The planners 2016

Page 1

CONTENTS

1 Perencanaan Gampang-Gampang Susah

5 Resilient City and Region MAIN RESEARCH

28 Sepatu Cibaduyut Sebagai Penggera Ekonomi Lokal 33 Kesiapan Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu Dalam Menghadapi Bencana

43 Peran IAP Dalam Menyiapkan Profesi Perencana 51 Citra Kota Berdasarkan Foto yang Diunggah ke Media Sosial

59,65 Karya Mahasiswa

60 Kajian dan Propaganda


Redaksi

. Muhajah Babny

Tim Riset . Hansen Sutanto

Luthfi M. Iqbal Ketua HMP PL ITB

Aulia A.rfida Kepala Bidang Keilmuan

L.K. Wijayanti Kepala Divisi Karya Riset Inovasi

Fuji Restu Wakadiv Karya Riset Inovasi

. Harsyah K. H.

. L.K. Wijayanti . Ahmad Sodiq

. Merry Ana Dinda Ayu

.Sekretaris

.Layouter

Freda Setiawan

Pimpinan Redaksi

. Nurafi H.

Ihsannudin K.

.Produksi

. Angga Safik

Nadia Aristya

. Ayu Rahmawati

.Editor

.Utami P.

. Asyrafinafilah . Aditya P.

. Safira Elzahra

Devina K.

.Editor Hadiyan Wijaya . Arinda P.

. Abdul M.

. Reynald P.

N. Carlos

. Wilona Olga

Cover by: Putri C. Naufal Rofi

.Seruni Fauzia


Kontributor . Anas Nasrullah

Alvaryan Maulana

. Maryam Zakkiyah

. Asyrafinafilah

Khairani M.

Eko Fajar

. Ihsannudin K

. Indriyanti Nurdin

. Pramadya F.

. Safira Elzahra

. Tiara Budi

Sambutan

“Resilient City is The capacity of individuals, communities, institutions, businesses, and system within a city to survive, adapt, and grow no matter what kinds of chronic stresses and acute shocks they experience.� (city resilience framework)

Indonesia memiliki kekayakaan alam yang berlimpah, bersama dengan nikmat tersebut negara ini juga memiliki ancaman bencana yang banyak, seperti bencana banjir, gunung meletus, gempabumi, tsunami, ditambah lagi dengan isu perubahan iklim yang menyebabnkan kekeringan, naiknya permukaan laut dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan lumpuhnya kegiatan ekonomi, kerusakan lingkungan dan berkurangnya sumberdaya. Oleh karena itu diciptakan suatu konsep Resilient City agar suatu wilayah atau kota dapat memperkecil resiko dari dampak bencana yang akan terjadi dan meningkatkan kapasitas individu, masyarakat, lembaga, swasta dan sistem di dalamnya agar bisa bertahan, beradaptasi dan tumbuh dengan adanya berbagai guncangan dan tekanan yang dialami sehingga suatu kota atau wilayah tersebut dapat lebih tangguh dalam menghadapi bencana yang akan datang secara tidak pasti dapat terjadi di masa depan. Terkait dengan hal tersebut riset kali ini akan mengusung tema tentang Resilient City untuk mengeksplorasi lebih tentang implementasi konsep ini dalam menjawab permasalahan kota yang ada. Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Ir. Teti Armiati Argo MES, Ph.D, Tim Riset dan seluruh kontributor yang telah membantu pengerjaan riset dan konten The Planners ini. Semoga dengan adanya penelitian, informasi tentang Resilient City yang disajikan dalam bingkaian majalah “The Planners� ini dapat bermanfaat dan memberi tambahan pemahaman kepada pembaca akan Resilient City dan pengetahunan lainnya. Selamat membaca ! Freda Septiawan | Muhajah Babny M Pimpinan Redaksi | Manajer Umum Riset




5

6


7

8


9

10


Dalam kompetisi yang diselenggarakan lembaga nirlaba Urban Land Institute. Kota ini mendapat sorotan dalam peningkatan mobilitas komunitas warga miskin melalui pembangunan metrokabel yang mempermudah transportasi bagi warga misikin yang berada di perbukitan untuk mencapai pusat kota. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah Medellin yangmulai menyelesaikan masalah dengan menanamkan investasi

MEDELLIN

Penulis: Ihsanuddin Karrimullah

Konsep ketahanan kota bertujuan agar kita lebih siap terhadap segala gangguan yang dapat terjadi sehingga dapat mengurangi dampaknya, semisal adanya bencana alam. Melalui konsep ini, lebih sedikit kerugian yang terjadi dan lebih banyak nyawa yang terselamatkan. Tapi selain ketahanan dari bencana alam, konsep perencanaan resilient city juga membahas mengenai ketahanan infrasruktur, ekonomi, sosial, kesehatan, sistem pemerintahan serta aspek lainnya.

Salah satu resilient city yang terkenal adalah Kota Medellin, yang terletak di Negara Columbia tepatnya di benua Amerika Selatan, secara administrative kota ini merupakan ibukota dari Negara Columbia. Kota Medellin memilki luas 380.6 km² serta merupakan kota kedua terluas di Columbia. Kota ini memiliki kemiripan dengan Kota Bandung karena berada pada lembah yang memiliki daerah perbukitan serta memiliki suhu ratarata 25°C. Dengan jumlah penduduk sebanyak 2.184.000 pada tahun 2010, Medelline mengalami berbagai perkembangan yang signifikan dalam pengentasan masalah sosial. Dahulu Kota Medellin pernah dikenal sebagai kota kartel narkoba serta kekerasan, dalam perkembangan 10 tahun Medelline mengalami berbagai tantangan serta perubahan hingga menjadi model kota inovatif di dunia mengalahkan Telaviv serta New York

pada berbagai program sosial serta menyicil pembangunan infrastruktur. Saat ini Medellin berada dalam jajaran kota yang termasuk dalam 100 resilient city dengan tantangan ketahanan berupa berupa banjir, longsor, serta aktivitas vulkanik. Beberapa kejadian gempa bumi yang terjadi akhir-akhir ini menimbulkan dampak longsor di daerah perumahan kumuh di perbukitan kota Madelline. Kejadian ini menimbulkan kerusakan pada rumah-rumah warga miskin yang cenderung memilki struktur bangunan yang buruk. Menjadi tantangan bagi pemerintah Medelline untuk bisa mengurangi dampak dan resiko dari permasalahan tersebut. Sumber: http://www.theguardian.com/cities/2014 /apr/17/medellin-murder-capital-tomodel-city-miracle-un-world-urban-forum http://colombiareports.com/medellinnamed-one-worlds-resilient-cities/ http://www.100resilientcities.org/cities/en try/medellins-resilience-challenge#/-_/ http://www.bbc.com/indonesia/majalah/ 2013/03/130302_medellin_kolombia_ko ta_inovatif

11

12


MELBOURNE Penulis: Pramadya Fazriandi R Melbourne, selain dikenal dengan kota yang paling ‘livable’, kot aini juga tergabung di dalam 100 Resilient Cities. Kota yang dijuluki bisa terjadi empat musim dalam satu hari ini memiliki rencana meningkatkan dan memperkuat ketahanan kota mulai dari berbagai aspek seperti lingkungan, infrastruktur, dan hubungan antar pemerintah, dunia usaha, serta masyarakatnya. Kota Melbourne memiliki luas mencakup 37,5 đ?‘˜đ?‘š2 dengan jumlah pemukiman di kotasekitar 105.000. Namun, wilayah metropolitan ini adalah rumah bagi sekitar 4 juta orang. Kota ini terletak di daerah rawan cuaca ekstrim, kemungkinan akan mengalami dampak perubahan iklim yang signifikan. Kota ini telah berbagai tahap untuk mening-katkank etahanan, termasuk mengembangkan strategi adap-tasi, membangun jaringan, mengembangkan rencana manajemen darurat dan mela-kukan penilaian risiko. Meskipun terdapat kemajuan, peluang ancaman harusterus diimbangi dengan ketaha-

Whittlesea). Pada bulan Agustus 2015, lima forum telah diadakan dan pesertanya telah diminta untuk membantu membuat konsep dan ruang lingkup proyek, cara-cara kerja yang baru, dan inovasi lainnya untuk meningkatkan ketahanan Melbourne secara signifikan. Tim proyek pun sedang meninjau inisiatif yang ada di metropolitan Melbourne yang berkontribusi membangun ketahanan, dengan maksud untuk memahami apa proyek memiliki potensi untuk ditingkatkan dalam lingkup atau geografi. Sumber: http://www.melbourne.vic.gov.au/Abo utMelbourne/Resilient_Cities/Pages/R esilientCities.aspx nan Melbourne, khususnya melaluiupaya yang lebih terkoordinasi. Di awal tahun 2015 para pe-mimpin dari sektor pemerintah, akademisi, infra-struktur, mana-jemen darurat, lingkungan, komunitas dan kesehatan bekerja sama untuk mengidentifikasi isu-isu ketaha-nan yang berdampak bagi Melbourne, baik sekarang maupun di masa depan. Setelahempat bulan diadakan forum, wawancara,

13

dan penelitian, lima fokus area pun muncul. 5 Fokus Area yang dirumuskan untuk kota Melbourne antara lain adalah masyarakat yang ebih kuat (Stephen Wall, Maribyrnong), Masyarakat Yang lerhubung dengan lebih baik (Tracey Slatter, Port Phillip), Metropolis yang kompetitif (Chris Eddy, Hobsons Bay), Lingkungan yang lebih sehat (Simon McMillan, Banyule), dan Rencana dan tindakan yang terintegrasi (David Turnbull,

http://www.theage.com.au/victoria/m elbourne-ranked-as-one-of-theworlds-most-resilient-cities-20150702gi3nxf.html http://www.100resilientcities.org/citie s/entry/melbournes-resiliencechallenge#/-_/

14


SEMARANG Penulis: Eko Fajar Setiawan

satunya wakil dari Indonesia yang menjadi bagian dari program ini, Semarang akan berdampingan dengan 99 kota lainnya dari 5 benua seperti San Fransisco, Rio De Jeneiro, Barcelona, MedellĂ­n, Porto alegre, Bristol, Glasgow, Rotterdam, Roma, dan lain-lain. “Keterlibatan, Kota Semarang ini cukup prestisius karena dalam proses seleksinya ada lebih 700 kota yang mengirimkan aplikasi untuk diikutsertakan dalam program ini, namun sampai saat ini baru ada 67 kota yang terpilih, nantinya akan ada proses pendaftaran dan seleksi lagi sehingga lengkap menjadi 100 kotaâ€?, lengkap Hadijan. Adanya 100RC memberikan kesempatan pada kota semarang untuk membangun jaringan dengan 99 kota lainnya dari seluruh dunia untuk berbagi informasi, dan berkolaborasi membangun kota. Dalam hal kesigapan, Walikota Semarang selaku stakeholder, berhak menunjukkan intervensi nya untuk menentukan kebijakan dan

Pertumbuhan dan percepatan ekonomi yang terpusat di kota-kota dunia, menimbulkan tingkat urbanisasi semakin meningkat setiap tahun. Menurut UN Habitat, saat ini lebih dari 55% populasi dunia tinggaldi perkotaan dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 75% pada tahun 2050. Pada kenyataannya, beberapa kota di Indonesia, seperti Kota Semarang yang sedang berkembang pun, turut mengalami beberapa persoalan dan tantangan tersebut. Kota Semarang yang kerap kali dijuluki sebagai kota atlas itu, memang telah berkomitmen untuk beradaptasi dan tumbuh di antara persoalan dan tantangan. Komitmen itu ditunjukkan dengan menjadi bagian dari 100 Resilient Cities (100RC). 100RC diinisiasi oleh Rockefeller Foundation bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kota dalam beradaptasi dan tumbuh di antara guncangan maupun tekanan fisik maupun sosial. Hal itu agar kota Semarang memiliki strategi tepat

terobosan pembangunan yang strategis. Hal itu disikapi oleh Walikota Semarang untuk menginisiasi pembentukan tim Pejabat Ketahanan Kota yang bertugas menyusun Strategi Ketahanan Kota Semarang. Beberapa program dan jaringan kota-kota dunia, bekerjasama untuk menyusun dan mewujudkan ketahanan kota. Kota-kota dalam Jaringan 100RC juga berkesempatan bekerja sama bersama mitra-mitra 100RC, beberapa mitra 100RC antara lain Microsoft, IDB, World Bank, Cities Alliance, RMS, Swiss Re, dan lain-lain. Kerjasama yang dibangun antara kota dengan mitra dalam bentuk pendanaan program atau bisa dalam kerangka studi, perencanaan, serta penyelesaian persoalan tata ruang, permukiman, serta kemacetan.

untuk menghadapi beberapa persoalan yang menimpa kota Semarang. Beberapa diantaranya seperti banjir, rob, tanah longsor, krisis air bersih, maupun problem sosial seperti pengangguran, kemiskinan, kawasan kumuh, dan lain-lain. Menurut Hardijan pada Media Kompasiana (2015), Kota Semarang menjadi salah

15

16


Penulis: Indriyanti Nurdin Kawasan hutan memiliki peran besar bagi perubahan iklim. Antara 86 hingga 93 juta hektar, atau hampir setengah total wilayah Indonesia merupakan tutupan hutan. Tapi, data mutakhir pada Kementrian Kehutanan menunjukkan Indonesia kehilangan 1,18 juta hektar hutan tiap tahun, dengan deforestasi dan perubahan tata guna lahan gambut, yang memicu 60% total emisi Indonesia. Merosotnya luas dan mutu hutan, serta tekanan masyarakat Internasional terhadap negara-negara yang memiliki hutan terbesar di dunia, membuat Indonesia mendeklarasikan komitmen untuk mengurangi hingga 26% emisi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan dan kehutanan pada 2020. Salah satu cara Indonesia untuk memenuhi target ini adalah dengan mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui mekanisme Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD+). “Untuk REDD+ akan sulit mengingat kita ini kemampuannya datanya kurang, dan juga dalam menjalankan kebijakan kurang juga. Karena itu salah satu keluaran di Paris, COP21 adalah data monitoring dan verification yang akan mendorong pada akuntabilitas�. Ujar Ibu Teti Armiati Argo menanggapi Pemerintah dengan kebijakan REDD+ di Indonesia. Pasalnya lagi, hutan negara baru 10% yang ditata batas dengan selebihnya open access sehingga banyak terjadi illegal

REDD+ Pelestarian Hutan untuk Ketahanan terhadap Perubahan Iklim

17

logging. Pemerintah kemudian mengadopsi kebijakan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang memastikan agar industri kayu mendapatkan sumber bahan baku dengan cara legal dari sebuah sistem pengelolaan sumberdaya hutan (SDH) yang lestari. Dalam perkembangannya kini SVLK berlaku untuk semua hasil hutan yang diolah dan diperdagangkan. Selanjutnya para pakar kehutanan menyebut instrumen SVLK dan REDD+ dapat berperan memperbaiki tata kepemerintahan kehutanan. Di situ, legalitas kayu sebagai instrumen pengelolaan hutan lestari dapat diperhitung kan dalam skema kredit REDD+ dalam rancangan kebijakan national di masa depan. SVLK berupaya mencapai cita-cita SFM melalui rute intervensi pengusahaan kayu (sertifikasi kayu). Sementara itu, REDD+ berupaya mencapai SFM melalui rute pengembangan kawasan lestari. “REDD+ lalu sekarang ini jadi mengerti sela-sela tentang kehutanan karena itu seringkali dianggap berhasil dalam

18


Skala makro, namun kurang berhasil dalam skala mikro�. Beliau melihat perkembangan kebijakan REDD+ di Indonesia kini, SVLK bisa memainkan peran sebagai instrument REDD+ dengan menggalakkan penyadaran konsumen dalam negeri untuk pengendalian kawasab hutan. Ini berpeluang

mendorong perluasan pasar kayu bersertifikat. Agar harga kayu berser- tifikat bersaing dengan kayu lain, Pemerintah perlu memberi subsidi melalui APBN sebagai insentif bagi pelaku industri bidang kehutanan yang menetapkan SVLK. Subsidi melalui APBN ini diharapkan dapat merangsang masuknya dana-dana internasional untuk penyiapan pelaksanaan REDD+. Pengurusan SVLK harus mudah dan tidak berbelit-belit. Menurut Bu Teti, kayu bukanlah satusatunya produk hutan, jadi untuk melihat hutan sebagai kayu saja dirasa mereduksi kepentingan hutan di Indonesia. Seharusnya hutan termasuk sebagai environmental services dan kegiatan non ekonomis lainnya. Maka dari itu kawasan hutan mampu berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.

Efektifkah Aliran Dana Desa? Penulis: Tiara Budi Y. Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki visi untuk membangun Indonesia dari pinggiran, dalam kerangka NKRI. Salah satu upaya untuk mewujudkannya yaitu diawali dengan program Aliran Dana Desa melalui Kementerian Keuangan pada tahun 2015. Aliran Dana Desa ini memerlukan dana yang amat besar yaitu sekitar Rp 9 triliun dari APBN 2015. Dana fantastis ini memunculkan bermacam spekulasi di masyarakat, melihat program-program pedesaan dimasa pemerintahan sebelumnya tidak sesukses yang diharapkan. Koordinator Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Apung Widadi, menyatakan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam program ini. Pernyataan ini muncul akibat pihaknya telah melakukan assesment di beberapa desa di Sumatra Utara, Lombok Timur, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pertama, desa, khususnya kepala desa dan perangkatnya belum siap betul terkait dengan

19

pengelolaan dana desa pertanggungjawabannya.

dan

Kedua, karakteristik desa-desa di Indonesia sangat beragam dan komplek. Sehingga ketika formulasi pembagian dana desa disamakan, maka terjadi ketimpangan dan tidak efektif. Ketiga, sebagian besar kabupaten di Indonesia, selaku penyalur dana desa dari pusat ternyata belum

20


membuat aturan pencairan, pengelolaan dan pertanggungjawaban dana desa. Sehingga dana desa rawan diselewengkan dalam tingkat kabupaten. Keempat, dari sisi alokasi nasional, dana desa 2015 sebesar Rp. 20,7 triliun sebenarnya belum sesuai dengan besaran konstitusi yaitu 10 persen dari total dana transfer daerah. Jika dihitung seharusnya dana desa ditambah dana transfer daerah akan berjumlah 110 persen. Lihat saja, dana transfer daerah pada APBN P2015 adalah, Rp. 643,5 triliun. Maka seharusnya alokasi dana desa sudah mencapai 10 persen yaitu Rp. 64,35 triliun. Dengan dana tersebut, dari 72.944 desa di Indonesia maka rata-rata perdesa akan mendapatkan alokasi sebesar Rp. 882,2 juta. saat ini desa hanya mendapat kurang lebih 30 persen dari total dana desa sesuai amanat konstitusi.

Keenam, parahnya, ketimpangan alokasi anggaran transfer daerah kadang dimanfaatkan oleh oknum politisi, pengusaha dan elit yang bisaanya disebut mafia anggaran.

yang mengalokasi belanja birokrasi hingga 50 persen, APBDes juga dikhawatirkan akan banyak dihabiskan untuk belanja birokrasi.

Ketujuh, akuntabilitas akan rendah karena rumitnya pertanggungjawaban dari desa ke kabupaten dan rutin 3 bulan sekali. Sangat teknokratis.

Kesembilan, dana desa berpotensi diselewengkan saat ini bertepatan dengan Pilkada langsung. Pertama, karena daerah saat ini kekurangan dana pelaksanaan Pilkada karena belum teralokasi di APBD. Kedua, dana desa rawan dipolitisasi oleh calon petahana dalam bentuk distribusi alokasi ke desa yang tidak merata dan diarahkan pada desa basis pendukung calon. Kabar tersebut ternyata tidak seluruhnya dapat diterima secara mentah. Salah satu dosen di Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung yaitu Ibu Teti Armiati Argo dari Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan menyatakan bahwa; Saat ini aparat desa maupu masyarakat dipersiapkan untuk mengelola dan memanfaatkan Aliran Dana Desa. Seluruh permasalahan di desa tersebut

Kedelapan, potensi disalokasi, belanja birokrasi besar di desa. Sehingga mengancam anggaran pembangunan infratruktur. Seperti postur anggaran APBN dan APBD

Kelima, dari sisi alokasi daerah, masih terjadi ketimpangan alokasi.

21

dapat terjawab dari pengalaman di desa-desa itu sendiri. Baru satu tahun berjalan, kalau ditanya siap, sebagian besar akan tidak siap selama perangkatnya tidak dipersiapkan. Pada intinya, pelaksanaan program ini harus menunggu persiapan dari perangkatnya, karena UU itu tidak bisa langsung jadi implementasi. Harus diturunkan menjadi PP, permen, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. setiap program tidak dapat dilihat hasil dan prosesnya dalam jangka waktu yang singkat. Program ADD tersebut dilaksanakan secara bertahap agar masyarakat dapat berkembang secara mandiri. Sumber: APBN News. http://apbnnews.com/artikel-opini/danadesa-pentingnya-pemerataan-sdm/ RMOL News http://www.rmol.co/read/2015/05/03/20 1206/Fitra-Temukan-9-PermasalahanTerkait-Pencairan-Dana-Desa-

22


23

24


25

26


SEPATU CIBADUYUT SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI LOKAL KAWASAN CIBADUYUT Tim Riset: Mery Ana F| Safira Elzahra| Ayu Rahmawati|Asyrafinafilah Hasanawi

K

ota

Bandung

merupakan

salah satu kota metropolitan yang menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi dan dikenal sebagai salah satu kota mode (fashion) di Indonesia. Kota Bandung dikenal sebagai salah satu kota yang maju dalam bidang industri kreatif. Industri kreatif merupakan salah satu usaha yang patut diperhitungkan di Indonesia guna untuk mempertahankan kondisi ekonomi yang berkelanjutan. Berdasarkan RPJM 2009 – 2025 ekonomi kreatif secara rata-rata tumbuh sebesar 5% per tahun, tahun 2013, pertumbuhan sebesar 5,76% yang sedikit lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, ekonomi kreatif juga berperan dalam meningkatkan citra dan identitas bangsa Indonesia di tingkat internasional.

MAIN RESEARCH

27

Indonesia sebagai salah satu negara yang mengembangkan usaha kecil menengah dan industri kreatif seperti produk sepatu cibaduyut. Sentra industri sepatu cibaduyut adalah salah satu usaha kecil yang berada di Selatan Kota Bandung dan cukup terkenal secara nasional pada masanya. Namun perkembangan usaha sentra industri sepatu cibaduyut dari tahun ke tahun mengalami penurunan (kondisi decline), menurut data Unit Pelaksana Teknis (UPT) barang kulit cibaduyut didapat bahwa dari tahun 2006 terdapat total produsen sebanyak 560 (dengan pertumbuhan 37,25%) namun hingga tahun 2010 terus mengalami penurunan, pasalnya tahun 2010 saja total produsen yang masih tersisa adalah 264 dengan pertumbuhan yang minus (-25,21%). Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini mengangkat judul

28


"Potensi, Prestasi, dan Prospek Usaha Sepatu Cibaduyut sebagai Penggerak Ekonomi Lokal Kawasan Cibaduyut" dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi, hal-hal yang telah dicapai, dan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha sentra industri kecil sepatu cibaduyut sehingga mampu memunculkan strategi-strategi yang dapat membuat eksistensi usaha tersebut lebih berkembang dan menjadi penggerak ekonomi lokal kawasan cibaduyut secara mandiri dan berkelanjutan. Potensi, Prestasi, dan Prospek Usaha Sepatu Cibaduyut Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja juga berperan dalam distribusi hasil-hasil pembangunan. Terbukti bahwa, menurut Badan Pusat Statistik Kota Bandung usaha kecil menengah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki pada tahun 2013 menyumbang terhadap PDRB Kota Bandung sebesar 13.998.534,88 Juta Rupiah. Berdasarkan data tersebut maka industri kecil tekstil, barang kulit, dan alas kaki khususnya sepatu cibaduyut dapat

menjadi salah satu potensi yang cukup besar baik bagi Kota Bandung dan terlebih lagi bagi kawasan cibduyut sendiri. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian perdagangan (KUKM Perindag) Kota Bandung, Investasi yang tertanam di sentra sepatu Cibaduyut telah mencapai Rp 23,97 miliar pada tahun 2008 dengan kapasitas produksi lebih dari 4 juta/tahun. Sementara itu, industri pendukung yang berkembang akibat usaha ini seperti Showroom/outlet pada tahun 2008 saja berjumlah 152 unit, 4 pusat perdagangan, 38 toko bahan baku dan bahan penolong, 8 industri shoeleast/acuan kasar, tiga industri peralatan, 15 industri kemasan, dan lima unit industri sol karet. Industri pendukung tersebut tentu saja juga berdampak cukup signifikan baik terhadap usaha sepatu Cibaduyut sendiri maupun terhadap perekonomian Kawasan

Cibaduyut maupun bagi daerah secara umum. Sepatu Cibaduyut memiliki peluang industri dalam mengisi pangsa pasar dunia, hal ini terbukti bahwa IKM Cibaduyut tersebut telah mampu mengekspor sebagian produknya ke luar kota terlebih lagi ke Luar Negeri. Berdasarkan profil Sepatu Cibaduyut pada tahun 2008 didapat bahwa sepatu cibaduyut pada saat itu mampu mengekspor produknya ke pasar-pasar tradisional untuk Negara-negara USA dan Uni Eropa seperti Jerman, Belgia, Belanda, dan Inggris.

29

Perkembangan dan Permasalahan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Perkembangan jaman dan menjamurnya usaha-usaha sepatu lain (brand) menuntut sentra industri sepatu Cibaduyut harus lebih inovatif dan lebih bekerja keras dalam menyusun strategi untuk mempertahankan eksistensinya. Pasalnya, saat ini usaha ini sudah jarang terdengar dan bahkan bisa dikatakan banyak para pengusaha yang telah gulung tikar dan memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.

penjualan rata-rata sepatu Cibaduyut mengalami fluktuasi, hingga pada tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Deden salah satu pengrajin sepatu Cibaduyut. Beliau mengatakan bahwa kurang lebih lima tahun terakhir ini usaha sepatunya memang sudah menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, menurut beliau orderan sudah tidak seramai dulu. Menurutnya, saat ini sudah semakin

30


banyak pesaing sedangkan dulu saat masih sedikit yang melakukan usaha sepatu orderan yang diterima lumayan banyak. Beliau juga menambahkan bahwa tidak sedikit para pengrajin (home industri) yang kemudian gulung tikar. Hal ini terjadi dikarenakan koperasi/UPT yang ada sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, para pengusaha home industri sebagian besar dari mereka lebih memilih bekerja sendiri-sendiri (secara independent) dan mengambil keuntungannya sendiri, selain itu mereka juga mengaku sulit mendapatkan modal untuk mengembangkan sentra industri sepatu Cibaduyut tersebut karena tidak adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk memajukan kawasan cibaduyut sebagai sentra industri sepatu terbesar. Menurut hasil wawancara dengan salah satu pemilik usaha bahan baku kulit, saat ini produk sepatu cibaduyut juga dipengaruhi oleh bahan baku kulitnya sendiri, mendapatkan kualitas kulit yang bagus memang cukup sulit dan terpaksa bahan baku yang ada sekarang tidak hanya mengambil dari produk lokal tetapi juga dari harus mengimpor dari luar negeri seperti china. Pemerintah Kota Bandung sendiri menurut keterangan dari salah satu pengusaha sepatu cibaduyut

belum menaruh perhatian khusus dalam membantu mengembangkan sentra industry sepatu Cibaduyut, padahal kawasan tersebut berpotensi bukan hanya untuk pusat produksi sepatu kulit nomor satu tetapi dapat menjadi kawasan wisata dan identitas Kota Bandung sebagai kota Fashion yang kreatif. Rekomendasi Strategi Pemerintah Pemerintah lebih memberikan perhatian dalam mengembangkan sentra industri sepatu Cibaduyut dengan memberikan pinjaman modal dan insentif.

Pemerintah bersama-sama dengan pengusaha cibaduyut sebaiknya bekerjasama dan berkoordinasi dalam membuat kebijakan terkait control keluar masuk barang (sepatu) guna menjaga kualitas sepatu asli cibaduyut dan bahan baku kulit. Industri terkait (pengrajin, pengusaha sepatu Cibaduyut)

31

Dalam menjaga kualitas sepatu cibaduyut asli sebaiknya dibentuk badan koordinasi yang mengkoordinir para pengrajin dan menetapkan standart kualitas dan mematenkan merk asli cibaduyut sehingga produk sepatu yang dibuat tetap terjaga keasliannya dan memiliki karakteristik atau identitas yang jelas, serta konsumen tetap merasa puas. Badan atau lembaga ini dapat berupa pembangunan pabrik utama yang memang berperan sebagai produsen terbesar sepatu kulit dan sepatu asli buatan Cibaduyut. Strategi pemasaran sebaiknya lebih luas lagi jangan hanya dipasarkan di sekitar Kawasan Cibaduyut dan lokasi tertentu tetapi sebaiknya juga dilakukan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi dan media social seperti online shop sehingga produk asli cibaduyut dapat dikenal di seluruh dunia dan hal ini dapat memberikan kontribusi pada pendapatan negara juga. Produk sepatu harus lebih kreatif dan inovatif lagi, dengan brand dan merk asli dari Cibaduyut dan style yang khas dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen serta mampu bersaing dengan produk impor atau brandbrand lain. Pihak Swasta (Pengusaha lain)

Pihak swasta dapat menjadi sumber modal dan sumber keuntungan, dengan bekerjasama dengan pihak swasta akan membuat produk Cibaduyut menjadi lebih berkembang dan tetap eksis, para pengrajin dan pihak swasta sebaiknya saling bekerjasama dalam memasarkan produk sepatu Cibaduyut. DAFTAR PUSTAKA RPJM 2015-2019 Ekonomi Kreatif Departemen Perdagangan Republik Indonesia. “Studi Industri Kreatif Inodonesia 2009” Sugiyantoro. “Revitalisasi Potensi Ekonomi dan Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal Kawasan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut di Kota Bandung”. Thesis. Bandung: SAPPK ITB. Johansyah, Deni. 2013. “Analisis Strategi pengembangan Usaha Pada Industri Sepatu Cibaduyut di Kota Bandung”. Paper. Bandung: Universitas Padjadjaran. Rezqi, Muhammad Gilang. 2014. “Analisis Model Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bidang Sepatu dengan Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas”. Paper. Bandung: Telkom University. Ariyanto Nugroho, Rony. (2014). “Pengrajin: Sepatu Cibaduyut Kerap Ludes Dibeli Warga Malaysia”. Kompas (7 Desember 2014). Najmi H. 2015. “Kapasitas Industri Kecil dan Menengah Alas Kaki dalam Menumbuhkan dan Mendifusikan Inovasi untuk Mendukung Keberlanjutannya sebagai Basis Ekonomi Lokal”. Tugas Akhir. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

32


Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu Tangkuban Parahu harus siap dan sia-ga dalam melakukan pengamanan para pengunjung terhadap bencana yang berpotensi terjadi. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi kesiapan obyek wisata terhadap bencana yang berpotensi terjadi. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terletak di dua kabupaten di mana pintu masuknya terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan area wisata dan kawah Tangkuban Parahunya terletak di Kecamatan Tangkuban Parahu, Kabupaten Subang.

Kesiapan Obyek Wisata Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terhadap Bencana Hansen Sutanto, Ahmad Sodiq El Husaini, Angga Safik Ul Ridwan Contributor : Devina Khoirunisa, Seruni Fauzia Lestari

Kawasan

Bandung Utara (KBU) memiliki jenis dan tingkat bencana yang beragam, di antaranya gem-pa bumi, erupsi, dan tanah longsor. Selain itu KBU semakin menjadi magnet ekonomi yang bertumpu pada sektor wisatanya yang juga menjadikan KBU menjadi konsen-trasi baru kegiatan dan manusia baik bagi penduduk KBU sendiri maupun dari luar KBU. Salah satu tempat wisata favorit yang terdapat pada KBU adalah Taman Wisata Alam (TWA) Gu-nung Tangkuban Parahu. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terletak di

dua kabupaten di mana pintu masuknya terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan area wisata dan kawah Tangkuban Parahunya terletak di Kecamatan Tangkuban Pa-rahu, Kabupaten Subang. TWA Gunung Tangkuban Parahu ter-letak di wilayah yang rentan gerakan tanah menengah hingga tinggi dan dekat dengan sesar lembang salah sa-tu sesar aktif di Pulau Jawa. Menurut pengelolanya, pada saat mu-sim libur jumlah pengunjung di Tang-kuban Parahu dapat mencapai 6000 pengunjung. Banyaknya pengunjung tersebut menyebabkan TWA Gunung

33

Metodologi Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah Mountain Watching yang berfokus pada pemetaan ancaman, kerentanan, dan kapasitas pada obyek penelitian. Analisis Dalam analisis ini, kajian yang dilakukan terhadap bencana gempabumi dan kebakaran. Disamping itu, terdapat pula ancaman bencana kolateral yang dipertimbangan contohnya ancaman pohon tumbang.

Peta Kerentanan Gempabumi Provinsi Jawa Barat

34


Deskripsi Hazard Kawasan Wisata Alam Tangkuban Perahu berlokasi dekat dengan Sesar Lembang yang masih bergerak aktif beberapa cm per tahun. Peneliti menyatakan dalam jangka 50 tahun akan terjadi gempa 6-7 SR disebabkan sesar ini. Kawasan ini juga berada di bawah gunung berapi yang masih aktif sehingga sangat besar kemungkinan terjadi gempa bumi secara tiba-tiba akibat peningkatan aktivitas gunung berapi. Deskripsi Kerentanan Pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu terdapat titik-titik yang memliki kerentanan fisik tinggi terhadap bencana gempa bumi. - Kondisi jalan di pusat pertokoan berbatu dan tidak rata berbahaya untuk evakuasi - Tangga terlalu curam dan kondisi anak tangga yang terlalu tinggi antara satu dengan yang lainya. - Walaupun tidak rentan terhadap longsor, banyak jalur yang rentan terhadap pohon tumbang serta banyak dahan pohon yang panjang dan mengantung di atas jalan.

- Kondisi bangunan pada wilayah Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban masih banyak yang kurang kokoh seperti kondisi pertokoan pada pusat oleh-oleh.

Kerentanan fisik tersebut dapat menim-bulkan kerugian pada pihak pengelola, pengunjung, dan masyarakat yang ber-aktivitas di Kawasan Wisata Alam Gu-nung Tangkuban Perahu.

se-perti pada weekend dan saat hari libur yang berkebalikan dengan penamba-han jumlah pengunjung.

Deskripsi Kapasitas

- Beberapa shelter yang ada di lokasi juga memiliki kondisi yang kurang baik yang hanya terbuat dari material sederhana dan tidak dirawat dengan baik.

Dari segi kapasitas manusia juga masih banyak pengunjung atau penjaga toko yang memiliki tingkat pengetahuan akan mitigasi bencana yang minim se-hingga hal ini meningkatkan risiko jika terjadi gempa bumi. Di sisi lain, terdapat beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk mengu-rangi kerentanan dan dampak yang mungkin dialami akibat gempa bumi. Contohnya, banyak ruang terbuka yang dapat digunakan untuk tempat berkumpul sementara dan menunggu bantuan dan instruksi dari petugas ketika terjadi bencana gempabumi. Pada keadaan terjadi bencana gempa bumi tempat parkir yang ini cukup untuk menampung sekitar 2000 orang untuk menunggu instruksi selanjutnya dari pe-tugas setempat. Namun parkiran ini ju-ga akan berkurang fungsinya jika keadaan tempat wisata sangat ramai

35

Pada gambar di atas juga dapat dilihat terdapat ruang yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung dan pedagang untuk berkumpul sementara ketika terjadi bencana dan menghindari bangunan yang rawan runtuh. Pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu juga terdapat pusat informasi yang siap selalu untuk memberikan informasi atau update kejadian jika terjadi peningkatan aktivitas Gunung Tangkuban Perahu.

Assembly Point

36


Kajian Risiko Tingkat risiko pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu terhadap bencana gempa bumi dapat dilihat dengan membandingkan antara kerentanan dan kapasitas yang dimiliki atau yang sudah tersedia pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu. Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu memiliki tingkat kerentanan terhadap bencana gempa bumi yang cukup tinggi karena jumlah kerentanan lebih tinggi dari pada kapasitasnya. Rendahnya kualitas material bangunan pertokoan yang ada dan kurangnya beberapa fasilitas untuk melakukan evakuasi tentunya menjadi perhatian utama ketika kita melakukan risk assesment. Mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan pembenahan yang bertahap dari aspek yang paling kecil sampai vital. Melalui banyak kegiatan peningkatan kapasitas dan pengontrolan wilayah sekitar guna memastikan semua infrastruktur fisik dan non-fisik berada pada kondisi yang baik saat terjadi bencana gempa bumi.

pusat oleh-oleh tersebut beratapkan ijuk kering, sehingga sangat rentan terhadap api. Selain itu, atapnya pun saling menyambung antar kios, sehingga jika terjadi kebakaran di satu titik akan terus menyebar ke seluruh pasar. Kios yang menempel satu sama lain menyebabkan penjalaran api akan semakin mudah jika terjadi kebakaran. Ditambah lagi, barang-barang yang dijual juga terbuat dari bahan yang mudah terbakar. Hal ini akan mengakibatkan penjalaran api semakin mudah dan dapat menambah kerugian pedagang. Material kios yang terbuat dari kayu juga menjadi penyebab ke-rentanan pusat oleh-oleh di Tangkuban Perahu. Selain itu, banyaknya kios yang berupa warung makan dapat menjadi sumber api dari kompor-kompor yang ada di warung.

Kebakaran Salah satu bagian yang rentan terhadap kebakaran di Kawasan Wisata Alam Tangkuban Perahu berada di pusat oleh-oleh.

37

Di sekitar Pusat Oleh-oleh juga terdapat pepohonan kering yang sangat rentan terbakar. Hal ini meningkatkan kerentanan Pusat Oleh-oleh terhadap bencana kebakaran. Sebagai Pusat Oleh-oleh untuk Kawasan Wisata Alam Tangkuban Perahu, area ini tentunya menjadi salah satu pusat keramaian pengunjung, terutama pada saat peak season. Hal ini menambah kerentanan area ini jika suatu saat terjadi kebakaran, karena sulit untuk evakuasi.

Deskripsi Kapasitas Meskipun terdapat berbagai kerentanan terhadap kebakaran di Pusat Oleh-oleh, namun ada pula berbagai fasilitas yang dapat digunakan untuk mengurangi resiko kerugian terhadap kebakaran. Jalan akses yang berada diantara kios-kios terbilang cukup lebar, sekitar 3-4 meter. Hal ini akan memudahkan saat terjadi keadaan darurat.

Selain itu, ada pula ruang terbuka dan shelter yang dapat digunakan sebagai tempat aman. Lokasinya pun terpisah dari kios-kios. Di samping itu, di lokasi tersebut masih terdengar suara dari pusat informasi sehingga pengunjung dapat mengetahui jika terjadi bencana. Akan tetapi, terkadang suara yang terdengar tidak jelas Ditambah lagi, di area sekitar pusat oleh-oleh tidak ditemukan alat pemadam kebakaran maupun sumber air yang dapat digunakan dengan mudah jika suatu waktu terjadi kebakaran.

38


Kajian Risiko Jika ditinjau dari kondisi fisik dan kelengkapan sarana-prasarana penunjang, area Pusat Oleh-oleh Tangkuban Perahu sangat beresiko terhadap bencana kebakaran. Hal ini karena tingkat kerentanan dan besar bencana yang mungkin terjadi jauh lebih besar dibandingkan kapasitas yang dimiliki. Padatnya pengunjung, terutama saat peak season tidak diikuti dengan kondisi jalan yang mencukupi untuk evakuasi, bahkan tidak dilengkapi dengan penunjuk arah ke lokasi aman. Bukan tidak mungkin jika terjadi kepanikan hingga menyebabkan korban luka yang besar. Selain itu, kerugian semakin diperbesar karena banyaknya barang dagangan yang ditaksir nilainya mencapai ratusan juta rupiah. Ketidaklengkapan sarana dan prasarana penunjang untuk memadamkan api menjadi penyebab tingginya resiko area ini terhadap bencana kebakaran. Rekomendasi

Untuk mengurangi kerentanan yang ada pada Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu perlu ditingkatkan kapasitas yang sudah ada dan melakukan penambahan beberapa infrastruktur yang dapat membantu proses mitigasi ketika terjadi bencana gempa bumi. Hal yang dapat dan perlu untuk dilakukan diantaranya adalah :

1. Membuat evacuation map dan meletakkan pada tempat-tempat tertentu. 2. Menambah signage untuk mengarahkan pengunjung atau masyarakat yang beraktifitas di Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu untuk berkumpul di assembly point yang sudah disediakan jika terjadi gempa bumi. 3. Menambah jumlah pengeras suara dan meletakkanya pada wilayah yang belum terjangkau guna meningkatkan performa early warning system yang sudah ada 4. Meningkatkan kapasitas masyarakat atau pemilik toko serta pedagang di sekitar Kawasan Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu dengan melakukan penyuluhan berkala. 5. Memperbaiki infrstruktur fisik yang masih kurang layak dan berpotensi menjadi penghambat saat evakuasi ketika terjadi bencana gempa bumi. Seperti memperbaiki tangga yang terlalu curam dan berbatu, memperluas jalan dan melarangadanya benda-benda berbahaya yang dipasang di langit-langit jalan diantara pusat perbelanjaan dan lain sebagainya. 6. Dapat dilakukan juga pembatasan penggunaan kendaraan pribadi sampai dengan puncak atau lokasi wisata agar jumlah

39

4. kendaraan yang berada di lokasi dapat di kontrol dan ruang yang ada dapat digunakan sebagai assembly point untuk menghindari kepanikan akibat adanya gempa bumi dan resiko adanya korban luka-luka akibat berdesak-de-sakan. Untuk mengurangi resiko terhadap kebakaran, hal yang dapat dilaku-kan diantaranya: 1. Membangun bangunan yang ta-han api, serta memberikan jarak antar bangunan 2. Menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) untuk setiap kios. 3. Membangun penunjuk arah ke lo-kasi aman, sehingga pengunjung tidak bingung ketika menyela-matkan diri. 4. Memasang repeater untuk mem-perjelas suara dari pusat infor-masi. 5. tangga yang terlalu curam dan berbatu, memperluas jalan dan melarangadanya benda-benda berbahaya yang dipasang di la-ngitlangit jalan diantara pusat perbelanjaan dan lain sebagai-nya. Kesimpulan Bencana yang rentan terjadi dan membahayakan pengunjung di TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah bencana gempabumi dan

kebakaran hutan dan bangunan. Gunung Tangkuban Parahu bertambah rentan seiring dengan penambahan pengunjung terutama pada saat hari libur dan akhir minggu. Ditambah lagi, penambahan pengunjung tersebut dapat menurunkan kapasitas karena akan menghambat sirkulasi jalan dan membuat area potensial seperti parkiran yang dapat digunakan menjadi assembly point akan menjadi penuh terisi dan membuat assembly point semakin terbatas. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kapasitas dan penurunan kerentanan area tersebut terutama dengan penambahan sarana dan prasarana penunjang pengurangan resiko bencana seperti peta evakuasi, signase, pengeras suara atau repeater, peningkatan struktur bangunan, menyediakan sarana pemadam kebakaran, dan memperbaiki akses jalan serta Daftar Pustaka melandaikan tanjakan yang curam. Global Volcanism Program. Tangkubanparahu <http://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn= 263090> Diakses pada 18 Januari 2016 Pikiran Rakyat Online. 25 Desember 2014. Wisatawan Serbu Kawasan Magelang. <http://www.pikiranrakyat.com/wisata/2014/12/25/3098 19/wisatawan-serbu-kawasanlembang> Diakses pada 18 Januari 2016

Shaw, Rajib.,Takeuchi,Yukiko. 2009. Town Watching Handbook for Disaster Education.Kyoto University

40


Hansen Sutanto

Sodiq Elhusaini

Angga SafikUl

41

42


Peran Ikatan Ahli Perencana dalam Menyiapkan Profesi Perencana Utami Purwaningati | Seruni Fauzia L | Wilona Olga

Pendahuluan Munculnya inisiatif negaranegara Asia Tenggara untuk membentuk suatu komunitas ekonomi yang terintegrasi di seluruh kawasan Asia Tenggara, yakni ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), terjadi pada acara ASEAN Summit ke-9 di Bali, 7 Oktober 2003. Deklarasi yang dihasilkan pada acara tersebut, disusul oleh hasil ASEAN Summit ke-12 dan ke-13, melahirkan kesepakatan untuk mengadopsi Cetak Biru MEA yang direncanakan dapat diimplementasi pada akhir tahun 2015. Melalui implementasi cetak biru tersebut, adanya MEA akan mengubah tatanan ASEAN sebagai suatu kawasan regional pasar dan basis produksi internasional yang dinamis dan kompetitif.

Karakteristik kawasan ekonomi terpadu yang diharapkan adalah sebagai berikut. • Adanya suatu pasar dan basis produksi tunggal; • Adanya kawasan ekonomi yang kompetitif; • Adanya suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang signifikan; dan • Adanya suatu kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global; Berdasarkan karakteristik tersebut, tentu implementasi suatu pasar dan basis produksi tunggal di Asia Tenggara akan memberikan dampak dan tantangan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh implementasi pasar dan basis produksi tersebut terhadap distribusi barang dan jasa di ASEAN. Implementasi MEA pada akhir tahun 2015 akan menghasilkan kondisi pergerakan barang, jasa, investasi, modal,

dan tenaga kerja ahli yang bebas antarnegara di Asia Tenggara. Dengan bebasnya pergerakan barang, jasa, investasi, modal serta tenaga kerja ahli tersebut, maka akan menimbulkan persaingan yang tinggi di antara negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara. Untuk dapat bersaing, khususnya untuk tenaga kerja ahli dibutuhkan kemampuan yang telah diakui oleh dunia keprofesian. Bentuk dari pengakuan terhadap kemampuan tenaga kerja ahli dapat berupa sertifikasi profesi. Salah satu profesi yang membutuhkan sertifikasi adalah profesi perencana. Khususnya di Indonesia, terdapat suatu komunitas berbasis profesi yang dapat memfasilitasi anggotanya untuk mendapatkan sertifikasi. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi mengenai peran komunitas perencana di Indonesia dalam memberikan proses sertifikasi Pembahasan Menurut Robert J. Chaskin, lingkup dari komunitas dapat mengacu pada suatu area secara geografis yang dapat dicirikan sebagai satu kesatuan atribut yang terikat dalam satu lokasi secara fisik (batas wilayah, pola

43

demografi, sejarah, atau menjadi bagian atau bekerja dalam suatu organisasi). Selain itu, lingkup komunitas juga mengacu pada atribut sosial atau kesamaan yang dianut dan biasanya digunakan untuk menunjukkan entitas kolektif, terlepas dari kedekatan geografis. Ikatan Ahli Perencana (IAP) dapat dikatakan sebagai komunitas yang berbasis profesi. Dilihat dari kedekatan secara geografis, IAP ini merupakan komunitas yang berdomisili di beberapa daerah di Indonesia contohnya adalah terdapat IAP Jawa Barat dan IAP Jawa Tengah dengan IAP pusat yang terletak di Jakarta. Mengacu pada atribut sosial atau kesamaan, IAP ini merupakan komunitas yang mewadahi para perencana di Indonesia. Ikatan Ahli Perencana (IAP) dibentuk bukan hanya untuk menghimpun para perencana, tetapi juga berperan untuk mendukung anggotanya agar dapat memasuki dan mendapatkan pengakuan dalam dunia profesi perencanaan. Salah satu bentuknya adalah pengakuan yang diberikan oleh IAP (sertifikasi) kepada para anggotanya bahwa mereka adalah profesional di dunia

44


perencanaan, sehingga dapat diterima oleh para pemberi pekerjaan perencanaan. Dalam proses memberikan sertifikasi, IAP akan memberikan pengakuan terhadap jenjang keahlian perencana berdasarkan empat komponen utama, yaitu: 1. pendidikan formal; 2. pengalaman profesional; 3. pendidikan menerus (continual education; dan 4. adanya promotor (certified planners) yang bertindak sebagai ‘guarantor’ kompetensi profesional anggota IAP Perlu juga diketahui, bahwa program sertifikasi yang diberikan oleh IAP ini hanya dapat diikuti oleh para profesional dibidang perencana dengan status sudah menjadi anggota biasa IAP. Menurut Robert J. Chaskin, suatu komunitas memiliki kapasitas yang dapat dikembangkan melalui proses sosial secara informal dan/atau usaha yang telah diatur oleh individu, kelompok/organisasi, dan jaringan sosial yang ada di dalam atau di antaranya. Sampai saat ini, usaha yang dilakukan oleh IAP untuk mendapatkan sertifikasi

perencana adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan dasar. Sertifikat keahlian ini diperlukan perencana profesional untuk dapat mengikuti tender dari pemerintah khususnya untuk pekerjaan dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU), serta tender pekerjaan tata ruang dari pemerintah daerah.

tenaga ahli tersebut. Hal ini dikarenakan pengaruh pergerakan bebas tersebut akan berbeda untuk setiap negara Asia Tenggara akibat perbedaan kemampuan dan kualifikasi setiap tenaga kerja di suatu negara Asia Tenggara dengan kemampuan dan kualifikasi tenaga kerja di negara tetangganya. Dalam mengatasi isu tersebut, dirumuskan suatu kesepakatan antarnegara yang mengatur pergerakan tenaga kerja ahli yang diatur dalam Mutual Recognition Arrangement (MRA). Kesepakatan ini memungkinkan jasa tenaga ahli di suatu negara untuk dikualifikasikan sebagai tenaga ahli yang setara dengan jasa tenaga ahli di negara lainnya. Dengan adanya MRA, pergerakan tenaga ahli bukan menjadi ‘bebas’ sepenuhnya, akan tetapi membantu agar transfer tenaga ahli antarnegara dapat produktif namun tetap aman dan terlindungi.

Pergerakan bebas tenaga kerja ahli di Asia Tenggara, salah satunya perencana, tidak akan hanya dipengaruhi oleh Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), namun juga akan dipengaruhi oleh ASEAN Political & Security Community dan ASEAN Social Cultural Community karena adanya pergerakan bebas tersebut akan terikat pada halhal seperti visa, izin kerja, perlindungan, dan kualifikasi. Adanya keterikatan dengan halhal tersebut mengharuskan adanya suatu acuan regional mengenai perjanjian-perjanjian yang disepakati antarnegara Asia Tenggara agar pergerakan tenaga kerja ahli tersebut dapat berlangsung dengan seaman mungkin.

Sarjana Perencana

Pergerakan tenaga ahli yang bebas antarnegara di Asia Tenggara akan melahirkan suatu isu mengenai apakah negaranegara Asia Tenggara siap dan mampu untuk mengantisipasi tantangan pergerakan bebas

45

Terregistrasi sebagai perencana profesional di negara origin (Registrered Professional Town Planner)

Agar seorang tenaga ahli dapat diakui sebagai kandidat MRA, terdapat beberapa syarat yang dikenakan pada setiap tenaga ahli, yaitu: a. Terakreditasi dan memiliki gelar pendidikan; b. Memiliki sertifikat atau registrasi yang sah untuk melakukan praktik; c. Mempunyai pengalaman praktik yang beragam; d. Memiliki pengembangan karir yang berkelanjutan; dan e. TIdak memiliki sejarah pelanggaran teknis, professional, maupun secara etis. Khususnya terhadap jasa perencana, adanya MRA akan mempengaruhi kinerja yang diharapkan seorang perencana. Berikut adalah penjabaran secara skematis mekanisme untuk mendapatkan kualifikasi perencana yang diakui di ASEAN. Teregistasi sebagai perencana profesional di ASEAN (ASEAN Registered Professional Town Planner

Teregistrasi sebagai perencana profesional di negara tujuan (Registered Foregin Professional Town Planner)

46


Adapun persyaratan untuk dapat teregistrasi sebagai perencana professional di ASEAN, yang diatur oleh ASEAN Town Planners Council (ATPC), adalah: 1. Menyelesaikan pendidikan urban planning yang terakreditasi; 2. Memiliki registrasi atau sertifikasi untuk melakukan praktik urban planning; 3. Memiliki pengalaman kerja professional; 4. Mengacu pada Continuing Professional Development (CPD); dan 5. Memiliki sertifikasi dari Professional Regulatory Authority (PRA).

ATPC merupakan suatu badan ASEAN yang terdiri dari representatif dari masing-masing Monitoring Committee tiap negara Asia Tenggara yang bertujuan untuk memenuhi fungsifungsi berikut: 1. Memfasilitasi pengembangan dan perbaikan; 2. Mempromosikan keberterimaan ASEAN Registered Professional Town Planners (ARPTPs) di setiap negara; 3. Mengembangkan, memonitor, dan memperbaiki serta mempromosikan standarstandar dan kriteria untuk melakukan praktik perencana; 4. Mengembangkan strategi untuk membantu pemerintah dan badan sertifikasi di setiap negara untuk mengurangi hambatan dalam melakukan proses sertifikasi perencana; 5. Mendukung pemerintah untuk mengimplementasikan prosedur yang efektif dan efisien dalam memberikan sertifikasi untuk melakukan praktik ARPTPs; 6. Mengidentifikasi dan mendukung praktik terbaik untuk melakukan evaluasi sertifikasi perencana professional; dan 7. Senantiasa melakukan pengawasan.

47

Dapat dilihat bahwa terdapat suatu proses dan prosedur yang ekstensif untuk memperoleh dan menjamin sertifikasi seorang perencana professional di ranah ASEAN. Adapun hal tersebut bertujuan agar adanya tenaga ahli perencana yang kompeten yang tersebar di seluruh kawasan ASEAN serta kemampuannya terlindungi dari ancaman baik terhadap status ketenagakerjaan di negara yang menerima jasa professional tersebut maupun ancaman terhadap kinerja jasa professional itu sendiri. Adanya proses dan prosedur sertifikasi internasional inipun menandakan peran yang lebih penting bagi perencana Indonesia khususnya.

48


Sebagai organisasi profesi perencana terbesar di kawasan Asia Tenggara, IAP memiliki positioning power dan peran yang besar dalam memastikan jasa perencana Indonesia dapat terlindungi di pasar kerja internasional melalui sertifikasi nasional dan implementasi MRA. Meski demikian, perjanjian standar antarnegara untuk pergerakan tenaga ahli yang bebas di kawasan Asia Tenggara masih pada tahap diskusi awal antara organisasi-organisasi profesi perencana di Asia Tenggara. Salah satu masalah yang muncul dalam menyusun dan mengimplementasikan MRA untuk profesi perencana adalah perbedaan perencanaan di masing-masing negara di Asia Tenggara. Bahkan di dalam konteks satu negara sekalipun, penyusunan rencana pembangunan dan implementasinya tentu akan berbeda untuk setiap bagian negara tersebut. Kini, perbedaan objek perencanaan tidak lagi hanya mempertimbangkan perbedaan karakteristik wilayah, namun konteksnya menjadi jauh lebih luas pada ranah aspasial, yakni bagaimana wilayah tersebut dikelola oleh pemerintahan setempat dan juga dipengaruhi oleh sistem pemerintahan negara terkait.

Dalam konteks ASEAN, sistem pemerintahan yang dianut oleh setiap negara berbedabeda sehingga penyusunan rencana dan implementasi rencana tata ruang negaranegara di ASEAN akan berbeda pula. Seperti halnya Malaysia yang merupakan suatu negara federasi dengan pemerintahan monarki konsitusional, administrasi pemerintahan negara Malaysia dibagi menjadi pemerintah federal, negara bagian, dan lokal. Terlebih dengan adanya implementasi konsep desentralisasi di Malaysia, pembagian administrasi ini mempengaruhi framework pembangunan di Malaysia baik secara spasial maupun aspasial. Hal ini dapat terlihat melalui penyusunan dokumendokumen perencanaan yang mencakup tingkat pelayanan yang berbeda pula. Selain perbedaan secara administratif, pengaruh ideologi dan prinsip-prinsip negara yang dianut pun dapat berpengaruh terhadap perencanaan dan implementasi pembangunan. Dalam perundang-undangan di Indonesia, khususnya dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria, secara jelas dinyatakan seperti berikut.

“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional

�

Berdasarkan kutipan undang-undang tersebut, dapat disimpulkan bahwa kekayaan alam yang terdapat di bumi, air, dan ruang angkasa diserahkan kewenangannya kepada Indonesia untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan basis perundangan tersebut, akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana kekayaan alam Indonesia dikelola dan dimanfaatkan untuk rakyat. Dengan demikian, perencanaan tata ruang Indonesia pun akan berbeda dengan perencanaan tata ruang negara lain. Mengingat pengaruh AEC terhadap perekonomian regional di Asia Tenggara, kondisi perencanaan yang berbeda-beda tiap negara ini akan sangat mempengaruhi tenaga kerja ahli perencana yang akan menjadi bagian dari pasar bebas AEC.

49

50


Suatu kota yang memiliki daya tarik salah satunya disebabkan oleh citra dari kota tersebut. Citra kota merupakan gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi dan karakteristik sebuah kota. Penduduk maupun pengunjung kota akan mengumpulkan informasi visual yang pada umumnya berupa lingkungan fisik menjadi memori dan membentuk citra dari pandangan penduduk maupun pengunjung. Markus Zahnd (1999) mengungkapkan bahwa citra kota juga dapat dimaknai sebagai gambaran mental sebuah kota yang sesuai dengan rata-rata pandangan masyarakat.

CITRA KOTA BERDASARKAN FOTO YANG DIUNGGAH MELALUI MEDIA SOSIAL L. K Wijayanti | Muhajah Babny M | Harsyah Karisma Hanif

Citra kota menurut Lynch (1960) harus memiliki komponen identitas, struktur, dan makna. Ia membaginya ke dalam komponen berupa landmark, jalur (path), kawasan (district), simpul (nodes), dan batas atau tepian (edge). Pentingnya citra kota adalah embentuk identitas kota tersebut yang mampu dimanfaatkan sebagai daya tarik sehingga kota memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan dengan kota lainnya.

51

Citra Kota dapat diidentifikasi melalui data web-based location service yang diaplikasikan ke dalam jaringan sosial, seperti foursquare, instagram, flickr, panoramio, dan lainnya. Dalam penelitian ini akan dimanfaatkan data yang diunggah oleh masyarakat dan dapat diakses secara gratis (big data) untuk mengumpulkan informasi dalam mengidentifikasi citra beberapa kota di Indonesia. Data yang digunakan adalah foto-foto yang telah diunggah ke media sosial dan telah dilakukan geotagging. Sehingga, foto-foto tersebut dapat diketahui letaknya di dalam peta. Data tersebut diambil dari laman Panoramic (www.panoramio.com/). Panomario merupakan produk Google yang berfungsi untuk menyimpan fotofoto secara permananen. Selain itu foto yang disimpan ini harus menyertai lokasi pengambilan foto untuk memudahkan pencarian foto oleh orang lain di daerah terkait.

52


Kota Bandung Kota Bandung yang selama ini digambarkan sebagai Kota Fashion ternyata memiliki citra yang berbeda berdasarkan foto yang diunggah di laman Panoramio. Foto-foto tersebut didominasi oleh gambaran fisik Kota Bandung antara lain adalah pusat perbelanjaan, bangunan bersejarah, sarana dan prasarana, objek wisata alam, dan bangunan tenggeran (landmark) yaitu gedung sate dan Institut Teknologi Bandung. Beberapa foto popular dari Kota Bandung yang diunggah antara lain:

53

54


Makkklanghhhhhhhh Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur yang berbatasan dengan dan kota terbesar kedua setelah Kota Jakarta dari segi populasi penduduknya. Banyak hal yang dapat mencirikan kota ini, kota pahlawan, gedung pencakar langit, dan sebagainya.

Jika dilihat dari lokasi pengambilan gambar, foto-foto tersebut kebanyakan berlokasi di pusat kota seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini yang lokasinya berada di Jalan Tunjungan, Kawasan Kebun Binatang Surabaya.

Kali ini akan dibahas citra kota surabaya berdasarkan foto yang diunggah oleh pengguna situs panoramio.com. Dengan menggunakan situs tersebut akan diidentifikasi citra Kota Surabaya yang terbentuk secara visual. Pada umumnya foto-foto yang diunggah di situs tersebut yang berada di Kota Surabaya berupa foto bangunan bersejarah, pusat rekreasi, panorama alam, taman, dan landmark Kota Surabaya. Seperti yang terlihat pada klasifikasi tempat pengambilan gambar terpopuler yaitu Patung Ikon Surabaya, Tugu Pahlawan, Gedung Juang 45, Jembatan Suramadu, Jembatan Merah, Bandara Udara Juanda, Royal Surabaya Mall, Pantai Kenjeran, Pakuwon City, Taman Bungkol, dan sebagainya.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa citra Kota Surabaya dibentuk oleh elemen Paths, Edges, Districts, Nodes dan Landmark yang tergambarkan oleh, taman, bangunan bersejarah, mall, pantai, yang mayoritasnya berupa fisik atau infrastruktur kota. Seiring bertambahnya waktu citra Kota Surabaya juga kian bertambah, dulunya kota ini dikenal dengan Kota Pahlawan yang ditandai oleh banyaknya bangunan bersejarah dan kisah-kisah kepahlawanan yang berasal dari kota ini. Namun sekarang ini Kota Surabaya telah bertransformasi menjadi kota yang modern.

55

56


Kota Malang Kota Malang adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Kota Malang dikenal dengan nama “Parijs van OostJava” atau “Zwitserland van Java”. Terletak di dataran tinggi bersama dengan Kota Batu dan Kabupaten Malang, merupakan bagian dari Malang Raya. Kawasan ini dikenal sebagai salah satu tujuan destinasi wisata yang cukup terkenal di Indonesia dikarenakan potensi alam yang dimilikinya, pemandangan alam yang indah, serta suasana yang sejuk dan asri. Selain itu, Kota Malang juga memiliki bangunan-bangunan kuno peninggalan zaman Belanda. Pada masa globalisasi dan juga desentralisasi seperti sekarang, upaya dalam rangka

pembangunan berbagai bidang dan sektor digiatkan sebagai langkah awal membangun citra, posisi, dan peran Kota Malang. Upaya tersebut terangkum dalam “Tri Bina Cita” yang berfokus dalam pembentukan Kota Malang sebagai kota pendidikan, kota industri, dan kota pariwisata. Kota Malang sebagai kota pariwisata pada masa globalisasi seperti sekarang ini, harus memiliki identitas dan citra yang khas untuk dapat bersaing. Salah satu upaya yang populer dilakukan pada masa sekarang ialah melalui city branding atau pembentukan citra kota dengan menampilkan suatu gambaran ciri khas Kota Malang. Dalam penelitian kali ini, digunakan media panoramio sebagai alat/tools dalam mengidentifikasi citra Kota Malang melalui foto yang diunggah.

Dilihat dari distribusinya, foto-foto yang diunggah mayoritas tersebar di pusat kota, yakni di sekitar alunalun dan di sepanjang jalan-jalan utama Kota Malang. Hal tersebut dikarenakan Kota Malang merupakan salah satu kota yang identik dengan kawasan bersejarahnya, khususnya bangunan-bangunan kuno peninggalan zaman Belanda. Potensi sejarah yang tinggi merupakan elemen penting dalam pembentukan citra kota. Tidak hanya bangunan-bangunan bersejarah saja, namun juga berbagai bangunan unik lainnya yang dapat dijumpai di Kota Malang. Berdasarkan foto-foto populer yang diunggah ke situs panoramio.com tersebut, citra Kota Malang sebagai kota wisata dengan berbagai bangunan bersejarah dan unik pun terlihat jelas.

57

58


Juara 2 Penghargaan Karya Terbaik Studio Perencanaan Tata Ruang 2015 Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia

59


60


61

62


63

64


KARYA TERINOVATIF Pekan Inovasi Mahasiswa Pertanian Indonesia 2015 Integrasi Sektor Pertanian Menuju Indonesia Emas 2045 65

66


67

68


69

70


poin penting dalam strateginya adalah pengadaan blok/jalan yang menghubungkan kawasan permukiman dan kawasan pertokoan, kawasan rekreasi dan kawasan perkantoran dengan jarak dekat. Artinya masyarakat dapat menuju tujuan ke suatu tempat dengan cepat dan dapat berjalan kaki. Program inilah yang kemudian terkenal dengan istilah “Jane’s Walk”.

JANE JACOBS

Jane Jacobs, OC, O. Ont adalah seorang berkebangsaan Amerika. Dia terkenal karena kritiknya yang kuat akan kebijakan-kebijakan pembaharuan urban tahun 1950an di Amerika Serikat. Bersama dengan karya terkenalnya, Jacobs dikenal mengatur upaya untuk menghalangi pembaharuan proyek perkotaan yang akan menghancurkan lingkungan setempat. Dia berperan penting dalam pembatalan Lower Manhattan Expressway, dan setelah pindah ke Kanada pada tahun 1968, beliau juga berpengaruh dalam pembatalan Spadina Expressway dan jaringan terkait di bawah konstruksi jalan

raya. Jane Jacobs menghabiskan hidupnya mempelajari kota. Beliau menuliskan kekecewaannya terhadap perencanaan Kota Amerika yang beliau anggap tidak benar, yaitu terjadinya berbagai masalah transportasi. Bukunya “The Death and Life of Great American Cities :Kematian dan Kehidupan Kota Besar Amerika” adalah satu-satunya buku yang paling berpengaruh tentang perencanaan perkotaan. Dibaca luas oleh perencana professional dan masyarakat umum, buku ini menyajikan kritik yang kuat terhadap kebijakan pembaharuan urban tahun 1950an. Inti dari kritiknya adalah

“Cities have the capability of providing something for everybody, only because, and only when, they are created by everybody.” mempertanyakan apakah tujuan pembangunan kota adalah untuk ― Jane Jacobs mengutamakan penduduk atau alat transportasi. Menurut beliau, pembangunan kota untuk keberadaan alat transportasi adalah tujuan yang dapat menghancurkan dan menciptakan penduduk perkotaan yang terisolasi. Jacobs pun menganjurkan strategi perencanaan yang mengutamakan pada keragaman fasilitas-fasilitas yang terdapat pada kota di Amerika Serikat sehingga penduduk di dalam kota tersebut tetap merasa nyaman berada di dalam kotanya sendiri. Salah satu

71

Penulis: Khairani Mardiah

72


HMP PL ITB 2016


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.