THE PLANNERS
i
ii
untaian kata. Assalamu’alaykum Wr Wb Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena hingga hari ini kita semua masih diberikan nikmat untuk berkumpul dan memberikan manfaat di wadah yang sama - sama kita cintai. Bukan hanya berkumpul, tetapi menghasilkan sesuatu atas pemikiran bersama. Karena sebuah karya tidak lahir tanpa usaha, melainkan hadir atas komitmen dari semua pihak yang mengusahakannya. The Planners merupakan salah satu karya nyata dalam rangka menyebarkan keilmuan planologi bagi siapapun yang membacanya. Sebuah awal bagi kita semua untuk membuka wawasan dan memupuk kegelisahan agar nantinya tercipta suatu kesadaran kolektif untuk dapat bergerak bersama demi suatu perubahan. Berawal dari kegelisahan tentang kesenjangan wilayah di negara kita, memicu sebuah fenomena yang seringkali membuat kita dilema. Gencarnya pembangunan tiang-tiang
pencakar langit hadir bersamaan dengan maraknya daerah-daerah pinggir dan tertinggal. Semua itu adalah tantangan kita di masa depan yang harus sejak dini kita ketahui. Untuk itu pada edisi kali ini, The Planners mengangkat tema pembangunan desa dan daerah tertinggal, yang harus menjadi sorotan utama kita saat ini. Saya berharap seiring berjalannya waktu, HMP senantiasa hadir menjadi wadah yang selalu bisa menampung hasrat berkarya anggotanya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Semoga meresap dan memantik semangat. Karena karya yang berhasil bukan saat dilahirkan, tetapi ketika ia berhasil memicu kita untuk berkembang dan dikembangkan. Sederhana, tapi semoga bermakna, kontribusi sejatinya berawal dari hal terdekat, untuk tersebar hingga menebar manfaat. Jayalah selalu, Pangripta Loka. HMP! HMP! HMP!
Muhammad Danar Pradono KETUA HMP PANGRIPTA LOKA ITB 2018/2019
THE PLANNERS
1
1 2 3 4 6
untaian kata daftar isi editorial redaksi tentang
Daftar isi// 2 hal
anjak 8 latar belakang 10 penurunan isu
embara 12 14 16 17 19
pendahuluan planning organizing actuating controlling
labuh 22 pendapat ahli 23 ulasan 25 simpulan
karya warga 26 30 31 34 2
galeri fotografi bait bait sajak artikel prestasi
editorial. HUDA ISTIQOMAH
“Rural development is one of the most reliable and potent forces for poverty reduction and broad-based social economic development� International Fund for Agricultural Development in Rural Development Report 2016
Belakangan ini pembangunan desa menjadi topik hangat diperbincangkan. Terlebih lagi pemerintah telah memberikan perhatian pada desa melalui program Nawa Cita. Pembangunan desa diperlukan tidak hanya untuk kesejahteraan masyarakat desa tersebut, namun juga dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Salah satu upaya membangun desa yang maju adalah dengan pengoptimalan usaha agrikultur. Desa Cisondari merupakan satu dari banyak desa yang mengalami kenaikan ekonomi dan taraf hidup dengan mengandalkan potensi agrikulturnya. Tentu dalam proses pembangunan Desa Cisondari melalui usaha agrikultur ini dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat itu sendiri. Lantas yang menjadi pertanyaan adalah
bagaimana semua pihak mengambil perannya masing-masing pada pelaksanaan pembangunan desa. Majalah The Planners edisi kali ini menyuguhi ulasan hasil riset pembangunan desa khususnya dalam usaha pengoptimalan agrikultur di Desa Cisondari. Selain itu terdapat tajuk tentang keilmuan perencanaan wilayah kota. The Planners merupakan majalah riset HMP PL ITB yang hadir di tengah masyarakat dengan maksud memperkenalkan keilmuan perencanaan wilayah kota serta memantik kesadaran akan isu-isu terkait planologi yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Selamat membaca! THE PLANNERS
3
redaksi 2 hal
4
redaksi 2 hal
THE PLANNERS
5
tentang planologi, hmp & wika.
K HMP dalam angka
1
Program Studi Planologi pertama di Indonesia
59 Usia HMP. Berdiri pada 21 September ‘59
2005 Pecah dari FTSP menjadi SAPPK
Logo HMP PL ITB
6
SEKILAS | oleh NABILA FISRA
ebutuhan ruang di bumi tidak akan pernah bertambah, namun di sisi lain populasi manusia akan terus meningkat. Pentingnya penataan dan pengelolaan ruang yang baik mutlak diperlukan demi menjamin keberlanjutan alam serta penghidupan manusia. Ilmu yang dapat secara khusus memberikan pemahaman mengenai perencanaan dan pengelolaan ruang beserta segala sumber daya di dalamnya ialah ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota, atau yang dahulu popular dengan sebutan Planologi. Secara garis besar, ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) mempelajari seluruh unsur kota dan wilayah, baik dari aspek spasial maupun aspasial. Ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota merupakan ilmu yang bersifat multidisiplin. Kajian yang tercakup di dalam keilmuan PWK sangat luas, seperti ilmu sosial, ekonomi, hukum, dan lingkungan. Sesuai dengan namanya, “Perencanaan”, jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota diharapkan dapat menghasilkan perencana-perencana cakap yang mampu menjawab tantangan untuk menciptakan dan menata kota-kota serta wilayah agar layak dan nyaman serta dapat memenuhi kebutuhan penghuninya. Untuk itu, calon perencana masa depan perlu dibekali untuk memiliki pengetahuan yang luas, tidak hanya secara teori (hardskill) namun juga kaya akan pengalaman (softskill) sehingga mereka akan mampu membaca dunia
nyata dan merencanakannya dengan tepat dan bertanggungjawab. Himpunan Mahasiswa Plaologi Pangripta Loka (HMP PL) ITB merupakan organisasi kemahasiswaan yang beranggotakan mahasiswa tingkat sarjana jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Organisasi ini mewadahi anggotanya untuk dapat mengeksplorasi minat, bakat, serta softskill yang diperlukan dalam rangka melatih dan mengembangkan diri sebagai calon perencana di masa depan. Pada periode kepengurusan tahun ini, HMP PL ITB mengangkat tema besar Pembangunan Desa dan Daerah Pinggiran. Demi mewujudkan visi tersebut dan diiringi dengan semangat keilmuan PWK, dibentuklah Divisi Wahana dan Inkubasi Karya melalui Bidang Keilmuan yang berperan sebagai fasilitator bagi anggota HMP PL ITB dalam menciptakan karya-karya sebagai salah satu bentuk manifestasi dari pembelajaran yang diperoleh selama masa pendidikan sarjana. Misi utama yang dibawa dalam Divisi Wahana dan Inkubasi Karya adalah memfasilitasi anggota HMP PL ITB dalam mewujudkan karya di bidang keilmuan planologi. Sebagai bentuk nyata perwujudkan karya tersebut, tahun ini kami melaksanakan suatu riset di bawah nauangan tema besar perencanaan pembangunan perdesaan dan mengusung topik “Pembangunan Desa dalam Menunjang Ekonomi Kerakyatan”. []
anjak, anjak /an·jak/ v, beranjak /ber·an·jak/ v 1 berpindah (sedikit); beringsut; bergerak: setapak ia tidak akan ~; 2 ki meningkat: anak-anak itu sudah ~ dewasa;
THE PLANNERS
7
latar belakang. | NABILA FISRA
DALAM menyukseskan Sustainable Goals Development, maka pembangunan dari pinggiran harus segera diimplementasikan. Desa adalah salah satu entitas yang ada untuk dapat dikaji secara saksama untuk pembangunannya secara spesifik. Setiap desa memiliki karakter unik dan menarik untuk didalami sebagai unsur kewilayahan. Kajian terhadap pembangunan desa pun penting dilakukan agar terdapat sinergitas pengembangan pembangunan yang lebih seimbang. Implementasi terhadap pembangunan desa akan memiliki dampak yang sangat berarti baik untuk sumber daya manusia ataupun alamnya. Setiap desa tentu memiliki komponen-komponen pembentuknya mulai dari atas hingga bawah, dari akar hingga ranting-rantingnya. Komponen-komponen tersebut saling bersinergi membentuk suatu kesatuan yang utuh. Dari sekian komponen tersebut terdapat elemen fundamental berupa kelembagaan desa yang ingin difokuskan pada riset kali ini. Kelembagaan menjadi penting mengingat setiap regulasi dan penganggaran berpusat di sektor tersebut. Adapun tiap rencana akan menjadi matang apabila 8
Dok: Manik Pramdani
RUHKHIS MUHTADIN editor
unsur kelembagaan sangat menunjang. Dalam perjalanannya, unsur kelembagaan akan diselaraskan dengan peluang dan tantangan tiap desa agar menjadi optimal. Dari sekian banyak desa yang ada di Indonesia, terdapat suatu desa dengan kajian dokumen rencana yang kuat mengenai agroindustrinya, yaitu Desa Cisondari. Pada pengembangan sektornya yang difokuskan adalah sebagai sistem penyangga perkotaan dan satelit kota utama. Telah banyak industri kreatif yang tumbuh di seantero desa ini sekaligus riset-riset yang telah dilakukan oleh berbagai kalangan untuk kajian terkait perekonomian di desa. Hal tersebut semakin menguatkan hati kami sebagai peneliti untuk ingin mendalami isu yang menguak di desa tersebut dan diharapkan dapat menjadi bahan bacaan yang hangat untuk para pembaca sekalian. Desa Cisondari, merupakan suatu desa yang memiliki isu agroindustri yang baik untuk sektor unggulannya. Hal tersebut ditunjukkan oleh berbagai potensi dan semangat agroindustri yang telah tersebar ke seluruh penjuru desa. Tetapi hal tersebut ingin diuji kembali lewat beberapa analisis
Agroindustri akan menjadi pemain penting dalam pembangunan desa di masa yang akan datang
kelembagaan yang melekat di desa baik dari pemerintah, masyarakat maupun privat. Dengan adanya analisis tersebut tentu akan terlihat pola hubungan dan gambaran bagaimana aspek kelembagaan terintegrasi dengan sektor agroindustri yang ada di Desa Cisondari. Analisis terhadap kelembagaan desa akan berdampak pada pengintegrasian informasi yang lebih akurat untuk dapat direfleksikan pada desa-desa yang lain. Selain deskripsi informasi, juga dapat dilakukan pemindaian informasi yang lebih komprehensif pada sektor-sektor yang lain, mengingat kelembagaan masih bersifat umum. Pada kasus Desa Cisondari dapat ditinjau beberapa komponen dalam sektor kelembagaan, seperti planning, organizing, activity, dan control. Pendekatan yang diterapkan berupa analisis deskriptif dan eksploratif. Adapun tim riset melakuan penelitian dengan dasar keingintahuan yang tinggi serta rasa keilmuan yang tinggi yang didalami oleh keilmuan yang telah didapatkan saat perkuliahan dan ingin dibenturkan dengan realitas nyata di lapangan. Dari kegiatan penelitian ini justru diharapkan akan muncul banyak ide menarik dan alternatif solusi untuk menyikapi isu-isu perdesaan terkini dalam upaya mewujudkan jalan pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya diharapkan oleh Indonesia tetapi juga dunia. Maka dari itu penelitian ini juga bertujuan untuk memantik keingintahuan para pembaca sekalian untuk dapat menjadi insan akademis yang bijak dalam bersikap dan memiliki kesadaran yang tinggi akan isu sekitar. Desa yang berkelanjutan akan berdampak pada kawasan yang berdikari dan layak dikembangkan lebih lanjut. Maka dari itu, mulailah bekerja sama, bekerja membangun desa.
cakupan wilayah
Kab. Bandung
Desa Cisondari Dusun Gambung Pangkalan
N
Profil Luas Wilayah Elevasi Suhu rata-rata Jumlah Penduduk
2,204 Ha 1000-1200 mdpl 18-28°C 13.637 jiwa
Ruang lingkup wilayah pada penelitian kali ini adalah di Desa Cisondari dengan lokasi utama penelitian di Dusun IV. Dusun yang biasa disebut dengan Dusun Gambung Pangkalan ini dipilih menjadi lokasi utama penelitian karena dinilai mewakili karakteristik wilayah desa yang mendukung, baik dari sisi kelembagaan desa dan dusun maupun dari aspek kegiatan perekonomian masyarakat setempat yang mencirikan kekhasan Desa Cisondari sehingga mendukung kebutuhan data dan informasi penelitian.
THE PLANNERS
9
prolog
penurunan isu. FITRAH RAMADHAN
DESA secara perlahan telah menjadi entitas penting dalam pembangunan Indonesia saat ini. Semenjak munculnya asas Rekognisi dan Subsidiaritas yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa menjadi daerah otonom yang memiliki hak penuh untuk mengelola potensi desa masing-masing tanpa ada intervensi berarti dari lembaga di atasnya. Hal ini dibuktikan dengan dianggarkannya “Dana Desa” yang diturunkan dari pusat, pembentukan kelembagaan otonom desa, sampai dengan diperlukannya pembentukan “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa” dengan upaya mewujudkan desa yang mandiri. Namun, “fasilitas mewah” yang diberikan kepada desa ini bukan tanpa permasalahan. Secara eksisting, kapasitas kelembagaan desa yang berbeda-beda dari satu desa dengan desa yang lain memunculkan pertanyaan “Apakah kebijakan otonom ini
10
mampu berjalan secara efisien di setiap desa di Indonesia?” yang berujung kepada pertanyaan utama yakni “Apakah kebijakan desa ini telah efisien dilaksanakan?”. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan spesifik yang perlu dijawab secara kontekstual, tergantung kondisi desa masing-masing yang pada hakikatnya memiliki potensi dan permasalahannya masing-masing. Desa Cisondari, Kabupaten Ban-dung, merupakan salah satu desa yang memiliki potensi perekonomian cukup tinggi dibandingkan desa lainnya. Semenjak adanya UU Desa ini, Desa Cisondari dirancang sebagai pusat pengembangan agroindustri (industri yang berfokus kepada pengolahan bahan baku pertanian lokal) dengan mengandalkan partisipasi setiap stakeholder, salah satunya pemerintah desa itu sendiri. Lalu, sudah sejauh apa pengembangan desa ini berjalan? Seberapa efisienkah pengembangan desa ini dilaksanakan jika ditinjau dari tahap perencanaan, pengorganisasian, aktualisasi, sampai tahap kontrol?
embara, embara /em·ba·ra/, mengembara /meng·em·ba·ra/ v 1 pergi ke mana-mana tanpa tujuan dan tempat tinggal tertentu: setelah beberapa lama ~ di dunia Barat, kini ia kembali ke Indonesia;
THE PLANNERS
11
oleh TIARA MAGHFIRAH
pendahuluan. 12
PERAN kelembagaan desa dalam pengembangan sektor agroindustri di Desa Cisondari sangatlah menentukan kualitas keberjalanan program pada sektor tersebut. Kelembagaanlah yang mendukung keberlanjutan pertanian dalam rangka pengembangan perekonomian di desa. kelembagaan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pembangunan pertanian yang dijadikan alat untuk menjalankan sebuah program dalam pengembangan sektor agroindustri di Desa Cisondari. Demi menjalankan fungsi dari kelembagaan tersebut, bukan hanya kemampuan merumuskan visi dan misi yang diperlukan, tetapi juga sebuah kemampuan dalam mengatur pelaksanaan untuk mencapai tujuan dari kelembagaan itu sendiri, atau yang biasa dikenal dengan istilah “manajemen�. Kemampuan manajerialisasi sangat diperlukan dalam suatu lembaga agar dapat mengatur potensi yang ada secara efektif dan efisien demi mencapai suatu tujuan. Begitupun dengan kelembagaan di Desa Cisondari yang memerlukan kemampuan dalam hal manajemen agar mampu mengembangan sektor agroindustri Desa Cisondari dengan lebih baik. Oleh karena itu, tim riset melakukan analisis terhadap kelembagaan Desa Cisondari pada sektor agroindustri dengan menggunakan fungsi manajemen pada kelembagaan
tersebut. Ada banyak fungsi manajemen yang dikenalkan oleh para ahli manajemen. Namun, seorang ahli yang bernama George R. Terry telah menyederhanakannyaa dan sistem ini bersifat menyeluruh yakni POAC (Planning, Organizing, Activity & Controlling). MENGAPA POAC ? POAC merupakan fungsi manajemen yang bersifat universal sehingga dapat digunakan untuk menganalisis kelembagan pada sektor agroindustri. POAC juga meliputi secara keseluruhan proses manajemen dari kelembagan. 4 fungsi manajemen tersebut yaitu planning, organizing, actuating dan controlling dalam sistem manajemen tidak berjalan linear namun spiral, sehingga kelembagaan akan terus menerus bergerak dan tidak berhenti pada satu tahap. Singkatnya, siklus manajemen yang dilakukan oleh suatu kelembagan adalah merencanakan, mengorganisasikan sumber daya yang ada, melaksanakan kegiatan program yang telah direncanakan dan melakukan pengawasan terhadap keberjalanan program. Pada proses pengawasan akan dilakukan evaluasi untuk mendapatkan feedback agar dijadikan dasar perencanaan yang selanjutnya atau untuk evaluasi kembali. Demikian seterusnya sehingga kegiatan fungsi manajemen tersebut merupakan suatu siklus spiral.
apa itu POAC?
planning
Merencanakan merupakan langkah awal dalam mengatur tujuan dan mencari cara bagaimana mencapai tujuan tersebut. Membuat keputusan umumnya menjadi bagian dari perencanaan dengan upaya memanfaatkan sumber daya yang ada dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien.
organizing
Proses menggabungkan seluruh potensi yang ada dan mengorganisasikan (staffing) untuk bekerja menjalankan program secara bersamasama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
actuating
Proses melaksanakan program atau impelementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program.
controlling
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi dan program maka selain diperlukan pengendalian program, juga diperlukan pengontrolan atau pengawasan sehingga dapat dilakukan koreksi dan penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan lingkungan sekitar, lalu dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan hasil evaluasi tersebut dijadikan dasar perencanaan yang selanjutnya.
THE PLANNERS
13
analisis planning
perencanaan partisipatif: ketika masyarakat enggan berpartisipasi. IQBAL HAKIM GANNA YOSUA
“By failing to prepare, you are preparing to fail� Benjamin Franklin
14
PERENCANAAN adalah tahapan konseptualisasi dan persiapan semua kebutuhan untuk program yang akan dilakukan. Setiap kegiatan selalu didahului oleh tahapan perencanaan. Tanpa rencana yang matang dan menyeluruh, tidak mungkin kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Perencanaan pada tingkat desa diselenggarakan mengacu pada dua dokumen yaitu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana Kegiatan Prioritas (RKP). Desa memiliki suatu rencana pembangunan lima tahunan yang disebut RPJMDes, berisikan fokus tema pembangunan sebagai landasan perumusan rencana kegiatan tahunan, atau RKP. Dokumen ini akan menjadi landasan program-program yang akan diselenggarakan di desa. Rencana pembangunan lima tahun dan tahunan tersebut disusun berdasarkan suatu mekanisme partisipatif, di mna masukan, usulan, dan keinginan warga desa terhadap pembangunan di desanya dijaring melalui musyawarah mulai dari tingkat Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan dusun. Selanjutnya, tokoh masyarakat berkumpul dan mengajukan usulan aktivitas atau program ke pengurus RT, ketua RT akan menghimpun seluruh usul tersebut dan diajukan kepada RW. Ketua RW akan menghimpun usulan dari seluruh ketua RT dan menghimpun usulan-usulan tersebut sehingga dapat diajukan ke tingkat musyawarah dusun. Dari musyawarah dusun yang diadakan, berbagai usulan disaring kembali di dalam musyawarah desa, kemudian menjadi input pada Musrenbang tingkat daerah. Proses perencanaan yang dilakukan bersifat partisipatif dengan menghimpun seluruh tokoh masyarakat, pemerintahan, dan lembaga pihak ketiga bertujuan untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan. Dengan proses ini diharapkan seluruh unsur masyarakat dan pemerintahan dapat memiliki andil dalam merumuskan program dan aktivitas yang akan dilaksanakan. Pengikutsertaan elemen masyarakat dan pemerintahan sangat penting untuk menciptakan rencana yang menguntungkan segala
pihak. Selain itu, diharapkan pula masyarakat lokal akan menerima dan menjalankan rencana yang ada karena mereka memiliki “stake” dan “say” dalam rencana tersebut. Namun, menjalankan suatu perencanaan partisipatif ternyata jauh lebih susah dari yang kita bayangkan. Banyak sekali masalah yang berkenaan dengan hubungan manusia dan teknis lapangan yang terjadi di dalam prosesnya. Apatisme dan interaksi menjadi dua masalah utama yang menghambat perumusan kebijakan, tidak terkecuali di Desa Cisondari. Masyarakat Desa Cisondari sangat vokal dalam menyuarakan pendapatnya berkaitan dengan berbagai masalah, mulai dari kualitas jalan yang buruk, saluran irigasi yang mampet, hingga subsidi pertanian yang tak kunjung datang. Namun, ketika persoalan tersebut diangkat ke meja bundar untuk dirundingkan,
mereka kerap kali absen dan cenderung enggan berurusan dengan birokrasi pemerintahan. Hal ini menyebabkan para wakil pemerintahan di tingkat desa yaitu kepala desa, kepala dusun, ketua RW, dan ketua RT kesulitan untuk menjaring informasi secara akurat mengenai suatu hal yang dianggap bermasalah. “Bagaimana bisa tahu masalahnya kalau orangnya diajak diskusi susah, kita cuma tau dari obrolan-obrolan atau selentingan warga aja”, celetuk Pak Uus, salah satu pengurus desa. Selain identifikasi masalah, pemerintahan desa juga kesulitan dalam menjembatani antara kemauan pemerintah daerah yang dituangkan dalam RPJMD agar selaras dengan keinginan dari warga. Pada akhirnya, para pihak pemerintah desa merumuskan sendiri kebutuhan-kebutuhan desa dengan dibantu perangkat desa dan dusun serta beberapa tokoh masyarakat
yang mau untuk diajak berdiskusi. Tidak ideal memang, “Tapi apa boleh buat, daripada tidak jalan sama sekali kan”, ujar Pak Uus. Hasil dari perumusan ini nantinya akan diinformasikan ke warga. Mereka boleh menolak atau langsung setuju kepada hasil rumusan ini. “Biasanya warga setuju sih, tidak tahu juga apakah karena perumusannya bagus atau mereka sebetulnya malas berdebat saja”, ujar Pak Uus. Proses perencanaan yang sedemikian rupa didesain agar partisipatif, nyatanya hanya dapat menampung partisipasi beberapa pihak saja. Agaknya benar kata Ben Franklin, when you fail to plan, you plan to fail. Namun, apa jadinya ketika kita sudah melakukan perencanaan tapi rencana tersebut tidak tepat karena warga tidak ikut, apakah langsung beranjak ke plan to fail?
THE PLANNERS
15
analisis organizing
polemik tengkulak. RAHMANISA HASNA AFIYAH DHIYA N.
16
BELUM optimalnya proses pengembangan Agroindustri di Desa Cisondari tidak terlepas dari peran lembaga-lembaga yang berkepentingan (stakeholder) di dalamnya. Adapun salah satu pihak tersebut adalah tengkulak. Tengkulak mengadakan kesepakatan saling menguntungkan dengan petani. Mereka bersedia meminjamkan kebutuhan petani seperti pupuk dengan syarat petani akan menjualkan hasil panennya kepada tengkulak yang bersangkutan. Namun sayang seribu sayang, proses penjualan yang dilakukan oleh petani kepada tengkulak ini tidak sepenuhnya “jujur�. Seringkali tengkulak mempernainkan harga beli sehingga petani mendapatkan keuntungan yang sedikit atau bahkan rugi. Hal tersebut terjadi kepada para petani di Poktan Pangkalan Mekar dahulu sebelum mereka membentuk usaha tanian organik sendiri. Kelembagaan dari tingkat kabupaten juga turut andil dengan memberikan kebutuhan pertanian secara cuma-cuma seperti traktor dan bibit, walaupun para petani harus melewati beberapa tahap birokrasi sulit untuk dicapai. Selain itu ada pula pihak ke-3 dalam agroindustri Desa Cisondari, yaitu para wirausahawan pemilik pabrik yang meminta produk pertanian petani sekitar yang kemudian diproses dan diberikan nilai tambah sehingga dapat dijual sebagai bahan olahan, salah satu contohnya adalah Pabrik Karamel dari bahan baku susu. Uraian di atas memperlihatkan suatu gambaran penting, dimana dari sekian banyak stakeholder yang terlibat, tidak terlihat peran pemerintah desa di sana. Jika ditelisik lebih lanjut, kelembagaan perwakilan desa (baik itu pemerintah langsung ataupun BUMDes) yang terjun langsung ke kegiatan agroindustri itu tidak ada. Menurut responden, Pemerintah Desa Cisondari saat ini tidak pernah memberikan semacam bantuan kepada mereka, hanya bertugas sebagai pengurus administrasi untuk beberapa urusan, termasuk urusan untuk meminta bantuan kepada pemerintah kabupaten. Selain itu juga, BUMDes eksisting desa ini pun hanya dua dan itu pun tidak bergelut di bidang pertanian, yakni usaha pengelolaan GOR dan penyediaan air bersih untuk konsumsi domestik (minum dan rumah tangga). Dapat disimpulkan bahwa terdapat ketidaksinkronan antara rencana yang dimuat di RPJMDes (bahwa terdapat arahan pengembangan agroindustri) dengan lembaga yang dibentuk di desa, dimana eksistingnya tidak ada yang fokus ke arah sana.
analisis actuating
jadi penduduk desa, ngapain aja? MUHAMMAD FARHAN Banyak pemuda desa memutuskan untuk merantau ke tempat lain, dengan alasan agar mendapatkan hidup yang lebih baik dan dinamis. Sebagian besar pemuda itu menganggap bekerja di desa itu membosankan dan tak ada perkembangan, pagi hari pergi bertani, siang hari mengurusi ternak, malamnya berkumpul bercengkrama dengan keluarga. Namun, apakah memang “semembosankan� itu? Atau sebenarnya kehidupannya jauh lebih dari itu? Mari kita simak.
Dok: Manik Pramdani
SHAFIRA ZANETTI
BILA berbicara mengenai kehidupan desa, Desa Cisondari yang berada di Kecamatan Pasirjambu yang terletak di bagian selatan Kota Bandung ini dapat dijadikan contoh. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak. Kehidupan di sana pun bahkan sudah dimulai sejak pagi-pagi buta hingga malam tiba. Pertanian dan peternakan di sana pun sudah bisa dikatakan beranjak dari cara konvensional. Hal ini tergambar dari hasil tani dan ternak mereka yang sudah dimasuki berbagai teknik pertanian dan macam-macam teknik pengolahan. Hal ini disebakan karena sedang berkembangnya sektor agroindustri di sana. Dengan bergeraknya para petani di sektor agroindustri, mereka telah mengembangkan beberapa produk. Mulai dari produk mentah seperti tomat, singkong, kacang buncis, padi, labu super (waluh), bayam, cabai bendot, kopi, sampai produk olahan berupa kerupuk susu, permen karamel, dodol jambu, dan keripik sayuran. Desa Cisondari juga terkenal dengan produksi sayuran organiknya. Produksi kopi di desa ini juga sedang gencar dikembangkan. Bahkan, bermodal relasi yang dimiliki oleh pengusaha kopi, salah satu kelompok tani kopi Hanesland Gambung yang konon katanya bekas milik belanda ini dapat bersaing hingga ke mancanegara. Tak kalah dengan kopi, usaha ternak sapi di desa ini juga sudah dikembangkan sedari dulu. Kedatangan para THE PLANNERS
17
pengambil susu sapi merupakan salah satu kemudahan yang ada saat ini, hal tersebut menjadi salah satu penunjang proses distribusi susu hasil perahan sapi produksi di Desa Cisondari, karena dulunya para peternak harus mengantarkan sendiri susu sapinya kepada pembeli. Namun demikian, produksi waluh dianggap lebih menguntungkan daripada usaha ternak sapi. Usaha ternak sapi yang dijalankan harus diiringi dengan biaya pakan untuk sapi setiap harinya. Berbeda dengan sapi, petani waluh tidak harus mengeluarkan biaya untuk pakan, hanya dengan modal sekali di awal, petani dapat menikmati hasil panennya. Semua hasil panen tersebut nantinya akan disalurkan ke bandar untuk dijual. Penasaran ingin mencoba berbagai produk dari Desa Cisondari ini? Tenang, Produksi permen karamel dari Desa Cisondari sudah dipasarkan hingga ke Garut, Subang, dan Bandung dan dijual di toko oleh-oleh. Dalam usaha pengembangan perekonomian, pembahasan sektor agroindustri ini menjadi salah satu hal yang dilibatkan pada RPJMDes. Selain itu, para petani juga dapat membentuk gabungan kelompok tani karena pemerintah akan cenderung memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok atau wadah daripada bantuan kepada perseorangan. Setiap tahunnya akan ada penyaluran bantuan dari pemerintah berupa bibit, pupuk, ataupun alat pertanian. Nantinya, bantuan tersebut dapat dipinjam oleh kelompok tani yang lain. Namun di sisi lain, kasubag perencanaan merasa pemberian bibit dan alat akan memanjakan petani, sehingga mereka akan sulit berkembang. Pemberian subsidi dirasa lebih baik untuk membantu para petani di Desa Cisondari. Beberapa petani juga merasa terbantu dengan keberadaan bandar 18
yang memberikan modal di awal, sehingga mereka tetap dapat bertani walaupun tidak memiliki modal. Terdapat pihak swasta juga yang peduli dengan pengembangan sektor agroindustri di Desa Cisondari, salah satunya yang pernah turun langsung memberikan bantuan adalah alumni ITB angkatan ’79. Namun, bantuan yang diberikan dirasa kurang efektif karena tidak sesuai dengan apa yang benar-benar dibutuhkan di desa tersebut. Selain itu, pendirian pabrik untuk menampung hasil panen juga merupakan salah satu wujud kontribusi yang dilakukan oleh pihak swasta dalam pengembangan pertanian di Desa Cisondari. Salah satu narasumber yang bernama Ibu Teti bercerita bahwa dulu saat beliau diamanahkan sebagai Ibu Kadus, beliau sempat memberikan pelatihan kepada para ibu-ibu kader agar mereka dapat turut memproduksi dengan menggunakan resep-resep yang diberikan pada saat pelatihan. Terakhir, kasubag perencanaan berharap para petani dapat merubah pola pikirnya agar pertanian di Desa Cisondari dapat lebih maju nantinya. Para petani yang belum bergabung dengan kelompok tani diharapkan segera bergabung agar tercipta konektivitas antar petani di Desa Cisondari. Setelah kita melihat gambaran di atas, ternyata kehidupan desa tidak semembosankan itu. Banyak hal yang bisa digali dari kehidupan di sana. Di sisi lain, masih banyak permasalahan yang ada di sana, seperti kurangnya modal, bantuan, hingga masih belum majunya pola pikir penduduknya. Oleh karena itu, sudah sejatinya mereka mendapatkan pengembangan, karena pangan-pangan masyarakat kota juga tergantung dari produksi di desa bukan? Jadi masih menganggap kehidupan di desa membosankan?
analisis controlling
kontrol masyarakat terhadap desa DINDA ALSHAUMA WISMA C. ANNISYA
PENGEMBANGAN sektor agroindustri di Desa Cisondari tidak terlepas dari pengontrolan lembaga desa setempat. Pengontrolan yang berbentuk pengawasan ini dilakukan agar keberjalanan pengembangan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Selain itu, pengontrolan pun dilakukan untuk mengetahui sejak dini penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan, pengorganisasian, maupun pelaksanaan. Lembaga desa diharapkan dapat segera melakukan koreksi, antisipasi, dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. Stakeholder yang berperan dalam mengawasi keberjalanan pengembangan desa ini antara lain ialah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Menurut Pak Usang sebagai salah satu penyusun perencanaan di Desa Cisondari, BPD dapat diibaratkan sebagai DPR dalam tatanan Republik Indonesia. BPD bersama kepala desa, ketua RW serta ketua RT berkoordinasi dalam mengesahkan (Rencana Kegiatan Prioritas) RKP yang telah disusun bersama dengan unsur masyarakat lainnya. Sementara itu, LPMD berperan sebagai lembaga yang memberdayakan masyarakat. “Mereka bergeraknya di bidang yang lebih ke motorik, misalnya bagaimana masyarakat lebih berdaya, apa yang harus dilakukan,” jelas Pak Usang. Keduanya sama-sama harus hadir dalam setiap kegiatan desa. Meskipun belum seluruh RW mendapatkannya, telah ada pendamping desa yang didatangkan langsung dari kabupaten. Pendamping datang dan menyampaikan alokasi penggunaan dana desa yang diberikan pemerintah. Seluruh pihak tersebut memantau dan menerima laporan perkembangan program yang telah disetujui saat Musyawarah Desa (Musdes). Misalkan dalam pembangunan jalan, “Sebelum dibangun titik koordinat nol-nya harus dipantau pengerjaannya, dari mulai foto sampai hal detail dari pekerja, karena dana desa adalah hal yang paling rentan,” kata Pak Ade, Kepala Dusun 2 Desa Cisondari. Tidak hanya lembaga, masyarakat pun berperan dalam pengawasan pembangunan. “Masyarakat sekarang sudah lebih jeli, tidak bisa dibodohi lagi. Masyarakat bisa mengetahui dana desa dan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek melalui papan proyek (yang ditempel),” jelas Pak Ade. Masyarakat dapat langsung melaporkan bentuk pelanggaran disertai bukti kepada BPD untuk disampaikan kepada kepala dusun. “Tapi selama ini ‘gak pernah ada masalah kecurangan seperti itu. Karena kita transparan THE PLANNERS
19
dalam pembangunan, bon dari toko material juga diperlihatkan,� tambahnya. Akan tetapi, dalam beberapa usaha agroindustri seperti pembuatan karamel, pengawasan yang dilakukan oleh lembaga terhadap keberjalanan proses produksi diakui oleh warga setempat belum
dusun terhadap pembangunan dan perbaikan infrastruktur di sekitar lokasi produksi. Bu Teti menambahkan bahwa minimnya pengawasan mungkin diakibatkan oleh kurang aktifnya pelaku usaha dalam menyampaikan aspirasi kepada pihak yang bersangkutan. “Ibu mungkin
dilakukan dengan maksimal. Selain lembaga, masyarakat juga memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi kegiatan industri yang dilakukan, mengingat pelaku usaha yang utama di sini adalah masyarakat itu sendiri. Dengan adanya jalur komunikasi yang baik antara
...minimnya pengawasan mungkin diakibatkan oleh kurang aktifnya pelaku usaha dalam menyampaikan aspirasi kepada pihak yang bersangkutan... dapat dilaksakanan dengan maksimal. Dalam proses produksi karamel, Bu Teti sebagai seorang pembuat karamel mengungkapkan tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh lembaga ataupun masyarakat setempat terhadap kendala yang mungkin terjadi dalam proses produksi. Pengawasan hanya dilakukan oleh kepala
20
yang kurang bersosialisasi. Jadi, Ibu dari pagi hingga selesai (bekerja) di sini aja, tidak kemana-mana. Mungkin, salahnya di Ibu. Kalau kita ngomong ke kepala dusun, mungkin akan tersampaikan,� jelas Bu Teti. Pengawasan yang dilakukan terhadap pengembangan sektor agroindustri harus
lembaga dan masyarakat, pengembangan akan dapat berjalan sesuai rencana dan kendala-kendala yang ada dapat ditangani secara baik. Oleh karena itu Pengawasan sebenarnya merupakan salah satu kunci untuk optimalisasi pembangunan desa khususnya pengembangan agroindustri di Desa Cisondari.
labuh, 1
labuh /la¡buh/ a, berlabuh /ber¡la¡buh/ v 1 tergelantung ke bawah; turun (tentang kelambu, tirai, layar panggung, dan sebagainya): tirai ~; layar panggung ~; 2 berteduh, berdiam, dan menghentikan segala kegiatan: rumah adalah tempat ~ dari berbagai kegiatan;
THE PLANNERS
21
perspektif ahli.
Transformasi Perlu Data
IHSAN YUDANTO | NATASHA ARNESTO
Kunci ada pada Kemampuan dan Kemauan
Pertimbangkan Potensi Lokal
Dr. Ir. Dewi Sawitri Tjokropando-
Pingkan Aditiawati, dkk. Kelom-
jo, MT (Dosen PWK ITB Kelompok
pok Keahlian Bioteknologi Mikro-
Keahlian Perencanaan Wilayah
ba SITH-ITB:
Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D (Direktur Daerah Tertinggal, Transmigrasi, dan Perdesan Kementrian PPN/Bappenas)
Dalam mentransformasi desa dibutuhkan data dan sistem informasi yang akan menghasilkan pengetahuan sehingga dapat merumuskan kebijakan yang tepat sasaran. Bentuk transformasi desa adalah transformasi kultural (efisiensi pemanfaatan waktu) dan digital. Membangun desa membutuhkan peran pemuda desa di dalamnya. Hal strategis dan kunci dalam menarik minat pemuda desa untuk mengembangkan desanya adalah dengan penciptaan “nilai tambah� yang diperoleh dari adanya inovasi dalam pengelolaan potensi lokal. Nantinya inovasi itu ditujukan untuk menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif produk desa, sehingga minat pemuda desa dapat tertarik lagi.
22
dan Perdesaan)
Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu pendekatan yang dapat mengurangi ketimpangan pembangunan yang dialami di kawasan perdesaan. Mengingat kunci konsep pembangunan berbasis sumberdaya lokal berada pada kemampuan dan kemauan aktif manusia lokal, maka keefektifan konsep tersebut tidak lepas dari kebutuhan pemahaman mendalam pada keikutsertaan manusia lokal dalam pembangunan.
Diperlukan pertimbangan potensi lokal dalam pengembangan kawasan perdesaan. Potensi lokal dapat berupa kekayaan alam, budaya, dan SDM pada suatu wilayah. Kekhasan bentang alam, perilaku dan budaya masyarakat setempat, dan kesejahteraan masyarakat membentuk segitiga interaksi yang saling berkaitan. Oleh karena itu, pembangunan dan pengembangan potensi lokal suatu daerah harus memperhatikan ketiga unsur tersebut.
ulasan HUDA ISTIQOMAH IQBAL HAKIM
PERENCANAAN partisipatif merupakan prinsip dasar dari bottom up planning yang kerap digalakkan oleh pemerintah. Untuk mewujudkan perencanaan partisipatif, seluruh elemen masyarakat harus dilibatkan dalam proses planning, organizing, actuating, dan controlling. Perencanaan pada tingkat desa sejatinya merupakan proses perencanaan yang sangat partisipatif. Seluruh elemen masyarakat memiliki suara dalam menentukan keputusan dan merumuskan arah kegiatan. Oleh karena itu, seharusnya produk rencana desa merupakan kebijakan yang paling benar dan tepat guna untuk desa tersebut. Apakah Desa Cisondari sudah se-ideal itu? Dalam proses planning, pemerintah Desa Cisondari seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RW, dan ketua RT sudah mencoba melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan desa. Musyawarah desa sudah dijadikan sarana penarik aspirasi masyarakat mengenai arah pembangunan serta kebijakan desa kedepannya. Masyarakat yang memiliki peran dalam pengembangan industri kreatif beserta tokoh masyarakat juga kerap diundang dalam merumuskan rencana dan langkah kerja. Diskusi berjalan dengan lancar, namun alot.
Mayoritas masyarakat, meski vokal dalam menyuarakan pendapat, cenderung ciut ketika dihadapkan dengan meja bundar birokrasi. Warga yang tadinya gemar mengeluh tiba-tiba harus mengurus sawahnya ketika diminta datang rapat, warga yang kerap memprotes kebijakan pemerintah tiba-tiba harus memupuk ladangnya ketika diajak diskusi pemda. Hanya segelintir tokoh masyarakat yang mau untuk berlama-lama berdiskusi mengenai masa depan Desa Cisondari. Ketika masyarakat menolak untuk memanfaatkan ruang partisipasi yang diberikan pemerintah, masih validkah perencanaan partisipatif? Setelah keluar rencana pengembangan desa, perlu ada pengorganisasian lembaga dan kelompok masyarakat yang akan menjadi pelaku rencana tersebut. Produk perencanaan tepat guna harus didukung oleh lembaga-lembaga terkait secara terorganisir. Lembaga yang memiliki andil dalam pengembangan sektor agroindustri di Desa Cisondari tersebut hendaknya meninjau kembali dalam memberikan bantuan kepada para petani, apakah hal tersebut memang yang sangat dibutuhkan oleh petani. Pada Desa Cisondari pelaksanaan program pengembangan agrikultur sudah dilakukan dengan sangat baik.
THE PLANNERS
23
Bantuan dari pemerintah sudah datang tepat waktu, petani-petani sudah membentuk kelompok tani (poktan) serta gabungan kelompok tani (gapoktan) untuk meningkatkan produktivitas dan mendistribusikan bantuan pemerintah, pengurus desa juga sudah suportif dalam menyalurkan keluhan serta saran dari para petani kepada pemerintah provinsi dan pusat. Namun, ketika kita dalami lebih lanjut, cukup banyak terjadi inefisiensi dalam proses ini. Masalah pertama adalah bentuk bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Kebanyakan bantuan yang diberikan berupa alat pertanian, padahal alat-alat tersebut sudah dimiliki para petani, sehingga , yang diberikan subsidi pertanian. Masalah kedua adalah kurangnya intervensi dari pihak swasta dalam mendorong kemampuan pertanian Desa Cisondari. Dengan kemampuan serta sokongan dana dari pihak swasta, diharapkan Cisondari dapat menjelma menjadi pusat pertanian dan agrikultur Namun hingga saat ini, bantuan atau intervensi dari pihak swasta sangatlah minim dan efektif. Masalah ketiga adalah masih banyak petani yang belum kedalam poktan apoktan. Keengganan para petani untuk bergabung menyebabkan terjadinya kesulitan dalam mengakses alat pertanian serta bantuan bibit dan pupuk yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah hanya mau memberikan bantuan poktan dan gapoktan, tidak kepada petani individual. Di lain sisi, banyak petani yang merasa poktan dan gapok-
“
tan bersifat kurang transparan dalam mendistribusikan bantuan, sehingga mereka semakin enggan untuk bergabung. Konflik ini menciptakan dinding sosial dan materiil antara petani yang sudah tergabung gapoktan dan petani yang masih berdiri sendiri atau tergabung dalam koperasi yang belum terdaftar. Ketika bantuan sudah diberikan namun disalahgunakan, apakah masih salah pemerintah? Saat ini masyarakat sudah mulai cerdas . Keberjalanan program pembangunan desa diawasi dengan cermat dan teliti. Namun aktivitas manipulasi bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Dalam mewujudkan pembangunan desa sebagai tujuan bersama, hendaknya proses controlling ini dilaksanakan dengan rasa saling terbuka terhadap permasalahan yang terjadi. Diharapkan para stakeholder bersikap terbuka, dapat menerima kritik dan masukan dari masyarakat. Hambatan dalam proses controlling ini yaitu adanya rasa tidak enak dalam menegur kepala organisasi atau stakeholder dengan alasan umur. Para kepala organisasi seperti ketua gapoktan biasanya didominasi kekuasaanya oleh para tetua yang sudah lama tinggal di desa. Padahal sebenarnya terdapat masyarakat yang juga peduli dan memiliki semangat dalam pengembangan agroindustri di Desa Cisondari, namun masalah umur ini menjadi hambatan masyarakat untuk berinovasi. Oleh karena itu, hendaknya membangun keterbukaan dalam proses controlling ini baik para stakeholder maupun masyarakat
Dalam mewujudkan pembangunan desa sebagai tujuan bersama, hendaknya proses controlling ini dilaksanakan dengan rasa saling terbuka terhadap permasalahan yang terjadi.
24
simpulan ASHIFA NUR FAHRUNNISA RUHKHIS MUHTADIN
BERLOKASI di Kabupaten Bandung, Desa Cisondari memang meiliki seribu potensi dan keindahan alam. Terjaganya alam di Desa Cisondari membuat warganya dapat memanfaatkan hasilnya dan mengembangkan potensi alam tersebut. Dengan mengelola kebun, ladang, atau pun sawah dengan baik, hal tersebut dapat menjaga sumber daya alam dan sekaligus mendapatkan hasilnya. Mayoritas perekonomian desa bergerak dalam bidang pertanian dan peternakan yang mendukung pengembangan sektor agroindustri. Dukungan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten dalam rangka turut serta mendukung sektor agorindustri terlihat dari adanya bantuang-bantuan dalam bentuk peralatan dan bahan-bahan pertanian, seperti bibit dan pupuk. Di sisi lain, kebutuhan warga tetap harus berjuang untuk mengembangkan hasil produksi pertanian serta memperluas jangkauan pemasaran produk hasil pertaniannya. Namun, kembali, modal yang besar dibutuhkan demi memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan kualitas produknya untuk dapat bersaing dengan produk-produk di pasaran seperti saat ini. Keterlibatan lembaga secara utuh baik dari sisi institusional maupun dari sisi partisipasi masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah bagi pengembangan desa. Perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan, hingga pengawasan yang diselenggarakan selama ini nyatanya belum mampu menjawab keinginan seluruh pelaku agroindustri. Upaya penjaringan intensi dan aspirasi masyarakat yang dilakukan dari tingkat Kepala Desa, Kepala Dusun, hingga setingkat Gapoktan secara sinergis diperlukan untuk mengembangkan sektor ini agar dapat manfaatnya dirasakan oleh seluruh warga secara optimal.
THE PLANNERS
25
26
THE PLANNERS
27
28
THE PLANNERS
29
30
THE PLANNERS
31
32
THE PLANNERS
33
34
THE PLANNERS
35
36
THE PLANNERS
37
HMP PL ITB 2019
38