Jumat, 20 Mei 2011 16 Jumadilakhir 1432 H/18 Sie Gwee 2562 Terbit Pertama: 29 November 1998
Eceran Rp 2.500,http://www.equator-news.com
Kalimantan Barat Sebenarnya Kamtibmas
Reformasi Mati Suri Belasan tahun sudah berlalu pasca runtuhnya orde baru yang digantikan masa reformasi. Sudahkah negara berjalan pada relnya. Mengapa masih saja repot nasi?
H Yusranik, perwakilan kelompok masyarakat kontra PT KA menyampaikan argumentasinya dalam pertemuan di kantor Dinas Kehutanan, kemarin (19/5) ABDU SYUKRI
PONTIANAK. Perjalanan era reformasi memasuki usia ke-13 pada hari ini, Jumat (20/5). Beberapa kemajuan sudah dirasakan, mulai kebebasan berpendapat, berekspresi, berkumpul, dan kebebasan pers. Namun bebasnya kebebasan pers tersebut ternyata tidak diikuti oleh manisnya perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara di beberapa sektor, ujar Beni Sulastiyo, Sekretaris Panitia Diskusi Aktivis Gerakan 98 kepada Equator, kemarin (19/5). Untuk mengupas sejauh mana dampak positif reformasi, aktivis gerakan 98 rencananya akan menggelar diskusi tentang Reeksi 13 Tahun Reformasi. Diskusi tersebut mengambil tempat di Aula Museum Kalbar, Jalan Ayani. Menurut Beny, ada berbagai sektor yang belum sepenuhnya tersentuh reformasi. Salah satunya sektor hukum, penggunaan uang rakyat, serta perilaku aparatur pemerintah yang belum sepenuhnya memihak rakyat. Penegakan hukum memprihatinkan. Praktik korupsi masih bagaikan buih di lautan. Penggunaan anggaran tidak dikelola dengan baik. Kebijakan ekonomi nasional kabur dan cenderung tidak berpihak pada rakyat, ucapnya. Selain itu, pelayanan publik dan perilaku pemerintah masih buruk. Semangat kemandirian bangsa dan Negara masih rapuh, system pendidikan nasional yang tidak berdaya, hingga kerusakan lingkungan yang semakin parah. Beberapa orang pakar bahkan berani mengatakan bahwa Indonesia berada pada track negara yang gagal, yakinnya. Kondisi ini, kata Beni, jelas-jelas sangat memprihatinkan. Padahal 13 tahun lalu kita telah bertekad menjadi bangsa yang
Warga Tak Perlu Konik Hadapi Kandalia Alam PONTIANAK. Kehadiran PT Kandalia Alam (KA) yang mengeksploitasi tanaman mangrove di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya berujung ketegangan. Dua kelompok masyarakat berbeda pendapat soal penebangan mangrove yang dilakukan perusahaan tersebut. Kita sudah mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terprovokasi dan melakukan tindakan anarkis, tegas AKP CH Sitorus, Kapolsek Kubu menjawab Equator usai menghadiri pertemuan bersama kelompok pro dan kontra PT Kandalia Alam di kantor Dinas Kehutanan Provinsi, Kamis (19/5). Untuk menghindari terjadinya gesekan di tengah masyarakat, polisi dari Polsek Kubu sudah melakukan berbagai pola pengamanan, termasuk menempatkan anggota di titik rawan. Kita juga melakukan komunikasi yang baik dengan kelompok masyarakat yang pro, kontra maupun dengan pihak perusahaan (PT KA, red), kata Sitorus. Langkah antisipasi yang diambil Polsek Kubu itu bukan tanpa sebab. Pasalnya, masyarakat di Desa Kubu sudah terkotak dalam dua kelompok, masing-masing pro terhadap keberadaan PT KA dan kelompok yang kontra. Dua kelompok ini sengaja dipertemukan di Dinas Kehutanan, kemarin. Pertemuan ini dipimpin langsung Kepala Dishut Kalbar, Cornelius Kimha, dan dihadiri Camat Kubu, Perwakilan Dinas Kehutanan KKR, serta perwakilan PT KA. Pertemuan itu berjalan alot dan panas. Kedua pihak yang pro dan kontra terhadap perusahaan sering terlibat adu argumentasi dan saling ngotot pihaknya yang benar. PT KA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha penebangan mangrove untuk dijadikan serpih kayu sebagai bahan baku produksi.
Halaman 7
Kiprah TNI
Paskhas Rutin Latihan Perang BENGKAYANG. Komandan Batalion Paskas Mayor LEK Rana Nugraha mengatakan, dalam waktu dekat akan melakukan latihan pertempuran di Lanud Singkawang II. Latihan ini dilakukan setiap tiga bulan sekali secara kontinu. Kita mau melihat kualitas komandan yang baru. Baik dari skill individu, kelompok bahkan sampai batalion perlu dilihat semuanya. Latihan ini bertema perebutan Lanud Singkawang II karena direbut oleh musuh dan kita berusaha untuk memperebutkannya kembali, beber Rana ditemui di Lanud Sngkawang II, belum lama ini. Rana menjelaskan, ada empat tugas yakni pengendalian tempur, pengendalian pangkalan, SAR tempur dan perebutan pangkalan. Untuk Lanud Singkawang II kita akan langsung ke perebutanan pangkalan. Jumlah personil di Lanud Singkawang II sebanyak 83 orang termasuk Komandan Lanudnya. Mantan Dan Lanud Singkawang II, (Purn) Letkol PNB Edward Tenlima mengungkapkan, 1967 lalu Lanud Singkawang pernah kecolongan. Karena itu perlu adanya latihan terus menerus demi keamanan pangkalan. Sebanyak 200 pucuk senjata hilang dirampas oleh PGRS/PARAKU pada tahun 1967. Berkaca dari itulah TNI AU melakukan latihan secara kontinu. Karena tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali, beber Edo-sapaan akrabnya ditemui di kediamannya di Desa Bange Kecamatan Sanggau Ledo. Mantan Dan Lanud Singkawang Dua periode ini mengisahkan, pada waktu itu masyarakat Dayak bekerja untuk orang Tionghoa, mereka digaji dengan makanan dan bahan sembako lainnya seperti garam, beras, gula dan lainnya. Dahulunya banyak warga tionghoa yang kaya raya menanam sahang (lada, Red), padi dan jenis tanaman perkebunan lainnya. Para PGRS/PARAKU dengan mudahnya mendapatkan pasokan
Halaman 7
Injet-injet Semut Reformasi mati suri -- Pengusungnya mati akal?
- Bang Meng
Harga Eceran :
Mempawah Rp 2.500,-
Jenazah Christy Erny ketika disemayamkan di Yayasan Abadi Jalan Parit Pekong Pontianak setibanya dari Malaysia, Kamis (19/5). ARMAN HAIRIADI
Jasad Su Ling Disambut Histeris Pantau Proses Hukum Pelaku di Pontianak, Kamis (19/5) sekitar pukul 17.00 di Yayasan Abadi Jalan Parit Pekong. Jenazah amoy ini langsung disambut histeris pihak
PONTIANAK. Setelah seminggu berada di rumah sakit Kuala Lumpur, Malaysia, jasad Christy Erny alias Su Ling, 20, korban pembunuhan akhirnya tiba
keluarga ketika peti mati dibuka. Jenazah dibawa dari Kuala Lumpur menuju Cengkareng sekitar pukul 07.30 menggunakan pesawat Garuda GA 819. Sekitar pu-
kul 14.45 dari Cengkareng, jasad dibawa menuju Pontianak menggunakan pesawat Garuda GA 504. Di bandara Supadio jasad
Halaman 7
Halaman 7
Rasio Listrik Kalbar di Bawah 50 Persen (19/5). Angka 45,16 persen rasio kelistrikan ini memang belum termasuk angka kelistrikan non PLN, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Namun angka tersebut masih jauh dibandingkan rasio kelistrikan Jawa-Bali yang sudah melebihi 60 persen. Rasio kelistrikan yang ada di kita mungkin ada perbedaan dengan data PLN. So-
PONTIANAK. Pemprov Kalbar masih belum mampu berbuat banyak memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ketersedian tenaga listrik. Hingga sekarang, rasio kelistrikan di daerah ini masih berada di bawah 50 persen. Rasio kelistrikan Kalbar saat ini berada pada angka 45,16 persen, ujar Agus Aman Sudibyo, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kalbar dijumpai Equator di kantornya, Kamis
alnya, kita mempergunakan data perhitungan Ruped (Rencana Umum Pemenuhan Energi Daerah) yang direvisi lima tahun sekali, beber Agus. Menurut Agus, masyarakat yang masih belum menikmati listrik tersebar di 14 kabupaten/kota se-Kalbar. Angka terbanyak berada di daerah pehuluan, seperti Melawi, Sintang, Kapuas Hulu, termasuk Ketapang.
Halaman 7
Agus Aman Sudibyo.ABDU SYUKRI
Hari Ini Pembukaan PGD
Dimeriahkan Atraksi Pesawat Tempur
Emilia merajut manik-manik di stand pameran di areal Pekan Gawai Dayak (PGD) Jalan Sutoyo, Kamis (19/5). ABDU SYUKRI
PONTIANAK. Pembukaan Pekan Gawai Dayak (PGD) keXXVI hari ini, Jumat (20/5) di Komplek Rumah Betang Jalan Sutoyo dipastikan meriah. Tiga pesawat tempur dari Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Supadio bakal menampilkan atraksi udara di sela upacara pembukaan. Danlanud sudah menyampaikan akan menyumbangkan atraksi tiga pesawat tem-
pur saat pembukaan besok, ujar Herkulanus Didi A Ma Pd, Ketua Panitia PGD keXXVI, Kamis (19/5). Tiga pesawat tempur tersebut akan melintas tepat di atas lokasi pembukaan PGD. Pilot akan mengerahkan kemampuan terbaiknya melakukan atraksi dengan pesawat yang lebih cepat dari kecepatan suara itu.
Eksekusi Putusan Sengketa Walet PONTIANAK. Sengketa gua sarang burung walet di Bukit Lipis, Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu dijadwalkan putusan eksekusi hari ini, Jumat (20/5). Tim eksekusi dari PN Putussibau sudah berangkat ke lokasi untuk melakukan eksekusi besok (hari ini, red), tegas Herawan Utoro, Ketua Tim Pengacara Kelompok 12 kepada sejumlah wartawan di Pontianak, kemarin (19/5). Herawan mengetahui pelaksanaan eksekusi itu setelah menerima surat tembusan Kepala Pengadilan Tinggi Pontianak tentang Petunjuk atas Pelaksanaan Putusan Serta Merta. Surat tertanggal 5 Mei 2011 itu merupakan balasan untuk surat yang dikirimkan Kepala PN Putusibau kepada PT Nomor w17/260/HT.01.01/IV/2011 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan Serta Merta dan Memohon Petunjuk kepada Ketua PT. Surat tembusan dari Ketua PT ini kita terima tanggal 9 Mei lalu. Kita tidak tahu siapa yang mengantarnya. Saya hanya tahu surat itu sudah ada di kantor, kata Herawan. Seperti diketahui, polemik sarang burung walet ini melibatkan tiga kelompok. Masing-masing penggugat Ahim, Husin dan Kalis, tergugat (12 pemilik saham), serta Kelompok Cabang sebagai ikut tergugat.
Halaman 7
Halaman 7
Menelusuri Keberadaan Vihara Tri Dharma Mempawah (1)
Lima Ratus Tahun Lalu Telah Didirikan Oleh Herry Ardiansyah
Wangi asap dupa menyebar dalam ruangan yang didominasi warna merah. Seorang warga terlihat khusyuk memanjatkan puja-puji. Di tangannya tergenggam beberapa batang hio yang telah dibakar ujungnya. Perlahan diangkat dan diturunkan.
Singkawang Rp 2.500,-
Bengkayang Rp 2.500,-
Aktivitas ritual seperti ini sudah lazim ditemukan di tempat ibadah Vihara maupun Kelenteng. Kalbar dikenal memiliki keberagaman agama dan etnis. Rumah ibadah banyak tersebar. Tak terkecuali keberadaan tempat ibadah bagi warga Tionghoa. Tak sulit menemukan Vihara Tri Dharma di Kota Mempawah. Tempat ibadah tertua di ibukota Kabupaten Pontianak itu terletak
Sambas Rp 2.500,-
kurang lebih seratus meter dari Terminal Bis Mempawah. Vihara yang memiliki halaman cukup luas itu dibangun tepat di pinggir Sungai Mempawah. Menurut beberapa sumber, keberadaan Vihara Tri Dharma itu sudah ada sejak ratusan tahun silam. Sehingga tidak heran kalau Vihara Tri Dharma dianggap sebagai tempat ibadah tertua di daerah itu. Meski demikian, tidak diketahui
Landak Rp 3.000,-
Sanggau Rp 3.000,-
secara pasti tahun bangunan tersebut berdiri. Sejarah pembangunannya kita juga tidak tahu. Yang pasti bangunan Vihara Tri Dharma ini sudah ada sejak ratusan tahun silam. Mungkin kurang lebih lima ratus tahun yang lalu, kata Wakil Ketua Yayasan Tri Dharma Mempawah, Abie Chindreas kepada Equator, Kamis (19/5). Awalnya bangunan Vihara
Sintang Rp 3.000,-
Warga Tionghoa bersembahyang di Vihara Tri
Halaman 7 Dharma Mempawah. HERY ARDIANSYAH
Melawi Rp 3.000,-
Kapuas Hulu Rp 3.000,-
Ketapang Rp 3.000,