IMAGE 11

Page 1

IMAGE IMAGE #10

desember 2017

#11

Desa Wisata:

bongkahan berlian di tanah nusantara

Gunadharma Mengabdi: sebuah pengabdian masyarakat di dusun cisoka

Mohamad yudiaputra mashudi, Balasan Bantuan dari Desa Binaan

gaung bandung, 2017: Warna-Warni desa


edisi #11

2


edisi #11

editorial

Editorial Pariwisata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi dan pelancongan, dan sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009, sektor pariwisata dinyatakan menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa negara setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Pemerintah juga telah menetapkan target bahwa pariwisata akan mendatangkan hingga 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 mendatang. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Hal ini menyebabkan beranekaragamnya objek pariwisata yang dapat dikunjungi di Indonesia. Objek-objek wisata tersebut antara lain adalah wisata alam, wisata budaya, wisata komersial, hingga wisata religi; dan desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang unik dan menarik bagi para wisatawan yang ingin melepaskan penat dari hiruk-pikuknya kehidupan perkotaan. Majalah IMAGE edisi Desember, 2017, kali ini, akan membahas mengenai pariwisata dan desa wisata; bagaimana pariwisata berperan penting dalam kehidupan masyarakat Nusantara; beberapa kegiatan yang telah dilakukan IMA Gunadharma terkait pengembangan desa wisata; serta contoh-contoh desa wisata yang unik dari seluruh penjuru dunia. Vivat G! Yasmin Chairani Ulfhah

redaksi ketua biro kominfo ima-g Indah Mega Ashari G’15

wakil ketua biro kominfo ima-g Mohammad Thareq Defa G’15

ketua redaksi Yasmin Chairani Ulfhah G’15

sekretaris Eka Kurniawan G’16

Tim penulisan Koordinator

Mutia Ayu Cahyaningtyas G’16 Eko Bagus Prasetyo G’15 Clara Christy Tavis G’15

Koordinator

Shazkia Aulia Shafira D. G’16 Muhammad Bahrul Ilmi G’15 Bima Rahmaputra G’15 Aries Fadli Prayoga G’16

Koordinator

Widya Ayu Anindita G’15 Putri Permata R. G’17

Theresia Priscylla A. A. G’16 Adillah N. Yumna G’17 Hilman Prakoso G’17

Tim artistik Marestu Rizki Nugraha G’16 Khana Kanun K. G’17 Angel Tang G’17

humas dan pendanaan Vania Andriani T. G’17

1


edisi #11

04 Events

Table of 08 Content sayembara

daftar isi 2

Live-In Summer Camp 2017

TKI MAI XXXIII

10 dies 66

Gaung Bandung 2017, Warna-warni Desa

14 Desa Wisata

Bongkahan Berlian di Tanah Nusantara

20 wawancara ahli

Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MES., Ph.D. Mohamad Yudiaputra Mashudi

24 pengmas 28 fun fact

Gunadharma Mengabdi

7 Desa Wisata Terunik di Dunia


edisi #11

Bukit Moko

Ekskursi Lombok

Table of 33 Content

Desa Wisata Pulau Lombok

Adam Nurilman Dwikadartomo

Pentingnya Facade dan Facade Engineering dalam Arsitektur

Make Up, Mood Booster dalam Ber-arsitektur Craft Dus, Mengolah Limbah Jadi Karya

Sketchwalk Reborn

30 archireview

events

36 fun fact 38 sharin-g 40 for your information 42 karya-G 44 for your information

3


events

edisi #11

Live-In:

sebagai bentuk penumbuhan empati

IMA-G Bergerak dengan Empati. Itu adalah visi IMA-G pada kepengurusan tahun 2017 yang dikomandoi Ananda Rahmat Fatah (G-15). Empati menjadi nilai dasar dalam pergerakan IMA-G di tahun ini dan penanaman nilainya dilakukan sedini mungkin pada anggotaanggotanya melalui berbagai kegiatan, salah satunya kegiatan live in pada rangkaian penjenjangan mula-bina.

4

Penjenjangan mula-bina adalah rangkaian kegiatan kaderisasi tahunan yang diadakan sebagai masa penerimaan anggota baru IMA-G. Dalam rangkaian kegiatan penjenjangan mula-bina tahun ini ada sebuah kegiatan baru yang belum pernah ada di tahun-tahun sebelumnya, yaitu live in. Live in merupakan suatu kegiatan pengabdian masyarakat dengan metode tinggal bersama penduduk setempat untuk mengetahui secara langsung bagaimana kegiatan sehari-hari masyarakat yang bertujuan untuk menanamkan rasa empati pada pesertanya.

Live in yang berlangsung mulai dari tanggal 25 hingga 28 Juli 2017 ini, diikuti oleh 74 peserta penjenjangan mula-bina yang merupakan Calon Gunadharma 17 (CG-17) dan 35 orang panitia. Karena pesertanya cukup banyak dan kapasitas rumah-rumah penduduk yang tidak terlalu besar, live in dibagi di 2 tempat, ada yang tinggal di Dusun Cisoka dan ada yang tinggal di Desa Citengah, Kabupaten Sumedang. Dusun Cisoka sendiri sudah hampir satu tahun terakhir menjadi desa binaan IMA-G yang merupakan bentuk perwujudan misi pertama IMA-G tahun ini, yaitu, “Mewujudkan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan dan berbasis keilmuan�. Selama 4 hari 3 malam, peserta live in tinggal di rumah penduduk dan mengikuti kegiatan sehari-hari warga setempat yang sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani teh. Di pagi hari, mereka mengikuti orang tua asuhnya (penduduk setempat) pergi bekerja, ada yang bertani di sawah, ada yang memetik daun teh di kebun, ada yang beternak ayam, dan ada pula yang berburu. Ketika Photo Credit: Tim Dokumentasi Penjenjangan Mula-Bina 2017


edisi #11

events

matahari sudah di atas kepala, mereka turun dari kebun untuk mencari kayu bakar di hutan. Kemudian, di sore hari mereka kembali ke perkampungan warga untuk beristirahat dan bermain bersama anak-anak di desa tersebut. Di samping mengikuti kegiatan warga, para peserta live in juga melakukan observasi dan eksplorasi terhadap lingkungan Dusun Cisoka dan Desa Citengah yang memilki potensi wisata. Kegiatan live in ini mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari peserta maupun panitia, dan tak sedikit dari mereka yang ingin mengulanginya lagi. Sinyal yang sulit dan listrik yang minim, yang sering terjadi di Dusun Cisoka, bukan menjadi masalah bagi mereka. Hal-hal tersebut justru memberikan pengalaman baru bagi mereka. “Live in seru, soalnya selain ngasih pengalaman baru juga bisa bikin refreshing dan ngasih suasana yang berbeda dari keseharian di Kota bandung,� ujar Vadya (G17), salah satu peserta live in. Tak hanya bagi peserta dan panitianya, tanggapan juga banyak bermunculan dari penduduk-penduduk setempat, hal itu terbukti saat hari terakhir live in. Suasana berubah haru ketika peserta live in harus pergi meninggalkan Desa Citengah. Tak sedikit dari anak-anak penduduk setempat dan peserta live in yang meneteskan air mata kala itu. Itu merupakan bukti bahwa live in kali ini berhasil menumbuhkan empati para pesertanya. (HP)

5

Photo Credit: Tim Dokumentasi Penjenjangan Mula-Bina 2017


events

edisi #11

Summer CAMP 2017

Photo Credit: Tim Dokumentasi Summer Camp 2017

6

“The inception idea for this year’s Summer Camp came in mid of 2016 when group of lecturers of Architecture Program began to discuss idea to do a meaningful and collaborative work with local and surrounding regions of Bandung city, as a contribution from academic society to community.” – Aswin Indraprastha, Ph.D, IAI (Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur ITB) – Sejak direncanakan pada pertengahan 2016, kegiatan Summer Camp 2017 menjadi salah satu kegiatan besar yang dilaksanakan Program Studi Sarjana Arsitektur ITB pada tahun 2017. Summer Camp 2017 berkolaborasi dengan berbagai elemen baik dari akademisi, pemerintahan, dan juga dari IMA-G. Summer Camp 2017 bersinergi dengan Polman, UPI, dan SIT (Shibaura Institute of Technology). Pemerintah Kabupaten Sumedang dan Pemerintah Desa Citengah turut memiliki andil besar dalam kelancaran rangkaian acara Summer Camp 2017. IMA-G sendiri membantu dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dengan mengirimkan perwakilan untuk menjadi person in charge yang bertanggung jawab dalam pembangunan berbagai instalasi di Dusun Cisoka. Mengangkat tema “Off Grid and Sustainable Strategy for Rural Built Environment”, Summer Camp 2017 mengambil lokasi di Dusun Cisoka yang merupakan sebuah dusun terpencil di kaki

Gunung Kareumbi di tengah perkebunan teh Margawindu. Akses yang sulit membuka mata kami untuk mengembangkan potensi-potensi besar dari lokasi terpencil ini. ”This Program is nice. Though we speak different language, we communicate through design.” – Teshi (SIT Master) – Kegiatan Summer Camp secara garis besar terbagi dalam dua mata kegiatan yaitu studio dan workshop yang berlangsung pada 2-5 Agustus 2017 di ITB dan konstruksi hasil desain pada 6-12 Agustus 2017 di Dusun Cisoka. Terdapat empat rencana konstruksi yang dibangun di Dusun Cisoka meliputi Tea House, instalasi energi terbarukan, toilet komunal, dan gerbang desa. Selama konstruksi berlangsung, mahasiswa lintas universitas dan lintas negara saling bahumembahu untuk membangun sesuatu yang


edisi #11

events

bermanfaat bagi masyarakat Dusun Cisoka. Pembangunan tea house diharapkan menjadi tempat bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan kumpul warga dan menjadi tempat untuk bersantai sejenak menikmati indahnya matahari tenggelam di tengah-tengah kawasan pegunungan. Instalasi energi terbarukan memuat pembangunan picohydro dengan memanfaatkan aliran sungai yang cukup deras sebagai pembangkit listrik dan pemanfaatan energi matahari secara maksimal dengan instalasi Solar Photovoltaic (PV) untuk menambah daya listrik yang ada. Sampah organik warga juga dapat dimanfaatkan dengan instalasi Biodigester yang menghasilkan gas untuk memasak dan pupuk untuk bercocok tanam. Pembangunan toilet komunal menjadi penting mengingat sangat kurangnya fasilitas MCK di area dusun ini, dan pembangunan gerbang desa memanfaatkan tensegrity menjadi penanda wilayah dusun yang memiliki kesan monumental. Harapan besar dari rangkaian kegiatan Summer Camp 2017 di Dusun Cisoka ini adalah dapat menjadi awal dari proses panjang yang secara bertahap dapat meningkatkan kesadaran warga setempat untuk mandiri. (RRW)

Kegiatan workshop di Gedung Labtek IXB, ITB Photo Credit: Tim Dokumentasi Summer Camp 2017

Kegiatan workshop di Dusun Cisoka, Desa Wisata Citengah, Sumedang Photo Credit: Tim Dokumentasi Summer Camp 2017

7


sayembara

edisi #11

Re-humanizing Jatinegara:

8

Walkable Mixed-Use Neighbourhood SAYEMBARA TKI MAI XXXIII

Transit Oriented Development & Mixed Used Building Peserta 1 Nama : Stella Mariss TTL : Jakarta, 10 Mei 1996 Jurusan : Arsitektur Angkatan: 2014 Email : stellamariss1996@gmail.com Peserta 2 Nama : Taufiq Samadyadi TTL : Lampung Tengah, 17 Mei 1997 Jurusan : Arsitektur Angkatan: 2014 Email : taufiqsam17@gmail.com Peserta 3 Nama : Jovani Debora TTL : Jakarta, 11 Agustus 1996 Jurusan : Arsitektur Angkatan: 2014 Email : jovanipurba@gmail.com


edisi #11

Permasalahan urbanisasi merupakan isu yang umum terjadi pada kota-kota di negara berkembang. Jatinegara, Jakarta merupakan salah satu contoh kawasan yang mengalami dampak buruk urbanisasi. Menurut data BPS 2016, laju urbanisasi di Jakarta mencapai 12 orang per jamnya. Peningkatan jumlah penduduk di kawasan Jatinegara yang tidak terkontrol menyebabkan timbulnya masalahmasalah, seperti masalah kesehatan, kriminalitas, polusi, dan fenomena urban sprawl. Namun di balik permasalahan urbanisasi yang terjadi di kawasan Jatinegara, kawasan ini memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan untuk menanggulangi dampak urbanisasi tersebut. Jatinegara merupakan kawasan yang memiliki latar belakang historis yang cukup kuat dengan adanya bangunanbangunan tua dengan langgam arsitektur Belanda dan Cina. Kawasan ini pun memiliki pilihan sarana transportasi yang beragam. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat pusat perdagangan batu permata terbesar se- Asia Tenggara. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi dampak urbanisasi yang terjadi di Jatinegara adalah dengan menciptakan kawasan yang terintegrasi dengan sarana transportasi dan mewadahi beragam kebutuhan masyarakat sehingga mampu meminimalkan kebutuhan komuting dan dapat meningkatkan nilai hidup penghuninya. Walkable Mixed-Use Neighbourhood adalah sebuah konsep rancangan yang responsif terhadap dampak urbanisasi dan gaya hidup buruk masyarakat Jakarta di kawasan padat penduduk, Jatinegara, dengan tetap mempertahankan dan memanfaatkan potensi kawasan tersebut.

sayembara

9


dies 66

edisi #11

gaung bandung 2017,

warna-warni desa Mengangkat tagline “Warna-Warni Desa�, IMA-G (Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma) ITB mengenalkan konsep revitalisasi desa melalui rangkaian acara Gaung Bandung 2017. Sasaran utama rangkaian acara Gaung Bandung 2017 ditujukan untuk memberikan pemahaman baru kepada masyarakat tentang perlunya penerapan konsep revitalisasi desa, sebuah istilah yang mungkin masih terdengar belum awam ini. Sebagai revitalisasi

pemahaman singkatnya, desa merupakan upaya

10

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gaung Bandung 2017

“menghidupkan kembali� eksistensi desa melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan warganya dalam aspek fisik, ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu, revitalisasi desa ini sebenarnya dapat dijadikan sebagai sebuah pendekatan dan solusi pintas untuk menyelesaikan pemasalahan kepadatan kota yang kian muluk akibat peningkatan angka urbanisasi. Agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan baik, selain didukung oleh keberadaan program dari pihak-pihak berwenang, dalam proses revitalisasi desa juga dibutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat desa itu sendiri.


edisi #11

dies 66

kampanye kreatif dan instalasi pohon kehidupan Dalam mangawali rangkaian acaranya, pada 6 Agustus 2017 Gaung Bandung mengadakan pre-event dalam bentuk kampanye kreatif dan intervensi ruang publik tentang pemahaman konsep revitalisasi desa. Kampanye kreatif Gaung Bandung 2017 dilaksanakan pada Car Free Day Dago untuk menarik lebih banyak massa dari warga Kota Bandung dalam acara propaganda ini. Sebagai atraksi utama, dalam kampanye kreatif ditampilkan instalasi panel interaktif berbentuk pohon kehidupan. Dalam instalasi panel tersebut dijelaskan isu urbanisasi pada kota-kota di Indonesia yang semakin meningkat, lalu pembahasan tentang langkahlangkah dalam upaya revitalisasi desa, serta contoh studi kasus proses revitalisasi desa yang dilaksanakan di Dusun Cisoka, sebuah desa binaan oleh program studi Arsitektur ITB dan IMA-G. Melalui acara ini, pihak panitia mengharapkan timbulnya kesadaran dan rasa empati masyarakat kota akan pentingnya revitalisasi desa untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kota akibat laju urbanisasi yang semakin tinggi.

11

sayembara arsitektur nasional: balai warga dusun cisoka Acara Gaung Bandung 2017 berikutnya adalah sayembara arsitektur tingkat nasional yang diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia. Sayembara arsitektur ini mengangkat latar belakang perlunya pengembangan Dusun Cisoka sebagai sebuah desa wisata melalui perancangan bangunan balai warga untuk fungsi akomodasi wisata.

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gaung Bandung 2017


dies 66

edisi #11

Kegiatan sayembara tersebut telah dibuka sejak 21 Agustus 2017, diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai daerah di luar Kota Bandung, dan berakhir dengan diperolehnya lima besar hasil sayembara terbaik pada penjurian final oleh Andry Widyowijatnoko (praktisi bambu dan dosen Arsitektur ITB), Budi Rijanto (komuitas mitra desa dan dosen arsitektur ITB), dan Eugenius Pradipto (praktisi bambu dan dosen Detap FT UGM) pada 20 November 2017. Hasil sayembara terbaik milik peserta ini kemudian dipamerkan dalam acara Bedah Karya pada 25 November 2017 di Aula Barat ITB.

bedah karya Bedah karya merupakan acara penutup Gaung Bandung 2017. Acara yang digabung menjadi satu dengan acara Reuni Akbar Alumni Arsitektur ITB 2017 ini mengundang para alumni, peserta lomba, dan tamu lainnya untuk ikut menghadiri diskusi umum dengan topik “Kampung Kota dan Masa Depannya sebagai Craddel of Urban Society�. Acara diskusi ini menghadirkan dua orang pembicara, yakni Sri Probo Sudarmo, seorang pakar permukiman, dan Hizrah Muchtar, seorang ahli di bidang urban planning, dengan moderator Indah Widiastuti, dosen Arsitektur ITB. Setelah berakhirnya kegiatan diskusi, acara dilanjutkan dengan prosesi penjamuan dan penganugerahan juara bagi para pemenang lomba fotografi yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Arsitektur ITB dan lomba sayembara arsitektur nasional yang diadakan oleh IMA-G. (EBP)

12

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gaung Bandung 2017


edisi #11

dies 66

13

Photo Credit: Indah Mega Ashari


edisi #11

14

DESA WISATA:

Bongkahan berlian di tanah nusantara


edisi #11

15

Photo Credit: Indah Mega Ashari


artikel inti

edisi #11

Desa Binaan/wisata Photo Credit: Indah Mega Ashari

16

Walau terdengar begitu familiar di telinga kita, apakah arti dari istilah ‘pariwisata’ yang sebenarnya? Apakah ‘pariwisata’ memang hanya terbatas pada kegiatan rekreasi saja? Menurut KBBI, pariwisata dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi dan pelancongan. Namun menurut A. J. Burkart dan S. Malik dalam bukunya yang berjudul “Tourism, Past, Present, and Future”, pariwisata dapat diartikan sebagai perpindahan yang dilakukan seseorang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuantujuan di luar tempat di mana mereka biasa hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama di tempat tujuan tersebut (Soekadijo, 2000: 3). Tujuan yang biasa dilakukan dalam kegiatan pariwisata bisa saja berkaitan dengan kunjungan pendidikan, budaya, religi, komersial, olahraga, hingga kunjungan bisnis dan kesehatan.

pariwisata di Indonesia Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2009, Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata RI menyebutkan bahwa pariwisata dinyatakan sebagai sektor yang menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa negara setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Kemudian pada tahun 2015, pariwisata dapat mendatangkan hingga 10 juta wisatawan mancanegara untuk berekreasi di Indonesia. Melihat peluang tersebut, pemerintah akhirnya menetapkan target bahwa pariwisata akan mendatangkan hingga 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 mendatang. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Hal ini menyebabkan beranekaragamnya objek pariwisata yang dapat dikunjungi di Indonesia dan salah satunya adalah dengan wisata budaya. Beragam kelompok masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia memiliki adat serta kebudayaan yang unik dan beragam. Beberapa masih menjunjung tinggi nilai adat tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi dalam suatu suku atau kelompok, beberapa telah mengalami penggabungan dengan adat atau budaya dari kelompok lainnya, dan beberapa hanya tinggal cerita yang terucap


edisi #11

artikel inti

dari mulut ke mulut saja. Kebudayaan tersebut dapat berupa tarian, nyanyian, bahasa, upacara keagamaan, atau bahkan kegiatan hidup sehari-hari seperti memasak, menenun, berburu, dan sebagainya. Bukan hanya dari aspek kebudayaannya saja, salah satu aset milik Indonesia yang banyak mendatangkan wisatawan lokal maupun mancanegara adalah keanekaragaman dan keindahan alamnya. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang selalu disinari matahari sepanjang tahun. Deretan pantai dengan pasir putihnya, keindahan ekosistem bawah lautnya, deretan bukit dan pegunungannya, kawah dan danaunya yang penuh warna, hingga keanekaragaman spesies flora dan fauna yang dimiliki Indonesia, dapat mendatangkan jutaan wisatawan dari berbagai negara untuk ikut menjelahi alam Indonesia.

desa wisata Menurut Edward Inskeep (1991), desa wisata dapat diartikan sebuah pariwisata di mana terdapat sekelompok kecil wisatawan

Photo Credit: Indah Mega Ashari

17

yang tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, biasanya di desa-desa yang terpencil, dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat. Kehidupan pedesaan yang unik, sederhana, kental dengan adat-istiadatnya, dan tidak dapat ditemukan dalam kehidupan perkotaan merupakan daya tarik utama dari sebuah desa wisata. Namun, hanya dengan menawarkan lokasi dan kegiatan keseharian saja tidak akan cukup untuk membuat sebuah desa wisata dapat terus mempertahankan keberadaannya di mata para wisatawan lokal maupun mancanegara. Desa wisata yang baik harus memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas. Hal ini sangat erat kaitannya dengan komponen pariwisata yang disebut sebagai atraksi. Secara umum, atraksi dari suatu desa adalah seluruh kehidupan keseharian masyarakat setempat beserta latar fisik lokasi desa, yang memungkinkan wisatawan berpartisipasi aktif di dalamnya. Kegiatan tersebut bisa saja muncul dari Photo Credit: Indah Mega Ashari


artikel inti

kegiatan menari, menenun, bermusik, bertani, atau kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan adat-istiadat lingkungan setempat. Semakin unik suatu kegiatan yang dapat ditemukan dan melibatkan wisatawan di dalamnya, maka akan semakin tinggi pula daya tarik desa wisata tersebut. Selain memiliki nilai atraksi yang baik, sebuah desa wisata harus memiliki fasilitas pendukung yang sangat berkaitan erat dengan komponen pariwisata yang disebut sebagai akomodasi. Akomodasi sendiri dapat diartikan sebagai fasilitas yang dimanfaatkan wisatawan untuk beristirahat atau menginap. Selain akomodasi, fasilitas lain yang perlu diperhatikan adalah ruang interaksi masyarakat dengan wisatawan, pusat informasi, toilet, infrastruktur, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain memanfaatkan rumah dan bangunan yang telah ada, arsitek juga dapat turut serta memberikan ide dan gagasan mereka dalam proses perancangan komponen akomodasi ini. Namun, satu hal yang perlu arsitek garis bawahi dalam

edisi #11

perancangan komponen ini adalah keaslian dari nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam rumah masyarakat setempat. Dalam melakukan perancangan, arsitek tidak dapat serta-merta membongkar suatu rumah untuk dibangun ulang dalam bentuk yang jauh berbeda dari bentuk rumah-rumah tradisional yang lain. Arsitek juga tidak boleh sembarangan memilih lokasi atau rumah yang ingin diperbaiki atau direnovasi. Kerja sama dan keterlibatan masyarakat dalam proses perancangan juga menjadi salah satu kunci yang penting untuk mengembangkan sebuah desa wisata. Dengan terlibatnya masyarakat setempat dalam proses perancangan, bukan hanya arsitek yang akan banyak belajar mengenai kentalnya kebudayaan setempat tetapi masyarakat juga akan mempunyai rasa kepimilikan terhadap fasilitas pariwisata yang ada di desa mereka. Dengan tumbuhnya rasa kepemilikan tersebut, proses perawatan dan perbaikan fasilitas akan dengan sendirinya muncul dari masyarakat tanpa harus menunggu bantuan dari pihak luar lagi.

18

Photo Credit: Shazkia Aulia


edisi #11

artikel inti

Photo Credit: Shazkia Aulia

Apabila pemerintah memang serius ingin menaikkan devisa negara dengan mendatangkan hingga 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019 mendatang, pemerataan perbaikan dan pengembangan di berbagai area rural di seluruh Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah. Pariwisata berbasis desa wisata ini dapat menjadi salah satu solusi sebuah kegiatan berwisata yang unik dan menarik sehingga keberadaan desa-desa terpencil dari berbagai pulau di seluruh Nusantara kini harus mulai dilirik oleh pihak pemerintah untuk terus dijaga dan dikembangkan sesuai dengan karakter masing-masing daerah. Jangan sampai negara kita kalah langkah dengan para investor asing, yang kiranya sangat senang mengambil kekayaan Nusantara, di luar sana. Sehingga di masa mendatang, adanya desa-desa wisata ini tidak hanya akan menguntungkan pihak luar yang ingin berekreasi dan menghilangkan penat mereka karena terlalu lama bekerja di antara hirukpikuknya kehidupan perkotaan, desa wisata juga dapat memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi Nusantara dan masyarakat lokalnya. (YCU)

19

Photo Credit: Shazkia Aulia


wawancara ahli

edisi #11

Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MES., Ph.D. “Pariwisata bukan tujuan, dia hanyalah alat untuk menyejahterakan lokal.”

pendukung kegiatan pariwisata, yang biasa disebut 3A, sangatlah penting. Ketiga aspek 3A tersebut adalah attraction atau disebut juga daya tarik, accessible atau kemudahan untuk dijangkau, dan accommodation atau fasilitas yang memenuhi kebutuhan manusia.

20

Ir. Wiwik Dwi Pratiwi, MES., Ph.D. atau akrab disapa Bu Wiwik merupakan seorang dosen Program Sarjana Arsitektur dan Magister Pariwisata Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung. Penelitian beliau sehingga mendapat gelar Ph.D. berjudul “Tourism in Traditional Bali Settlement: Institutional Analysis of Built Environment Planning”. Berawal dari membantu riset mengenai Pangandaran, timbul kesadaran dalam hati Bu Wiwik bahwa Indonesia ini sangat indah jika tertata, bersih, dan terawat. Masih banyak bagian dari Indonesia yang bisa dikembangkan; terutama dalam aspek desa wisata. Hingga saat ini, Bu Wiwik aktif dalam perancangan masterplan, arsitektur, dan meneliti terutama berkaitan dengan bidang kepariwisataan dan perumahan permukiman. Bicara mengenai desa wisata, di Indonesia pengembangan desa wisata tak bisa lepas dari UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan terutama yang berkaitan dengan pengertian dan definisi. Namun, dari segi keilmuan ataupun teoritis definisi ini bisa sangat beragam. Menurut Bu Wiwik pengertian mengenai desa wisata adalah suatu desa yang punya kegiatan pariwisata. Meskipun terlihat sederhana tetapi implikasi kegiatan pariwisata ini membutuhkan aspek pendukung. Sehingga untuk mewujudkan sebuah desa wisata keberadaan aspek

Aspek pendukung kegiatan pariwisata yang utama adalah attraction atau daya tarik. Untuk disebut desa wisata, maka desa tersebut harus memiliki suatu elemen khusus yang membuat orang tertarik untuk berkunjung di sana. Akan tetapi, daya tarik itu memiliki nilai relativitas yang cukup tinggi, satu hal yang menarik bagi orang tertentu belum tentu menarik bagi orang lain. Oleh karena itu, secara umum daya tarik ini bisa ditinjau dengan banyak aspek, seperti keadaan alamnya, kebudayaannya, sejarahnya, hingga event atau fenomena tertentu yang terjadi secara periodik. Aspek kedua adalah adanya akses (accessible). Akses yang dimaksud adalah kemampuan desa tersebut untuk dikunjungi atau keberadaan alat transportasi untuk menuju desa tersebut. Namun, untuk desa wisata sendiri akses berjalan kaki ataupun mendaki terkadang tidak menjadi permasalahan. Poin penting disini adalah tempat tersebut dapat diakses oleh semua orang. Aspek pendukung yang terakhir adalah akomodasi (accommodation). Hal-hal yang mencakup akomodasi termasuk di dalamnya antara lain makanan, minuman, dan tempat menginap. Terkadang ditemukan juga suatu desa yang infrasturktur dan akomodasinya dianggap kurang; atau bahkan tidak ada. Meskipun demikian, hal ini tidak menjadi masalah besar jika daya tarik desa itu ‘mengharuskan’ untuk itu, misalnya desa dengan atraksi yang bersifat eventual atau periodik. Wisatawan juga terkadang tidak butuh yang mewah. Wisatawan kadang ingin


edisi #11

wawancara ahli

merasakan suasana asli tempat tersebut. Bagi wisatawan yang penting kebutuhan primernya tercukupi. Pariwisata bukan tujuan, dia hanyalah alat untuk menyejahterakan lokal. Ketika wisatawan terlalu banyak sehingga warga lokal tidak mampu mengatasinya, maka interfensi dan bantuan pihak dari luar desa akan diperlukan. Bantuan tersebut dapat berupa bimbingan manajemen, kesiapan diri, bahkan penataan infrasturktur. Dalam pembentukan pariwisata masyarakat tidak bisa dipaksa ataupun didikte. Desa wisata pada dasarnya adalah sebuah pemberdayaan masyarakat terutama di desa. Terlebih desa wisata dapat menjadi peluang kerja oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan primer. Intervensi arsitektur dalam desa wisata sebenarnya bergantung dari pemahaman arsitektur. Jika kita beranggapan bahwa arsitektur adalah bangunan atau bentuk fisik saja maka arsitektur bisa saja tidak diperlukan. Pada kasus Stonehenge misalnya, justru di tempat itu seluruh bangunan disingkirkan dari daerah padang rumput. Hal ini disebabkan oleh daya tarik wisata dari daerah tersebut adalah si Stonehenge-nya. Peran paling penting arsitektur adalah membangun jiwa tempat dari tempat tersebut atau akrab disebut sebagai spirit of place ataupun genius loci. Jika bukan ditransformasikan dalam bentuk bangunan, arsitektur dapat berperan dalam pengaturan lingkungan sehingga nilai atau makna dari suatu daerah tidak akan hilang begitu saja. Arsitektur memutuskan area mana yang boleh dibangun, bahkan dibangun tinggi, bagian mana yang sebaiknya tidak dibangun. Candi Prambanan, Aula Barat dan Aula Timur dirancang dengan memosisikannya berada di tengah-tengah tanah lapang yang jauh dari bangunan lain. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan nilai wibawa yang dimiliki bangunan. Apabila arsitek tidak ikut campur dan tiba-tiba sebuah bangunan tinggi dibangun di sebelah atau sekitarnya, maka objek seperti candi, bangunan bersejarah, dan lain sebagainya tersebut akan tertutup bahkan kehilangan kesan wibawa dan agung yang dimilikinya. (DKACD)

Stonehenge Photo Credit: english-heritage.org.uk

Akses Photo Credit: Dini Kurnia A. C. D., 2016

21

Atraksi alam dari Dusun Cisoka, Desa Wisata Citengah Photo Credit: Dini Kurnia A. C. D., 2017

Atraksi sejarah dan kebudayaan dari Candi Sambisari di Desa Sambisari Photo Credit: Dini Kurnia A. C. D., 2015


wawancara ahli

edisi #11

Mohamad Yudiaputra Mashudi,

balasan dari desa binaan

hasil padi menggunakan gerobak yang rusak. Kemudian, beliau membantu petani tersebut untuk membawakan hasil padi ke rumahnya. Pertolongan tersebut dibalas oleh petani dengan mengajaknya makan di rumah petani. Pertolongan yang ia lakukan menimbulkan kebahagiaan bagi dirinya. Oleh karena itu, peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa yang menjadi motivasi untuk menjadikan suatu desa menjadi desa binaan.

22

Ada tiga hal yang menjadi inti keberadaan manusia di dunia. Seumur hidupnya manusia akan belajar, bekerja, dan beribadah. Tiga hal inilah yang menjadi alasan bagi Mohamad Yudiaputra Mashudi, Program Director dari Indonesia Center for Sustainable Development Bandung, terjun ke dunia pemberdayaan masyarakat desa. Menurutnya, bidang ini telah mencakup ketiga inti keberadaan manusia di dunia. Pemberdayaan masyarakat desa merupakan pekerjaan yang membuatnya bahagia, memberikan pelajaran yang tidak dapat ditemukan di buku, dan dianggap baik oleh Tuhan. Singkatnya, beliau tidak menemukan alasan untuk tidak berkecimpung di bidang ini. Masa awal beliau menyadari hal tersebut adalah ketika suatu hari beliau bertemu dengan seorang petani yang sedang membawa

Hubungan antara pemberdaya masyarakat desa dengan desa binaan adalah seperti orang yang mengajarkan temannya naik sepeda. Ketika seorang teman ingin pergi ke suatu tempat, cara yang paling cepat adalah dengan memberikannya tumpangan. Namun, cara yang paling benar adalah dengan mengajarkannya cara untuk mengendarai sepeda tersebut. Ketika teman tersebut dapat mengendarai sepeda, ia dapat pergi ke tempat mana saja yang ia mau. Desa binaan pun demikian, bukan hanya sekedar memberikan bantuan, pemberdaya masyarakat desa justru diminta untuk membantu warga desa menjadi masyarakat yang terdidik dan dapat berkembang secara mandiri. Sesungguhnya, pengembangan desa bukanlah tanggung jawab masyarakat kota, tetapi merupakan tanggung jawab masyarakat desa itu sendiri. Keberadaan desa binaan memberikan pengaruh bagi banyak kalangan. Bagi mahasiswa, pengalaman berkegiatan dalam pengembangan desa binaan memberikan kesempatan untuk membumikan ilmu yang mahasiswa punya menjadi ilmu terapan. Ilmu yang telah dipelajari tidak hanya sekedar konsep, tetapi menjadi ilmu yang dapat dikerjakan secara praktis. Keberadaan desa binaan juga memberikan pengaruh bagi kota-kota di sekitarnya. Dengan adanya pengembangan desa binaan, urbanisasi dapat dicegah dan dikurangi karena masyarakat diajarkan untuk lebih puas dengan hasil capaian pekerjaan mereka setiap harinya.


edisi #11

wawancara ahli

Puas bukan bicara soal jumlah, tapi lebih kepada rasa syukur yang dialami masyarakat ketika mereka merasa cukup akan pendapatan yang mereka terima dan melakukan pekerjaan tersebut dengan bahagia. Hal ini menyadarkan masyarakat bahwa hidup sejahtera tidaklah harus selalu hidup di kota.

Pelatihan kelompok pada pedagang pakaian. Photo Credit: Moh. Yudiaputra Mashudi

Produksi tahu oleh salah satu warga Desa Pengalengan. Photo Credit: Moh. Yudiaputra Mashudi

Salah satu usaha masyarakat Desa Pengalengan memproduksi keripik pisang. Photo Credit: Moh. Yudiaputra Mashudi

Pada awalnya, hal yang diajarkan kepada masyarakat desa adalah pembentukan pola pikir atau mental yang lebih terbuka dan mendalam. Menanamkan nilai-nilai untuk mau belajar dan mandiri, bukan hanya sekedar menerima bantuan yang dapat menimbulkan jiwa konsumerisme pada masyarakat. Setelah itu, masyarakat barulah diajarkan hal-hal teknis yang memerlukan keterampilan dan sebagainya. Umumnya, kegiatan yang diajarkan bagi masyarakat adalah manajemen usaha. Saat ini ICSD Bandung telah menjadikan beberapa desa di Jawa Barat menjadi desa binaan, sebagai contoh adalah 13 Desa yang berada di Kecamatan Pengalengan. Kegiatan ini dimulai dari kelompok kecil beranggotakan 3 orang pada tahun 2009 yang kemudian terus bertambah menjadi 72 orang. Pada awalnya, banyak pihak yang menentang kegiatan di desa tersebut. Namun, setelah diberi pengertian, akhirnya kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Desa-desa di Pengalengan sampai saat ini masih terus berkembang sejak bantuan terakhir yang diberikan pada tahun 2011. Pemberdaya masyarakat bukanlah pihak yang memberikan bantuan. Seperti petani yang mengajak makan di rumahnya setelah dibantu membawakan padi, desa sendirilah yang memberikan bantuan kepada pemberdaya masyarakat desa. Beliau yang juga merupakan dosen Program Magister Sekolah Bisnis dan Manajemen, berharap mahasiswa mau ikut serta dalam pemberdayaan masyarakat desa binaan, khususnya arsitektur. Mahasiswa arsitektur memiliki ilmu dan pengetahuan yang mudah untuk diajarkan kepada masyarakat desa. Dengan ikut berpartisipasi, mahasiswa akan mendapatkan balasan dari masyarakat desa. Balasan bantuan yang diberikan bukan hanya sekedar ajakan makan ataupun senyuman terima kasih, tetapi pembelajaran dan pengalaman yang jauh lebih berharga dan tidak akan ditemukan mahasiswa di dalam kelas. (HDH)

23


edisi #11

24


edisi #11

25

“Anak-anak dari Dusun Cisoka yang membersihkan lumpur setelah bermain bola dengan massa G.� Photo Credit: Tim Dokumentasi Pengmas 2017


pengabdian masyarakat

edisi #11

Gunadharma Mengabdi: 26

sebuah pengabdian masyarakat di dusun cisoka kehidupan di cisoka Dusun Cisoka merupakan salah satu dusun di Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Dusun ini memiliki pemandangan yang indah karena terletak di perbukitan dengan ketinggian sekitar 1200 mdpl dan dikelilingi oleh kebun teh serta hutan. Meski suasana di dusun ini sangat asri, akses menuju Dusun Cisoka cukup sulit. Jalan yang tidak rata, curam, dan berbatasan langsung dengan jurang harus ditempuh untuk sampai ke dusun ini. Dusun ini juga belum menerima aliran listrik dari PLN. Untuk memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari, warga menggunakan listrik yang berasal dari panel surya yang ditempatkan di atap rumah dan kincir air yang ditempatkan di sungai. Dusun Cisoka dihuni oleh 23 kepala keluarga yang memiliki mata pencaharian

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gunadharma Mengabdi

utama sebagai petani dan pemetik teh. Penduduk Dusun Cisoka merupakan penduduk pendatang yang sebagian besar berasal dari Garut, Pangalengan, dan Ciwidey. Mereka awalnya merupakan pekerja di pabrik teh yang kemudian berdatangan ke Cisoka pada tahun 1985 seiring dibukanya Perkebunan Teh Margawindu. Status tanah yang mereka gunakan sekarang ini masih merupakan Hak Guna Lahan, sehingga rumah-rumah yang dibangun warga masih berupa rumah-rumah semi permanen. Aktivitas warga sehari-hari adalah memetik teh. Aktivitas ini dimulai sejak pukul 06.00 pagi hingga pukul 13.00 siang, setiap Senin sampai Kamis. Setelah dipetik, teh dikumpulkan kepada pengepul untuk dibawa ke kota menggunakan truk. Setiap paginya pula anak-anak diantar orang tuanya ke Desa Citengah untuk sekolah. Dari siang hingga malam hari, warga melakukan aktivitas mereka masing-masing. Ada yang mengolah


edisi #11

kebun, bercengkerama dengan warga lain, bermain dengan anak-anak, atau hanya istirahat di rumah. Untuk hari Jumat hingga Minggu warga memiliki waktu luang dari pagi karena pengepul teh tidak mengambil teh pada hari tersebut. Hal lain yang menarik dari Cisoka selain pemandangannya yang menakjubkan adalah mitos-mitos yang berkembang di dusun ini. Salah satu mitos yang menarik adalah jika kita menemukan ular kecil berwarna kuning yang mengenakan ikat kepala, kita tidak boleh mengganggu ular tersebut. Menurut kisah yang beredar di masyarakat, ular tersebut merupakan leluhur dari semua ular yang ada di wilayah Cisoka. Oleh karena itu, jika ular tersebut diganggu maka akan ada banyak ular yang mendatangi orang yang menggangunya. Entah benar atau tidak, mitos yang dimiliki warga Cisoka tersebut merupakan salah satu kearifan lokal yang sudah jarang kita temui di perkotaan.

pengabdian masyarakat

gunadharma mengabdi dan permasalahan saluran air Tahun ini, Ikatan Mahasiswa Gunadharma ITB sedang dalam proses menjadikan Dusun Cisoka sebagai desa binaan, dibantu oleh kegiatan Mitra Desa oleh Prodi Arsitektur ITB. Program kerja utama yang diusung adalah Gunadharma Mengabdi, yaitu sebuah inisiasi dari proses pengabdian masyarakat berkelanjutan. Gunadharma Mengabdi memiliki target untuk menghasilkan masterplan pengabdian masyarakat yang berisi pemetaan potensi, masalah, serta pengajuan solusi atas masalah tersebut. Program kerja ini berlangsung selama satu tahun kepengurusan dan terdiri dari beberapa mata acara, seperti survey berkala ke Dusun Cisoka untuk membuat pemetaan potensi dan masalah, diskusi bersama masyarakat dan Massa G terkait pencarian solusi, hingga mencapai puncaknya pada 11 November

27

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gunadharma Mengabdi


pengabdian masyarakat

edisi #11

2017 dan 12 November 2017. Puncak dari program kerja Gunadharma Mengabdi ini adalah kegiatan bersama warga dalam rangka menyelesaikan salah satu masalah di dusun tersebut, yang akan dijelaskan pada paragraf berikut. Dengan bentang alam yang kaya dan menakjubkan bukan berarti Dusun Cisoka tidak memiliki masalah. Sumber mata air di Cisoka cukup melimpah dan tidak pernah kering meski musim kemarau tiba. Akan tetapi, sistem penyaluran air dari sumber air ke permukiman warga sering mengalami masalah. Pada musim kemarau kebun-kebun warga tidak bisa ditanami karena tanahya kering. Masalah penyaluran air ini terjadi karena pipa-pipa yang menyalurkan air sering rusak. Pipa-pipa tersebut rusak karena dua faktor. Pertama karena dirusak oleh babi hutan. Kedua karena perbedaan ukuran pipa sehingga terjadi perbedaan tekanan yang menyebabkan pipa pecah. Berangkat dari masalah penyaluran air, IMA-G ITB mencoba membantu menyelesaikan masalah tersebut pada puncak acara program kerja Gunadharma Mengabdi yang terdiri dari dua hari. Hari pertama mahasiswa dan warga bantu-membantu untuk mengganti pipa-pipa air yang rusak dan ukurannya tidak sama.

28

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gunadharma Mengabdi


edisi #11

pengabdian masyarakat

Selain itu, dibuat juga bak penampungan air di dua sumber air. Proses pengerjaan ini dimulai dari pagi dan selesai pada siang harinya. Setelah penggantian pipa dan pembuatan bak penampungan selesai, pekerjaan dilanjutkan dengan pembuatan filter air. Filter air ini nantinya digunakan untuk membantu menyaring air agar lebih bersih. Saat hujan deras biasanya sumber air menjadi keruh sehingga air ikut kotor. Filter air tersebut akan diletakkan di bak penampungan air warga. Pembuatan filter air tersebut belum bisa selesai dalam satu hari sehingga dilanjutkan pada hari kedua. Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan menyelesaikan pembuatan filter dan pada siang hari dua buah filter sudah terpasang di bak penampungan air warga. Kegiatan ditutup dengan seremonial singkat berupa penanaman pohon bersama warga dan mahasiswa. Warga merasa sangat senang dan berterima kasih atas kegiatan mahasiswa tersebut. Warga berharap hubungan silaturahmi antara warga dan mahasiswa masih bisa dilanjutkan meski kegiatan sudah selesai. Warga juga berpesan agar mahasiswa tidak malu-malu untuk berbaur dengan warga. (DW)

29

Photo Credit: Tim Dokumentasi Gunadharma Mengabdi


fun fact

edisi #11

7 Desa Wisata Terunik di Dunia Pernah nggak kalian terpikir untuk menjelajahi desa-desa di berbagai belahan dunia? Kita bisa menikmati warna-warni keindahan alam, merasakan berbagai macam iklim, juga bisa terlibat dalam kebudayaan masyarakat daerah yang beraneka ragam. Asyik bukan? Tapi di mana ya desa yang “worth it� untuk didatengin? Nah, kebetulan banget nih, majalah IMAGE punya beberapa referensi desa di dunia yang pastinya nggak bakal nyesel deh kalo ke sana!

Nagari Pariangan

Desa pertama adalah Nagari Pariangan. Kok namanya nggak asing ya? Oh, iya dong, karena Nagari Pariangan telah dinobatkan menjadi salah satu dari lima desa terindah di dunia pada tahun 2012 oleh Travel Buget, majalah internasional dari New York, Amerika Serikat. Terletak di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Desa Pariangan memiliki pemandangan dan sejarah yang menarik. Di desa inilah rupanya suku Minangkabau lahir. Oleh karena itu, banyak rumah gadang berdiri kokoh di sana. Jangan salah, rumah-rumah itu sudah terjaga berpuluh tahun lamanya dengan sambungan pasak, lho!

30

Masih di benua Asia, desa berikutnya adalah Shirakawa-go yang terletak di lembah sungai Shokawa, Perfektur Gifu. Di desa ini, kita dapat menemukan banyak rumah Gassho-zukuri, rumah dengan atap jerami yang membentuk tangan sedang berdoa, yang masih kokoh terbangun. Shirakawa-go merupakan lokasi dengan rumah gasshozukuri terbanyak di Jepang.

Shirakawa-go

Saat yang paling menarik untuk berkunjung adalah saat desa diterangi dengan lampu-lampu yang dipasang di bubungan rumah. Lampu-lampu yang dinyalakan hanya pada saat-saat tertentu itu menambah keindahan desa, bahkan banyak yang rela datang sejak dini hari hanya untuk menantikan saat lampu itu dinyalakan.

Eze Village

Beralih ke Benua Eropa, di Perancis dapat kita temui Desa Eze yang amat cantik. Pemandangan laut dari puncak bukit ditambah dengan keindahan dari variasi kaktus dapat kita jumpai di sana. Selain itu, arsitektur bergaya abad pertengahan di sana juga menambah nuansa romantis yang tidak dapat kita temui lagi di tempat lain. Tak jarang pula, desa ini juga disebut sebagai tempat paling romantis. Di desa Eze, kita bisa berjalan-jalan menjelajahi desa yang penuh kejutan, mengunjungi Exotic Garden, dan berbelanja parfum terkenal Fragonard yang diracik langsung di tempat ini.


edisi #11

fun fact

Bibury Village

Kota Peri, itulah sebutan lain dari Desa Alberobello yang terletak di Punglia, Italia ini. Rumah trulli khas Alberobello yang kecil, beratap bundar, berdinding batu susun, dan dianggap mirip seperti rumah peri inilah alasan mengapa desa ini disebut sebagai kota peri. Dahulu, masyarakat membangun trulli untuk menghindari pajak. Menurut peraturan pemerintah saat itu, trulli tidak dianggap rumah karena tidak menggunakan semen. Walaupun dindingnya tanpa perekat semen, trulli sangat nyaman untuk ditempati. Sepanas apapun cuaca di luar, jika di dalam trulli tetap terasa sejuk. Tertarik untuk mempelajari materialnya lebih dalam?

Burano village

Jika Desa Burano identik dengan warnanya yang beragam, Desa Sidi Bou Said justru dengan identik sebagai desa yang hanya menggunakan dua warna, putih dan biru. Penggunaan dua warna di desa yang terletak di Arab ini berdasarkan filosofi kembali ke alam, dan warna biru dan putihlah yang dianggap merepresentasikan hal tersebut. Pemandangan biru dan putih itu terlihat mulai dari atap, dinding, kusen jendela, bahkan sampai kanopi dan kursi-kursi. Selain keunikan warnanya, kita juga bisa menikmati keindahan laut dari atas bukit dan indahnya warna warni tanaman di sana. (ANY) Sumber: https://luxatic.com/top-15-beautiful-villages-world/

Desa selanjutnya adalah Desa Bibury si negeri dongeng. Terletak di distrik Gloucestershire, provinsi South West England, Inggris, di desa ini kita dapat jumpai deretan cottage batu yang berasal dari abad ke-17, dihiasi dengan tanaman rambatnya yang berwarna-warni. Selain itu, ada pula jembatan yang seperti dalam film dongeng dengan aliran airnya yang jernih dan banyak kincir di temukan di sana. Dulu, kincir itu digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan wol sebelum akhirnya industri tersebut hancur seiring kemajuan teknologi.

Alberobello

31

Masih di Italia, desa penuh warna ini terletak di Laguna Venesia, Italia. Pada abad ke-16, Desa Burano merupakan sebuah desa nelayan yang dicirikan dengan penggunaan renda dan dinding yang terbuat dari anyaman bambu yang kemudian diplester. Keragaman warna tiap rumah di sana bukanlah tanpa maksud, dulu para nelayan di sana seringkali tidak mengenali rumah mereka karena tertutup kabut. Oleh karena itu, mereka mengecat rumahnya dengan warna cerah yang berbeda-beda agar mudah dikenali. Lucu juga ya?

Sidi Bou Said


archireview

edisi #11

Bukit Moko, dari Warung Pelamun hingga Puncak Bukit Bintang Photo Credit: Hanifa Nur A.

32

Bukit Moko merupakan kawasan wisata yang terletak di Kampung Buntis Bongkor, Cimenyan, Bandung, Jawa Barat. Terletak pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, Bukit Moko memiliki hawa sejuk berselimut kabut dengan panorama alam yang indah. Selain berada di kawasan hutan pinus dan dipagari deretan bukit, Bukit Moko menyuguhkan pemandangan kota Bandung yang sangat indah. Walau lokasi dapat dicapai dengan menggunakan berbagai macam transportasi, tetapi harus diperhatikan pula bahwa beberapa akses jalan berupa tanjakan dan terdapat kesulitan dalam menemukan transportasi umum. Bukit Moko juga menyediakan beberapa fasilitas penunjang seperti tempat parkir, toilet, warung makan, free charging area, dan camping ground. Bukit Moko sendiri terletak berdekatan dengan beberapa tempat wisata lainnya seperti Caringin Tilu dan Patahan Lembang. Tidak ada salahnya mengunjungi Bukit Moko kapan saja, walaupun waktu yang

paling digemari adalah sore dan malam hari. Pada pagi hari, Bukit Moko menyuguhkan pemandangan Kota Bandung yang berselimut kabut. Berjalan-jalan di hutan pinus dan menikmati sinar matahari di antara deretan pepohonan dan kabut tipis bukanlah ide yang buruk. Pada sore hari, pengunjung dapat menikmati sunset dari Bukit Moko. Setelah matahari tenggelam, pemandangan berganti dengan kilauan citylight Kota Bandung. Apabila langit cerah, hamparan langit malam bertabur bintang bisa dinikmati dari area camping ground. Pada awalnya Bukit Moko merupakan kawasan hutan pinus sadapan dan tidak dikhususkan untuk daerah wisata. Bukit Moko baru secara resmi dibuka sebagai kawasan wisata Puncak Bukit Bintang untuk umum tepatnya 23 September 2014, dan berada di bawah kendali Perum Perhutani divisi regional Provinsi Jawa Barat dan juga Banten. Di dekat kawasan tersebut ada suatu warung kecil bernama Warung Daweung yang artinya melamun. Menurut Bapak Dudung, warga desa sekitar sekaligus salah satu pioneer penggagas


edisi #11

archireview

Photo Credit: Hanifa Nur A.

kawasan wisata Puncak Bukit Bintang, “Pada mulanya masyarakat suka datang ke Warung Daweung. Biasanya untuk melamun. Waktu itu di sini masih hutan pinus. Kemudian beberapa pengunjung mulai sering memasuki hutan. Nah, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, saya menyarankan untuk pembukaan wilayah wisata kecil-kecilan. Ya sekarang, Alhamdulillah.” Mengenai keterkaitan Bukit Moko dan kampung di sekitarnya, Pak Dudung juga menjelaskan, “Jadi, Bukit Moko dikelola oleh 3 pihak: Perhutani, LMDH (Lembaga Masyarakat

Desa Hutan), dan masyarakat sekitar. Kami bekerja sama dengan 3 RW: RW 8, 14, dan 15.” Awalnya pembukaan Bukit Moko sebagai kawasan wisata mendapatkan pro dan kontra dari masyarakat sekitar, akan tetapi setelah Bukit Moko resmi menjadi kawasan wisata, dampak positif dapat dirasakan oleh warga sekitar, terutama dalam segi ekonomi. “Sehari pengujung Bukit Moko rata-rata 100 orang, Neng. Ya kalau malam Minggu bisa sampai 1000 orang. Alhamdulillah keuntungannya dibagi bersama pihak-pihak berwenang.” (ZNI)

Photo Credit: Hanifa Nur A.

33


ekskursi

edisi #11

Page break / Sponsor

34

Photo Credit: Shazkia Aulia


edisi #11

events

35

Photo Credit: Tim Dokumentasi Facade 2017

EKSKURSI LOMBOK eks.kur.si / èkskursi/ n 1 perjalanan untuk bersenang-senang; piknik; darmawisata Akhir bulan Juli 2017 lalu, Mahasiswa Arsitektur ITB angkatan 2015 berkesempatan untuk melaksanakan ekskursi ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ekskursi tersebut bukan sekadar perjalanan untuk bersenang-senang, tetapi lebih jauh lagi merupakan suatu program kuliah lapangan yang bertujuan

untuk memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan baru melalui kunjungan langsung ke objek-objek arsitektur di lapangan. Ekskursi yang bertajuk Facade 2017 ini dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat dua yang terdiri dari 90 orang dan didampingi


events

oleh empat orang dosen. Penetapan Lombok sebagai destinasi ekskursi merupakan kesepakatan satu angkatan yang telah dibahas sejak beberapa bulan sebelum keberangkatan. Destinasi ini dipilih karena meski Lombok telah menjadi tujuan wisata internasional, kebudayaan Lombok masih belum dikenal oleh banyak orang. Oleh karena itu, para mahasiswa berinisiasi untuk mendokumentasikan salah satu hasil budaya yang mencerminkan kehidupan penduduk asli Lombok, yaitu arsitektur.

36

Bertemakan “Telaah Benang Merah antara Arsitektur Modern dengan Arsitektur Tradisional�, dalam tiga hari ekskursi yang dilaksanakan pada tanggal 30 Juli-1 Agustus 2017, mahasiswa tidak hanya mengunjungi karya arsitektur tradisional Lombok, namun juga turut mengunjungi arsitektur modern yang berkembang di sana. Dalam menelaah arsitektur tradisional Lombok, mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok untuk mengunjungi tiga desa adat yang berbeda, yaitu: Desa Sade, Desa Sembalun, dan Desa Bayan. Kegiatan yang dilakukan berupa proses apresiasi serta perekaman unsur-unsur bangunan dan arsitektur melalui sketsa, pengukuran, fotografi, serta dialog wawancara

edisi #11

dengan masyarakat setempat. Demikian juga dengan telaah arsitektur modern, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mengunjungi hotel, resort, serta villa yang tersebar di penjuru Lombok. Beberapa tempat yang dikunjungi diantaranya, Kies Villas Kuta, Qunci Villas Mangsit, Green Asri Hotel Senggigi, Holiday Resort Senggigi, serta Novotel Lombok Resort and Villas. Dalam kunjungan ini, mahasiswa diajak berkeliling oleh manager atau pengelola hotel untuk mempelajari arsitektur bangunan, tidak hanya dalam proses desain dan konstruksi, namun juga sebagai hasil produk nilai sosial dan budaya setempat. Selain menambah wawasan melalui apresiasi arsitektur tradisional dan modern Lombok, mahasiswa tentunya tidak lupa untuk menikmati keindahan panorama alam Kota Lombok melalui kunjungan ke destinasidestinasi wisata yang ditawarkan. Destinasi tersebut diantaranya, Air Terjun Sendang Gile, Bukit Selong, Pantai Mawun, Pantai Kuta, serta Bukit Nipah merupakan destinasi yang tidak dapat dilewatkan oleh kami. Setiap destinasi menyuguhkan pemandangan serta pengalaman menakjubkan yang sulit untuk dilupakan. (MAC)


edisi #11

events

Photo Credit: Tim Dokumentasi Facade 2017

37

Photo Credit: Tim Dokumentasi Facade 2017


fun fact

edisi #11

Desa Wisata

Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

38

dUSUn sade Dusun Sade adalah salah satu dusun di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Dusun ini dikenal sebagai dusun yang mempertahankan adat Suku Sasak. Setiap bangunan di desa ini, seperti masjid, rumah, lumbung padi, dan tempat pertemuan umum, memiliki ciri khas arsitektur Suku Sasak. Dinding-dindingnya menggunakan pagar anyaman dari bambu , tiangnya terbuat dari kayu, dan atapnya terbuat dari alangalang kering. Keistimewaan dari desain bangunan ini adalah pengguna dapat merasa sejuk pada saat cuaca terik dan hangat ketika malam hari. Lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sedikit sekam padi. Biasanya, sekali dalam seminggu atau pada waktuwaktu tertentu, seperti sebelum di mulainya upacara adat, lantai rumah digosok dengan kotoran kerbau yang dicampur dengan sedikit air. Setelah kering, lantai disapu dan digosok dengan batu. Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk membersihkan lantai dari debu dan membuat lantai terasa halus serta lebih kuat. Photo Credit: Tim Dokumentasi Facade 2017


edisi #11

fun fact

desa bayan Desa dibawah perbukitan yang terletak di Kecamatan Lingsar ini dapat dicapai dalam waktu 10 menit dengan mengendarai mobil dari Cakranegara. Menurut sesepuh, terdapat kepercayaan di desa ini bahwa nenek moyang mereka berasal dari Bayan, salah satu kecamatan di bagian utara Lombok yang merupakan pusat kepercayaan Islam Waktu Telu. Asumsi ini diperkuat oleh dialek Sasak yang sama digunakan dalam Karang Bayan dan Bayan. Terdapat empat bangunan tradisional tetap, yaitu bale adat, sekenem, bangaran dan masjid. Bale adat hanya terdiri dari satu ruangan dan teras. Di depan rumah ini, terdapat sekenem. Sekenem merupakan sebuah ruang tamu. Di dalam sekenem, terdapat berugaq di mana tamu bisa beristirahat. Di balik bale adat, berdiri bangaran. Bangaran merupakan monumen yang melambangkan batu pertama yang diletakkan saat pertama kali nenek moyang Karang Bayan membangun desa ini. 39

desa sembalun Ibukota Kecamatan Sembalun berada di Desa Sembalun Lawang, yang berjarak sekitar 45 km dari Ibukota Kabupaten Lombok Timur (Selong ). Sembalun Lawang adalah sebuah desa kecil yang berlokasi di sebelah utara kaki Gunung Rinjani. Desa kecil yang indah ini merupakan salah satu titik awal pendakian menuju Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3.726 mdpl. (TPAA)

Photo Credit: Tim Dokumentasi Facade 2017


Sharin-G

edisi #11

ADAM NURILMAN DWIKADARTOMO Photo Credit: Adam Nurilman D.

40 Photo Credit: Adam Nurilman D.

Adam Nurilman Dwikadartomo atau yang kerap disapa Adam, lahir di Indiana, USA, pada tanggal 15 Oktober 1993. Kak Adam merupakan salah satu alumni Arsitektur ITB tahun 2011 dan saat ini sedang menjabat sebagai wakil ketua tim percepatan pengembangan homestay desa wisata di Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Travelling menjadi hobi Kak Adam sejak ia bekerja di Kementerian Pariwisata. Selain itu, Kak Adam juga suka bermain musik, mendengarkan lagu, bermain gitar, membaca, berdiskusi, dan saling berbagi pengalaman dengan orang lain.

sangat terbengkalai dan tidak terawat dengan baik. Bahkan, di pulau tersebut terdapat sebuah museum yang kondisinya sangat terbengkalai. Dari pengalaman itu, muncul sebuah kegelisahan dan kesadaran Kak Adam akan pentingnya membangun potensi atau kekayaan nusantara. Ia berpendapat bahwa salah satu cara membangun dan menjaga kembali potensi yang ada di suatu tempat adalah dengan menghidupkan kehidupan pariwisata di daerah tersebut. Kesadaran dan ketertarikan akan pariwisata telah membawa Kak Adam untuk mencintai bidang pekerjaannya saat ini.

Ketertarikan Kak Adam akan dunia pariwisata dimulai sejak ia diajak oleh salah seorang teman ayahnya untuk mengikuti lomba desain di Pulau Morotai. Menurutnya, pulau tersebut memiliki potensi dan keindahan alam yang menakjubkan. Sangat disayangkan saat ini pulau tersebut berada pada kondisi yang sangat buruk dan tidak terawat. Pada zaman perang, pulau ini merupakan markas sekutu sehingga banyak terdapat barang-barang peninggalan perang. Kini, semua peninggalan perang tersebut

Pekerjaan yang dilakukan kak Adam di Kementrian Pariwisata tidak mudah, tetapi sangat menarik dan menantang. Melestarikan Arsitektur Nusantara serta menganalisis perkembangan dan kebutuhan Arsitektur Nusantara dengan memperhatikan standarstandar yang ideal pada sebuah homestay merupakan fokus utama pekerjaan Kak Adam. Homestay yang dimaksud adalah sebuah tempat penginapan yang lebih dari sebuah hotel. Homestay diharapkan dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi


edisi #11 masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Pertemuan dan pertukaran multikultural antara pengunjung dengan pemilik homestay diharapkan dapat membuat budaya Indonesia semakin dikenal oleh mancanegara. Proses menggali potensi dan keunikan di setiap destinasi wisata tidaklah mudah. Oleh karena itu, diperlukan kajian-kajian yang mendalam untuk memajukan homestay desa wisata di Indonesia. Proses dan pembelajaran mengenai kajian-kajian mendalam telah diperoleh Kak Adam sejak ia berkuliah di Arsitektur ITB terutama saat ia berkegiatan di IMA-G. Rasa keingintahuan, pola pikir kritis dan kemampuan berkomunikasi merupakan hal-hal yang ia peroleh saat berhimpun di IMA-G.

Sharin-G Pariwisata Republik Indonesia adalah saat ia memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung dan bahkan saling bertukar pikiran dengan banyak orang, mulai dari jajaran menteri hingga camat. Ia sangat optimis melihat berbagai potensi pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia dan sangat bersemangat untuk memberi lebih banyak lagi kontribusi untuk memajukan pariwisata Indonesia. Menurut Kak Adam, mempelajari dan mencintai Arsitektur Nusantara sangatlah penting untuk memajukan pariwisata dan perekonomian Indonesia. Namun sayangnya, pengetahuan mengenai Arsitektur Nusantara sangat sulit untuk diperoleh bahkan sangat minim dipelajari saat kuliah. Ilmu-ilmu

41

Photo Credit: Adam Nurilman D.

Selain melakukan berbagai kajian mendalam, salah satu tugas Kak Adam dalam tim percepatan pengembangan homestay desa wisata adalah mengintegrasikan berbagai program yang ada di luar untuk membantu dan mendukung program-program Kementrian Pariwisata terutama dalam hal pengembangan homestay desa wisata. Salah satu cara pengembangannya adalah dengan konsep pentahelix yang terdiri dari akademisi, bisnis, pemerintahan, komunitas dan media. Kekeguman Kak Adam terhadap berbagai visi menteri pariwisata dan Presiden Jokowi telah membuat ia semakin mencintai bidang pekerjaannya. Salah satu hal yang paling berkesan saat ia bekerja di Kementrian

Photo Credit: Adam Nurilman D.

mengenai Arsitektur Nusantara mulai ia pelajari secara mendalam saat ia bekerja di Kementerian Pariwisata. Oleh karena itu, ia berharap pemuda pemudi Indonesia mulai sadar dan mau mempelajari dan mengembangkan potensi Arsitektur Nusantara. Jika tidak, mungkin saja berbagai budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia akan segera hilang. Ia berharap agar masyarakat Indonesia tidak hanya mempelajari dan terpengaruh pada modernisasi serta meninggalkan budayabudaya asli Indonesia, namun dapat menyadari bahwa keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia merupakan kekuatan terbesar bagi Indonesia. (CCT)


for your information

edisi #11

Pentingnya Facade & Facade Engineering dalam Arsitektur Ada banyak hal yang terkait dengan arsitektur selain desain dari bangunan itu sendiri, karena arsitektur merupakan segala hal tentang ruang dan lingkungan binaan. Ruang dan lingkungan binaan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna terhadap wadah untuk beraktivitas. Sebuah karya arsitektur yang baik adalah wadah yang mampu memenuhi kebutuhan penggunanya tanpa mengabaikan latar arsitektur tersebut didirikan dan memberikan dampak seminimal mungkin bagi lingkungan. Pada hakikatnya ruang merupakan sebuah void yang memiliki batas. Batas-batas tersebut dapat mengambil wujud dalam

berbagai rupa, salah satunya adalah selubung yang memisahkan antara ruang dalam sebuah bangunan dengan lingkungan di sekitarnya. Setiap arsitek memiliki penafsiran masingmasing untuk mengolah dan menciptakan hubungan di antara keduanya. Satu arsitek mungkin memberi batas tegas bahwa ruang dalam dan ruang luar merupakan dua hal berbeda sehingga desain dari selubung sebuah bangunan menampakan kesan masif. Sementara arsitek lain memilih hal sebaliknya. Terlepas dari preferensi tersebut, harus disadari bahwa selubung bangunan memiliki peranan yang penting oleh sebab beberapa hal, antara lain:

42

Bangunan dengan Selubung Kompleks (NTU-School of Art Design & Media) Photo Credit: media.ntu.edu.sg


edisi #11

for your information

a. Selubung bangunan memberikan impresi pertama terhadap pengguna Ketika melihat sebuah bangunan, kesan pertama yang diperoleh pengamat merupakan hasil desain arsitek terhadap selubung bangunan. Desain dari arsitek sangat penting, karena desain tersebut yang berkomunikasi dengan pengamat ataupun pengguna. Impresi dari selubung dapat terbentuk dari geometri yang dipilih oleh arsitek, material yang digunakan, serta proporsi antara solid dan void. b. Selubung bangunan berfungsi sebagai pelindung isi bangunan Isi bangunan yang dimaksud tidak hanya berupa pengguna dan aktivitasnya, tetapi juga sistem bangunan yang mendukung keberlangsungan bangunan tersebut. Terdapat tiga parameter untuk menentukan kenyamanan sebuah ruangan, yaitu kenyamanan termal, kenyamanan visual, dan kenyamanan audial. Salah satu contoh yang berkaitan dengan selubung bangunan adalah kenyamanan temperatur dan visual, di mana pemilihan material akan menentukan seberapa banyak panas dan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Pada bangunan low rise dan sederhana parameter-parameter tesebut dapat dipenuhi tanpa memerlukan bantuan mekanis. Akan tetapi pada bangunan high rise dan kompleks, bantuan mekanis mutlak diperlukan.

Bangunan dengan Selubung Kompleks (RMIT) Photo Credit: rmit.edu.au

43

c. Selubung bangunan dan isu keberlanjutan Kesadaran arsitek terhadap isu keberlanjutan semakin meningkat, selain itu visi dari klien serta keberadaan lembagalembaga yang memberikan penilaian pada tingkat “kehijauan� sebuah bangunan memaksa arsitek untuk menciptakan desain yang bersifat sustainable. Selubung bangunan dapat menyumbangkan 31 poin maksimal terhadap indeks sustainabilitas bangunan. Pentingnya selubung bangunan dan kompleksitasnya, arsitek yang bekerja seorang diri tanpa didampingi oleh konsultan spesialis facade akan kesulitan untuk mewujudkan konsep desain secara lengkap. Melalui facade engineering, konsep desain dari arsitek akan dielaborasi, baik dari segi constructability, efektivitas dan efisiensi desain, serta cost and environment awareness. Kerjasama yang baik antara arsitek, konsultan facade, serta konsultan lain akan menghasilkan karya arsitektur yang utuh. (LSA)

Contoh Output Komunikasi Konsultan Fasad Photo Credit: Meinhardt Facade Technology


karya-g

edisi #11

Make Up,

Mood Booster dalam Ber-arsitektur Buat kalian para pecinta film pasti sudah pernah menonton IT, film horor yang rilis pada bulan September lalu, dan kalian pasti sudah kenal dengan karakter utamanya yaitu Pennywise, monster badut, yang diperankan oleh Bill Skarsgard. Dalam film tersebut wajah tampan Bill Skarsgard berubah menyerupai badut berkepala besar dan menyeramkan. Wajah Pennywise yang menyeramkan itu bukan hasil dari ilusi komputer, tapi hasil tangan dingin dari para make up artist yang memberikan special effects di wajah Bill Skarsgard. 44

Nah, ternyata di antara massa G juga ada yang mampu membuat efek seram seperti wajah Pennywise melalui make up, yaitu Yulia Firstianisa Indristary. Gadis berkerudung angkatan G-17 itu memiliki hobi make up, mulai dari beauty make up, face painting, sampai special effect make up seperti yang digunakan pada film-film horor. Ketertarikannya pada make up sudah timbul sejak ia kecil, tapi ia baru tekun

Yulia Firstianisa Arsitektur 2016/G17

mempelajarinya saat duduk di kelas 3 SMA. Hingga kini, Yulia masih menyempatkan waktu untuk menjalani hobi make up-nya lewat eksprimen-eksperimen kecil atau mengambil job ditengah kesibukan ber-arsitektur yang dilanda banyak pengumpulan tugas dan ujian. Meskipun begitu hobi dan akademik Yulia dapat berjalan dengan seimbang, bahkan ia mengaku bahwa make up justru menjadi mood booster-nya dalam akademik. Sering kali sebelum mengerjakan tugas atau belajar, ia harus memainkan make up entah itu sekedar memainkan alis, eyeshadow, atau eyeliner. Yulia sering mengunggah hasil eksperimen make up-nya melalui akun instagram pribadinya yang memiliki lima ribu pengikut, dan ia juga memiliki channel YouTube yang berisikan tutorial-tutorial make up karyanya sendiri dengan 700 subscribers. Pada akhir pekan, Yulia sering mengambil job make up baik di Bandung maupun Jakarta, tiga sampai empat kali dalam satu bulan. Dengan adanya job ini, Yulia mendapatkan penghasilan yang cukup untuk tambahan uang jajan dan membeli bahan maket. (HP)


edisi #11

karya-g

Kardus menjadi salah satu limbah yang paling sering ditemukan di sekitar kita. Kardus dapat diperoleh dari kemasan suatu barang, seperti alat elektronik, air mineral dan alat-alat rumah tangga. Perusahaanperusahaan seringkali menggunakan kardus untuk mengemas produknya sehingga aman dan tidak hancur saat sampai ke tangan konsumen. Sebagai konsumen, kita biasanya akan membuang kardus kemasan yang tidak terpakai ke tempat sampah setelah mengambil produk dari kemasannya. Tetapi berbeda dengan yang dilakukan Fathan Ahsanul Fardi, mahasiswa arsitektur angkatan G15. Ia justru mengolah kardus menjadi barang yang lebih bermanfaat. Bersama dengan teman satu angkatannya, Rihan, ia membuat suatu produk bernama “Craft Dus�. Craft Dus adalah produk kerajinan yang dibuat dari bahan olahan kadus dengan menggunakan teknologi laser cut. Ide Craft Dus ini bermula ketika Fathan pertama kali memakai laser cut untuk membuat maket tugas Perancangan Arsitektur di semester 5. Semenjak itu ia menjadi tertarik pada laser cut.

Setelah berdiskusi dengan Rihan, tercipta ide untuk membuat produk yang menggunakan laser cut. Dengan pencarian preseden di internet, akhirnya diperoleh bahwa kardus memiliki potensi karena dapat diolah dengan laser cut, murah, dan mudah diperoleh. Sebagai permulaan mereka mencoba membuat prototype produk rakitan roket dan rakitan kepala rusa dari kardus dengan bantuan software 3D modelling dan laser cut yang ada di Gedung Arsitektur. Merasa bahwa hasil percobaan tersebut kurang layak untuk dijual, mereka mencari ide produk lain sekaligus mematangkan branding dan packaging produk agar siap dijadikan bisnis serius. Akhirnya setelah 4 bulan, diperoleh produk kap lampu dalam 5 versi. Saat dipasarkan melalui toko online, berhasil terjual beberapa pieces. Saat ini Craft Dus menambah 1 anggota lagi, Aji G15, dan mengeluarkan produk baru berupa jam meja berbentuk hewan. Untuk kedepannya Craft Dus akan mencoba membuat rak buku dan jam dinding. Semoga kedepannya bisnis kecilkecilan Fathan, Rihan, dan Aji dapat lebih berkembang dan sukses. (HP)

craft dus,

mengolah mengolah limbah limbah jadi jadi karya karya Fathan Ahsanul Fardi Arsitektur 2014/G15

Photo Credit: Fathan Ahsanul F.

45


for your information

edisi #11

SKETCHWALK REBORN

46

Hampir setahun sudah rasanya seperti ada yang kurang di barisan nama-nama Biro Kelompok Minat (BKM) IMA Gunadharma. BKM Sketchwalk memang sempat menghilang dari daftar nama BKM sejak tahun 2016. Sketchwalk sendiri menjadi wadah bagi manusia beridentitas G yang memiliki minat dalam hal menggambar sketsa. Hilangnya BKM ini menimbulkan kepedihan tersendiri bagi massa G. Sketsa merupakan kegiatan yang sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa arsitektur dan dengan hilangnya BKM ini, wadah yang dapat memenuhi minat massa dalam hal sketsa juga ikut menghilang.

Pada awal Agustus 2017 kemarin, beberapa massa G menginisiasi kembalinya Sketchwalk. Bermula saat kuliah lapangan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Prabu G-16, Raushan G-16, dan Fikri G-16 ingin menginisiasi kembali Sketchwalk. Walaupun belum disertai dukungan massa, mereka bertiga mencari spot untuk melakukan sketchwalk, hingga didapatlah Kampung 200. Kampung 200 adalah sebuah perkampungan di daerah Sangkuriang yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi, tetapi memiliki keindahan yang unik. Mereka menghimpun massa G yang memiliki minat sketsa ke dalam sebuah grup LINE. Hingga pada tanggal 1 September 2017, kegiatan pertama kelompok minat ‘Sketchwalk Reborn’ berlangsung.

Foto bersama kegiatan Sketchwalk Reborn

cr: instagram.com/praboedewa


edisi #11

for your information

MENJADI BKM Pada awalnya kegiatan ini dilakukan atas dasar hobi saja, tanpa ada tujuan tertentu, bahkan menjadi BKM. Namun, saat ini Sketchwalk telah menjadi sebuah BKM dengan nama Sketchwalk Reborn, yang berarti bangkitnya BKM Sketchwalk yang pernah hilang, dengan ketua Prabu G-16. Saat ini Sketchwalk Reborn telah mengadakan empat kali sketchwalk formal, satu kali terlibat dalam event Bandung Sketchwalk, dan satu kali pameran karya. Sketchwalk formal umumnya diikuti sekitar 10-20 orang. Pameran karya diadakan di Lobi Gedung Arsitektur ITB untuk memamerkan karya sketsa setelah dilakukan 3 kali sketchwalk pertama.

harapan Jika ada kesempatan, Prabu ingin Sketchwalk Reborn melakukan sketchwalk bersama dengan dosen-dosen ITB atau dengan komunitas sketchwalk lain. Ia juga ingin melakukan sketchwalk secara rutin setiap dua minggu sekali, pameran karya, ataupun workshop sketsa. Prabu berharap agar BKM ini jangan putus di tengah jalan selagi masih ada yang memiliki minat. (AS)

47

Beberapa hasil sketchwalk

cr: instagram.com/sketchwalkreborn

Peserta sedang melakukan sketchwalk (kiri), Peserta sedang menjelaskan sketsanya (kanan) cr: instagram.com/praboedewa


redaksi

edisi #11

r e da ksi

Redaksi dan Kontributor

48

ko n tr i but or


edisi #11

49


edisi #11

Back cover

50

Redaksi Majalah IMAGE Alamat: Sekretariat Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma Institut Teknologi Bandung Gedung Labtek IX-B Arsitektur Jalan Ganeca 10, Bandung Website: http://ima-g.ar.itb.ac.id/ima-g/


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.