Hal. 7
Hal. 9
Hal. 19
YLKI Ajak Masyarakat Beli Makanan Ramah Lingkungan
13 Tiang Listrik di Aceh Utara Tumbang
Tiga Negara Siap Dongkrak Harga Karet
Hal. 8
Hal. 18
Hal. 24
Pensiunan Polri Kedapatan Miliki Ribuan Amunisi
Kementrian BUMN akan Perbaiki 1.700 Rumah Veteran
Alumni Nommensen Siap Bersaing di Pasar Global
harianjurnalasia
@jurnalasiacom
+JurnalAsiaHarian
HarianJurnalAsia
Senin, 25 April 2016
0852 9776 1000
info@jurnalasia.com
jurnalasia.com
(061) 663 5 664
Rp3.000 (Luar Kota + Ongkos Kirim)
Nomor 1.065 Tahun IV
Kajatisu Bungkam Medan | Jurnal Asia Terkait kelakuan anak buahnya yang mengeluarkan ancaman serta dugaan menerima suap dari keluarga terdakwa narkoba, Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kajatisu), Yusni, enggan memberikan komentar. Yusni yang dikonfirmasi via telepon, terkesan tak acuh atas perihal yang dilakukan oleh anggotanya itu. (Bersambung ke halaman 11)
Pusaran Suap Narkoba Oknum Jaksa dan Polisi
Kepala Bnn Komjen Budi Waseso
Terima Suap Bandar Narkoba
BNN Minta PPATK Cek Rekening AKP Ichwan Lubis Medan | Jurnal Asia Di sisi lain, Kasat Narkoba Polres Pelabuhan Belawan AKP Ichwan Lubis ditangkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) saat mene rima dugaan suap miliaran rupiah dari bandar narkoba. Kepala BNN Komjen Budi Waseso (Buwas) mengatakan akan melibatkan PPATK untuk mengusut harta perwira tersebut. Saat penangkapan, ditemukan uang senilai Rp 2,3 miliar. Selain itu, Ichwan diketahui memiliki rumah mewah dan uang sebesar Rp 8 miliar di rekening pribadinya. “Sekarang sedang berjalan, dilakukan pemeriksaan, pengembangan. Kita terus berkoordinasi setiap tiga hari sekali kita berkonsultasi dengan PPATK untuk menelusuri jaringan ini. Secara utuh kita akan ungkap,” ujar Buwas saat ditemui usai acara Tasyakur Milad PKS di Hotel Kartika Chandra, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Minggu (24/4). Buwas mengatakan, saat ini Ichwan masih dalam tahap peme-
Wartawan Jadi Sasaran Ancaman
riksaan. Keterlibatan Ichwan dalam masalah peredaran narkoba di Sumatera Utara juga sedang diselidiki. “Sekarang dalam tahap peme riksaan. Tentunya kita harus tahu persis, sejauh mana dia keterlibatannya dengan tersangka, termasuk jaringan yang lain. Karena ini bisa saja terungkap dari jaringanjaringan lain,” kata Buwas. Sementara, Kapoldasu Irjen Pol Raden Budi Winarso mengaku geram atas prilaku anggotanya tersebut. “Saya copot jabatannya. Kita proses dipropam Poldasu, saat dia tiba di Sumut nanti,” terangnya. Selain itu, Anggota Komisi III DPR RI Raden Muhammad Syaii SH, MHum menegaskan bahwa oknumoknum di kepolisian terindikasi kuat merupakan bagian dari jaringan peredaran Narkoba sehingga penindakan terhadap para bandar Narkoba di Negeri ini tidak bisa tuntas. (Bersambung ke halaman 11)
Jaksa Pengancam Harus Dilawan Medan | Jurnal Asia Insiden pengancaman yang dilakukan seorang Jaksa Fungsional, Antoni Tarigan, terhadap wartawan Jur nal Asia, ditanggapi serius Pe ngamat Hukum Kota Medan, Hamdani Harahap. Dirinya menyampaikan jaksa yang bertindak arogan sampai mengancam jurnalis dalam bekerja, meng indikasikan adanya dugaan perilaku koruptif yang dilakukan oleh Antoni Tarigan. “Keberadaan Jurnalis misinya untuk kebaikan. Jadi jaksa tidak boleh menghalangi kerja jurnalis dengan melakukan pengancaman, ataupun intimidasi,” ujar Hamdani, kemarin. “Kita kan tahu sudah beberapa jaksa ditangkap KPK atas kasus
korupsi. Jadi ya yang seperti ini harus dilawan. Kenapa kerja jurnalis dalam membuat berita dihalangi,” sambungnya. Dirinya pun menyayangkan ke jadian ini, untuk itu Hamdani menyarankan agar jurnalis yang diintimidasi oleh jaksa itu, agar segera menempuh jalur hukum, karena jelas melanggar UU Pers. “Laporkan ke atasannya, bila perlu laporkan ke Polresta Medan, dan tentu saja ke LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Konsumen), karena sudah meng an cam keselamatan jurnalis itu,” ungkapnya. “Intinya yang seperti ini harus dilawan, biar negara kita lebih baik, jangan lupa pelanggaran UU Pers merupakan pidana,” tandasnya. (bowo)
Medan | Jurnal Asia Genderang perang terhadap narkoba sudah lama ditabuh. Meski demikian, makin hari terus saja bertambah jumlah pengguna dan bandarnya. Sayangnya lagi, ditengah gencarnya pemberantasan peredaran narkoba, ternyata diduga tak didukung penuh oleh aparat penegak hukum. di Sumut misalnya, masih ada oknum Jaksa dan Polisi mau bermain mata. Bahkan mereka menerima suap dari para pelaku barang haram ini. Miliaran rupiah hilir mudik dari kantong ke kantong para penyeleweng hukum tersebut. Sungguh ironis.... Dugaan permainan penye le wengan hukum ini bukanlah cuma berlangsung sehari dua hari, melainkan sudah bertahun-tahun. Karena kasus narkoba bisa dijadikan tambang emas ataupun ATM, bagi para oknum penegak hukum nakal. Ini benar-benar miris. KPK pun diundang untuk bisa mengusut tuntas kasus uang haram dan juga bisa saja mengarah ke money loundry (cuci uang), terkait suap bandar-bandar narkoba di Sumut kepada petugas hukum. Seperti fakta diungkap Jurnal Asia. Adalah Antony Tarigan, Jaksa Fungsional di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu). Ia mendadak naik pitam, saat dikonirmasi terkait adanya dugaan pe nerimaan uang dari keluarga terdakwa kasus narkotika. Mantan
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Kisaran itu juga mengancam, bakal menganiaya wartawan jika berita tersebut tidak diterbitkan. Sebelumnya, keluarga dari terdakwa MZ terkait kasus nar koba, mencak-mencak di sidang Pengadilan Negeri (PN) Medan pada Senin (18/4) lalu. Mereka mengejar Jaksa Penuntut Umum (JPU) Indra, pasca pembacaan vonis hakim PN menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara terhadap MZ. Betapa tidak, berdasarkan cerita keluarga terdakwa bahwa hasil negosiasi dengan Jaksa Antony sebelumnya, mereka dijanjikan jika si anak paling banter akan dihukum selama satu tahun penjara, dan pasal dikenakan pun cuma sebagai pemakai narkoba. Percaya dengan ucapan sang jaksa, mereka lantas
memberikan dana sebesar Rp20 juta. Transaksi akhirnya selesai dilakukan. Namun bak disambar petir di siang bolong, Senin (18/4) lalu, ternyata vonis hakim Irdalinda yang diharap tak sesuai dengan keinginan. Hukuman 5 tahun penjara jatuh kepada MZ. Pasca sidang berakhir, keluarga MZ lantas mengejar Jaksa Indra, sembari bertanya soal vonis tersebut. Mewakili mereka, seorang ibu paruh baya meminta kembali uang yang sudah diberi kepada Jaksa Antony, notabene sebagai atasan JPU Indra. Indra yang diduga tak ingin kena getah dari perbuatan atasannya, s e m u l a e n g g a n b e r ko m e n t a r banyak. Ia pun beralasan tak memiliki wewenang dan takut salah berucap. “Langsung aja sama pak Antony. Biar saya yang hubungi beliau, tapi kau yang ngomong,” ucap Indra kepada Jurnal Asia ketika ditemui di PN Medan, Selasa (19/4). Saat diminta nomor kontak Antony, lagi-lagi ia mengelak. Meski demikian, Indra mau menelpon Antony sembari menspeakerkan teleponnya. Benar saja, saat dihubungi, Antony melarang Indra untuk tidak memberikan nomor kontak kepada wartawan. “Nggak usah kasih. Besok suruh jumpain saya,” kata Antony. (Bersambung ke halaman 11)
PWI: Hormati Tugas Wartawan Medan| Jurnal Asia Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera Utara, Hermansyah meminta semua pihak untuk menghormati tugastugas kewartawanan selama meliput di lapangan. Ini ditegaskannya menyusul adanya ancaman oknum jaksa fungsional di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu), yang akan menganiaya wartawan pada saat dikonirmasi terkait pemberitaan dugaan penerimaan uang dari keluarga terdakwa kasus narkotika. “Sebagai seorang jaksa saya
kira tak pantas buat ancaman seperti itu. Sampaikan keterangan kepada wartawan sesuai vonis yang disampaikan hakim yang dijatuhkan kepada terdakwa,” ujar Hermansyah saat dihubungi, kemarin. Dikatakan Hermanstyah kembali, bila hanya persoalan akan dibe ritakan selanjutnya oknum jaksa tidak terima, harusnya dipahami tugas wartawan di lapangan yang memang harus mendapatkan data pembenaran, setelah adanya putusan vonis hakim sebelumnya. (Bersambung ke halaman 11)
Ketua PWI Sumut Hermansyah
Wilbert Osmond Harumkan Indonesia
Jurnal Asia | Ist
WIlBeRt OSMOnd (tengah) diabadikan bersama Ketua Yayasan Chandra Kusuma School, Malahayati Holland dan dua guru serta ayahnya, Herman Chu.
“Kami sangat bangga sekali dengan prestasi ini. Mudah-mudahan bisa memicu anak-anak yang lain untuk terus berprestasi,” kata Ketua Yayasan Chandra Kusuma School, Malahayati Holland saat menyambut kepulangan Wilbert di Bandara Kuala Namu, Deli Serdang, Minggu (24/4). Ikut mendampingi Malahayati, orang tua Wilbert, Herman Cu dan dua guru Rosdiana, Sungguh Ponten Pranata. “Wilbert memiliki tallent yang luar biasa. Ia memiliki kemampuan berpikir yang cerdas,” ungkap Malahayati. Sementara, Wilbert ketika diwawancarai wartawan mengucapkan terima kasih atas penyambutan hangat dari pihak sekolah. Ia mengaku kaget,
tutup
IHSG
4914,737
(-/+) 11,650
Kurs Tengah % 0,240
Shanghai
2,959.24
6.35
0.22
Nikkei 225
17,572.49
208.87
1.20
Hang Seng 21,467.04 EURO STOXX 3,138.67
-155.21
-0.72
-13.02
-0.41
S&P 500
2,083.00
0.25
0.01
Dowjones
17,914.00
15.00
0.08
4,483.50
-14.25
0.32
Nasdaq
Mata uang USD AUD EUR GBP HKD JPY MYR NOK NZD PGK SGD
Kurs 13,169.00 10,234.96 14,891.52 18,906.09 1,697.46 12,032.54 3,377.12 1,610.35 9,131.40 4,294.93 9,776.19
Dalam Pengusutan Kejatisu
Biro Umum Pemprovsu Diduga Korupsi Rp10,2 M Medan | Jurnal Asia Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) tengah melakukan pengusutan mega korupsi di Biro Umum Setda Pemprov Sumut dengan nilai anggaran Rp 10,2 miliar pada tahun 2010. Kini, status hukumnya masih dalam proses penyelidikan (LID). Pengusutan kasus ini dimulai dari awal bulan April 2016, dengan melakukan pengumpulan bukti dan keterangan (Pulbaket) dalam pengusutan mega korupsi di Pemprov Sumut ini. Kemudian, penyidik Pidana Khusus (Pidsus) Kejati Sumut sudah mengagendakan sejumlah penyelidikan untuk meminta keterangan saksi dari pejabat di Pemprov Sumut. "Dimulai penyelidikan kasus ini, sejak dua minggu lalu," ungkap Kepala Tim (Katim) kasus dugaan korupsi di Biro Umum Setda Pemprov Sumut kepada wartawan, Minggu (24/4) siang. Meski baru dua pekan proses hukum dilakukan oleh penyidik Kejati Sumut, sudah sekitar tujuh saksi yang dimintai keterangan oleh Kejati Sumut sendiri. "Sudah tujuh saksi dari Pemprov Sumut, dari pihak Biro Umum, Inspektorat juga," ungkapnya. (Bersambung ke halaman 11)
25 Ribu Anak Tonton Pornograi Setiap Hari
Ikut Ajang ICYS Rumania
Wilbert Osmond (16), siswa kelas II SMA Chandra Kusuma School berhasil menyabet medali emas, dalam ajang pendidikan bergengsi International Conference of Young Scientist (ICYS) 2016 di Rumania. Prestasi Wilbert dinilai tidak hanya mengharumkan nama Indonesia, tetapi mengangkat citra pendidikan dalam negeri.
Indeks Saham nama
karena tidak menyangka dijemput langsung oleh ketua yayasan. “Ini surprise sekali bagi saya. Cukup kaget dan senang juga. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Malahayati dan seluruh guru yang membimbing saya. Tanpa dorongan dan bimbingan mereka, saya tak mungkin bisa meraih perstasi ini,” ucap Wilbert. Dikatakannya, kemenangannya di ajang ICYS Rumania, tidak didasarkan kepintaran semata, tetapi juga belajar dan bekerja keras. “Banyak kesalahan yang dilakukan saat latihan. Tetapi itu tidak membuat saya berhenti mencoba sesuatu,” ucapnya. (Bersambung ke halaman 11)
Jakarta | Jurnal Asia Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise mengatakan jumlah anak yang menonton tayangan pornograi sudah masuk kategori mengerikan. "Ada 25 ribu anak yang menonton pornograi per hari," kata dia di Bali, Minggu (24/4). Data itu, menurut Yohana, ia terima dari unit kejahatan siber Markas Besar Kepolisian RI. "Kalau 365 hari, berapa jumlahnya yang menonton? Indonesia bisa masuk daftar yang paling tinggi di dunia," ujarnya. "Indonesia bermasalah karena waktu yang sangat pendek untuk siapkan generasi." Yohana, yang datang ke Bali untuk membuka diskusi bertajuk “Diskusi Musikal Bersama Lindungi Anak”, mengatakan data tersebut sudah bisa menjadi pegangan bahwa masalah pornograi di kalangan anak harus segera diatasi. "Ini bagian kemajuan teknologi hingga anak-anak bisa akses situs pornograi," ujarnya. "Kami harus concern tentang itu." Yohana menuturkan, untuk mengatasi hal itu, pihaknya sedang berkoordinasi dengan Kementerian Agama. Selain itu, ia menambahkan, pendampingan keluarga dan pendidikan (sekolah) harus bergandengan. "Orang tua adalah kunci untuk mengontrol anak-anak," tuturnya. "Dan anakanak juga harus bisa (memiliki kesadaran) menjadi pelapor," tandasnya. (tc)