Ruang dan Perilaku: Kocoran

Page 1

1


PENELITIAN RUANG DAN PERILAKU DI KAWASAN KOCORAN, CATUR TUNGGAL, KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RUANG DAN PERILAKU Program Studi S1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester

Disusun Oleh: IKHSAN MAULUDIN 18/428577/TK/47079

DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2020

2


3


KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat kemudahan dan keberkahan sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Besar Mata Kuliah Ruang Perilaku dengan kasus Jalan Kaliurang daerah Kocoran, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sebaik-baiknya. Penyusunan laporan ini tentu tidak luput dari tantangan dan hambatan baik dalam pengumpulan data maupun pengerjaannya. Bantuan dari berbagai pihak sangat berarti dalam penyelesaian laporan ini. Oleh karena itu saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Deva Fosterharoldas Swasto, S.T., M.Sc., Ph.D., dan Bapak Irsyad Adhi Waskita Hutama, S.T., M.Sc., selaku dosen pengampu mata kuliah Ruang Perilaku yang telah memberikan ilmu, wawasan, kritik serta saran selama proses pembelajaran mata kuliah Ruang Perilaku ini. 2. Pemerintah Kabupaten Sleman termasuk seluruh Badan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta perangkat Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok yang telah membantu dalam pengumpulan data sekunder Tugas Besar Ruang Perilaku ini 3. Partisipan yang telah mengisi kuisioner untuk riset Tugas Besar Ruang Perilaku. 4. Serta pihak-pihak lain yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu Tentunya laporan yang telah saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk perbaikan kedepannya. Saya juga berharap laporan ini dapat memberikan informasi serta bermanfaat bagi pembaca Yogyakarta, 14 Mei 2020

Ikhsan Mauludin

4


DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1

Latar Belakang

1

1.2

Tujuan Penyusunan

1

1.3

Ruang Lingkup

1

1.3.1

Ruang Lingkup Spasial

1

1.3.2

Ruang Lingkup Temporal

2

1.3.3

Ruang Lingkup Substansial

2

1.4

Metodologi

3

1.4.1

Survei Primer

3

1.4.2

Survei sekunder

3

1.5

Sistematika Penulisan

BAB II TEORI RUANG DAN PERILAKU

3 4

2.1

Ruang Personal dan Teritorial

4

2.2

Kesesakan dan Kepadatan

4

2.3

Kegiatan dan Perilaku Teritorial

5

2.4

Pola Interaksi Ruang dan Kegiatan

6

2.5

Ruang Sosial dalam Ruang Publik

6

BAB III GAMBARAN UMUM KASUS STUDI

7

3.1

Lokasi Kawasan Studi

7

3.2

Karakter Kawasan Studi

8

BAB IV METODE, DATA, DAN ANALISIS 4.1

Metode

10 10

4.1.1

Mini Tour (merekam situasi yang spesifik)

10

4.1.2

Kuisioner

10

4.1.3

Observasi

11

4.2

Data

12

4.2.1

Ruang Personal dan Teritorial

12

4.2.2

Kesesakan dan Kepadatan

13

4.2.3

Kegiatan dan Perilaku Teritorial

14

4.2.4

Pola Interaksi dan Kegiatan

14

4.2.5

Ruang Sosial dalam Ruang Publik

14 14

5


4.2.6 4.3

Persepsi dan Emosional

Analisis

15 15

4.3.1

Analisis Ruang Personal dan Teritorial

15

4.3.2

Analisis Kesesakan dan Kepadatan

16

4.3.3

Analisis Kegiatan dan Perilaku Teritorial

16

4.3.4

Analisis Pola Interaksi dan Kegiatan

17

4.3.5

Analisis Ruang Sosial dalam Ruang Publik dan Persepsi Emosional

17

BAB V REKOMENDASI DAN USULAN KASUS STUDI

18

5.1

Gambaran Umum Rekomendasi

18

5.2

Perencanaan

19

5.2.1

Ruang Personal dan Teritorial

20

5.2.2

Kepadatan dan Kesesakan

20

5.2.3

Kegiatan dan Perilaku Teritorial

21

5.2.4

Pola Interaksi dan Kegiatan

22

5.2.5

Ruang Sosial dalam Ruang Publik dan Persepsi Emosional

24

BAB VI PENUTUP

25

6.1

Kesimpulan

25

6.2

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

28

6


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia tidak akan terlepas dari keberadaan ruang. Karakter dan sifat dari ruang bisa mempengaruhi aktivitas atau perilaku yang terjadi, begitu juga sebaliknya, aktivitas dan perilaku dapat mempengaruhi karakter dan sifat ruang. Melihat pendapat pribadi yang saya sampaikan tersebut, tentunya sebagai seorang perencana tata ruang, aktivitas maupun perilaku harus dapat diintervrensi dengan keberadaan rekayasa karakter dan fisik ruang tersebut. Jalan Kaliurang, tepatnya ruas jalan yang berada di Kawasan Kocoran telah bertransformasi dari waktu ke waktu yang sekarang menjadi pusat kegiatan. Kegiatan yang terjadi di kawasan ini sangatlah beragam, dan didominasi oleh perdagangan dan jasa. Jenis perdagangan dan jasa di kawasan ini pun cukup beragam mulai dari perdagangan jenis rumah makan, outlet gawai, outlet pakaian, swalayan, hingga restoran cepat saji. Hal ini juga terlihat pada keberagaman jenis jasa yang ada di Kawasan Kocoran, muai dari akomodasi, kos, salon, servis motor, servis mobil, servis gawai, laundry, barber shop, hingga hotel. Transformasi Jalan Kaliurang di Kawasan Kocoran ini tidak sepenuhnya dapat diadaptasi dan di adjust oleh pengguna atau penghuni di kawasan tersebut. Tata ruang yang ada di Kawasan Kocoran ini belum optimal untuk mendukung transformasi menjadi pusat kegiatan. Hal tersebut terlihat dari beberapa pendekatan teori ruang dan perilaku juga terlihat berdasarkan penelitian, kuisioner, dan survei sekunder mengenai hal tersebut. Melalui laporan ini, diharapkan ditemukan kajian yang dapat dipelajari di masa yang akan datang dan menjadi rekomendasi permasalahan yang ada di kawasan amatan tersebut. 1.2 Tujuan Penyusunan a. Sebagai prasyarat lulus mata kuliah Ruang Perilaku tahun 2019/2020 b. Mengidentifikasi dan menganalisis teori dan konsep dasar terhadap hubungan ruang dan perilaku terhadap kasus Jalan Kaliurang daerah Kocoran, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; c. Menginterpretasi dan mengaitkan perilaku manusia di dalam ruang dengan teori-teori psikologi lingkungan kasus Jalan Kaliurang daerah Kocoran, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; dan d. Merumuskan alternatif perencanaan/ perancangan ruang dengan pendekatan perilaku kasus Jalan Kaliurang daerah Kocoran, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Ruang Lingkup Spasial Kasus analisis dan perencanaan berada di Jalan Kaliurang. Delineasi area kasus studi Jalan Kaliurang, Kocoran meliputi dua kampung/ perumahan yaitu Kocoran dan Kocoran Baru, dan satu Padukuhan yakni Kocoran. Area amatan memilki luas 60,656 m2 dengan keliling area 990 meter. Adapun batas amatan area tersebut adalah sebagai berikut:

7


Utara Timur Selatan Barat

: Couvee, Tempo Gelato, dan Luxury Internet Cafe : Megatruh : Bakpiaku, SKU, dan Acadia : Pogung Baru

Peta 1. 1 Kawasan Kocoran Sumber : Google Maps, 2020 1.3.2

Ruang Lingkup Temporal Satu tahun terakhir (2019-2020) sebagai basis data yang digunakan untuk analisis dan proyeksi kawasan dengan teori ruang perilaku

1.3.3

Ruang Lingkup Substansial Substansi yang dibahas dalam laporan ini mencakup poin-poin berikut a. Teori Ruang Perilaku b. Gambaran Umum dan Data Kasus Studi c. Metode, Data, dan Analisis

8


d. Rekomendasi dan Usulan Kasus Studi 1.4 Metodologi Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah survei yang meliputi survei primer dan survei sekunder 1.4.1

Survei Primer Survei primer dilakukan dengan meninjau langsung lokasi amatan. Pengambilan data dilakukan secara manual maupun dengan alat bantu sederhana seperti multicounter untuk penghitungan traffic counting

1.4.2

Survei sekunder Survei sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait untuk mendapatkan data series yang tidak dapat disurvei secara langsung dalam waktu yang singkat. Dilakukan juga penyebaran kuisioner kepada pihak terkait.

1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut : Teori Ruang Perilaku Ruang Personal dan Teritorial Kepadatan dan Kesesakan Kegiatan dan Perilaku Teritorial Pola Interaksi Ruang dan Kegiatan Ruang Sosial dalam Ruang Publik

Gambaran Umum dan Data Kasus Studi Lokasi Kawasan Studi Karakter Kawasa Studi

Metode, Data, dan Analisis Metode Penelitian Ruang Perilaku Data Penelitian Ruang Perilaku Analisis Penelitian Ruang Perilaku

Rekomendasi dan Usulan Kasus Studi Gambaran Umum Rekomendasi Perencanaan

Penutup Kesimpulan Saran

Gambar 1. 2 Sistematika Penulisan Laporan Ruang dan Perilaku Sumber : Penyusun, 2020

BAB II

9


TEORI RUANG PERILAKU

2.1 Ruang Personal dan Teritorial Ruang Personal dan Teritorial merupakan teori dasar ruang perilaku yang akan menjadi landasan analisis pada kasus studi. Menurut Altman, I. (1975) dalam tulisannya The Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, and Crowding, terdapat klasifikasi ruang personal, antara lain: 1) Intimate Distance Jarak intim dengan diameter 0-0,46; hanya bagian kepala dan wajah yang dapat terlihat; bisa mendapatkan tambahan sinyal sensori; dan biasanya tidak baik apabila berada di ruang publik kecuali apabila sedang berolahraga. 2) Personal Distance Jarak personal dengan diameter 0,46-1,2 m; sinyal sensori mulai memudar; lebih memperhatikan terhadap tubuh dibandingkan hanya wajah saja; merupakan jarak yang umum untuk melakukan kontak/ percakapan kasual bersama kerabat 3) Social Distance Jarak personal dengan diameter 1,2-3,7 m; jarak sosial yang lebih dekat biasa digunakan saat sedang bekerja sama dengan kondisi informal; dan jarak sosial yang lebih jauh biasanya digunakan untuk orang dalam melakukan kegiatan formal dan interaksi sosial dimana orang yang berbicara akan meningkatkan volume suaranya 4) Public Distance Jarak publik >3,7 m; merupakan jarak yang sangat formal; gerak untuk melindungi diri lebih mudah untuk dilakukan; biasanya jarak ini digunakan saat berada di sekitar orang yang tidak di kenal; dan merupakan jarak yang disegani saat berada di sekitar publik figur. Terdapat juga tiga tipe teritori antara lain Primary Territories, Secondary Territories, dan Public Territories. Tipe-tipe teritori ini memiliki penjelasan mendetil yang juga akan dijelaskan dalam analisis studi kasus. Kaitannya teori ruang personal dan territorial ini dalam studi kasus Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran adalah kita dapat menganalisis dan mengetahui tingkat space overload, arousal, behaviour constraint, form of nonverbal communication, personal and group privacy, intimacy-equilibrium model & comfort models, dan ethological models dari Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran. 2.2 Kesesakan dan Kepadatan Menurut Altman, I. (1975) dalam tulisannya The Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, and Crowding, Kepadatan adalah ukuran yang objektif, tetapi dapat diukur pada skala fisik yang berbeda. Distribusi populasi sedemikian rupa sehingga orang dapat pergi di kota berpenduduk padat yang terletak di daerah tak berpenghuni yang besar atau padat, sekalipun area pedesaan yang memiliki penduduk. 10


Kesesakan mengacu pada pengalaman seseorang dari jumlah orang lain di sekitar Berbeda dengan kepadatan yang mengacu pada rasio fisik, kesesakan memiliki definisi yang berbeda bagi tiap individu, subjektif berdasarkan perasaan yang dirasakan oleh tiap orang. Kesesakan bisa jadi memiliki keterkaitan dengan kepadatan yang tinggi, namun seringkali hal ini memiliki hubungan dengan apa yang tidak kita bayangkan. Kaitannya teori mengenai kesesakan dan kepadatan ini dalam studi kasus Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran adalah kita dapat menganalisis dan mengetahui apakah kepadatan di kawasan amatan termasuk ke dalam inside density, outside density, spatial density, crowded caused by personal factors, , crowded caused by interpersonal factors, , atau crowded caused by situational factors dari Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran. 2.3 Kegiatan dan Perilaku Teritorial Menurut Lyman dan Scott (1989) dalam A Sociology of the Absurd, terdapat dua klasifikasi sistem teritorial yakni: 1) Interactional Territories Merupakan sistem teritorial yang dikendalikan sementara oleh grup tentang interaksi individu, misalnya: ruang kelas dan ruang kantor 2) Body Territories Merupakan sistem territorial yang dikendalikan oleh individu itu sendiri. Misalnya adalah penggunaan tato, rias wajah, operasi karena kecelakaan, menggunakan tabir surya dan sebagainya. Lyman dan Scott juga menjelaskan tentang tiga tipe Terriotrial Enchroachments, antara lain: Violation (penggunaan atau memasuki area yang tidak tepat, missal laki-laki menggunakan toilet perempuan atau sebaliknya); Invasion (Intrusion: seseorang menggunakan dan mengklaim tempat orang lain/grup lain, Obstrution: mengganggu secara sosial dalam suatu teritori); dan Contamination (menggunakan area yang suci atau umum dengan perlakuan yang tidak tepat misalnya meludah dan buang air di pohon). Clitheroe (1998) dalam Journal of Environmental Psychology, konsep hubungan antara lingkungan dan perilaku "mencerminkan kemajuan menuju perspektif yang lebih integratif, kompleks, dan dinamis dalam transaksi antara orang dan pengaturan sehari-hari mereka. Terdapat tiga jenis adaptasi berdasarkan teori yang disampaikan Berry (1980) dalam Annual Review of plant physiology yakni adaptasi dengan penyesuaian (adaptation by adjustment) yang berarti tindakan untuk mengurangi konflik, dengan menyesuaikan diri perilaku yang menghasilkan keharmonisan antara lingkungan dan individu, adaptasi dengan reaksi (adaptation by reaction) berarti menolak atau melawan aksi lingkungan dengan membuat perubahan fisik lingkungan untuk meningkatkan harmoni antara individu dan lingkungan fisik mereka, dan adaptasi dengan penarikan (adaptation by withdrawal) yang berarti untuk bermigrasi atau pindah ke tempat lain karena tidak sesuai dengan budaya dan perilaku, dengan tujuan mendapatkan akomodasi yang lebih tepat dan harmonis. Kaitannya teori dasar mengenai kegiatan dan perilaku teritorial ini dalam studi kasus Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran adalah kita dapat

11


menganalisis dan menjelaskan jenis kegiatan dalam ruang, mengidentifikasi perilaku dan respon territorial, dan merespon ruang luar/ ruang publik yang ideal dan adaptif dari proses territorial di Kawasan Kocoran. 2.4 Pola Interaksi Ruang dan Kegiatan Menurut Y. Luximon dan H. Y. Kwong, Y. Y. Ta.i (2015), terdapat langkah-langkah analisis perilaku skaa mikro-meso yakni: pembagian jenis aktivitas (necessary, social, dan optional); who, when, where, what, dan persepsi/ emosi ruang teritorialitas (pola komunikasi, prosentase teramati dalam ruang); dan iklim perilaku (ambient temperature dan core temperature) Kaitannya teori pola interaksi ruang dan kegiatan ini dalam studi kasus Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran adalah kita dapat menganalisis dan menjelaskan keterkaitan ruang dan aktivitas (perilaku), menjelaskan teknik analisis untuk memahami pola ruang perilaku, mengaplikasikan metode analisis ruang perilaku, dan merekomendasikan perubahan ruang di Kawasan Kocoran. 2.5 Ruang Sosial dalam Ruang Publik Menurut Syam Rachma Ph.D (2020), dalam pemaparan kuliah tamu Ruang dan Perilaku, sebuah ruang publik perlu memberikan peran positif apabila ingin dijadikan sebagai ruang sosial yang digunakan secara optimal. Peran positif tersebut, antara lain: 1) Interaksi sosial yang meningkat mampu meningkatkan kualitas hidup warga kota; 2) Meningkatkan wajah kota dengan desain-desain ruang terbuka publik; 3) Mampu mendatangakan berbagai macam investasi, karena wajah kota yang cantik; 4) Mampu membangun komunitas dimana warga kota bisa berkumpul dan bersosialisasi; 5) Mampu mempersatukan berbagai kalangan di sebuah kota; 6) Mampu menjadi wadah pemacu kreatifitas seseorang; dan 7) Mampu menjadi ruang-ruang kolaborasi antar individu. Kaitannya teori mengenai ruang sosial dalam ruang pubik ini dalam studi kasus Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran adalah kita dapat menganalisis dan memberikan rekomendasi rencana dan rancangan ruang publik di Kawasan Kocoran yang bisa menjadi Ruang Sosial yang optimal berdasarkan peran postif ruang publik yang telah disampaikan dalam pemaparan teori ruang sosial dalam ruang publik tersebut.

12


BAB III GAMBARAN UMUM KASUS STUDI 3.1 Lokasi Kawasan Studi Kawasan studi terletak di Desa Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Delineasi area kasus studi Jalan Kaliurang, Kocoran meliputi dua kampung/ perumahan yaitu Kocoran dan Kocoran Baru, dan satu Padukuhan yakni Kocoran. Area amatan memilki luas 60,656 m2 dengan keliling area 990 meter. Adapun batas amatan area tersebut adalah sebagai berikut: Utara Timur Selatan Barat

: Couvee, Tempo Gelato, dan Luxury Internet Cafe : Megatruh : Bakpiaku, SKU, dan Acadia : Pogung Baru

Peta 3.3 Dasar Kawasan Kocoran Sumber : Analisis Penyusun, 2020

13


Kawasan Kocoran ini sangat dekat dengan Universitas Gadjah Mada yang merupakan tempat menempuh pendidikan mahasiswa dari berbagai daerah. Kawasan Kocoran diapit oleh dua area permukiman mahasiswa pendatang yakni Pogung dan Megatruh.

Peta 3.2 Kawasan Sekitar Kocoran Sumber : Analisis Penyusun, 2020

3.2 Karakter Kawasan Studi Kawasan Kocoran ini sangat dekat dengan Universitas Gadjah Mada yang merupakan tempat menempuh pendidikan mahasiswa dari berbagai daerah. Berdasarkan data yang didapatkan dari laman resmi Universitas Gadjah Mada, hanya ada sekitar 30% mahasiswa yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya (Magelang, Purworejo, dan Klaten). Mahasiswa UGM didominasi oleh pendatang dan menjadikan kawasan ini bertransformasi menjadi pusat kegiatan dari berbagai jenis kegiatan mulai dari perdagangan, jasa, pendidikan, hingga hiburan.

14


Persebaran Daerah Asal Mahasiswa UGM 5.40%1.20%4.70%

7.20% 30.20% 8.30% 22%

D. I. Yogyakarta Jawa Sumatera Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Papua

21%

Gambar 3.1 Grafik Persebaran Daerah Asal Mahasiwa UGM Sumber : Universitas Gadjah Mada, 2020

Jalan Kaliurang, tepatnya ruas jalan yang berada di Kawasan Kocoran telah bertransformasi dari waktu-waktu yang sekarang menjadi pusat kegiatan. Kegiatan yang terjadi di kawasan ini sangatlah beragam, dan didominasi oleh perdagangan dan jasa. Jenis perdagangan dan jasa di kawasan ini pun cukup beragam mulai dari perdagangan jenis rumah makan, outlet gawai, outlet pakaian, swalayan, hingga restoran cepat saji. Hal ini juga terlihat pada keberagaman jenis jasa yang ada di Kawasan Kocoran, muai dari akomodasi, kos, salon, servis motor, servis mobil, servis gawai, laundry, barber shop, hingga hotel.

Gambar 3.2 Kolase Fasilitas Sosial di Kawasan Kocoran Sumber : Analisis Penyusun, 2020

15


BAB IV METODE, DATA, DAN ANALISIS 4.1 Metode Metode koleksi data yang dilakukan untuk melaukan observasi penelitian dalam kasus studi ruang perilaku ini dilakukan dengan tig acara yakni mini tour (secara daring), Kuisioner, dan Observasi (berdasarkan data dari kuisioner dan instansi terkait). 4.1.1

Mini Tour (merekam situasi yang spesifik) Alat dan kebutuhan:  Peta Digital  Google Maps  Video dari Youtube

4.1.2

Kuisioner Kuisioner disebar melalui tautan http://ugm.id/RuangPerilakuKocoran2020

Gambar 4. 1 Kuisioner Penelitian Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

16


Gambar 4.2 Kuisioner Penelitian Ruang dan Perilaku di Kawasan Kocoran Sumber : Sumber: Penyusun, 2020

4.1.3

Observasi a. Behavior Observation i. Casual Observation ii.Paticipant as Observer b. Behavior Mapping i. Place-Centered Map (Bagaimana orang menggunakan ruang) ii.Person Centered Map (Bagaimana kegiatan di seluruh ruang amatan) c. Who, What, When, Where, Where, dan Persepsi/ Emosi Orang Seluruh data hasil observasi ini dipetakan dengan memberikan atribut terhadap peta dasar Kawasan Kocoran.

17


Peta 4.1 Dasar Kawasan Kocoran Sumber: Penyusun, 2020

4.2 Data Dalam melakukan penelitian ini, dilakukan pengumpulan data sekunder mengenai ruang dan perilaku masyarakat yang tinggal di sekitar Kocoran. Dilakukan survei dengan cara menyebarkan kuisioner melalui http://ugm.id/RuangPerilakuKocoran2020. Dilakukan sampling dari sekitar 183 responden yang mengisi kuisioner tersebut. Responden didominasi oleh Mahasiswa (63%), masyarakat asli sekitar Kocoran (32%), dan lainnya (5%). Selain data yang didapatkan dari kuisioner, terdapat juga data sekunder dari instansi terkait pada kawasan amatan. Data-data tersebut diproses dan divisualisasikan ke dalam bentuk peta. 4.2.1

Ruang Personal dan Teritorial Persepsi Ruang Personal Kawasan Kocoran

140 120 100 80 60 40 20 0 McDonalds Tempo Gelato

Intimate Distance

Dunkin Donuts

Samsung Service Center

Pogung

Personal Distance

Megatruh

Warung Tubruk

Rempah Asia

Social Distance

Maharasa

Column1

Gambar 4.3 Grafik Persepsi Ruang Personal Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

18


Persepsi Teritorial Kawasan Kocoran

140 120 100 80 60 40 20 0 McDonalds Tempo Gelato

Dunkin Donuts

Primary

Samsung Service Center

Pogung

Secondary

Megatruh

Public

Warung Tubruk

Rempah Asia

Maharasa

Column1

Gambar 4.4 Grafik Persepsi Teritorial Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

Peta 4.2 Overload Space Kawasan Kocoran Peta 4.3 Arousal Kawasan Kocoran Peta 4.4 Jenis Privacy Kawasan Kocoran Sumber :, 2020

4.2.2

Kesesakan dan Kepadatan

Peta 4.5 Peta Overload Space Kawasan Kocoran Peta 4.6 Peta Arousal Kawasan Kocoran Peta 4.7 Peta Jenis Privacy Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

19


4.2.3

Kegiatan dan Perilaku Teritorial

Peta 4.8 Sistem Teritorial Kawasan Kocoran Peta 4.9 Gangguan Teritorial Kawasan Kocoran Peta 4.10 Tipe Adaptasi Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

4.2.4

Pola Interaksi dan Kegiatan

Peta 4.11 Jenis Aktivitas Kawasan Kocoran Peta 4.12 Tipe Iklim Perilaku Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

4.2.5

Ruang Sosial dalam Ruang Publik

20


Persepsi dan Emosional terhadap Kawasan Kocoran 5.10%5.40%

Peta 4.13 4.2.6

Terlalu Banyak Intersection Tidak Ada Vegetasi Akses Dari Pogung ke Megatruh Sulit Kurangnya Ruang 12.30% Sosial 38.20% Desain Tidak Memunculkan 18.20%Keseuaian Ruang Sosial dalam Persepsi Ruang Publik Karakter Kawasan Sumber : Survei Penyusun, 2020 Lainnya

20.80% Persepsi dan Emosional

Gambar 4.5 Grafik Persepsi dan Emosional Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

4.3 Analisis Setiap pemetaan memiliki analisis tersendiri dan dilakukan overlay untuk mendapatkan pernyataan dari setiap teori ruang perilaku dari Kawasan Kocoran ini. Overlay yang dilakukan mulai dari Analisis Ruang Personal dan Teritorial, Analisis Kesesakan dan Kepadatan, Analisis Kegiatan dan Perilaku Teritorial, Analisis Pola Interaksi dan Kegiatan, Analisis Ruang Sosial dalam Ruang Publik, dan Persepsi Emosional terhadap Kawasan Kocoran.

Gambar 4.6 Overlay Analisis Ruang Perilaku Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

Overlay dari tiap-tiap peta dan data tadi menciptakan analisis dari tiap-tiap terori. Berikut adalah deskripsi dari hasil overlay di atas: 4.3.1

Analisis Ruang Personal dan Teritorial 21


Dari data dan pemetaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran didominasi dengan orang-orang yang memberikan persepsi ruang personalnya dengan jarak social distance dan persepsi teritorialnya public territories. Kawasan Kocoran ini cukup overload dalam hal kapasitas ruang, orang yang beraktivitas di Kocoran memiliki gairah yang tinggi, dan mereka melakukan aktivitas yang sifatnya memiliki privasi grup. Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk transformasi ruang dan menyiapkan desain yang sesuai dengan persepsipersepsi orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran. 4.3.2

Analisis Kesesakan dan Kepadatan Dari data dan pemetaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran didominasi dengan persepsi outside density yang ada di kawasan ini dan faktor yang menyebabkan kesesakan di kawasan ini adalah interpersonal factors. Kawasan Kocoran ini dianggap sangat padat dari segi fisik bangunan dengan bangunan lainnya. Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk transformasi ruang yakni membuka beberapa ruang negatif yang nantinya dapat dijadikan ruang terbuka di Kawasan Kocoran ini. Apabila kita mengikuti salah satu konsep perencanaan ruang terbuka, terdapat tiga cara menurut Koohsari (2015) yang dapat diterapkan untuk melakukan transformasi ini, antara lain Open Space in several places, Centered Open Space, dan Buffered Open Space.

Gambar 4.8 Tipologi Perencanaan Ruang Terbuka Sumber : Health & Place, 2015

4.3.3

Analisis Kegiatan dan Perilaku Teritorial Dari data dan pemetaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran didominasi dengan orang-orang melakukan sistem territorial dengan jenis interactional territorial, mendapatkan gangguan territorial yang merata baik dari jenis violation, invasion, dan contamination. Orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran ini akan melakukan adaptasi dengan cara yang berbeda, di Jalan Kaliurang didominasi mereka akan melakukan adaptasi melalui reaksi dan tindakan, sedangkan yang lainnya dapat beradaptasi dengan penyesuaian.

22


Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk perencanaan ruang yang memiliki sistem teritorial berbasis interaksi dan memperhatikan gangguan teritori yang sekiranya dapat terjadi. Perubahan ruang tidak akan menimbulkan dapat negatif terhadap kegiatan di sana karena orang yang berkegiatan di Kawasan Kocoran sangar adaptif menanggapi perubahan. 4.3.4

Analisis Pola Interaksi dan Kegiatan Dari data dan pemetaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran didominasi dengan aktivitas yang sifatnya perlu (necessary) dan optional. Iklim perilaku di orang yang beraktivitas di kawasan ini ternyata sangat dipengaruhi oleh temperature kawasan sekitarnya. Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk perencanaan ruang yang mempertahankan fungsi-fungsi ruang yang memiliki sifat necessary, perlu juga intervrensi desain untuk mendukung interaksi dan kegiatan yang ada di kawasan tersebut.

4.3.5

Analisis Ruang Sosial dalam Ruang Publik dan Persepsi Emosional terhadap Kawasan Kocoran. Dari data dan pemetaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa orang yang melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran merasa bahwa fasilitas yang ada di kawasan ini belum memenuhi peran positif ruang publik untuk mendukung ruang sosial yang optimal. Hal ini terlihat dari minimnya ruang publik bagi masyarakat untuk beraktivitas dengan makna fasilitas sosial yang sesungguhnya (inklusif, tidak berbayar, mendukung kegiatan sosial). Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk transformasi ruang yang lebih inklusif, memperhatikan desain dengan rencana kegiatan yang akan ada di kawasan tersebut.

23


BAB V REKOMENDASI DAN USULAN KASUS STUDI 5.1 Gambaran Umum Rekomendasi Persepsi dan Emosional terhadap Kawasan Kocoran 5.10%5.40% Terlalu Banyak 12.30% 38.20%

Intersection Tidak Ada Vegetasi Akses Dari Pogung ke Megatruh Sulit Kurangnya Ruang Sosial Desain Tidak Memunculkan Karakter Kawasan Lainnya

18.20% 20.80%

Rekomendasi yang saya usulkan berdasarkan penilitan ruang perilaku ini adalah membuat ruang terbuka yang didalamnya terdapat bangunan mixed-use. Ruang terbuka ini terintegrasi dengan jaringan Bus Trans Jogja sehingga dapat diakses oleh masyarakat Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Gambar 5.1 Grafik Persepsi dan Emosional Kawasan Kocoran Sumber : Penyusun, 2020

Desain yang dibuat dilandaskan dari Persepsi dan Emosional orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran. Mulai dari rekayasa jalan satu arah melingkar, penambahan vegatasi untuk shading kawasan, memberi koneksi yang lebih mudah orang dari Kawasan Pogung ke Kawasan Megatruh dan sebaliknya, membuat ruang publik yang memiliki aktivitas sosial, dan membentuk desain yang memiliki karakter tersendiri.

24


Gambar 5.2 Master Plan Plaza Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Tercipta rekomendasi dalam bentuk rencana bernama Plaza Kocoran yang sifatnya memberikan solusi untuk segala permasalahan dan persepsi emosional negatif terhadap kawasan Kocoran. Plaza Kocoran ini memilki luas tepat 60,000 m2 dengan keliling area 900 meter. Terdapat tiga bangunan utama dengan nama Kocoran Kidul, Kocoran Kalon, dan Kocoran Kawet. Plaza ini didominasi oleh ruang hijau yakni rerumputan dan juga pohon. Rencananya, akan ada delapan fasilitas sosial yang akan mendukung kegiatan di Kawasan Kocoran.

Gambar 5.3 Plaza Kocoran dilihat dari atas mengarah ke utara Sumber : Rencana Penyusun, 2020

25


Gambar 5.4 Plaza Kocoran dilihat dari atas mengarah ke selatan Sumber : Rencana Penyusun, 2020

5.2 Perencanaan Rekomendasi yang dibuat mengacu pada hasil analisis yang telah didaptkan. Untuk penerapan Ruang Personal dan Teritorial, maka rekomendasi yang dibuat adalah Ruang Terbuka yang mengakomodasi kegiatan dengan jarak sosial dan teritori publik. Bentuk rencana dari rekomendasi ini adalah adanya pedestrian yang luas, tempat duduk di pedestrian tersebut, amphiteater untuk melakukan kegiatan, dan beberapa fasilitas sosial lainnya yang akan dijelaskan lebih lanjut. 5.2.1

Ruang Personal dan Teritorial Hasil analisis mengenai ruang personal dan territorial dapat kita implementasikan dalam bentuk transformasi ruang dan menyiapkan desain yang sesuai dengan persepsi-persepsi orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran. Dalam rekomendasi, hal ini tertuang dalam bagaimana Plaza Kocoran di desain untuk menampung aktivitas dengan jarak dan teritori publik.

Gambar 5.5 Tampak Atas Menara Jam dan Amphitheater Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

26


Pemenuhan ruang personal dan teritori tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.5 dimana ruang yang ada di Menara Jam dan Amphitheater Kocoran memberikan jarak dan teritori publik (area degan lingkaran putih putus-putus) bagi orang-orang yang melakukan aktivitas di Plaza Kocoran. 5.2.2

Kepadatan dan Kesesakan Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk transformasi ruang dimana Plaza Kocoran menerapkan perencanaan ruang terbuka dengan menerapkan Centered Open Space.

Gambar 5.6 Tipologi Perencanaan Ruang Terbuka dengan Konsep Centered Open Space Sumber : Health & Place, 2015

Peta 5.1 Transformasi Ruang Kawasan Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Konsep ini dipilih karena dirasa selain dapat mengatasi kepadatan dan kesesakan yang dialami oleh banyak orang yang biasa melakukan aktivitas di Kawasan Kocoran juga dapat mengatasi permasalahan lalu lintas yakni terlalu banyaknya intersection di Kawasan Kocoran. Transformasi ini membuat ruang terbuka memiliki luas yang sangat besar

27


dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi permasalahan dari aspek lainnya. 5.2.3

Kegiatan dan Perilaku Teritorial Hasil analisis Kegiatan ini dapat kita implementasikan dalam bentuk perencanaan ruang yang memiliki sistem teritorial berbasis interaksi dan memperhatikan gangguan teritori yang sekiranya dapat terjadi. Perubahan ruang tidak akan menimbulkan dapat negatif terhadap kegiatan di sana karena orang yang berkegiatan di Kawasan Kocoran sangar adaptif menanggapi perubahan.

Gambar 5.7 Lapangan Futsal Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Gambar 5.8 Lapangan Basket Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Pemenuhan kegiatan dan perilaku territorial tersebut tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8 dimana ruang yang ada di Lapangan Futsal dan Lapangan Basket Kocoran memberikan sistem teritorial interaksi. Lingkungan di sekitar dan yang sudah terkena dampak pembangunan plaza ini akan melakukan Tindakan adaptif dimana bangunan yang terkena imbas pembangunan dipindahkan ke Gedung Kocoran Kidul, Kocoran Kalon, dan Kocoran Kawet. Diharapkan,

28


bangunan di sekitar Plaza ini dapat mengubah fungsi bangunan mereka menjadi mixed use dan memiliki intensitas yang tinggi (tidak perlu membangun fasilitas yang memakan ruang banyak di setiap bangunan karena sudah mendapatkan eksternalitas positif dari keberadaan Plaza Kocoran). 5.2.4

Pola Interaksi dan Kegiatan Hasil analisis ini dapat kita implementasikan dalam bentuk perencanaan ruang yang mempertahankan fungsi-fungsi ruang yang memiliki sifat necessary, perlu juga intervrensi desain untuk mendukung interaksi dan kegiatan yang ada di kawasan tersebut.

Gambar 5.9 Gedung Kocoran Kawet, Lapangan Basket, dan Kolam Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Gambar 5.10 Gedung Kocoran Kidul Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Bangunan yang memiliki fungsi necessary akan dipindahkan ke Gedung Kocoran Kidul, Kocoran Kalon, dan Kocoran Kawet. Pemindahan dilakukan untuk menjaga aktivitas yang penting di Kawasan Kocoran dan membuat karakter desain Plaza Kocoran sehingga orang

29


yang melakukan aktivitas di tempat ini memiliki kesan yang besar dan memberikan dampak positif terhadap kualitas aktivitas yang dilakukan. Terdapat juga beberapa fasilitas yang dibuat untuk memenuhi kegiatan sosial dan opsional di kawasan ini. Pemberian ruang untuk kegiatan sosial dan opsional ini bertujuan agar Plaza Kocoran ini memiliki aktivitas yang berkelanjutan, aktivitasnya tidak mati dalam waktu yang singkat, dan tercipta kolaborasi juga ragam kegiatan di tempat ini.

Gambar 5.11 Suasana Amphitheater Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

Gambar 5.11 Suasana Curug Kocoran Sumber : Rencana Penyusun, 2020

5.2.5

Ruang Sosial dalam Ruang Publik dan Persepsi Emosional terhadap Kawasan Kocoran. Hasil analisis merujuk pada kita untuk melakukan implementasi dalam bentuk transformasi ruang yang lebih inklusif, memperhatikan desain dengan rencana kegiatan yang akan ada di kawasan tersebut. Hal tersebut nampaknya sudah terpenuhi dengan rekomendasi dan rencana dari aspek-aspek yang telah dijelaskan.

30


Dari keseluruhan rencana, semua peran positif ruang publik dalam mewujudkan ruang sosial yang optimal telah terwujud. Berikut adalah peran positif yang dimaksud: 1) Interaksi sosial yang meningkat mampu meningkatkan kualitas hidup warga kota; 2) Meningkatkan wajah kota dengan desain-desain ruang terbuka publik; 3) Mampu mendatangakan berbagai macam investasi, karena wajah kota yang cantik; 4) Mampu membangun komunitas dimana warga kota bisa berkumpul dan bersosialisasi; 5) Mampu mempersatukan berbagai kalangan di sebuah kota; 6) Mampu menjadi wadah pemacu kreatifitas seseorang; dan 7) Mampu menjadi ruang-ruang kolaborasi antar individu.

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa Kawasan Kocoran merupakan pusat kegiatan bagi orang-orang yang beraktivitas di kawasan sekitarnya seperti Pogung, Megatruh, dan Universitas Gadjah Mada. Kawasan Kocoran didominasi dengan orang-orang melakukan sistem territorial dengan jenis interactional territorial, mendapatkan gangguan territorial yang merata baik dari jenis violation, invasion, dan contamination. Orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran ini akan melakukan adaptasi dengan cara yang berbeda, di Jalan Kaliurang didominasi mereka akan melakukan adaptasi melalui reaksi dan tindakan, sedangkan yang lainnya dapat beradaptasi dengan penyesuaian. Didominasi dengan persepsi outside density yang ada di kawasan ini dan faktor yang menyebabkan kesesakan di kawasan ini adalah interpersonal factors. Kawasan Kocoran ini dianggap sangat padat dari segi fisik bangunan dengan bangunan lainnya. Orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran melakukan sistem territorial dengan jenis interactional territorial, mendapatkan gangguan territorial yang merata

31


baik dari jenis violation, invasion, dan contamination. Orang yang beraktivitas di Kawasan Kocoran ini akan melakukan adaptasi dengan cara yang berbeda, di Jalan Kaliurang didominasi mereka akan melakukan adaptasi melalui reaksi dan tindakan, sedangkan yang lainnya dapat beradaptasi dengan penyesuaian. Kawasan Kocoran didominasi dengan aktivitas yang sifatnya perlu (necessary) dan optional. Iklim perilaku di orang yang beraktivitas di kawasan ini ternyata sangat dipengaruhi oleh temperature kawasan sekitarnya. Fasilitas yang ada di kawasan ini belum memenuhi peran positif ruang publik untuk mendukung ruang sosial yang optimal. Hal ini terlihat dari minimnya ruang publik bagi masyarakat untuk beraktivitas dengan makna fasilitas sosial yang sesungguhnya (inklusif, tidak berbayar, mendukung kegiatan sosial). Dari keseluruhan rencana, semua peran positif ruang publik dalam mewujudkan ruang sosial yang optimal telah terwujud. Berikut adalah peran positif yang dimaksud: 1) Interaksi sosial yang meningkat mampu meningkatkan kualitas hidup warga kota; 2) Meningkatkan wajah kota dengan desain-desain ruang terbuka publik; 3) Mampu mendatangakan berbagai macam investasi, karena wajah kota yang cantik; 4) Mampu membangun komunitas dimana warga kota bisa berkumpul dan bersosialisasi; 5) Mampu mempersatukan berbagai kalangan di sebuah kota; 6) Mampu menjadi wadah pemacu kreatifitas seseorang; dan 7) Mampu menjadi ruang-ruang kolaborasi antar individu.

6.2 Saran a. Dalam melakukan penelitian, kedepannya dapat menggunakan metode yang lebih mengutamakan sensing the place berdasarkan persepsi pribadi. Hal ini dikarenakan penyusunan laporan ini tidak terlalu mendapatkan intervrensi pribadi penyusun. b. Memanfaatkan potensi yang ada dan terus mengembangkan potensi yang ada agar dapat menjadi potensional misalnya pengoptimalan pemanfaatan pusat kegiatan Jalan Kaliurang c. Penempatan fasilitas dan alih bangunan di area yang tidak sesuai lebih disesuaikan dengan kesesuain lahan yang seharusnya

32


DAFTAR PUSTAKA Altman, I., 1975. The Environment and Social Behavior: Privacy, Personal Space, Territory, and Crowding. Farquhar, G.D., von Caemmerer, S.V. and Berry, J.A., 1980. A biochemical model of photosynthetic CO 2 assimilation in leaves of C 3 species. Planta, 149(1), pp.7890. Koohsari, M.J., Mavoa, S., Villanueva, K., Sugiyama, T., Badland, H., Kaczynski, A.T., Owen, N. and Giles-Corti, B., 2015. Public open space, physical activity, urban design and public health: Concepts, methods and research agenda. Health & place, 33, pp.75-82. Luximon, Y., Kwong, H.Y. and Tai, Y.Y., 2015. User preferences of urban park seating pattern in Hong Kong. Procedia Manufacturing, 3, pp.4273-4278. Lyman, S.M., HarrĂŠ, R. and Scott, M.B., 1989. A Sociology of the Absurd. Rowman & Littlefield.

33


Stokols, D.S., Clitheroe, C. and Zmuidzinas, M., 1998. Conceptualizing the context of environment and behavior. Journal of Environmental Psychology, 18.

LAMPIRAN 1. Master Plan Plaza Kocoran

2. Foto Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial Plaza Kocoran

34


35


36


37


38


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.