INFO ICCC L I N K I N G
S C I E N C E
Edisi 2 - Desember 2012
Editorial Dibentuk sejak Oktober 2011 dibawah kerjasama US - Indonesia Comprehensive Partnership, Indonesia Climate Change Center (ICCC) merupakan wadah untuk melakukan kajian kebijakan perubahan iklim berbasis ilmu pengetahuan, yang diharapkan dapat menjadi referensi dalam proses penentuan kebijakan (science-based policy) perubahan iklim di Indonesia. Info ICCC merupakan buletin triwulan yang disajikan sebagai media informasi mengenai isu dan hasil kajian yang telah dihasilkan ICCC. ICCC mendukung penyebaran informasi pada bulletin ini secara bebas untuk penggunaan nonkomersial selama ICCC INFO dituliskan sebagai sumber informasi. Saran dan masukan mengenai ICCC dan pelaksanaan kegiatan ICCC dapat dikirimkan melalui email ke info@iccc-network.net atau di alamatkan ke Gedung Kementrian BUMN, lantai 18, Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta 10110. Informasi mengenai ICCC tersedia di portal www.ICCC-network.net. .
T O
P O L I C Y
Media Informasi Indonesia Climate Change Center
Menuju Pengelolaan Lahan Gambut Yang Berkelanjutan Oleh: Eli Nur Nurmala Sari
Teori pemetaan lahan gambut dan pengalaman global
W
ilayah terbesar dari lahan gambut tropis saat ini terdapat di Asia Tenggara (gambar 1) , terlebih sebagian besar ditemukan di Indonesia (terutama di Sumatera, Kalimantan dan Papua Barat), Malaysia (Semenanjung Malaysia, Sarawak dan Sabah), Brunei dan Thailand (Whitmore 1995, Page dkk 2004). Di Kalimantan, hutan lahan gambut tersebar di sepanjang pantai Sarawak, Brunei Darussalam, Sabah dan Kalimantan di wilayah dataran rendah, yang drainasenya buruk dan berada lebih jauh di pedalaman dibandingkan formasi hutan pantai dan bakau. Selama masa 4500 tahun, gambut telah mencapai kedalaman 20 m di beberapa wilayah (Phillips 1998). Keberadaan hutan gambut tropis sangatlah penting, tidak hanya sebagai sumber keanekaragaman hayati tetapi juga sebagai penyimpan karbon (Tawaraya et al. 2003). Hutan gambut tropis dan lahan gambut yang mengalami deforestasi berpotensial untuk menyebabkan emisi karbon dalam
jumlah besar, yaitu melalui pembakaran yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap proses perubahan iklim. Data dan informasi lapangan yang tersedia dan juga survei udara (airborne dan penginderaan satelit) menunjukkan bahwa kombinasi dari kegiatan manusia (pembukaan lahan, penebangan liar, dll) dan kebakaran hutan menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan di lahan gambut (Putra et al. 2.008 ). Indonesia sedang memetakan rencana pertumbuhan hijau yang akan memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan jejak karbon yang lebih rendah. Jumlah total emisi CO2 pada tahun 2005 dari Indonesia adalah 2.1Gt, dan 37.5% berasal dari lahan gambut. Ironisnya, emisi CO2 di Indonesia diperkirakan tumbuh dari 2,1 menjadi 3,3 Gt dari 2005 sampai 2030. Oleh karena itu, pengurangan emisi CO2 dari lahan gambut merupakan faktor kunci sumbangan terhadap REDD. Indonesia telah mengumpulkan banyak data (seperti perubahan tutupan lahan, pengelolaan hutan, biomassa di atas tanah, biomassa di bawah tanah, jenis
Tim Info ICCC: Pengarah: Rachmat Witoelar, Agus Purnomo, Amanda Katili Niode, Murni Titi Resdiana, Farhan Helmy, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) Pemimpin Redaksi: Farrah Mardiati, Indonesia Climate Change Center (ICCC) Kontributor: Eli Nur Nirmala Sari, Dadang Hilman, Harityas Wiyoga, Artissa Panjaitan, Indonesia Climate Change Center (ICCC)
Edisi 2 - Desember 2012
Gambar 1: Peta lahan gambut di Asia Tenggara. Peta ini memperlihatkan bahwa sebagian besar kahan gambut tersebar di pulau-pulau Sumatra danBorneo (Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei) serta di Semenanjung Malaysia (Sumber: Whitmore 1995)
1