Terima kasih untuk Parto atas soundcard-nya, Andi Hutagalung atas studio dan kopinya, Hega DM atas artwork-nya, Masturbasi Distorsi atas dukungan amorilnya, juga Pras Belati atas sundulan dan motivasinya. Ah, anggap saja ini semacam usaha kawan kalian membuat sesuatu di tengah himpitan ekonomi yang menjengkelkan. Setidaknya kontribusi kecil dan spontan kalian sudah menghasilkan 11 track ini. Saya hanya terbayang bagaimana bila partisipasi ini digarap lebih serius dan intens lagi. Pasti bisa lebih baik. Untuk kalian semua lah usaha sok-sok’an ini bermuara. Jabat erat! Thnkz
Samples: DJ Shadow “Building with A Grain of Salt” RATM “Pistol Grip Pump” Saccharine Trust “We Don’t Need Freedom” Sepultura “Lobotomy” Sex Pistols “Pretty Vacant”
D
ialah Dajjal menjelma pada PT Toba Lestari Merampok sajen Altar Isa Tano Batak ini Merusak kesucian penunggu magis sang putri Hancur tradisi hormat kami sentra produksi Ruang hidup Tombak Haminjo berhektar hutan Asap menggores angkasa Humbang Hasundutan Senandung pembunuh sepi sekitar Pandumaan Getah panen hilang cukilan getah kemenyan Korporasi ajak perang petani siap berjaga Curi modal industri kertas menjaring laba Telah diringkus Pendeta Haposan Sinambela Militer suruhan bekuk tiga puluh warga Sejak negara meneror setiap penduduknya Saat aparat jadi Izrail peminum darah Hukum menjilati bulu tipis dubur kuasa Maka parang kita tantang intai tentara Lubang pantat Brimob di depan barikade Rapatkan barisan menumpu pagar blokade Kawan terpenjara rencanakan sabotase klan PHH ibarat neraka analogi Sartre Belulang pasak tanah penggarap menantang jangan biarkan kapital merenggut pancang Kekerasan wajib selagi hidup etos juang Bentangkan api pembangkangan hingga petang parang asah menunggu intel mengulur benang Dalam rajut data pabrik lidah hulubalang Kita busungkan teguh hati seliar musang Serupa Danone kecut bagi marah Padarincang Pertahankan lahan anak cucu relakan tumbal Dengan segenap pagi tikam pesakitan brutal Jika represifitas mereka semakin halal Tak ada waktu menunggu masa depan pun banal
Saat forensik kehilangan Munim Idris hari ini Kita otopsi Marsinah melalui kesadaran diri Di tanah hingga tengat kelima tahun gejala angka Bulan dimana awan gemerlap menitahkan mantra Kita baca selagi doa bersidang rupa jemaah Bersalawat pada korban konflik Nagori Mariah Huta Bayu Raja yang mencatat Liongsan dianiyaya Menyusun balok penentang sergapan PT Smart TBK Padang Halaban menjukstaposisi semua angkara Labuhan batu merangsek gerakan Reklaiming Tanah Sekelebat kutukan Sabarno subur sekitar desa Ladang gogo mengendapi hujan kerakusan para manusia Panjang umur Mbah Muhadi menentang Rumpun Medini Diperlukan lebih banyak Tuwolo bagi Mbosa tercuri Serupa api yang dikipasi sedulur sikep di Pati Menjadi bara komunitas agraria meski maut mengabari Mati adalah tetap menggadai nyawa demi bertani Prahara Kulonkono tambang besi yang dipecundangi Widodo dan semua awak Kulonprogo yang gagah berani Sampai kapanpun menolak investor mengumbar janji kapitalisme menggurita sepanjang tentakel kita Menyebar ke segala arah meracuni layak Jepara Menjadi pendosa atas perintah tak masuk akal negara Memilih kafir ketimbang menyerahkan diri pada para penguasa Aku rangkum gemericik bata bagi kaca kantor pemerintah Seperti kerusuhan Bima yang menolak pelabuhan dijarah Aku kabarkan pada setiap makhluk kebisingan Ogan Ilir Melampaui Sepultura karna harga diri tak bisa digilir Mereka besar diantara moncong senjata dan kibas penjara Awas rona senja memberaki kepatuhan surat izin perkara Merusak pendisiplinan diri atas ancaman bagi kudeta Yang Kita lancarkan segenap hati agar blok lahan merdeka Pada siapa kita bertahan selain keyakinan di dada Bergenerasi menjadi manusia tanpa kebusukan paduka Menafsir pemagaran TNI oleh rakyat pesisir urat sewu Meretas kampanye dalam ketegasan mereka tetap bersatu Suatu hari nanti negeri ini mengisi segala penjuru Ribuan sel dan milisi yang tak takut semburan peluru Berjuta mimpi dalam sebuah tengat tanpa Kalpataru Lingkungan adalah anugerah bagi kami yang enggan diburu
TAUBA
TAUBA A
ku berangkat dari daratan tertinggal Henrik Ibsen Memikul bongkahan batu tak berujung secara nomaden Meludahi nisan leluhur di biara kesepian dalam lamen Memekik keras sekujur tubuh perjalanan seribu argumen Satuan menyeruak pada bilangan teror tanpa Datasemen Keesaan diri atas revaluasi makna yang di aransemen Menyanyikan luka dan cita anti-harmonisasi instrumen Takdir bukanlah ambiguitas medioker ketetapan komplimen Aku menerawang sejarah kuasa dalam paragraf dokumen
Memagari kehendak setinggi gerbang profane existence Melepaskan diri atas keseragaman massal berkontingen Takal masa depan yang memutus sekrup derek katrol Omen Segmen fatalistik apa yang dibutuhkan subyek imanen Selama Roh kudus adalah Imago Dei dalam logos kristen Transfigurasi tuhan seperti Søren bagi Regina Olsen Terpujilah Fariduddin Attar yang dipenggal Tiemuzhen Musyawarah burung dalam Alegori Sauthus sebagai monumen Tujuh lembah yang disusuri maqam pembakaran transenden yang aku panen sebagai santri tanpa kiyai tanpa pesantren Dunia meratapi komponen pupus cemeti memecut domba modern Penindasan kaum terdidik membutuhkan pelajar Zengakuren Kemiskinan hidup mahasiswa yang bermimpi menjadi agen Perubahan adalah beribu kepala di lapangan Tiananmen
Lupakan Cordoba jika Dita Indah menjadi selebritis parlemen Teori akan terus tenggelam dalam kesibukan bangunan Sunken Menjadi ternak atau mengorganisir mimpi menjadi armamen Atau lupakan rakyat tebusan kebangsaan yang kalian komen Lebih baik memperjuangkan keluarga, hidup, dan sekitar secara konsisten Aku bongkar kegelapan melalui Dargah nada Qawwali Menimpa Metallica, Berimbau Soulfly dan Nusrat Fateh Ali Khan bukan Genghis yang lebih bengis dari kematian Hai Zi Serupa potongan celana Gu Cheng yang ia rakit menjadi Topi Misty membangkangi Revolusi Budaya lewat teatrikal Menglong Antipodal kemanusiaan dan ideologi isi mulut Mao Zedong Bertendensi menaklukkan ego hayal Stirner di siang bolong Seperti Sun Go Kong menertawai Amitabha petuah Biksu Tong Aku berlari menelusuri lintasan fana laju apostolik Universal hati akan iman yang Satu, Suci, dan Katolik Kesederhanaan menggugah bentangan kalam anarkistik Seperti kunci neraka yang hangus dibakar di tangan Malik Tuhan apatah kekal membawa wasangka hilang tiada ketara Apatah baka sepanjang masa Apakah tak bersalin rupa Selangkan gagak beralih warna gelak bertukarkan duka Junjungan apatah kekal semerbak cempaka gelombang reda Kurapal Taubah agar diri memainkan nafsu saat upawasa aku lamar tiada sementara hampa menikahi marabahaya di gelanggang peradaban yang dilumasi cairan tata krama di semenanjung pencarian yang dilumuri kekejian bahasa MC adalah nasib yang tak pernah berarti sesudah mati dematerialisasi kata-kata berpotensi sampah prokreasi Memprediksi kesunyataan layak Amir Hamzah menakar Ilahi Mengkultivasi benih kebencian seperti murka Enzo Martucci Bila Ka’bah pusat rotasi apa arti bumi tanpa matahari Jika Masjid tempat suci kenapa hati hanyut bersendiri Nanti pengorbanan berupa lompatan kesetian praktek Sati Pinata tergantung antara Mussolini dan Clara Petacci Bermimpi akan terus mati layak puisi Andrei Tarkovsky ‘menghadapi samudera bersama mekarnya bunga musim semi’ Tanpa ratapan penyembahan meskipun tuhan mampu menari Menjalani hidup prolifik setangguh Fatum Brutum Amorfati Samples: Nusrat Fateh Ali Khan - “Meri Tauba” As Friend Rust - “Laughing Out Loud” Metallica - “One”
Blink 182 - “Adam’s Song” Soulfly - “In Memory Of” Gangstarr - “Cause & Effect” Dälek - “Three Rocks Blessed”
M
alam saat purnama menampakkan diri di pelataran angkasa Ketika setan di sekitar makam menantikan kembang tujuh rupa Penjaga makam yang sibuk menabur kamboja Gagak hitam yang gelisah memaksa kubur tetap bersuaka Gerbang industri raksasa masih terbuka demi pencapaian predikat raja Dimana kami menjadi hamba dan konsumen setia dari bilangan gaji dan upah Klandestin tanpa eksistensi neoliberal mengakar Dari produk FCUK hingga Hugo Boss dan modelnya Sampai suatu ketika dunia ini kembali saling menjajah berisi Toserba dan Plaza beribu jumlah Serupa Dajjal bertipikal imperial menuai pilar kolateral untuk pasak-pasak parsial Peruntuh langit gedung tinggi
model ponsel satelit bunga utang dan audit Semakin konyol bak ejakulasi sekuat titit Senjata yang kalian kokang atas nama pangkat bersejawat mengikat martabat relasi terkuat Entah itu narkotika minyak sembako ataupun viagra selama ornamen garis melati hingga bintang masih gagah di bahu, seragam coklat, putih, hijau loreng atau merah Kalian tetap menghalalkan segala cara bagaimana debit kredit tetap berangka Tanpa tahu menahu peluh mereka menetes bercampur darah demi satu pertanyaan “makan apa saya hari ini, paduka?� Bentangkan tubuhnya ke tanah, Wanita ini begitu perkasa di depan CPS meminta haknya Sehingga kita diludahi yang mulia karena tak bisa menarik
Samples: Neurosis - “Water is Not Enough” Dälek - “A Beast Caged” Explosions In The Sky - “Let Me Back In”
pedang seolah-olah kita tak berkuasa Hingga pagi tiba wanita itu tinggal jasad tak bernyawa manusiawi dengan kelamin yang disayat mereka Penuh luka setiap inci wajah vagina tangan kaki dan kepala Asingkan segera dia dengan paksa, lelaki Jawa ini durhaka lewat puisinya Tanpa menengadah mengayunkan hormat pada kita seolah-olah pemberontakan dalam syairnya begitu bermakna Hingga subuh berlalu, media pun tak pernah tahu desa menjadi berhantu dan kami kehilangan penyeru Teteskan arsenik saat hidangannya tiba Pria ceking ini begitu berani bersuara Pesawat Garuda ini terlalu sempit untuknya berkuasa dan Belanda terlalu cepat untuknya mengudara Hingga jarum jam malu bergerak seketika jasad agung itu tergeletak tak berdaya disana Bid’ah keserakahan terlihat saat kalian mencuri berjamaah dalam komplotan Bulyan Royan atau Al-amin bermain gila dengan wanita simpanan Harusnya jagal Jombang sekelas Ryan menderita akut teror pada koruptor Agar beranda belakang rumah itu diketahui dikemudian hari berisi tumpukan kepala parlemen tersangka KKN Malam semakin larut asap nisan meraup udara disekitar sudut Hanyut menyaksikan baliho pilkada pemerintah daerah setiap propinsi dan kota Kampanye gambar wajah berbagai calon mengisyaratkan negara akan berubah Ditambah trend kalangan selebritis berlaku kritis menjadi kandidat politis
Serupa Primus, Dede, Helmy Yahya, dan Si Doel yang notabene berstatus artis Maka rakyat berkutat mendiktat seberapa mampu bangsa ini terangkat sejajar bersaing dalam kancah posisi dunia Petani yang berunjuk rasa di depan kantor pemerintah Sumatera Utara Pertamina dan Arifin Nawawi antara VLCC dan pemeriksa hasil BPK Revolusi tanpa otak para aliansi surga tak semurni gagasan Tan Malaka Marulam obligor likuiditas BI pencuri di balik cadar Namura Internusa Ribuan demo aksi forum titisan tentang eksistensi Ahmadiyah Belum lama rancangan pokok KPK bikin kapok lewat borgol kostum terdakwa Molotov rakitan siap hantam yang kalian simpan di atap rumah Kebenaran yang gamblang diceritakan lampiran rujukan ratusan dakwah Jagal kami yang pernah menyimpan berbagai media atau Das Kapital di rak tua Sehingga darah kami halal di ujung pedang kalian bermata tiga Semilir angin yang tidak lagi mengalir dalam area hutan suplir Ketangguhan Nestle berserak melebihi kaos sablon di Pasar Cipulir Suciwati pun sibuk menggeledah setiap komponen pembunuh Munir Persis apa yang terjadi pada Udin yang lenyap cepat sekonyol Kadir Jika rumah terdiri dari tiang atap dan pasak, maka kemakmuran berisi korporat, aparat dan budak Bait ini adalah bumi ANTAM tanggo dan Calypso Agung Laksono dan statement ‘menteri saya sontoloyo’ Saleh Djasit sampai Zeidra Abidin meminum Rinso Sehingga Adenan Razak bermain aman menjadi Astro Syair ini kurapal dari sekedar informasi menjadi iblis titisan Di Kesunyian sore yang siap menghasut generasi tanpa Giorgio Armani sebagai stelan Aku tak bisa merubah sistem sedemikian rupa sehebat Adolf Seribu orang menjelma menjadi aku membuat kuduk mereka seperti ereksi Rudolf Data tendensi menaikkan tensi saat konsumsi dimonopoli Microsoft Aku semakin lincah menampik serangan balik secepat pelarian Nurdin M Top
Menapak terompah laju hentak pelana Jemari rentan hantam Papakerma Surga rawan bahaya berangus ruwat kurawa Rentangan baas deklamasi urat tangan paduka
N.W.A Gang Starr - “Positivity” Godspeed You! Black Emperor - “We Drift Like Worried Fire”
Kontra hikayat salib tonggak Manshur Al-Hallaj Kahuripan Imamu Baraka Ramah mengumpat Babad Boris Pasternak Zhivago resi kiamat Sampir blokir petisi iklan baris lakon moderat Seragam panglima suapi julur lidah melarat Liang dubur oportunis banal menjual tekad Suku senjata adat agamA kedok syariat Sisip bilah arit tegak sepinggang proletariat Makrifat buruh kapita konsepsi nisabkan marwah Tenggorok penumbak asa jerajak pamflet negara Tuan tanah mundur jengah di hadang massa Pukul habis lahan ejido penganyam gabah Ruas garis stensil Vegan penjuru kota menantang gagah Spanduk merah pasak doktrin berganti wajah Bisik sabda Zarathustra tafakur layak Siddharta Geligi kontemplasi irama surga jajakan media Pendulum Petronas mappa skala Hassan Hanafi Instruksi Padraic Cassidi lengan Durruti Plakat penggilas niat coret Glory SAMO Basquiat Menatar dinding kota supremasi segala mandat Hantam punggawa intrik kuduk Emilio Zapata Babad Jawa rekuperasi demak si raja Terawang San Ali serat hulul ana menjelma Tukas Mahaparana mukasyaffah Namrudz perupa Bulan langit terpisah Tutankhamun hembuskan nyawa Merah merona bendera kiri sibuk gembala Lusuh julur jubah organ kanan suargaloka Sekat jumawa metodologi sibuk berkaca Setelah terik berpendar libido masih diikat Toreh nada tenor vakum harap komposisi Braudillard Resisten momen Ambalat pasang surut buruh menggugat Sayembara racik ultimatum Ahmadinnejad
Negasi pemantik Barcode dialektik pisau patriot Vektor sumbu Asymptote platform bagan tarot Umbar produk kosmetik ihwal tampilan maskot Sempal niat kelas Illyad menyetir Concorde Jangan daulatkan suara karena semua samar track record Kemakmuran siapa pena khianati prosa Diderot Munajat opsi tegak mandiri tabung mimpi kosmonaut Geram keramat bayonet kaisar imperial terbakar Despot Dikte ejaan Lacan gerilya berbalut surban Alasan perintah ayat maka kubakar fatwa lembah surah Al-Quran Trostsky merajut kafan aksi massa membosankan Sumpah tengkuk Antonio Negeri tema Marxian Zaman dekade depan oksigen di etalase Kosakata bayar pungut dihadang Lao Tse Pemodal rembukan kitab tancap bertopeng sekte Ruwat hormat akuntan Le Mythe Sisyphe Terik esoknya berpijak segel mentari bergelar Insurgen letih berkoar melempar molotov menjelang fajar Tiupkan satu pelunta gerigi katrol Abu Bakar Pengap asap makam Kalabadzi lelah mendengar Ikhtisar sanggahan niat tengkorak kalung berkawat Pleton barisan Kostrad gumpal barikade pluit mayat Jemari ala penggiat ludahi kertas birokrat Kebebasan tak pernah didapat jika membangkang setengah niat ... Panjang umur petani Pati Sukolilo melawan PT. Semen Gresik di Jawa Tengah Panjang umur petani pesisir pantai Kulonprogo menolak dominasi sultan dan PT. Magasi Iron Panjang umur petani Suluk Bongkal, Suku Anak Dalam, Persil di sepanjang Sumatera Panjang umur petani Takalar dan aksi langsung mepertahankan lahan terhadap PTPN XIV Panjang umur Affinitas, Infoshop, Food Not Bomb, Black Bloc, di seluruh muka bumi Panjang umur Rumah Belajar Sahaja di pelosok negeri dalam menghidupi hidup Panjang umur Widji Thukul, Munir, kawan-kawan yang masih menyisakan kepalan tangannya untuk berakhirnya pencurian mereka atas kehidupan kita
Organized Konfusion - “Bring It On” Non Phixion - “We are the Future” Nas - “N.Y. State of Mind”
Di dalam masyarakat yang kacau, terlalu sentralis dan terlalu diperintah, kita harus menuju simplifikasi, desentralisasi, dan penghilangan semua kontrol yang terdapat di dalamnya.” — Paul Goodman
Samples: Wu-Tang Clan Run D.M.C - “Rock Box” Public Enemy - “Brothers Gonna Work It Out”
“
“
Sunyi Boddhisatva seka air mata Lara Sanco Panza bersenandung nada Berjuntai pelangi di leher pemuda Budaya klise interpelasi media Bahala Deleuze-Guattari meronta Hasrat destruktif libido kreatif Dalam mesin gairah
Anjing penjaga modal susuri ladang Parlemen entah George Gellinek berhidung belang Titisan Zaid Datsniyah mulai mengasah klewang Demokratis SBY saat dia berdendang Kesumba mekar Leninis susupi negara Rancang bonceng partai slogan usang “rakyat berkuasa!” Fundamentalis agama rakit granat redefinisi surga Ketuk palu reforma mereka tukangi kotak suara The sight of his-story dissolves Lestarikan saja voltum mencoblos Susteinidos de tanta muerte Pekik keras ke angkasa L’Homme Revolte Organisir diri Kautsky Albert Camus redefinisi arti revolusi Dagelan Bolsjewik boring politik borjuasi Proses illegal jika voting merubah kondisi
Awan dahina bisik Nietzschean menari Lirih seruling bambu nihil konsep Jalaluddin Rumi Era imaji Che Guevara produk etalase Nike Citra beragam - anti semudah berkaos ‘Anarki’
“Aku akan mengatakan kepadamu dengan segenap energi dan kesedihan di dalam hatiku Pisahkan segera dirimu dari mereka yang mencerabut diri darimu
Kami telah menjadi mabuk dan hak kami telah pergi Ia telah lepas dari kami, kemana ia pergi? Ketika dilihatnya belenggu pikiran telah putus Tiba-tiba hatikupun terbang pergi Ia tak akan pergi ke tempat lain Ia telah pergi ke dalam kesunyian ilahi Jangan cari ia dirumah karena ia milik angkasa Ia terbang ke angkasa dan ia burung angkasa Ia elang putih maharaja Ia telah terbang dan pergi menghadap maharaja” — Jalaluddin Rumi
Karena melalui separasilah kita akan menang Tanpa representasi, tanpa kandidat!” — Pierre-Joseph Proudhon Dentum Ted Kaczynski rangkai metafora Vive memor leti oh fugit hora Lanskap lahan sinyal tegur para penguasa Fakta Noam Chomsky revaluasi teror negara Luka sayat Suku Anak Dalam bicara: “Tiada Tuhan Selain Senjata!” Area lahan Persil Erkata Bedil Petani Rudal Suluk Bongkal teror fatal tewaskan Fitri Cerita sekitar Pati, Mbah Tarno tantang jeruji Takalar direpresi rebut tanah kita sampai mati Ingatan melawan lupa ambigu mutiny Milan Kundera Tembang Pemilu ala semboyan stiker metromini di layar kaca Bosan dengar Kaka Slank teriak Peace Lima Menit untuk Lima Tahun, Hits? Coklat sang Nasionalis Klaim budaya, koar ganyang Malaysia? Sejak dulu SDA dirampok kau diam saja Reggae Is Dead
Samples: Eivør Pálsdóttir - “Human Child”
P
enjuru kota rata dengan tanah Paska ledakan dentuman bom bergema Kepemilikan memang hasil curian Aneka properti luluh lantak berserakan Gadis kecil menari di hadapan sekam Pasangan kasmaran bercumbu di puing logam Rongsokan mesin pabrik hantaman palu godam Bos berdasi penguasa dipecut hingga terbungkam Pintu rumah penduduk tak perlu dikunci Gembok kerangkeng hewan telah kita curi Tanaman tumbuh dari bekas jok mobil terbakar Kloset perkantoran tumbuh bunga mawar yang mekar Gedung parlemen jelmakan sepetak pekarangan Jeruji penjara berpancang batas ragam taman Pusat belanja hamparkan palawija Barak tentara menjadi ribuan hektar sawah Bocah ingusan memperolok asap polusi Pak tua bangga naiki roda pedati Remaja riang bermandikan tetes hujan Bersepeda melintasi sejuk pedesaan Nyanyian cinta kita gubah bersama Berkesenian saat lembahyung sore tiba Pekik tamborin menyambut sahabat datang
Aroma anggur dan tuak temani kawan bersulang Menjelang Insureksi Kita kumpulkan segala nyali Menjelang Insureksi Batasnya hanyalah imajinasi Buruh berjoget ikuti irama tonggeret Petani merepet iringi nada terompet Meniup Klarinet goda gemulai balet Perkusi warisan rancangan para pengguras karet Nelayan sulap jaringnya untuk bersantai Penambak mengoleksi karang dari lepas pantai Layar terkembang dahulu penghalau badai Kini disulap jadi layangan bocah pun bersorai Insurgen dihidangkan kopi oleh bidadari Para katalis berdansa menanak nasi Jejeran senjata batas kiblat sang sufi Laras senapan jadi gantungan sang rabi Bekas podium kenegaraan diserbu pertapa Helm perwira menjadi lonceng gereja Filsuf, scientist, agnostik, relijius, dan atheis Berjabat tangan sambil teguk teh manis
Marxis, Nihilis, Anarkis ramah bertegur sapa Berbincang tentang warna kain kafan kuasa Terbakar kini sudah semua identitas Tanpa bendera terkubur pasak otoritas Penyair tua berseru “inilah surga!” Pujangga bertanya “tuhan dan iblis ke mana?” Pertempuran meletihkan berakhir sudah Dunia indah tanpa batas dan strata Sepi di luar, sepi menekan-mendesak Lurus-kaku pohonan. Tak bergerak Sampai ke puncak. Sepi memagut Tak suatu kuasa berani melepas diri Segala menanti. Menanti-menanti. Sepi. Dan ini menanti penghabisan mencekik Memberat-mencengkung punda Udara bertuba rontok-gugur segala. Setan bertempik. Ini sepi terus ada. Menanti. Menanti. (Chairil Anwar, “Hampa”) Menjelang Insureksi Kita bernyanyi sampai tinggi suara ke langit Menjelang Insureksi Kita bermimpi Batasnya hanyalah imajinasi
K
arena khalayak tak pernah salah memuja thagut penampakan maka kalian adalah terdakwa yang terlalu mendambakan domba tanpa gembala, wujud tanpa kepala, dunia tanpa pandawa sumpah aral kuasa tanpa palapa merakit dunia tanpa manual tunggal mengepal surga neraka yang manunggal di ujung hari yang berlangit sepekat aspal di petang para dajjal neoliberal meminta tumbal karena buku sejarah ditulis dengan darah dengan anggur dan nanah, dengan kotbah dan sampah maka argumen terlahir dari kerongkongan korban digorok dipagi buta di lapangan pedesaan dikubur bernafas dimalam semua kutukan menaruh rima diatas hitungan ritme pukulan rotan Brimob pengganti aroma Smirnoff, berakhir layak hasrat Deborg berepilog tanpa akhir kombinasi mutakhir para gerilyawan Kashmir, Tolstoy dan B-boy yang menari diatas pasir hingga para aparat Gomorrah tak berdiri tanpa dipapah hingga berhala yang kau sembah merata dengan tanah dengan khasanah busur serapah tanpa panah dengan ranah yang merubah kotbah yang menjadi limbah dengan lanskap penuh kesumat, despot melaknat penuh bigot yang bersandar pada jaminan polis dan jimat maka kupinang kepalan pelumat tirani valas yang tak pernah tamat memplagiat kiamat hingga liang lahat, dengan eskalasi perang badar membakar akar penyeragaman bawah sadar pasca kolonial pasca neraka horizontal pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi wadal sejak para kaisar merapal mantra anti-makar
Samples: Dead Kennedys - “California Über Alles” Explossion In The Sky - “Let Me Back In”
sejak para patriot tak pernah sadar menjadi barbar rima ini ku rancang untuk menantang mitos hegemoni rezim dewa logos ku rancang rima ababil yang bidani holokos jika kau bangun kastilmu tuk mendominasi kosmos antitesa dari semua petuah para tetua penguasa gua, gabah dan semua kutukan tak bertuah rima ini adalah hitam merah tetesan darah pemusnah lintah bendungan siklus hasrat dan amarah ludah para penadah gejah yang menawar bid’ah yang lupa melawan titah, kerajaan risalah, pemungut arwah peluluh lantah kaki tangan kepala berhala yang ku nujum punah serupa jalur ziarah satuan batalyon lakon yang membantahkan konon gurita monitor panoptikon dan jargon perluasan koloni kanon perpanjangan netra Mossad dan agenda titipan Pentagon agen intelejen berbisik dalam dialek dekaden berdiskusi tentang ribuan ancaman bahaya laten lumpen yang membangkang, hedonis yang mencoba terbang sufi yang menjangkau terang dan anarkis yang meronta kekang rima ini adalah kontra komando, menolak berkarat di pengujung tengat m’rancang beliung serupa tornado untuk balans yang banal, balada dalam kanal dialog satu arah sejarah yang berkoar bertemu final hingga satu subuh para sayap terentang, menantang menara rutan dengan kesadaran para pecundang berembuk di pojokan selokan desa dan urban merakit plot armamen ababil sebelum mentari datang sebelum cenayang industri keluar mencari mangsa menuai bara dari pusara kalam dan makam wacana kesucian taklid yang menyuburkan bencana para penikam punggung dan para pengkhianat lantai dansa pasca kolonial pasca neraka horizontal pasca bumi dan langit, aku dan kau menjadi tumbal sejak argumen hanya berkisar di pusaran selasar surga dan neraka, kontol, isu kelentit dan biji zakar
M
enangkah Durga tepi dermaga pemunggah raga Sekilas dunia melepuh dalam laju
Samsara Aku berdoa tanpa tengadah ke langit sana Karena tanah ini hamparan segala angkara Bila rute marga hidup berkawan setan Bagai semua makhluk sujud memuja insan Iblis mengecam Hamud sebagai pahlawan Tuhan pantas bertekuk lutut meski dipisahkan Zaman! mutilasi Jagan! Rekayasa slogan! Dalam rongga Pagan! Materi Feurbach komposisi tafsiran Kontemplasi praktek bertubi dirakit para Marxian Semula iblis mencinta dengan ragam muslihat Agar duka ditanggung layak dupa Paul Marat Sekarat maut menunggang rongga belikat Merengkuh tragedi kesunyian membayar Zakat Tiada yang netral saat kereta Buraq berpindah Marka rasa ke hati sepanjang lintasan Isra Di majelis, Ku merintis, Darah mistis Menuju ladang Harar perancang lanskap utopis Malaikat dibelah dua dibasuh nafsu manusia Diarak komunis semasa Harto jadi pendeta Barangkali kiamat bertengger di dalam otak Sehingga Masoch berjihad merebus tengkorak Lupakan Moksha jika emosi menuntun diri Seperti Company-Flow di pelipur lara El-P Leceh karma prasangka pintu persepsi
Sampai kota habis dicoret tagline TAKI Rentangkan dosa menyeret laju Hyperboria Bungkam kasta gagas waktu reka Tschandala Ksatria bakar keranda di pagi buta Serupa Premier tanpa Guru berkendara menyetir Gangstarr Makrifat membunuh semua dewa Hakikat mengenal sejenis cinta Tarekat perang demi kebenaran Syariat manunggal dengan tuhan Akulah Ishtar yang menjelma di suatu risalah Tolak pahala di antara benar dan salah Mala petaka doktrin tanpa pranala Merusak bintang dan sabit sepanjang gala Setara lengan TIBUM menarik layak Dracula Kurubah wujud menantang, sekejam Caligula Pula represi KOREM menumpuk bala Hingga tak ada tahiyat, Azza Wa Jalla Fasis berkelana lewat front pemburu Syiah Dari Sampang sampai pemakan umat Ahmadiyah Kriya mayat dikunyah serupa
Samples: Terminator X - “Vendetta... The Big Getback” Terminator X - “Wanna Be Dancin´”
Kanibal bersurban sendawa fatwa agama Saat vagina menuntut perawan masuk sekolah Serupa Vicky rima ini melamat Zaskia— Gotik penuh intrik bahasa terdidik Menumbuk rempah adonan tepung rima munafik Akulah Ajita Kesakambali ateistik Sekte Charvaka yang menempuh jalan mistik Serupa Sedgwick hip hop lahir dalam distrik Saat Kool Campbell tak bosan memutar musik Mengasah pedang Umar memenggal leher kuasa Hirarki yang membalut kaum Dalit di India Lumpen proletar bergerombol mengusik dunia Sejak Bonnot berkeliling menempa senjata Kita baca Sigismund Panofka Gregor Samsa fantasi kecoa Satu titik yang diraih oleh fans Kafka Berjuta sel yang dipuja oleh Zo D A’xa Jika bangsa mulai tertidur selepas senja Maka api kita pupuk di taman luka Jerat, negara membius setiap warganya Kita seret Pancasila memungut mantra berliur nanah
Yeah Yeah Yeahs - “Maps” Metallica - “Fade to Black” Buddy Guy - “She Suits Me to a Tee”
L
aila haila ana! Tak ada Tuhan selain tiada Wahdatul mewujud sesembah hamba kontra kausa prima Enuma Elish sangkala kilesa mara bernafas Iqra Bernujum langit bisu angkara tanah atas aslama Kupaksa Buddha membelenngu Allah lewat sebentang rima apokalip Ruh Qalandar menggiling kanabis terompah Jesus memanggang salib Rahib, bongkar Ibnu Arabi memasang jerat mikrofon para Tabib Tentakel hasrat ilahi menjalar husna dominasi kacung Neolib bernosi kekal rekurensi looping potongan cakram David Bowie Memugar candra harian Heiddeger dalam rampokan beat Run D.M.C Retrospeksi Frank Zappa menambah ornamen riff ekletik Fugazi independensi diri meludahi karakter butut kedunguan mimik Jokowi Mengkolase tensi amarah layaknya layer komposisi Public Enemy Konsistensi junta tandingan semisal Bronx bagi Percee P Menggarap lahan takdir selincah bisnis anggota EPMD Hanya satu unsur hip hop, belajar, sambil memutar track BDP
Menyalati debaran jantung tanpa gerakan rukuk ataupun sujud Mimpi berkelindan sebrutal cangkul imajinasi Kurt Vonnegut Meruwat dunia bersama zine sekeras groove drum Shai Hulud Menjaga militansi segagah petani Aek Nabara menjahit mulut Bayangkan Nietzsche dan Rumi menjadi B-Boy sepenggal siang Menafsir substansi ilahi di atas perlak profan tari kejang DJ Hemmingway menguliti prosa melintasi segala dalang bayang Menggaruk piringan ilusi serusak perusahaan menggagas tambang Apa yang lebih Graffiti dari pylox nubuwat Alexander Brener Selagi Boombox ditekan Momo Yana dihadapan tentara otoriter Pita kaset diurai Tukijo melebihi kesompralan Andreas Baader Gasak MPC berisi sample adrenalin sejenis dupa jenazah Hitler
Sundala Tanah Abang persetan preman persetan Ahok Kebumen ribut hari ini pertahankan hidup halalkan semua golok Dari Takalar, Cianjur, Mesuji, Padang Lawas, Pandumaan mulai mogok Desentralisasi Mpu Gandring agar tak seorangpun menjadi Ken Arok
Menengahi Mixer puisi Rimbaud Baudelaire di atas Turntable Merangkum orang hilang dalam rekaman Vinyl Bertrand Russel Berkarya dalam bahaya rutinitas serupa fiksi George Bataille Realitas dijalani sejinak fantasi labirin Borges dalam novel Pompa keberanian sevulgar Justine dalam erotika Marqi De Sade Sambut kematian sedalam drama Tolstoy dalam fraksi Haji Murat Usung penerimaan lewat afirmasi Gudrun Enslin merakit granat Seperti Cobain yang habis terbakar enggan memudar hingga berkarat
Samples: David Bowie - “I’m Afraid of Americans” The Winstons - “Amen Brothers”
From Ashes Rise - “Haunted Conscience” His Hero Is Gone - “Thieves”
Johnny Cash - “Ain’t No Grave” Tragedy - “The Lure”
Demi nikmat penyatuan dan pelepasan Kehidupan membangun semesta raya ini dan dari desah nafasnya tercipta rumah keajaiban dari siang dan malam Masing-masing bertebaran menerpa gairah dan cinta diri untuk berekspresi sambil berteriak lantang: “Aku berbeda dengan engkau!� (Muhammad Iqbal) Aku berlindung kepada iblis dari godaan tuhan yang terkutuk Dalam taklimat Yourcenar di tempat yang telah kau pilih hingga bungkuk kekacauan tak terlihat yang aku bangun dalam waktu redup meringkuk Mendiami Tibur mati seperti Hadrianus di pulau Akhilleus di ujung teluk Berembuk bersama obskurantisme pergeseran kegelapan Henri Michaux Dalam antologi kekafiran sublimasi material Mutahharian Guruh-i-Furq Mendekam sebisu gubuk beraltar Grotto dengan gemeretak geraham marduk Dikelilingi malaikat yang aku beri nafsu dan kekejian di sepanjang tanduk Menolak tunduk karena nusantara ini adalah Turki bagi kritik Orhan Pamuk Amuk massa modern berpembalut jumud karakter heroik novel Chuck Palahniuk Di depan arang indulgensi siksa temporal undang-undang dasar seperti suluk Takluk kudus secara otoritatif adalah memaksa anggota KODIM menjilat turuk Negeri ini dibangun dengan kultus pesona busuk figur Sukarno Hatta Yang kita sembah bersajadah putih merah dengan kiblat tiang bendera Merdeka dalam kebebasan artifisial warga mencoblos di balik kotak suara Siapa pun pemimpinnya presiden adalah TV dimana kita menjadi pemirsa setianya Lupakan Pram karena setiap desa adalah prosa tanpa harimau Sisingamangaraja Yang aku tulis ketika swantantra ada di pedalaman Mentawai hingga pelosok kerdil Niha Batang Toru mengkudeta pemodal sambil mengepal senja di belantara Tambang rupanya tuhan sahadat ternyata uang dan hukum jadi Qanaah Kun Fayakun aku adalah semaun bagi Maring di usia 14 tahun Menjurnal kebangkitan homo sacer teori Agamben sebagai Kampiun Deteritorialisasi serupa SAHAJA bersemangat margin kolom Tiqqun Persetan publik kami adalah persona non grata menuju sel Insurekshun Perang sipil dan kedamaian busuk seperti apa yang diinginkan oleh Mikhail Bakunin Semenjak negeri ini tak lebih dari ghetto Ainu berdusun Burakumin Penyemak kulit ritual mayat yang menguburkan dinas sosial tanpa kain Jenazah anggota berisi ludah LSM yang kami tolak karena kami tidak miskin Amin! Lenyaplah Barzakh selagi rumah ini sama dengan liang keranda Beratap langit berpondasi tanah dimana kami belajar membunuh orang kaya yang datang sebelum pagi buta membawa kemakmuran kami tak perlu sedekah Karena dibebaskan bukanlah kebanggaan budak namun bertahan sampai kehilangan nyawa
Sigil Khaos
Samples: The Velvet Underground - “Venus in Furs” Eric B & Rakim - “Eric B is President”
Antara pasak profit bankir gagasan Henric Duran Seraya arang dan api membara eksploitasi para tiran Aku bayangkan surga setelah kota rata dengan tanah Aku maklumatkan nyanyian Lynch Séguy dalam amarah Aku hantam kebosanan bersama swa-kelola Aku paksa jiwa bergerombol melampaui Exarchia
A
ku bangkitkan ruh yang merepresentasi segala pesona bentuk manifestasi kemarahan Rima ini adalah kelenjar ikonoklastik Renzo Novatore yang kutanam bersama pucuk kebencian Saat emosi bukan lagi sekedar pemberontakan bagaikan kehadiran bayangan masa depan Aku lucuti tulang yang dipaksa tunduk mematuhi tuhan hingga mati di ladang pembantaian Aku rakit mutan seganas Korps Mawar menikam Aku asah klewang setajam Kopassus menerkam Aku bunuh ketakutan sebelum fajar menyingsing pagi Aku rayakan kehidupan dengan molotov menjelang insurgensi Aku bongkar keberanian sejak Theodore Kaczynski Aku telaah hingga menyaingi Antonio Gramsci Aku bunuh kemunafikan filsuf bersama literasi Aku siapkan ledakan untuk titisan Aburizal Bakrie Aku sisakan tempat bagi iblis berkumandang Ilhami senjata minimal menyambut keindahan perang
Aku khianati topeng palsu kebusukan individualis berharap radikal dengan terus menenggak anggur sampai habis Aku sayat kebusukan para anarkis menghabisi kapitalisme dan negara dengan hanya memproklamirkan kain hitam berlabel A Aku tertawai ketololan mahasiswa para kiri dan leninis menuju dialektika lewat slogan pemilu sebagai agenda Aku tunggu parang tertajam para fasis setiap urat nadi terngiang bersama keyakinan terdalam layak senyap Ghautama Aku ajari setiap generasi menyimpan dendam pada tentara Aku doktrin setiap anak kecil agar membangkangi penguasa Aku rasuki bocah dengan dongeng Orwell pengantar tidurnya Bersama alkisah Galleani sebagai teman rasa lelahnya Aku paksa Illah menyembah sebelum hari menagih sumpah Ilusi negara bagi patriotis kacangan pengkultus indonesia Kubakar Pancasila melebihi hilang Thukul zaman Orde Baru Garuda mahligai kayu bakar kesunyian ke segala penjuru Aku koleksi pitam Wu Ming lewat kosakata mutiny Aku rangkai sejak Samin meludahi kertas pemilih Aku asah pedang dengan seribu angkara rekonstruksi Akulah laknat bagi semua manusia hari ini Hingga akhirnya domba tak lagi bersuaka pada gembala Sisa kejumudan terkubur dimakan liang keranda Harapan bersikukuh dalam kebebasan khatam kueja Aku bersumpah mati di liang gantungan seperti Al-Hallaj di tangan para Mullah para Mullah
Thought Crime - Spectacle (2013) TRACKLIST 1. 2. 3. 4. 5.
Tombak Haminjo Tauba Serafim Papakerma Requiem Aeternam (Reggae Is Dead)
6. Menjelang Insureksi 7. Rima Ababil 8. Genesis 9. Manuskrap 10. Sigil Khaos 11. Hallaj Capetown Beats
http://soundcloud.com/crimethought