Edisi 1 - Agustus 2012
Editorial
Terobosan Dalam Pengurangan Emisi di Indonesia
313
550
246 243 MISI TOTAL E IT A K R E TOTAL T N RAN PENGGUNAA EBAKAU K N A T H A I L B BS GAM ABSOR SEKTORA IAN STASI E N AINNY A R L T O R F E E P D I IS S O P DEKOMBUT DASI GAM DEGRA
763
info@iccc-network.net
Informasi mengenai ICCC tersedia di portal www.ICCC-network.net.
Tim Info ICCC: Pengarah: Rachmat Witoelar, Agus Purnomo, Amanda Katili Niode, Murni Titi Resdiana, Farhan Helmy, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Pemimpin Redaksi: Farrah Mardiati, Indonesia Climate Change Center (ICCC) Kontributor: Eli Nur Nirmala Sari, Dadang Hilman, Harityas Wiyoga, Eryka Dwi Surya Purnama, Indonesia Climate Change Center (ICCC)
Edisi 1 - Agustus 2012
1,739
300
Saran dan masukan mengenai ICCC dan pelaksanaan kegiatan ICCC dapat dikirimkan melalui email ke
Gedung Kementrian BUMN, lantai 18, Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta 10110.
15%
Oleh: Eli Nur Nirmala Sari
Info ICCC merupakan buletin triwulan yang disajikan sebagai media informasi mengenai isu dan hasil kajian yang telah dihasilkan ICCC. ICCC mendukung penyebaran informasi pada bulletin ini secara bebas untuk penggunaan non-komersial selama ICCC INFO dituliskan sebagai sumber informasi.
atau di alamatkan ke
129
2,052
Sumber: Indonesia GHG Abatement Cost Curve
Dibentuk sejak Oktober 2011 dibawah kerjasama US - Indonesia Comprehensive Partnership, Indonesia Climate Change Center (ICCC) merupakan wadah untuk melakukan kajian kebijakan perubahan iklim berbasis ilmu pengetahuan, yang diharapkan dapat menjadi referensi dalam proses penentuan kebijakan (science-based policy) perubahan iklim di Indonesia.
Media Informasi Indonesia Climate Change Center
M
enurut data dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) (2011), lahan gambut di dunia adalah penyumbang emisi terbesar, yakni 41,4% dari total emisi global tahun 2005, sedangkan Tata Guna Lahan dan Perubahan Tata Guna Lahan (LULUCF) merupakan penyumbang emisi terbesar kedua, yakni 37% dari total emisi global. Oleh karena itu, pengelolaan lahan gambut yang tepat sangat penting dilakukan untuk mendukung komitmen Indonesia mengurangi emisi sebesar 26% pada tahun 2020. Selama ini, sulitnya membuat suatu kebijakan yang tepat-guna terkait dengan pengelolaan lahan gambut disebabkan oleh terbatasnya data-data yang tersedia tentang gambut, baik mengenai luasan maupun mengenai kedalaman gambut. Hal tersebut disebabkan oleh beragamnya perbedaan persepsi dan pengertian mengenai gambut, sehingga hal yang mendasar yang sangat penting untuk dilakukan adalah menyeragamkan persepsi dan pemahaman mengenai gambut, dengan membuat satu definisi gambut yang sesuai dengan kondisi dan karakter gambut di Indonesia.
Menyadari pentingnya suatu ‘definisi gambut’ yang seragam, maka DNPI dan Indonesia Climate Change Center (ICCC) membuat suatu terobosan baru dengan fokus pada perbaikan kebijakan-kebijakan terkait lahan gambut, yang akan berdampak pada perbaikan pengelolaan lahan gambut. Hal tersebut diinisiasi dengan proses perumusan definisi lahan gambut, yaitu melalui serangkaian pertemuan yang melibatkan ahli gambut yang berasal dari beberapa universitas di Indonesia maupun internasional, kementerian di Indonesia, lembaga penelitian di Indonesia maupun internasional, dan beberapa organisasi non pemerintah. Banyak aspek-aspek yang harus dipertimbangkan untuk mendefinisikan ‘gambut’ di Indonesia, yaitu definisi ‘gambut’ yang paling sesuai dengan kondisi dan karakter gambut di Indonesia, dan definisi ‘gambut’ berdasarkan sains yang dapat diadopsi di Indonesia. Definisi ‘gambut’: Definisi Authoritative dan Scientific Definisi ‘gambut’ dibedakan menjadi dua kategori, yakni definisi authoritative, yang
1