Vol. IV No. 15
11 - 24 Desember 2009 C1-113
THE NEXT Tri Hita Karana Praja Nugraha untuk Puspem Badung
Bali Update
22
Best of The Best Diraih Four Seasons Jimbaran
Art & Cultural Dialogue
Meneg LH Kagumi konsep THK
Save Our Destination
23
24
Gaun Malam yang Seksi
Entertainment 26 Corner
z
Aktivitas Tahun Baru 2010
Tren Wisata Belanja Positif Tapi Pemda Kurang Proaktif Pertumbuhan pusat penjualan oleh-oleh makin marak di kota-kota wisata Bali. Tengok saja pasar seni sudah tumbuh hampir di semua kawasan objek wisata. Counter di mal-mal atau ruko yang khusus menjual produk khas Bali, pusat belanja seperti Krisna, Erlangga, Joger, atau Cening Ayu telah menjadi inspirasi bagi tumbuhnya usaha sejenis. Yang paling fenomenal, Pasar Seni Sukawati, saat ini telah diikuti dengan Pasar Seni Pagi, dan beroperasinya Pasar Seni Sukwati II Guwang, Pasar Seni Sukawati III (Cemengawon) dan Pasar Seni Desa Pekraman Sukawati, hanya 50 – 300 meter dari Pasar Seni Sukawati (pusat) di sebelah Pasar Umum, Sukawati. al ini memang telah menjadi paket wisata yang diminati oleh wisatawan yang berwisata ke Bali. Lantas, apakah fenomena ini mempercepat diversitas munculnya paket wisata belanja (shoping tours) yang akan memperkaya atraksi wisata di Bali? Agus Gede Oka Wahyoga, Operational Manager Biwa Tour & Travel mengungkapkan bahwa pihaknnya setuju jika kegiatan wisata belanja dapat dijadikan
H
sebuah daya tarik tersendiri bagi Bali. Namun tentu saja hal ini haruslah dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik. Hal ini penting menurutnnya karena selama ini semuanya terkesan berjalan sendiri - sendiri, bahkan saling menjatuhkan satu sama lain. “Jika ingin mengembangkan wisata belanja, bisa meniru konsep yang ditawarkan oleh Singapura yang serempak menyediakan bigsale untuk periode – periode tertentu,” katannya.
Penganugrahan THK Award 2009 · Emerald untuk Bali Tropic dan Griya Santrian · Melia Bali raih Hotel of the Year 2009 Penganugrahan Tri Hita Karana (THK) Awards & Accreditation 2009 berlangsung meriah. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan Menteri Lingkungan Hidup menyerahkan penghargaan itu kepada hotel, DTW, sekolah, perguruan tinggi dan kantor pemerintah. Acara ini digelar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Jumat (4/12).
H
adir pula I Gede Ardika Member of World Committee on Tourism Ethics yang juga mantan Menbudpar RI dan Prof Dr Emil Salim, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI yang konsen terhadap lingkungan dan pelestarian budaya untuk memberikan dukungan kepada penyelenggaraan kegiatan THK ini. Pada penyelenggaraan tahun ini, Griya Santrian berhasil meraih
Emerald, sebuah penghargaan tertinggi untuk kedua kalinya. Penghargaan ini diberikan karena hotel yang berlokasi di Sanur itu, secara terus menerus tiga kali mendapat medali emas. Medali Emerald juga diberikan kepada Bali Tropic untuk kategori Boutique. Hanya saja medali ini baru kali pertama diraih hotel yang berlokasi di Tanjung Benoa ini. Untuk Kategori Hotel Bintang 5/ 5 plus, medali emas diraih oleh tujuh peserta yaitu Four Seasons at Jimbaran, Intercontinental Bali Resort, Melia Benoa, Novotel Bali Nusa Dua, Nusa Dua Beach, St Regis, dan The Laguna. Untuk kategori Hotel Bintang 4, medali emas diraih oleh Harris Resort Kuta, Mercure Resort Sanur, Novotel Bali Benoa, dan Risata Bali. Sedangkan Puri Santrian, Santika Premiere, dan Grand Istana Rama masing-masing meraih perak. Halaman 27
Penganugrahan THK ................
Disamping itu Bali harus memiliki area khusus dari masing-masing daerah untuk dapat menawarkan kekhasan dari daerah tersebut. Sebenarnnya desa Celuk, Sukawati, telah memulai hal itu, namun belakangan desa yang tadinya menjadi sentra kerajinan perak, di kawasan Gianyar, sekarang merambah ke pusat oleh – oleh khas Bali yang menjual kacang, brem, dan lain-lain yang sudah di luar dari konteks sentra kerajinan perak. Tanpa Perencanaan Sekarang ini lanjut Yoga panggilan akrabnnya, ia menilai di Bali banyak tumbuh pusat oleh - oleh yang mana itu berkembang secara alamiah. Akan tetapi jika itu tanpa perhatian pengaturan yang baik dari pemerintah akan menjadi pusat oleh - oleh yang sifatnya terkesan Halaman 27
Trend Wisata ................................
Artshops di sepanjang jalan kawasan wisata diserbu wisatwan asing maupun nusantara
Pusat Belanja, Atraksi Alternatif Di tengah pesatnya pertumbuhan bisnis wisata Bali, sejumlah kalangan masyarakat berkali-kali mengingatkan, akan tiba masanya wisatawan akan jenuh. Mengacu pada sejumlah kasus yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional maupun global, dimana pada akhirnya arus wisatawan akan merosot secara drastis jika tidak ada diversifikasi atraaksi atau daerah tujuan wisata (DTW). “Jika atraksi dan objek wisatanya itu-itu saja dari tahun ke tahun , yang namanya manusia akhirnya pasti akan bosan, hanya tunggu waktu saja bisa dalam waktu dekat, bisa sekian tahun lagi,” demikian antara lain diingatkan oleh seorang pengamat, belum lama berselang. itunjuknya sebagai contoh, kasus kian merosotnya jumlah wisatawan ke Hawaii dari tahun ke tahun. Sampai akhir tahun 1970an, kawasan pulau di lautan pasifik itu tercatat sebagai objek wisata paling ramai di dunia, tapi setelah kurang adanya pelestarian alam dan budaya, serta terlambatnya upaya pengembangan atraksi alternatif, kini Hawaii hanya menjadi kenangan masa lalu di peta wisata internasional. Di tingkat nasional, Lombok yang gencar dipromosikan sebagai beyond Bali dengan
D
slogan, “Di Lombok Anda bisa Melihat Bali, tapi di Bali Anda Tidak Bisa Melihat Lombok”, sampai saat ini belum mampu mencapai target kunjungan wisatawan yang signifikan. Seperti yang dicatat pengamat, karena kurang beragamnya atraksi wisata yang ditawarkan. Di tingkat lokal, kasus Sangeh bisa jadi contoh. Kini salah satu objek wisata unggulan Badung utara makin merana sepi, antara hidup dan mati. Atraksi Alternatif Bertolak dari contoh kasus tersebut dan untuk mengantisipasi
munculnya kasus Sangeh yang lain, pemangku bisnis wisata Bali dituntut lebih aktif dan kreatif mengembangkan objek dan atraksi alternatif. Salah satu atraksi yang makin prospektif, paket wisata belanja (shoping tours), kini hanya tinggal dikelola dan dikemas lebih professional. Misalnya, menjamurnya pasar-pasar seni di lingkungan DTW atau jalur lintasan wisatawan, seperti Legian, Kuta, Nusa Dua, Jimbaran, Taman Ayun (Badung), Sanur, Kumbasari , Jalan Gajah Mada – Sumatra (Denpasar), Batubulan, Celuk, Tegal Tamu, Sukawati – Guwang, Ubud, Goa Gajah, Tampaksiring (Gianyar), Tanah Lot, Alas Kedaton (Tabanan), Kamasan (Klungkung), Candidasa, Padangbai (Karangasem), Kintamani (Bangli) dan Lovina (Buleleng). Selain kawasan tersebut, pertumbuhan pusat belanja (mall) dan ruko-ruko yang khusus menyasar wisatawan juga makin marak. Halaman 27
Pusat Belanja ...........................
C12-59