa sehat secara seimbang, baik dalam raga maupun jiwa: Indonesia sehat seutuhnya! \:D/
Baca draf naskah RUU Keswa di:
bit.ly/ruu-keswa
Pagi ini Si Udin rame banget di twitter.... KAUP... yah gitu deh. Tapi gue juga mikir.. kebutuhan paling dasar emang soal fisiologis kan, soal badan. Jadi ya wajar kalo pemerintah lebih mentingin kesehatan raga. Sebelum bisa sehat jiwa, orang kan harus hidup dulu! "Bro,” kata Udin sambil geleng-geleng sok bijak, “Sehat raga & sehat jiwa tuh sama-sama penting. Kita ga perlu berdebat soal mana yang lebih penting. Kita harus perjuangin dua-duanya!"
catatan mahasiswa biasa
Sehat Jiwa VS
Sehat Raga
"Tapi Din," kata gue, "kan duit negara terbatas. Makanya harus ada prioritas. Kalo kesehatan fisik udah lumayan baru deh kita tingkatin kesehatan jiwa." "Waduh waduh," Udin geleng-geleng bijak lagi. "Nggak bisa jalan gantian gitu. Kita harus upayain sehat raga dan sehat jiwa barengan. Orang-orang yang badannya sehat tapi jiwanya belum sehat itu malah bikin repot." "Kok bisa? Kasih contoh coba."
Jadi ternyata si Udin sekarang jadi panitia Simposium Kesehatan Jiwa. Sejak saat itu dia jadi semangat banget ngomongin tentang kesehatan jiwa. Tiap pagi Udin flooding timeline ngoceh soal RUU Keswa atau Simposium pake huruf gede. Udah gitu dia pernah mention xx cuma ngajakin follow @SimposiumKeswa. Padahal apa urusannya coba... Sebagai mahasiswa psikologi gue ngerasa sih bahwa kesehatan jiwa itu kurang diperhatiin pemerintah. Mungkin itu juga yang bikin Udin jadi semangat banget. Selama ini kalo ngomongin kesehatan jiwa ya pasti arahnya tuh ke orangorang yang kata emak gue ‘gila’. Padahal kesehatan jiwa kan ga cuma soal bebas dari penyakit jiwa ya. Kesehatan jiwa tuh berarti kita bisa ngerasa adem, sejahtera, ga depresi mikirin
"Misalnya dia punya pacar. Tapi karena stres dan kebawa suasana dia selingkuh. Terus ketauan. Terus ceweknya nangis. Terus galau, gamang, bimbang. Terus ga konsen ngerjain KAUP. Terus nilainya jelek. Terus dia ngerasa ga berguna dan ga berdaya. Terus..” Udin berdiri dari bangkunya, ngangkat tangan kanan tinggi-tinggi, narik nafas panjang.. Kemudian.. “TERUS MAU JADI APA BANGSA KITA INI KALO GENERASI MUDANYA SUDAH PATAH ARANG? MAU JADI APAAA!?" Gue bold tuh. Soalnya dia ngomongnya keras banget. Banget. Kadang-kadang gue ngerasa justru karena urusan RUU Keswa ini si Udin malah jadi ga sehat jiwa........ Sebelum pergi, Udin (tanpa izin) nempelin stiker ini di buku gue :[