Harian Equator 7 Juni 2011

Page 1

Selasa, 7 Juni 2011 5 Rajab 1432 H/6 Go Gwee 2562 Terbit Pertama: 29 November 1998

Eceran Rp 2.500,http://www.equator-news.com

Kalimantan Barat Sebenarnya Regulasi

Usut Legislator Carrefour

Rapat membahas peninjauan ulang satuan harga dari Perbup. KAMIRILUDDIN

Segera Revisi, Kontraktor KKU Terancam Merugi SUKADANA. Hingga Juni 2011 ini, sebagian besar paket pekerjaan di Kabupaten Kayong Utara belum dilelang. Terlebih, pihak kontraktor yang difasilitasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) KKU mempersoalkan satuan harga barang yang telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati. Kita minta harga satuan yang telah ditetapkan agar ditinjau ulang. Terutama harga barang bangunan di tingkat pasaran yang sekarang ini sangat tidak sesuai dengan harga satuan yang telah ditetapkan pemerintah daerah, ungkap Hermansyah dari Kadin KKU saat audiensi di DPRD KKU, Senin (6/6). Masalah harga bahan material dengan satuan harga yang terlanjur ditetapkan pemerintah daerah, menurut Herman, perlu disikapi. Misalnya, dengan cara merubah (merevisi) dan disesuaikan dengan harga barang terkini. Sebab jika tidak, dia yakin kontraktor yang melaksanakan

Halaman 7

Sosialisasi

10 Alasan Konversi Minyak Tanah ke Elpiji PROGRAM konversi Minyak Tanah (Mita) ke gas elpiji terbukti menguntungkan masyarakat. Secara berangsur-angsur, kabupaten/kota di Kalbar mulai diberlakukan program tersebut. Percepatan pelaksanaan program konversi Mita di Kalbar memerlukan kepedulian dan keberpihakan pemerintah dan semua pihak. Sepuluh alasan pentingnya konversi Mita ke elpiji 3 kilogram disampaikan dalam sosialisasi di Aula Kantor Bupati Kapuas Hulu, beberapa waktu lalu oleh pihak Pertamina dan PUSLIT Universitas Indonesia (UI). 10 alasan itu antara lain, kebijakan energi nasional lain melalui diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan ba

Halaman 7

Olahraga

Stadion Kridasana-MORDIADI

PSSI Singkawang Sudah Lama Mati

Halaman 7

Injet-injet Semut Usut Legislator Carrefour -- Ingat masa lalu, ada Fraksi Bun Tia.

- Bang Meng

Mempawah Rp 2.500,-

Berharap Berkah dari Peh Cun PONTIANAK. Warga Tionghoa Kota Pontianak dan sekitarnya, khususnya penganut Khonghucu menggelar festival Peh Cun yang dilaksanakan tepat pada hari ke 5 bulan 5 tahun 2562 Imlek, Senin (6/6) di kawasan Sungai Kapuas. Bagi warga Khonghucu, Peh Cun bertepatan dengan Hari Raya Twan Yang Cia atau saat yang tepat dengan menyucikan diri, menolak bala, dan mohon rezeki kepada Thian, dalam Bahasa Indonesia artinya Tuhan, ungkap Gunawan, warga Tionghoa di sela festival, kemarin. Festival Peh Cun dalam istilah lainnya Duanwu Ji diikuti berbagai kalangan usia.

Sebelumnya bersembahyang di kelenteng, kemudian pada siang harinya berperahu di sungai, melempar bak cang (penganan terbuat dari beras ketan, berisi daging, dan dibungkus dengan daun buluh), dan mandi-mandi di sungai Kapuas. Ritual bersuci diri itu dimulai pukul 11.00-12.00 atau matahari pada posisi tegak lurus dekat dengan planet Bumi, istilahnya Ngo Si. Kemudian tepat pukul 12.00, matahari berada tepat tegak lurus dengan Bumi sehingga telur ayam pada detik-detik itu dapat didirikan dengan mudah dan itu bukan sulap, timpalnya. Namun kebiasaan mendirikan telur di festival Peh Cun,

kurang begitu semarak di kalangan warga Tionghoa di Kalbar. Akan tetapi warga Tionghoa di Jakarta, Bandung, Semarang, maupun Surabaya sering menjalankan kebiasaan ini. Warga Tionghoa penganut Khonghucu, diakui Gunawan paling rajin menyelenggarakan festival Peh Cun, sedangkan warga Tionghoa yang menganut agama lain, tak luput ikut mendukung kegiatan itu. Festival ini kalau dikelola dengan baik, dapat menjadi agenda wisata di Kota Pontianak. Peran serta pihak Pemkot Pontianak dan para stakeholder diharapkan adanya, saran dia. Pantauan di lapangan, pemimpin umat Khonghucu

memimpin ritual dengan mengambil air di antara Sungai Kapuas dan Sungai Landak, untuk disimpan dengan sembilan macam bunga. Menurut kepercayaan warga Khonghucu, saat tengah hari Peh Cun merupakan saat yang baik pula untuk memetik bahan-bahan bagi ramuan obat karena letak Matahari tegak lurus. Di festival ini ada ritual Twan Yang merupakan salah satu dari delapan hari besar dalam setiap tahun kalender Imlek dan pada Twan Ngo (tengah hari). Pada masa ini dipercaya saat paling besar bagi Thian (Tuhan) melimpahkan rakhmat-Nya ke segala makh

Halaman 7

Aksi Simpatik Lingkungan PONTIANAK. Puluhan mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekes) Pontianak, menggelar aksi damai di bundaran Tugu Degulis Untan, Senin (6/6). Aksi itu memperingati hari lingkungan hidup sedunia 5 Juni. Mereka menyuarakan ajakan menjaga lingkungan. Aksi dimulai sekitar pukul 15.30. Tak hanya berorasi, peserta aksi juga membawa spanduk dan membagikan pin yang bertuliskan ajakan menjaga lingkungan kepada para pengendara yang melintas. Koordinator Lapangan (Korlap), Eko Hadma Dewantara berharap peringatan hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh kemarin dapat dijadikan momentum bagi masyarakat untuk lebih mening

Halaman 7

SINGKAWANG. Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pusat tengah dilanda perebutan kursi ketua. Berbeda dengan Kota Singkawang. PSSI di daerah ini sudah lama mati. Masa kepengurusannya sudah habis sekitar 2008-2009. Tetapi hingga sekarang tidak ada pergantian pengurus. Jadi PSSI Singkawang sudah mati, ungkap Tasman SPd, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Singkawang ditemui usai Paripurna Pendapat Umum (PU) Fraksi di DPRD Kota Singkawang, kemarin (6/6).

Harga Eceran :

Sejumlah warga Tionghoa menaiki perahu usai mandi di Sungai Kapuas dalam ritual Peh Cun, kemarin (6/6).ABDU SYUKRI

Aksi mahasiswa di Tugu Degulis membagikan pin memperingati Hari Lingkungan Hidup se-Dunia. ABDU SYUKRI

PONTIANAK. Pertemuan Sekda Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie dengan beberapa anggota DPRD Kalbar menimbulkan berbagai spekulasi, dikaitkan dengan rencana alih fungsi asset Gelora Khatulistiwa. Tak mau nama lembaga terhormat tercoreng, Badan Kehormatan (BK) DPRD Kalbar mulai ambil sikap. Kita akan cari tahu dulu ada apa di balik pertemuan itu. Selanjutnya akan kita bawa dalam rapat badan kehormatan, kata HM Ali Akbar AS SH, Ketua BK DPRD Kalbar kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (6/6). Dia menjelaskan, ada mekanisme terhadap proses anggota dewan yang melakukan hal-hal di luar kegiatan atau melanggar tata tertib DPRD. Sebelum jauh melangkah, akan diminta pendapat dari anggota BK. Minta pendapat kawan-kawan seperti apa. Kalau memang dalam rapat itu kawan-kawan minta klarifikasi, ya kita laksanakan itu. Dalam waktu dekat, selesai reses kita akan tindak lanjuti. Kita juga belum mendapat laporan resmi, hanya membaca di koran, jelas Ali Akbar. Ali Akbar mengungkapkan kekesalannya kepada M Zeet selaku Sekda Kalbar. Kita sayangkan kok Sekda berlaku seperti itu. Seharusnya kalau mau lobi dan sebagainya, panggil saja pimpinan bersama pimpinan fraksi. Jangan sampai ada yang diundang, ada yang ditinggalkan. Ini kan konflik namanya, sesal Ali Akbar. Seharusnya, sambung legislator PPP ini, sebagai seorang Sekda dituntut mampu menjalin hubungan yang baik antara eksekutif dan legislatif. Sehingga bersamasama membangun Kalbar lebih baik lagi. Sekda seperti apa yang seperti ini, kita berharap Sekda mampu menciptakan ke

Halaman 7

Tim Pokja Pro KONI Mengatur Strategi Warning, Tahan IMB! PONTIANAK. Mayoritas kalangan pengurus KONI Kalbar tidak mendukung alih fungsi 6,4 hektar lahan asset olahraga di kompleks Gelora Khatulistiwa kepada pihak ketiga. Meski Ketua Umum KONI, Syarif Machmud Alkadrie setuju, namun pengurus lainnya tetap menolak. Pernyataan Machmud atas nama pribadi. Bukan atas nama KONI, tegas Ir H Luthfi A Hadi M Si, Ketua Biro Promosi dan Pemasaran KONI Kalbar kepada Equator, Senin (6/6). Sikap ngotot Luthfi ini dilatarbelakangi berbagai persoalan. Mantan anggota DPRD Kalbar dari PBR itu khawatir ke depannya tidak hanya lahan 6,4 hektar itu yang akan diambil, tapi lahan lahraga lain di sekitar areal tersebut juga ikut tergerus. Kita tetap komitmen dengan hasil rapat pleno KONI yang memutuskan mempertahankan tanah itu. Sementara pernyataan Ketua Umum KONI yang menyatakan mendukung, secara organisasi belum ada dalam rapat pleno, katanya. Luthfi yang tergabung dalam tim Pokja Cinta Aset Olahraga itu memastikan akan tetap mempertahankan lahan tersebut seperti sedia kala. Kami dari tim Pokja sudah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan lahan itu, tuturnya. Upaya-upaya yang dilakukan Luthfi dan Tim Pokja itu antara lain mendatangi Komisi X DPR-RI yang membidangi olahraga, Kemenpora, KPK, Mabes Polri, KONI pusat, BPN Pusat, bahkan menyurati Presiden. Intinya, mereka meminta perlindungan terhadap upaya pengalihan asset tersebut.

Halaman 7

Menelusuri Toa Pekong di Kota Singkawang (2) Oleh Mordiadik

Kota Singkawang dikenal memiliki banyak vihara atau kelenteng. Jumlahnya mencapai ribuan karena di rumah-rumah warga juga sering memiliki lokasi khusus untuk ritual, makanya Singkawang disebut Kota Seribu Kelenteng.

Singkawang Rp 2.500,-

Asal Mula Tionghoa di Singkawang Di antara banyaknya vihara itu, Toa Pekong mempunyai makna yang lebih khusus. Selain sebagai tempat ibadah, Toa Pekong mempunyai nilai historis yang tidak bisa dilupakan masyarakat Tionghoa sebagai warga yang mayoritas menghuni Kota Singkawang. Toa Pekong merupakan salah satu tanda atau cikal bakal mulai masuknya warga Tionghoa ke Kota Singkawang. Tahun kedatangannya, termasuk tahun berdirinya Vihara tertua ini tidak diketahui secara pasti.

Bengkayang Rp 2.500,-

Sambas Rp 2.500,-

Minimnya catatan sejarah, manuscript atau apapun namanya, menjadikan tidak jelasnya informasi mengenai tahun berdiri Toa Pekong yang juga tahun kedatangan warga Tionghoa di Singkawang. Informasi mengenai berdirinya Toa Pekong ini hanya diperoleh dari mulut ke mulut, secara turun temurun di komunitas warga Tionghoa Singkawang. Beberapa penulis sejarah mencoba menelusurinya, tetapi masih tidak dapat diketahui secara pasti.

Landak Rp 3.000,-

Sanggau Rp 3.000,-

Dari berbagai informasi yang dihimpun, diperkirakan Toa Pekong berdiri sekitar 1878 atau lebih dari 200 tahun silam. Ketika itu, Indonesia masih dalam cengkeraman penjajah Belanda. Sudah tentu kondisi Kota Singkawang saat itu berbeda dengan sekarang yang jauh lebih maju. Berdasarkan informasi dari Ketua Yayasan Wihara Tri Dharma Bumi Raya Pusat Kota Singkawang Nawir Suchandro, dulunya daerah ini tempat

Sintang Rp 3.000,-

Halaman 7

Melawi Rp 3.000,-

Toa Pekong, Cikal Bakal Tionghoa Singkawang. MORDIADI

Kapuas Hulu Rp 3.000,-

Ketapang Rp 3.000,


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.