planozone u r b a n m a g a z i n e 1 st Edition impression in our first
Dian Luthfiana
kontributor
Yescha Nuradisa
Fandy Puriandi
Ceisy Alifiani
Debby Rahmi
Diantha Arafia
Ali Akbar Fadallah
Ully Fauziah
Heni Herawati
Rahmi Fauziah
planozone Penanggung Jawab Tizar Bijaksana Mega Novetrishka Roby Dwiputra
Desain dan Layout Ali Akbar Fadallah Rahmi Fauziah Akbar Rizky P
Pemimpin Redaksi Anissa Chairudea
Produksi Debby Rahmi Dian Lutfiana Astri Mauliawati Wahyuni P Reza
Editor Heni Herawati
Gina Marros Penulis Afira Fairani Akhira Mutiara Herry Candi Dian Saniti Elmo Wiratama Arfida Esha Afrizal Ramadhan Ikrar Eka Praya G Anissa Yuniashaesa
Fotografer Fandy Puriandi Humas Yescha Nuradisa Diantha Arafia Ghina Marros Ully Faoziah Ceisy alfiani
pengenalan
4
Ilmu Planologi
isu pendukung
8
Bangkitan Transportasi Kota Bandung
11
galeri foto
wawancara tokoh perencanaan
12
Denny Zulkaidi, Ir., MUP.,Dr.
Daftar isi
rubrik bebas
isu utama
18
green transportation sebagai solusi
22
transportasi berkelanjutan pendapat dari dosen pendapat dari praktisi
26
pendapat dari mahasiswa
30
14 32
- Transportasi Publik di Belanda - Pedestrian Yang Terlupakan
ARTIKEL
- Waterfront Tourism Development - Pengawasan Tata Ruang
liputan Planosphere VI “ Transgreeneration �
pengenalan HMP Pangriptaloka ITB
resensi buku
Hot Flat Crowded
PLANOZONE
3
pengenalan
B
elum banyak orang yang mengenal “Planologi” atau yang sekarang biasa disebut “Perencanaan Wilayah dan Kota”. Ketika orang awam mendengar kata “Planologi”, banyak yang mengatakan Ferdinand Ketua Divisi hal yang muncul dipikiran merKeprofesian eka adalah pekerjaan menata HMP PL ITB kota tapi tidak sedikit juga yang 2010 - 2011 membayangkan “ilmu planet atau ilmu tumbuh-tumbuhan” atau bahkan tidak tahu sama sekali. Keilmuan planologi pada dasarnya me-
penduduk, kesejahteraan masyarakat), dan sebagainya. Karena itu, bisa dipahami bahwa ilmu planologi adalah keilmuan yang komprehensif, tidak hanya membahas pada satu hal spesifik saja. Secara umum, jenis-jenis disiplin ilmu yang dipelajari dalam planologi adalah ilmu kebumian (geografi, geodesi, geologi), ekonomi, sosial budaya, manajemen, hukum, engineering, dan keilmuan lainnya. Akan tetapi, semua disiplin ilmu tersebut tidak dibahas secara rinci dan spesifik, hanya dasar-dasar fundamentalnya saja. Selain itu keilmuan planologi selalu diidentikkan den-
plano ruang
manusia dan aktivitasnya
miliki karakteristik yang berbeda apabila dibandingkan dengan keilmuan lainnya. Jika kita mendefinisikan planologi sebagai ilmu merencanakan suatu kota atau wilayah, maka tentu akan banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaannya, tidak hanya dari faktor fisik bangunan saja. Namun terdapat juga faktor ekonomi (misalnya pertumbuhan ekonomi), faktor fisik lingkungan (misalnya kesuburan tanah), faktor sosial kependudukan (misalnya pertumbuhan
gan aspek sosial dan kemasyarakatan. Hal ini wajar karena kegiatan perencanaan wilayah dan kota ditujukan untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat. Dengan demikian dalam sebagian besar kegiatan perkuliahannya, program studi ini mengharuskan mahasiswa untuk selalu berinteraksi dengan masyarakat.
“ Planologi sebagai ilmu merencanakan suatu kota atau wilayah “
Jika pada keilmuan engineering dan science lainnya mahasiswa melakukan prakti-
kum di laboratorium khusus, maka mahasiswa planologi melakukan praktikum di studio. Pasti masih ada yang bertanya-tanya tentang apakah studio itu, apakah menyerupai studio foto atau studio bioskop. Studio yang dimaksud disini adalah sarana yang digunakan untuk merencanakan suatu kota atau wilayah dengan mengambil contoh kasus suatu kota atau wilayah di Indonesia. Biasanya dalam satu studio terdiri dari 20-30 mahasiswa ditambah dosen dan asisten. Dalam kegiatannya anggota studio dikelompokkan kedalam beberapa aspek seperti fisik, sosial, dan ekonomi. Kemudian setiap mahasiswa mengerjakan setiap aspek yang diwakilinya. Disinilah terjadi konsep perencanaan menurut Patrick Geddes. Dimulai
kontinyu, sistematis, berwawasan luas, komprehensif, dan harus berorientasi masa depan. Karena perencanaan adalah proses kontinyu dalam pengambilan keputusan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada guna mencapai tujuan di masa depan (Conyer,1984). Prospek profesi planologi bisa dikategorikan menjadi dua, planning dan non-planning. Planning adalah profesi yang erat kaitannya dengan planologi dan non-planning adalah profesi yang tidak terkait sama sekali dengan planologi. Untuk planning, alumni planologi banyak yang bekerja di instansi pemerintahan seperti PU, BAPPENAS, BAPPEDA dan sebagainya. Selain itu alumni Pla-
ologi kom-
komprehensif
kontinyu dan sistematis
fisik dan lingkungan
dari proses pengumpulan data dan pengolahan data-data tersebut dengan menggunakan metode analisis yang tepat, sehingga diperoleh output yang diharapkan. Selanjutnya di studio ini akan diperlihatkan bahwa dalam perencanaan sangat penting adanya kerja sama dalam satu tim. Hal ini disebabkan keilmuan planologi yang bersifat yang komprehensif dan saling terkait antar aspeknya sehingga akan sedikit sulit jika hanya bekerja sendiri. Planner atau perencana, adalah nama profesi dari keilmuan planologi. Kompetensi yang dimiliki dari seorang perencana diantaranya berpikir
nologi banyak juga yang berkecimpung di developer seperti Alam Sutera dan Sentul City. Dalam dunia akademis banyak yang menjadi dosen dan peneliti. Dalam bidang non-planning, banyak alumni planologi yang menjadi pengusaha, terjun dalam dunia fashion, menjadi ahli komunikasi, perbankan dan sebagainya. Sebagian besar mengatakan bahwa meskipun sekarang bekerja dalam bidang yang tidak langsung berhubungan dengan perencanaan wilayah dan kota, ilmu-ilmu serta pola pikir komprehensif dalam perencanaan yang dipelajari semasa kuliah sangat membantu dalam pengembangan karir mereka.
PLANOZONE
5
Isu pendukung
Bangkitan Transportasi Kota Bandung
K
ota Bandung dengan wilayah seluas 167, 29 Km2 dirasakan sangatlah terbatas, mengingat laju pertumbuhan penduduk selalu meningkat. Berdasarkan estimasi yang pernah dilakukan, proyeksi jumlah penduduk Kota Bandung akan mencapai 4 juta lebih pada tahun 2030. Belum lagi potensi penduduk komuter dari wilayah sekitar Kota Bandung, sangat besar pula jumlahnya hingga mencapai 500 ribu jiwa per hari, sehingga perlu dipikirkan bagaimana pola penanganannya. Disamping itu dari pemantauan beberapa tahun terakhir, kasus pembangunan yang terkait dengan pemanfaatan ruang, khususnya guna lahan ternyata membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap bangkitan transportasi, khususnya kinerja jaringan jalan. Karena itu ketika berbicara mengenai pengelolaan transportasi Kota Bandung, dapat disadari bahwa permasalahan yang dihadapi sangatlah kompleks. Anton Sunarwibowo
Kepala Bidang Perencanaa, Tata Ruang Dan Sarana Prasarana BAPPEDA kota Bandung
Hubungan Transportasi dengan Sistem Kegiatan Sebagaimana dinyatakan oleh Manheim dalam buku Fundamentals of Transportation System Analysis (1979), hubungan dasar antara transportasi dengan sistem kegiatan dapat dijelaskan pada gambar Interaksi Dinamis antara Tata Ruang dan Transportasi disamping. Hubungan tersebut dapat didefinisikan
dalam 3 elemen dasar, yakni: T (sistem transportasi), A (sistem kegiatan), yakni pola kegiatan ekonomi dan sosial), dan F (lalulintas di dalam sistem transportasi, misalnya: asal-tujuan, rute dan volume lalulintas). Selanjutnya dengan memahami hubungan antara transportasi dengan sistem kegiatan, maka pengembangan transportasi di Kota Bandung harus memperhatikan adanya interaksi dinamis antara tata ruang dan transportasi di mana: • Jaringan transportasi berperan dalam memfasilitasi kebutuhan pergerakan secara efisien dan efektif • Penyediaan jaringan transportasi harus sesuai dengan karakteristik perjalanan yang ada • Karakteristik perjalanan direpresentasikan dalam pola pergerakan secara spasial dan intensitas pergerakan. Pemodelan Matriks Asal Tujuan Kota Bandung Dari hasil permodelan dalam penyusunan Rencana Induk Transportasi Kota Bandung 2006, telah dikembangkan Matriks Asal Tujuan (MAT) Tahun Dasar 2006. Proses estimasi MAT dengan data arus lalu lintas tersebut diperoleh dari software SATURN dengan hasil Visualisasinya dalam bentuk desire-line perjalanan harian disampaikan pada Gambar berikut ini :
Desire-line merupakan representasi permintaan antarbeberapa gabungan zona dalam bentuk garis di mana lebar garis mewakili besaran permintaan perjalanan tertentu. Terlihat bahwa pola perjalanan di wilayah studi Kota Bandung dan sekitarnya sudah cukup merata untuk semua asal tujuan perjalanan, hal ini membuktikan bahwa permintaan perjalanan di Kota Bandung sudah sedemikian menyebar sesuai dengan Rencana Guna Lahan hingga Tahun 2013. Prediksi Kinerja dari Penerapan Skenario Pembangunan Untuk melakukan perbaikan pada kondisi transportasi kota, Bappeda Kota Bandung telah membuat beberapa skenario perencanaan pembangunan. Skenario ini kemudian diprediksi hasil kinerjanya dengan berbagai indikator, yaitu total waktu perjalanan, total panjang perjalanan, kecepatan rata-rata kendaraan, rata-rata rasio volume/capacity, konsumsi bahan bakar, emisi gas buang yang dihasilkan dan biaya perjalanan. Kemudian dihitung hasil perbaikan dari pelaksanaan skenario tersebut dengan membandingkannya apabila tidak dilakukan upaya apapun (kondisi do-nothing). Secara ringkas prediksi kinerja hasil pelaksanaan skenario termasuk dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :
Dari hasil perbaikan kinerja alternatif perencanaan pembangunan dapat diambil hasil analisis sebagai berikut: • Alternatif pengembangan angkutan massal
lebih efektif dalam menekan kemacetan dan meminimalkan dampak ekonomi (biaya transportasi) dan lingkungan (konsumsi BBM dan emisi gas buang) • Konsistensi penataan ruang di masa datang akan dapat memangkas pertumbuhan permintaan perjalanan sehingga berdampak positif bagi kinerja jaringan transportasi • Pengembangan jaringan jalan (dan jalan tol) tetap diperlukan, namun bukanlah pilihan yang terbaik • Manajemen lalulintas sangat perlu dilakukan, terutama dalam jangka pendek, untuk mengoptimalkan kapasitas yang ada • Penggunaan bahan bakar alternatif akan sangat membantu dalam mengatasi dampak lingkungan Kesimpulan Mencermati pendekatan dalam menganalisis dampak guna lahan terhadap bangkitan transportasi ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, yaitu: • Model Interaksi Dinamis antara Tata Ruang cukup memadai untuk digunakan dalam memahami dampak guna lahan terhadap bangkitan lalu lintas. • Dengan menggunakan pendekatan Matriks Asal Tujuan bisa diketahui pola perjalanan yang akan dianalisis dan perhitungan prediksi kinerja sistem transportasi sebagai hasil dari implementasi dari skenario rencana pembangunan kota; • Prediksi kinerja sistema transportasi dapat menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Kota Bandung di dalam pengambilan kebijakan untuk skenario pembangunan ke depan, yaitu mendorong pengembangan angkutan massal sebagai solusi dari pemanfaatan ruang yang terjadi.
PLANOZONE
9
Apa Dampak Guna Lahan terhadap Bangkitan Transportasi?
PLANOZONE
31
tokoh perencanaan
ditulis oleh : Annisa Y Ikrar E
Denny Zulkaidi, Ir., MUP Latar belakang pendidikan Bapak? Saya kuliah di ITB mengambil program studi Perencanaan Wilayah dan Kota pada tahun 1980 dan lulus pada tahun 1987. Kemudian melanjutkan S2 di McGill University mengambil Urban Planning dari tahun 1992 – 1995. Lalu mengambil S3 pada tahun 2005 di ITB dan baru lulus kemarin (Desember 2010). Sangat sulit karena kuliah sembari mengajar. Sekarang mengajar apa Pak di ITB? Sekarang saya mengajar Teknik Presentasi dan Komunikasi, Studio Perencanaan Tapak, serta Hukum dan Pengendalian Perencanaan, juga Pengantar Rancang Kota untuk S1. Kalau S2 semester ganjil saya mengajar Metode Rancang Kota dan Pengendalian Rancang Kota. Tahun lalu saya juga mengajar Kelembagaan dan Pembiayaan Perencanaan. Sekarang ditambah Manajemen Lahan yang baru dibuka kembali setelah tiga tahun kelasnya tidak dibuka karena tidak ada peminat. Kesibukan di luar? Tidak ada, biasanya kegiatan tidak tetap misalnya jika ada panggilan seperti undangan, seminar, dan lain-lain. Bahkan saya tidak mengajar di tempat lain selain di ITB. Untuk keterlibatan dengan lembaga di luar kalau untuk tetap sih tidak ada, tapi saya menjadi panitia atau tim AdHoc di Badan Standar Nasional Pendidikan untuk penyusunan standar sarana dan prasarana selama empat tahun. Tahun pertama menyusun standar sarana prasarana untuk SMP dan SMA, tahun kedua untuk SMK dan SLB, tahun 2008 kosong, tahun 2009 untuk Perguruan Tinggi tingkat S1, serta tahun 2010 menyusun perguruan tinggi vokasi.
Keterlibatan dengan proyek? Terakhir tahun lalu saya membantu penyusunan RTRW Kota Bandung. Saya juga membuat peraturan-peraturan tentang pengendalian, misalnya tahun 2009 saya dengan Pak Andi membantu penyusunan Perda menara telekomunikasi Kota Bandung. Beberapa Perwal juga saya buat misalnya tentang SPBU, namun perwal tersebut tidak keluar-keluar malah SPBU nya yang banyak keluar. Perda yang sekarang sedang dibahas adalah Perda tentang PKL sebagai inisiatif DPRD Kota Bandung, padahal sudah kami siapkan sejak tahun 2003 namun tidak diurus-urus. Baru akhir-akhir ini ditanyakan kembali. Sampai dengan tahun 2003, PNS masih bisa mengerjakan proyek-proyek Pemda, nah sekarang PNS itu tidak boleh. Kalau pun ikut hanya bisa di belakang layar atau hanya menjadi narasumber (ahli) yang membantu. Pendapat Bapak tentang Green Transportation? Kalau penerapannya bisa bermacam-macam. Pertama, dalam moda angkutannya. Bisa kembali ke delman, becak, sepeda dan lain-lain. Kedua, dari sumber energinya yang menggunakan listrik atau solar cell. Ketiga, sebenarnya dari sistemnya. Bagaimana membuat sistem transportasi yang bisa menghemat energi dan terjangkau misalnya misalnya menerapkan sistem titik transit (Transit Oriented Development) yang memadai. Jadi, tempat berhenti angkutan umum bisa langsung di tempat tujuan. Nah yang ini relatif sulit diaplikasikan di kota-kota di Indonesia. Kalau bisa diadakan, tarifnya pun relatif mahal, berbeda dengan misalnya di Singapura. Kalau bicara sistem kan meliputi juga tentang sarana dan prasarana juga kelembagaannya. Oh iya yang tadi belum disebutkan, moda yang paling tua untuk Green Transport adalah jalan kaki, maka dari itu pedestrian way harus diadakan dengan baik. Tidak seperti di Jalan Dago, sekarang orang ingin jalan kaki harus bersaing dengan sepeda. Sepeda dirancang naik ke trotoar. Ada himbauan atau solusi untuk masyarakat? Kalau masyarakat kan tergantung dari fasilitas, jika ada konsep yang bagus orang mungkin akan lebih suka jalan kaki atau naik kendaraan umum. Lalu, harga tarif parkir di gedung yang mahal menyebabkan pengendara parkir di badan jalan. Solusinya dapat dibalik. Misalnya parkir di gedung tarifnya 3000 rupiah dan di badan jalan 5000 rupiah. Karya yang dekat dengan masyarakat di bidang green transportation? Saya tidak ahli di bidang green transportation, jadi tidak ada karya yang berhubungan langsung. Keahlian saya di bidang Rancang Kota, tapi sebenarnya masih terkait juga satu sama lain dengan transportasi, misalnya mendesain pedestrian way, mixed use development skala superblok, transit oriented development, zoning regulation, dan intensitas pembangunan. Hal tersebut kan juga berhubungan walaupun tidak langsung. Selain itu misalnya merancang titik transit, jadi orang tidak perlu jauh-jauh jika ingin ke suatu tempat dan dapat mengurangi kemacetan. Kesan dan pesan buat Planozone? Dulu pernah ada majalah seperti ini namun tidak berlanjut. Kalau yang dulu terasa berat karena lebih ilmiah, namun sekarang dengan gaya ilmiah populer kan lebih mudah menyampaikan kondisi yang ada, seperti macet, kotor, sampah, PKL, anak jalanan, banyak sekali yang bisa dibahas. Saya berharap Planozone dapat rutin dan berlanjut karena tidak akan kekurangan materi yang dapat diangkat
PLANOZONE
13
ISU UTAMA
Green Transportation Sebagai Solusi Transportasi Berkelanjutan
Ir.Dicky Saromi, M.Sc. Kepala Dinas Perhubungan Jabar
Dr.Ir. Miming Miharja Dosen Planologi ITB
Rizky Pratama Adhi Mahasiswa Planologi ITB 2007 Ditulis Oleh : Afira Fairani Herry Candi
jalur sepeda
sebagai salah satu upaya memfasilitasi penduduknya, pemerintah Kota Bandung membuat jalur sepeda
S
ebagai manusia, melakukan pergerakan atau perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain merupakan bagian dari aktivitas dan kebutuhan sehari-hari. Transportasi yang baik, andal dan terintegrasi dibutuhkan untuk membuat pergerakan menjadi lebih cepat, aman dan nyaman. Untuk membentuk sistem transportasi yang baik perlu dilihat seperti apa karakteristik dan kebutuhan pergerakan masyarakat atau konsumen pengguna transportasi terkait. Dengan maraknya isu lingkungan saat ini, semua negara di dunia didorong untuk menerapkan konsep pengembangan sistem transportasi yang ramah lingkungan, konsep inilah yang selanjutnya dikenal sebagai green transportation. Suatu konsep yang dianggap mampu menjawab kebutuhan tranportasi tanpa mengesampingkan kebutuhan lingkungan di sekitar kita dan tidak mengurangi kesempatan bagi generasi mendatang untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, atau minimal sama dengan saat ini. Indonesia telah mengalami berbagai peralihan dalam sistem transportasinya. Dimulai dari pergerakan paling sederhana dengan berjalan kaki, kemudian berkembang menjadi kereta kuda, sepeda, dan yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, mulai dari kendaraan pribadi (mobil dan motor) dan moda angkutan umum (bus, angkot, kereta api, pesawat, dan sebagainya). Lalu, apakah sistem tranportasi Indonesia saat ini sudah baik? Dengan mulai maraknya berbagai isu lingkungan, apakah Indonesia mampu menerapkan sistem transportasi yang ramah lingkungan? Untuk memenuhi kebutuhan pergerakannya, masyarakat memerlukan sarana transportasi yang baik dan dapat diandalkan. Mengutip kriteria yang digunakan oleh dosen senior Perencanaan Wilayah dan Kota ITB, Bapak Suwarjoko Warpani, pelayanan angkutan dapat diandalkan bila cepat dan tepat waktu, aman, nyaman, antarmoda terpadu, tertib dan teratur,
serta memenuhi kebutuhan (baik dalam frekuensi layanan maupun dalam kapasitas armada). Transportasi di Indonesia saat ini dinilai banyak kalangan masih belum dapat diandalkan oleh masyarakat karena beberapa faktor, misalnya waktu tempuh perjalanan yang sulit diukur karena berbagai masalah seperti kemacetan dan angkutan umum yang ngetem. Selain itu hingga saat ini alat transportasi yang banyak digunakan masih belum ramah lingkungan. Apa yang dimaksud dengan green transport? Menurut salah satu mahasiswa Planologi ITB angkatan 2007, Rizky “Green transportation adalah sistem transportasi yang menghasilkan pergerakan/perpindahan penumpang atau barang secara efisien dan efektif, dilihat dari cost, emisi yang terbuang, dan kuantitas pergerakan yang diangkut�. Pernyataan Rizky diperkuat oleh dosen Planologi ITB yang mendalami bidang transportasi, Bapak Miming Miharja. Beliau menyatakan bahwa konsep green transport merupakan salah satu konsep yang mengembangkan transportasi untuk memelihara kualitas lingkungan hidup. Pada dasarnya, keberadaan transportasi sebagai bagian dalam kebutuhan kita dapat merusak lingkungan, baik melalui pencemaran gas emisi buangan kendaraan, maupun melalui adanya konversi lahan untuk mengembangkan transportasi. Pak Miming meyakini bahwa fokus utama dalam konsep green transport adalah mengembangkan transportasi dengan meminimalisir dampak-dampak kerusakan lingkungan tersebut. Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia, memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat dengan tingkat kepadatan yang tinggi. Sayangnya, pertambahan jumlah penduduk tidak diikuti pertambahan infrastruktur jalan yang seimbang. Selain itu, kemudahan masyarakat untuk mendapatkan kepemilikan kendaraan pribadi seperti motor semakin menambah jumlah kendaraan di ruas-ruas jalan. Akibatnya, terjadi kemacetan di sejumlah ruas jalan utama. Untuk mengatasi kemacetan,
PLANOZONE
15
pemerintah kota DKI Jakarta telah melakukan beberapa upaya agar dapat mengurangi tingkat kepadatan di jalan raya, mulai dari pemberlakuan jalur three in one pada jam-jam tertentu sampai dengan pembangunan jalur khusus busway di koridor-koridor tertentu di pusat kota. Kemacetan di Jakarta, selain disebabkan oleh besarnya ketidakmampuan infrastruktur jalan untuk menampung jumlah kendaraan pribadi, juga disebabkan oleh tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi karena tidak ada pilihan alat angkutan lain yang dianggap lebih dapat menjamin kenyamanan dan efektifitas serta efisiensi perjalanan. Tidak berbeda jauh dari Jakarta, Bandung juga berperan dalam penyumbang gas emisi kendaraan. Sebagai kota dengan berbagai pusat kegiatan seperti pendidikan, perbelanjaan, hingga wisata, Bandung mampu menarik berbagai masyarakat dari luar Kota Bandung. Penggunaan kendaraan bermotor sangat tinggi baik oleh masyarakat setempat maupun untuk keperluan wisata. Saat ini jalur sepeda yang ada masih sebagai wisata/leisure/hobi, belum terlalu berperan dalam mewujudkan green transport. Bapak Dicky Saromi, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa sistem dan pergerakan transportasi di Kota Bandung tidak lagi aman dan tidak seperti dulu lagi. Hal ini disebakan oleh tiga faktor. Faktor yang pertama, ketidakteraturan transportasi. Ketidakteraturan ini banyak dipengaruhi ketidakefisienan, yang juga merupakan akibat dari masalah yang sudah terakumulasi, contohnya perkembangan guna lahan yang berkembang tanpa didasarkan daya dukung infrastruktur transportasi terutama jalan. Kedua, akibat ketidaktertiban pengguna sarana transportasi dan perilaku dalam bertransportasi yang kadang tidak mengindahkan aturan. Hal tersebut menyebabkan sistem tranportasi yang
ada terganggu dan berdampak pada pengguna lain. Ketiga, banyaknya hambatan samping jalan seperti parkir kendaraan yang sesuka hati, pasar tumpah dan pedagang kaki lima yang menggunakan badan jalan, hingga perilaku supir angkot yang seringkali berkendara dengan perilaku yang kurang baik. “Green transport bukan hanya menitikberatkan pada sisi lingkungan, tapi sistem transportasi yang aman nyaman tertib dan lancar. Dengan pengertian tersebut maka unsur-unsur yang kita inginkan untuk keberlanjutan lingkungan akan tercapai.�, ujar Pak Dicky.
“ Green transport bukan hanya menitikberatkan pada sisi lingkungan, tapi sistem transportasi yang aman nyaman tertib dan lancar.“
Dengan munculnya permasalahan tersebut, perlu diterapkan konsep yang tepat. Pak Miming berpendapat bahwa konsep yang sesuai untuk Indonesia adalah konsep Public Transport. Konsep ini mampu melakukan pergerakan dengan jumlah massa yang besar. Penggunaan konsep ini jelas mampu mengurangi sumbangan gas emisi kendaraan. Saat ini, konsep Public Transport yang cukup dikenal di Indonesia adalah TransJakarta, atau biasa dikenal sebagai busway, yang telah beroperasi kurang lebih selama 7 tahun. Keberadaan TransJakarta mampu menjadi alternatif bagi masyarakat Jakarta untuk melakukan pergerakan ke beberapa lokasi kegiatan di Jakarta dengan biaya yang murah. Lalu, apa konsep ini mampu berjalan dengan baik dan sesuai untuk diterapkan di Indonesia? Salah satu kesulitan dalam merancang transportasi publik ini adalah kemampuan ekonomi masyarakat yang berbeda-beda memun-
culkan segmen-segmen masyarakat berdasarkan kemampuan ekonomi. Keberadaan segmen masyarakat ini dapat ditemui di negara manapun di dunia. Namun, di Indonesia, segmen-segmen ini memiliki spektrum antar segmen yang sangat lebar, dimana hal ini menunjukkan betapa besarnya kesenjangan ekonomi di Indonesia. Kesenjangan ekonomi ini menyebabkan konsep Public Transport tidak mampu menjangkau kebutuhan semua kalangan masyarakat. Untuk Bandung sendiri, Pak Dicky menyatakan bahwa saat ini Dishub telah menyusunan penanganan sistem trasnportasi untuk mengurangi sekaligus menjawab permasalahan tranportasi yang ada. Untuk jangka panjang, dibutuhkan pembangunan infrastruktur baru, dan sarana angkutan umum massal seperti aero train atau cable car karena dari sisi supply sudah makin terdesak. Sedangkan untuk jangka menengah, akan diadakan revitalisasi angkutan umum yang ada. Selanjutnya, untuk jangka pendek, akan diadakan konsep Transport Demand Management (TDM) yaitu suatu bentuk pengaturan situasional yang dapat mengurangi macet, misalnya dengan park and ride pada waktu tertentu. Saat ini konsep ini sedang disusun dan sedang dalam proses pematangan. Selain itu juga akan diadakan pengaturan giliran berdasarkan plat nomor ganjil genap yang sedang dibahas mekanismenya, serta pemenuhan fasilitas seperti traffic light dan marka serta rambu-rambu lalu lintas. Di Indonesia, green transport mulai diterapkan sedikit demi sedikit. Kita dapat melihat bahwa beberapa kota telah melakukan berbagai skenario guna mengurangi permasalahn transportasi. Sebagai contoh, Kota Solo telah berhasil dalam menertibkan keberadaan pasar-pasar tradisional sehingga tidak menggunakan bahu jalan dan menggangu fungsi jalan. Di Surabaya, angkutan umum yang tersedia mulai diatur dan dikendalikan sehingga dapat tertib dalam melakukan pergerakan. Di Yogyakarta, penggunaan andong atau kereta kuda dan penyediaan jalur bagi
pengguna sepeda mampu mengurangi gas emisi kendaraan. Semoga kedepan, Indonesia mampu menjadikan kota-kota di atas sebagai pelajaran untuk menyusun sistem transportasi yang ramah lingkungan. Peran pemerintah masih cukup besar dalam mewujudkan green transportation karena menentukan regulasi dan pemenuhan sarana prasrasarana yang dibutuhkan. Jadi, untuk masa yang akan datang dibutuhkan suatu perencanaan kembali serta pelaksanaan yang konsisten, integrasi perencanaan transportasi yang tidak sektoral serta perencanaan transport dengan sektor-sektor lain yang dibingkai dalam rencana tata ruang yang komprehensif, dan kesiapan aparat pemerintah dan masyarakat untuk menjalankannya. Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk berperan dalan konsep green transport? “Mungkin bagi masyarakat di suatu kota yang tranportasi publiknya masih terpecah-pecah, masih belum bisa atau sulit dialihkan ke kendaraan umum atau kendaraan hijau. Sebenarnya, kendaraan pribadi juga bisa mendukung green transport, seperti penerapan car-pooling dan teknologi bensin yang ramah lingkungan seperti pertamax yang oktanoktannya di atas 90 jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan premium yang oktan-oktannya di bawah 90.�, ujar Rizky. Pada akhirnya, kita diharapkan untuk berperan dalan penerapan dan pengadaan green transport di Indonesia. Peran masyarakat amat dibutuhkan untuk mendukung skenario dan perencanaan sistem transportasi yang disusun oleh pemerintah. Selain itu, kita juga perlu mulai mengubah preferensi kita dan mulai menggunakan kendaraan umum ataupun penggunaan sepeda. “Mahasiswa tetap ditunggu kreativitasnya untuk menghasilkan solusi brilian dalam mengatasi masalah lalu lintas yang semakin kompleks.�, tambah Pak Dicky.
PLANOZONE
17
rubrik bebas
B
Ditulis Oleh : Agung M H D Elmo W R
elanda adalah negara yang sebagian wilayahnya terletak di bawah permukaan laut (24 % dari total luas wilayah), dan dapat bertahan tidak tenggelam karena adanya tanggul. Kondisi demikian menyebabkan tanah di Belanda sangat susah diolah untuk pembangunan. Daratan yang tadinya berada di bawah
tata ruang di Belanda bersifat optimis, bahkan cenderung ambisius, dan penuh perhitungan. Setiap jengkal lahan yang tersedia di Belanda semaksimal mungkin direncanakan untuk pembangunan. Karena itu bagi orang luar yang datang ke Belanda akan dengan mudah terkagum-kagum pada desain lansekap, tata letak bangunan maupun pembagian ruang yang ada. Begitu rapi, sistematis dan teratur. Di Belanda, pola ruang yang direncanakan
Transportasi Publik di Belanda laut tersebut bilamana dikeringkan akan menyebabkan gambut yang berada di bawahnya teroksidasi dan sedikit amblas. Oleh sebab itu, tanah tersebut perlu diolah lebih lanjut sehingga biaya bangunan per meter persegi sangatlah mahal. Tidak heran jika di Belanda, ditemukan bahwa hanya orang-orang berpendapatan tinggi saja yang memiliki rumah dengan pekarangan luas. Sebab secara ekonomis, jauh lebih murah mendirikan bangunan horisontal.
dengan efisien juga tentunya harus didukung dengan jaringan transportasi publik yang baik sebagai tulang punggung struktur ruang. Secara umum, transportasi publik di Belanda dapat dibagi 2 (dua), yaitu transportasi dalam kota dan transportasi antarkota. Transportasi dalam kota biasanya dilayani oleh bus umum (seperti: Connexxion, Arriva dan GVU) dan tram. Transportasi antarkota dilayani oleh bus umum dan kereta.
“ Hal menarik lainnya dalam hal transportasi di Belanda adalah adanya kebiasaan bersepeda warga Belanda “
Implikasi dari hal tersebut adalah rencana
Tram juga dapat melayani perjalanan antarkota dengan jarak yang relatif dekat (misal: dari Kota Utrecht ke Maarssen yang berjarak kira-kira 8 kilometer). Dua ciri khas transportasi publik di Belanda adalah terintegrasi dan terukur. Terintegrasi dalam artian bahwa transportasi multimoda direncanakan dengan baik dan hampir tidak ada wilayah yang tidak terjangkau oleh pelayanan transportasi publik, walaupun khusus un-
atau 10 menit). Demikian juga halnya untuk layanan kereta yang hampir selalu tepat waktu. Hal menarik lainnya dalam hal transportasi di Belanda adalah adanya kebiasaan bersepeda warga Belanda. Kebijakan pemerintah pun mendukung terhadap kebiasaan tersebut, melalui alokasi ruang dan jalur untuk bersepeda di jalan-jalan utama kota. Warga yang membawa sepeda akan menemukan tempat parkir sepeda yang memadai dan juga lajur khusus sepeda yang
google.image, 2011 tuk wilayah-wilayah yang agak terpencil memang frekuensi layanannya menjadi agak jarang. Warga dapat dengan mudah mengakses situs yang menyediakan informasi layanan transportasi publik multimoda dari tempat asal ke tempat tujuan. Kemudian, yang menjadikan perjalanan menjadi cukup nyaman adalah waktu tempuh antar tempat dapat diukur secara tepat. Demikian pula jarak tunggu antar waktu untuk layanan transportasi publik dapat diperkirakan dengan akurat. Misalnya, untuk layanan bus dalam kota di Utrecht, rata-rata bus akan melewati halte yang tersedia dalam periode tertentu (misal: setiap 5 menit
cukup lebar, sehingga aman bagi mereka untuk bersepeda. Parkir sepeda juga dapat ditemukan dengan mudah di setiap pemberhentian transportasi publik, sehingga memudahkan warga untuk mengkombinasikan perjalanan dari rumah dan perjalanan yang relatif lebih jauh, bahkan hingga antarkota. Bagaimana dengan kendaraan bermotor? Kendaraan bermotor pun cukup banyak didapati di Belanda. Hanya saja, pemakaiannya tidak sebanyak di Indonesia. Hal ini disebabkan adanya pajak kendaraan bermotor yang cukup tinggi, di samping biaya parkir yang mahal pula.
PLANOZONE PLANOZONE
21 19
Ditulis oleh: Dian Saniti
Akhira Mutiara
Ditulis oleh:
Razak Radityo
Ditulis oleh: Rera Ayudiani
Ditulis oleh: Arfida Esha Savitri
Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi Pangripta Loka ITB
Ditulis oleh: Afrizal R.
30
Hingga saat ini, darah kemahasiswaan selalu mengalir dalam diri mahasiswa ITB. Sesuai dengan falsafah dasar keberadaan organisasi kemahasiswaan di ITB yang dinyatakan oleh Muhammad Hatta, bahwa tujuan perguruan tinggi adalah membentuk manusia susila dan demokrat, sehingga terbentuk
PLANOZONE
31
Badan Pengurus HMP Pangripta Loka ITB 2010-2011
RESEnsi
MENGELOLA BUMI YANG TELAH PENUH SESAK Penulis Ukuran tebal terbit
T
: Thomas L. Friedman : 15 x 23 cm : 590 halaman : Agustus 2009
homas Friedman dalam bukunya yang berjudul The World Is Flat telah membantu jutaan pembaca untuk melihat globalisasi dengan cara baru. Di dalam buku ini, Friedman menggagas konsep respon terhadap ketidakstabilan iklim global yang harus ditanggapi dengan konsep perencanaan dunia berbasis energi alternatif.
Oleh : Faris Saffan
Friedman menggagas bahwa suatu usaha yang disebut sebagai “Geo-greenism� semestinya tidak ditanggapi sebagai upaya penyelamatan bumi dari pemanasan berlebih. Ini adalah sesuatu yang dibutuhkan dunia untuk membuat dunia lebih besar, inovatif dan kreatif untuk membangun bumi yang lebih berkelanjutan.
Diawal pembahasan buku ini, Friedman mengungkapkan penyesalannya terhadap proses pembangunan imperium Amerika Serikat dan Cina. Amerika dan Cina telah melakukan industrialisasi dengan melukai keselamatan bumi. Perlahan tapi pasti, Amerika Serikat telah menjadi imperium dengan konsumsi energi dengan jumlah terbesar di dunia. Penduduk negeri ‘Paman Sam’ hanya mencapai 5% populasi penduduk dunia, tetapi mengkonsumsi energi hingga 25% cadangan dunia. Buku ini mengungkap kenaifan Amerika Serikat dalam mendapat energi yang mereka konsumsi. Sebagian besar energi Amerika Serikat didapatkan dari hasil eksploitasi di dunia ketiga. Pengalaman traumatik Amerika Serikat ini ternyata ditiru oleh negeri lain yang ingin membangun imperium baru seperti Cina. Alih- alih ingin menciptakan negara industri dengan produk bersaing dan murah, industrialisasi Cina justru telah membuat Sungai Kuning rusak, ikan- ikan mati, dan pepohonan Cina menghitam. Buku ini menarik, lugas dan tajam dalam memberi pandangan secara populer dan santai kepada pembaca mengenai tata cara mengelola bumi yang telah penuh sesak. Buku ini memberi dimensi yang beragam dari perspektif ruang, teknologi dan geopolitik dunia untuk mengelola dunia. Secara gamblang, Friedman memberikan suatu gagasan revolusi hijau yang belum pernah disaksikan oleh masyarakat dunia. Alhasil, buku ini akan mampu memberi kecerdasan, kreativitas dan keberanian bagi kita bersama untuk mengelola peradaban kita yang paling berharga, bumi.