
3 minute read
Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Dianggap Paling Demokratis
from binder5jun23
Jombang, Bhirawa Akademisi dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag), Ahmad Solikin Ruslie mengatakan, sistem Pemilihan Umum (Pemilu) dengan model proporsional terbuka merupakan sistem Pemilu yang paling demokratis jika ukurannya adalah keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan.
“Jika dikembalikan menggunakan sistem proporsional tertutup, maka pemilih sama dengan disuguhi dengan bumbung kosong. karena hanya mencoblos gambar partai dan yang menentukan siapa yang lolos adalah Ketum partai. Lalu posisi rakyat di mana dalam demokrasi yang seperti ini,” ungkap Ahmad Solikin Ruslie, Minggu (04/06).
Advertisement
Menurut Solikin Ruslie, sistem proporsional terbuka yang dianggap berbiaya tinggi, merupakan hal yang sangat relatif dan tidak selalu benar.
“Karena masalah besaran biaya tergantung kepada mental Caleg dan pemilihnya itu sendiri,” ujar dia.
“Apalagi jika dihubungkan dengan banyak korupsi yang dilakukan oleh anggota dewan, saya pikir juga tidak terlalu ‘nyambung’, karena masalah korupsi menurut saya lebih pada permasalahan penegakan hukum dan tidak berhubungan langsung dengan sistem Pemilu,” bener dia.
Masih menurut Ahmad Solikin Ruslie, sistem Pemilu tertutup akan berdampak kepada keterlibatan publik yang rendah dan wakil rakyat yang terpilih bukan yang diinginkan oleh rakyat, tetapi yang dikehendaki oleh pimpinan partai.
“Akibatnya juga akan menyuburkan nepotisme dalam penentuan nomor urut, justru ini yang sangat berbahaya bagi perkembangan demokrasi,” ucap Solikin Ruslie. Sementara itu, Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Syarif Abdurrahman menilai, jika nantinya sistem Pemilu berubah menjadi tertutup, hal tersebut tidak perlu dipusingkan, karena Pemilu di Indonesia pernah mengalami sistem tertutup sebelumnya.
“Asalkan jangan sampai ditunggangi oleh kepentingan,” tandas Anggota Lembaga Pers Mahasiswa Islam HMI tersebut. Menurut dia, sistem Pemilu terbuka dan tertutup masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan.
“Sistem terbuka membuat peluang seseorang menang tidak tergantung ketua partai. Namun, sesuai perjuangan masing-masing. Hanya saja, peran dan wewenang partai politik kurang maksimal. Dengan sistem terbuka maka pemilih dan yang dipilih bisa melakukan interaksi. Namun, di sini juga membuka peluang untuk politik uang yang besar,” papar dia.
“Sistem terbuka membuat politikus banyak bersolek, kadang ‘ngedit’ foto agar terlihat baik, tiba-tiba sok agamis. Belum lagi biaya ongkos mencetak surat suara yang mahal, karena setiap wilayah berbeda di sistem terbuka. Politik uang potensi akan main di ranah internal partai kalau sistem tertutup,” terangnya.
Syarif Abdurrahman menilai, untuk Pemilu tahun 2024 lebih efektif jika tetap menggunakan sistem proporsional terbuka, mengingat waktu pelaksanaan Pemilu sudah mepet. “Khawatir terjadi konflik baru lagi. Ide perubahan ini sebaiknya digunakan pada Pemilu selanjutnya,” pungkas Syarif Abdurrahman.n [rif.dre]
Felix Prasetya Luncurkan Mobil Sedoloer Ferlix Prasetya untuk Kegiatan Sosial
Surabaya, Bhirawa Salah satu warga RW 4 Kelurahan/Kecamatan Lakarsantri, Ferlix Prasetya (FP) meluncurkan Mobil Sedoloer Ferlix Prasetya untuk digunakan kegiatan sosial khususnya warga yang ada di daerah Surabaya.
Hal ini ditegaskan oleh Felix Prasetya usai meluncurkan Mobil Sedoloer Ferlix Prasetya di samping Koramil Lakarsantri, Sabtu (3/ 6/2023) sore.
“Siapapun yang membutuhkan akan kita bantu. Misalnya, ada warga yang sakit dan membutuhkan mobil untuk ke rumah sakit, bisa langsung hubungi saya dan gratis. Bagitu juga, warga yang punya hajatan, misalnya untuk manten atau lamaran,” tegas dia. Ferlix menyatakan jika mobil ini dikhususkan untuk kegiatan sos- ial atau warga di wilayah Surabaya Barat yang membutuhkan, bukan untuk mencari nama atau popularitas. Tapi untuk kebaikan bersama. “Bagi warga yang membutuhkan, saya akan buka posko di rumah saya. Juga nanti pakai hotline dan bisa juga di Instagram (Sedoloer.fp) atau tim saya. Selain itu, juga bisa lewat RW. Tapi bukan hanya di RW 4 Lakarsantri saja, tapi seluruh RW di wilayah Surabaya Barat,” papar Bacaleg dari Partai Golkar ini. Terkait adanya anak-anak Kar- tar RW 4 yang direkrut jadi karyawan di perusahaannya, Ferlix menyatakan, jika dirinya diberi kepercayaan Allah SWT untuk berada di wilayah RW 4, Kelurahan/ Kecamatan Lakarsantri. “Saya satu bagian dari RW 4 sini. Jadi apapun Kartar ini maju, saya ikut senang. Bahkan, saya berharap RW sini bisa lebih maju dari RW lainnya di Surabaya. Makanya, anak anak Kartar sebagai generasi penerus kita rekrut jadi karyawan,” pungkasnya. Sementara itu Ketua RW 4, Kelurahan/Kecamatan Lakarsantri, Heri Sutikno mengatakan, Ferlix adalah murni warga RW 4. “Pak Ferlix ini banyak membantu warga, khususnya Kartar RW 4. Mereka direkrut jadi karyawan sekuriti di perusahaannya. Saya senang anak-anak
Kartar bisa bekerja, ya dari pada main gadget saja,” tandas Heri. Terkait peluncuruan mobil untuk bantuan sosial warga, Heri mengucapkan terima kasih. Dia mengaku, Surabaya memang kota Metropolitan, namun secara ekonomi masih kurang. Bahkan, kalau bicara soal pra sejahtera, miris. Karena itu, Heri mengaku bersyukur ada gerak dan kepedulian WNI keturunan sampai memikirkan hal-hal seperti itu. Terutama memberikan fasilitas untuk warga. “Mobil ini memang tidak hanya untuk warga Lakarsantri saja, tapi untuk warga di wilayah Surabaya Barat. Karena itu, kita doakan Pak Ferlix dapat berkah dan rezeki, sehingga seluruh wilayah Surabaya nantinya bisa dapat bantuan mobil,” pungkas Heri. [dre]